OLEH:
MAHMUDDIN, S. Kep
NIM. 1830913310041
Mengetahui,
Ifa Hafifah, S. Kep., Ns., M. Kep Lukmanul Hakim, S.Kep., Ns., M. Kep
19900819 201803 2 001 NIP. 19760116 199603 1 002
Pemeriksaan penunjang:
Definisi: SUPRAVENTRIKULAR TAKIKARDI 1. EKG
Supraventrikular takikardi (SVT) adalah detak (SVT) 2. Foto dada
jantung yang cepat dan reguler berkisar antara 150- 3. Skan pencitraan miokardia
250 denyut per menit. SVT sering juga disebut Manifestasi klinis: 4. Tes stres latihan
Paroxysmal Supraventrikular Takikardi (PSVT). SVT 1. Dari tanpa gejala sampai berupa sesak nafas, 5. Elektrolit
kebanyakan mempunyai kompleks QRS.normal palpitasi, nyeri dada, kelelahan, berkunang-kunang, 6. AGD
pening, ansietas
2. Tanda yang tampak berupa perubahan gambaran
Etiologi ekg, masing masing tergantung jenis aritmia SVT Klasifikasi
1. Idiopatik, lebih sering pada bayi daripada anak yang terjadi. 1. Takikardi atrium primer (takikardi atrial
3. Perubahan TD ( hipertensi atau hipotensi ); nadi
2. Sindrom Wolf Parkinson White (WPW), Sindrom ektopik)
mungkin tidak teratur; defisit nadi; bunyi jantung
WPW adalah suatu sindrom dengan interval PR irama tak teratur, bunyi ekstra, denyut menurun;
Pada takikardi atrium primer, tampak adanya
yang pendek dan interval QRS yang lebar kulit pucat, sianosis, berkeringat; edema; haluaran gelombang “p” yang agak berbeda dengan
3. Beberapa penyakit jantung bawaan (anomali urin menurun bila curah jantung menurun berat. gelombang p pada waktu irama sinus, tanpa
Ebstein’s, single ventricle, L-TGA) 4. Sinkop, pusing, berdenyut, sakit kepala, disertai pemanjangan interval PR.
4. Takiakrdi atrium sering disebabkan keracunan disorientasi, bingung, letargi, perubahan pupil. 2. Atrioventricular re-entry tachycardia (AVRT)
digitalis 5. Nyeri dada ringan sampai berat, dapat hilang atau Kelainan yang tampak pada EKG adalah
5. efek samping obat-obatan pro aritmia tidak dengan obat anti angina, gelisah. takikardi dengan kompleks QRS yang sempit
6. Flutter atrium dapat terjadi pasca bedah jantung, 6. Napas pendek, batuk, perubahan
dengan gelombang p yang timbul segera setelah
pasca infark miokard, penyakit katup mitral atau kecepatan/kedalaman pernafasan; bunyi nafas
tambahan (krekels, ronki, mengi) mungkin ada kompleks QRS dan terbalik.
tricuspid, atau pada keadaan congenital lainnnya
7. Fibrilasi atrium menunjukkan komplikasi pernafasan seperti pada 3. Atrioventricular nodal reentry tachycardia
gagal jantung kiri (edema paru) atau fenomena (AVNRT)
