I. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dalam praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan beserta ukuran yang
digunakan dalam identifikasi.
Secara teori para ahli memperkirakan ada sekitar dua puluh ribu sampai dengan
empat puluh ribu spesies yang mendiami permukaan bumi ini, dan empat ribu
diantaranya menghuni perairan Indonesia baik laut, payau dan perairan tawar. Dari
jumlah tersebut antara spesies yang satu dengan yang lainnya sudah tentu memiliki
beberapa kesamaan dan identifikasi, yang pada dasarnya dapat dijadikan sebagai
dasar pengklasifikasian (Manda, 2005).
Bentuk tubuh ikan beradaptasi dengan cara, tingkah laku, dan kebiasaan hidup di
dalam suatu habitat hidup ikan. Dengan kata lain, habitat atau lingkungan dimana
ikan itu hidup akan berpengaruh terhadap bentuk tubuh, sedangkan cara bergerak
maupun tingkah lakunya akan berbeda dari satu habitat ke habitat lainnya. Ikan akan
menyesuaikan diri terhadap faktor-faktor fisika, kimia, biologi dari habitat ikan yang
bersangkutan, misalnya kedalaman air, suhu, arus, pH, salinitas, dan makhluk-
makhluk lainnya seperti plankton, jasad-jasad renik, benthos, dan sebagainya
(Kastowo,2008).
Bentuk tubuh ikan bervariasi meskipun demikian mempunyai pola dasar yang
sama yaitu “kepala-badan-ekor” pada umumnya bilateral simetris. Sebagai
kekecualian pada ordo Plauronectiformes yang mempunyai bentuk nonbilateral
simetris. Dimana secara garis besar ikan yang ada di alam dikelompokkan menjadi
dua yaitu Agnatha (ikan yang tidak berahang) dan Gnathostomata (ikan yang
memiliki rahang). Secara umum, ikan dibagi atas tiga kelas yaitu :
Cephalaspidomorphi, Condrichthyes, dan Osteichthyes (D.S. Mulya,2006).
Cephalaspidomorphi,Condrichthyes, dan Osteichthyes dimasukkan kedalam
Pisces, merupakan kelompok hewan yang sangat besar san banyak diminati orang,
sehingga kelompok hewan ini mendapat perhatian sebagai bidang ilmu khusus yakni
Ikhtiologi (H. Anshari, 2008).
Pada bagian kepala (caput) ikan, terdapat organ mata (organon visus), mulut
(rimaoris), lekuk hidung (fovea nasalis), dan tutup insang (overculum). Pada sebagian
ikan juga terdapat sungut dan antenna. Fungsi hidung pada ikan bukan untuk
pernafasan melainkan untuk penciuman. Overculum atau tutup insang yang terdapat
diantara kepala dan tubuerguna untuk melindungi insang. Ikan elasmobranchia tidak
mempunyai tutup insang (J.F.K. Abo, 2008).
Mulut pada ikan memiliki berbagai bentuk dan posisi yang tergantung dari
kebiasaan makan dan kesukaan pada makanannya (feeding dan food habits).
Perbedaan bentuk dan posisi mulut ini juga kadang diikuti dengan keberadaan gigi
dan perbedaan bentuk gigi pada ikan (B. Cahyono, 2009).
