Laporan KP Retno Apriyanti Putri PDF
Laporan KP Retno Apriyanti Putri PDF
OLEH
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2011
PENINJAUAN LAPANGAN MINYAK DAN GAS
TREATMENT PROBLEM
Dibuat Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mendapatkan Nilai Mata Kuliah Kerja
OLEH
07108142
UNIVERSITAS TRISAKTI
JAKARTA
2011
ii
Kata Pengantar
Puji dan Syukur bagi ALLAH SWT atas rahmat dan Kasih-Nya yang tiada
batas dan telah memberikan nikmat berupa pikiran, kesehatan lahirian dan
jasmaniah sehingga penulisan laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan di PT.
MEDCO E&P INDONESIA jakarta pada tanggal 4 Juli 2011 sampai dengan 3
Agustus 2011. Adapun kerja praktek ini berjudul “Peninjauan Lapangan Minyak
dan gas PT Medco E & P Indonesia, Blok Rimau, Sumatera Selatan, Berdasarkan
Aspek Well Completion, Well Problem & Treatment Problem” dibuat sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan nilai kerja prakterk di Program Studi Jurusan
Teknik Perminyakan Universitas Trisakti. Tidak ada kata yang dapat penulis
dalamnya kepada seluruh pihak yang telah membantu secara langsung maupin
1. Ayah dan Mama atas segala kasih sayang, perhatian dan kesabarannya
iii
5. Bapak Noviadi Istono selaku Manager of Production Department PT
Blok Rimau.
Blom Rimau.
11. Bapak Yusuf Siregar, Mas Mirza, Mas Amru, Mba Elisa, selaku
12. Semua pihak PT Medco E & P Indonesia yang tidak bisa disebutkan
13. Dan semua teman – teman angkatan 2008 teknik perminyakan yang
saya cintai.
iv
Akhir kata penulis mohon maaf yang sebesar – besarnya jika dalam
penulisan laporan kerja praktek ini masih banyak kekurangan dan kesalahannya.
Penulis sadar laporan kerja praktek ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga
persyaratan mendapatkan nilai kerja praktek, tetapi dapat mempunyai arti dan
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
vi
DAFTAR ISI
(lanjutan)
Halaman
LAMPIRAN .......................................................................................... 63
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
ix
BAB I
PENDAHULUAN
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Strata-1, yaitu Kerja Praktek dengan bobot
akademik 1 SKS. Kerja Praktek (KP) ini meeupakan salah satu mata kuliah
prasyarat di Universitas Trisakti untuk mengambil mata kuliah Tugas Akhir (TA).
Pengadaan kegiatan kerja praktek yng merupakan sarana yang sangat baik dan
yang nantinya akan terjun ke dunni perminyakan. Dengan kerja praktek ini
diharapkan juga akan terjadi integrasi antara ilmu yang diperoleh di kelas dan di
lapangan sehingga mahasiswa akan memiliki cukup bekal saat memasuki dunia
dalam lingkungan kerja yang akan ditekuninya. Oleh karena itu, kerja sama antara
perguruan tinggi dengan perusahaan menjadi sangat penting dan harus tetap dijaga
1
1.2 Tujuan Kerja Praktek
Maksud dan tujuan dari kerja praktek ini adalah untuk menerapkan ilmu yang
berproduksi.
Ruang lingkup pelaksanaan kerja praktek yang dibatasi pada kegiatan dan
operasi lapangan PT. MEDCO E&P Indonesia yang berkaitan dengan ilmu teknik
2
BAB II
Perusahaan induk dari PT. Stanvac Indonesia adalah Esso Easter Inc.
(EES), yang berlokasi di Boston, Texas, Amerika Serikat. Esso Easter Inc. (EES)
1921 Standard Oil of New Jersey memulai usaha pencarian minyak bumi
timur (timur jauh) sebelum perang dunia kedua. Sejak saat itu
3
1922 Pendirian kilang minyak dekat Palembang dan pemasangan pipa
minyak.
didirikan pada tahun yang sama. Dalam Perang Dunia II, kilang
4
Sejarah PT. Stanvac Indonesia setelah proklamasi sejak kemerdekaan
1947 Lapangan minyak Sumatra Selatan dibuka dan kilag minyak sungai
Gerong diperbaiki.
5
1961 Stanvac Vacuum Petroleum Maatschappy (SCVM), Refinery, dan
menjadi dua antar Exxon dan Mobil. PT. Stanvac merupakan satu
kepemilikan bersama.
produksi minyak.
1970 Pada bulan Januari PTSI menjual kilang minyak di sungai Gerong
6
1973 Penandatangan KBH Blok Rimau.
1978 PTSI ditunjuk oleh Esso Sumatera Inc/Mobil Oil Andalas Inc
19.000 km.
kepada Pertamina.
1986 Empat lapangan minyak baru: Tabuan, Jene, Lagan, dan Tanjung
Jawa Timur.
7
1989 Penandatanganan perjanjian bagi daerah Kontrak Karya (COW)
1990 Survei minyak seismik yang terbesar di blok Rimau, Musi Kelingi,
dan Gundih.
