Anda di halaman 1dari 53

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

L DENGAN DIAGNOSA MEDIS


PROLAPS UTERI + MYOMA GEBUT DI RUANG DELIMA

DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. H. ABDOEL MULUK PROVINSI


LAMPUNG

Disusun Oleh Kelompok 2B :

Antesa Paradita

Dedi Kurniawan

Dini Nurhidayati Assmi

Meta Eka Sari

Rizal Al Barkah

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU


2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Prolapse Uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan
merupakan suatu kondisi jatuh atau masuknya uterus (rahim) ke dalam atau
keluar melalui vagina sebagai akibat dari kegagalan ligamentum dan fasia
yang dalam keadaan normal.Prolapse organ panggul merupakan masalah
kesahatan yang umum terjadi dan mencapai hingga 40% wanita yang telah
melahirkan dan rata rata berusia 50 tahun. Prolapsus uteri menempati urutan
ke dua terbanyak setelah cystourethrocele (bladder and uretral prolapsed).
pada studi Woman’s Health Initative (WHI) Amerika, 41% wanita usia 50-79
tahun mengalami Prolaps Organ Panggul (POP), diantaranya 34% mengalami
cyctocele, 19% mengalami restocele, dan 14% mengalami prolaps uteri.

Prolapse terjadi di Amerika sebanyak 52% setelah melahirkan dan anak


pertama, sedangkan di Indonesia prolaps terjadi sebanyak 3,4 – 56,4% pada
wanita yang telah melahirkan. Dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
menunjukan setiap tahun terdapat 47 – 67 kasus prolaps, dan sebanyak 260
kasus pada tahun 2005 – 2010 mendapat tindakan operasi.Penyebab terjadinya
prolapsus belum di ketahui secara pasti. Namun, secara hipotetik disebutkan
penyebab utamanya adalah persalinan pervaginam dan penuaan adalah dua
faktor resiko utama untuk pengembangan prolapsus.

Prolapsus uteri merupakan salah satu masalah kesehatan reproduksi.wanita


dengan porolaps uteri dapat mengalami masalah fisik dan psikososial.
Masalah gangguan fisik tersebut merupaqkan kontributor utama yang
mempengaruhi rendahnya kesehatan reproduksiProlapse uteri biasanya
menyebabkan mortalitas atau morbiditas berat, dan dapat mempengaruhi
aktivitas sehari-hari dan kualitas hidup wanita.Dengan meningkatnya usia
harapan hidup, khususnya pada wanita di Indonesia, dikhawatirkan kasus
prolaps uteri semakin bertambah.

Dalam hal tersebut diperlukan beberapa upaya untuk mencegah terjadinya


prolaps uteri dan meminimalisir dampak yang terjadi akibat prolaps uteri.
Upaya yang dapat dilakukan salah satunya dengan memprediksi faktor-faktor
secara dini terhadap resiko yang berpengaruh dengan terjadinya prolaps uteri.
B. Tujuan
Diharapkan mahasiswa mampu :
1. Memahami definisi prolapse uteri
2. Mengetahui langkah kejadian prolapse uteri
3. Memahami etiologi prolapse uteri
4. Mengetahui patologi prolapse uteri
5. Menyebutkan klasifikasi prolapse uteri
6. Menentukan diagnose keperawatan prolapse uteri
7. Melaksanakan penatalaksanaan prolapse uteri

C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi prolapse uteri
2. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah kejadian prolapse uteri
3. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi prolapse uteri
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi prolapse uteri
5. Mahasiswa dapat mengidentifikasi prolapse uteri
6. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa prolapse uteri
7. Mahasiswa dapat melaksanakan penatalaksanaan prolapse uteri
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau
turunnya uterus melalui dasar panggul atau genitalis (Wiknjosastro, 2009).
Prolapsus uteri adalah suatu hernia, dimana uterus turun melalui hiatus
genitalis.Prolapsus uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua dan wanita yang bekerja berat.Pertolongan persalinan
yang tidak terampil seperti memimpin meneran pada saat pembukaan rahim
belum lengkap, perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya
jaringan ikat di bawah panggul kendor, juga dapat memicu terjadinya
prolapsus uteri.
Prolapsus uteri adalah suatu keadaan yang terjadi akibat otot penyangga
uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser ke bawah dan
dapat menonjol keluar dari vagina. Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke
puncak vagina dan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui
orifisium vagina dan berada di luar vagina. (Marmi, 2011)
B. ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya prolapse uteri antara lain:
1. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk
prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada
pembukaan belum lengkap.Bila prolapsus uteri dijumpai pada nulipara,
faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan
penunjang uterus (Wiknjosastro, 2009).
2. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopouse.
Persalinan yang lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,
laserasi dinding vagina bawah pad kala II, penatalaksanaan pengeluaran
plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik.Pada
menopouse, hormon estrogen telah berkurang sehingga otot-otot dasar
panggul menjadi atrofi dan melemah (Indri Sagita, 2016).

C. PATOFISIOLOGI
Penyangga organ panggul merupakan interaksi yang kompleks antara otot-
otot dasar panggul, jaringan ikat dasar panggul, dan dinding vagina. Interaksi
tersebut memberikan dukungan dan mempertahankan fungsi fisiologis organ-
organ panggul. Apabila otot levator ani memiliki kekuatan normal dan vagina
memiliki kedalaman yang adekuat, bagian atas vagina terletak dalam posisi
yang hampir horisontal ketika perempuan dalam posisi berdiri.Posisi tersebut
membentuk sebuah “flap-valve” (tutup katup) yang merupakan efek dari
bagian atas vagina yang menekan levator plate selama terjadi peningkatan
tekanan intra abdomen. Teori tersebut mengatakan bahwa ketika otot levator
ani kehilangan kekuatan, vagina jatuh dari posisi horisontal menjadi semi
vertikal sehingga menyebabkan melebar atau terbukanya hiatus genital
danmenjadi predisposisi prolapsus organ panggul. Dukungan yang tidak
adekuat dari otot levator ani dan fascia organ panggul yang mengalami
peregangan menyebabkan terjadi kegagalan dalam menyangga organ panggul.
Mekanisme terjadinya prolapsus uteri disebabkan oleh kerusakan pada
struktur penyangga uterus dan vagina, termasuk ligamentum uterosakral,
komplek ligamentum kardinal dan jaringan ikat membran urogenital. Faktor
obstetri, dan non-obstetri yang telah disebutkan di awal diduga terlibat dalam
terjadinya kerusakan struktur penyangga tersebut sehingga terjadi kegagalan
dalam menyangga uterus dan organ-organ panggul lainnya. Meskipun
beberapa mekanisme telah dihipotesiskan sebagai kontributor dalam
perkembangan prolapsus, namun tidak sepenuhnya menjelaskan bagaimana
proses itu terjadi.