B. Bahan
1. Ikan Pari
2. Ikan Kerling
3. Ikan Nila
4. Ikan Lele
5. Ikan Tongkol
6. Ikan Dencis
7. Ikan Bandeng
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
2. Ikan Lele (Clarias sp). 1. Mata
2. Mulut
3. Kumis
4. Sirip punggung
5. Sirip dada
6. Sirip anus
7. Ekor
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
3. Ikan Tongkol (Euthynnus affinis). 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
4. Ikan Nila (Oreochromis niloticus). 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
5. Ikan Bandeng (Channos channos) 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
6. Ikan Dencis 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
7. Ikan Pari (Dasyatidae). 1. Mata
2. Mulut
3. Overculum
4. Hidung
5. Sirip anus
6. Sirip dada
7. Sisik
8. Sirip punggung
9. Sirip samping
10. Ekor
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
VI. PEMBAHASAN
Dari percobaan praktikum pengenalan morfologi ikan diketahui bahwa
morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat
dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan. Bentuk luar seringkali mengalami
perubahan dari sejak masa larva sampai mati karena tua. Perubahan bentuk itu ada
yang mencolok sekali, seperti pada ikan lidah yang pada waktu larva berbentuk
bilateral simetris menjadi asimetris pada waktu dewasa. Ada juga perubahan yang
sedikit sekali, hampir tidak jelas. Morfologi ikan berhubungan dengan habitat ikan di
perairan.
Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar
ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari
jenis-jenis ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di
perairan. Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan
dimana habitat ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan
secara keseluruhan beserta ukuran yang digunakan dalam identifikasi.
Secara umum, tubuh ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: kepala
(Chapala), badan (Abdomen), dan ekor (Caudal). Bagian kepala terletak dari bagian
mulut paling depan sampai bagian tutup insang paling akhir. Pada bagian kepala
terdapat mulut, rahang, gigi, sungut (barbells kumis), hidung, mata, insang, dan
keping tutup insang atau overculum, otak dan jantung dan teori ini juga didukung
oleh (Bonita Anjarsari, 2010).
Bagian badan dimulai dari akhir overculum sampai permulaan sirip dubur atau
anal (A). Pada bagian badan terdapat sirip-sirip punggung atau dorsal (D), jumlahnya
terdapat 1 atau 2 buah, sirip dada atau pectoral (P) dan sirip perut atau ventral (V).
pada bagian badan juga terdapat organ-organ pencernaan, gonad, ginjal, dan
gelembung renang.
Bagian ekor dimulai dari permulaan sirip anal sampai ujung sirip ekor. Pada
bagian ekor terdapat sirip dubur atau anal (A), sirip ekor atau caudal (C) dan anus.
Pada beberapa spesies ikan laut terdapat skil, sirip-sirip lemak (Asipose fin) dan sirip-
sirip tambahan (Auxiliary fin).
Bentuk tubuh pada ikan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bentuk
bilateral simetris dan bentuk asimetris. Bentuk bilateral simetris yaitu bila ikan dilihat
dari arah interior dengan kepala menghadap praktikan terlihat bagian kiri dan kanan
tubuhnya sama (simetris), termasuk organ-organ yang terdapat pada bagian kiri dan
kanan tubuh, misalnya mata. Bentuk asimetris yaitu bentuk tubuh yang tidak sama
antara bagian kiri dan kanan pada bagian dorsal dan ventralnya, baik dalam ukuran
maupun kelengkapan organ-organnya.
Secara garis besar bentuk-bentuk tubuh ikan dapat dikelompokkan menjadi
compressed yaitu berbentuk pipih vertikal, contoh yang dipraktikumkan adalah ikan
nila (Oreochromis niloticus), depressed yaitu berbentuk pipih horizontal, contohnya
adalah ikan pari (Dasyatis sp), fusiform yaitu berbentuk torpedo, contohnya adalah
ikan tuna dan ikan tongkol, anguilliform yaitu berbentuk pipa, contohnya adalah ikan
sidat dan belut (Monopterus albus), globiform yaitu berbentuk bulat, contohnya
adalah ikan buntal (Diodon sp), dan taeniform yaitu berbentuk ikan pita, contohnya
adalah ikan layur (Trihiurus sp).
Sirip ikan (fin) ada yang berpasangan dan ada pula yang tidak. Sirip yang
berpasangan yaitu sirip dada (pectoral fins) dan panggul (pelvic fins), sedangkan yang
tidak berpasangan atau disebut juga sirip median (median fins) yaitu sirip punggung
(dorsal), anus (anal), dan ekor (caudal fins) serta sirip adipose pada beberapa ikan.