tromboembolitik pulmonal; hemoptisis. Kelainan pada EKG yang tampak adalah
7. Demam; kemerahan kulit (reaksi obat); inflamasi, takikardi dengan kompleks QRS sempit dengan
Penatalaksanaan: eritema, edema (trombosis siperfisial); kehilangan
1. Manuver vagal gelombang p yang timbul segera setelah
tonus otot/kekuatan
2. Adenosine 8. Asterixis, Kejang, Stupor, Koma kompleks QRS tersebut dan terbalik atau
3. Penghambat kanal kalsium kadang-kadang tidak tampak karena gelombang
4. Penghambat beta p tersebut terbenam di dalam kompleks QRS.
5. Obat-obat antiaritmia
6. Digoxi
7. Kardioversi
Pathway
Supraventrikel takikardi
Rokok, sindrom wolf Parkinson white, pengerasan arteri, gagal jantung, penyakit tiroid, penyakit paru-
paru kronis, pneumonia, perikarditis, merokok, minum terlalu banyak kafein, stress emosional,
kehamian
reentry otomatis
Aliran listrik
antregrad tidak Aliran listrik
memiliki blok retrgrad cepat
searah rangsang
bagian distal
blok searah
PENGKAJIAN
Identitas Klien
Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pekerjaan, suku bangsa,alamat,
tanggal masuk rumah sakit, nomor register, tanggal pengkajian dan diagnosa medis.
1. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan utama
Biasanya klien datang dengan keluhan kejang-kejang dapat disertai dengan penurunan
kesadaran, Diagnosis Keperawatan:
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Biasanya klien dengan ensefalopati terjadi kelemahan/lesu, gangguan mental, ketidakmampuan 1. Nyeri Akut
untuk berkosentrasi, respirasi cheynes-stokes
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan
C. Riwayat Kesehatan Dahulu
Biasanya klien pernah menderita penyakit yang disebabkan oleh virus, infeksi bakteri kelainan 3. Ketidakefektifan Pola Nafas
dalam struktur anatomi listrik dan fungsi kimia, keracunan jaringan otak dan sel-sel (ex : 4. Ketidakefektifan bersihan Jalan Nafas
keracunan alcohol/penyalahgunaan narkoba, keracunan karbon monoksida, obat-obatan, zat 5. INtolerasnsi Aktivitas
beracun)
6. Penurunan Curah Jantung
D. Riwayat Kesehatan Keluarga
Biasanya klien ada kemungkinan cacat lahir (kelainan genetic yang meyebabkan struktur otak
yang abnormal/aktivitas kimia dengan gejala yang di temukan pada saat lahir)
2. Pemeriksaan Fisik
a. Tingkat kesadaran : Adanya penurunan tingkat kesadaran.
b. GCS : Eye respon: … Motorik respon: … Verbal respon: …
c. Kulit : saat diraba kulit terasa agak panas
d. Kepala : terasa kaku pada semua persyarafan yang terkena, kehilangan sensasi (kerusakan pada
saraf kranial).
e. Mata : gangguan pada penglihatan,
f. Telinga : Ketulian atau mungkin hipersensitif terhadap kebisingan.
g. Hidung : adanya gangguan penciuman
h. Mulut dan gigi : membran mukosa kering, lidah terlihat bintik putih dan kotor.
i. Leher: terjadi kaku kuduk dan terasa lemas.
j. Eksremitas atas dan bawah : Tidak ada kekuatan otot dan teraba dingin.
Asuhan Keperawatan Pasien dengan SVT
Analgegesic Administrasion
1. Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
2. Cek instruksi dokter tentang
jenis obat,dosis, dan
frekuensi
3. Cek riwayat alergi
4. Pilih analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi dari analgesik
ketika
pemberian lebih dari satu
5. Tentukan pilihan analgesik
tergantung tipe dan
beratnya nyeri
6. Tentukan analgesik pilihan,
rute pemberian, dan dosis
optimal
7. Pilih rute pemberian secara
IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur
8. Monitor vital sign sebelum
dan sesudah
9. Pemberian analgesik
pertama kali
Terapi oksigen
1. Bersihkan mulut, hidun dan
trachea dengan tepat.
2. Siapkan peralatan oksigen
dan berikan melalui sistem
humidifier.
3. Berikan oksigen tambahan
sesuai advis.
Brunner and Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8 volume
2. Jakarta: EGC
Carpenito, L.J., 2006, Rencana asuhan dan pendokumentasian keperawatan (Edisi 2),
Alih. Bahasa Monica Ester, Jakarta : EGC.
Doengoes, Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk.
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical Guide to
Understanding and Management. USA : Oxford University Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta; MediAction.
Smeltzer, S. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC..