Kelomppok 5 - Patient Safety Pada Bayi Dan Anak
Kelomppok 5 - Patient Safety Pada Bayi Dan Anak
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah stase Keperawatan Anak
Program Profesi Ners Angkatan XXXVIII
Disusun Oleh:
Kelompok 5
Silviana Fauziah
Rena Sapitri
Neng Sari Wahyuni SL
Tineu Hijriani
Via Oktaviani
Pitria Sri Pujhiyani
Yuli Yani
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT., yang telah
limpahkan kepada junjunan kita yakni Nabi Muhammad SAW. yang telah memberikan
Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah stase
Keperawatan Anak Program Profesi Ners Angkatan XXXVIII. Penulis menyadari
bahwa dalam makalah ini masih terdapat kekurangan, oleh sebab itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini ke
depannya.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
implementasi di lapangan.
Penulis,
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Yogyakarta 13,8%, Jawa Timur 11,7%, Sumatra Selatan 6,9%, Jawa Barat 2,8%, Bali
1,4%, Sulawesi Selatan 0,69%,dan Aceh 0,68%.
Sasaran Keselamatan Pasien merupakan syarat untuk diterapkan di semua
rumah sakit yang terakreditasi. Penyusunan sasaran ini mengacu kepada Nine Life-
Saving Patient Safety Solutions dari WHOPatient Safety yang digunakan juga oleh
Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit PERSI (KKPRS PERSI), dan dari Joint
Commission International (JCI) . Tujuan dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah
mendorong perbaikan spesifik dalam keselamatan pasien (Depkes RI, 2008).
Meminimalkan cedera merupakan salah satu dari sasaran keselamatan pasien/
International Patient Safety Goal (IPSG), yang juga salah satu dari standar Joint
Commission International (JCI). Cedera yang dimaksud dalam hal ini adalah cedera
yang diakibatkan karena jatuh yang terjadi saat perawatan dirumah sakit. Sebagian
besar standar IPSG khususnya pencegahan risiko jatuh diterapkan oleh perawat,
terutama di instalasi rawat inap. Perawat dituntut untuk selalu berinteraksi dengan
pasien selama 24 jam, waktu kontak/interaksi paling banyak dibandingkan tenaga
kesehatan lainnya untuk berhubungan dengan pasien. Perawat sebagai tenaga
kesehatan yang jumlahnya terbesar di rumah sakit (sebesar 40-60%) memiliki tugas
untuk selalu menerapkan pencegahan risiko jatuh (Aprilia, 2011).
Jatuh dapat terjadi pada semua tipe institusi pelayanan kesehatan, pada semua
populasi pasien kecuali pasien yang tidak sadar dan bayi yang belum dapat berjalan.
Pada usia anak-anak, kejadian jatuh sering tidak dilaporkan karena sering dianggap
sebagai masa perkembangan anak dalam hal belajar berjalan atau memanjat dan jatuh
ke kelantai (Morse, 2009).
Penelitian yang dilakukan oleh Heri Saputro pada tahun 2016 didapatkan hasil
hanya sebanyak 52,8% pasien anak yang didekatkan dengan ruang jaga perawat (nurse
station) dan sebanyak 36,1% ruangan dengan pintu yang terbuka pada pasien anak
dengan risiko tinggi jatuh. Berdasarkan hasil diskusi kelompok didapatkan kinerja
perawat baik terhadap pencegahan risiko jatuh serta kinerja perawat yang baik, hal ini
dibuktikan dengan tidak adanya kejadian jatuh selama pasien anak berada dalam ruang
rawat inap, serta sebagian besar tindakan pencegahan lain sudah dilakukan oleh
3
perawat dengan baik. Dengan kinerja yang baik maka akan meningkatkan motivasi dan
kepatuhan perawat dalam pelaksanaan pencegahan risiko jatuh di ruang rawat inap
perawatan anak.
19
5
2.5 Pelaksanaan Patient Safety pada Bayi dan Anak di Rumah Sakit
Setiap rumah sakit membentuk Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit
(TKPRS) dengan susunan organisasi sebagai berikut, Ketua: Dokter; Anggota: Dokter,
Dokter Gigi, Perawat, Tenaga Kefarmasian, dan Tenaga Kesehatan lainnya. Kemudian
Rumah Sakit mengembangkan sistem informasi pencatatan dan pelaporan internal
tentang insiden. Setelah adanya pelaporan insiden, Rumah Sakit melakukan pelaporan
insiden ke Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS) secara rahasia. Setelah
insiden dilaporkan, Rumah Sakit harus memenuhi standar keselamatan pasien rumah
sakit dan menerapjan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. Dalam
rangka menerapkan Standar Keselamatan Pasien, rumah melaksanakan 7 (tujuh)
langkah menuju keselamatan pasien rumah yang terdiri dari (Permenkes 1691/Menkes/
Per/VIII/2011):
1) Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien
2) Memimpin dan mendukung staf
3) Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko
4) Mengembangkan sistem pelaporan
5) Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien
6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien
7) Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien
9
adalah salah satu penyebab yang paling sering dalam kesalahan obat (medication
error).