Ikan memiliki berbagai macam bentuk sirip, hal ini berkaitan dengan perilaku
renang yang berbeda tiap spesies. Ikan yang berenang/bergerak lambat memiliki sirip
ekor berbentuk bulat, sedangkan ikan yang berenang cepat memiliki ekor bercabang
(garpu) dengan lobus atas dan bawahnya kaku.
Bentuk mulut ikan dibagi atas 2 bentuk yaitu proctractile adalah bentuk
mulut yang dapat disembulkan ke depan dan dapat ditarik lagi ke posisi semula. Dan
bentuk nonproctractile adalah bentuk mulut ikan yang tidak dapat disembulkan
kedepan, dan teori ini pun dapat didukung oleh (Prawirohartono, 2010).
Sungut pada ikan berfungsi sebagai alat peraba pada waktu mencari makan.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan yang merupakan ciri-ciri yang mudah
dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis ikan.
2. Tubuh ikan dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu: kepala (Chapala), badan
(Abdomen), dan ekor (Caudal).
3. Bentuk tubuh pada ikan dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu bentuk bilateral
simetris dan bentuk asimetris.
4. Secara garis besar bentuk-bentuk tubuh ikan dapat dikelompokkan menjadi
compressed (pipih vertikal), depressed (pipih horizontal), fusiform (torpedo),
anguilliform (pipa), globiform (bulat), dan taeniform (pita).
5. Sirip ikan (fin) ada yang berpasangan dan ada pula yang tidak. Sirip yang
berpasangan yaitu sirip dada (pectoral fins) dan panggul (pelvic fins), sedangkan
yang tidak berpasangan atau disebut juga sirip median (median fins) yaitu sirip
punggung (dorsal), anus (anal), dan ekor (caudal fins) serta sirip adipose pada
beberapa ikan.
6. Bentuk sirip ekor berkaitan dengan perilaku renang, jika ikan berenang cepat
maka bentuk ekornya bercabang (garpu), sedangkan jika ikan bergerak lambat
maka bentuk ekornya bulat.
7. Bentuk mulut ikan dibagi atas 2 bentuk yaitu proctractile adalah bentuk mulut
yang dapat disembulkan ke depan dan dapat ditarik lagi ke posisi semula. Dan
bentuk nonproctractile adalah bentuk mulut ikan yang tidak dapat disembulkan
kedepan.
8. Sungut pada ikan berfungsi sebagai alat peraba pada waktu mencari makan.
BAB II
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Adapun tujuan dalam praktikum ini diharapkan mahasiswa mampu:
1. Melihat stuktur kulit ikan
2. Mengetahui berbagai jenis ukuran sisik ikan dan jumlah sisik ikan
Sistem integumen adalah bagian tubuh yang berhubungan langsung dengan air
(kulit dan derivat integumen). Abdullah (2005) menyatakan bahwa sistem integumen
pada ikan adalah kulit dan derivat integumen. Kulit merupakan lapisan penutup tubuh
yang terdiri dari dua lapisan, yaitu epidermis pada lapisan terluar dan dermis pada
lapisan dalam. Derivat integumen merupakan suatu struktur yang secara
embryogenetik berasal dari salah satu atau kedua lapisan kulit yang sebenarnya.
Pada umumnya sistem integumen berfungsi sebagai pertahanan tubuh,
keseimbangan cairan (osmeregulasi, pengaturan panas (thermoregulasi), perwarnaan,
pergerakan (ruaya), pernafasan (respirasi), kelenjar, dan organ indera.
Linear Lateralis (LL) merupakan garis-garis terbentuk dari pori-pori di sepanjang
tubuh ikan. Gunarso (2006) menyatakan bahwa Linea Lateralis atau Gurat sisi adalah
organ penerima getaran yang dapat mendeteksi suara jarak jauh. Linea Lateralis atau
Gurat sisi pada memiliki warna keputih-putihan. Pada semua jenis ikan memiliki
Linea Lateralis pada bagian tubuhnya dan mempunyai perbedaan baik warna maupun
strukturnya. Pada Linea Lateralis antara ikan pelagis dan demersal memilki
perbedaan baik dilihat dari habitat maupun cara organ merespon dari sumber suara.
