Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENGENALAN MORFOLOGI IKAN


Rabu 02 Oktober 2019

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dalam praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran yang
digunakan dalam identifikasi.

II. DASAR TEORI

Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai dengan
empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat ribu
diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan tawar. Dari
jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan yang lainnya sudah tentu memiliki
beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai
dasar pengklasifikasian (Manda, 2005).

Bentuk tubuh ikan beradaptasi dengan cara, tingkah laku, dan kebiasaan hidup di
dalam suatu habitat hidup ikan. Dengan kata lain, habitat atau lingkungan dimana
ikan itu hidup akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh, sedangkan cara bergerak
maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat ke habitat lainnya. Ikan akan
menyesuaikan diri terhadap faktor-faktor fisika, kimia, biologi dari habitat ikan yang
bersangkutan, misalnya kedalaman air, suhu, arus, pH, salinitas, dan makhluk-
makhluk lainnya seperti plankton, jasad-jasad renik, benthos, dan sebagainya
(Kastowo,2008).

Bentuk tubuh ikan bervariasi meskipun demikian mempunyai pola dasar yang
sama yaitu “kepala-badan-ekor” pada umumnya bilateral simetris. Sebagai
kekecualian pada ordo Plauronectiformes yang mempunyai bentuk nonbilateral
simetris. Dimana secara garis besar ikan yang ada di alam dikelompokkan menjadi
dua yaitu Agnatha (ikan yang tidak berahang) dan Gnathostomata (ikan yang
memiliki rahang). Secara umum, ikan dibagi atas tiga kelas yaitu :
Cephalaspidomorphi, Condrichthyes, dan Osteichthyes (D.S. Mulya,2006).
Cephalaspidomorphi,Condrichthyes, dan Osteichthyes dimasukkan kedalam
Pisces, merupakan kelompok hewan yang sangat besar san banyak diminati orang,
sehingga kelompok hewan ini mendapat perhatian sebagai bidang ilmu khusus yakni
Ikhtiologi (H. Anshari, 2008).

Pada bagian kepala (caput) ikan, terdapat organ mata (organon visus), mulut
(rimaoris), lekuk hidung (fovea nasalis), dan tutup insang (overculum). Pada sebagian
ikan juga terdapat sungut dan antenna. Fungsi hidung pada ikan bukan untuk
pernafasan melainkan untuk penciuman. Overculum atau tutup insang yang terdapat
diantara kepala dan tubuerguna untuk melindungi insang. Ikan elasmobranchia tidak
mempunyai tutup insang (J.F.K. Abo, 2008).
Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung dari
kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan food habits).
Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi
dan perbedaan bentuk gigi pada ikan (B. Cahyono, 2009).

III. ALAT dan BAHAN


A. Alat
1. Baki
2. Sarung tangan
3. Masker

B. Bahan
1. Ikan Pari
2. Ikan Kerling
3. Ikan Nila
4. Ikan Lele
5. Ikan Tongkol
6. Ikan Dencis
7. Ikan Bandeng

IV. CARA KERJA


1. Digambarkan bentuk ikan sampel.
2. Diberi keterangan lengkap pada setiap bagian tubuh ikan.
3. Ditentukan bentuk tubuh ikan tersebut.
4. Ditentukan kelompok ikan sampel berdasarkan sirip panggul (pelvic fin).
5. Ditentukan kelompok ikan sampel berdasarkan sirip ekor (caudal fin).
6. Ditentukan kelompok ikan sampel berdasarkan sirip punggung (dorsal fin).
7. Ditentukan posisi mulut ikan sampel.
8. Diambil ikan letakkan dalam nampan dan ukur bagian-bagian dari tubuh ikan
tersebut dengan menggunakan penggaris atau alat ukur.
9. Ditentukan posisi mulut ikan, bentuk, ukuran dan letak mulut yang menjadi
objek praktikum.
10. Diukur panjang sungut dan tentukan dimana letak sungut serta jumlah sungut.
V. HASIL PENGAMATAN
No. Gambar Keterangan
1. Ikan Kerling (Neolissochillus Thienemanni 1. Mata
sumatranus). 2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
2. Ikan Lele (Clarias sp). 1. Mata
2. Mulut
3. Kumis
4. Sirip punggung
5. Sirip dada
6. Sirip anus
7. Ekor

