Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN PROLAPSUS UTERI DI RUANG POLI

KANDUNGAN RSUD KABUPATEN SIDOARJO

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu

Praktek Profesi Ners Departemen Maternitas

Di Susun Oleh

Paskalia Olinda

2007.14901.312

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

STIKES WIDYAGAMA HUSADA

MALANG

2020
A. DEFINISI
Prolaps uteri adalah keadaaan yang terjadi ketika ligamen kardinal
yang mendukung rahim dan vagina tidak kembali normal setelah
melahirkan ( Bobak LM; 2002; 1270)
Prolapsus uteri adalah keadaan dimana turunnya uterus melalui
hiatus genitalis yang disebabkan kelemahan ligamen-ligamen
(penggantung), fasia (sarung) dan otot dasar panggul yang menyokong
uterus. Prolaps uteri merupakan turun atau keluarnya sebagian atau
seluruh uterus dari tempat asalnya melalui vagina sampai mencapai atau
melewati introitus vagina ( Andra 2019).
Prolaps uteri terjadi karena kelemahan ligamen endopelvik
terutama ligamentum tranversal dapat dilihat pada nullipara dimana
terjadi elangosiokoli disertai prolapsus uteri tanpa sistokel tetapi ada
enterokel. Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik pertumbuhannya dan
kurang ketegangannya.

B. ETIOLOGI

Prolaps uteri sering disebabkan kehamilan dan kelahiran.


Semakin sering Anda hamil, semakin rentan Anda. Janin besar,
persalinan yang lama, dan menggunakan kekuatan berlebihan saat
melahirkan akan meningkatkan risiko.

1. Dasar panggul yang lemah, karena kerusakan dasar panggul pada persalinan
yangterlampau sering dengan penyulit seperti ruptura perineum atau
karena usia lanjut. 
2. Tarikan pada janin pada pembukaan yang belum lengkap.c.
3. Ekspresi yang berlebihan pada saat mengeluarkan plasenta.d.
4. Asites, tumor-tumor di daerah pelvis, batuk yang kronis dan pengejan
(obslipasi ataustriktura pada traktus urinarius).
5. Relinakulum uteri yang lemah (asteni atau kelainan congenital berupa
kelemahan jaringan penyokong uterus yang sering pada nullipara.
6. Lanjut usia dan menopauseg
7. Riwayat persalinan tinggI
C. TANDA DAN GEJALA

Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual.


Kadangkala penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat
tidak mempunyai keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan
prolaps ringan mempunyai banyak keluhan Hanifa, W. (2017)
Keluhan-keluhan yang hampir selalu dijumpai:
a.    Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol di
genetalia eksterna.
b.     Rasa sakit di pinggul dan pinggang (Backache). Biasanya jika
penderita berbaring, keluhan menghilang atau menjadi kurang.
c.       Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
1) Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula –mula pada siang hari,
kemudian lebih berat juga pada malam hari
2) Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
seluruhnya.
3) Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika
batuk,mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada
sistokel yang besar sekali.
d.      Retokel dapat menjadi gangguan pada defekasi:
1)      Obstipasi karena feces berkumpul dalam rongga retrokel.
2)      Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada retrokel dan
vagina.
e.       Prolapsus uteri dapat menyebabkan gejala sebagai berikut:
1) Pengeluaran serviks uteri dari vulva menggangu penderita waktu
berjalan dan bekerja. Gesekan portio uteri oleh celana menimbulkan
lecet sampai luka dan dekubitus pada portio uteri.
2) Lekores karena kongesti pembuluh darah di daerah serviks dan
karena infeksi serta luka pada portio uteri.
f.       Enterokel dapat menyebabkan perasaan berat di rongga panggul dan
rasa penuh di vagina.
D. PATOFISIOLOGI
Prolapsus uteri terdapat dalam berbagai tingkat, dari yang paling
ringan sampai prolapsus uteri totalis. Terutama akibat persalinan,
khususnya persalinan pervagina yang susah dan terdapatnya kelemahan-
kelemahan ligament yang tergolong dalam fasia endopelviks dan otot-otot
serta fasia-fasia dasar panggul. Juga dalam keadaan tekanan intra
abdominal yang meningkat dan kronik akan memudahkan penurunan
uterus, terutama apabila tonus otot-otot mengurang seperti pada
penderita dalam menopause.

