Kitab Waris PDF
Kitab Waris PDF
FIQIH
MAWARIS
Ahmad Sarwat, Lc
1
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Judul Buku
Fiqih Mawaris
Penulis
Ahmad Sarwat
Penerbit
DU CENTER
Cetakan
Pertama
Kedua
Ketiga
Keempat
3
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Istilah
5
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Daftar Isi
7
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
3. Hutang 41
4. Washiyat 43
Rukun, Syarat dan Sebab Warisan 45
1. Rukun Waris 45
1.1. Al-Muwarits 45
1.2. Al-Warits 45
1.3. Harta Warisan 46
2. Syarat Waris 46
2.1. Meninggalnya Muwarrits 46
2.2. Hidupnya Ahli Waris 49
2.3. Ahli Waris Diketahui 50
3. Sebab-sebab Adanya Hak Waris 50
3.1. Kerabat hakiki 50
3.2. Pernikahan 51
3.3. Al-Wala 51
Gugurnya Warisan 53
1. Hal-hal Yang Menggugurkan Warisan 53
1.1. Pembunuhan 53
1.2. Perbedaan Agama 54
1.3. Budak 56
2. Perbedaan Mahrum dan Mahjub 57
Penghalang Warisan (Al-Hujub) 59
1. Definisi 59
2. Macam-macam al-Hujub 60
3. Ahli Waris yang Tidak Terkena Hujub Hirman 61
4. Ahli Waris yang Dapat Terkena Hujub Hirman 62
Ashabul Furudh & Ashabah 63
1. Ashhabul Furudh 63
2. Ashabah 64
2.1. Dalil Hak Waris Para 'Ashabah 65
2.3. Macam-macam 'Ashabah 67
3.1. 'Ashabah bin nafs 67
3.3.Hukum 'Ashabah bin nafs 68
8
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
9
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
9.2. Menghijab 93
9.3. Dihijab Oleh : 93
10. Saudari seayah-ibu 94
10.1. Bagian 94
11. Saudara seayah ( ) 95
11.1. Bagian 95
11.2. Menghijab 96
11.3. Dihijab Oleh : 96
12. Saudari seayah ( ) 97
10.1. Bagian 97
13. Keponakan : anak saudara seayah-ibu 98
14. Keponakan : anak saudara seayah 98
15. Paman : saudara ayah seayah-ibu 98
16. Paman : saudara ayah seayah 98
17. Sepupu : anak laki paman seayah-ibu 99
18. Sepupu : anak laki paman seayah 99
19. Cucu Laki-laki ( ) 99
19.1. Bagian 99
19.2. Menghijab 100
19.3. Dihijab oleh : 101
20. Cucu Perempuan 101
21. Nenek Dari Ibu 101
22. Saudara/i Seibu 101
Cara Membagi Warisan 103
1. Langkah Pertama 103
1.1. Hutang 103
1.2. Wasiat 103
1.3. Biaya Pengurusan Jenazah 104
2. Langkah Kedua 104
2.1. Memilah 104
2.2. Menghilangkan ahli waris yang terhijab 105
3. Langkah Ketiga 107
Aul dan radd Error! Bookmark not defined.
1. Aul Error! Bookmark not defined.
10
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
11
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Pengantar
13
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
14
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Al-Faqir ilallah
Ahmad Sarwat, Lc
15
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Bab Pertama
Urgensi dan Pensyariatan
17
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
Jadi buat apa kita yang tidak punya urusan ini pakai sok
belajar ilmu waris?
Pada bab pertama ini kita akan mempelajari kenapa kita
yang awam ini perlu dan harus belajar ilmu waris. Ada
beberapa sebab dan alasan yang melatarbelakangi hal itu.
