Fix Prolaps Diklatttttt
Fix Prolaps Diklatttttt
Antesa Paradita
Dedi Kurniawan
Rizal Al Barkah
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prolapse Uteri merupakan salah satu bentuk prolapsus organ panggul dan
merupakan suatu kondisi jatuh atau masuknya uterus (rahim) ke dalam atau
keluar melalui vagina sebagai akibat dari kegagalan ligamentum dan fasia
yang dalam keadaan normal.Prolapse organ panggul merupakan masalah
kesahatan yang umum terjadi dan mencapai hingga 40% wanita yang telah
melahirkan dan rata rata berusia 50 tahun. Prolapsus uteri menempati urutan
ke dua terbanyak setelah cystourethrocele (bladder and uretral prolapsed).
pada studi Woman’s Health Initative (WHI) Amerika, 41% wanita usia 50-79
tahun mengalami Prolaps Organ Panggul (POP), diantaranya 34% mengalami
cyctocele, 19% mengalami restocele, dan 14% mengalami prolaps uteri.
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat menjelaskan definisi prolapse uteri
2. Mahasiswa dapat menjelaskan langkah kejadian prolapse uteri
3. Mahasiswa dapat menjelaskan etiologi prolapse uteri
4. Mahasiswa dapat mengetahui patofisiologi prolapse uteri
5. Mahasiswa dapat mengidentifikasi prolapse uteri
6. Mahasiswa dapat menentukan diagnosa prolapse uteri
7. Mahasiswa dapat melaksanakan penatalaksanaan prolapse uteri
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Prolapsus uteri adalah turunnya uterus dari tempat yang biasa oleh karena
kelemahan otot atau fascia yang dalam keadaan normal menyokongnya. Atau
turunnya uterus melalui dasar panggul atau genitalis (Wiknjosastro, 2009).
Prolapsus uteri adalah suatu hernia, dimana uterus turun melalui hiatus
genitalis.Prolapsus uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua dan wanita yang bekerja berat.Pertolongan persalinan
yang tidak terampil seperti memimpin meneran pada saat pembukaan rahim
belum lengkap, perlukaan jalan lahir yang dapat menyebabkan lemahnya
jaringan ikat di bawah panggul kendor, juga dapat memicu terjadinya
prolapsus uteri.
Prolapsus uteri adalah suatu keadaan yang terjadi akibat otot penyangga
uterus menjadi kendor sehingga uterus akan turun atau bergeser ke bawah dan
dapat menonjol keluar dari vagina. Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke
puncak vagina dan pada kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui
orifisium vagina dan berada di luar vagina. (Marmi, 2011)
B. ETIOLOGI
Beberapa hal yang dapat memicu terjadinya prolapse uteri antara lain:
1. Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk
prolaps yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada
pembukaan belum lengkap.Bila prolapsus uteri dijumpai pada nulipara,
faktor penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan
penunjang uterus (Wiknjosastro, 2009).
2. Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopouse.
Persalinan yang lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,
laserasi dinding vagina bawah pad kala II, penatalaksanaan pengeluaran
plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik.Pada
menopouse, hormon estrogen telah berkurang sehingga otot-otot dasar
panggul menjadi atrofi dan melemah (Indri Sagita, 2016).
C. PATOFISIOLOGI
Penyangga organ panggul merupakan interaksi yang kompleks antara otot-
otot dasar panggul, jaringan ikat dasar panggul, dan dinding vagina. Interaksi
tersebut memberikan dukungan dan mempertahankan fungsi fisiologis organ-
organ panggul. Apabila otot levator ani memiliki kekuatan normal dan vagina
memiliki kedalaman yang adekuat, bagian atas vagina terletak dalam posisi
yang hampir horisontal ketika perempuan dalam posisi berdiri.Posisi tersebut
membentuk sebuah “flap-valve” (tutup katup) yang merupakan efek dari
bagian atas vagina yang menekan levator plate selama terjadi peningkatan
tekanan intra abdomen. Teori tersebut mengatakan bahwa ketika otot levator
ani kehilangan kekuatan, vagina jatuh dari posisi horisontal menjadi semi
vertikal sehingga menyebabkan melebar atau terbukanya hiatus genital
danmenjadi predisposisi prolapsus organ panggul. Dukungan yang tidak
adekuat dari otot levator ani dan fascia organ panggul yang mengalami
peregangan menyebabkan terjadi kegagalan dalam menyangga organ panggul.
Mekanisme terjadinya prolapsus uteri disebabkan oleh kerusakan pada
struktur penyangga uterus dan vagina, termasuk ligamentum uterosakral,
komplek ligamentum kardinal dan jaringan ikat membran urogenital. Faktor
obstetri, dan non-obstetri yang telah disebutkan di awal diduga terlibat dalam
terjadinya kerusakan struktur penyangga tersebut sehingga terjadi kegagalan
dalam menyangga uterus dan organ-organ panggul lainnya. Meskipun
beberapa mekanisme telah dihipotesiskan sebagai kontributor dalam
perkembangan prolapsus, namun tidak sepenuhnya menjelaskan bagaimana
proses itu terjadi.
- Partus berulang
Peningkatan tekanan intra abdomen
- Partus dengan penyulit
- Meneran sebelum pembukaan lengkap
- Laserasi dinding vagina bawah
- Pengeluaran plasenta secara paksa Hormon estrogen berkurang
- Nulipara dengan kelainan bawaan
- Asites, tumor di area pelvis
- Menopause
Hemoroid
Persalinan selanjutnya sistokel - BAK sedikit dan sering Gangguan eliminasi urine
kurang lancar - Stress inkontinen
- Perasaan kandung kemih tidak
kosong Gangguan keseimbangan
cairan
Urethrokel
Cervik uteri turun sampai Cervik uteri keluar dari Seluruh uterus keluar
introitus vagina introitus vagina dari vagina/prosidensia
G. DIAGNOSIS MEDIS
Keluhan-keluhan penderita dan pemeriksaan ginekologik umumnya dengan
mudah dapat menegakkan diagnosis prolapsus genitalis. Friedman dan Little
menganjurkan cara pemeriksaan sebagai berikut: Penderita dalam posisi
jongkok disuruh mengejan dan ditentukan dengan pemeriksaan dengan jari,
apakah portio sampai introitus vagina atau apakah serviks uteri sudh keluar
dari vagina. Selanjutnya dengan penderita berbaring denga posisi litotomi,
ditentukan pula panjangnya serviks uteri.Serviks uteri yang lebih panjang
biasanya dinamakan elongsio kolli (Wikjosastro, 2009).
Pada sistokel dijumpai di dinding vagina dengan benjolan kistik lembek dan
tidak nyeri tekan.Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan.Jika
dimasukkan ke dalam kandung kencing kateter logam, kateter itu diarahkan ke
dalam sistokel, dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding
vagina.Urethrokel letaknya lebih ke bawah dari sistokel, dekat dengan
orifisium uretra eksternum (Wiknjosastro, 2009).
Menegakkan diagnosis rektokel mudah, yaitu menonjolnya rektum ke lumen
vagina sepertiga bagian bawah.Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang
dari proksimal ke distol, kistik dan tidak nyeri.Untuk memastikan diagnosis,
jari dimasukkan rektum, selanjutnya dapat diraba dinding rektokel yang
menonjol lumen vagina.Entrokel menonjol ke lumen vagina lebih atas dari
rektokel.Pada pemeriksaan rektal, dinding rektum lurus, ada benjolan ke
vagina terdapat di atas rektum (Wikjosastro, 2009).
H. KOMPLIKASI
Menurut Winkjosasatro (2009), komplikasi yang dapat menyertai prolapsus
uteri adalah :
1. Keratinisasi mukosa vagina dan porsio uteri.
Prosidensia uteri disertai dengan keluarnya dinding vagina (inversio),
karena itu mukosa vagina dan serviks uteri menjadi tebal serta berkerut
dan berwarna keputih-putihan.
2. Dekubitus
Jika serviks uteri terus keluar dari vagina, ujungnya bergeser dengan paha
dan pakaian dalam, hal ini dapat menyebabkan luka dan radang dan lambat
laun timbul ulkus dekubitus. Dalam keadaan demikian, perlu dipikirkan
kemungkinan karsinoma, lebih-lebih pada penderita usia lanjut.
Pemeriksaan sitologi/biopsi perlu dilakukan untuk mendapatkan kepastian
akan adanya karsinoma.
3. Hipertofi serviks dan Elangasio Kolli
Jika serviks uteri turun dalam vagina, sedangkan jaringan penahan dan
penyokong uterus masih kuat, maka karena tarikan ke bawah di bagian
uterus yang turun serta pembendungan pembuluh darah serviks uteri
mengalami hipertrofi dan menjadi panjang dengan periksa lihat dan
raba.Pada elangasio kolli serviks uteri serviks uteri pada periksa raba lebih
panjang dari biasa.
4. Gangguan miksi dan stress incontinence
Pada sistokel berat, miksi kadang-kadang, sehingga kandung kencing tidak
dapat dikosongkan sepenuhnya. Turunnya uterus bisa juga menyempitkan
ureter, sehingga bisa menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis. Adanya
sistokel dapat pula mengubah bentuk sudut antara kandung kencing dan
uretra yang dpat menimbulkan stress incontinence.
5. Infeksi jalan kencing
Adanya retensi air kencing, mudah menimbulkan infeksi.Sistitis yang
terjadi dapat meluas ke atas dan dapat menyebabkan pielitis dan
pielonefritis.Akhirnya hal itu dapat menyebabkan gagal ginjal.
6. Kesulitan saat partus
Jika wanita dengan prolapsus uteri hamil, maka pada waktu persalinan
akan timbul kesulitan saat kala pembukaan, sehingga kemajuan persalinan
menjadi terhalang.