1992 PT. Meta Epsi Drilling yang kemudian menjadi PT. Medco Energy
usaha pada bidang eksplorasi dan produkasi minyk dan gas bumi.
8
yang berada di wilayah Sumatera Selatan. Kemudian PT. Stanvac
Oil and Gas Enterprise untuk mengelola lapngan migas RSF-5 dan
9
Pada tahun 2000, Exspan Myanmar akan membeli 2 sumur
eksplorasi.
10
2007 Meluncurkan eksplorasi dari area 47 di libya dengan 6 penemuan
(DSLNG)
Technology GOM, Inc. untuk akuisisi dari block 316, area timur
11
2.2 Visi, Misi, dan Tata Nilai Perusahaan
Visi :
Misi :
Tata Nilai :
Professional
Etis
baik.
Terbuka
12
Inovatif
terobosan demi tercapainya hasil atau proses yang lebih baik, lebih aman,
13
Upaya merevitalisasi diri melalui penajaman visi dan penguatan nialai dan
“Mengelola eenergi dari alam untuk alam”) dengan latar belakang warna putih
berasal dari huruf M dengan rotasi 90º tidak hanya dimaksudkan dengan “energi”
tapi juga sebagai lambang “sigma”, yang mengilustrasikan tekad Medco Enegy
14
BAB III
lapangan Kaji – Semoga, Blok Rimau, Sumatera Selatan. Pada tahun 1912, PT Stanvac
Indonesia didirikan oleh Exxon Corp mulai melakukan kegiatan eksplorasi dan produksi pada
Rimau Blok, Sumetera Selatan tetapi tidak menemukan minyak. Pada Tahun 1995 PT
Stanvac Indonesia dibeli oleh PT Medco Energi Internasional dan diberi nama PT Exspan
Sumatera.
Pada tahun 1996, PT Exspan Sumatera menemukan cadangan minyak dan gas pada
Lapangan Kaji – Semoga yang berlokasi di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Kaji –
Semoga mulai di produksikan pada bulan April 1997. Pada tahun 1998 Stasiun Langkap Kaji
Pada tahun 2000, PT Exspan Sumatera dan PT Exspan Kalimantan bergabung dan
Pada tahun 2001 – 2002, produksi perusahaan mencapai rata – rata harian sebesar 84
ribu barrel minyak dtambah dengan 70 juta kaki kubik gas sehingga menempatkan Exspan
Pada tahun 2003, didapatkan tender untuk Merangin-I dan dilakukan penandatanganan
15
Gambar 3.1
Stratigrafi daerah cekungan ini pada umumnya dapat dikenal satu daur besar
(mengacycle) yang terdiri dari suatu transgresi yang diikuti regresi. Formasi yang terbentuk
dalam fasa transgresi dikelompokkan menjadi Kelompok Talisa (Formasi Talang Akar,
Formasi Baturaja, dan Formasi Gumai). Sedang yang terbentuk dalam fase regresi
dikelompokkan menjadi Kelompok Palembang (Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim,
Pada Blok Rimau terdiri dari tiga lapisan formasi, yaitu Formasi Telisa, Baturaja dan
Talang Akar. Ketiga formasi ini memproduksikan minyak, gas dan air.
Formasi Telisa merupakan endapan Lowstand system track dan di lapangan Kaji –
Semoga sebagai reservoir yang baik untuk minyak dan gas. Satuan batupasir Telisa ini
sebagai Barier Sand pada lapangan Kaji, dan di lapangan Semoga sebagai Tidal Sand Flat,
dengan demikian satuan batupasir Telisa ini mempunyai potensi sebagai Stratigraphic trap
(perangkap stratigrafi) atau kombinasi antara perangkap struktur dan perangkap stratigrafi.
16
Distribusi batupasir endapan Tidal (pasang surut) sangat bervariasi yang berpengaruh
Formasi Baturaja terdiri dari gamping yang sering merupakan terumbu yang terbesar
disana – sini. Formasi ini terbentuk dalam cekungan Jambi, begitu pula dalam bagian tertentu
dari cekungan Palembang, seperti depresi Lematang. Lithologi batuan pada formasi ini
Formasi Talang Akar merupakan transgresi marin yang sebenarnya dan rupa – rupanya
dapat dipisahkan dari Formasi Lahat oleh suatu ketidakselarasan yang mewakili
pengangkatan regional dalam Oligosen Tua Atas dan Oligosen Tengah, juga sebagian dari
formasi ini adalah fluviatil sampai delta (Gritsand Member) dan Marin Dangkal (Transition
Member). Dead oil biasanya terletak di dalam sands, Depo-environment pada formasi ini
adalah pada delta, danau sepanjang pantai atau lagoon dan nears-hore marine.