Antara lain :
1.1. Ilmu Waris Akan Dicabut
Sebagaimana kita sadari meski bangsa Indonesia ini
mayoritas muslim, namun kita tahu bahwa agama kita
diperangi lewat berbagai macam bentuk penggerogotan dari
dalam. Salah satunya adalah dijejalinya kita dengan berbagai
produk hukum yang bukan hukum Islam, seperti hukum
barat dan hukum adat, lewat berbagai kurikulum
pendidikan yang kita dapat dari sistem pendidikan nasional,
atau dari adat istiadat turun temurun.
Maka lahirlah dari bangsa ini berlapis generasi muslim
yang rajin shalat 5 waktu, fasih membaca Al-Quran, aktif
mengaji kesana-kemari, gemar menghidupkan amaliyah
sunnah, tetapi sama sekali tidak paham alias merasa asing
dengan hukum waris Islam.
Keterasingan mereka atas hukum waris Islam ini
merupakan kehancuran umat Islam yang sudah diprediksi
oleh Rasulullah SAW sejak 14 abad yang lalu.
Rasulullah SAW secara khusus telah memberikan
perintah untuk mempelajari ilmu waris, sebab ilmu waris itu
setengah dari semua cabang ilmu. Lagi pula Rasulullah
SAW mengatakan bahwa ilmu warisan itu termasuk yang
pertama kali akan diangkat dari muka bumi.
18
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
1
Al-Mustadrak ala Ash-Shahihaini lil-Hakim, jilid 18 halaman
328
19
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
20
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
21
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
2. Pensyariatan
Ketentuan dan kewajiban membagi waris dalam syariah
Islam ditetapkan berdasarkan kitabullah dan sunnah
Rasulullah SAW, serta ijma' para ulama.
2.1. Dalil Quran
Di dalam Al-Quran ada banyak ayat yang secara detail
menyebutkan tentang pembagian waris menurut hukum
Islam. Khusus di surat An-Nisa' saja ada tiga ayat, yaitu ayat
22
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
11,12 dan 176. Selain itu juga ada di dalam surat Al-Anfal
ayat terakhir, yaitu ayat 75.
a. Ayat waris untuk anak
23
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
24
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
25
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
3
Nailul Authar jilid 6 halaman 55
26
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
4
Nailul Authar jilid 6 halaman 58
27
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Bab Kedua
Pengertian Waris
1. Definisi
1.1. Bahasa
Al-miirats ( ) dalam bahasa Arab adalah bentuk
mashdar (infinitif) dari kata ( ) waritsa-
yaritsu-irtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah
'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain',
atau dari suatu kaum kepada kaum lain.
Pengertian menurut bahasa ini tidaklah terbatas hanya
pada hal-hal yang berkaitan dengan harta, tetapi mencakup
harta benda dan non harta benda. Ayat-ayat Al-Qur'an
29
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
30
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
2.1. Waktu
Dari segi wattu, harta waris tidak dibagi-bagi kepada
para ahli warisnya, juga tidak ditentukan berapa besar
masing-masing bagian, kecuali setelah pemiliknya
(muwarrits) meninggal dunia. Dengan kata lain, pembagian
waris dilakukan setelah pemilik harta itu meninggal dunia.
Maka yang membagi waris pastilah bukan yang memiliki
harta itu.
Sedangkan hibah dan washiyat, justru penetapannya
dilakukan saat pemiliknya masih hidup. Bedanya, kalau
hibah harta itu langsung diserahkan saat itu juga, tidak
menunggu sampai pemiliknya meninggal dulu. Sedangkan
washiyat ditentukan oleh pemilik harta pada saat masih
hidup namun perpindahan kepemilikannya baru terjadi saat
dia meninggal dunia.
2.2. Penerima
Yang berhak menerima waris hanyalah orang-orang yang
terdapat di dalam daftar ahli waris dan tidak terkena hijab
hirman. Tentunya juga yang statusnya tidak gugur.