Linea Lateralis sendiri mempunyai fungsi sebagai organ penerima getaran suara
untuk menganalisis tekanan hidrodinamik dan mendeteksi suara jarak jauh.
Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan
tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan
dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam
epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu,
misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding
pada saat atau keadaan normal. Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air
supaya ia dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka,
berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar
masuknya air melalui kulit. Pada beberapa ikan tertentu menggunakan lendir sebagai
alat perlindungan pada saat terjadi kekeringan, misalnya ikan paru-paru (Protopterus)
yang menanamkan diri pada lumpur selama musim panas dengan membungkus
tubuhnya dengan lendir hingga musim penghujan tiba. Beberapa ikan yang
menggunakan lendirnya untuk melindungi telur dari gangguan luar, misalnya anggota
dari genus Trichogaster.
Berdasarkan bentuk dan bahan yang terkandung didalamnya, sisik ikan dapat
dibedakan menjadi 5 jenis yaitu ctenoid (berbentuk agak oval dan bergerigi), cycloid
(berbentuk oval tetapi tidak bergerigi), cosmoid (memiliki beberapa lapisan yang
berturut-turut dari luar yaitu vitrodentine, cosmine, dan isopedine) hanya terdapat
pada ikan primitif dan ikan fosil seperti Latimeria chalumnea, placoid (berbentuk
seperti bunga mawar, duri halu, bentuk membulat atau bujur sangkar) terdapat pada
ikan bertulang rawan, dan ganoid (memiliki beberapa lapisan yaitu ganonine,
cosmonine dan isopedine)
Pada Praktikum yang telah dilakukan dapat dilihat bahwa ikan nila memiliki sisik
ctenoid serta memiliki jenis jari-jari sisrip yang lengkap yaitu jari-jari keras, jari-jari
lemah mengeras dan jari-jari lemah. Jika ikan bandeng sama dengan ikan nila yang
memiliki tipe sisik ctenoid tetapi tidak memiliki jari-jari keras, hanya memiliki jari-
jari lemah mengeras dan jari-jari lemah. Sedangkan ikan Kerling memiliki 2 tipe sisik
dimana pada bagian ventral sisiknya berbentuk ganoid sedangkan pada bagian dorsal
sisiknya berbentuk cycloid, daan tidak memiliki jari-jari keras, hanya memiliki jari-
jari lemah mengeras dan jari-jari lemah.dan yang terakhir adalah ikan lele yang tidak
memiliki sisik tetapi hanya memiliki lendir namun memiliki jenis jari-jari sisrip yang
lengkap yaitu jari-jari keras, jari-jari lemah mengeras dan jari-jari lemah
Susunan Linear Literalis (LL) pada ikan nila lengkap tetapi tidak sempurna (LL
terdiri dari beberapa garis yang tidak saling berhubungan), LL nya melengkung
keatas, memiliki 2 baris LL dan 49 lubang LL. Jika ikan Bandeng memiliki susunan
LL yang lengkap dan sempurna (garis lurus atau melengkung yang memanjang mulai
dari sudut overculum sampai ke batas pangkal sirip ekor) dan LL berbentuk garis
lurus, hanya memiliki 1 baris LL dan memiliki 87 lubang LL dan merupakan ikan
yang memiliki paling banyak lubang LL diantara ikan lele, ikan kerling dan ikan
nilla. Pada ikan kerling susunan LL nya lengkap dan sempurna, sementara bentuk LL
nya melengkung kebawah, memiliki 1 baris LL dan 21 lubang LL. Selanjutnya ikan
lele memiliki susunan LL yang lengkap dan sempurna, LL nya berbentuk garis lurus,
hanya memiliki 1 baris LL dan 58 lubang LL
VII. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan,
memisahkan,melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap
lingkungan sekitarnya.