Minyak bumi terdapat terutama dalam lapisan pasir dormasi Talang Akar yang
transgresif dan juga dalam lapisan pasir formasi Air Benakat dan secara terbatas juga
Blok Rimau reservoirnya terbagi menjadi dua, yaitu Rimau yang terdiri dari
Lapangan Kaji dan Semoga yang merupakan reservoir terbesar pad Blok Rimau dan
Old Rimau yang terdiri dari Lapangan Langkap, Kerang, Tabuan, Rimbabat dan Rumbi
yang merupakan reservoir kecil. Karena Rimau merupakan reservoir yang besar maka
17
Dufour (1957) menunjukkan bahwa jarang sekali minyak terdapat dalam
kedua formasi ini pada struktur yang sama. Minyak di Formasi Talang Akar pada
umumnya terdapat di tepi Paparan Sunda dan daerah peninggian batuan dasar,
sedangkan dalam formasi Air Benakat pada bagian – bagian dalam air cekungan,
seperti Jambi.
Minyak yang didapatkan dari Formasi Talang Akar pada umumnya bersifat
parafin berat (35-37API), tetapi dapat pula bervariasi antara 21-25API (lapangan
Raja). Minyak dari Formasi Air Benakat bersifat parafin ringan – sedang (45-54API).
Minyak yang bersifat aspal (22-25API) juga didapat dalam formasi Air Benakat di
Jambi dan juga dalam Formasi Muara Enim, di utara sungai Musi.
Pada lapangan Kaji – Semoga dan Old Rimau, total sumur adalah 378 sumur yang
terdiri atas sumur yang sedang berproduksi sebanyak 176 sumur, sumur dengan injeksi air
sebanyak 74 sumur, sumur yang sedang shut-in 124 sumur, dan sumur plug & abandon
sebanyak 4 sumur.
Metode produksi pada Blok Rimau memakai dengan natural flow dan aritifial lift, yaitu
gas lift, ESP, SRP, dan HPU. Pada Kaji – Semoga artificial lift yang digunakan adalah ESP
dan gas lift, sedangkan pada Old Rimau artificial lift yang digunakan adalah SRP dan HPU,
Stasiun produksi yang terdapat di blok Rimau terbagi menjadi dua, yaitu Old Rimau
berupa Tabuan, Langkap dan Kerang. Sedangkan pada Rimau adalah Kaji, Kaji-Semoga dan
Kaji-Satelite.
18
Di Blok Rimau minyak di jual melalu 2 sales point yaitu Tengguleng dan KM. 3 Plaju.
Minyak di Tengguleng ditampung di storage tank yang berjumlah 4 storage tank. Minyak
selanjutnya diekspor melalui kapal FSO Laksmiati. Pada salaes point KM.3 terdapat matering
penjualan yang diawasi bersama PT. Medco E & P Indonesia dengan PT. Pertamina.
19
BAB IV
Proses pengerjaan suatu sumur dapat dibagi menjadi beberapa tahap mulai dari
drilling (pengeboran), completion (penyelesaian sumur), workover (kerja ulang), well service
(perawatan sumur) dan plug and abandon. Tahap – tahapnya akan dijelaskan sebagai berikut :
1. Drilling (Pengeboran)
20
5. Plug and Abandon
Meninggalkan sumur karena sudah tidak produktif lagi, dengan cara membuat
Well completion atau penyelesaian sumur adalah pekerjaan setelah pemboran, logging
(komplesi) dilakukan agar fluida dari dasar sumur dapat mengalir ke permukaan.
Komplesi dapat dilakuka dengan rig yang sama atau diganti dengan snubbing unit atau
unit yang lebih murah. Jenis komplesi sumur ini bermacam – macam pilihannya
Biaya
Beberapa masalah produksi khusus, seperti sand control atau artificial lift
Metode well completion merupakan hal yang terpenting pada bagian perminyakan yaitu
untuk memulai produksi fluida dari bagian formasi dan untuk menentukan cara apa
yang akan digunakan untuk metode pengangkatan fluidanya. Pada metode well
completion terdapat cara untuk melubangi casing, cement dan formasi untuk maksud
mengalirkan fluida dari formasi ke lubang sumur dan sampai pada pernukaan, cara ini
22
Parameter dari perforasi antara lain :
1. Ukuran gun : makin besar ukuran makin banyak charge (bahan peledak) yang
2. Shoot density (SPF – shoots per foot) : Jumlah gun per foot, artinya juga
jumlah lubang per foot yang dihasilkan. Karena formasi kebanyakan tidak
homogen, dengan SPF yang tinggi semua bagian dari formasi dapat terlubangi
yang permeable
3. Phasing : arah lubang perforasi. Semakin banyak arah, semakin besar pula
4. Stand off : jarak tembak gun, artinya jarak gun terhadap dinding casing. Makin
1. Thru tubing perforator : gun diturunkan melalui inside diameter tubing dengan
pada gun. Ciri – ciri dari thru tubing perforator adalah sebagai berikut :
23
Tabel 4.1
2. Casing gun : gun diturunkan dengan wireline di dalam casing (tanpa tubing),
kemudian wireline dialiri arus listrik untuk mengaktifkan detonator pada gun.