Sedangkan washiyat justru diharamkan bila diberikan
kepada ahli waris. Penerima washiyat harus seorang yang
bukan termasuk penerima harta waris. Karena ahli waris
sudah menerima harta lewat jalur pembagian waris, maka
haram baginya menerima lewat jalur washiat.
31
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
32
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
33
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
34
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
35
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
3.8. Al-Ashl
Yang dimaksud dengan istilah al-ashl ( ) adalah ayah
kandung dan ibu kandung, juga termasuk ayah kandung
atau ibu kandung dari ayah kandung (kakek). Dan kakek
atau nenek yang merupakan ayah dan ibunya ayah ini
disebut juga al-jaddu ash-shahih.
36
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Bab Ketiga
Alokasi Harta
37
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
38
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
39
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
2. Pengurusan Jenazah
Semua keperluan dan pembiayaan pemakaman pewaris
hendaknya menggunakan harta miliknya, dengan catatan
tidak boleh berlebihan. Keperluan-keperluan pemakaman
40
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
3. Hutang
Hendaklah utang piutang yang masih ditanggung
pewaris ditunaikan terlebih dahulu. Artinya, seluruh harta
peninggalan pewaris tidak dibenarkan dibagikan kepada ahli
warisnya sebelum utang piutangnya ditunaikan terlebih
dahulu. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw.:
"Jiwa (ruh) orang mukmin bergantung pada utangnya hingga
ditunaikan."
Maksud hadits ini adalah utang piutang yang
bersangkutan dengan sesama manusia. Adapun jika utang
tersebut berkaitan dengan Allah SWT, seperti belum
membayar zakat, atau belum menunaikan nadzar, atau
belum memenuhi kafarat (denda), maka di kalangan ulama
ada sedikit perbedaan pandangan.
Al-Hanafiyah
Kalangan ulama mazhab Hanafi berpendapat bahwa ahli
warisnya tidaklah diwajibkan untuk menunaikannya.
Sedangkan jumhur ulama berpendapat wajib bagi ahli
warisnya untuk menunaikannya sebelum harta warisan
(harta peninggalan) pewaris dibagikan kepada para ahli
warisnya.
41
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
42
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
4. Washiyat
Wajib menunaikan seluruh wasiat pewaris selama tidak
melebihi jumlah sepertiga dari seluruh harta
peninggalannya. Hal ini jika memang wasiat tersebut
diperuntukkan bagi orang yang bukan ahli waris, serta tidak
ada protes dari salah satu atau bahkan seluruh ahli warisnya.
Adapun penunaian wasiat pewaris dilakukan setelah
sebagian harta tersebut diambil untuk membiayai keperluan
pemakamannya, termasuk diambil untuk membayar
utangnya.
Bila ternyata wasiat pewaris melebihi sepertiga dari
jumlah harta yang ditinggalkannya, maka wasiatnya tidak
wajib ditunaikan kecuali dengan kesepakatan semua ahli
warisnya. Hal ini berlandaskan sabda Rasulullah saw. ketika
menjawab pertanyaan Sa'ad bin Abi Waqash r.a. --pada
waktu itu Sa'ad sakit dan berniat menyerahkan seluruh harta
yang dimilikinya ke baitulmal. Rasulullah saw. bersabda: "...
Sepertiga, dan sepertiga itu banyak. Sesungguhnya bila
engkau meninggalkan para ahli warismu dalam keadaan
kaya itu lebih baik daripada meninggalkan mereka dalam
kemiskinan hingga meminta-minta kepada orang."
43
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
44
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Bab Keempat
Rukun, Syarat dan Sebab Warisan
1. Rukun Waris
Untuk terjadinya sebuah pewarisan harta, maka harus
terpenuhi tiga rukun waris. Bila salah satu dari tiga rukun ini
tidak terpenuhi, maka tidak terjadi pewarisan.
Ketiga rukun itu adalah al-muwarrits, al-waarist dan al-
mauruts. Lebih rincinya :
1.1. Al-Muwarits
Al-Muwarrits ( ) sering diterjemahkan sebagai
pewaris, yaitu orang yang memberikan harta warisan.
Dalam ilmu waris, al-muwarrits adalah orang yang
meninggal dunia, lalu hartanya dibagi-bagi kepada para ahli
waris.
Harta yang dibagi waris haruslah milik seseorang, bukan
milik instansi atau negara. Sebab instansi atau negara
bukanlah termasuk pewaris.
1.2. Al-Warits
45
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
2. Syarat Waris
Selain rukun, juga ada syarat-syarat yang harus terpenuhi
untuk sebuah pewarisan. Bilamana salah satu dari syarat-
syarat tersebut tidak terpenuhi, maka tidak terjadi
pewarisan. Syarat pewarisan ada tiga:
2.1. Meninggalnya Muwarrits
Ada dua macam meninggal yang dikenal oleh para ulama
ahli fiqih, yaitu meninggal secara hakiki dan meninggal
secara hukum.
a. Meninggal secara hakiki
Meninggal secara hakiki adalah ketika ahli medis
menyatakan bahwa seseorang sudah tidak lagi bernyawa,
dimana unsur kehidupan telah lepas dari jasad seseorang.
46
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
47
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
48
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
49
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
50
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
51
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
52
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Bab Kelima
Gugurnya Warisan
53
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
54
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
55
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
56
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
57
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
Contoh Pertama
Seorang suami meninggal dunia dan meninggalkan
seorang istri, saudara kandung, dan anak --dalam hal ini,
anak kita misalkan sebagai pembunuh. Maka pembagiannya
sebagai berikut: istri mendapat bagian seperempat harta
yang ada, karena pewaris dianggap tidak memiliki anak.
Kemudian sisanya, yaitu tiga per empat harta yang ada,
menjadi hak saudara kandung sebagai 'ashabah
Dalam hal ini anak tidak mendapatkan bagian
disebabkan ia sebagai ahli waris yang mahrum. Kalau saja
anak itu tidak membunuh pewaris, maka bagian istri
seperdelapan, sedangkan saudara kandung tidak
mendapatkan bagian disebabkan sebagai ahli waris yang
mahjub dengan adanya anak pewaris. Jadi, sisa harta yang
ada, yaitu 7/8, menjadi hak sang anak sebagai 'ashabah.
Contoh Kedua
Seseorang meninggal dunia dan meninggalkan ayah, ibu,
serta saudara kandung. Maka saudara kandung tidak
mendapatkan warisan dikarenakan ter-mahjub oleh adanya
ahli waris yang lebih dekat dan kuat dibandingkan mereka,
yaitu ayah pewaris.
58
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Bab Keenam
Penghalang Warisan (Al-Hujub)
1. Definisi
Al-hujub dalam bahasa Arab bermakna 'penghalang'.
Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:
59
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
2. Macam-macam al-Hujub
Al-hujub terbagi dua, yakni al-hujub bil washfi
(sifat/julukan), dan al-hujub bi asy-syakhshi (karena orang
lain).
Al-hujub bil washfi berarti orang yang terkena hujub
tersebut terhalang dari mendapatkan hak waris secara
keseluruhan, misalnya orang yang membunuh pewarisnya
atau murtad. Hak waris mereka menjadi gugur atau
terhalang.
Sedangkan al-hujub bi asy-syakhshi yaitu gugurnya
hak waris seseorang dikarenakan adanya orang lain yang
lebih berhak untuk menerimanya. Al-hujub bi asy-syakhshi
terbagi dua: hujub hirman dan hujub nuQShan. Hujub
hirman yaitu penghalang yang menggugurkan seluruh hak
waris seseorang.
Misalnya, terhalangnya hak waris seorang kakek karena
adanya ayah, terhalangnya hak waris cucu karena adanya
anak, terhalangnya hak waris saudara seayah karena adanya
saudara kandung, terhalangnya hak waris seorang nenek
karena adanya ibu, dan seterusnya.