Gambar patofisiologi prolapses


Patofisiologi Prolapsus Uteri

- Partus berulang
Peningkatan tekanan intra abdomen
- Partus dengan penyulit
- Meneran sebelum pembukaan lengkap
- Laserasi dinding vagina bawah
- Pengeluaran plasenta secara paksa Hormon estrogen berkurang
- Nulipara dengan kelainan bawaan
- Asites, tumor di area pelvis
- Menopause

Kelemahan ligament endopelvic dan otot-otot dasar panggul

Dinding anterior vagina Dindingsuperior Facia dinding posterior Prolaps


menurun posterior vagina vagina menurun uteri
menurun

Vesika urinaria Enterokel


Rektoke
penuh
l
Inkarserata Gangguan pola
Penonjolan dinding Obstipasi
usus halus Nyeri Akut eliminasi BAB
anterior vagina keposterior

Hemoroid

Persalinan selanjutnya sistokel - BAK sedikit dan sering Gangguan eliminasi urine
kurang lancar - Stress inkontinen
- Perasaan kandung kemih tidak
kosong Gangguan keseimbangan
cairan
Urethrokel

Grade I Grade II Grade III

Cervik uteri turun sampai Cervik uteri keluar dari Seluruh uterus keluar
introitus vagina introitus vagina dari vagina/prosidensia

Hipertropi dan Elongatiokoli Terjadi gesekan fisik (celana


dengan uteri dan kursi)
Keratinisasi Infertility
Dekubitus Histerektomi

Kerusakan integritas kulit Nyeri Akut Ansietas Resiko infeksi

(Sumber : WOC 2018)

D. Anatomi dan fisiologi uterus


Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengah-
tengah rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum. Uterus pada
wanita nulipara dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir dengan
ukuran 7,5 x 5 x 2,5 cm. Uterus terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu
corpus uteri dan serviks uteri, dimana kedua bagian tersebut menyatu pada
bagian yang disebut ismus. Hampir seluruh dinding uterus diliputi oleh serosa
(peritoneum viseral) kecuali di bagian anterior dan di bawah ostium
histologikum uteri internum. Uterus mempunyai tiga lapisan yaitu :
1) Lapisan serosa (peritoneum viseral). Di bawahnya terdapat jaringan ikat
subserosa; lapisan yang paling padat dan terdapat berbagai macam ligamen
yang memfiksasi uterus ke serviks.
2) Miometrium; lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas
serabut-serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang
mengandung pembuluh darah. Miometrium terdiri atas tiga lapisan, otot
sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam berjalan
sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling beranyaman.
Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi.
Ketebalan miometrium sekitar 15 mm pada uterus perempuan nulipara
dewasa. Endometrium; lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga
uterus. Endometrium terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan
stroma dengan banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok.
3) Endometrium mengalami perubahan yang cukup besar selama siklus
menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan merupakan tempat
tuba Falopii kanan dan kiri masuk ke uterus.
Gambar 1. Anatomi genitalia interna wanita

Umumnya uterus pada perempuan dewasa terletak di sumbu tulang panggul


dalam posisi anteversiofleksio, yaitu fundus uteri mengarah ke depan, hampir
horizontal, dengan mengadakan sudut tumpul antara korpus uteri dan serviks
uteri. Di Indonesia, uterus sering ditemukan dalam retrofleksio (korpus uteri
berarah ke belakang) yang pada umumnya tidak memerlukan pengobatan.

Gambar hubungan axis uterus, serviks dan vagina


E. Klasifikasi
Menurut beratnya, prolapsus dibagi menjadi :
1. Prolapsus tingkat I : prolapsus uteri dimana serviks uteri turun sampai
introitus vagina
2. Prolapsus tingkat II : prolapsus uteri dimana serviks menonjol keluar dari
introitus vagina
3. Prolapsus tingkat III : prolapsus totalis (prosidensia uteri, dimana seluruh
uterus keluar dari vagina). (Marmi, 2011)

F. TANDA DAN GEJALA


Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual. Kadangkala
penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai
keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai
banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir sering dijumpai menurut
Wiknjosastro, 2009:
1. Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol
2. Rasa sakit di pinggul dan pinggang, biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang dan menjadi kurang
3. Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a. Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari, kemudian
lebih berat pada malam hari
b. Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan seluruhnya
c. Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk dan
mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada sistokel
yang besar sekali
4. Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
a. Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga retrokel
b. Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel vagina
5. Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
a. Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita saat
berjalan dan beraktivitas. Gesekan portio uteri oleh celana dapat
menimbulkan lecet hingga dekubitus pada porsio.
b. Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan karena
infeksi serta luka pada portio.
6. Entrokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan rasa
penuh di vagina

G. DIAGNOSIS MEDIS
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya dengan
mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Friedman dan Little
menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut: Penderita dalam posisi
jongkok disuruh mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari,
apakah portio sampai introitus vagina atau apakah serviks uteri sudh keluar
dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring denga posisi litotomi,
ditentukan pula panjangnya serviks uteri.Serviks uteri yang lebih panjang
biasanya dinamakan elongsio kolli (Wikjosastro, 2009).
Pada sistokel dijumpai di dinding vagina dengan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan.Jika
dimasukkan ke dalam kandung kencing kateter logam, kateter itu diarahkan ke
dalam sistokel, dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding
vagina.Urethrokel letaknya lebih ke bawah dari sistokel, dekat dengan
orifisium uretra eksternum (Wiknjosastro, 2009).
Menegakkan diagnosis rektokel mudah, yaitu menonjolnya rektum ke lumen
vagina sepertiga bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang
dari proksimal ke distol, kistik dan tidak nyeri.Untuk memastikan diagnosis,
jari dimasukkan rektum, selanjutnya dapat diraba dinding rektokel yang
menonjol lumen vagina.Entrokel menonjol ke lumen vagina lebih atas dari
rektokel.Pada pemeriksaan rektal, dinding rektum lurus, ada benjolan ke
vagina terdapat di atas rektum (Wikjosastro, 2009).

H. KOMPLIKASI
Menurut Winkjosasatro (2009), komplikasi yang dapat menyertai prolapsus
uteri adalah :
1. Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri.
Prosidensia uteri disertai dengan keluarnya dinding vagina (inversio),
karena itu mukosa vagina dan serviks uteri menjadi tebal serta berkerut
dan berwarna keputih-putihan.
2. Dekubitus
Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha
dan pakaian dalam, hal ini dapat menyebabkan luka dan radang dan lambat
laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan
kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita usia lanjut.
Pemeriksaan sitologi/biopsi perlu dilakukan untuk mendapatkan kepastian
akan adanya karsinoma.
3. Hipertofi serviks dan Elangasio Kolli
Jika serviks uteri turun dalam vagina, sedangkan jaringan penahan dan
penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah di bagian
uterus yang turun serta pembendungan pembuluh darah serviks uteri
mengalami hipertrofi dan menjadi panjang dengan periksa lihat dan
raba.Pada elangasio kolli serviks uteri serviks uteri pada periksa raba lebih
panjang dari biasa.
4. Gangguan miksi dan stress incontinence
Pada sistokel berat, miksi kadang-kadang, sehingga kandung kencing tidak
dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa juga menyempitkan
ureter, sehingga bisa menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya
sistokel dapat pula mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan
uretra yang dpat menimbulkan stress incontinence.
5. Infeksi jalan kencing
Adanya retensi air kencing, mudah menimbulkan infeksi.Sistitis yang
terjadi dapat meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan
pielonefritis.Akhirnya hal itu dapat menyebabkan gagal ginjal.
6. Kesulitan saat partus
Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan
akan timbul kesulitan saat kala pembukaan, sehingga kemajuan persalinan
menjadi terhalang.
7. Kemandulan
Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vagina atau sama
sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan.
8. Haemoroid
Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi dan
memicu timbulnya haemoroid.

9. Inkarserasi usus halus


Usus halus yang masuk ke entrokel dapat terjepit dengan kemungkinan
tidak dapat direposisi lagi.Dalam hal ini perlu dilakukan laparatomi untuk
membebaskan usus yang terjepit itu.

I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalakasanaan Medis
Pengobatan cara ini tidak begitu memuaskan tapi cukup membantu. Cara
ini dilakukan pada prolapsus uteri rinagn tanpa keluhan atau penderita
masih ingin mendapatkan anak lagi atau penderita menolak untuk
dioperasi atau kondisinya tidak memungkinkan untuk dioperasi.
a. Latihan otot-otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolapsus uteri ringan, terutama yang
terjadi pada pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan.Tujuannya
untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang
memepengaruhi miksi.
b. Stimulasi otot-otot dengan alat listrik
Kontraksi otot-otot dasar panggul dapatt ditimbulkan dengan alat
listrik, elektrodenya dapat dipasang dalam pessarium yang dimasukkan
ke dala vagina.
c. Pengobatan dengan pessarium
Pengobatan dengan pessarium ini sebenarnya hanya bersifat paliatif,
yakni menahan uterus di tempatnya selama dipakai.Oleh karena itu,
jika pessarium diangkat, timbul prolapsus lagi.Prinsip pemakaian
pessarium adalah mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian
atas, sehingga bagian dari vagina tersebub beserta uterus tidak dapat
turun dan melewati vagina bagian bawah.
2. Penatalaksanaan Operatif, menurut (Baiq, 2015)
Prolapsus uteri biasanya disertai prolapsus vagina.Maka, jika dilakukan
pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina perlu ditangani
juga.Ada kemungkinan terdapat prolapsus vagina yang membutuhkan
pembedahan padahal tidak terdapat prolapsus uteri.