c. Stand off bisa lebih pendek, kemampuan penetrasi gun lebih dalam
e. Debris gun (sisa perforating gun) tidak mengotori lubang sumur karena
24
Tabel 4.2
gun cariernya berbentuk silinder sama seperti casing gun. Untuk mengaktifkan
yaitu dengan cara hydraulic atau pun dengan cara mekanikal. Ciri – ciri dari
besar, spsf dan phasing bisa lebih banyak, stand off lebih pendek, debris
25
Tabel 4.3
System firing perforating gun secara prinsip dibagi menjadi 3 macam, yaitu eletrical,
Electrical : pada semua sistem wire gun : thru tubing dan casing gun. Arus
Mechanical : pada sistem TCP gun. Detenator diaktifkan dengan pukulan bar
meledakkan gun. Sistem drop bar ini hanya digunakan untuk sumur vertikal
atau sumur dengan kemiringan kecil yang memungkinkan bar bisa sampai ke
perforating gun.
Hydraulic : pada sistem TCP gun. Detenator diaktifkan dengan tekanan tubing.
Dilakukan untuk sumur dengan kemiringan besar sehingga drop bar akan sulit
mencapai top of gun. Selalu dilengkapi dengan TDF (time delay firing), artinya
ada tenggang waktu antara pemberian tekanan di tubing sampai detonator aktif.
26
Tenggang waktu ini gunanya untuk memberi kesempatan tekanan tubing di
bleed off sampai tekanan hydrostatic diatas gun menjadi under balance. Dalam
hal ini media untuk pressure up tubing adalah fluida yang ringan (Nitrogen,
diesel oil atau low density formasi. Perlu diketahui juga sistem Hydrauling
Firing ini juga digunakan untuk back up mechanical firing manakala drop bar
Metode well completion terbagi atas dua bagian utama yaitu bottom hole
completion dan tubing completion. Bottom hole completion dapat dilakukan secara
uncased hole completion (tanpa penahan) atau secara cased hole completion
mampu mengangkat fluida yang telah berada dalam lubang sumur ke permukaan
Pada metoda ini terbagi atas dua macam yaitu open hole completion dan perforated
sehingga formasi yang kompak (tidak mudah gugur) dapat terproduksi, dapat
1. Murah
27
Kerugian dari open hole completion adalah:
1. Untuk formasi yang banyak layer semua lapisan produksi akan terproduksi
2. Tidak mungkin dilakukan test sumur satu per satu untuk sistem formasi
banyak lapisan
3. Tidak bisa menutup salah satu zone bila berproduksi air atau gas
Pada sumur demikian sumur dibor sampai target formasi dan disemen disitu. Lalu
formasi produktif di bor dan lumpur disirkulasikan. Aliran masuk ke sumur tanpa
Gambar 4.1
Openhole Completion
28
Pada metoda perforated casing completion, casing produksi dipasang menebus
formasi produktif dan disemen yang selanjutnya diperforasi pada interval – interval
yang diinginkan. Dengan adanya casing produksi tersebut maka formasi yang
mudah gugur dapat ditahan. Cara ini paling umum dilakukan dimana – mana
karena lebih bisa melakukan profil kontrol, biaya relatif kecil kalau interval
perforasinya pendek dan laju produksi yang lebih besar bisa diharapkan karena
Gambar 4.2
Perforated Completion
satu sumur, dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu single completion, commingle
29
1. Single Completion
Dalam metoda ini digunakan satu production string, dimana sumur hanya
memiliki satu lapisan atau zona produktif atau banyak lapisan tetapi di
dilakukan secara open hole bila formasinya cukup kompak dan dilakukan
Gambar 4.3
2. Commingle Completion
mempunya lebih dari satu lapisan atau zona produktif dapat diproduksikan
30
Metoda commingle ini terdiri dari beberapa jenis, yaitu:
Gambar 4.4
31
3. Multiple Completion
Dilakukan untuk sumur yang memiliki lebih dari satu lapisan atau zone
masing zona produksi dan kerusakan alat atau formasinya dapat dilakukan
secara mudah tetapi biaya yang harus dikeluarkan lebih besar dibandingkan
Gambar 4.5
32
Pararel concentric tubing string
(biasanya 2 7/8 inch). Jenis ini cocok untuk sumur - sumur yang
pada saat fracturing, saat acidizing dan masalah – masalah lain yang
Metoda ini biasanya digunakan untik formasi produktif yang faktor sementasinya
berharga 1,4 – 1,7. Linear completion terdiri dari dua jenis, Gambar 4.6, yaitu :
puncak dari formasi atau zone produktif kemudian liner dipasang pada zone
terproduksi tertahan oleh screen. Pada pengunaan screen liner ada beberapa
a. Slotted screen liner, yaitu screen line dengan lubang berupa celah
berbentuk anyaman
c. Prepacked sand screen liner, yaitu berupa saringan dengan dua pipa
33
Gambar 4.6
Keuntungan :
Kelemahan :
34
Tidak mudah menambah kedalaman
dengan casing liner yang disemen dan diperforasi. Formasi yang mudah
gugur akan ditahan oleh casng. Casing yang telah disemen kemudian
Keuntungan :
Kelemahan :
Metoda ini dilakukan bila screen liner masih tidak mampu menahan terproduksinya
produktif di sekeliling casing, sehingga fluida akan tertahan oleh pasir yang
membentuk barrier di belakang gravel, dan gravel ditahan oleh screen. Adapun
tekanan tertentu
35
Screen liner dengan packer diturunkan dengan disertai pipa pembersih
(wash pipe) untuk membersihkan pasir yang ada di dalam lubang sumur
Gambar 4.7
Metoda ini dilakukan pada lapisan yang tipis dengan butiran pasir relatif besar,
permeabilitas seragam (uniform) dan pasirnya bersih (clean stand). Prinsip metoda
ini adalah injeksi bahan kimia ke dalam lapisan pasir sehingga pasir yang terlepas
menjadi tersemen. Bahan kimia yang sering digunakan adalah epoxy resin,
adalah gravel packing tersemen. Dalam hal ini gravel dicampur dengan material
36
4.2 Well Problem
kerusakan valve, tubing, masalah kelistrikan dan juga ada faktor dari sumurnya itu
sendiri seperti korosi, partikel plugging atau bisa juga disebut formation damage.