2. Sistem integumen pada ikan terdiri atas sisik, kulit, lendir, linea
lateralis, dan jari-jari sirip.
3. Fungsi dari lendir ialah untuk mengurangi gesekan dengan air supaya
ia dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup
luka, yang berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi
permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit.
4. Ada 5 jenis sisik (squama) pada ikan yaitu ctenoid, cycloid, ganoid,
placoid, dan cosmoid.
5. Fungsi dari linea lateralis adalah sebagai organ penerima getaran suara
untuk menganalisis tekanan hidrodinamik dan mendeteksi suara jarak
jauh.
6. Pada kulit terdapat 2 lapisan yaitu lapisan epidermis dan lapisan
dermis.
BAB III
SISTEM RANGKA
Rabu 16 Oktober 2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiwa dapat:
1. Untuk mengetahui sistem rangka pada ikan
2. Mengenal dan mengetahui posisi rangka pada ikan
3. Memahami bagian-bagian dari tulang rangka pada tubuh ikan
B. Bahan
1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2. Ikan Lele (Clarias)
3. Ikan Dencis (Sardina pilchardus)
4. Rangka Appendicular
Digambar secara jelas ruas-ruas tulang yang menghubungkan antara cucuk
neural dan haemal dan jari-jari sirip. Meliputi sirip punggung, sirip dada dan
sirip perut.
5. Ruas Vertebrae
a. Dituliskan jumlah ruas vertebrae pada bagian anterior yang telah
dimodifikasi, jumlah ruas vertebrae pada bagian abdominal dan bagian
caudal
b. Digambar pandangan belakang dari ke-3 macam ruas vertebrae itu dan
pandang samping salah satu ruas vertebrae bagian abdominal dan bagian
caudal. Diberi keterangan selengkapnya.
c. Digambar susunan ruas yang menghubungkan ruas-ruas vertebrae bagian
posterior dengan pangkal dasar jari-jari sirip ekor dan disebutkan
bentuknya.
.
V. HASIL PENGAMATAN
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
2. Labirin 1. Labirin
2. Insang
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
VI. PEMBAHASAN
Adapun fungsi kerangka kepala yaitu: tempat masuk makanan pertama kali, tempat
masuk air saat respirasi, letak dari organ organ syaraf, struktur yang melindungi otak,
mata, ingsang, tempat menempelan banyak jenis urat daging utama
Rangka Apendikular: Sirip-Sirip Dan Penyokong- Penyokong (Girdles)
Sirip-sirip median pada Elasmobranchii ditunjang oleh rawan-rawan basal yang
biasanya berbuku-buku menjadi elemen proximal, middle dan distal. Pada beberapa
jenis hiu proximal menjadi satu dan pada beberapa spesies yang memicak (flattened
species) rawan basal bersatu dengan duri-duri neural. Sirip-sirip median pada
Teleostei didukung oleh dua tulang yang terosifikasi dan satu rawan pterygiophore.
Rangka apendikular yang utamanya merupakan tempat penempelan sirip-sirip lebih
sederhana daripada rangka kepala. Pada Chondrichthyes, sirip-sirip pektoral
ditunjang oleh serangkaian rawan choracoid dan scapular; penyokong sirip perut
terdiri dari barisan penghubung sederhana dinamakan rawan ishiopubic. Pada
Osteichthyes, sirip pektoral dan penyokong sirip perut lebih kompleks. Sirip-sirip
pektoral berartikulasi dengan lima tulang-tulang radial dan pelvic girdle biasanya
terdiri dari dua tulang yang bersatu yang mungkin bersatu dengan pectoral girdle
pada ikan-ikan yang perkembangan evolusinya lebih maju.
VII. KESIMPULAN
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum diharapkan Mahasiswa dapat :
1. Mengetahui proses pernapasan insang.
2. Bagaimana sistem pencernaan dan sirkulasi darah yang terdapat pada
ikan.