J. PENGKAJIAN DATA
Menurut Winkjosasatro (2009), sebagai berikut :
1. Data Subyektif
a. Biodata
Prolapsus uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua dan wanita yang bekerja berat.
b. Keluhan utama
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.
Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat
tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang
hampir sering dijumpai yaitu :
1) Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol
2) Rasa sakit di pinggul dan pinggang, biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang dan menjadi kurang
c. Riwayat kebidanan
1) Haid
Awal menstruasi (menarche) pada usia 11 tahun atau lebih muda.
Siklus haid tidak teratur, nyeri haid luar biasa, nyeri panggul
setelah haid atau senggama (Wiknjosastro, 2010).
2) Riwayat kehamilan
Faktor resiko yang menyebabkan prolaps uteri jumlah kelahiran
spontan yang banyak, berat badan berlebih, riwayat operasi pada
area tersebut, batuk dalam jangka waktu lama saat hamil.
3) Riwayat persalinan
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus
dengan penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan
memperburuk prolaps yang sudah ada.Faktor-faktor lain adalah
tarikan janin pada pembukaan belum lengkap.Bila prolapsus uteri
dijumpai pada nulipara, faktor penyebabnya adalah kelainan
bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan
menopouse. Persalinan yang lama dan sulit, meneran sebelum
pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pad kala II,
penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar
panggul yang tidak baik.Pada menopouse, hormon estrogen telah
berkurang sehingga otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah.
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Eliminasi
Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari,
kemudian lebih berat pada malam hari
b) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
seluruhnya
c) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk dan mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio
urine pada sistokel yang besar sekali
Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
a) Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel
b) Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel
vagina
2) Aktivitas dan istirahat
Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita saat
berjalan dan beraktivitas.Gesekan portio uteri oleh celana dapat
menimbulkan lecet hingga dekubitus pada porsio.
2. Data Obyektif
a. Keadaan umum lemah
b. Tanda-tanda vital

c. Pemeriksaan fisik
1) Muka
Tampak pucat pertanda adanya anemia, keluar keringat dingin bila
terjadi syok.Bila perdarahan konjungtiva tampak anemis.Pada klien
yang disertai rasa nyeri klien tampak meringis.
2) Mulut
Mukosa bibir dan mulut tampak pucat, bau kelon pada mulut jika
terjadi shock hipovolemik hebat.
3) Dada dan payudara
Gerakan nafas cepat karena adanya usaha untuk memenuhi
kebutuhan O2 akibat kadar O2 dalam darah yang tinggi, keadaan
jantung tidak abnormal.
4) Abdomen
Adanya benjolan pada perut bagian bawah.
Teraba adanya massa pada perut bagian bawah konsisten
keras/kenyal, tidak teratur, gerakan, tidak sakit, tetapi kadang-
kadang ditemui nyeri.Pada pemeriksaan bimanual akan teraba
benjolan pada perut, bagian bawah, terletak di garis tengah maupun
agak kesamping dan sering kali teraba benjolan-benjolan dan
kadang-kadang terasa sakit.Pada pemeriksaan Sondage didapatkan
cavum uteri besar dan rata.
5) Genetalia
Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan pada
kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium
vagina dan berada di luar vagina.
6) Anus
Akan timbul haemoroid, luka dan varices pecah karena keadaan
obstipasi akibat penekanan mioma pada rectum.
7) Ekstremitas
Oedem pada tungkai bawah oleh karena adanya tekanan pada vena
cava inferior.

K. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan menurut (Wilkinson, 2012), yaitu :
1. Diagnosa Keperawatan
a. Sebelum Operasi
1) Nyeri b.d peningkatan tekanan intra abdominal
2) Resiko tinggi infeksi b.d luka akibat pergeseran massa uterus
3) Resiko dekubitus b.d pergeseran massa uterus
4) Kurangnya pengetahuan b.d keterbatasan kognitif dan kurangnya
keinginan mencari sumber informasi
5) Gangguan eliminasi urin b.d adanya desakan uterus
6) Gangguan eliminasi alvi b.d adanya desakan uterus
2. Intervensi dan Implementasi
a. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra abdominal Tujuan: Nyeri hilang
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. Hasil yang
diharapkan :
1) Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
2) Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya
3) Pasien dan keluarga dapat melakukan tekhnik distraksi-relaksasi
Rencana tindakan :
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
c) Jelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.
d) Beri posisi senyaman mungkin untuk pasien.
e) Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi/ nafas dalam.
f) Beri obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
g) Ciptakan lingkungan yang tenang.
b. Resiko tinggi infeksi b.d luka akibat pergeseran massa uterus . Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi Hasil yang diharapkan :
1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, rubor, tumor, dolor,
fungsiolesa )
2) Luka tampak bersih Rencana tindakan :
a) Kaji TTV, perhatikan peningkatan suhu.
b) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor kalor rubor, dolor, fungsileisa).
c) Lakukan tehnik perawatan luka secara steril 1x/hari
d) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic.
f) Lakukan Health Education kepada keluarga tentang pentingnya
mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
pasien.
c. Resiko dekubitus b.d pergeseran massa uterus Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam dekubitus tidak
terjadi Kriteria Hasil : Rencana tindakan
1) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
2) Timbang berat baclan anak tiap hari.
3) Pasang infus dan NGT sesuai program dokter.

BAB III

PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Ny. L
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Lampung
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Sumber biaya : BPJS
Tanggal masuk : 27 November 2019
Ruang rawat inap : Delima
No. Register : 00.61.58.08
Diagnose medic : Prolaps uteri + myoma gebut

b. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Tn. R
Umur : 34 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tanjung Harapan, Mesuji
Hubungan dengan klien : Adik kandung

2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama (saat pengkajian)
P : Klien mengatakan nyeri dibagian kemaluan dan perut
kuadran bawah bagian tengah
Q : nyeri seperti ditusuk tusuk dan diremas remas
R : perut kuadaran bawah
S : 4-5
T : setiap waktu

b. Keluhan penyerta
Klien mengatakan terkadang merasakan pusing

3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
- Menarche : 14 tahun
- Siklus : 28 hari
- Banyaknya : 2 – 3 pembalut
- Keteraturannya : Teratur
- Lamanya : 7 hari
- HPHT :-
- Keluhan yang menyertai :
Klien mengatakan sejak dirinya masih gadis klien selalu
merasakan nyeri setiap kali mengalami menstruasi
- Perdarahan 3 bulan terakhir :

b. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin : Kawin (Bercerai)
Umur ibu menikah : 18 tahun
Umur suami menikah : 22 Tahun
Lama pernikahan : 3 tahun
Berapa kali menikah : 1 kali
c. Riwayat kehamilan
No Tanggal Tempat Usia Jenis penolong Penyulit Anak
partus partus kehamilan persalinan Jk/pb/
bb
1 21/01/ Bidan 8 bulan spontan bidan - Lk/47
1996 /1200
Gr
4. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit, klien mengalami
perdaraha dari kemaluan selama 2 minggu dan muncul bulatan
daging yang keluar dari daerah kemaluannya
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan gejala yang dialaminya kurang lebih sejak 1
tahun yang lalu. Klien mengatakan awalnya dirinya mengalami
nyeri dank kram perut. Setelah itu klien mengalami haid selama 3
bulan lebih dan tidak berhenti. Kemudian klien mengurut bagian
perutnya dan perdarahan cenderung berhenti. Setelah itu kurang
lebih satu bulan kemudian klien mengalami keluar cairan putih
bening tidak berbau dari kemaluannya, keadaan ini berlangsung
selama 4 bulan, sampai akhirnya klien merasakan ada yang keluar
dari daerah kemaluannya. Kemudia klien memasukkan sendiri
bagian yang keluar tersebut ke dalam.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan ayahnya mempunyai penyakit jantung, keluarga
klien belum ada yang permah mengalami hal ini sebelumnya.

