Anda di halaman 1dari 6

Ruang perawatan Mawar dengan kapasitas 20 tempat tidur, jumlah tenaga perawat 18 orang

dengan pendidikan S1 Keperawatan 4 orang, D3 Keperawatan 14 orang. Pimpinan ingin


mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP). Apabila anda ditunjuk sebagai
kepala ruangan, apa yang akan anda lakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan tersebut?

Menurut Hoffart & Woods tahun 1996 dalam Literature Review oleh Komang tahun 2017
menyebutkan bahwa Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur,
proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian
asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut.
Penerapan MPKP di rumah sakit bermacam-macam disesuaikan situasi dan kondisi rumah sakit.
Ada MPKP pemula yang dikenal dengan metode tim yaitu pemberian asuhan keperawatan secara
total kepada sekelompok pasien yang telah ditentukan, dan MPKP yaitu metode pemberian asuhan
keperawatan komprehensif yang merupakan aplikasi dari model praktik keperawatan profesional
atau yang disebut model keperawatan primer. Ada beberapa jenis MPKP yaitu:
a. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik
yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset serta
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan.

b. Model Praktek Keperawatan Profesional II.


Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada
ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk
cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan
keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan
memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis
direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya.

c. Model Praktek Keperawatan Profesional I


Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu
diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan. Metode pemberian asuhan
keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan
metode tim disebut tim primer.

d. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula


Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal untuk menuju
model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada
model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan
keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan.

Berdasarkan kualifikasi jenis MPKP tersebut, ruang perawatan Mawar dengan kapasitas 20
tempat tidur, jumlah tenaga perawat 18 orang dengan pendidikan S1 Keperawatan 4 orang, D3
Keperawatan 14 orang, yang dapat saya lakukan sebagai kepala ruangan Mawar untuk
meningkatkan mutu pelayanan adalah dengan cara:

TAHAP PERSIAPAN
1. Rancangan Penilaian Mutu
Sebelum menentukan metode MPKP yang tepat di ruang Mawar, hal pertama yang perlu
saya lakukan adalah melakukan penilaian mutu ruangan. Dimana penilaian mutu keperawatan
meliputi kepuasan klien/keluarga, kepatuhan perawat terhadap standar yang dinilai dari
dokumentasi keperawatan, lama hari rawat dan angka infeksi noksomial (Sitorus, 2011). Dari data
yang telah dikumpulkan, saya sebagai kepala ruangan akan memetakan data tersebut untuk
selanjutnya disosialisasikan yaitu dengan diadakannya presentasi MPKP.
2. Presentasi MPKP
Selanjutnya dilakukan presentasi tentang MPKP dan hasil penilaian mutu asuhan kepada
pimpinan rumah sakit, departemen, staf keperawatan, dan staf lain yang terlibat. Pada presentasi ini
juga, sudah dapat ditetapkan ruang rawat tempat implementasi MPKP akan dilaksanakan (Sitorus,
2011). presentasi MPKP ini dapat berupa:
a) Penentuan Tempat Implementasi MPKP
b) Penetapan Tenaga Keperawatan
Menurut Sitorus tahun 2011 pada MPKP, jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat
ditetapkan dari klasifikasi klien berdasarkan derajat ketergantungan. Untuk menetapkan jumlah
tenaga keperawatan di suatu ruang rawat didahului dengan menghitung jumlah klien berdasarkan
derajat ketergantungan dalam waktu tertentu, minimal selama 7 hari berturut-turut.
Berdasarkan kasus tersebut saya memilih untuk menerapkan metode MPKP I yaitu
kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim yang disebut tim-primer atau metode primer
modifikasi.
Metode ini sama dengan metode keperawatan tim karena baik perawat professional
maupun non professional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan di bawah
kepemimpinan seorang perawat professional. Disamping itu dikatakan memiliki kesamaan dengan
metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas
sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang, bahkan sampai dengan
waktu follow up care. Dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode
keperawatan primer modifikasi, satu tim yang terdiri dua hingga tiga perawat memiliki tanggung
jawab penuh pada sekelompok pasien. Dimana struktur organisasi menurut Marquis & Huston,
1998 dalam Nursalam, 2014 sebagai berikut:
Kepala Ruangan

PP 1 PP 2 PP 3 PP 4
PA PA PA PA
PA PA PA PA
PA PA PA PA
7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien 7-8 pasien

perawat primer (PP) adalah perawat dengan minimal pendidikan S1 Keperawatan Ners sedangkan
untuk perawat assosiate (PA) adalah dengan pendidikan minimal D3 Keperawatan. Sehingga sangat
tepat sekali jika mengunakan metode primer modifikasi.
Namun karena total bed ruang Mawar hanya 20 tempat tidur, baik perawat primer (PP)
maupun perawat assosiate (PA) dapat disesuaikan berdasarkan tingkat ketergantungan pasien.
Menurut Nursalam (2014) memaparkan ada berbagai cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat
untuk suatu ruangan yaitu dengan cara perhitungan kebutuhan tenaga menurut Douglas. Douglas
menetapkan jumlah perawat yang dibutuhkan dalam suatu unit perawatan berdasarkan klasifikasi
pasien (tingkat ketergantungan).
Contoh penerapan di ruang Mawar:
20 full bed (3 klien dengan perawatan minimal, 10 klien dengan perawatan parsial, dan 7 klien
dengan perawatan total), jumlah perawat yang dibutuhkan untuk berjaga pagi hari adalah:
3 x 0,17 = 0,51
10 x 0,27 = 2,7
7 x 0,36 = 2,52
Jumlah = 5,73 = 6 orang

Prakira jumlah perawat di ruang Mawar:


Jika diandaikan secara maksimal yaitu dengan total klien 20 full bed dengan keseluruhan klien
perawatan total, maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk berjaga dalam 1 hari adalah:
Pagi : 20 x 0,36 = 7,2 = 7
Siang : 20 x 0,30 =6
Malam : 20 x 0,20 =4
Jumlah perawat/hari = 17 orang
Jika diandaikan secara minimal yaitu dengan total klien 20 full bed dengan keseluruhan klien
perawatan minimal, maka jumlah perawat yang dibutuhkan untuk berjaga dalam 1 hari adalah:
Pagi : 20 x 0,17 = 3.4 = 3
Siang : 20 x 0,14 = 2.8 = 3
Malam : 20 x 0,10 =2
Jumlah perawat/hari = 8 orang
Berdasarkan perhitungan tingkat ketergantungan pasien diatas, maka perawat di ruang Mawar dapat
juga dikurangi yaitu tidak lebih dari 17 orang dan tidak kurang dari 8 orang.

Sekalipun dalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini di lakukan
oleh dua hingga tiga perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat
professional. Perawat professional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non
professional. Apabila perawat professional sebagai ketua tim tidak masuk tugas dan tanggung jawab
dapat digantikan oleh perawat professional lainnya. Peran saya sebagai perawat kepala ruang
yaitu diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempertimbangkan kecocokan anggota
untuk bekerja sama, dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator.

c) Penetapan Jenis Tenaga


Pada MPKP metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan adalah metode
modifikasi keperawatan primer. Dengan demikian, dalam suatu ruang rawat terdapat beberapa jenis
tenaga, meliputi (Sitorus, 2011):
Clinical Care Manager (CCM)
Kepala Ruangan:
a) Menerima pasien baru
b) Memimpin rapat
c) Mengevaluasi kinerja perawat
d) Membuat jadwal dinas
e) Perencanaan, pengarahan, dan pengawasan

Perawat Primer
Membuat perencanaan asuhan keperawatan
Mengadakan tindakan kolaborasi
Memimpin timbang terima
Mendelegasikan tugas
Memimpin ronde keperawatan
Mengevaluasi pemberian asuhan keperawatan
Bertanggung jawab terhadap pasien
Memberi petunjuk bila pasien akan pulang
Mengisi resume keperawatan