berkurang akibat turunnya permeabilias disekitar sumur dari harga mula- mula di
a. Clay swelling : disebabkan oleh fresh water atau filtrat lumpur pemboran
yang berlapis – lapis. Sekali swelling terjadi sukar sekali untuk menaikkan
warer mud) dan kalai naik kembali, tidak akan kembali ke harga permebilitas
semula.
tertutupnya pori – pori batuan disekitar lubang bor. Selain itu terdapat group
clay illite (seperti rambut) dan kaolinite (juga berlapis) yang akan bergerak
partikelnya (migrasi) dan menutup lubang pori – pori kalau clay tsb tersentuh
oleh flitrat fresh water mud, baik silika maupun claynya sendiri. Jenis clay lain
seperti chlorite akan bereaksi dengan HCl dan membentuk silica gel yang akan
menutup pori – pori. Selain itu pengendapan scale oleh calcium carbonate,
calcium sulfate, barium sulfate juga dapat terjadi di formasi selain di lubang
37
penurunan temperatur atau tekanan yang mana dapat menyebabka penurunan
c. Emulsion blocking
Dalam hal ini pori – pori tetap terbuka tetapi buntu akibat emuls yang sukar
bergerak. Jarang terjadi bahawa fasa minyak atau air di keduanya berasal dari
air ke formasi, emulsi dengan viskositas sampai 15000 cp dapat terjadi sehigga
formasi dimana injeksi makin lama makin mudah selama emulsi bergerak
menjauhi sumur. Kalau produksi dilakukan kembali maka emulsi mungkin akan
bergerak ke sumur kembali dan membantu produksi tsb. Jadi efeknya seperti
d. Coning atau fingering. Coning adalah akibat naiknya batas air minyak disekitar
Dalam hal ini produksi air akan meningkat terus dan produksi air sensitif
terhadap laju total produksi, hal mana tidak tejadi pada water blocking dimana
Formation damage yang sering ditemukan seperti korosi, scale dan paraffin.
38
1. Corrosion Removal
Material yang terbuat dari logam karena kondisi lingkungan yang tidak sesuai
akan mengalami suatu proses yang disebut dengan korosi. Bijih logam pada
umumnya merupakan senyawa oxida yang lebih stabil dari logamnya sendiri.
terbentuklah korosi.
garam – garam seperti chlorida, sulfida, atau gas terlarut seperti H2S, CO2,
oksigen atau SO2, sehingga arus listrik dari anoda ke katoda dapat mengalir.
Untuk mencegah korosi maka arus listrik ini harus dihentikan atau logam
dalam keadaan netral. Untuk menghentikan arus ini dapat dilakukan dengan
inhibitor atau coating, kedua material ini tahan terhadap arus listrik.
2. Scale Removal
Air formasi mengandung bermacam – macam bahan kimia dalam bentuk ion –
ion yang larut. Ion – ion tersebut bergabung satu sama lainnya membentuk
senyawa yang tidak dapat larut dalam air. Apabila jumlah senyawa tersebut
cukup banyak sehingga melampai batas kelarutannya pada suatu kondisi, maka
senyawa tersebut mengendap dalam bentuk padat yang sering disebut scale.
Batas kelarutan suatu senyawa dalam air tergantung pada beberapa faktor,
yaitu :
a. Tekanan
b. Temperatur
39
c. Tekanan Parsial CO2
Perubahan keempat faktor tersebut dapat terjadi di dalam sumur, mulai dari
dasar sumur sampai ke permukaan, ataupun sepanjang pipa salur yang dapat
Jenis scale yang sering ditemui adalah : kalsium karbonat, kalsium sulfat,
sebagai berikut:
Berdasarkan mekanisme pencegahan scale tersebut, maka dua hal pokok yang
aliran
40
3. Paraffin Removal
a. Secara Mekanik
Indonesia.
Carbon Disulfides (CS2) adalah pelarut paraffin yang baik, akan tetapi
mempunyai titik nyala yang sangat rendah dan uapnya sangat beracun,
baik, namun adanya organik – klorida dalam larutan dalam ppm (part
dengan melelehkan paraffin dengan minyak panas (hot oil). Metoda ini
41
temperatur lebih dari 150C (300F). Biasanya sudah cukup untuk
tinggi, mungkin ada yang bocor dan masuk ke zona produktif dan
bersama minyak.
Masalah – masalah yang terdapat pada sumur harus mempunyai solusi agar sumur
dapat tetap berproduksi dan menghasilkan crude oil yang bagus. Salah satu cara untuk
42
4.3.1. Work Over
produktivitas dari sebuah formasi serta memperpanjang umur dari sumur agar tetap
Operasi Swabbing
2. Swabbing
yang disebabkan oleh sumur berhenti mengalir secara alami. Kejadian ini
terjadi disebabkan bila tekanan formasi tidak cukup untuk mengangkat kolom
tanki atau kolam penampung. Pada saat itu fluida dikeluarkan, tekanan
43
hidrostatik di lubang bor menjadi rendah. Pada saat tekanan turun dibawah
Ada beberapa sumur di-swab melalui casing, tetapi sebagian besar sumur di-
mempersiapkan peralatan
kasus ini wireline unit sering disebut dengan “sand line” dihubungkan
Peralatan Swabbing
44
Swabbing line, terbuat dari fiber core dan anyaman kawat baja
yang digunakan tergantung dari type fluida yang akan diswab serta
Oil Saver, adalah peralatan hidrolik yang terletak diatas lubricator. Oil
atau shut-off valve pada wellhead. Peralatan ini juga berfungsi sebagai
45
o Set of Jar, tabung kosong yang bekerja secara hidrolis guna
o Swabbing Unit, piston – like object yang terdiri dari cup dan
terangkat ke permukaan.
3. Sand Control
Kondisi reservoir
Kondisi produksi
Kerusakan mekanis
disebabkan oleh :
Pasir
Endapan parafin
Aspalt scale
46
Terproduksinya pasir dalam sumur dapat menimbulkan bermacam – macam
1. Gravel Pack
dipasang
47
2. Sand Consolidation
metoda ini cocok untuk zone produksi yang pendek. Cara pelaksanaanya
fluid, biasanya metoda ini dipakai pada zona yang panjangnya medium,
4. Squeeze Cementing
Squeeze cementing adalah suatu operasi dimana suatu bubur semen ditekan
Mengurangi water-oil ratio, water gas ratio atau gas oil ratio
48
Memperbaiki kebocoran yang terjadi di casing
cara untuk menyumbat perforasi yang sudah tidak diperlukan lagi atau bagian
lubang yang terbuka sehingga suatu reservoir bisa diisolasi dan casing bisa
5. Stimulation Reservoir
a) Acidizing
menutup pori – pori batuan formasi. Proses acidizing dibagi menjadi dua,
49
Ada tiga syarat agar asam bisa digunakan untuk stimulasi :
1. HCl
Keburukan HCl adalah sangat korosif. Korosi yang tinggi dan sulit
2. HCl – HF
3. Asam Acetic
Kebaikan dari asam organik secara umum adalah korosi yang lebih
50
4. Asam Formic
Asam formic lebih kecil berat molekulnya, lebih mudah daya larut
lain corrosion inhibitor, surfactant untuk bermacam keperluan dan zat lain
51
b. Corrosin inhibitors
dipakai adalah citrci acid, karena citric acid yang kebanyakan akan
b) Acidizing Fracturing
diacidizing
c) Hydraulic Fracturing
retak tidak tertutup lagi. Merupakan fludia peretak yang dapat membawa
disebut breaker.
52
1. Pre-pad, berviskositas rendah seperti air, minyak atau foam, ditambah
slurry dengan proppant. Volume pad juga akan mengurang leak – off
(kebocoran) pada slurry nanti karena telah mulai terbentuk filter cake
sebagai presentasi dari total viscous fludi (pad + slurry) dan biasanya
53
banyaknya dengan minimum fluida, sehimhha biayanya minimum.
4. Flush.
terbaik dilakukan untuk permeabilitas yang relatif kecil (<10 md) atau
dimana damagenya agak dalam. Pada masa – masa akhir ini sering
dipakai juga untuk permeabilitas besar (>10 md, bahkan diatas 100 md)
Keuntungan ketiga adalah kalau ada fines atau butiran kecil bergerak
ke sumur maka akan ditahan jauh dari sumurnya dan karena kecepatan
distitu relatif kecil maka fines terserbut tidak terangkut oleh arus, jadi
out (TSO) sering dipakai pada akhir – akhir ini untuk rekahan pada
ft), rekahan ini bisa membuat proppant mencapai ujung rekahan (tip)
karena memang relatif tidak terlalu panjang, dimana dalam hal rekahan
54
BAB V
PEMBAHASAN
Pada laporan Kerja Praktek kali ini saya akan membahas tentang kegiatan yang
dilakukan secara spesifik menyerupai studi kasus. Dalam kesempatan kali ini, saya akan
membahas tentang perkerjaan perforasi pada sumur A. Perforasi merupakan bagian dari
optimasi sumur. Optimasi sumur adalah kegiatan untuk menaikkan laju produksi atau
mempertahankan laju produksi yang ada, serta mengoptimalkan pengambilan cadangan yang
ada di reservoir agar bisa naik ke permukaan secra baik dan sesuai atau bahkan melebihi
target produksi.