5. Riwayat kebiasaan sehari-hari


(sebelum masuk RS/RB dan saat ini)
a. Pola nutrisi
- Sebelum sakit :
Klien mengatakan makan 3 x sehari porsi sedang, menu nasi,
sayur, lauk pauk dan kadang buah. Minum 7 – 8 gelas per hari.
- Saat sakit :
Klien mengatakan makan menu dari rumah sakit hanya habis 4
sendok, jenis nasi, sayur, lauk tahu dan minum 1 - 2 gelas air
putih.
b. Pola eliminasi
- Sebelum sakit :
Klien mengatakan BAB 1 kali sehari, konsistensi lunak, warna
kuning, bau khas feces. BAK 6 – 7 kali sehari, warna kuning
jernih.
- Saat sakit :
Klien mengatakan belum BAB dan semalam sudah 2 kali,
warna BAK kuning keruh, klien merasakan nyeri pada saat
BAK.

c. Personal hygiene
- Sebelum sakit :
Klien mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali
sehari, gosok 2 kali sehari dan keramas 3 kali seminggu.
- Saat sakit :
Klien mengatakan selama dirumah sakit hanya di lap
menggunakan kain bersih dan air hangat serta ganti pakaian 1x
sehari.

d. Pola istirahat dan tidur


- Sebelum sakit :
Klien mengatakan tidur siang ± 1 jam dan tidur malam ± 7 – 8
jam sehari.
- Saat sakit :
Klien mengatakan tidak bisa istirahat karena suasana yang
tidak nyaman, klien tidur malam dari jam 12 malam hingga jam
4 pagi.

e. Pola aktifitas
- Sebelum sakit :
Klien mengatakan melakukan pekerjaan rumah, seperti
menyapu, memasak, mencuci, dan melakukan aktivitas lainnya.
Selain itu klien juga bekerja sebagai buruh sawit. Dalam
aktifitasnya klien sering mengangkat argo yang berisi sakit dan
membawa motor yang membawa keranjang berisi sawit. Klien
bekerja dari jam 9 pagi hingga jam 4 sore.
- Saat sakit :
Klien mengatakan aktivitasnya hanya tiduran ditempat tidur.

f. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan


Merokok : Tidak merokok
- Jumlah :-
- Lama pemakaian :-

Ketergantungan obat : tidak ada

- Lama pemakaian : tidak ada


- Jumlah : tidak ada
- Jenis obat : tidak ada

6. Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, dan perkusi)


a. Kesadaran umum
- Kesadaran : Composmetis
- TTV :
TD 90/70 mmHg
Nadi 88 x/menit
Respirasi 20 x/menit
Suhu 37,0 C
- BB/TB :
Berat badan 39kg dan tinggi badan
b. Kepala (rambut, muka, mata, hidung, telinga, mulut)
- Rambut :
Warna rambut hitam, tidak ada ketombe dan mudah rontok.

- Muka :
Tidak ada oedema, tidak ada kelainan dan tampak sedih serta
cemas.
- Mata :
Tidak oedema, conjungtiva pucat berwarna merah muda, sklera
berwarna putih.
- Hidung :
Simetris, bersih dan tidak ada benjoan.
- Telinga :
Simetris, bersih dan tidak ada serumen.
- Mulut :
Agak kotor, tidak stomatitis dan gusi tidak berdarah.

c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada tumor, dan tidak
ada pembesaran kelenjar limfe serta tidak ada distensi vena
jugularis.

d. Dada
- Dada : Simetris, normal
- Mammae
a) Membesar : Tidak ada pembesaran
b) Tumor : Tidak ada tumor
c) Simetris : Ya, simetris kanan dan kiri
d) Putting susu : Menonjol
e) Kolostrum : Tidak ada pengeluaran
- Axila
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak ada nyeri
e. Abdomen
- Benjolan / tumor : tidak ada benjolan
- Nyeri tekan : Ada nyeri tekan pada perut bagian
bawah
- Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi

f. Genetalia
- Labia mayora dan minora :
labia mayora dan minora tertutup uterus yang menonjol keluar
- Kebersihan vagina :
Keadaan vagina lembab dikarenakan perdarahan yang terus
menerus keluar
- Perineum :
- Jika terdapat jahitan perineum :
(REEDA)
- Lochea / cairan yang keluar :
Cairan yang keluar berupa darah dan lender berwarna merah
dan berbau khas
- Pemakaian pembalut :
Klien mengenakan pampers ukuran dewasa yang diganti setiap
hari
- Perdarahan 3 bulan terakhir :

g. Ekstrimitas
Varises : Tidak ada varices
Edema : Tidak ada oedema
Reflek patella : Positif kanan dan kiri

h. Anus
Kebersihan : lembab tampak bercak darah
Pembesaran Hemoroid : Tidak ada
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan Laboratorium lengkap
Parameter Hasil Nilai Satuan Metode
rujukan
Hemoglobin 5.5 11,7 – 15,5 g/dL Colorimetric
Leukosit 13.700 3.600 - 11. /Ul Flow
000 Cytometry by
Laser
Eritrosit 2,6 3,8 – 5,2 Juta/uL Electrical
impedance
Hematocrit 22 35 – 47 % Perhitungan
dari MCV
Trombosit 444.000 150.000 – /uL Electrical
440.000 impedance
MCV 84 80- 100 fL Perhitungan
MCH 28 26 – 34 Pg Perhitungan
MCHC 33 32 – 36 g/dL Perhitungan
Basofil 0 0–1 % Flow
Cytometry by
Laser
Eosinofil 0 2–4 % Flow
Cytometry by
Laser
Batang 0 3–5 % Flow
Cytometry by
Laser
Segmen 74 50 – 70 % Flow
Cytometry by
Laser
Limfosit 16 24 – 40 % Flow
Cytometry by
Laser
Monosit 10 2–8 % Flow
Cytometry by
Laser

b. Pemeriksaan kimia darah


Parameter Hasil Nilai Satuan Metode
Rujukan
1. S G O T 21 0 – 35 U/L IFFCC – UV
Tanpa Aktifasi
Prydoxal
Phosphatase
2. S G P T 23 0 – 35 U/L IFFCC – UV
Tanpa Aktifasi
Prydoxal
Phosphatase
3. Ureum 27 17 – 43 mg / dL Urease / GLDH
4. Creatinin 0,61 < 0,90 mg / dL Enzymatic
5. Natrium 145 135 – 147 mmol / L Ion Selektif
Elektrode
6. Kalium 4,4 3,5 – 5,0 mmol / L Ion Selektif
Elektrode
7. Calsium 7,5 * 8,8 - 10,0 mg/ dL O –
Cresolpthalein
8. Chlorida 107 * 95 – 105 mmol / L Ion Selektif
Elektrode

c. Pemeriksaan patologi
d. Pemeriksaan USG (abdomen, transvaginal / VT dsb)

8. Pengobatan / terapi
- O2 nasal canul 3 liter
- Asam tranexamat 500mg/ 8 jam melalui intravena
- Metronidazole 500mg/ 8 jam melalui intravena
- Ceftriaxone 1gr/12 jam melalui intravena
- Infus NaCl 20 tpm
- B complex 500 mg /12 jam melalui oral