Serviks uteri terletak diluar vagina, akan tergeser oleh pakaian


wanita dan lambat laun menimbulkan ulkus yang dinamakan ulkus
dekubitus. Jika fasia di bagian depan dinding vagina kendor biasanya
trauma obstetric, ia akan terdorong oleh kandung kencing sehingga
menyebabkan penonjolan dinding depan vagina kebelakang yang
dinamakan sistokel. Sistokel yang pada mulanya hanya ringan saja, dapat
menjadi besar karena persalinan berikutnya yang kurang lancar, atau
yang diselesaikan dalam penurunan dan menyebabkan urethrokel.
Urethrokel harus dibedakan dari divertikulum urethra. Pada divertikulum
keadaan urethra dan kandung kencing normal hanya dibelakang urethra
ada lubang yang membuat kantong antara urethra dan
vagina.kekendoran fasia dibagian belakang dinding vagina oleh trauma
obstetric atau sebab-sebab lain dapat menyebabkan turunnya rectum
kedepan dan menyebabkan dinding belakang vagina menonjol kelumen
vagina yang dinamakan retrokel. Enterokel adalah hernia dari kavum
Douglasi. Dinding vagina bagian belakang turun dan menonjol ke depan.
Kantong hernia ini dapat berisi usus atau omentum
Winkjosastro,Hani(2015)

Patofisiologi Prolapsus Uteri


- Partus berulang
- Partus dengan penyulit
- Meneran sebelum pembukaan lengkap
- Laserasi dinding vagina bawah Peningkatan tekanan intra abdomen
- Pengeluaran plasenta secara paksa
- Nulipara dengan kelainan bawaan
- Asites, tumor di area pelvis
- Menopause Hormon estrogen berkurang

Kelemahan ligament endopelvic dan otot-otot dasar panggul

Dinding anterior vagina Dinding superior posterior vagina Facia dinding posterior vagina Prolaps uteri
menurun menurun menurun

Vesika urinaria penuh


Enterokel Rektokel

Penonjolan dinding anterior


Obstipasi Gangguan pola
vagina keposterior Inkarserata
Nyeri Akut eliminasi BAB
usus halus
Hemoroid
Persalinan selanjutnya
sistokel - BAK sedikit dan sering
kurang lancar
- Stress inkontinen Gangguan eliminasi urine
- Perasaan kandung kemih tidak
kosong Gangguan keseimbangan
Urethrokel
cairan

Grade II
Grade I Grade III

Cervik uteri keluar dari


Seluruh uterus keluar
Cervik uteri turun sampai introitus vagina
dari vagina/prosidensia
introitus vagina

