BEKASAM
BEKASAM
BEKASAM
3.1. Tujuan
dan
dan kimia.
melimpah. Akan tetapi, ikan bandeng memiliki masa simpan yang pendek
alternatif pengolahan ikan bandeng yang dapat memperpanjang masa simpan ikan
tersebut. Bekasam merupakan salah satu produk ikan fermentasi yang mempunyai
cita rasa khas dan banyak dikenal di Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Bekasam
dibuat dari campuran ikan, nasi dan garam. Paduan cita rasa asam dan asin dari
Wikandari, 2013).
ikan asin. Ikan dicampur dengan garam atau direndam dalam larutan garam dan
metode yang paling popular dan telah lama dilaksanakan oleh nelayan. Ikan
berharga murah dapat juga dicampur garam dan difermentasi untuk menghasilkan
beberpa produk seperti budu, tukai, bekasam, kecap atau belacan. Ikan merupakan
bahan makanan yang cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan dengan
bahan makanan lain. Secara umum ikan segar mempunyai kandungan air 76,00
per 100 gram bahan. Terutama pada ikan segar yang sudah mati kondisi ini
Oleh karena itu cara-cara pengawetan ikan perlu diperlukan kepada masyarakat
tradisional bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam tubuh ikan, sehingga
menggunakan kadar garam tinggi dan bakteri asam laktat. Proses pembuatan
Bahan baku pembuatan bekasam adalah ikan gabus dengan penambahan garam
15%-20% dan beras sangrai (samu) 15%. Bahan tersebut difermentasi selama satu
minggu sampai menghasilkanaroma dan rasa yang khas bekasam. Ikan yang dapat
digunakan sebagai bekasam merupakan jenis ikan air tawar seperti lele, ikan mas,
ikan tawes, ikan gabus, ikan nila, ikan wader dan mujaer (Adawyah, 2007).
ikan segar dengan daging ikan yang semakin kenyal, rasa asam asin khas bekasam
fermentasi ikan yang dijumpai di beberapa negara lainnya seperti, burong isda,
burong bangu (Philipina), pla-ra, pla-chom, som-fak (Thailand), heshiko,
nakazuke (Jepang). Pada dasarnya pembuatan bekasam adalah salah satu upaya
manfaat bakteri asam laktat dalam bahan pangan antara lain penghasil bakteriosin
dan manfaat lainnya dalam memberikan efek fisiologis tertentu yang membawa
manfaat bagi kesehatan antara lain sebagai antikolesterol, mencegah kanker, dan
informasi tentang aplikasi BAL asal produk fermentasi ikan, khususnya bekasam
ini masih terbatas, karena belum banyak yang diketahui tentang senyawa-senyawa
antimikroba yang dihasilkan oleh BAL asal bekasam ini (Desniar, Rusmana,
3.3.1. Materi
a. alat
b. bahan
(Chanos chanos)
2. Garam 65 gr Sebagai pengontrol
mikroorganisme
3.. Nasi 160gr Sebagai sumber karbohidrat
mikroorganisme
3.3.2. Metode
sebagai berikut:
3.4.1. Hasil
.
1. Sebelum proses fermentasi 49 gr - 64 gr
2. Penyimpanan selama 12 jam 22 gr 160 gr 3 gr
3. Penyimpanan Selama 7 hari 31 158 gr -
Tabel 9. Nilai pH dan Suhu pada Pembuatan Bekasam Ikan Bandeng (Chanos
chanos)
No Perlakuan Nilai pH Suhu
.
1. Ikan Segar 7 30,0oC
2. Ikan ditambah garam 5,91 30,1oC
3. Bekasam 5,77 27oC
.
1. Warna Mengkilap Sedikit Kusam Sedikit kusam
2. Bau Spesifik Netral Alkohol
3. Tekstur Kompak Agak padat Sedikit lunak
4. Kenampakan Utuh Utuh Sedikit hancur
5. Jamur/Lendir Tidak ada Tidak ada Sedikit lendir
Tabel 12. Hasil Organoleptik dan Hedonik Bekasam Ikan Bandeng (Chanos
chanos)
No Sampel Selang Kepercayaan Kesimpulan
.
1. Ikan Bandeng 7,8964 ≤ µ ≤ 7,9054 Segar
(Chanos chanos)
Segar
3. Bekasam 4,91 ≤ µ ≤ 5,43 Tidak disukai
3.4.2. Pembahasan
menggunakan sampel Ikan Bandeng (Chanos chanos) Segar sebagai bahan baku
pembuatan bekasam. Ikan bandeng memiliki nama lain yaitu Milkfish. Warna
tubuh ikan bandeng putih keperak-perakan. Ikan bandeng memiliki tubuh langsing
dengan ekor yang bercabang dan sisiknya halus. Menurut Saanin (1968),
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Malacopterygii
Family : Chanidae
Genus :Chanos
Species : Chanos chanos Fork
praktikum yang telah dilakukan adalah Ikan Bandeng (Chanos chanos) Segar
dengan berat 49 gram. Sebelumnya ikan dithawing, diukur nilai pH-nya dengan
kertas pH dan diuji secara organoleptik kemudian disiangi dari kepala, sisik dan
isi perutnya. Lalu ikan dipotong menjadi 3 bagian berbentuk steak. ikan
Perbandingan ikan dengan garam adalah 3:4. Ikan dicampurkan kedalam toples
dan disimpan selama 12 jam. Setelah 12 jam, ikan dibongkar dan diuji nilai pH
kemudian ikan dicampurkan dengan nasi yang telah ditambah garam 2% sebanyak
8 kali dari berat ikan. Ikan dan nasi disusun secara berlapis dalam toples dan
disimpan selama 7 hari. Setelah disimpan selama 7 hari, ikan dibongkar dan
dianalisa secara deskriptif dan mengukur nilai pH. Pengukuran nilai pH dilakukan
organoleptik Ikan Bandeng (Chanos chanos) Segar pada taraf kepercayaan 95%
diperoleh selang kepercayaan 7,8946 < < 7,9054 disimpulkan bahwa ikan
tersebut layak untuk dikonsumsi serta memiliki nilai pH netral yaitu 7. Hal ini
diperkuat oleh Hadiyanti dan Wikandari (2013) yang menyatakan bahwa bekasam
adalah salah satu produk fermentasi ikan tradisional Indonesia. Bekasam terbuat
dari ikan yang telah dibersihkan insang dan isi perutnya, dicuci, dicampur dengan
garam. Pada umumnya produk ini dibuat dengan mencampurkan ikan, nasi dan
garam dalam wadah tertutup dan selanjutnya dilakukan proses fermentasi pada
chanos) yang telah dilakukan pembuatan bekasam menggunakan botol selai yang
ditutup rapat, hal ini bertujuan untuk memberikan suasana anaerob saat proses
diinginkan ketika proses berlangsung. Hal ini diperkuat oleh Irawan (2005) yang
menyatakan bahwa selama proses fermentasi kondisi harus tetap terkontrol dan
tidak terdapat udara. Proses pertumbuhan mikroba merupakan tahap awal proses
chanos) masih utuh seperti ikan yang masih segar, berbau netral, warna berubah
menjadi sedikit kusam, tekstur agak padat dan tidak ditemui lender dipermukaan
tubuh ikan. Ketika proses penggaram berat ikan menurun dari 49 gram menjadi 22
gram, hal ini disebab oleh menurunnya kadar air. Selain terjadinya penurunan
berat ikan, terjadi pula penurunan pH dari pH netral yaitu 7 menjadi 5,91pada
suhu 30,1o C. Garam yang ditambahkan mampu menyerap kandungan air pada
oleh Nur (2009) menyatakan bahwa penambahan garam pada substrat organic
oleh penurunan nilai aktivitas air (aW) dan terionisasi, garam menjadi ion Cl -
beberapa efek jika ditambhakan dalam produk pangan, seperti halnya daya
daging ikan. Karakteristik daging ikan setelah penambahan nasi adalah daging
ikan sudah mulai hancur, teksturnya melunak, berbau seperti alkohol, berwarna
kusam dan sedikit berlendir. Setelah proses penambahan nasi dan difermentasi
seperti alkohol. Hal ini diperkuat oleh Adawyah (2007) yang menyatakan bahwa