Perawat asosiate
Memberikan asuhan keperawatan
Mengikuti timbang terima
Melaksanakan tugas yang didelegasikan

d) Mendokumentasikan tindakan keperawatan

d) Pengembangan Standar Rencana Asuhan Keperawatan

e) Penetapan Format Dokumentasi Keperawatan

f) Identifikasi Fasilitas
Fasilitas minimal yang dibutuhkan pada suatu ruang MPKP sama dengan fasilitas yang dibutuhkan
pada suatu ruang rawat. Adapun fasilitas tambahan yang di perlukan adalah (Sitorus, 2011):
 Badge atau kartu nama tim
Badge atau kartu nama tim merupakan kartu identitas tim yang berisi nama PP dan PA dalam tim
tersebut. Kartu ini digunakan pertama kali saat melakukan kontrak dengan klien/keluarga.
 Papan MPKP
Papan MPKP berisi daftar nama-nama klien, PP, PA, dan timnya serta dokter yang merawat klien.

TAHAP PELAKSANAAN
Berdasarkan Sitorus tahun 2011, pada tahap pelaksanaan MPKP yang dapat saya lakukan sebagai
kepala ruangan Mawar adalah sebagai berikut ini:
1) Pelatihan tentang MPKP
Sebagai kepala ruangan Mawar saya perlu mengadakan pelatihan MPKP yang diberikan kepada
semua perawat yang terlibat di ruang yang sudah ditentukan.

2) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan konferensi


Konferensi merupakan pertemuan tim yang dilakukan setiap hari. Konferensi dilakukan setelah
melakukan operan dinas, sore atau malam sesuai dengan jadwal dinas PP. Konferensi sebaiknya
dilakukan di tempat tersendiri sehingga dapat mengurangi gangguan dari luar (Sitorus, 2011).

3) Memberi bimbingan kepada perawat primer (PP) dalam melakukan ronde dengan porawat
asosiate (PA).
Ronde keperawatan bersama dengan PA sebaiknya juga dilakukan setiap hari. Ronde ini penting
selain untuk supervisi kegiatan PA, juga sarana bagi PP untuk memperoleh tambahan data tentang
kondisi klien (Sitorus, 2011).

4) Memberi bimbingan kepada PP dalam memanfaatkan standar rencana asuhan keperawatan


Standar rencana asuhan keperawatan merupakan acuan bagi tim dalam melaksanakan asuhan
keperawatan. Semua masalah dan tindakan yang direncenakan mengacu pada standar tersebut
(Sitorus, 2011).

5) Memberi bimbingan kepada PP dalam membuat kontrak/orientasi dengan klien/keluarga.


Kontrak antara perawat dan klien/keuarga merupakan kesepakatan antara perawat dan
klien/keluarganya dalam pemberian asuhan keperawatan. Kontrak ini diperlukan agar hubungan
saling percaya antara perawat dan klien dapat terbina. Kontrak diawali dengan pemberian orientasi
bagi klien dan keluarganya (Sitorus, 2011).

6) Memberi bimbingan kepada PP dalam melakukan presentasi kasus dalam tim.


PP secara teratur diharapkan dapat mempresentasikan kasus-kasus klien yang dirawatnya. Melalui
kasus ini PP dan PA dapat lebih mempelajari kasus yang ditanganinya secara mendalam. (Sitorus,
2011).

7) Memberi bimbingan kepada Critical Care Manager (CCM) dalam membimbing PP dan PA.
Bimbingan CCM terhadap PP dan PA dalam melakukan implementasi MPKP dilakukan melalui
supervisi secara berkala. Agar terdapat kesinambungan bimbingan, diperlukan buku komunikasi
CCM. Buku ini menjadi sangat diperlukan karena CCM terdiri dari beberapa orang yaitu anggota
tim/panitia yang diatur gilirannya untuk memberikan bimbingan kepada PP dan PA. Bila sudah ada
CCM tertentu untuk setiap ruangan, buku komunikasi CCM tidak diperlukan lagi (Sitorus, 2011).

8) Memberi bimbingan kepada tim tentang dokumentasi keperawatan.


Dokumentasi keperawatan menjadi bukti tanggung jawab perawat kepada klien. Oleh karena itu,
pengisian dokumentasi secara tepat menjadi penting.

Anda mungkin juga menyukai