Anda di halaman 1dari 13

UJIAN AKHIR SEMESTER

KASUS MANAJEMEN KEPERAWATAN

MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESSIONAL (MPKP)

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan

Disusun oleh:

Shmulyaningtyas Paramita NPM. 08180100259

SEKOLAH TINGGI ILMU KSEHATAN INDONESIA MAJU (STIKIM)

S1 ILMU KEPERAWATAN

2019
Soal:

Ruang perawatan Mawar dengan kapasitas 20 tempat tidur, jumlah tenaga perawat 18 orang
dengan pendidikan S1 Keperawatan 4 orang, D3 Keperawatan 14 orang. Pimpinan ingin
mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Apabila anda ditunjuk
sebagai kepala ruangan, apa yang akan anda lakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan
tersebut?

Jawaban:

Menurut Hoffart & Woods tahun 1996 dalam Literature Review oleh Komang tahun
2017 menyebutkan bahwa Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem
(struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan
tersebut. Penerapan MPKP di rumah sakit bermacam-macam disesuaikan situasi dan kondisi
rumah sakit. Ada MPKP pemula yang dikenal dengan metode tim yaitu pemberian asuhan
keperawatan secara total kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan, dan MPKP yaitu
metode pemberian asuhan keperawatan komprehensif yang merupakan aplikasi dari model
praktik keperawatan profesional atau yang disebut model keperawatan primer. Ada beberapa
jenis MPKP yaitu:

1. Model Praktek Keperawatan Profesional III


Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam
keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat
melakukan riset serta memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan
keperawatan.
2. Model Praktek Keperawatan Profesional II.
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat
II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan
yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan
konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya.
Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan
asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat
primer pada area spesialisnya.
3. Model Praktek Keperawatan Profesional I
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional
tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan. Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini
adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer.
4. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal
untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan
profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan
keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan
keperawatan.

Berdasarkan kualifikasi jenis MPKP tersebut, ruang perawatan Mawar dengan


kapasitas 20 tempat tidur, jumlah tenaga perawat 18 orang dengan pendidikan S1
Keperawatan 4 orang, D3 Keperawatan 14 orang, yang dapat saya lakukan sebagai kepala
ruangan Mawar untuk meningkatkan mutu pelayanan adalah dengan cara:

TAHAP PERSIAPAN

1. Rancangan Penilaian Mutu


Sebelum menentukan metode MPKP yang tepat di ruang Mawar, hal pertama
yang perlu saya lakukan adalah melakukan penilaian mutu ruangan. Dimana penilaian
mutu keperawatan meliputi kepuasan klien/keluarga, kepatuhan perawat terhadap standar
yang dinilai dari dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial
(Sitorus, 2011). Dari data yang telah dikumpulkan, saya sebagai kepala ruangan akan
memetakan data tersebut untuk selanjutnya disosialisasikan yaitu dengan diadakannya
presentasi MPKP.
2. Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu
asuhan kepada pimpinan rumah sakit, departemen, staf keperawatan, dan staf lain yang
terlibat. Pada presentasi ini juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat
implementasi MPKP akan dilaksanakan (Sitorus, 2011). presentasi MPKP ini dapat
berupa:
a. Penentuan Tempat Implementasi MPKP
Yaitu ruang perawatan Mawar dengan kapasitas 20 tempat tidur,
b. Penetapan Tenaga Keperawatan
Menurut Sitorus tahun 2011 pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu
ruang rawat ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan.
Untuk menetapkan jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului dengan
menghitung jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan dalam waktu tertentu,
minimal selama 7 hari berturut-turut.
Berdasarkan kasus tersebut saya memilih untuk menerapkan metode MPKP I
yaitu kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim-
primer atau metode primer modifikasi.
Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat
professional maupun nonprofessional bekerja bersama dalam memberikan asuhan
keperawatan di bawah kepemimpinan seorang perawat professional. Disamping itu
dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga
orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam
perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan waktu follow up care. Dalam
memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode keperawatan primer
modifikasi, satu tim yang terdiri dua hingga tiga perawat memiliki tanggung jawab penuh
pada sekelompok pasien. Dimana struktur organisasi menurut Marquis & Huston, 1998
dalam Nursalam, 2014 sebagai berikut:
KEPALA RUANGAN

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 PASIEN 7-8 PASIEN 7-8 PASIEN 7-8 PASIEN


Perawat primer (PP) adalah perawat dengan minimal pendidikan S1 Keperawatan Ners
sedangkan untuk perawat assosiate (PA) adalah dengan pendidikan minimal D3
Keperawatan. Sehingga sangat tepat sekali jika mengunakan metode primer modifikasi.
Namun karena total bed ruang Mawar hanya 20 tempat tidur, baik perawat primer
(PP) maupun perawat assosiate (PA) dapat disesuaikan berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien. Menurut Nursalam (2014) memaparkan ada berbagai cara
perhitungan kebutuhan tenaga perawat untuk suatu ruangan yaitu dengan cara
perhitungan kebutuhan tenaga menurut Douglas. Douglas menetapkan jumlah perawat
yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi pasien (tingkat
ketergantungan).

Contoh penerapan di ruang Mawar:

20 full bed (3 klien dengan perawatan minimal, 10 klien dengan perawatan


parsial, dan 7 klien dengan perawatan total), jumlah perawat yang dibutuhkan untuk
berjaga pagi hari adalah:

3 x 0,17 = 0,51
10 x 0,27 = 2,7
7 x 0,36 = 2,52
Jumlah = 5,73 = 6 orang
Prakira jumlah perawat di ruang Mawar:

Jika diandaikan secara maksimal yaitu dengan total klien 20 full bed dengan
keseluruhan klien perawatan total, maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk berjaga
dalam 1 hari adalah:

Pagi : 20 x 0,36 = 7,2 = 7


Siang : 20 x 0,30 =6
Malam : 20 x 0,20 =4
Jumlah perawat/hari = 17 orang
Jika diandaikan secara minimal yaitu dengan total klien 20 full bed dengan
keseluruhan klien perawatan minimal, maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk
berjaga dalam 1 hari adalah:

Pagi : 20 x 0,17 = 3.4 = 3


Siang : 20 x 0,14 = 2.8 = 3
Malam : 20 x 0,10 =2
Jumlah perawat/hari = 8 orang

Berdasarkan perhitungan tingkat ketergantungan pasien diatas, maka perawat di


ruang Mawar dapat juga dikurangi yaitu tidak lebih dari 17 orang dan tidak
kurang dari 8 orang.

Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode


ini di lakukan oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap
ada pada perawat professional. Perawat professional juga memiliki kewajiban untuk
membimbing dan melatih nonprofessional. Apabila perawat professional sebagai ketua
tim tidak masuk tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat professional
lainnya. Peran saya sebagai perawat kepala ruang yaitu diarahkan dalam hal membuat
jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota untuk bekerja sama, dan
berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator.
c. Penetapan Jenis Tenaga
Pada MPKP metode primer - tim dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis
tenaga, meliputi:
- Clinical Care Manager (CCM), yang bertugas:
Mengarahkan dan membimbing PP dalam memberikan asuhan keperawatan.
- Kepala Ruangan, yang bertugas:
i. Menerima pasien baru
ii. Memimpin rapat
iii. Mengevaluasi kinerja perawat
iv. Membuat jadwal dinas
v. Perencanaan, pengarahan, dan pengawasan
- Perawat Primer, yang bertugas:
i. Membuat perencanaan asuhan keperawatan
ii. Mengadakan tindakan kolaborasi
iii. Memimpin timbang terima
Timbang terima (operan) dilakukan oleh ketua tim keperawatan kepada ketua
tim (penanggung jawab) dinas sore atau dinas malam secara tertulis dan lisan.
Manfaat timbang terima yaitu:
Bagi perawat:
 Meningkatkan kemampuan komunikasi antar perawat.
 Menjalin hubungan kerjasama dan bertanggung jawab antar perawat.
 Pelaksanaan asuhan keperawatan terhadap pasien yang
berkesinambungan.
 Perawat dapat mengikuti perkembangan pasien secara paripurna.

Bagi pasien:

 Pasien dapat menyampaikan masalah secara langsung bila ada yang


belum terungkap (Nursalam, 2014).