Terjadi gesekan fisik (celana


Hipertropi dan Elongatio koli dengan uteri dan kursi)
Keratinisasi Infertility

Dekubitus Histerektomi

Kerusakan integritas kulit Nyeri Akut Ansietas


Resiko infeksi
E. EMERIKSAAN PENUNJANG
a. Penderita pada posisi jongkok diminta untuk mengejan dan ditemukan dengan
pemeriksaan jari, apakah portio pada normal atau portio sampai introitus vagina atau
apakah serviks uteri sudah keluar dari vagina.
b. Penderita berbaring pada posisi litotomi, ditentukan pula panjangnya serviks uteri.
Serviks uteri yang lebih panjang dari biasanya dinamakan Elongasio kolli.
c. Pada sistokel dijumpai di dinding vagina depan benjolan kistik lembek dan tidak nyeri
tekan. Benjolan ini bertambah besar jika penderita mengejan. Jika dimasukkan
kedalam kandung kencing kateter logam, kateter itu diarahkan kedalam sitokel,
dapat diraba kateter tersebut dekat sekali pada dinding vagina. Uretrokel letaknya
lebih kebawah dari sistokel.
Menegakkan diagnosis retrokel dapat dilihat dari menonjolnya rectum kelumen
vagina 1/3 bagian bawah. Penonjolan ini berbentuk lonjong, memanjang dari
proksimal kedistal, kistik dan tidak nyeri.
Untuk memastikan diagnosis, jari dimasukkan kedalam rectum, dan selanjutnya
dapat diraba dinding retrokel yang menonjol kelumen vagina. Enterokel menonjol
kelumen vagina lebih keatas dari retrokel. Pada pemeriksaan rectal, dinding rectum
lurus, ada benjolan ke vagina terdapat di atas rectum.

F. PENATALAKSANAAN

Faktor-faktor yang harus diperhatikan: keadaan umum pasien, umur, masih


bersuami atau tidak, tingkat prolapsus, beratnya keluhan, keinginan memiliki anak lagi
dan ingin mempertahankan haid.
Penanganan dibagi atas :
a.       Pencegahan
Faktor-faktor yang mempermudah prolapsus uteri dan dengan anjuran:
1) Istirahat yang cukup, hindari kerja yang berat dan melelahkan gizi cukup
2) Pimpin yang benar waktu persalinan, seperti : Tidak mengedan sebelum waktunya,
Kala II jangan terlalu lama, Kandung kemih kosongkan, episiotomi agar dijahit
dengan baik, Episiotomi jika ada indikasi, Bantu kala II dengan FE atau VE

b.      Pengobatan
1)    Pengobatan Tanpa Operasi
Caranya : Latihan otot dasar panggul, Stimulasi otot dasar panggul dengan alat
listrik, Pemasangan pesarium, Hanya bersifat paliatif, Pesarium dari cincin plastik.
Prinsipnya : alat ini mengadakan tekanan pada dinding atas vagina sehingga uterus
tak dapat turun melewati vagina bagian bawah. Biasanya dipakai pada keadaan:
Prolapsus uteri dengan kehamilan, Prolapsus uteri dalam masa nifas, Prolapsus
uteri dengan dekubitus/ulkus, Prolapsus uteri yang tak mungkin dioperasi: keadaan
umum yang jelek
2)      Pengobatan dengan Operasi
Prolapsus uteri biasanya disertai dengan prolapsus vagina. Maka, jika dilakukan
pembedahan untuk prolapsus uteri, prolapsus vagina perlu ditangani juga. ada
kemungkinan terjadi prolapsus vagina yang membutuhkan pembedahan,padahal
tidak ada prolapsus uteri,atau prolapsus uteri yang tidak ada belum perlu
dioperasi.Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus vagina adalah adanya
keluhan.
Indikasi untuk melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa
factor,seperi umur penderita,keinginanya untuk mendapat anak atau untuk
mempertahankan uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan. Beberapa
pembedahan yang dilakukan antara lain:
a)      Operasi Manchester/Manchester-Fothergill
b)      Histeraktomi vaginal
c)      Kolpoklelsis (operasi Neugebauer-La fort)
d)     Operasi-operasi lainnya :Ventrofiksasi/hlsteropeksi, Interposisi