9. Data focus

Data subjektif :
- Klien mengatakan dirinya pasrah atas kondisinya saat ini
- Klien mengatakan karena sakit yang dialaminya, klien merasa
gagal dan sedih karena tidak bisa menyekolahkan anaknya ke
jenjang selanjutnya
- Klien mengatakan sangat malu atas penyakit yang dialaminya
saat ini
- Klien mengatakan hanya mau berinteraksi dengan orang orang
yang memang peduli terhadap kondisinya
- Klien mengatakan selama 3 bulan terakhir selama dirinya sakit,
dirinya tidak pernah bergaul dengan tetangga
- Klien mengatakan bahwa dirinya dijauhi oleh para tetangga
karena takut tertular oleh penyakitnya
- Klien mengatakan daging dari kemaluannya yang keluar ± 2
minggu yang lalu
- Klien dan keluarga mengatakan bahwa mereka tidak tau
kondisi serta penyakit apa yang dialami oleh klien
- Klien mengatakan bahwa mereka tinggal di pedesaan yang jauh
dari akses pelayanan kesehatan
- Klien mengatakan bahwa dirinya kesulitan dan jarang mencari
tahu mengenai penyakit yang dialaminya
- Klien mengatakan pada saat sebelum terjadi sesuatu yang
keluar dari vaginanya serta cairan bening berwarna, klien
mengalami haid yang terus menerus ± selama 2 bulan
- Klien mengatakan pada saat keluar sesuatu dari dalam
vaginanya, klien mengeluarkan darah yang cukup banyak

Data objektif :
- Klien tampak tidak bersemangat
- Raut muka murung dan sedih
- Tampak menarik diri dan tidak terbuka saat dikunjungi oleh
oleh orang yang terlalu ramai
- Keadaan umum lemah
- HB : 5.5 g/gL
- Konjungtiva anemis
- Tekanan Darah 90/70 mmHg
- RR : 20x/menit
- Suhu : 38.8 C
- O2 terpasang 3 liter
- Turgor kulit kering
- Warna kuliat pucat
- Mukosa bibir kering dan pucat
- Akral dingin
- Tampak kondisi uterus berwarna merah kehitaman dengan
permukaan yang rusak/lesi
- Keadaan uterus berbau khas dan menyengat
- Perdarahan pada uterus
- Diameter uterus ±25cm
- Leukosit : 13.700 /uL

10. Analisa data

No Data Masalah Etiologi


1 Data subjektif : Perfusi jaringan Perdarahan
- Klien mengatakan perifer tidak
pada saat sebelum efektif
terjadi sesuatu yang
keluar dari
vaginanya serta
cairan bening
berwarna, klien
mengalami haid
yang terus menerus
± selama 2 bulan
- Klien mengatakan
pada saat keluar
sesuatu dari dalam
vaginanya, klien
mengeluarkan
darah yang cukup
banyak
Data objektif :
- Keadaan umum
lemah
- HB : 5.5 g/dL
- 90/70 mmHg
- RR : 20x/menit
- Turgor kulit kering
- Warna kuliat pucat
- Mukosa bibir
kering dan pucat
- CRT 3 detik
- Konjungtiva
anemis

2 Data subjektif: Hipertermi Proses infeksi


-
Data Objektif :
- Tampak Kondisi
uterus berwarna
merah kehitaman
dengan permukaan
yang rusak/lesi
- Keadaan uterus
berbau khas dan
menyengat
- Perdarahan pada
uterus
- Diameter uterus
±25cm
- Suhu 38.8 C
- Leukosit 13.700/uL

3 Data subjektif : Harga diri Ketidakmampuan


- Klien mengatakan rendah menghadapi situasi
dirinya pasrah atas situasional
kondisinya saat ini
- Klien mengatakan
karena sakit yang
dialaminya, klien
merasa gagal dan
sedih karena tidak
bisa
menyekolahkan
anaknya ke jenjang
selanjutnya
- Klien mengatakan
sangat malu atas
penyakit yang
dialaminya saat ini
- Klien mengatakan
hanya mau
berinteraksi dengan
orang orang yang
memang peduli
terhadap kondisinya
- Klien mengatakan
selama 3 bulan
terakhir selama
dirinya sakit dirinya
tidak pernah
bergaul dengan
tetangga
- Klien mengatakan
bahwa dirinya
dijauhi oleh para
tetangga karena
takut tertular oleh
penyakitnya
4 Data subjektif : Deficit Kurang terpapar
- Klien dan keluarga pengetahuan informasi
mengatakan bahwa
mereka tidak tau
kondisi serta
penyakit apa yang
dialami oleh klien
- Klien mengatakan
bahwa mereka
tinggal di pedesaan
yang jauh dari akses
pelayanan kesehatan
- Klien mengatakan
bahwa dirinya
kesulitan dan jarang
mencari tahu
mengenai penyakit
yang dialaminya

Data objektif :
-

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN (sesuai prioritas masalah)


1. Perfusi jaringan perifer tidak efektif b.d perdarahan
2. Hipertermi b.d proses infeksi
3. Harga diri rendah situasional b.d ketidakmampuan menghadapi situasi
4. Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi

C. RENCANA KEPERAWATAN
No Tanggal Dx. Kep Tujuan Intervensi
1 Rabu, 27 Perfusi setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi
perifer
novembe jaringan tidak tindakan keperawatan
2. Identifikasi
r 2019 efektif b.d selama 1x 24 faktor resiko
gangguan
menurunya diharapkan perfusi
sirkulasi
jumlah jaringan efekttif 3. Monitor panas,
kemerahan,
hemoglobin dengan kriteria hasil :
nyeri, atau
- Sianosis (-) bengkak pada
ekstermitas
- Akral hangat
4. Kolaborasi
- CRT <3 detik pemberian terapi
oksigen
5. Kolaborasi
dokter untuk
pemberian
transfusi

2 Rabu, 27 Hipertermi b.d Setelah dilakukan 1. Identifikasi


penyebab
Novembe proses infeksi tindakan keperawatan
hipertermi
r 2019 selama 1 x 24 jam 2. Monitor suhu
tubuh
diharapkan hipertemi
3. Monitor kadar
dapat teratasi dengan elektrolit
4. Monitor haluaran
kriteria hasil :
urine
- Suhu tubuh dalam 5. Monitor
komplikasi
batas normal
akibat hipertemi
- Bebas tanda 6. Berikan cairan
oral
infeksi
7. Anjurkan tirah
- Tidak terjadi baring
8. Kolaborasi
kekurangan cairan
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena

3 Rabu, 27 Harga diri Setelah dilakukan 1. Monitor


novembe verbalisasi yang
rendah tindakan keperawatan
r 2019 merendahkan diri
situasional b.d selama 2x24 jam sendiri
2. Motivasi terlibat
ketidakmampu diharapkan harga diri
dalam verbalisasi
an mengdapi klien membaik positif untuk diri
sendiri
situasi ditandai dengan :
3. Diskusikan
- Penerimaan positif kepercayaan
terhadap
pada diri sendiri
penilaian diri
- Mampu terbuka 4. Diskusikan
pengalaman yang
dan percaya diri
meningkatkan
saat berbicara harga diri
5. Diskusikan
- Kontak mata
persepsi negatif
positif diri
- Penilaian positif
pada diri sendiri

4 Rabu, 27 Defisit Setelah dilakukan 1. Identifikasi


kesiapan dan
novembe pengetahuan tindakan keperawatan
kemampuan
r 2019 b.d kurang selama 1 x 24 jam menerima
informasi
terpapar ditandai dengan :
2. Fasilitasi untuk
informasi - Peningkatan mendapatkan
informasi yang
pengetahuan
dibutuhkan
mengenai penyakit 3. Jelaskan faktor
resiko yang
yang dialami
dapat
- Dapat menerima mempengaruhi
kesehatan
informasi dengan
baik
- Adanya kepatuhan
terhadap proses
pengobatan