Salah satu kebutuhan bagi makhluk hidup dan seekor ikan ialah adanya oksigen
yang cukup di alam atau supply oksigen yang cukup dalam jaringan. (Manda at all,
2005).
Ikan pada waktu bernafas mengambil oksigen terlarut dalam air dan
mengeluarkan CO2. Akan tetapi pada jenis ikan tertentu dapat juga memanfaatkan
oksigen bebas. terutama sekali bagi jenis-jenis ikan yang memiliki alat pernapasan
tambahan (Herdia, 2012).
Alat pencernaan dari ikan terdiri dari saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Alat pencernaan pada ikan Mas terdiri atas lambung. Saluran pencernaan
pada ikan terdiri atas segmen mulut, rongga mulut, faring, esophagus, lambung,
pylorus, usus, rektum dan anus (Fajri, 2009).
Alat-alat pencernaan makanan secara berturut-turut dari awal makanan masuk ke
mulut dapat dikemukakan sebagai berikut: mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus,
lambung, pylorus, usus, dan anus (Susanto, 2008).
Kelenjer pencernaan pada ikan meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan
kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak dibagian depan
rongga badan dan menngelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kiri,
serta bagian yang menuju ke arah pungung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang
disimpan dalam kantung empedu untuk membantu proses pencernaan lemak.
Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak disebelah kanan hati,
dan salurannya bermuara pada lambung. Pancreas merupakan organ yang berukuran
mikroskopis sehingga sukar dikenali, fungsi pancreas ialah menghasilkan enzim-
enzim pencernaan dan hormone insulin (Affandi, 2010).
B. Bahan
1. Ikan Gabus
2. Ikan Nila
IV. CARA KERJA
A. Sistem Pencernaan
1. Dituliskan data ukuran panjang total, panjang standar dan berat ikan.
2. Dibelah ikan mulai dari anus sampai kedaerah kerongkongan.
Kemudian dari anus di belah mengarahke atas sampai ke daerah
laterdorsal. Demikian juga pada daerah kerongkongan di belah
sampai ke laterdorsal. Selanjutnya daging yang telah di sayat
lipatkan ke bagian dorsal.pada waktu pembelahan jangan sampai
organ-organ dalam badan tergores oleh pisau ataupun gunting.
3. Di gambarkan organ-organ dalam yang terdapat pada ikan sampel
(sebelum saluran pencernaan dikeluarkan).
4. Dikeluarkan saluran dan pencernaannya.
5. Ditentukan golongan ikan berdasarkan bentuk saluran pencernaan.
C. Sistem Pernapasan
1. Diperhatikan apakah ikan sampai tergolong jenis yang memiliki
penutup insang atau tidak.
2. Digambarkan bentuk ikan sampel.
3. Digambarkan jika ada alat pernapasan tambahan pada ikan.
4. Digambaran bentuk dan susulan gelembung renang pada ikan
tersebut
5. Ditentukan golongan ikan yang menjadi bahan latihan apakah
physostomi atau physoclisti.
6. Dituliskan ukuran panjang gelembung renang, panjang masing-
masing rongga saluran penghubung dan serta ketebalan selaput
gelembung renang.
V. HASIL PENGAMATAN
No. Gambar Keterangan
1. Sistem Pencernaan ikan lele 1. Mulut
2. Pharing
3. Esophagus
4. Lambung
5. Pankreas
6. Empedu
7. Usus
8. Anus
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
2. Labirin 1. Labirin
2. Insang
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
VI. PEMBAHASAN
VII. Kesimpulan
Dari hasil praktikum mengenai sistem pencernaan dan pernapasan dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sistem pencernaan pada ikan dibedakan menjadi dua, yaitu saluran pencernaan
(traktus digestives) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria).
2. Organ-organ penyusun saluran pencernaan antara lain terdiri dari mulut,
tenggorokkan (pharinx) kerongkongan (esophagus) lambung (ventriculus) dan
usus (intestinum).