7. Kemandulan
Karena serviks uteri turun sampai dekat pada introitus vagina atau sama
sekali keluar dari vagina, tidak mudah terjadi kehamilan.
8. Haemoroid
Feses yang terkumpul dalam rektokel memudahkan adanya obstipasi dan
memicu timbulnya haemoroid.
I. PENATALAKSANAAN
1. Penatalakasanaan Medis
Pengobatan cara ini tidak begitu memuaskan tapi cukup membantu. Cara
ini dilakukan pada prolapsus uteri rinagn tanpa keluhan atau penderita
masih ingin mendapatkan anak lagi atau penderita menolak untuk
dioperasi atau kondisinya tidak memungkinkan untuk dioperasi.
a. Latihan otot-otot dasar panggul
Latihan ini sangat berguna pada prolapsus uteri ringan, terutama yang
terjadi pada pasca persalinan yang belum lewat 6 bulan.Tujuannya
untuk menguatkan otot-otot dasar panggul dan otot-otot yang
memepengaruhi miksi.
b. Stimulasi otot-otot dengan alat listrik
Kontraksi otot-otot dasar panggul dapatt ditimbulkan dengan alat
listrik, elektrodenya dapat dipasang dalam pessarium yang dimasukkan
ke dala vagina.
c. Pengobatan dengan pessarium
Pengobatan dengan pessarium ini sebenarnya hanya bersifat paliatif,
yakni menahan uterus di tempatnya selama dipakai.Oleh karena itu,
jika pessarium diangkat, timbul prolapsus lagi.Prinsip pemakaian
pessarium adalah mengadakan tekanan pada dinding vagina bagian
atas, sehingga bagian dari vagina tersebub beserta uterus tidak dapat
turun dan melewati vagina bagian bawah.
2. Penatalaksanaan Operatif, menurut (Baiq, 2015)
Prolapsus uteri biasanya disertai prolapsus vagina.Maka, jika dilakukan
pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina perlu ditangani
juga.Ada kemungkinan terdapat prolapsus vagina yang membutuhkan
pembedahan padahal tidak terdapat prolapsus uteri.
J. PENGKAJIAN DATA
Menurut Winkjosasatro (2009), sebagai berikut :
1. Data Subyektif
a. Biodata
Prolapsus uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah
melahirkan, wanita tua dan wanita yang bekerja berat.
b. Keluhan utama
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.
Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat
tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolaps ringan mempunyai banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang
hampir sering dijumpai yaitu :
1) Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol
2) Rasa sakit di pinggul dan pinggang, biasanya jika penderita
berbaring, keluhan menghilang dan menjadi kurang
c. Riwayat kebidanan
1) Haid
Awal menstruasi (menarche) pada usia 11 tahun atau lebih muda.
Siklus haid tidak teratur, nyeri haid luar biasa, nyeri panggul
setelah haid atau senggama (Wiknjosastro, 2010).
2) Riwayat kehamilan
Faktor resiko yang menyebabkan prolaps uteri jumlah kelahiran
spontan yang banyak, berat badan berlebih, riwayat operasi pada
area tersebut, batuk dalam jangka waktu lama saat hamil.
3) Riwayat persalinan
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus
dengan penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan
memperburuk prolaps yang sudah ada.Faktor-faktor lain adalah
tarikan janin pada pembukaan belum lengkap.Bila prolapsus uteri
dijumpai pada nulipara, faktor penyebabnya adalah kelainan
bawaan berupa kelemahan jaringan penunjang uterus
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan
menopouse. Persalinan yang lama dan sulit, meneran sebelum
pembukaan lengkap, laserasi dinding vagina bawah pad kala II,
penatalaksanaan pengeluaran plasenta, reparasi otot-otot dasar
panggul yang tidak baik.Pada menopouse, hormon estrogen telah
berkurang sehingga otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah.
d. Pola kebiasaan sehari-hari
1) Eliminasi
Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
a) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari,
kemudian lebih berat pada malam hari
b) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
seluruhnya
c) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk dan mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio
urine pada sistokel yang besar sekali
Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
a) Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel
b) Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel
vagina
2) Aktivitas dan istirahat
Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita saat
berjalan dan beraktivitas.Gesekan portio uteri oleh celana dapat
menimbulkan lecet hingga dekubitus pada porsio.
2. Data Obyektif
a. Keadaan umum lemah
b. Tanda-tanda vital
c. Pemeriksaan fisik
1) Muka
Tampak pucat pertanda adanya anemia, keluar keringat dingin bila
terjadi syok.Bila perdarahan konjungtiva tampak anemis.Pada klien
yang disertai rasa nyeri klien tampak meringis.
2) Mulut
Mukosa bibir dan mulut tampak pucat, bau kelon pada mulut jika
terjadi shock hipovolemik hebat.
3) Dada dan payudara
Gerakan nafas cepat karena adanya usaha untuk memenuhi
kebutuhan O2 akibat kadar O2 dalam darah yang tinggi, keadaan
jantung tidak abnormal.