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Hari ke 1

Hari/Tgl/ Implementasi (hasil


No Dx. Kep Evaluasi
Jam dan respon)
1 Perfusi Rabu, 27 1. Periksa sirkulasi S:
jaringan november perifer - klien mengatakan
tidak efektif 2019 2. Identifikasi faktor pusing
b.d
pukul
resiko gangguan -
09.00 wib O:
menurunya sirkulasi
- Keadaan umum
jumlah 3. Monitor panas, lemah
hemoglobin kemerahan, nyeri, - Tampak pucat
atau bengkak pada pada bagian
ekstermitas wajah
4. Berkolaborasi - Memegang dahi
pemberian oksigen - Tampak sering
memejamkan
5. Berkolaborasi
mata
dengan dokter
- Turgor kulit
pemberian transfuse
kering
darah
- Mukosa bibir
kering dan pucat
- Infus NaCl 20
tpm
- HB 5,5 gr/Dl
- TD : 90/70
mmHg
- Nadi : 88x/menit
- CRT : 3 detik
- Konjungtiva
anemis

A:
- Gangguan perfusi
jaringan perifer
tidak efektif

P:
- Pantau TTV
- Observasi
keadaan umum
- Rencana
pemberian
tranfusi darah
PRC 1 kolf
2 Hipertermi Rabu, 27 1. Mengidentifikasi S:
b.d proses November penyebab hipertermi - Klien
infeksi 2019 2. Memonitor suhu mengatakan
pukul tubuh sudah 3x BAK
11.45 wib 3. Memonitor haluaran tetapi hanya
urine sedikit
4. Memonitor O:
komplikasi akibat - Suhu 38.8 C
hipertemi - Nadi 88x/menit
5. Memberikan cairan - Teraba hangat
oral - Leukosit
6. Berkolaborasi - 13.700/uL
pemberian cairan - O2 terpasang 3
dan elektrolit liter
intravena - Infus Nacl 20
tpm
- Suhu
Pukul 12.30 :
38.0 C
Pukul 13.30 :
38.0 C
- Pemberian terapi
paracetamol flas
500 mg terpasang
- Pampers belum
penuh dan masih
kering
A:
- Hipertermi
P:
- Anjurkan Intake
Cairan Adekuat
- Pantau suhu
- Pertahankan
tehnik aseptic
3 Harga diri Rabu, 27 1. Memonitor S:
rendah november verbalisasi yang - Klien
situasional 2019 merendahkan diri mengatakan
pukul sendiri senang bisa
b.d
12.30 wib 2. Memotivasi terlibat bercerita dan
ketidakmam dalam verbalisasi merasa sangat
puan positif untuk diri senang dan lega
menghadapi sendiri - Klien
situasi 3. Mendiskusikan mengatakan
kepercayaan harapannya
terhadap penilaian kedepan jika
diri sembuh ingin
4. Mendiskusikan menyekolahkan
pengalaman yang anaknya dan
meningkatkan harga mengurus
diri anaknya dengan
baik
5. Mendiskusikan - Klien
persepsi negatif diri mengatakan
adanya oranglain
untuk bercerita
merupakan angin
segar bagi dirinya
- Klien
mengatakan
sangat ingin
sembuh dan
kembali
beraktivitas
O:
- Klien tampak
menangis
- Kontak mata
positif
- Klien semakin
kooperatif
terhadap
pembicaraan
A:
- Masalah belum
terasi
P:
- Identifikasi harga
diri klien
- Indentifikasi
koping klien
- Motivasi klien
setiap saat
- Berikan
dukungan dan
afirmasi positif

4 Defisit Rabu, 27 1. Mengidentifikasi S:


pengetahuan november kesiapan dan - Klien
b.d kurang 2019 kemampuan mengatakan
pukul menerima informasi mengerti
terpapar
12.30 wib 2. Memfasilitasi untuk mengenaikondisi
informasi mendapatkan yang dialaminya
informasi yang saat ini
dibutuhkan O:
3. Menjelaskan faktor - Siap untuk
resiko yang dapat menerima
mempengaruhi informasi
kesehatan - Menerima
informasi dengan
baik
- Kooperatif
dengan
pembicaraan
A:
- Pengetahuan
klien meningkat
P:
- Fasilitasi klien
untuk
mendapatkan
informasi yang
dibutuhkan setta
tindakan prosedur
pengobatan

Hari ke 2

Hari/Tgl/ Implementasi (hasil


No Dx. Kep Evaluasi
Jam dan respon)
1 Perfusi Rabu, 27 1. Periksa sirkulasi S:
jaringan november perifer - klien mengatakan
tidak efektif 2019 2. Identifikasi faktor masih merasakan
pukul resiko gangguan pusing
b.d
09.00 wib sirkulasi
menurunya O:
jumlah 3. Monitor panas,
- Keadaan umum
hemoglobin kemerahan, nyeri, sedang
atau bengkak pada - Tampak pucat
ekstermitas - Turgor kulit
4. Kolaborasi kering
pemberian oksigen - Mukosa bibir
5. Kolaborasi kering dan pucat
pemberian transfusi - Tranfusi darah
PRC kolf ke
darah 1terpasang pukul
09.20 wib (200
cc)
- Transfuse darah
PRC kolf ke 2
(150 cc)
terpasang pukul
19.20 wib
- Infus NaCl 20
tpm
- HB 6. 8 g/dL
- TD : 100/70
mmHg
- Nadi : 82x/menit
- O2 terpasang 3
liter
- SPO2 98%
- CRT : 3 detik
- Konjungtiva
anemis

A:
- Gangguan perfusi
jaringan perifer
tidak efektif
P:
- Pantau TTV
- Observasi
keadaan umum
- Rencana
pemberian
tranfusi darah
PRC kolf ke 2

2 Hipertermi Rabu, 27 1. Mengidentifikasi S:


b.d proses November penyebab hipertermi - Klien
infeksi 2019 2. Memonitor suhu mengatakan
pukul tubuh sudah 3x BAK
13.20 wib 3. Memonitor haluaran tetapi hanya
urine sedikit
4. Memonitor O:
komplikasi akibat - Suhu 38.2 C
hipertemi - Nadi 80x/menit
5. Memberikan cairan - Teraba hangat
oral - Leukosit
6. Menganjurkan tirah 13.700/uL
baring - Infus Nacl 20
7. Berkolaborasi tpm
pemberian cairan - Pemberian terapi
dan elektrolit paracetamol flas
intravena 500 mg terpasang
- Pampers belum
penuh dan masih
kering
A:
- Hipertermi
P:
- Anjurkan Intake
Cairan Adekuat
- Pantau suhu
- Pertahankan
tehnik aseptic
- Kolaborasi
pemberian
3 Harga diri Rabu, 27 6. Memonitor S:
rendah november verbalisasi yang - Klien
situasional 2019 merendahkan diri mengatakan
pukul sendiri senang bisa
b.d
12.30 wib 7. Memotivasi terlibat bercerita dan
ketidakmam dalam verbalisasi merasa sangat
puan positif untuk diri senang dan lega
menghadapi sendiri - Klien
situasi 8. Mendiskusikan mengatakan
kepercayaan harapannya
terhadap penilaian kedepan jika
diri sembuh ingin
9. Mendiskusikan menyekolahkan
pengalaman yang anaknya dan
meningkatkan harga mengurus
diri anaknya dengan
baik
10. Mendiskusikan - Klien
persepsi negatif diri mengatakan
adanya oranglain
untuk bercerita
merupakan angin
segar bagi dirinya
- Klien
mengatakan
sangat ingin
sembuh dan
kembali
beraktivitas
O:
- Klien tampak
menangis
- Kontak mata
positif
- Klien tampak
semakin
kooperatif
terhadap
pembicaraan
- Tampak harapan
klien meningkat