Solusi :
a. NORUM ditekankan pada penggunaan protokol untuk pengurangan risiko.
b. Memastikan terbacanya resep, label, atau penggunaan perintah yang dicetak
lebih dulu.
c. Pembuatan resep secara elektronik.
d. Tidak menyimpan elektrolit konsentrasi tinggi di ruang perawatan (termasuk
Potassium chloride/KCL dan Sodium chloride/NaCL >0,9%)
4) Ensure Correct-Site, Correct-Procedur, Correct-Patient Surgery (Meningkatkan
Benar Lokasi, Benar Pasien, Benar Prosedur Pembedahan)
Penyimpangan pada hal ini adalah pelaksanaan prosedur yang keliru atau
pembedahan sisi tubuh yang salah. Sebagian besar adalah akibat dan
miskomunikasi dan tidak adanya informasi atau informasinya tidak benar. Faktor
yang paling banyak kontribusinya terhadap kesalahan-kesalahan macam ini adalah
tidak ada atau kurangnya proses pra-bedah yang distandardisasi.
Rekomendasi:
a. Mencegah jenis-jenis kekeliruan yang tergantung pada pelaksanaan proses
verifikasi prapembedahan
b. Pemberian tanda pada sisi yang akan dibedah (site marking) oleh petugas yang
akan melaksanakan prosedur
c. Adanya tim yang terlibat dalam prosedur sesaat sebelum memulai prosedur
untuk mengkonfirmasikan identitas pasien, prosedur dan sisi yang akan
dibedah.
d. Menggunakan dan melengkapi surgical checklist
5) Reduce The Risk Of Health Care – Associated Infections (Mengurangi Resiko
Infeksi)
Diperkirakan bahwa pada setiap saat lebih dari 1,4 juta orang di seluruh dunia
menderita infeksi yang diperoleh di rumah-rumah sakit. Kebersihan Tangan yang
efektif adalah ukuran preventif yang pimer untuk menghindarkan masalah ini.
14
Rekomendasi:
a. Mendorong implementasi penggunaan cairan “alcohol-based hand-rubs”
tersedia pada titik-titik pelayan tersedianya sumber air pada semua kran.
b. Pendidikan staf mengenai teknik kebarsihan tangan yang benar mengingatkan
penggunaan tangan bersih ditempat kerja
c. Pengukuran kepatuhan penerapan kebersihan tangan melalui
pemantauan/observasi dan teknik-teknik yang lain.
5 Momen melakukan cuci tangan:
a. Sebelum kontak dengan pasien
b. Sebelum melakukan tindakan aseptik
c. Setelah kontak dengan cairan tubuh
d. Setelah kontak dengan pasien
e. Setelah kontak dengan lingkungan pasien.
6) Reduce The Risk Of Patient Harm Resulting From Falls (Mengurangi Resiko
Pasien Cedera Karena Jatuh)
Kejadian pasien jatuh masih menempati urutan ke empat dari seluruh kejadian
yang tidak diinginkan (KTD). Upaya untuk mengantisipasi dan mencegah
terjadinya pasien jatuh dengan atau tanpa cidera sangat diperlukan, dilakukan
dimulai dari pengkajian di awal pasien masuk maupun pengkajian ulang secara
berkala. Untuk pengkajian, bisa dilakukan screening menggunakan form screening
pasien resiko jatuh yaitu Morse Fall Scale (MFS) untuk dewasa dan untuk pasien
anak menggunakan Humpty Dumpy Scale, kemudian pasien dengan hasil
screening memiliki resiko jatuh akan diberi gelang identitas resiko jatuh.
15
3.1 Kesimpulan
Insiden keselamatan pasien bayi dan anak yang tidak disengaja yang berpotensi
mengakibatkan cedera, yaitu kejadian tidak diharap kejadian nyaris cedera, kejadian
tidak cedera, dan kejadian potensial cedera. Sama halnya dengan pasien dewasa pada
umumnya, pasien bayi dan anak juga harus tetap diperhatikan keselamatannya.
Terdapat 9 sasaran patient safety diantaranya: perhatikan nama obat, rupa dan ucapan
yang mirip (look-alike, sounds alike, medication name); pastikan identifikasi pasien;
komunikasi secara benar saat serah terima atau pengoperan pasien; pastikan tindakan
yang benar pada tubuh yang benar; kendalikan cairan elektrolit pekat (concentrated);
pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan; hindari salah kateter dan
salah selang (tube); gunakan alat injeksi sekali pakai; dan tingkatkan kebersihan tangan
untuk pencegahan infeksi nosokomial. Pelaksanaan keselamatan pasien pada bayi dan
anak bisa dibilang tidak berbeda dengan pelaksanaan keselamatan pasien dewasa, yang
membedakannya hanya dari cara pengkajian dan intervensi yang dilakukan.
3.2 Saran
Adapun saran untuk para perawat yang mengaplikasikannya di lingkungan
rumah sakit agar selalu mengutamakan keselamatan pasien berdasarkan prosedur yang
telah di tentukan. perawat melakukan pelayanan keperawatan sesuai standar yang
sudah di sosialisasikan dengan komite keselamatan pasien, perawat juga harus
nelaporkan segala insiden yang terjadi kepada kepala ruangan dan baiknya perawat
aktif dalam meningkatkan pengetahuan tentang pelaksanaan patient safety dengan cara
mengikuti pelatihan. Saran untuk Rumah Sakit agar menyelenggarakan pelatihan
tenaga kesehatan terkait dengan pelaksanaan patient safety dalam rangka
meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan patient safety dan melakukan pelatihan
untuk perawat-perawat yang berkaitan dengan perilaku caring dalam melaksanakan
asuhan keperawatan.
19
DAFTAR PUSTAKA