TAHAP KEGIATAN WAKTU TEMPAT PELAKSANA

Persia 1. Operan dilaksanakan setiap 5 menit Nurse Ketua Tim dan


pan pergantian shift station Perawat
2. Prinsip operan, terutama pada Associate
semua pasien baru masuk dan
pasien yang dilakukan operan
khususnya pasien yang memiliki
permasalahan yang belum atau
dapat teratasi serta yang
membutuhkan observasi lebih
lanjut.
3. Ketua Tim menyampaikan
operan pada Ketua Tim
berikutnya mengenai hal yang
perlu disampaikan dalam operan
meliputi:
a. Jumlah pasien
b. Identitas pasien dan
diagnosis medis
c. Data (keluhan/subjektif
dan objektif)
d. Masalah keperawatan
yang masih muncul
e. Intervensi keperawatan
yang sudah dan belum
dilaksanakan (secara
umum)
f. Intervensi kolaborasi dan
dependen
g. Rencana umum dan
persiapan yang perlu
dilakukan (persiapan
operasi, pemeriksaan
penunjang, dan lain-lain)
Pelaks 1. Kedua kelompok dinas sudah 20 menit Nurse Kepala
anaan siap (shift jaga). Station Ruangan,
2. Kelompok yang akan bertugas Ketua Tim,
menyiapkan buku catatan. Perawat
3. Kepala Ruangan membuka Associate
acara operan.
4. Perawat yang melakukan
operan dapat melakukan
klarifikasi, tanya jawab dan
melakukan validasi terhadap
hal-hal yang telah dioperkan
dan berhak menanyakan
mengenai hal-hal yang kurang
jelas.
5. Kepala Ruangan atau Ketua
Tim menanyakan kebutuhan
dasar pasien.
6. Penyampaian yang jelas, Ruang
singkat dan padat. Perawatan
7. Perawat yang melaksanakan
operan mengkaji secara penuh
terhadap masalah
keperawatan, kebutuhan dan
tindakan yang telah atau
belum dilaksanakan serta hal-
hal penting lainnya selama
masa perawatan.
8. Hal-hal yang sifatnya khusus
dan memerlukan perincian
yang matang sebaiknya
dicatat secara khusus untuk
kemudian diserahterimakan
kepada petugas berikutnya.
9. Lama operan untuk tiap
pasien tidak lebih dari lima
menit kecuali pada kondisi
khusus dan memerlukan
keterangan yang rumit.
Post 1. Diskusi. 5 menit Nurse Kepala
operan 2. Pelaporan untuk operan Station Ruangan,
dituliskan secara langsung Ketua Tim,
pada format operan yang Perawat
ditandatangani oleh Ketua Associate
Tim yang jaga saat itu dan
Ketua Tim yang jaga
berikutnya diketahui oleh
Kepala Ruangan.
3. Ditutup oleh Kepala Ruangan
Hal-hal yang Perlu Diperhatikan:

 Dilaksanakan tepat pada waktu pergantian shift.


 Dipimpin oleh kepala ruangan atau penanggung jawab pasien (Ketua
Tim).
 Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas.
 Informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan
menggambarkan kondisi pasien saat ini serta menjaga kerahasiaan
pasien.
 Operan harus berorientasi pada permasalahan pasien.
 Pada saat operan di kamar pasien, menggunakan volume suara yang
cukup sehingga pasien di sebelahnya tidak mendengar sesuatu yang
rahasia bagi pasien.
 Sesuatu yang mungkin membuat pasien terkejut dan syok sebaiknya
dibicarakan di nurse station.
iv. Mendelegasikan tugas
v. Memimpin ronde keperawatan
vi. Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan
vii. Bertanggung jawab terhadap pasien
viii. Memberi petunjuk bila pasien akan pulang
ix. Mengisi resume keperawatan
- Perawat asosiate, yang bertugas:
i. Memberikan asuhan keperawatan
ii. Mengikuti timbang terima
iii. Melaksanakan tugas yang didelegasikan
iv. Mendokumentasikan Tindakan Keperawatan

d. Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan

e. Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan

f. Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan fasilitas
yang dibutuhkan pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas tambahan yang di perlukan
adalah (Sitorus, 2011):
- Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi nama PP dan
PA dalam tim tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali saat melakukan kontrak
dengan klien/keluarga. Saya akan menaruh badge di slot papan diatas kepala tempat
tidur pasien.
- Papan MPKP
Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA, dan timnya serta dokter yang
merawat klien yang saya letakan di ruang kepala ruangan/ ruangan saat handover.
TAHAP PELAKSANAAN

Berdasarkan Sitorus tahun 2011, pada tahap pelaksanaan MPKP yang dapat saya lakukan
sebagai kepala ruangan Mawar adalah sebagai berikut ini:

1. Pelatihan tentang MPKP


Sebagai kepala ruangan Mawar saya perlu mengadakan pelatihan MPKP yang diberikan
kepada semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan.
2. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi
Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan
setelah melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP.
Konferensi sebaiknya dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi
gangguan dari luar (Sitorus, 2011).
3. Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan
porawat asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde ini
penting selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk memperoleh
tambahan data tentang kondisi klien (Sitorus, 2011).
4. Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana asuhan
keperawatan
Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan
asuhan keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada
standar tersebut (Sitorus, 2011).
5. Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan
klien/keluarga
Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara perawat dan
klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar
hubungan saling percaya antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan
pemberian orientasi bagi klien dan keluarganya (Sitorus, 2011).
6. Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim
PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien yang dirawatnya.
Melalui kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang ditanganinya secara
mendalam. (Sitorus, 2011).
7. Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP
dan PA
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi MPKP dilakukan
melalui supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan bimbingan, diperlukan
buku komunikasi CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan karena CCM terdiri dari
beberapa orang yaitu anggota tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan
bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku
komunikasi CCM tidak diperlukan lagi (Sitorus, 2011).
8. Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan
Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada klien. Oleh
karena itu, pengisian dokumentasi secara tepat menjadi penting.

Anda mungkin juga menyukai