G. KONSEP ASKEP
1.Pengkajian
1. Data Subyektif
a. Biodata
Prolapsus uteri lebih sering ditemukan pada wanita yang telah melahirkan,
wanita tua dan wanita yang bekerja berat.
b. Keluhan utama
Gejala dan tanda-tanda sangat berbeda dan bersifat individual. Kadangkala
penderita yang satu dengan prolaps uteri yang cukup berat tidak mempunyai
keluhan apapun, sebaliknya penderita lain dengan prolaps ringan mempunyai
banyak keluhan. Keluhan-keluhan yang hampir sering dijumpai.
1) Perasaan adanya suatu benda yang mengganjal atau menonjol
2) Rasa sakit di pinggul dan pinggang, biasanya jika penderita berbaring,
keluhan menghilang dan menjadi kurang
c.  Riwayat kebidanan
1). Haid
Awal menstruasi (menarche) pada usia 11 tahun atau lebih muda. Siklus
haid tidak teratur, nyeri haid luar biasa, nyeri panggul setelah haid atau
senggama (Wiknjosastro, 2010:346).
2). Riwayat kehamilan
Faktor resiko yang menyebabkan prolaps uteri jumlah kelahiran spontan
yang banyak, berat badan berlebih, riwayat operasi pada area tersebut,
batuk dalam jangka waktu lama saat hamil.
3). Riwayat persalinan
Partus yang berulang kali dan terjadi terlampau sering, partus dengan
penyulit merupakan penyebab prolapsus genitalis dan memperburuk prolaps
yang sudah ada. Faktor-faktor lain adalah tarikan janin pada pembukaan
belum lengkap. Bila prolapsus uteri dijumpai pada nulipara, faktor
penyebabnya adalah kelainan bawaan berupa kelemahan jaringan
penunjang uterus (Wiknjosastro, 2007).
Faktor penyebab lain yang sering adalah melahirkan dan menopouse.
Persalinan yang lama dan sulit, meneran sebelum pembukaan lengkap,
laserasi dinding vagina bawah pad kala II, penatalaksanaan pengeluaran
plasenta, reparasi otot-otot dasar panggul yang tidak baik. Pada
menopouse, hormon estrogen telah berkurang sehingga otot-otot dasar
panggul menjadi atrofi dan melemah (Wiknjosastro, 2007).
d.  Pola kebiasaan sehari-hari
1)   Eliminasi
Sistokel dapat menyebabkan gejala-gejala:
- Miksi sering dan sedikit-sedikit. Mula-mula pada siang hari,
kemudian lebih berat pada malam hari
- Perasaan seperti kandung kencing tidak dapat dikosongkan
seluruhnya
- Stress incontinence yaitu tidak dapat menahan kencing jika batuk
dan mengejan. Kadang-kadang dapat terjadi retensio urine pada
sistokel yang besar sekali
Rektokel dapat menjadi gangguan pada defekasi
- Obstipasi karena feses berkumpul dalam rongga rektokel
- Baru dapat defekasi setelah diadakan tekanan pada rektokel
vagina
3) Aktivitas dan istirahat
Pengeluaran serviks uteri dari vulva mengganggu penderita saat berjalan
dan beraktivitas. Gesekan portio uteri oleh celana dapat menimbulkan lecet
hingga dekubitus pada porsio.
2. Data Obyektif
a. Keadaan umum lemahb.
b. Tanda-tanda vital
c.   Pemeriksaan fisik
1)  Muka
Tampak pucat pertanda adanya anemia, keluar keringat dingin bila terjadi
syok.Bila perdarahan konjungtiva tampak anemis. Pada klien yang disertai
rasa nyeri klien tampak meringis. (Manuaba, 1998: 410).
2). Mulut
Mukosa bibir dan mulut tampak pucat, bau kelon pada mulut jika terjadi
shock hipovolemik hebat.
3). Dada dan payudara
Gerakan nafas cepat karena adanya usaha untuk memenuhi kebutuhan O2
akibat kadar O2 dalam darah yang tinggi, keadaan jantung tidak abnormal.
4) Abdomen
Adanya benjolan pada perut bagian bawah. Teraba adanya massa pada
perut bagian bawah konsisten keras/kenyal, tidak teratur, gerakan, tidak
sakit, tetapi kadang-kadang ditemui nyeri. Pada pemeriksaan bimanual