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
3. Ikan Tongkol (Euthynnus affinis). 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
4. Ikan Nila (Oreochromis niloticus). 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
5. Ikan Bandeng (Channos channos) 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
6. Ikan Dencis 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
7. Ikan Pari (Dasyatidae). 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
VI. PEMBAHASAN
Dari percobaan praktikum pengenalan morfologi ikan diketahui bahwa
morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat
dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Bentuk luar seringkali mengalami
perubahan dari sejak masa larva sampai mati karena tua. Perubahan bentuk itu ada
yang mencolok sekali, seperti pada ikan lidah yang pada waktu larva berbentuk
bilateral simetris menjadi asimetris pada waktu dewasa. Ada juga perubahan yang
sedikit sekali, hampir tidak jelas. Morfologi ikan berhubungan dengan habitat ikan di
perairan.
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar
ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari
jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di
perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan
dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan
secara keseluruhan beserta ukuran yang digunakan dalam identifikasi.
Secara umum, tubuh ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: kepala
(Chapala), badan (Abdomen), dan ekor (Caudal). Bagian kepala terletak dari bagian
mulut paling depan sampai bagian tutup insang paling akhir. Pada bagian kepala
terdapat mulut, rahang, gigi, sungut (barbells kumis), hidung, mata, insang, dan
keping tutup insang atau overculum, otak dan jantung dan teori ini juga didukung
oleh (Bonita Anjarsari, 2010).
Bagian badan dimulai dari akhir overculum sampai permulaan sirip dubur atau
anal (A). Pada bagian badan terdapat sirip-sirip punggung atau dorsal (D), jumlahnya
terdapat 1 atau 2 buah, sirip dada atau pectoral (P) dan sirip perut atau ventral (V).
pada bagian badan juga terdapat organ-organ pencernaan, gonad, ginjal, dan
gelembung renang.
Bagian ekor dimulai dari permulaan sirip anal sampai ujung sirip ekor. Pada
bagian ekor terdapat sirip dubur atau anal (A), sirip ekor atau caudal (C) dan anus.
Pada beberapa spesies ikan laut terdapat skil, sirip-sirip lemak (Asipose fin) dan sirip-
sirip tambahan (Auxiliary fin).
Bentuk tubuh pada ikan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bentuk
bilateral simetris dan bentuk asimetris. Bentuk bilateral simetris yaitu bila ikan dilihat
dari arah interior dengan kepala menghadap praktikan terlihat bagian kiri dan kanan
tubuhnya sama (simetris), termasuk organ-organ yang terdapat pada bagian kiri dan
kanan tubuh, misalnya mata. Bentuk asimetris yaitu bentuk tubuh yang tidak sama
antara bagian kiri dan kanan pada bagian dorsal dan ventralnya, baik dalam ukuran
maupun kelengkapan organ-organnya.
Secara garis besar bentuk-bentuk tubuh ikan dapat dikelompokkan menjadi
compressed yaitu berbentuk pipih vertikal, contoh yang dipraktikumkan adalah ikan
nila (Oreochromis niloticus), depressed yaitu berbentuk pipih horizontal, contohnya
adalah ikan pari (Dasyatis sp), fusiform yaitu berbentuk torpedo, contohnya adalah
ikan tuna dan ikan tongkol, anguilliform yaitu berbentuk pipa, contohnya adalah ikan
sidat dan belut (Monopterus albus), globiform yaitu berbentuk bulat, contohnya
adalah ikan buntal (Diodon sp), dan taeniform yaitu berbentuk ikan pita, contohnya
adalah ikan layur (Trihiurus sp).
Sirip ikan (fin) ada yang berpasangan dan ada pula yang tidak. Sirip yang
berpasangan yaitu sirip dada (pectoral fins) dan panggul (pelvic fins), sedangkan yang
tidak berpasangan atau disebut juga sirip median (median fins) yaitu sirip punggung
(dorsal), anus (anal), dan ekor (caudal fins) serta sirip adipose pada beberapa ikan.
Ikan memiliki berbagai macam bentuk sirip, hal ini berkaitan dengan perilaku
renang yang berbeda tiap spesies. Ikan yang berenang/bergerak lambat memiliki sirip
ekor berbentuk bulat, sedangkan ikan yang berenang cepat memiliki ekor bercabang
(garpu) dengan lobus atas dan bawahnya kaku.
Bentuk mulut ikan dibagi atas 2 bentuk yaitu proctractile adalah bentuk
mulut yang dapat disembulkan ke depan dan dapat ditarik lagi ke posisi semula. Dan
bentuk nonproctractile adalah bentuk mulut ikan yang tidak dapat disembulkan
kedepan, dan teori ini pun dapat didukung oleh (Prawirohartono, 2010).
Sungut pada ikan berfungsi sebagai alat peraba pada waktu mencari makan.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah
dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan.
2. Tubuh ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: kepala (Chapala), badan
(Abdomen), dan ekor (Caudal).
3. Bentuk tubuh pada ikan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bentuk bilateral
simetris dan bentuk asimetris.
4. Secara garis besar bentuk-bentuk tubuh ikan dapat dikelompokkan menjadi
compressed (pipih vertikal), depressed (pipih horizontal), fusiform (torpedo),
anguilliform (pipa), globiform (bulat), dan taeniform (pita).
5. Sirip ikan (fin) ada yang berpasangan dan ada pula yang tidak. Sirip yang
berpasangan yaitu sirip dada (pectoral fins) dan panggul (pelvic fins), sedangkan
yang tidak berpasangan atau disebut juga sirip median (median fins) yaitu sirip
punggung (dorsal), anus (anal), dan ekor (caudal fins) serta sirip adipose pada
beberapa ikan.
6. Bentuk sirip ekor berkaitan dengan perilaku renang, jika ikan berenang cepat
maka bentuk ekornya bercabang (garpu), sedangkan jika ikan bergerak lambat
maka bentuk ekornya bulat.
7. Bentuk mulut ikan dibagi atas 2 bentuk yaitu proctractile adalah bentuk mulut
yang dapat disembulkan ke depan dan dapat ditarik lagi ke posisi semula. Dan
bentuk nonproctractile adalah bentuk mulut ikan yang tidak dapat disembulkan
kedepan.
8. Sungut pada ikan berfungsi sebagai alat peraba pada waktu mencari makan.
BAB II

SISTEM INTEGUMEN DAN SENSORI


Rabu 09 Oktober 2019

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dalam praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melihat stuktur kulit ikan
2. Mengetahui berbagai jenis ukuran sisik ikan dan jumlah sisik ikan

II. DASAR TEORI


Sistem integumen merupakan penutup pada luar tubuh. Meliputi kulit, tanduk,
kuku, rambut, bulu, cakar, sisik, dan lain sebagainya. Kulit merupakan organ yang
paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga
kulit sebagai pelindung tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Cahaya matahari
mengandung sinar ultraviolet dan melindungi terhadap mikroorganisme serta
menjaga keseimbangan tubuh terhadap lingkungan. Kulit merupakan indikator bagi
seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi
pada kulit. Misalnya menjadi pucat, kekuning-kuningan, kemerah-merahan atau suhu
kulit meningkat, memperlihatkan adanya kelainan yang terjadi pada tubuh atau
gangguan kulit karena penyakit tertentu. Kulit mengandung ujung-ujung saraf
sensorik di dermis dan subkutis. Respons terhadap rangsangan panas diperankan oleh
dermis, peradaban diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan
tekanan diperankan oleh epidermis. Serabut saraf sensorik lebih banyak jumlahnya di
daerah yang erotik (Abdullah, 2005: 02).
Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap
total berat tubuh sebanyak 7%. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam
mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya
agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit
juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction),
getaran (vibration) dan mendeteksi perubahan-perubahan fisik di lingkungan luar
sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak
nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal
dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagai fungsi tubuh vital.
Kuku tumbuh dari akarnya yang terletak di bawah lapisan tipis kulit yang dinamakan
kutikula. Pertumbuhan kuku berlansung sepanjang hidup dengan pertumbuhan rata-
rata 0,1 mm. Pembaruan total kuku jaringan tangan memerlukan waktu sekitar 170
hari. Sedangkan kaki sekitar 12 – 18 bulan. Pada kulit, terdapat kelenjar kulit.
Kelenjar kulit terdapat didalam dermis. Kelenjar terdiri dari tiga jenis yaitu, glandula
sudorifera (kelenjar keringat), glandula sebasea (kelenjar minyak), dan kelenjar
seruminus (Miauw, 2008:42).
Integumen membentuk lapisan terluar pada tubuh terdiri dari kulit dan
beberapa derivat terspesialisasi tertentu yaitu antara lain kuku, rambut, dan beberapa
jenis kelenjar. Lapisan dermis dibentuk oleh jaringan pengikat kolagen dan jaringan
elastis. Sensori aparatus: sentuhan, tekanan, temperatur, nyeri. Terdiri dari dua bagian
yaitu pars papilare yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut
saraf dan pembuluh darah. Pars retikulare yaitu banyak mengandung jaringan ikat,
folikel rambut, pembuluh darah, saraf, kolagen. Lapisan subkutis yaitu lapisan kulit
yang paling dalam. Pembentukan lemak dan penyimpanan lemak (Fatah, 2012: 65).
Kulit merupakan organ tubuh paling besar yang melapisi seluruh bagian
tubuh, membungkus daging dan organ-organ yang ada di dalamnya. Luas kulit pada
manusia rata-rata 2 meter persegi dengan berat 10 kg jika ditimbang dengan
lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak atau beratnya sekitar 16 % dari berat badan
seseorang. Kulit memiliki fungsi melindungi bagian tubuh dari berbagai macam
gangguan dan rangsangan luar. Fungsi perlindungan ini terjadi melalui sejumlah
mekanisme biologis, seperti pembentukan lapisan tanduk secara terus menerus
(keratinisasi dan pelepasan sel-sel kulit ari yang sudah mati), respirasi dan pengaturan
suhu tubuh, produksi sebum dan keringat serta pembentukan pigmen melanin untuk
melindungi kulit dari bahaya sinar ultra violet matahari (Syarifuddin, 2006: 134).
Kulit terdiri dari lapisan epidermal dan dermal (korium) dan bertumpu di atas
jaringan penyambung subdermal. Epidermis merupakan suatu epitel berlapis gepeng,
yang pada beberapa bagian tubuh dimodifikasi dengan penambahan lapisan tebal
kutikula dan pada bagian-bagian lain karena perkembangan rambut dan kuku.
Korium adalah lapisan jaringan penyambung padat di mana terdapat berbagai
kelenjar kulit dan folikel rambut. Jaringan subdermal juga berserat, tetapi ia tersusun
lebih longgar daripada korium dan umumnya mengandung sel-sel lemak. Tidak ada
rambut yang tumbuh pada telapak tangan atau telapak kaki. Mereka tertutup dengan
kulit tebal yang terdiri dari dermis dan epidermis atau korium. Pada kulit dari
sebagian besar tubuh, lapisan dasar epidermis meluas ke dalam korium untuk
membentuk folikel-folikel rambut. Ini paling intensif perkembangannya pada kulit
kepala, yang dapat digunakan sebagai contoh kulit berambut (Gunarso, 2006: 206).
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar. Ketebalan epidermis berbeda-
beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter misalnya
pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,05 milimeter
terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis
disebut keratinosit. Tidak ada terdapat pembuluh darah pada epidermis. Epidermis
melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat
makanan dan cairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding
kapiler dermis ke dalam epidermis (Arthur, 2008: 125).
III. ALAT dan BAHAN
A. Alat
1. Baki
2. Sarung tangan
3. Masker

B. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :


1. Ikan Pari
2. Ikan Kerling
3. Ikan Nila
4. Ikan Lele
5. Ikan Tongkol
6. Ikan Dencis
7. Ikan Bandeng

IV. CARA KERJA


1. Dengan menggunakan pinset, diambil satu buah sisik yang terletak dibawah
sirip dorsall (2 baris dari atas), dan sisik pada sirip Ventral (2 baris kearah
anal).
2. Dibersihkan sisik tersebut dengan lap atau tissue untuk menghilangkan lender
dan kotoran . diletakkan sisik diatas obyek glass, lalu ditutup dengan cover
glass. letakkan dibawah mikroskop, lihat dengan pembesaran 4x.
3. pada sebuah objek glass yang lain, diletakkan sisik dari ikan yang berbeda,
untuk melihat bagaimana persamaan dan perbedaan bentuk dan bagian-
bagiannya.
4. Digambarkan sisik tersebut dan disebutkan bagian-bagiannya.
5. Dituliskan didaerah mana sajakah permukaan tubuh ikan yang ditutupi oleh
sisik lihat dengan mikroskop digambar dengan bentok bagian luar lembaran
sisik yang diambil serta tuliskan tipe sisik tersebut.
6. Dihitunglah jumlah sisik ikan sampel.
V. HASIL PENGAMATAN

Tabel 1.1 Tipe sisik dan jenis jari-jari sirip


No. Nama Tipe Sisik Jari-Jari Jari-Jari Jari-Jari
Ikan Keras Lemah Lemah
Mengeras
1. Ikan Ctenoid tidak bisa Agak mudah Mudah
Nila dibengkokkan dibengkokkan dibengkokkan

2. Ikan Ctenoid - Agak mudah Mudah


Bandeng dibengkokkan dibengkokkan

3. Ikan ventral:ganoid - Agak mudah Mudah


Kerling Dorsal:cycloid dibengkokkan dibengkokkan

4. Ikan Lendir tidak bisa Agak mudah Mudah


Lele dibengkokkan dibengkokkan dibengkokkan
Tabel 1.2 Letak Limnea Lateralis
No. Nama Ikan Susunan LL Bentuk LL Jumlah Jumlah
Garis LL Lubang LL
1. Ikan Nila Lengkap tetapi Melengkung 2 baris 49 lubang
tidak keatas
sempurna
2. Ikan Lengkap dan Garis lurus 1 baris 87 lubang
Bandeng sempurna
3. Ikan Kerling Lengkap dan Melengkung 1 baris 21 lubang
sempurna kebawah
4. Ikan Lele Lengkap dan Garis lurus 1 baris 58 lubang
sempurna
VI. PEMBAHASAN

Sistem integumen adalah bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan air
(kulit dan derivat integumen). Abdullah (2005) menyatakan bahwa sistem integumen
pada ikan adalah kulit dan derivat integumen. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh
yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada
lapisan dalam. Derivat integumen merupakan suatu struktur yang secara
embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya.
Pada umumnya sistem integumen berfungsi sebagai pertahanan tubuh,
keseimbangan cairan (osmeregulasi, pengaturan panas (thermoregulasi), perwarnaan,
pergerakan (ruaya), pernafasan (respirasi), kelenjar, dan organ indera.
Linear Lateralis (LL) merupakan garis-garis terbentuk dari pori-pori di sepanjang
tubuh ikan. Gunarso (2006) menyatakan bahwa Linea Lateralis atau Gurat sisi adalah
organ penerima getaran yang dapat mendeteksi suara jarak jauh. Linea Lateralis atau
Gurat sisi pada memiliki warna keputih-putihan. Pada semua jenis ikan memiliki
Linea Lateralis pada bagian tubuhnya dan mempunyai perbedaan baik warna maupun
strukturnya. Pada Linea Lateralis antara ikan pelagis dan demersal memilki
perbedaan baik dilihat dari habitat maupun cara organ merespon dari sumber suara.
Linea Lateralis sendiri mempunyai fungsi sebagai organ penerima getaran suara
untuk menganalisis tekanan hidrodinamik dan mendeteksi suara jarak jauh.
Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan
tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan
dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam
epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu,
misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding
pada saat atau keadaan normal. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air
supaya ia dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka,
berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar
masuknya air melalui kulit. Pada beberapa ikan tertentu menggunakan lendir sebagai
alat perlindungan pada saat terjadi kekeringan, misalnya ikan paru-paru (Protopterus)
yang menanamkan diri pada lumpur selama musim panas dengan membungkus
tubuhnya dengan lendir hingga musim penghujan tiba. Beberapa ikan yang
menggunakan lendirnya untuk melindungi telur dari gangguan luar, misalnya anggota
dari genus Trichogaster.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung didalamnya, sisik ikan dapat
dibedakan menjadi 5 jenis yaitu ctenoid (berbentuk agak oval dan bergerigi), cycloid
(berbentuk oval tetapi tidak bergerigi), cosmoid (memiliki beberapa lapisan yang
berturut-turut dari luar yaitu vitrodentine, cosmine, dan isopedine) hanya terdapat
pada ikan primitif dan ikan fosil seperti Latimeria chalumnea, placoid (berbentuk
seperti bunga mawar, duri halu, bentuk membulat atau bujur sangkar) terdapat pada
ikan bertulang rawan, dan ganoid (memiliki beberapa lapisan yaitu ganonine,
cosmonine dan isopedine)
Pada Praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ikan nila memiliki sisik
ctenoid serta memiliki jenis jari-jari sisrip yang lengkap yaitu jari-jari keras, jari-jari
lemah mengeras dan jari-jari lemah. Jika ikan bandeng sama dengan ikan nila yang
memiliki tipe sisik ctenoid tetapi tidak memiliki jari-jari keras, hanya memiliki jari-
jari lemah mengeras dan jari-jari lemah. Sedangkan ikan Kerling memiliki 2 tipe sisik
dimana pada bagian ventral sisiknya berbentuk ganoid sedangkan pada bagian dorsal
sisiknya berbentuk cycloid, daan tidak memiliki jari-jari keras, hanya memiliki jari-
jari lemah mengeras dan jari-jari lemah.dan yang terakhir adalah ikan lele yang tidak
memiliki sisik tetapi hanya memiliki lendir namun memiliki jenis jari-jari sisrip yang
lengkap yaitu jari-jari keras, jari-jari lemah mengeras dan jari-jari lemah
Susunan Linear Literalis (LL) pada ikan nila lengkap tetapi tidak sempurna (LL
terdiri dari beberapa garis yang tidak saling berhubungan), LL nya melengkung
keatas, memiliki 2 baris LL dan 49 lubang LL. Jika ikan Bandeng memiliki susunan
LL yang lengkap dan sempurna (garis lurus atau melengkung yang memanjang mulai
dari sudut overculum sampai ke batas pangkal sirip ekor) dan LL berbentuk garis
lurus, hanya memiliki 1 baris LL dan memiliki 87 lubang LL dan merupakan ikan
yang memiliki paling banyak lubang LL diantara ikan lele, ikan kerling dan ikan
nilla. Pada ikan kerling susunan LL nya lengkap dan sempurna, sementara bentuk LL
nya melengkung kebawah, memiliki 1 baris LL dan 21 lubang LL. Selanjutnya ikan
lele memiliki susunan LL yang lengkap dan sempurna, LL nya berbentuk garis lurus,
hanya memiliki 1 baris LL dan 58 lubang LL
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan,
memisahkan,melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap
lingkungan sekitarnya.
2. Sistem integumen pada ikan terdiri atas sisik, kulit, lendir, linea
lateralis, dan jari-jari sirip.
3. Fungsi dari lendir ialah untuk mengurangi gesekan dengan air supaya
ia dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup
luka, yang berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi
permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit.
4. Ada 5 jenis sisik (squama) pada ikan yaitu ctenoid, cycloid, ganoid,
placoid, dan cosmoid.
5. Fungsi dari linea lateralis adalah sebagai organ penerima getaran suara
untuk menganalisis tekanan hidrodinamik dan mendeteksi suara jarak
jauh.
6. Pada kulit terdapat 2 lapisan yaitu lapisan epidermis dan lapisan
dermis.
BAB III

SISTEM RANGKA
Rabu 16 Oktober 2019

I. TUJUAN PRAKTIKUM
setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiwa dapat:
1. Untuk mengetahui sistem rangka pada ikan
2. Mengenal dan mengetahui posisi rangka pada ikan
3. Memahami bagian-bagian dari tulang rangka pada tubuh ikan

II. DASAR TEORI

Suryani (2014) menyatakan bahwa “Sistem rangka termasuk ke dalam antara


lain tulang belakang, tulang sejati, tulang rawan, jaringan pengikat (Connective
tissue), sisik-sisik, komponen-komponen gigi, jari-jari sirip, dan penyokong sel pada
sistem saraf. Rangka merupakan struktur yang berfungsi sebagai penyokong tegaknya
tubuh dan dapat dibedakan atas : Rangka luar (Exoskeleton), berupa sisik (Squama)
dan rangka dalam (Endoskeleton), berupa tulang-tulang yang menyusun rangka tubuh
ikan. Tulang banyak mengandung garam kalsium, fosfor, magnesium, dan
sebagainya. Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes), tulang yang keras sebenarnya
berasal dari tulang rawan. Proses pembentukan tulang dari tulang rawan menjadi
tulang sejati disebut Osifikasi ”.

Ridwan (2011) menyatakan bahwa “Rangka ikan berfungsi untuk


menegakkan tubuh, menunjang atau atau menyokong organ-organ tubuh. Secara tidak
langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang beraneka ragam. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa tulang-tulang yang membentuk sistem rangka
berkaitan dengan terhadap lingkungannya secara terus menerus”.
Sukiya (2007) menyatakan bahwa “Rangka adalah struktur yang menyokong
tegaknya tubuh, kombinasi antara sistem rangka dan system urat daging memberikan
bentuk pada tubuh. Tulang sebagai penyusun rangka banyak mengandung garam
kalsium, selain itu juga mengandung fosfor, magnesium dan sebagainya. Tulang
sejati, tulang yang keadaannya keras sebenarnya berasal dari tulang rawan Rangka
pada ikan mempunyai fungsi antara lain yaitu : Melindungi bagian tubuh yang lemah
seperti jantung, hati, alat pencernaan dll, penunjang tubuh, sebagai alat penggerak
pasif yang berfungsi sebagai alat penyalur sperma”.

Jasin (2008) menyatakan bahwa “Tulang rawan pada banyak vertebrata,


kecuali Cyclostomata dan Elasmobranchii merupakan jaringan embrional.Hal ini
dimungkinkan karena dapat memberikan sifat ringan dan kelenturan yang diperlukan
oleh dinamika pertumbuhan. Sebagian besar rangka Osteichtyes pada mulanya
dibentuk melalui tahap tulang rawan, kemudian materialnya menjadi tulang sejati
dalam bentuk-bentuk yang khusus melalui proses Osifikasi”.

Halifah (2011) menyatakan bahwa “Semua ukuran yang digunakan


merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui
lengkungan badan. Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan
moncong/bibir (premaxillae) hingga ujung ekor. Panjang standar (SL) diukur mulai
dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga pertengan pangkal sirip
ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut
biasanya memanjang sampai ke sirip ekor. Panjang kepala (HL) diukur mulai dari
bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla) hingga bagian terbelakang operculum
atau membran operculum”.

Yusnaini (2003) menyatakan bahwa"Rangka merupakan struktur yang


berfungsi sebagai suatu penyokong tubuh, pemberi bentuk tubuh pada
ikan, alat gerak pasif, dan pelindung bagian tubuh yang lemah, serta salah
satu tempat pembuatan darah dan sebagian alat penyalur sperma pada jenis
ikan tertentu”.
III. ALAT dan BAHAN
A. Alat
1. Pinset
2. Timbangan
3. Alat tulis
4. Buku gambar
5. Objek glass
6. Nampan
7. Penggaris
8. Tissue

B. Bahan
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2. Ikan Lele (Clarias)
3. Ikan Dencis (Sardina pilchardus)

IV. CARA KERJA


1. Rangka Keseluruhan
a. Jika memakai ikan sampelyang baru sebagai objeknpada praktikum ini,
dituliskan ukuran panjang total, panjang standar dan bobotnya
b. Disingkirkan semua daging yang menempel/menutupi tulang-tulang rangka
mulai dari ujung mulut sampai ujung sirip ekor. Untuk memudahkan
pekerjaan, terlebih dahulu ikan sampel direndam kedalam air panas sekitar
3-5 menit.
c. Digambar bentuk rangka bagian sisi kiri ikan yang menjadi objek latihan.
Diberikan keterangan selengkapnya.
2. Rangka Axial
Diambil tulang tengkorak, digambar serta diberi keterangan selengkapnya.
3. Rangka Viceral
Diambi bagian tulang penyongkong insang, kemudian digambar serta diberi
keterangan selengkapnya.

4. Rangka Appendicular
Digambar secara jelas ruas-ruas tulang yang menghubungkan antara cucuk
neural dan haemal dan jari-jari sirip. Meliputi sirip punggung, sirip dada dan
sirip perut.
5. Ruas Vertebrae
a. Dituliskan jumlah ruas vertebrae pada bagian anterior yang telah
dimodifikasi, jumlah ruas vertebrae pada bagian abdominal dan bagian
caudal
b. Digambar pandangan belakang dari ke-3 macam ruas vertebrae itu dan
pandang samping salah satu ruas vertebrae bagian abdominal dan bagian
caudal. Diberi keterangan selengkapnya.
c. Digambar susunan ruas yang menghubungkan ruas-ruas vertebrae bagian
posterior dengan pangkal dasar jari-jari sirip ekor dan disebutkan
bentuknya.
.
V. HASIL PENGAMATAN

No. Gambar Keterangan


1. Sistem pencernaan ikan lele 11. Mulut
12. Pharing
13. Esophagus
14. Lambung
15. Pankreas
16. Empedu
17. Usus
18. Anus

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
2. Labirin 1. Labirin
2. Insang

Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)

VI. PEMBAHASAN

Rangka terdiri dari tulang-tulang (bones) dan rawan-rawan (carilages) yang


menempel pada Tendon (jaringan penghubung seperti serat serat putih yang
menghubungkan urat daging yang berisi struktur yang dapat digerakan misalnya
tulang) dan Ligamen (jaringan berserat dan kuat yang menghubungkan dua atau lebih
tulang/ rawan yang dapat digerakan).Tulang sejati dilapisi periosteum yang tersusun
atas osteocytes dan matrix tulang. Tergantung kepada spesies, ada ikan yang tulang
tulangnya berisi osteocytes (tulang seluler/cellular bone)misalkan ikan mas dan sidat
atau tanpa osteocytes (tulang seluler).Tulang tulang rawan tersusun dari sel sel rawan
(chondrocytes) dan matrix rawan dan dilapisi oleh membran yang dinamakan
perichondrium.
Pengorganisasian sistem rangka menurut takashima (2005) dalam bukunya
“An atlas of fish histology, normal and pathological features”, bahwa rangka terbagi
berbagi menjadi aksial dan appendikular. Rangka visceral termasuk ke dalam rangka
aksial.
Rangka aksial berfungsi sebagai poros yang memberikan bentuk dasar ikan
seperti : tengkorak, tulang punggung, tulang rusuk, tulang penyokong, tulang ekor.

Rangka visceral fungsinya bagian tulang lengkung ingsang dan rurunan


turunanya.Rangka apendikular fungsinya sebagai tulang penyokong sirip dan pelekat
pelekatnya.

Adapun fungsi kerangka kepala yaitu: tempat masuk makanan pertama kali, tempat
masuk air saat respirasi, letak dari organ organ syaraf, struktur yang melindungi otak,
mata, ingsang, tempat menempelan banyak jenis urat daging utama
 Rangka Apendikular: Sirip-Sirip Dan Penyokong- Penyokong (Girdles)
Sirip-sirip median pada Elasmobranchii ditunjang oleh rawan-rawan basal yang
biasanya berbuku-buku menjadi elemen proximal, middle dan distal. Pada beberapa
jenis hiu proximal menjadi satu dan pada beberapa spesies yang memicak (flattened
species) rawan basal bersatu dengan duri-duri neural. Sirip-sirip median pada
Teleostei didukung oleh dua tulang yang terosifikasi dan satu rawan pterygiophore.
Rangka apendikular yang utamanya merupakan tempat penempelan sirip-sirip lebih
sederhana daripada rangka kepala. Pada Chondrichthyes, sirip-sirip pektoral
ditunjang oleh serangkaian rawan choracoid dan scapular; penyokong sirip perut
terdiri dari barisan penghubung sederhana dinamakan rawan ishiopubic. Pada
Osteichthyes, sirip pektoral dan penyokong sirip perut lebih kompleks. Sirip-sirip
pektoral berartikulasi dengan lima tulang-tulang radial dan pelvic girdle biasanya
terdiri dari dua tulang yang bersatu yang mungkin bersatu dengan pectoral girdle
pada ikan-ikan yang perkembangan evolusinya lebih maju.

 Rangka Apendikular: Sirip Ekor


Sirip ekor ikan merupakan vertebrae yang kompleks, asesoris tulang belakang,
dan jari-jari sirip telah termodifikasi sebagai alat untuk mendorong ikan bergrak maju
selama perjalanan evolusinya. Pada Teleostei primitif tulang-tulang hypural
(perluasan dari duri haemal) merupakan pendukung utama sirip ekor. Epural
(perluasan dari duri neural) dan duri haemal terahir menyokong procurrent pada jari-
jari sirip ekor. Pada Teleostei yang lebih modern jumlah hypural berkurang tinggal 5.
Pada tuna, makerel, ikan sebelah hypural bersatu membentuk hypural plate. Pada
Scombridae, hypural ke-3 dan ke-4 bergabung ke bagian atasnya dan hypural ke-1
dan ke-2 ke bagian bawahnya.
Saat praktikum dilakukan pengamatan pada ikan kerling dan ikan bandeng yang
sama- sama memiliki susunan rangka yang lengkap. Pada ikan kerling dapat dilihat
terdapat tulang tengkorak, rongga mata, rangka visceral, tulang punggung, tulang
rusuk, sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anal dan sirip ekor. Begitupula
pada ikan bandeng yang juga memiliki tulang tengkorak, rongga mata, rangka
visceral, tulang punggung, tulang rusuk, sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip
anal dan sirip ekor.

VII. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :


1. Rangka pada ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh ikan menunjang atau
menyokong organ-organ tubuh melindungi organ-organ tubuh dan pembentukan
butir darah.
2. Tulang penyusun rangka tubuh ikan dapat di bagi menjadi: rangka axial, rangka
visceral, dan rangka apendicular
3. Rangka axial yg terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk
4. Rangka visceral yang terdiri dari seluruh tulang lengkung punggung insang dan
derivat-derivatnya
5. Rangka appendicular yang terdiri dari sirip dan pelekat-pelekatnya
6. Tulang rusuk pada ikan berfungsi untuk melindungi organ dalam rongga badan.
BAB IV
SISTEM PENCERNAAN DAN SISTEM PERNAPASAN
Rabu 23 Oktober 2019

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum diharapkan Mahasiswa dapat :
1. Mengetahui proses pernapasan insang.
2. Bagaimana sistem pencernaan dan sirkulasi darah yang terdapat pada
ikan.

II. DASAR TEORI

Salah satu kebutuhan bagi makhluk hidup dan seekor ikan ialah adanya oksigen
yang cukup di alam atau supply oksigen yang cukup dalam jaringan. (Manda at all,
2005).

Oksigen diperlukan untuk melepas energi melalui oksidasi energi melalui


oksidasi lemak dan gula. Energi yang terlepaskan digunakan untuk kegiatan tubuh
didalam menjalani masa kehidupannya (Ridwan, 2011).

Ikan pada waktu bernafas mengambil oksigen terlarut dalam air dan
mengeluarkan CO2. Akan tetapi pada jenis ikan tertentu dapat juga memanfaatkan
oksigen bebas. terutama sekali bagi jenis-jenis ikan yang memiliki alat pernapasan
tambahan (Herdia, 2012).

Alat pencernaan dari ikan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Alat pencernaan pada ikan Mas terdiri atas lambung. Saluran pencernaan
pada ikan terdiri atas segmen mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung,
pylorus, usus, rektum dan anus (Fajri, 2009).
Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk ke
mulut dapat dikemukakan sebagai berikut: mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus,
lambung, pylorus, usus, dan anus (Susanto, 2008).

Kelenjer pencernaan pada ikan meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan
kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak dibagian depan
rongga badan dan menngelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kiri,
serta bagian yang menuju ke arah pungung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang
disimpan dalam kantung empedu untuk membantu proses pencernaan lemak.
Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak disebelah kanan hati,
dan salurannya bermuara pada lambung. Pancreas merupakan organ yang berukuran
mikroskopis sehingga sukar dikenali, fungsi pancreas ialah menghasilkan enzim-
enzim pencernaan dan hormone insulin (Affandi, 2010).

III. ALAT dan BAHAN


A. Alat
1. Baki
2. Sarung tangan
3. Masker
4. Sterofoam
5. Alat bantu lainnya.

B. Bahan
1. Ikan Gabus
2. Ikan Nila
IV. CARA KERJA
A. Sistem Pencernaan
1. Dituliskan data ukuran panjang total, panjang standar dan berat ikan.
2. Dibelah ikan mulai dari anus sampai kedaerah kerongkongan.
Kemudian dari anus di belah mengarahke atas sampai ke daerah
laterdorsal. Demikian juga pada daerah kerongkongan di belah
sampai ke laterdorsal. Selanjutnya daging yang telah di sayat
lipatkan ke bagian dorsal.pada waktu pembelahan jangan sampai
organ-organ dalam badan tergores oleh pisau ataupun gunting.
3. Di gambarkan organ-organ dalam yang terdapat pada ikan sampel
(sebelum saluran pencernaan dikeluarkan).
4. Dikeluarkan saluran dan pencernaannya.
5. Ditentukan golongan ikan berdasarkan bentuk saluran pencernaan.

B. Mulut dan Gigi


1. Dipotong kepala ikan, buka lebar-lebar mulutnya, kemudian perlu
disayat kulit/daging yang menghubungkan antara rahang atas dan
rahang bawah. Gambarkan mulut ikan dan deskripsikan, sebutkan pada
tulang mana saja yang ditumbuhi gigi.
2. Digambarkan bentuk gigi yang tumbuh pada tulang di rahang bawah.

C. Sistem Pernapasan
1. Diperhatikan apakah ikan sampai tergolong jenis yang memiliki
penutup insang atau tidak.
2. Digambarkan bentuk ikan sampel.
3. Digambarkan jika ada alat pernapasan tambahan pada ikan.
4. Digambaran bentuk dan susulan gelembung renang pada ikan
tersebut
5. Ditentukan golongan ikan yang menjadi bahan latihan apakah
physostomi atau physoclisti.
6. Dituliskan ukuran panjang gelembung renang, panjang masing-
masing rongga saluran penghubung dan serta ketebalan selaput
gelembung renang.

V. HASIL PENGAMATAN
No. Gambar Keterangan
1. Sistem Pencernaan ikan lele 1. Mulut
2. Pharing
3. Esophagus
4. Lambung
5. Pankreas
6. Empedu
7. Usus
8. Anus

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
2. Labirin 1. Labirin
2. Insang
Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)

No. Gambar Keterangan


3. Anatomi insang ikan lele 1. Aliran air
2. Overculum
3. Lengkung insang
4. Pembuluh darah
5. Filamen insang

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)
VI. PEMBAHASAN

Sistem pencernaan pada ikan dibedakan menjadi dua, yaitu saluran


pencernaan (traktus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria).
Saluran pencernaan pada ikan terdiri atas beberapa organ yang menyatu menjadi satu
saluran. Saluran ini mengelola makanan yang masuk melalui mulut dan akhirnya sisa
dari pemprosesan itu dikeluarkan melalui anus. Organ-organ yang menyusun saluran
pencernaan setiap ikan berbeda hal ini tergantung pada makanan dan kebiasaan
makan. Adapun organ-organ penuyusun saluran pencernaan ikan meliputi mulut,
tenggorokan (pharynx), kerongkongan (esophagus), lambung, usus, dan anus. Fungsi
dari saluran pencernaan adalah mencernakan makanan yang masuk (seara fisik
maupun mekanik), transportasi yang mengangkut bahan-bahan kimia, pencernaan
chimis (kimiawi), dan menyerap sari-sari makanan. Adapun kelenjar pencernaan ikan
terdiri dari hati, pankreas, dan empedu.
Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus-menerus. Bermula
setelah pengambilan makanan dan berakhir dengan pembuangan sisa makanan.
Sistem pencernan pada Ikan Lele dimulai dari mulut, rongga mulut, faring,
esophagus, lambung, pylorus, usus, rectum dan anus. Struktur anatomi mulut Ikan
Lele erat kaitannya dengan cara mendapatkan makanan. Sungut terdapat disekitar
mulut lele yang berperan sebagai alat peraba atau pendeteksi makanan dan ini
terdapat pada ikan yang aktif mencari makan pada malam hari (nokturnal). Rongga
mulut pada ikan lele diselaputi oleh sel-sel penghasil lendir yang mempermudah
jalannya makanan ke segmen berikutnya. Rongga mulut ikan lele juga terdapat organ
pengecap yang berfungsi untuk menyeleksi makanan. Faring pada ikan berfungsi
untuk menyaring makanan yang masuk, karena insang mengarah pada faring maka
material bukan makanan akan dibuang melalui celah insang (Djuhanda, 2004).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, usus yang dimiliki ikan lele lebih
pendek dari panjang badannya. Sementara itu, lambungnya relatif besar dan panjang.
Pada karnivora relatif pendek dan sederhana akan tetapi pada herbivora adalah lebih
panjang dan lebih rumit hal ini dikarenakan pada ikan karnivora dan omnivora lebih
mudah mencerna makanan daripada ikan herbivora.
Sistem pernapasan merupakan proses pengikatan oksigen (O2) dan
pengeluaran karbon dioksida (CO2) oleh darah melalui permukaan alat pernapasan.
Oksigen sebagai bahan pernapasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai respon
metabolisme. Oleh karena itu, kelangsungan hidup ikan betul-betul dipengaruhi oleh
kesanggupannya mendapatkan oksigen yang cukup dari lingkungannya.
Ikan lele memiliki alat pernapasan berupa insang serta labirin sebagai alat
pernapasan tambahannya. Sistem pernapasan pada ikan lele terletak di kepala bagian
belakang. Insang pada ikan merupakan bagian penting dalam pertukaran gas. Insang
terbentuk dari lengkungan tulang rawan yang mengeras dengan sebagian filamen
insang di dalamnya. Tiap-tiap filamen insang terdiri atas banyak lamela yang
merupakan tempat pertukaran gas. Bentuk alat pernafasan tambahan (labirin) ikan
lele seperti rimbunan dedaunan. Labirin berwarna kemerahan yang berlokasi di
bagian atas lengkung insang kedua dan keempat. Fungsi labirin ini mengambil
oksigen dari atas permukaan air sehingga bisa mengambil oksigen secara langsung
dari udara. Dengan alat pernapasan tambahan ini, ikan lele mampu bertahan hidup
dalam keadaan oksigen (O2) yang minim.
Sistem respirasi pada Ikan Lele tersusun atas insang yang berada pada sisi kiri
dan kanan kepala. Insang merupakan bagian dari sistem pernafasan pada ikan, jika
dipotong secara melintang akan diketahui bagian-bagian berikut :
- Lengkurry insang :berupa tulang rawan berbentuk sabit berwarna putih.
Bagian basal dari lengkung insang terdapat arteri branchialis (sebelah dorsal)
dan arteri epibranchialis (sebelah ventral).
- Tapis insang : berupa deretan tulang-tulang rawan pendek berbentuk gerigi di
sebelah dalamlengkung insang.
- Filamen insang. berbentuk seperti dua ujung tombak berwarna merah coklat.
- Septum branchialis . bagian yang memisahkan kedua belahan filamen.
-

VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum mengenai sistem pencernaan dan pernapasan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sistem pencernaan pada ikan dibedakan menjadi dua, yaitu saluran pencernaan
(traktus digestives) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria).
2. Organ-organ penyusun saluran pencernaan antara lain terdiri dari mulut,
tenggorokkan (pharinx) kerongkongan (esophagus) lambung (ventriculus) dan
usus (intestinum).
3. Kelenjar pencernaan pada ikan terdiri dari hati, pankreas dan empedu.
4. Mekanisme pernapasan pada ikan telestei dapat dibedakan menjadi dua fase yaitu
fase inspirasi dan fase ekspirasi.
5. Fase inspirasi yaitu pemasukan oksigen kedalam alat-alat pernafasan.
6. Sedangkan fase ekspirasi yaitu proses pelepasan udara dari alat pernafasan
kealam sekitarnya.
7. Pada ikan lele terdapat alat pernapasan tambahan yang disebut labirin.
BAB V
MORFOMETRIK
Rabu 30 Oktober 2019

I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui morfometrik pada bagian dan bentuk tubuh ikan.

II. DASAR TEORI


Menurut saanim (2009) menyatakan bahwa “Ikan adalah salah satu diantara
organisme pada kelompok vertebrata dan yang paling besar jumlahnya. Ikan
mendominasikan kehidupan air diseluruh permukaan bumi, sangat beragam dalam
adaptasi morfologi.”

Menurut Anonim (2009) menyatakan bahwa “Marfometrik adalah suatu studi


yang bersangkutan dengan variasi dan perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk)
dari organisme, meliputi pengaturan panjang dan analisis kerangka satu organisme.”

Menurut Andi (2012) menyatkan bahwa “Marfometrik merupakan pengukuran


ikan dan bagian-bagian tertentu yang menjadi karakter taksonomi. Karena ukuran
ikan berbeda-beda akibat pengaruh umum dan lingkungannya, maka tidak mungkin
memberikan ukuran untuk identifikasi secara mutlak.”

Menurut Efendi (2010) menyatakan bahwa “Informasi marfometrik ikan dapat


menjelaskan status genetik stok ikan berdasarkan kemiripan atau perbedaan bentuk
tubuhnya. Analisis marfometrik dilakukan dengan menghubungkan titik-titik pada
kerangka tubuh ikan.”

Menurut Affandi (2012) menyatakan bahwa “morfometrik adalah ciri yang


berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian tubuh ikan misalnya panjang total dan
panjang baku. Hasil pengukuran morfometrik dinyatakan dalam satuan mm atau cm,
ukuran yang dihasilkan disebut ukuran mutlak.”

Menurut Rajabnadia (2009) menyatakan bahwa “Pengukuran morfometrik


merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik yang lain tanpa melalui
lengkungan badan. Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar,
panjang moncong atau bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor.”

III. ALAT dan BAHAN


A. Alat
1. Pisau
2. Serbet
3. Ember
4. Sterofoam
5. Penggaris

B. Bahan
1. Ikan Bandeng
IV. CARA KERJA
1. Disiapkan ikan sampel dan kertas yang dilapisi plastik bening.
2. Diletakkan ikan sampel diatas kertas.
3. Diberikan tand pada kerangka ikan titik truss morfometrik dengan
menggunakan jarum.
4. Setelah itu dihitung jarak antar titik berdasarkan karakter yang telah
ditemukan pada tabel 2.

V. HASIL PENGAMATAN

Gambar Keterangan
1. 6 cm
2. 4 cm
3. 6,5 cm
4. 5 cm
5. 1 cm
6. 6 cm
7. 7,5 cm
8. 16 cm
9. 7 cm
10. 5,5 cm
11. 10 cm
12. 5 cm
13. 11,5 cm
14. 9 cm
15. 1,5 cm
16. 9,5 cm
17. 8 cm
18. 10 cm
19. 4,5 cm
20. 2,5 cm
21. 3,5 cm

Disetujui Asisten

(Ulfa Zaleha)