60
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
61
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
62
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Bab Kedelapan
Ashabul Furudh & Ashabah
1. Ashhabul Furudh
Ashabul furudh adalah para ahli waris yang nilai haknya
telah ditetapkan secara langsung dan mendapatkan harta
waris terlebih dahulu, sebelum para ashabah.
Jumlah bagian yang telah ditentukan Al-Qur'an ada
enam macam, yaitu :
setengah (1/2)
seperempat (1/4)
seperdelapan (1/8)
dua per tiga (2/3)
sepertiga (1/3)
63
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
seperenam (1/6).
Kini mari kita kenali pembagiannya secara rinci, siapa
saja ahli waris yang termasuk ashhabul furudh dengan
bagian yang berhak ia terima.
2. Ashabah
Kata 'ashabab dalam bahasa Arab berarti kerabat
seseorang dari pihak bapak. Disebut demikian, dikarenakan
mereka --yakni kerabat bapak-- menguatkan dan
melindungi.
Dalam kalimat bahasa Arab banyak digunakan kata
'ushbah sebagai ungkapan bagi kelompok yang kuat.
Demikian juga di dalam Al-Qur'an, kata ini sering kali
digunakan, di antaranya dalam firman Allah berikut:
64
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
65
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
66
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
67
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
68
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
69
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Bab Ketujuh
Para Ahli Waris
71
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
72
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
73
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
1. Anak Laki-laki ( )
Kita urutkan pada nomor satu dalam daftar struktur
keluarga adalah anak laki-laki. Mengingat kedudukan anak
laki-laki sangat berpengaruh kepada nasib ahli waris yang
lain. Untuk seterusnya agar memudahkan, kita tinggal
menggunakan nomor urut satu sebagai id buat anak laki-
laki.
1.1. Bagian
Asabah (sisa harta) dan mendapat 2 kali bagian anak
perempuan.
Seorang anak laki-laki mendapat warisan dengan cara
ashabah, yaitu sisa harta yang sebelumnya diambil oleh ahli
waris lain. Karena mendapat sisa, maka besarannya tidak
pasti, tergantung seberapa besar sisa yang ada.
Terkadang sisanya besar, terkadang sisanya kecil. Bahkan
bisa saja sisanya sama dengan seluruh harta, misalnya
karena almarhum tidak punya ahli waris lain selain anak
laki-laki. Tetapi seorang anak laki-laki tidak mungkin tidak
kebagian harta waris.
Akan lebih tergambar kalau kita masukkan ke dalam
contoh-contoh yang nyata.
Contoh Pertama :
Seseorang meninggal dunia dengan nilai total warisan
sebesar 10 milyar, tanpa memiliki istri atau anak
perempuan. Ahli warisnya hanyalah seorang anak laki-laki
tunggal satu-satunya.
Penyelesaiannya adalah anak laki-laki satu-satunya itu
mewarisi seluruh harta ayahnya, sebesar 10 milyar. Karena
anak laki-laki memang mendapat semua sisa harta, yang
74
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
dalam hal ini tidak ada satu pun ahli waris dari ashabul
furudh yang masih hidup.
Ahli Waris Bagian Nilai
Anak laki-laki 1/1 10 milyar
Contoh Kedua :
Seorang meninggal dunia dengan harta sebesar 7 milyar,
tanpa memiliki istri atau anak perempuan. Ahli warisnya 7
orang anak laki-laki semua.
Penyelesaian sederhana saja, harta itu dibagi rata kepada
lima orang. Jadi masing-masing mendapat 1 milyar.
Ahli Waris Bagian Nilai
Anak laki-laki 1 1/7 1 milyar
Anak laki-laki 2 1/7 1 milyar
Anak laki-laki 3 1/7 1 milyar
Anak laki-laki 4 1/7 1 milyar
Anak laki-laki 5 1/7 1 milyar
Anak laki-laki 6 1/7 1 milyar
Anak laki-laki 7 1/7 1 milyar
Contoh Ketiga :
Seorang laki-laki wafat dengan harta 8 milyar,
meninggalkan ahli waris seorang istri dan seorang anak laki-
laki.
75
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
Contoh Keempat :
Harta almarhum sebesar 8 milyar, pada saat wafat beliau
memiliki seorang istri dan 7 orang anak laki-laki. Bagaimana
penyelesaiannya?
Istri mendapat 1/8 bagian. 7 orang anak laki-laki adalah
ashabah, mereka berhak atas sisanya. Dan sisanya yang 7/8
bagian itu dibagi rata kepada 7 orang anak laki-laki. 7/8
dibagi 7 adalah 1/8.
Kita perhatikan bahwa masing-masing ahli waris sama-
sama mendapat 1/8 dari 8 milyar, jadi masing-masing
mendapat 1 milyar.
Ahli Waris Bagian Nilai
Istri 1/8 1/8 1 milyar
Anak laki-laki 1 1/8 1 milyar
Anak laki-laki 2 7/8 1/8 1 milyar
Anak laki-laki 3 1/8 1 milyar
76
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
1.2. Menghijab
Ahli Waris id
saudara seayah-ibu 9
saudari seayah-ibu 10
saudara seayah 11
saudari seayah 12
keponakan : anak saudara seayah-ibu 13
keponakan : anak saudara seayah 14
paman : saudara ayah seayah-ibu 15
paman : saudara ayah seayah 16
sepupu : anak laki paman seayah-ibu 17
sepupu : anak laki paman seayah 18
cucu : anak laki dari anak laki 19
cucu : anak wanita dari anak laki 20
saudara & saudari seibu 22
1.3. Dihijab oleh :
Sebagaimana sudah dijelaskan sebelumnya bahwa anak
laki-laki tidak dihijab oleh siapa pun. Karena posisinya yang
langsung berhubungan dengan muwarrits.
***
2. Anak Perempuan ( )
Anak perempuan yang dimaksud adalah anak
perempuan dari muwarrits yang telah meninggal dunia. Kita
letakkan pada nomor urut dua, karena posisinya yang
77
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
Dan jika anak itu semuanya perempuan lebih dari dua, maka
bagi mereka dua per tiga dari harta yang ditinggalkan ..." (QS.
An-Nisa': 11)
78
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
79
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
3. Istri ( )
Seorang wanita yang ditinggal mati oleh suaminya, maka
dia menjadi ahli waris, berhak menerima sebagian harta
yang sebelumnya milik suaminya.
Sedangkan harta yang dimiliki bersama antara suami
istri, tidak dibagi waris begitu saja, namun dipisahkan
terlebih dahulu. Yang menjadi bagian istri, tentu tidak
dibagi waris. Yang dibagi waris hanya yang menjadi bagian
suami.
3.1. Bagian
Seorang istri punya dua kemungkinan dalam menerima
bagian, yaitu 1/4 atau 1/8 sebagaimana disebutkan di dalam
ayat 11 surat A-Nisa'.
Pertama, bila suami yang meninggal itu tidak punya fara'
waris5, maka hak istri adalah 1/4 bagian dari harta
peninggalan almarhum suaminya.
5
Diantara fara' waris antara lain : anak laki-laki, anak
perempuan, juga anak laki-laki atau anak perempuan dari anak laki-
laki (cucu). Sedangkan anak laki atau anak perempuan dari anak
perempuan, meski termasuk cucu juga, namun kedudukannya bukan
termasuk fara' waris, karena cucu dari anak perempuan tidak
termasuk dalam daftar ahli waris penerima warisan.
80
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
4. Suami
Seorang laki-laki yang ditinggal mati oleh istrinya, maka
dia menjadi ahli waris, berhak menerima sebagian harta
yang sebelumnya milik istrinya.