A:
harga diri klien
meningkat
P:
- Identifikasi harga
diri klien
- Indentifikasi
koping klien
- Motivasi klien
setiap saat
- Berikan afirmasi
positif

4 Defisit Rabu, 27 8. Mengidentifikasi S:


pengetahuan november kesiapan dan - Klien
b.d kurang 2019 kemampuan mengatakan
pukul menerima informasi mengerti
terpapar
12.30 wib 9. Memfasilitasi untuk mengenaikondisi
informasi mendapatkan yang dialaminya
informasi yang saat ini
dibutuhkan O:
10. Menjelaskan - Siap untuk
faktor resiko yang menerima
dapat informasi
mempengaruhi - Menerima
kesehatan informasi dengan
baik
- Kooperatif
dengan
pembicaraan
A:
- Pengetahuan
klien meningkat
- Masalah teratasi
P:
- Fasilitasi klien
untuk
mendapatkan
informasi yang
dibutuhkan setta
tindakan prosedur
pengobatan

Hari ke 3

Hari/Tgl/ Implementasi (hasil


No Dx. Kep Evaluasi
Jam dan respon)
1 Perfusi Rabu, 27 1. Periksa sirkulasi S:
jaringan november perifer - klien mengatakan
perifer tidak 2019 2. Identifikasi faktor tidak mengalami
pukul pusing
efektif b.d resiko gangguan
09.00 wib -
menurunya sirkulasi
O:
jumlah 3. Monitor panas, - Keadaan umum
hemoglobin kemerahan, nyeri, sedang
atau bengkak pada - Tampak pucat
ekstermitas pada bagian
4. Lakukan wajah
pencegahan infeksi - Memegang dahi
- Turgor kulit
5. Kolaborasi kering
pemberian transfuse - Mukosa bibir
darah kering dan pucat
- Infus RL 20 tpm
- HB 7.4 gr/dL
- TD : 100/80
mmHg
- Nadi : 78x/menit
- CRT : 3 detik
- SPO2 : 99%
- Konjungtiva
anemis

A:
- Gangguan perfusi
jaringan perifer
tidak efektif

P:
- Pantau TTV
- Observasi
keadaan umum
- Rencana
pemberian
tranfusi darah
PRC 1 kolf ke 3
sampai HB 10
g/dL
2 Hipertermi Rabu, 27 1. Mengidentifikasi S:
b.d proses November penyebab hipertermi - Klien
infeksi 2019 2. Memonitor suhu mengatakan
pukul tubuh sudah 3x BAK
11.45 wib 3. Memonitor haluaran tetapi hanya
urine sedikit
4. Memonitor O:
komplikasi akibat - Suhu 38.8 C
hipertemi - Nadi 88x/menit
5. Memberikan cairan - Teraba hangat
oral - Leukosit
6. Berkolaborasi 13.700/uL
pemberian cairan - Infus Nacl 20
dan elektrolit tpm
intravena - Suhu
Pukul 12.30 :
38.0 C
Pukul 13.30 :
38.0 C
- Pemberian terapi
paracetamol flas
500 mg terpasang
- Pampers belum
penuh dan masih
kering
A:
- Hipertermi
P:
- Anjurkan Intake
Cairan Adekuat
- Pantau suhu
- Pertahankan
tehnik aseptic
3 Harga diri Rabu, 27 1. Memonitor S:
rendah november verbalisasi yang - Klien
situasional 2019 merendahkan diri mengatakan
pukul sendiri senang bisa
b.d
12.30 wib 2. Memotivasi terlibat bercerita dan
ketidakmam dalam verbalisasi merasa sangat
puan positif untuk diri senang dan lega
menghadapi sendiri - Klien
situasi mengatakan
3. Mendiskusikan harapannya
kepercayaan kedepan jika
terhadap penilaian sembuh ingin
diri menyekolahkan
4. Mendiskusikan anaknya dan
pengalaman yang mengurus
meningkatkan harga anaknya dengan
diri baik
5. Mendiskusikan - Klien
persepsi negatif diri mengatakan
adanya oranglain
untuk bercerita
merupakan angin
segar bagi dirinya
- Klien
mengatakan
sangat ingin
sembuh dan
kembali
beraktivitas
O:
- Klien tampak
menangis
- Kontak mata
positif
- Klien semakin
kooperatif
terhadap
pembicaraan
A:
- Masalah belum
terasi
P:
- Identifikasi harga
diri klien
- Indentifikasi
koping klien
- Motivasi klien
setiap saat
- Berikan
dukungan dan
afirmasi positif

BAB IV

PEMBAHASAN
A. Analisis masalah dan penatalaksaan
Pada pembahasan dalam kasus ini, penulis menguraikan tentang proses
asuhan keperawatan pada Ny.L dengan prolapse uteri. Dalam hal ini
penulis menguraikan kesenjangan antara teori, jurnal maupun kasus yang
kelompok temukan langsung dilapangan.
1. Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data yang telah dikumpulkan untuk
mengevaluasi kesadaran pasien. Data subjekstif adalah data yang
didapatkan dari klien, keluarga maupun orang terdekat terhadap suatu
situasi dan pengkajian (nursalam, 2008). Keluhan utama Ny.L yaitu
pasien merasa ada yang ingin keluar dari vaginanya setelah dia
melakukan rendam vaginanya menggunakan air daun sirih setelah
sebelumnya mengalami tanda dan gejala seperti darah yang keluarg
terus menerus serta keluarnya cairan berwarna putih bening yang
cukup banyak. Ny. L mengatakan keadaan tersebut menyebabkan
perdarahan yang cukup banyak sehingga Ny. L. Ny. L juga
mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami perasaan nyeri pada saat
BAK, klien mengatakan hanya merasakan nyeri pada bagian bawah
perut yang terkadang tiba tiba timbul.

Menurut (siswadi, 2006) prolapse uteri yang berat dapat disertai


dengan adanya perdarahan pervaginam, infeksi, leukorea atau
menometroragia. Selain itu pada kasus prolapse uteri yang dialami Ny.
L tanda dan gejala telah dialami, seperti keluarnya bagian menonjol di
bagian vagina, namun Ny.L memasukkan kembali. Keluarga dank
klien mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui kondisi apa yang
yang dialami dan bagaimana cara penangannya. Klien mengatakan
bahwa dirinya pernah memeriksakan kondisinya tersebut ke
puskesmas terdekat namun tidak ada informasi yang berarti yang ia
dapatkan terkait dengan kondisinya tersebut.
Data objektif adalah data yang dapat diobservasi serta dilihat (
Nursalam, 2008). Secara keseluruhan keadaan Ny.L lemah, kesadaran
composmentis, tekanan darah 90/70 mmHg, Suhu 38.8C, Nadi
88x/menit, respirasi 24x/menit, SPO2 99% serta hasil pemeriksaan
Laboratorium darah didaptkan hemoglobin 5.5 g/Dl, leukosit 13.700
UL. Saat dilakukan pemeriksaan fisik, didapatkan konjungtiva anemis,
nyeri pada bagian perut bawah dengan skala nyeri 5 dan masih bisa
dikontrol, terdapat perdarahan dari vagina berwarna kemerahan,
tampak massa yang keluar dari bagian vagina ± berdiameter 25 cm.
klien juga masih mampu berjalan ke toilet untuk BAB.

Pada langkah ini, kelompok tidak menemukan kesenjangan antara teori


serta kasus yang ditemukan.

2. Interpretasi data
Pada tahap ini, data yang telah dikumpulkan selanjutnya
interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa atau masalah
keperawatan terkait dengan kondisi yang dialami pada Ny.L. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada Ny.L yaitu perubahan perfusi
jaringan prefer b.d perdarahan, hipertermi b.d proses infeksi, harga diri
rendah b.d menghadapi situasi, serta deficit pengetahuan b.d kurang
terpapar informasi. Masalah pada Ny.L ditegakkan berdasarkan dengan
hasil wawancara serta hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap
klien serta dengan menggunakan literature penegakan diagnose
keperawatan yaitu SDKI serta NANDA NIC NOC.

3. Diagnosa/masalah
Pada tahap ini masalah actual yang dapat di identifikasi yaitu
perubahan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan. Menurut
(Chapman, 2006) diagnose actual maupun potensial yang sering
muncul pada kasus prolapse uteri yaitu perdarahan. Dalam hal ini,
kelompok tidak menemukan kesejangan yang terjadi antara teori serta
kasus yang kelompok temukan dilapangan.

4. Penatalaksanaan
Tahap penanganan atau antisipasi perlu segera dilakukanyang
bertujuan untuk mengantisipasi komplikasi dari diagnose actual yang
muncul yaitu perubahan perfusi jaringan perifer sehingga
kemungkinan timbulnya komplikasi lain dapat dihindari. Pada kasus
ini antisipasi yang diberikan terhadap Ny.L yaitu dilakukannya
pemberian therapy O2 sebanyak 3 liter/menit agar tidak terjadi syok
seta mempertahankan saturasi O2 di dalam otak, serta dilakukan
pemasangan infus NaCl sebanyak 20 tpm sebagai hidrasi untuk
mempertahankan keseimbangan cairan pada Ny.L.Selain itu therapy
oral maupun intravena juga diberikan sesuai dengan advise dokter
yaitu cefradroxil 500mg/12 jam, asam tranexamat 8/jam B
complex500mg/12 jam. selain itu menganjurkan pasien untuk tirah
baring serta mengobservasi adanya perdarahan lebih lanjut.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Hamamah & Pangastuti,


2013)

Dalam perawatannya Ny.L membutuhkan waktu 7 hari dalam


memperbaiki keadaan umum klien agar dapat dilakukannya operasi
pada Ny.L. Perbaikan kondisi umun Ny.L meliputi perbaikan perfusi
jaringan perifer yaitu dengan melakukan tranfusi darah sampai
hemoglobin mencapai 10 g/Dl. Dalam kasus prolapse uteri pada Ny. L
tidak dilakukan pemasangan pessarium, hal ini dikarenakan prolapse
uteri yang sudah complete dan sudah mengalami infeksi. Adapun
perencaan atau intervensi lanjut yang dilakukan terhadap Ny.L
meliputi :
a. Memberitahu ibu dan keluarga mengenai penyakitnya
b. Memberikan dukungan moril terhadap klien dan keluarga
c. Memberikan lingkungan yang aman dan nyaman mengingat pasien
perlu istirahat yang cukup dan baik guna pembebaiki kondisinya
d. Berkolaborasi dengan dokter terhadap therapy dan tindakan yang
diberikan
e. Membrikan informed consent terhadap keluarga mengenai kondisi
serta prosedur perawatan maupun tindakan pembedahan yang akan
dilakukan

Pada kasus prolapse uteri yang dalami oleh Ny.L yaitu dilakukann
operasi atau tindakan pembedahan yaitu histerektomi prosedur
media yang dilakukan untu pengangkatan rahmis salah satunya
yang diakibat oleh prolapse uteri. Menurut (wibisono & hermawan,
2018) tindakan prosedur pembedahan pada kasus prolapse uteri
memilki dampak yang panjang dan lebih baik untuk
menyelamatkan wanita dengan kasus prolapse uteri serta
memungkinkan untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Hamamah & Pangastuti,


2013) prevalensi terbanyak dari prolapse uteri yaitu prolapse uteri
derajat 4, hal ini dikarenakan pasien sering datang terlambat untuk
memeriksakan diri pada saat terjadi tanda dan gejala yang
dialami.untuk itu, tindakan yang paling sering dilakukan untuk
kasus prolapse uteri adalah tindakan pembedahan.

Fakta yang terjadi di lapangan ialah, setelah klien menjalani


operasi, klien menjadi lebih bersemangat, memiliki harapan hidup
lebih baik. Hal ini tentunya berkaitan degan diagnose yang
dimunculkan diatas pada kasus ini, dimana klien mengalami harga
diri yang buruk. Dilakukannya operasi histerektomi dengan baik
dan berhasil sangat berdampak terhadap klien dan keluarga
sehingga masalah di atas dapat diatasi.
5. Evaluasi
Dalam hal ini kelompok menyadari bahwa asuhan keperawatan yang
dapat diberikan terhadap pasien bukan hanya sekedar memnuhi
kebutuhan klien atau melakukan tindakan sesuai dengan prosedur.
Lebih dari itu, dari kasus ini kelompok menyadari bahwa dukungan
mental dan moril sangat diperlukan khususnya bagi pasien yang
mengalami kasus atau kondisi yang kompleks.

Selain itu, upaya preventif dan promotif perlu dilakukan dengan


memberikan pengetahuan seta pemahaman tanda dan gejala awal
prolapse uteri sehingga tindakan pembedahan tidak perlu dilakukan.
Pada prolapse uteri dengan grade 1 dan II dapat dilakukan tindakan
dengan senam kegel.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Prolapsus uteri, sistokel, urethrokel, enterokel, rektokel dan kolpokel pasca
histerektomia merupakanbagian dari bentuk-bentuk Prolapsus Vagina.
Sedangkan Prolapsus uteri itu sendiri terjadi karena kelemahan ligamen
endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara
dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada
enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan
kurang ketegangannya. Faktor penyabab lain yang sering adalah melahirkan
dan menopause. Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan
lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatlaksanaan
pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah.
Pada kasus prolapse uteri yang dialami oleh Ny.L yaitu merupakan
prolapse uteri complete dan telah terjadi infeksi sehingga tindakan akhir yang
dilakukan adalah tindakan bedah dengan histerektomi.

B. Saran
Perlunya pencegah terhadap kemungkinan terjadinya prolaps uteri dengancara
mengosongkan kandung kemih pada kala pengeluaran, penjahitan perineum
yang lege artis, bila perlu lakukan episiotomi, memimpin persalinan dengan
baik, hindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (parasat crede).
Penanganan prolapsus uteri sebaiknya dilakukan dengan menilai keadaan dari
keadaan umum pasien, umur, masih bersuami atau tidak, tingkat prolaps
sehingga didapatkan terapi yang paling ideal untuk setiap pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Baiq, CHobson P, Richardson K, McDonald A, McPherson G, Wilson D. 2012.


Childbirth and prolapse. BJOG : 120 (2) : 161-168
Marmi. (2011). Asuhan Kebidanan pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba

Nursalam, 2008. Proses dan dokumentasi keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Suheimi K.H.dr. Penyakit dan Kelainan Alat Kandungan. Prolapsus Uteri.


penyakit-dan-kelainan-alat kandungan

Clinic Mayo. Artikel kesehatan wanita. Uterine ProlapsWomens Health.


http://www.womenshealthlondon.org.uk/leaflets/prolapse/prolapse.html

Gyhagen M, Bullarbo M, Nielsen TF, Milsom I. 2012. Prevalence and risk faktor
for pelvic organ prolapse 20 year after childbirth: BJOG: 120(2): 152-160.

Tsiakuras P. 2013. Uterine Prolapse in pregnancy: risk factors, Journal of


Materinitas – Fetal and Neonatal Medicine, 9; 16.

Kementrian Kesehatan. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015, Katalog Dalam


Terbitan, Jakaera: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2016.

Faluvianti, I.S (2016) Perbedaan Fungsi Seksual Pasien Prolaps Uteri. Surabaya
Universitas Erlangga..

Siswadi. 2006. Jurnal Ginekologi. Bagian obstetric dan ginekologi fakultas


kedokteran universitas padjajaran. bandung

Wibisono J., Hermawan G Nasafir. 2018. Prolaps Organ Panggul. Jurnal


Medicnicus. ISSN 1978-3094

Winkjosastro, Hanifa. (2009). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka


Sarwono Prawirohardjo.

Anda mungkin juga menyukai