4) Abdomen
Adanya benjolan pada perut bagian bawah.
Teraba adanya massa pada perut bagian bawah konsisten
keras/kenyal, tidak teratur, gerakan, tidak sakit, tetapi kadang-
kadang ditemui nyeri.Pada pemeriksaan bimanual akan teraba
benjolan pada perut, bagian bawah, terletak di garis tengah maupun
agak kesamping dan sering kali teraba benjolan-benjolan dan
kadang-kadang terasa sakit.Pada pemeriksaan Sondage didapatkan
cavum uteri besar dan rata.
5) Genetalia
Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan pada
kasus yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium
vagina dan berada di luar vagina.
6) Anus
Akan timbul haemoroid, luka dan varices pecah karena keadaan
obstipasi akibat penekanan mioma pada rectum.
7) Ekstremitas
Oedem pada tungkai bawah oleh karena adanya tekanan pada vena
cava inferior.
K. DIAGNOSA
Diagnosa keperawatan menurut (Wilkinson, 2012), yaitu :
1. Diagnosa Keperawatan
a. Sebelum Operasi
1) Nyeri b.d peningkatan tekanan intra abdominal
2) Resiko tinggi infeksi b.d luka akibat pergeseran massa uterus
3) Resiko dekubitus b.d pergeseran massa uterus
4) Kurangnya pengetahuan b.d keterbatasan kognitif dan kurangnya
keinginan mencari sumber informasi
5) Gangguan eliminasi urin b.d adanya desakan uterus
6) Gangguan eliminasi alvi b.d adanya desakan uterus
2. Intervensi dan Implementasi
a. Nyeri b.d peningkatan tekanan intra abdominal Tujuan: Nyeri hilang
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam. Hasil yang
diharapkan :
1) Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
2) Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya
3) Pasien dan keluarga dapat melakukan tekhnik distraksi-relaksasi
Rencana tindakan :
a) Observasi tanda-tanda vital
b) Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
c) Jelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.
d) Beri posisi senyaman mungkin untuk pasien.
e) Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi/ nafas dalam.
f) Beri obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
g) Ciptakan lingkungan yang tenang.
b. Resiko tinggi infeksi b.d luka akibat pergeseran massa uterus . Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan
infeksi tidak terjadi Hasil yang diharapkan :
1) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, rubor, tumor, dolor,
fungsiolesa )
2) Luka tampak bersih Rencana tindakan :
a) Kaji TTV, perhatikan peningkatan suhu.
b) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor kalor rubor, dolor, fungsileisa).
c) Lakukan tehnik perawatan luka secara steril 1x/hari
d) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic.
f) Lakukan Health Education kepada keluarga tentang pentingnya
mencuci tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan
pasien.
c. Resiko dekubitus b.d pergeseran massa uterus Tujuan : setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam dekubitus tidak
terjadi Kriteria Hasil : Rencana tindakan
1) Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
2) Timbang berat baclan anak tiap hari.
3) Pasang infus dan NGT sesuai program dokter.
BAB III
PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Ny. L
Umur : 44 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Suku/Bangsa : Lampung
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Sumber biaya : BPJS
Tanggal masuk : 27 November 2019
Ruang rawat inap : Delima
No. Register : 00.61.58.08
Diagnose medic : Prolaps uteri + myoma gebut
2. Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan sekarang
a. Keluhan utama (saat pengkajian)
P : Klien mengatakan nyeri dibagian kemaluan dan perut
kuadran bawah bagian tengah
Q : nyeri seperti ditusuk tusuk dan diremas remas
R : perut kuadaran bawah
S : 4-5
T : setiap waktu
b. Keluhan penyerta
Klien mengatakan terkadang merasakan pusing
3. Riwayat Obstetri
a. Riwayat menstruasi
- Menarche : 14 tahun
- Siklus : 28 hari
- Banyaknya : 2 – 3 pembalut
- Keteraturannya : Teratur
- Lamanya : 7 hari
- HPHT :-
- Keluhan yang menyertai :
Klien mengatakan sejak dirinya masih gadis klien selalu
merasakan nyeri setiap kali mengalami menstruasi
- Perdarahan 3 bulan terakhir :
b. Riwayat perkawinan
Kawin/tidak kawin : Kawin (Bercerai)
Umur ibu menikah : 18 tahun
Umur suami menikah : 22 Tahun
Lama pernikahan : 3 tahun
Berapa kali menikah : 1 kali
c. Riwayat kehamilan
No Tanggal Tempat Usia Jenis penolong Penyulit Anak
partus partus kehamilan persalinan Jk/pb/
bb
1 21/01/ Bidan 8 bulan spontan bidan - Lk/47
1996 /1200
Gr
4. Riwayat penyakit
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien mengatakan sebelum dibawa kerumah sakit, klien mengalami
perdaraha dari kemaluan selama 2 minggu dan muncul bulatan
daging yang keluar dari daerah kemaluannya
b. Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan gejala yang dialaminya kurang lebih sejak 1
tahun yang lalu. Klien mengatakan awalnya dirinya mengalami
nyeri dank kram perut. Setelah itu klien mengalami haid selama 3
bulan lebih dan tidak berhenti. Kemudian klien mengurut bagian
perutnya dan perdarahan cenderung berhenti. Setelah itu kurang
lebih satu bulan kemudian klien mengalami keluar cairan putih
bening tidak berbau dari kemaluannya, keadaan ini berlangsung
selama 4 bulan, sampai akhirnya klien merasakan ada yang keluar
dari daerah kemaluannya. Kemudia klien memasukkan sendiri
bagian yang keluar tersebut ke dalam.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan ayahnya mempunyai penyakit jantung, keluarga
klien belum ada yang permah mengalami hal ini sebelumnya.