Sedangkan harta yang dimiliki bersama antara suami
istri, tidak dibagi waris begitu saja, namun dipisahkan
terlebih dahulu. Yang menjadi bagian suami, tentu tidak
dibagi waris. Yang dibagi waris hanya yang menjadi bagian
istri.
4.1. Bagian
81
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
"... dan bagi kalian (para suami) mendapat separuh dari harta
yang ditinggalkan istri-istri kalian, bila mereka (para istri)
tidak mempunyai anak ..." (QS. An-Nisa': 12)
Kedua, kalau istri punya fara' waris, artinya dia punya
keturunan yang mendapatkan warisan, maka bagian suami
adalah adalah 1/4 dari harta peninggalan istri.
82
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
5. Ayah
Seorang ayah yang ditinggal mati oleh anaknya, baik
anak itu laki-laki atau perempuan, termasuk orang yang
berhak mendapatkan warisan. Tentu saja syaratnya adalah
ayah masih hidup saat sang anak meninggal dunia. Kalau
ayah sudah meninggal dunia terlebih dahulu, tidak menjadi
ahli waris.
5.1. Bagian
Seorang ayah punya tiga macam kemungkinan dalam
menerima hak warisnya.
83
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
6
Fara' waris perempuan adalah anak perempuan dan cucu
perempuan dari anak laki-laki. Fara' waris laki adalah anak laki-laki
dan cucu laki-laki dari anak laki-laki.
84
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
85
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
6. Ibu
Ibu adalah orang yang juga dekat dengan anaknya yang
meninggal dunia. Bila saat meninggalnya, ibu masih ada,
sudah dipastikan ibu mendapat warisan.
6.1. Bagian
Seorang ibu punya tiga macam kemungkinan dalam
menerima hak warisnya.
1/6 = almarhum punya fara' waris
1/3 = almarhum tidak punya fara' waris
1/3 dari sisa = bila almarhum punya fara' waris (hanya
dalam kasus umariyatain)
86
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
7
Istilah kasus Umariyatain adalah dua kasus yang ditetapkan oleh
Umar bin al-Khattab radhiyallahuanhu. Kasus pertama melibatkan 3
orang ahli waris, yaitu suami, ayah dan ibu. Kasus kedua melibatkan 3
orang juga yaitu istri, ayah dan ibu.
Dalam hal ini ada perbedaan pendapat dalam menafsirkan firman
Allah pada kata : .
Menurut Khalifah Umar dan kebanyakan para shahabat nabi serta
didukung oleh jumhur ulama, kata itu punya makna bahwa ayah dan ibu
menerima warisan dari sisa warisan yang diambil oleh suami atau istri
secara fardh. Ayah dan ibu tidak menerima waris secara fardh (1/3) dari
asal harta.
87
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
6.2. Menghijab
Seorang ibu menghijab 2 orang ahli waris lainnya, yaitu
nenek dari pihak ibu dan nenek dari pihak ayah. Atau
dengan kata lain, dia menghijab ibunya sendiri (21) dan ibu
dari suaminya (8).
6.3. Dihijab oleh
Seorang wanita yang ditinggal mati oleh anaknya, maka
posisinya tidak akan terhijab oleh siapa pun. Karena mereka
punya hubungan langsung tanpa diselingi oleh orang lain.
***
88
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
7. Kakek ( )
Yang dimaksud dengan kakek disini adalah ayahnya
ayah. Seorang kakek yang ditinggal mati oleh cucunya, baik
cucu itu laki-laki atau perempuan, termasuk orang yang
berhak mendapatkan warisan.
Syaratnya adalah ayah anak itu sudah meninggal dunia
saat si cucu meninggal dunia. Kalau ayah anak itu masih
hidup, maka kakek (ayahnya ayah) terhijab, sehingga kita
tidak bicara tentang warisan buat kakek.
Semua hitungan untuk warisan buat kakek, selalu dalam
kondisi bahwa ayah almarhum sudah meninggal terlebih
dahulu.