Ikan bekasem adalah produk salah satu produk ikan awetan yang diolah secara
fermentasi. Proses fermentasi pada ikan bekasem agak berbeda, yaitu dilakukan
kedalam wadah tertutup untuk digunakan sebagai sumber karbohidrat dan sumber
energi oleh mikroorganisme yang akan berperan dalam proses fermentasi daging
berfungsi sebagai zat pengawet terhadap daging ikan. Selama proses pembuatan
bekasem terjadi pula proses fermentasi karbohidrat yang dihasilkan serupa dengan
yang dibuat berhasil. Produk bekasam yang diperoleh memiliki tektur yang lunak
berbau tapai atau alkohol serta memiliki cita rasa asam, asin dan gurih meskipun
pada uji hedonik diperoleh selang kepercayaan 4,91 ≤ µ ≤ 5,43 yang disimpulkan
bau bekasam yang sangat khas seperti bau tapai atau alkohol. Faktor yang
menyatakan bahwa bau atau aroma merupakan salah satu parameter yang
menentukan rasa enak dari suatu produk bahan makanan. Selama proses
protein, yang mana kandungan asam amino yang tinggi dapat dipengaruhi
citarasa. Selain itu lemak pada ikan akan dipecah menjadi asam lemak bebas dan
gliserol, dan lebih lanjut terpecah menjadi senyawa keton dan aldehis yang
merupakan penyebab bau yang khas pada bekasam. Hal ini diperkuat oleh Irianto
sangat ditentukan oleh kesegaran bahan dalam hal ini kesegaran ikan yang
dijadikan bekasam, selain itu faktor kemurnian garam juga sangat berpengaruh.
Garam yang bagus untuk digunakan dalam pembuatan bekasam harus mempunyai
tingkat kemurnia yang tinggi (NaCl 98 %). Adapun ciri-ciri pembuatan bekasam
dagingnya maser (gembyur) dan lunak, 3) pHnya antara 6,0-6,44, 4) Rasanya khas
3.5.1. Kesimpulan
2. Kualitas Bekasam Ikan Bandeng (Chanos chanos) dapat diketahui pada uji
bahwa ikan tersebut layak dikonsumsi dan uji hedonik pada selang
garam, suhu, wadah fermentasi, kesterilan tempat maupun alat dan kesegaran
2.5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan pada praktikum pembuatan ikan peda adalah
sebagai berikut:
1. Sebaiknya pada saat praktikum tidak gaduh supaya tidak mengganggu.
lancar.
kontaminan.
−
∑ ( X −Xi )2
n
=
0,041
7
= 0,0058
S =
√ S2
=
√ 0,0058
= 0,076
Kesimpulan :
Berdasarkan hasil uji organoleptik Ikan Bandeng (Chanos chanos) Segar
diperoleh selang kepercayaan sebesar 7,8946 < < 7,9054 pada tingkat
kepercayaan 95 % maka ikan tersebut layak untuk dikonsumsi.
−
∑ ( X −Xi )2
n
=
0,88
7
= 0,125
S =
√ S2
=
√ 0,125
= 0,353
Kesimpulan :
Dari hasil uji hedonik pembuatan Bekasam Ikan Bandeng (Chanos chanos)
diperoleh selang kepercayaan sebesar 4,91 < < 5,43 pada tingkat kepercayaan 95
% maka ikan tersebut tidak disukai.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Laili., Lismi Animatul Chisbiyah dan Titi Mutiara Kiranawati. 2012.
Evaluasi Mutu Organoleptik Bekasam Ikan Wader. Jurnal TIBBS (Teknologi
Industri Boga dan Busana). Vol. 3 No. 2: 44-51. Universitas Negeri Malang.
Malang.
Irianto, K dan Waluyo, K. 2004. Gizi dan Pola Hidup Sehat. Yrama Widya:
Bandung.
Nur, Hasrul Satria. 2009. Suksesi Mikroba dan Aspek Biokimiawi Fermentasi
Mandai dengan Kadar Garam Rendah. MAKARA, SAINS. Vo. 13 No. 1:
13-16. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Sari, N.Ira., Dahlia dan Deby Octavian. 2013. Quality Characteristics Fermented
Tilapia (Oreochromis niloticus) Different Carbohydrate Source. Jurnal
Perikanan dan Ilmu Kelautan. JPK Vol. 18 No. 2.