c. Personal hygiene
- Sebelum sakit :
Klien mengatakan mandi 2 kali sehari, ganti pakaian 2 kali
sehari, gosok 2 kali sehari dan keramas 3 kali seminggu.
- Saat sakit :
Klien mengatakan selama dirumah sakit hanya di lap
menggunakan kain bersih dan air hangat serta ganti pakaian 1x
sehari.
e. Pola aktifitas
- Sebelum sakit :
Klien mengatakan melakukan pekerjaan rumah, seperti
menyapu, memasak, mencuci, dan melakukan aktivitas lainnya.
Selain itu klien juga bekerja sebagai buruh sawit. Dalam
aktifitasnya klien sering mengangkat argo yang berisi sakit dan
membawa motor yang membawa keranjang berisi sawit. Klien
bekerja dari jam 9 pagi hingga jam 4 sore.
- Saat sakit :
Klien mengatakan aktivitasnya hanya tiduran ditempat tidur.
- Muka :
Tidak ada oedema, tidak ada kelainan dan tampak sedih serta
cemas.
- Mata :
Tidak oedema, conjungtiva pucat berwarna merah muda, sklera
berwarna putih.
- Hidung :
Simetris, bersih dan tidak ada benjoan.
- Telinga :
Simetris, bersih dan tidak ada serumen.
- Mulut :
Agak kotor, tidak stomatitis dan gusi tidak berdarah.
c. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada tumor, dan tidak
ada pembesaran kelenjar limfe serta tidak ada distensi vena
jugularis.
d. Dada
- Dada : Simetris, normal
- Mammae
a) Membesar : Tidak ada pembesaran
b) Tumor : Tidak ada tumor
c) Simetris : Ya, simetris kanan dan kiri
d) Putting susu : Menonjol
e) Kolostrum : Tidak ada pengeluaran
- Axila
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak ada nyeri
e. Abdomen
- Benjolan / tumor : tidak ada benjolan
- Nyeri tekan : Ada nyeri tekan pada perut bagian
bawah
- Luka bekas operasi : Tidak ada luka bekas operasi
f. Genetalia
- Labia mayora dan minora :
labia mayora dan minora tertutup uterus yang menonjol keluar
- Kebersihan vagina :
Keadaan vagina lembab dikarenakan perdarahan yang terus
menerus keluar
- Perineum :
- Jika terdapat jahitan perineum :
(REEDA)
- Lochea / cairan yang keluar :
Cairan yang keluar berupa darah dan lender berwarna merah
dan berbau khas
- Pemakaian pembalut :
Klien mengenakan pampers ukuran dewasa yang diganti setiap
hari
- Perdarahan 3 bulan terakhir :
g. Ekstrimitas
Varises : Tidak ada varices
Edema : Tidak ada oedema
Reflek patella : Positif kanan dan kiri
h. Anus
Kebersihan : lembab tampak bercak darah
Pembesaran Hemoroid : Tidak ada
7. Pemeriksaan diagnostic
a. Pemeriksaan Laboratorium lengkap
Parameter Hasil Nilai Satuan Metode
rujukan
Hemoglobin 5.5 11,7 – 15,5 g/dL Colorimetric
Leukosit 13.700 3.600 - 11. /Ul Flow
000 Cytometry by
Laser
Eritrosit 2,6 3,8 – 5,2 Juta/uL Electrical
impedance
Hematocrit 22 35 – 47 % Perhitungan
dari MCV
Trombosit 444.000 150.000 – /uL Electrical
440.000 impedance
MCV 84 80- 100 fL Perhitungan
MCH 28 26 – 34 Pg Perhitungan
MCHC 33 32 – 36 g/dL Perhitungan
Basofil 0 0–1 % Flow
Cytometry by
Laser
Eosinofil 0 2–4 % Flow
Cytometry by
Laser
Batang 0 3–5 % Flow
Cytometry by
Laser
Segmen 74 50 – 70 % Flow
Cytometry by
Laser
Limfosit 16 24 – 40 % Flow
Cytometry by
Laser
Monosit 10 2–8 % Flow
Cytometry by
Laser
c. Pemeriksaan patologi
d. Pemeriksaan USG (abdomen, transvaginal / VT dsb)
8. Pengobatan / terapi
- O2 nasal canul 3 liter
- Asam tranexamat 500mg/ 8 jam melalui intravena
- Metronidazole 500mg/ 8 jam melalui intravena
- Ceftriaxone 1gr/12 jam melalui intravena
- Infus NaCl 20 tpm
- B complex 500 mg /12 jam melalui oral
9. Data focus
Data subjektif :
- Klien mengatakan dirinya pasrah atas kondisinya saat ini
- Klien mengatakan karena sakit yang dialaminya, klien merasa
gagal dan sedih karena tidak bisa menyekolahkan anaknya ke
jenjang selanjutnya
- Klien mengatakan sangat malu atas penyakit yang dialaminya