3. Kelenjar pencernaan pada ikan terdiri dari hati, pankreas dan empedu.
4. Mekanisme pernapasan pada ikan telestei dapat dibedakan menjadi dua fase yaitu
fase inspirasi dan fase ekspirasi.
5. Fase inspirasi yaitu pemasukan oksigen kedalam alat-alat pernafasan.
6. Sedangkan fase ekspirasi yaitu proses pelepasan udara dari alat pernafasan
kealam sekitarnya.
7. Pada ikan lele terdapat alat pernapasan tambahan yang disebut labirin.
BAB V
MORFOMETRIK
Rabu 30 Oktober 2019
I. TUJUAN PRAKTIKUM
Setelah melakukan praktikum diharapkan mahasiswa dapat :
1. Mengetahui morfometrik pada bagian dan bentuk tubuh ikan.
B. Bahan
1. Ikan Bandeng
IV. CARA KERJA
1. Disiapkan ikan sampel dan kertas yang dilapisi plastik bening.
2. Diletakkan ikan sampel diatas kertas.
3. Diberikan tand pada kerangka ikan titik truss morfometrik dengan
menggunakan jarum.
4. Setelah itu dihitung jarak antar titik berdasarkan karakter yang telah
ditemukan pada tabel 2.
V. HASIL PENGAMATAN
Gambar Keterangan
1. 6 cm
2. 4 cm
3. 6,5 cm
4. 5 cm
5. 1 cm
6. 6 cm
7. 7,5 cm
8. 16 cm
9. 7 cm
10. 5,5 cm
11. 10 cm
12. 5 cm
13. 11,5 cm
14. 9 cm
15. 1,5 cm
16. 9,5 cm
17. 8 cm
18. 10 cm
19. 4,5 cm
20. 2,5 cm
21. 3,5 cm
Disetujui Asisten
(Ulfa Zaleha)
VI. PEMBAHASAN
Morfometrik adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian
tubuh ikan misalnya panjang total, panjang baku, panjang cagak dan sebagainya.
Morfometrik merupakan ciri-ciri yang berkaitan dengan bagian tertentu pada tubuh
ikan misalnya jumlah sisik pada garis rusuk, jumlah jari-jari keras dan lemah pada
sirip punggung dan sebagainya. Ukuran dalam morfometrik adalah jarak antara satu
bagian tubuh ke bagian lain, misalnya jarak antara ujung kepala sampai dengan
pelipatan batang ekor (panjang baku). Ukuran ini disebut dengan ukuran mutlak yang
biasanya dinyatakan dalam satuan milimeter atau sentimeter. (Affandi, 2012).
Bentuk dan ukuran dari setiap jenis ikan berbeda-beda. Perbedaan ini biasa
digunakan dalam proses pengklasifikasian dan penggolongan suatu jenis ikan. Untuk
dapat mengetahui perbedaan ukuran tubuh setiap jenis ikan, tentu dilakukan
pengukuran untuk mendapatkan data mengenai ukuran tubuh ikan tersebut. Dalam
Rajabnadia (2009) dijelaskan bahwa Pengukuran morfometrik merupakan
pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.
Metode pengukuran standar ikan antara lain panjang standar, panjang moncong atau
bibir, panjang sirip punggung atau tinggi badan atau ekor.
Manfaat dari morfometri yaitu lebih mudah dalam mendeterminasi suatu
hewan berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimilikinya, disamping itu juga dapat
diketahui kisaran umur dan jenis kelamin dari hewan yang telah dilakukan
morfometri padanya. Supaya memperoleh data morfometri yang memadai
diupayakan dengan menyeleksi spsimen yang dianggap sudah memiliki karakter
morfologi yang sudah mapan ( Haryono, 2001).