VI. PEMBAHASAN
Morfometrik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian
tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak dan sebagainya.
Morfometrik merupakan ciri-ciri yang berkaitan dengan bagian tertentu pada tubuh
ikan misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada
sirip punggung dan sebagainya. Ukuran dalam morfometrik adalah jarak antara satu
bagian tubuh ke bagian lain, misalnya jarak antara ujung kepala sampai dengan
pelipatan batang ekor (panjang baku). Ukuran ini disebut dengan ukuran mutlak yang
biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter atau sentimeter. (Affandi, 2012).
Bentuk dan ukuran dari setiap jenis ikan berbeda-beda. Perbedaan ini biasa
digunakan dalam proses pengklasifikasian dan penggolongan suatu jenis ikan. Untuk
dapat mengetahui perbedaan ukuran tubuh setiap jenis ikan, tentu dilakukan
pengukuran untuk mendapatkan data mengenai ukuran tubuh ikan tersebut. Dalam
Rajabnadia (2009) dijelaskan bahwa Pengukuran morfometrik merupakan
pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.
Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau
bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor.
Manfaat dari morfometri yaitu lebih mudah dalam mendeterminasi suatu
hewan berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimilikinya, disamping itu juga dapat
diketahui kisaran umur dan jenis kelamin dari hewan yang telah dilakukan
morfometri padanya. Supaya memperoleh data morfometri yang memadai
diupayakan dengan menyeleksi spsimen yang dianggap sudah memiliki karakter
morfologi yang sudah mapan ( Haryono, 2001).
Truss morfometri ialah metode pembandingan antara ukuran-ukuran tubuh
bagian penting dari ikan dengan satu ukuran yang dianggap standar. Panjang kepala
dan panjang standar ialah dua variable yang sering digunakan untuk menentukan
spesies ikan. Sebagai contoh, perbandingan antara panjang standar dengan tinggi
badan akan menentukan bentuk badan dari ikan (Wiadnya,. 2012). Ada beberapa
bukti perbedaan morfologis antar populasi geografis yang berbeda. Metode
konvensional dan truss morphometric biasanya digunakan untuk menggambarkan
variasi morfologi diantara populasi yang berbeda dari suatu spesies. Truss
morfometrik telah banyak digunakan terutama untuk stock differentiation
(Abdolhay et al. 2010).
Pada praktikum tentang morfometrik, ikan yang digunakan adalah ikan
bandeng, dimana yang diukur meliputi ruang truss kepala dan tubuh depan, tubuh
tengah, tubuh belakang dan pangkal ekor.
Kepala dan tubuh depan ikan bandeng meliputi ujung mulut-ujung overculum
bawah (A1) yaitu 6 cm, ujung mulut-batas akhir tulang kepala (A2) yaitu 4 cm, ujung
mulut-sirip ventral (A3) sepanjang 6,5 cm, ujung overculum bawah-batas akhir tulang
kepala (A4) yaitu 5 cm, ujung overculum bawah- sirip ventral (A5) yaitu 1 cm, dan
batas akhir tulang kepala-sirip ventral (A6) yaitu 6 cm.
Tubuh tengah ikan bandeng terdiri dari batas akhir tulang kepala-awal sirip
dorsal (B1) yaitu 7,5 cm, batas akhir tulang kepala-awal sirip anal (B2) sepanjang 16
cm, sirip ventral-awal sirip dorsal (B3) yaitu 7 cm, sirip ventral-awal sirip anal (B4)
yaitu 5,5, cm, awal sirip dorsal-awal sirip anal (B5) yaitu 10 cm.
Tubuh belakang ikan bandeng meliputi awal sirip dorsal-akhir sirip dorsal
(C1) yaitu 5 cm, awal sirip dorsal-akhir sirip anal (C3) yaitu 11,5 cm, awal sirip anal-
akhir sirip dorsal (C4) yaitu 9 cm, awal sirip anal-akhir sirip anal (C5) yaitu 1,5 cm,
akhir sirip dorsal-akhir sirip anal (C6) yaitu 9,5 cm.
Pada pangkal ekor ikan bandeng imulai dari akhir sirip dorsal-awal sirip ekor
atas (D1) sepanjang 8 cm, akhir sirip dorsal-awal sirip ekor bawah (D3) yaitu 10 cm,
selanjutnya akhir sirip anal- awal sirip ekor atas (D4) yaitu 4,5 cm, akhir sirip anal-
awal sirip ekor bawah (D5) 2,5 cm dan yang terakhir adalah awal sirip ekor atas-akhir
sirip ekor bawah (D6) yaitu 3,5 cm.

VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Marfometrik merupakan pengukuran ikan dan bagian-bagian tertentu yang
menjadi karakter taksonomi.
2. Bagian-bagian tubuh ikan yang diukur adalah kepala dan tubuh depan,
tubuh tengah, tubuh belakang, pangkal ekor.
3. Setiap ikan memiliki ukuran yang berbeda karena ikan tersebut tidak
memiliki kesamaan habitat.
4. Manfaat dari morfometrik yaitu lebih mudah dalam mendeterminasi suatu
hewan berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimilikinya, dan mengetahui setiap
ukuran yang terdapat pada tubuh ikan.
5. Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu
titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.
6. Informasi marfometrik ikan dapat menjelaskan status genetik stok ikan
berdasarkan kemiripan atau perbedaan bentuk tubuhnya.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2005. Zoologi Umum Perairan. Jurnal Akuatik. Vol.(3) : 02.


Abo, J.F.K. 2008. Handbook on the artificial reproduction and pund rearing.
Meditirian Aquaculture Journal. Vol.(2) : 1-9..
Affandi. 2012. Studi morfometrik dan meristrik. Jurnal Perikanan dan Kelautan. Vol
(5) : 21-26. Universitas Islam Negeri Alauddin, Sulawesi Selatan.
Andi. 2012. Biologi Perikanan. Yogyakarta : Yayasan Pustaka Nusatama.
Anonim. 2009. Morfometrik ikan kuweh. Jurnal Manajemen Sumber Daya
Perairan. Vol (4) : 391.
Anjarsari, Bonita. 2010. Klasifikasi bentuk tubuh ikan berdasarkan jenis perairan
yang ditinggalinya. Jurnal Sains. Vol.(1) : 44-50.
Anshari, H.2008. Tingkat infeksi parasit pada ikan pada beberapa lokasi budidaya
ikan di Makassar. Jurnal Sains dan Teknologi. Vol.(2) :139-147.
Arthur. 2008. Zoology. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum.
Cahyono, B. 2009. Gambaran histopatologi mulut ikan yang terinfeksi penyakit.
Berkala Ilmiah Perikanan. Vol.(3) : 79-82.
Efendi. 2010. Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Universitas Riau. Pekanbaru. Fatah.
2012. Kulit. Jurnal Biologi. Vol.(2) : 65.
Gunarso. 2006. Dasar-dasar Histologi. Journal of Marine Research.
Vol.(1): 206.
Halifah. 2011. Peranan ilmu ikhtiologi dalam kegiatan usaha penangkapan ikan.
Jurnal Perikanan. Vol (2) : 5
Haryono. 2001. Studi mengenai morfometrik ikan payus. Jurnal perikanan. Vol (3) :
54.
Jasin. 2008. Ikhtiology. Jurnal Ilmu Perairan dan Perikanan. Vol (3) :124
Manda, 2005. Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Riau: Pekan Baru.

Kastowo. 2008. Zoologi Umum. Alumni Dago, Bandung: Rineka Cipta.


Mulia, D,S. 2006. Gambaran morfologi ikan serta pola dasar pembagian Bentuk
tubuh ikan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Muhammadiyah Purwokerto. Sains Akuatik. Vol.10(1) : 1-11.
Miauw. 2008. Zoology. Fish Tool. Vol.(1): 42.
Prawirohartono. 2010. Biologi Ikan. Jakarta: Erlangga.
Ridwan. 2011. Sistem rangka ikan. Jurnal Akuakultur. Vol (1) :25
Rajabnadia. 2009. Studi morfometrik dan umur ikan. Jurnal Sumberdaya Perairan.
Vol (1). ISNN 1978-1652.
Saanim. 2009. Morfometrik-meristrik. Jurnal Penelitian Perikanan. Vol (2) : 77.
Institut Pertanian Bogor.
Sukiya. 2007. Ikhtiology dan Genetic. . Bogor: Institut Pertanian Bogor
Suryani. 2014. Ilmu ikhtiologi. Jurnal Biologi. Vol (2) : 24
Takashima. 2005. Fishes an introduction to ichtiology. Jurnal Akuakultur.
Vol (1) : 13
Wiadnya,. 2012. Morfometrik. Jurnal Akuakultur. Vol (1) : 88. Universitas Gajah
Mada.
Yusnaini. 2003. Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Kendari : Universitas Haluoleo
Syarifuddin. 2006. Penuntun Praktikum Ikhtiologi. Jurnal Akuatik.
Vol.(2): 134.

Anda mungkin juga menyukai