akan teraba benjolan pada perut, bagian bawah, terletak di garis tengah
maupun agak kesamping dan sering kali teraba benjolan-benjolan dan
kadang-kadang terasa sakit. Pada pemeriksaan Sondage didapatkan
cavum uteri besar dan rata.
5) Genetalia
Pada kasus ringan, bagian uterus turun ke puncak vagina dan pada kasus
yang sangat berat dapat terjadi protrusi melalui orifisium vagina dan
berada di luar vagina.
6) Anus
Akan timbul haemoroid, luka dan varices pecah karena keadaan obstipasi
akibat penekanan mioma pada rectum.
7) Ekstremitas
Oedem pada tungkai bawah oleh karena adanya tekanan pada vena cava
inferior.
2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Sebelum Operasi
1) Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
2)  Resiko tinggi infeksi y.b.d luka akibat pergeseran massa uterus
3) Resiko dekubitus y.b.d pergeseran massa uterus
4) Kurangnya pengetahuan y.b.d keterbatasan kognitif dan kurangnya keinginan
mencari sumber informasi
5) Gangguan eliminasi uri y.b.d adanya desakan uterus
6) Gangguan eliminasi alvi y.b.d adanya desakan uterus
3.      Intervensi dan Implementasi
1)      Nyeri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra abdominal
Tujuan: Nyeri hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam.
Hasil yang diharapkan :
a) Nyeri berkurang sampai hilang secara bertahap.
b) Pasien dapat beradaptasi dengan nyerinya
c) Pasien dan keluarga dapat melakukan tekhnik distraksi-relaksasi
Rencana tindakan :
a)      Observasi tanda-tanda vital
b)      Observasi keluhan nyeri, lokasi, jenis dan intensitas nyeri
c)      Jelaskan penyebab rasa sakit, cara menguranginya.
d)     Beri posisi senyaman mungkin untuk pasien.
e)      Ajarkan tehnik-tehnik relaksasi/ nafas dalam.
f)       Beri obat-obat analgetik sesuai pesanan dokter.
g)      Ciptakan lingkungan yang tenang.
2)      Resiko tinggi infeksi y.b.d luka akibat pergeseran massa uterus
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan infeksi
tidak terjadi
Hasil yang diharapkan :
a) Tidak terdapat tanda-tanda infeksi ( kalor, rubor, tumor, dolor, fungsiolesa)
b) Luka tampak bersih
Rencana tindakan :
a) Kaji TTV, perhatikan peningkatan suhu.
b) Kaji tanda-tanda infeksi (tumor kalor rubor, dolor, fungsileisa).
c) Lakukan tehnik perawatan luka secara steril 1x/hari
d) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan luka.
e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian antibiotic.
f) Lakukan Health Education kepada keluarga tentang pentingnya mencuci tangan
sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien.
3) Resiko dekubitus y.b.d pergeseran massa uterus
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam dekubitus
tidak terjadi
Kriteria Hasil :
Rencana tindakan
a)      Observasi tanda-tanda vital tiap 4 jam.
b)      Timbang berat baclan anak tiap hari.
c)      Pasang infus dan NGT sesuai program dokter.
4) Kurangnya pengetahuan y.b.d keterbatasan kognitif dan kurangnya keinginan mencari
sumber informasi
DAFTAR PUSTAKA

Andra. (2019). www. Menopause.com. Turun Peranakan tak Mengancam Jiwa. diakses
Tanggal 8 November 2014

Hanifa, W. (2017). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Pajario Arsep. (2015). Turunnya Peranakan tak Mengancam Jiwa.


http://www.indomedia.com/sr ipo/2004/01/1101kes1.diakses tanggal 8 November 2014

Winkjosastro, Hanifa. (2015). Ilmu Kandungan. Jakarta: YBP-SP

Anda mungkin juga menyukai