Truss morfometri ialah metode pembandingan antara ukuran-ukuran tubuh
bagian penting dari ikan dengan satu ukuran yang dianggap standar. Panjang kepala
dan panjang standar ialah dua variable yang sering digunakan untuk menentukan
spesies ikan. Sebagai contoh, perbandingan antara panjang standar dengan tinggi
badan akan menentukan bentuk badan dari ikan (Wiadnya,. 2012). Ada beberapa
bukti perbedaan morfologis antar populasi geografis yang berbeda. Metode
konvensional dan truss morphometric biasanya digunakan untuk menggambarkan
variasi morfologi diantara populasi yang berbeda dari suatu spesies. Truss
morfometrik telah banyak digunakan terutama untuk stock differentiation
(Abdolhay et al. 2010).
Pada praktikum tentang morfometrik, ikan yang digunakan adalah ikan
bandeng, dimana yang diukur meliputi ruang truss kepala dan tubuh depan, tubuh
tengah, tubuh belakang dan pangkal ekor.
Kepala dan tubuh depan ikan bandeng meliputi ujung mulut-ujung overculum
bawah (A1) yaitu 6 cm, ujung mulut-batas akhir tulang kepala (A2) yaitu 4 cm, ujung
mulut-sirip ventral (A3) sepanjang 6,5 cm, ujung overculum bawah-batas akhir tulang
kepala (A4) yaitu 5 cm, ujung overculum bawah- sirip ventral (A5) yaitu 1 cm, dan
batas akhir tulang kepala-sirip ventral (A6) yaitu 6 cm.
Tubuh tengah ikan bandeng terdiri dari batas akhir tulang kepala-awal sirip
dorsal (B1) yaitu 7,5 cm, batas akhir tulang kepala-awal sirip anal (B2) sepanjang 16
cm, sirip ventral-awal sirip dorsal (B3) yaitu 7 cm, sirip ventral-awal sirip anal (B4)
yaitu 5,5, cm, awal sirip dorsal-awal sirip anal (B5) yaitu 10 cm.
Tubuh belakang ikan bandeng meliputi awal sirip dorsal-akhir sirip dorsal
(C1) yaitu 5 cm, awal sirip dorsal-akhir sirip anal (C3) yaitu 11,5 cm, awal sirip anal-
akhir sirip dorsal (C4) yaitu 9 cm, awal sirip anal-akhir sirip anal (C5) yaitu 1,5 cm,
akhir sirip dorsal-akhir sirip anal (C6) yaitu 9,5 cm.
Pada pangkal ekor ikan bandeng imulai dari akhir sirip dorsal-awal sirip ekor
atas (D1) sepanjang 8 cm, akhir sirip dorsal-awal sirip ekor bawah (D3) yaitu 10 cm,
selanjutnya akhir sirip anal- awal sirip ekor atas (D4) yaitu 4,5 cm, akhir sirip anal-
awal sirip ekor bawah (D5) 2,5 cm dan yang terakhir adalah awal sirip ekor atas-akhir
sirip ekor bawah (D6) yaitu 3,5 cm.
VII. KESIMPULAN
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa:
1. Marfometrik merupakan pengukuran ikan dan bagian-bagian tertentu yang
menjadi karakter taksonomi.
2. Bagian-bagian tubuh ikan yang diukur adalah kepala dan tubuh depan,
tubuh tengah, tubuh belakang, pangkal ekor.
3. Setiap ikan memiliki ukuran yang berbeda karena ikan tersebut tidak
memiliki kesamaan habitat.
4. Manfaat dari morfometrik yaitu lebih mudah dalam mendeterminasi suatu
hewan berdasarkan ciri-ciri khusus yang dimilikinya, dan mengetahui setiap
ukuran yang terdapat pada tubuh ikan.
5. Pengukuran morfometrik merupakan pengukuran yang diambil dari satu
titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.
6. Informasi marfometrik ikan dapat menjelaskan status genetik stok ikan
berdasarkan kemiripan atau perbedaan bentuk tubuhnya.
DAFTAR PUSTAKA