saat ini
- Klien mengatakan hanya mau berinteraksi dengan orang orang
yang memang peduli terhadap kondisinya
- Klien mengatakan selama 3 bulan terakhir selama dirinya sakit,
dirinya tidak pernah bergaul dengan tetangga
- Klien mengatakan bahwa dirinya dijauhi oleh para tetangga
karena takut tertular oleh penyakitnya
- Klien mengatakan daging dari kemaluannya yang keluar ± 2
minggu yang lalu
- Klien dan keluarga mengatakan bahwa mereka tidak tau
kondisi serta penyakit apa yang dialami oleh klien
- Klien mengatakan bahwa mereka tinggal di pedesaan yang jauh
dari akses pelayanan kesehatan
- Klien mengatakan bahwa dirinya kesulitan dan jarang mencari
tahu mengenai penyakit yang dialaminya
- Klien mengatakan pada saat sebelum terjadi sesuatu yang
keluar dari vaginanya serta cairan bening berwarna, klien
mengalami haid yang terus menerus ± selama 2 bulan
- Klien mengatakan pada saat keluar sesuatu dari dalam
vaginanya, klien mengeluarkan darah yang cukup banyak
Data objektif :
- Klien tampak tidak bersemangat
- Raut muka murung dan sedih
- Tampak menarik diri dan tidak terbuka saat dikunjungi oleh
oleh orang yang terlalu ramai
- Keadaan umum lemah
- HB : 5.5 g/gL
- Konjungtiva anemis
- Tekanan Darah 90/70 mmHg
- RR : 20x/menit
- Suhu : 38.8 C
- O2 terpasang 3 liter
- Turgor kulit kering
- Warna kuliat pucat
- Mukosa bibir kering dan pucat
- Akral dingin
- Tampak kondisi uterus berwarna merah kehitaman dengan
permukaan yang rusak/lesi
- Keadaan uterus berbau khas dan menyengat
- Perdarahan pada uterus
- Diameter uterus ±25cm
- Leukosit : 13.700 /uL
Data objektif :
-
C. RENCANA KEPERAWATAN
No Tanggal Dx. Kep Tujuan Intervensi
1 Rabu, 27 Perfusi setelah dilakukan 1. Periksa sirkulasi
perifer
novembe jaringan tidak tindakan keperawatan
2. Identifikasi
r 2019 efektif b.d selama 1x 24 faktor resiko
gangguan
menurunya diharapkan perfusi
sirkulasi
jumlah jaringan efekttif 3. Monitor panas,
kemerahan,
hemoglobin dengan kriteria hasil :
nyeri, atau
- Sianosis (-) bengkak pada
ekstermitas
- Akral hangat
4. Kolaborasi
- CRT <3 detik pemberian terapi
oksigen
5. Kolaborasi
dokter untuk
pemberian
transfusi
Hari ke 1
A:
- Gangguan perfusi
jaringan perifer
tidak efektif
P:
- Pantau TTV
- Observasi
keadaan umum
- Rencana
pemberian
tranfusi darah
PRC 1 kolf
2 Hipertermi Rabu, 27 1. Mengidentifikasi S:
b.d proses November penyebab hipertermi - Klien
infeksi 2019 2. Memonitor suhu mengatakan
pukul tubuh sudah 3x BAK
11.45 wib 3. Memonitor haluaran tetapi hanya
urine sedikit
4. Memonitor O:
komplikasi akibat - Suhu 38.8 C
hipertemi - Nadi 88x/menit
5. Memberikan cairan - Teraba hangat
oral - Leukosit
6. Berkolaborasi - 13.700/uL
pemberian cairan - O2 terpasang 3
dan elektrolit liter
intravena - Infus Nacl 20
tpm
- Suhu
Pukul 12.30 :
38.0 C
Pukul 13.30 :
38.0 C
- Pemberian terapi
paracetamol flas
500 mg terpasang
- Pampers belum
penuh dan masih
kering
A:
- Hipertermi
P:
- Anjurkan Intake
Cairan Adekuat
- Pantau suhu
- Pertahankan
tehnik aseptic
3 Harga diri Rabu, 27 1. Memonitor S:
rendah november verbalisasi yang - Klien
situasional 2019 merendahkan diri mengatakan
pukul sendiri senang bisa
b.d
12.30 wib 2. Memotivasi terlibat bercerita dan
ketidakmam dalam verbalisasi merasa sangat
puan positif untuk diri senang dan lega
menghadapi sendiri - Klien
situasi 3. Mendiskusikan mengatakan
kepercayaan harapannya
terhadap penilaian kedepan jika
diri sembuh ingin
4. Mendiskusikan menyekolahkan
pengalaman yang anaknya dan
meningkatkan harga mengurus
diri anaknya dengan
baik
5. Mendiskusikan - Klien
persepsi negatif diri mengatakan
adanya oranglain
untuk bercerita