7.1. Bagian
Seorang kakek punya tiga macam kemungkinan dalam
menerima hak warisnya.
89
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
8
Fara' waris perempuan adalah anak perempuan dan cucu
perempuan dari anak laki-laki. Fara' waris laki adalah anak laki-laki
dan cucu laki-laki dari anak laki-laki.
90
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
91
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
8. Nenek ( )
Yang dimaksud dengan nenek disini adalah ibu dari
ayahnya almarhum.
8.1. Bagian
Dalam hal ini nenek hanya punya satu kemungkinan
dalam mendapat bagian warisnya, yaitu 1/6. Syaratnya,
almarhum tidak punya ibu dan ayah.
8.2. Menghijab
Nenek tidak menghijab siapa pun
8.3. Dihijab oleh
Nenek dihijab oleh 2 orang yaitu ayah.
ayah 5
ibu 6
***
9. Saudara seayah-ibu ( )
Saudara disini bisa saja lebih tua (kakak) atau bisa saja
lebih muda (adik). Yang penting, hubungan antara dirinya
dengan almarhum adalah bahwa mereka punya ayah dan
ibu yang sama. Kita menghindari penggunaan istilah
saudara sekandung, karena konotasinya bisa keliru. Lebih
pastinya kita gunakan istilah saudara seayah dan seibu.
9.1. Bagian
92
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
93
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
94
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
95
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
96
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
97
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
98
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
99
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
19.2. Menghijab
Ahli Waris id
100
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
saudara seayah-ibu 9
saudari seayah-ibu 10
saudara seayah 11
saudari seayah 12
keponakan : anak saudara seayah-ibu 13
keponakan : anak saudara seayah 14
paman : saudara ayah seayah-ibu 15
paman : saudara ayah seayah 16
sepupu : anak laki paman seayah-ibu 17
sepupu : anak laki paman seayah 18
saudara & saudari seibu 22
19.3. Dihijab oleh :
Satu-satunya pihak yang dapat menghijab cucu laki-laki
adalah anak laki-laki (1). Dalam kenyataannya, bisa saja
cucu laki-laki merupakan anak dari anak laki-laki, tapi bisa
juga bukan anak tetapi keponakan. Tapi intinya, selama
almarhum masih punya anak laki-laki, cucu laki-laki akan
terhijab.
***
101
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
102
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Bab Kesebelas
Cara Membagi Warisan
1. Langkah Pertama
Langkah paling awal adalah mengeluarkan terlebih
dahulu segala hal yang tekait dari harta almarhum yang
meninggal. Diantaranya :
1.1. Hutang
Semua hutang almarhum/almarhumah harus
dikeluarkan terlebih dahulu dari harta yang dimilikinya.
Kecuali bila orang yang memberi hutang itu menyatakan
kerelaannya atas hutang-hutang itu.
1.2. Wasiat
103
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
2. Langkah Kedua
Langkah kedua adalah mengumpulkan semua daftar ahli
waris dan memilahnya. Pengumpulan daftar ahli waris ini
untuk memisahkan siapa saja yang berhak atas warisan dan
siapa saja yang tidak mendapat hak. Paling tidak ada dua
pemilahan.
2.1. Memilah
Pada langkah ini tugas kita berikutnya adalah memilah
antara ahli waris yang sesungguhnya dengan yang bukan
ahli waris. Boleh jadi dalam persangkaan orang, ada
104
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
105
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
106
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
3. Langkah Ketiga
Langkah ketiga adalah menentukan pokok masalah.
Persoalan pokok masalah ini di kalangan ulama faraid
107
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
108
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
109
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
110
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
111
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
112
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
113
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
Lihat diagram:
114
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
115
Fiqih Mawaris Ahmad Sarwat,Lc
116
Ahmad Sarwat, Lc Fiqih Mawaris
Penutup
117