Langkah – langkah untuk memproduksikan suatu sumur yang baru akan diproduksi
yaitu, seorang Workover Well Service Engineer (WOWS Engineer) akan membuat program
yang bisa membuat pekerjaan dari sumur ini dapat berjalan dengan baik, dan dapat
dimengerti oleh service company yang mengerjakan pekerjaan ini, dalam pengerjaannya
waktu juga harus diperhatikan, maka dari itu waktu menjadi hal yang sangat penting bagi
engineer untuk membuat program. Program tersebut berisikan tahap – tahap yang akan
dilakukan, seperti kedalaman yang akan di perforasi, alat yang digunakan, phasing dan
Sumur A merupakan sumur yang baru akan di produksikan, setelah WOWS engineer
membuat programnya, maka kita akan melakukan test running hole sebelum dilakukan
perforasi, perforasi pada sumur A ini menggunakan salah satu macam dari thru tubing gun,
yaitu link shougun dengan ukuran 1-11/16” SDP (shot deep penetration) dengan 6 SPF dan
60 deg phasing. Alat ini diturunkan menggunakan wireline yang masuk melewati tubing.
Setelah menurunkan peralatan perforasi, maka kita akan melukukan rekam formasi, dengan
55
cara menggunakan alat logging untuk memastikan kedalaman yang ada dan juga mengetahui
keberadaan dari casing, alat logging yang digunakan adalah CCL (casing Collar Log).
Service company yang membantu untuk perforasi ini adalah EPI Logging. Setelah itu,
cocokkan data yang didapat dari CCL dengan data yang sudah di peroleh sebelumnya. Jika
sudah cocok langkah perforasi bisa langsung di lakukan di kedalaman yang dituju, seluruh
kegiatan perforasi ini menggunakan wireline yang dikendalikan oleh unit. Wireline akan di
aliri arus listrik untuk mengaktifkan detonator yang terdapat di link shogun. Kedalaman yang
dituju pada perforasi kali ini adalah 2780-2784 ft KBMD dan 2786 – 2792 ft KBMD.
Setelah perforasi dilakukan ada 3 tanda yang harus diperhatikan, yaitu bergetarnya
wireline, jatuhnya plat tembaga, dan turunnya tension secara drastis. Standy by kan alat
perforasi selama 10 menit untuk memastikan perforasi berjalan dengan baik, setelah itu
rekam kembali log sesudah perforasi, kemudian check apakah kedalaman yang di perforasi
benar atau tidak. Setelah itu rekam juga shut-in tubing pressure dan shut in casing pressure
Swabbing dilakukan setelah perforasi, pada sumur ini di lakukan test swabbing sumur
sebanyak 5 kali, level fluid pertama sedalam 1560 ft KBMD, swab yang pertama dilakukan
pada kedalaman 2000 ft KBMD dan swab selanjutanya dilakukan di kedalaman 2200 ft
KBMD. Hasil recovery yang didapat sebanyak 1,8 bbls dan total dari recovery 10,6 bbls
Aliran fluida yang mengalir di alirkan ke arah tank yang melewati poorboy separator
terlebih dahulu dan gas yang terproduksi di bakar di flaring. Swabbing juga di test dengan
mengatur bukaan choke, hasil test dapat dilihat pada table 5.1
56
Tabel 5.1
Hasil Swabbing
Setelah di lakukan swabbing, lalu dilakukan SBHP (Static Bottom Hole Pressure),
pertama yang dilakukan adalah menurunkan gauge cutter untuk mengecheck kondisi dari
tubing, setelah kondisi tubing baik – baik saja kemudian cabut gauge cutter ke permukaan.
dan 2786 – 2792 ft KBMD untuk mengecek tekanan di bawah permukaan. Seteleh
pengecekan tekanan di tubing, didapatkan hasil tekanan dari thru tubing ke influx tank dan
gas ke flaring thru poorboy separator, tekanan stabil pada 35 psi, dan recovery hanya gas.
Setelah itu kita menutup safety valve dan meng-unset 1 ft tubing string lalu
memompakan ke dalam sumur air formasi dengan 110 bbls, 8,4 ppg sampai annulus.
Kemudian diamkan sumur selama 30 menit. Hasil yang didapat ternyata tidak ada, tidak ada
aliran dan tidak ada fluida yang naik. Kemudian pasang string yang lebih rendah sampai
EOTP (End Of Tubing Pressure) di kedalaman 2790 ft KBMD dengan 7 joints masing –
masing memakai 2 7/8” tubing, kemudian sirkulasi sumur untuk dibersihkan dari gas dengan
memompakan air formasi sebanyak 120 bbls dan 8,4 ppg. Kemudian diamkan sumur selama
30 menit.
57
Kemudian cabut 84 joints tubing ukuran 2 7/8” tubing, packer dengan ukuran 7” R-3,
dan 3 joints tubing ukuran 2 7/8” sebagai tubing produksi sampai ke atas permukaan.
Penuhkan sumur dengan air formasi, yang diambil dari trip tank. Setelah itu, pasang lagi 1
joint tubing ukuran 2 7/8” sebagai tubing produksi, packer ukuran 7” R-3, 1 joint tubing
ukuran 2 7/8”, SPM dengan ukuran 2 3/8” sebagai Gas Lift Valve-3, 19 joints tubing ukuran
2 7/8”, SPM dengan ukuran 2 3/8” sebagai Gas Lift Valve-2, 32 joints tubing ukuran 2 7/8”,
SPM dengan ukuran 2 3/8” sebagai Gas Lift Valve-1, 33 joint tubing ukuran 2 7/8 sebagai
tubing hanger dan EOTP pada 2702 ft KBMD. Pasang packer ukuran 7” R-3 pada kedalaman
2671 ft KBMD dengan menurunkan 7000 lbs dan EOTP pada kedalaman 2702 ft KBMD.
Kemudian memasang BPV dengan ukuran 7 1/16” pada tekanan 3000 psi dimana
BOP stack sudah selesai juga dipasang. X-mastree dan test X-Mastree di set pada tekanan
Acidizing pada sumur tidak langsung di lakukan, perlu di perhatikan beberapa hal,
salah satunya adalah hasil swab dari sumur tersebut. Seperti halnya tersebut, acidizing pada
sumur A juga dilihat hasil test swabbingnya, hasil test swabbing pada sumur A
memperlihatkan hasilnya bahwa yang didapat hanya gas saja tidak ada liquid, dengan hasil
tersebut maka akan diputuskan metido acidizing apa yang akan digunakan.
58
2. Laju produksi 50 – 75 BOPD dan WC 80% - 90% maka akan dilakukan
konsultasi ke Jakarta.
Untuk melakukan acidizing pada sebuah sumur, acidizing mempunyai formula acid
masing – masing, sesuai dengan keadaan sumur tersebut. Untuk sumur A mempunyai
Perf length 10 ft
Treatment 40 gof
Excess 10%
Tabel 5.2
59
AS-7 3.11 gal 0.62 can
1. Siapkan bebrapa barrel dari HCL 15% yang sudah dicampur (40 GPF) untuk FU yang
company.
Material Kualitas
60
2. Pompakan 15% asam HCL yang sudah di campur, sebagai berikut :
a. Pompakan seluruh 15% asam HCl yang sudah di campur kedalam formasi unit
b. Casing valve masih ditutup. Pindahkan semua asam ke dalam formasi dengan
menggunakan air formasi dengan tekanan maksimum pompa 800 psi (tekanan
crown valve.
61
BAB VI
6.1 Kesimpulan
shogun dengan ukuran 1 11/16” dengan 6 SPF dan 60 deg phasing. Perforasi akan di
2. Pada formasi baturaja apabila setelah di perforasi tetapi fluidanya belum naik ke
permukaan karena kurangnya tekanan dari reservoir, maka perlu dilakukan acidizing
baik soak acidizing ataupun matriks acidizing tergantung dari laju alir yang didapat.
3. Setelah di swabbing, ternyata yang didapat hanya dry gas saja, untuk membuktikan
ada atau tidaknya fluida setelah di perforasi, maka di perlukan metode matrix
6.2 Rekomendasi
1. Apabila menggunakan tubing dengan ukuran 2 7/8” dan SPM 2 3/8” lebih baik
menggunakan ukuran gun yang lebih kecil yaitu 1 11/16” dengan 6 SPF dan 60 deg
2. Apabila ingin tetep memakai gun 2 1/8”, ukuran SPM pada tubing harus diperbesar
menjadi 2 7/8” sama seperti ukuran tubing, agar gun tidak stuck di tubing.
3. Apabila hasil swabbing yang didapat hanya dry gas dan tidak ada keterangan zona
62
Daftar Pustaka
1. “Basic Completion, Workover and Well Service”., Kaji, South Sumatra, PT Medco
E&P, 2005
3. Halim, Andri. “Komplesi dan Kerja Ulang Sumur”, Jakarta, Universitas Trisakti,
2011
Jakarta, 2005
2007
Jakarta, 2005
63
LAMPIRAN
63
ACTIVITY REPORT FROM (11th – 18th JULY 2011)
2. Kegiatan Well Service : KS – 34, convert ESP to Gas Lift. Pull out of hole ESP
string production.
KRG 2.
1. Kaji Station
tengguleng.
1. Kaji Station
1. KS – 376
2. Rumbi – 2
3. Inspeksi rig TA – 4
1. Rumbi – 2