merupakan angin
segar bagi dirinya
- Klien
mengatakan
sangat ingin
sembuh dan
kembali
beraktivitas
O:
- Klien tampak
menangis
- Kontak mata
positif
- Klien semakin
kooperatif
terhadap
pembicaraan
A:
- Masalah belum
terasi
P:
- Identifikasi harga
diri klien
- Indentifikasi
koping klien
- Motivasi klien
setiap saat
- Berikan
dukungan dan
afirmasi positif
Hari ke 2
A:
- Gangguan perfusi
jaringan perifer
tidak efektif
P:
- Pantau TTV
- Observasi
keadaan umum
- Rencana
pemberian
tranfusi darah
PRC kolf ke 2
A:
harga diri klien
meningkat
P:
- Identifikasi harga
diri klien
- Indentifikasi
koping klien
- Motivasi klien
setiap saat
- Berikan afirmasi
positif
Hari ke 3
A:
- Gangguan perfusi
jaringan perifer
tidak efektif
P:
- Pantau TTV
- Observasi
keadaan umum
- Rencana
pemberian
tranfusi darah
PRC 1 kolf ke 3
sampai HB 10
g/dL
2 Hipertermi Rabu, 27 1. Mengidentifikasi S:
b.d proses November penyebab hipertermi - Klien
infeksi 2019 2. Memonitor suhu mengatakan
pukul tubuh sudah 3x BAK
11.45 wib 3. Memonitor haluaran tetapi hanya
urine sedikit
4. Memonitor O:
komplikasi akibat - Suhu 38.8 C
hipertemi - Nadi 88x/menit
5. Memberikan cairan - Teraba hangat
oral - Leukosit
6. Berkolaborasi 13.700/uL
pemberian cairan - Infus Nacl 20
dan elektrolit tpm
intravena - Suhu
Pukul 12.30 :
38.0 C
Pukul 13.30 :
38.0 C
- Pemberian terapi
paracetamol flas
500 mg terpasang
- Pampers belum
penuh dan masih
kering
A:
- Hipertermi
P:
- Anjurkan Intake
Cairan Adekuat
- Pantau suhu
- Pertahankan
tehnik aseptic
3 Harga diri Rabu, 27 1. Memonitor S:
rendah november verbalisasi yang - Klien
situasional 2019 merendahkan diri mengatakan
pukul sendiri senang bisa
b.d
12.30 wib 2. Memotivasi terlibat bercerita dan
ketidakmam dalam verbalisasi merasa sangat
puan positif untuk diri senang dan lega
menghadapi sendiri - Klien
situasi mengatakan
3. Mendiskusikan harapannya
kepercayaan kedepan jika
terhadap penilaian sembuh ingin
diri menyekolahkan
4. Mendiskusikan anaknya dan
pengalaman yang mengurus
meningkatkan harga anaknya dengan
diri baik
5. Mendiskusikan - Klien
persepsi negatif diri mengatakan
adanya oranglain
untuk bercerita
merupakan angin
segar bagi dirinya
- Klien
mengatakan
sangat ingin
sembuh dan
kembali
beraktivitas
O:
- Klien tampak
menangis
- Kontak mata
positif
- Klien semakin
kooperatif
terhadap
pembicaraan
A:
- Masalah belum
terasi
P:
- Identifikasi harga
diri klien
- Indentifikasi
koping klien
- Motivasi klien
setiap saat
- Berikan
dukungan dan
afirmasi positif
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis masalah dan penatalaksaan
Pada pembahasan dalam kasus ini, penulis menguraikan tentang proses
asuhan keperawatan pada Ny.L dengan prolapse uteri. Dalam hal ini
penulis menguraikan kesenjangan antara teori, jurnal maupun kasus yang
kelompok temukan langsung dilapangan.
1. Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data yang telah dikumpulkan untuk
mengevaluasi kesadaran pasien. Data subjekstif adalah data yang
didapatkan dari klien, keluarga maupun orang terdekat terhadap suatu
situasi dan pengkajian (nursalam, 2008). Keluhan utama Ny.L yaitu
pasien merasa ada yang ingin keluar dari vaginanya setelah dia
melakukan rendam vaginanya menggunakan air daun sirih setelah
sebelumnya mengalami tanda dan gejala seperti darah yang keluarg
terus menerus serta keluarnya cairan berwarna putih bening yang
cukup banyak. Ny. L mengatakan keadaan tersebut menyebabkan
perdarahan yang cukup banyak sehingga Ny. L. Ny. L juga
mengatakan bahwa dirinya tidak mengalami perasaan nyeri pada saat
BAK, klien mengatakan hanya merasakan nyeri pada bagian bawah
perut yang terkadang tiba tiba timbul.
2. Interpretasi data
Pada tahap ini, data yang telah dikumpulkan selanjutnya
interpretasikan sehingga dapat dirumuskan diagnosa atau masalah
keperawatan terkait dengan kondisi yang dialami pada Ny.L. Diagnosa
keperawatan yang ditemukan pada Ny.L yaitu perubahan perfusi
jaringan prefer b.d perdarahan, hipertermi b.d proses infeksi, harga diri
rendah b.d menghadapi situasi, serta deficit pengetahuan b.d kurang
terpapar informasi. Masalah pada Ny.L ditegakkan berdasarkan dengan
hasil wawancara serta hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap
klien serta dengan menggunakan literature penegakan diagnose
keperawatan yaitu SDKI serta NANDA NIC NOC.
3. Diagnosa/masalah
Pada tahap ini masalah actual yang dapat di identifikasi yaitu
perubahan perfusi jaringan serebral b.d perdarahan. Menurut
(Chapman, 2006) diagnose actual maupun potensial yang sering
muncul pada kasus prolapse uteri yaitu perdarahan. Dalam hal ini,
kelompok tidak menemukan kesejangan yang terjadi antara teori serta
kasus yang kelompok temukan dilapangan.
4. Penatalaksanaan
Tahap penanganan atau antisipasi perlu segera dilakukanyang
bertujuan untuk mengantisipasi komplikasi dari diagnose actual yang
muncul yaitu perubahan perfusi jaringan perifer sehingga
kemungkinan timbulnya komplikasi lain dapat dihindari. Pada kasus
ini antisipasi yang diberikan terhadap Ny.L yaitu dilakukannya
pemberian therapy O2 sebanyak 3 liter/menit agar tidak terjadi syok
seta mempertahankan saturasi O2 di dalam otak, serta dilakukan
pemasangan infus NaCl sebanyak 20 tpm sebagai hidrasi untuk
mempertahankan keseimbangan cairan pada Ny.L.Selain itu therapy
oral maupun intravena juga diberikan sesuai dengan advise dokter
yaitu cefradroxil 500mg/12 jam, asam tranexamat 8/jam B
complex500mg/12 jam. selain itu menganjurkan pasien untuk tirah
baring serta mengobservasi adanya perdarahan lebih lanjut.
Pada kasus prolapse uteri yang dalami oleh Ny.L yaitu dilakukann
operasi atau tindakan pembedahan yaitu histerektomi prosedur
media yang dilakukan untu pengangkatan rahmis salah satunya
yang diakibat oleh prolapse uteri. Menurut (wibisono & hermawan,
2018) tindakan prosedur pembedahan pada kasus prolapse uteri
memilki dampak yang panjang dan lebih baik untuk
menyelamatkan wanita dengan kasus prolapse uteri serta
memungkinkan untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
BAB IV
A. Kesimpulan
Prolapsus uteri, sistokel, urethrokel, enterokel, rektokel dan kolpokel pasca
histerektomia merupakanbagian dari bentuk-bentuk Prolapsus Vagina.
Sedangkan Prolapsus uteri itu sendiri terjadi karena kelemahan ligamen
endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara
dimana terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada
enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan
kurang ketegangannya. Faktor penyabab lain yang sering adalah melahirkan
dan menopause. Persalinan lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan
lengkap, laserasi dinding vagina bawah pada kala II, penatlaksanaan
pengeluaran plasenta , reparasi otot-otot dasar panggul menjadi atrofi dan
melemah.
Pada kasus prolapse uteri yang dialami oleh Ny.L yaitu merupakan
prolapse uteri complete dan telah terjadi infeksi sehingga tindakan akhir yang
dilakukan adalah tindakan bedah dengan histerektomi.
B. Saran
Perlunya pencegah terhadap kemungkinan terjadinya prolaps uteri dengancara
mengosongkan kandung kemih pada kala pengeluaran, penjahitan perineum
yang lege artis, bila perlu lakukan episiotomi, memimpin persalinan dengan
baik, hindari paksaan dalam pengeluaran plasenta (parasat crede).
Penanganan prolapsus uteri sebaiknya dilakukan dengan menilai keadaan dari
keadaan umum pasien, umur, masih bersuami atau tidak, tingkat prolaps
sehingga didapatkan terapi yang paling ideal untuk setiap pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Gyhagen M, Bullarbo M, Nielsen TF, Milsom I. 2012. Prevalence and risk faktor
for pelvic organ prolapse 20 year after childbirth: BJOG: 120(2): 152-160.
Faluvianti, I.S (2016) Perbedaan Fungsi Seksual Pasien Prolaps Uteri. Surabaya
Universitas Erlangga..