Anda di halaman 1dari 93

1

RINGKASAN
Probiotik merupakan bakteri hidup yang ditambahkan pada bahan pangan
atau sebagai suplemen dengan tujuan untuk memberikan efek yang menguntungkan
bagi orang yang mengkonsumsi dengan cara meningkatkan keseimbangan mikroflora
intestinal. Peranan positif probiotik terhadap kesehatan diantaranya adalah mencegah
dan mengobati penyakit diare, mengatasi konstipasi, menstimulasi sistem imunitas
tubuh, menghasilkan zat anti karsinogen, serta mencegah penyakit jantung dengan
menurunkan kadar serum kolesterol dalam darah (FAO/WHO 2001). Saat ini,
perhatian terhadap penggunaan bakteri asam laktat sebagai agensia probiotik dalam
bidang industri telah mengalami peningkatan. Salah satu bakteri asam laktat yang
umum digunakan sebagai probiotik saluran pencernaan adalah Lactobacillus casei.
Lactobacillus casei merupakan salah satu spesies bakteri asam laktat yang
telah banyak dimanfaatkan sebagai probiotik. Keunggulan dari L. casei sebagai
probiotik diantaranya adalah membantu aktifitas Bifidobacteria dan bakteri berguna
lainnya, menyerap bahan berbahaya dalam sistem pencernaan, mempunyai efek
antagonistik dengan membunuh bakteri patogen, mempunyai efek anti tumor dan
mempunyai efek klinis dalam pengobatan berbagai penyakit (Margawani 1995).
Namun demikian, viabilitas probiotik selama fermentasi, selama penyimpanan dan
dalam sistem pencernaan menghadapi beberapa kendala diantaranya keberadaan pH
yang rendah, H2O2, dan kondisi obligat anaerob. Dalam saluran pencernaan,
viabilitas probiotik dapat mengalami penurunan karena kontak dengan asam lambung
dan asam empedu.
Proses utama produksi probiotik yaitu pada tahap fermentasi pada bioreaktor,
yang menghasilkan substrat, produk dan bimassa. Kemudian biomassa dipanen
menggunakan teknik mikrofiltrasi tangensial. Salah satu metoda untuk melindungi
sel dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan adalah dengan metoda
enkapsulasi dan penambahan prebiotik. Enkapsulasi berbagai kultur bakteri termasuk
probiotik telah menjadi praktek umum untuk meningkatkan masa simpan dan
mengubahnya menjadi bentuk untuk mempermudah penggunaannya setelah dipanen
dengan mikrofiltrasi tangensial. Teknik spray drying mengenkapsulasi kultur dan
mengubahnya menjadi bentuk bubuk terkonsentrasi (Krasaekoopt et al. 2003).
Bubuk kering hasil spray drying yang mengandung sejumlah besar mikroorganisme
hidup merupakan bentuk yang sesuai untuk tujuan penyimpanan dan aplikasi dalam
pengembangan pangan fungsional. Namun kendala utama kultur probiotik yang di
spray drying adalah kehilangan viabilitas yang terjadi selama pengolahan dan
penyimpanan bubuk. Kehilangan viabilitas tersebut dapat diminimalisir dengan
penambahan bahan penyalut sebelum proses spray draying.
Bahan penyalut yang digunakan dalam produksi probiotik ini yaitu
menggunakan susu skim. Tingkat survival kultur selama spray drying dan
penyimpanan tergantung pada beberapa faktor, meliputi spesies, strain kultur,
kondisi pengeringan, inokulum dan medium yang digunakan serta bahan pelindung
(Desmond et al. 2002). Setelah proses spray draying dilakukan mixer dengan
penambahan prebiotik berupa sodium alginat dan FOS. Produk akhir probiotik
bakteri Lactobacillus casei yang diproduksi yaitu dalam bentuk kapsul sebagai
suplemen.
2

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Bakteri probiotik merupakan mikroorganisme non patogen, yang jika


dikonsumsi memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan inangnya.
Berbagai senyawa hasil metabolisme bakteri probiotik seperti asam laktat, H2O2,
bakteriosin bersifat antimikroba dan berbagai enzim seperti laktase dapat membantu
mengatasi intoleransi terhadap laktosa, serta bile salt hydrolase dapat menurunkan
kolesterol. Selain itu, terdapat pula aktivitas antikarsinogenik dan stimulasi sistem
imunitas (Nagao et al., 2000; Schrezenmeir dan de Vrese, 2001). Probiotik juga
memberi keuntungan kepada manusia, khususnya dalam keseimbangan mikroflora
usus (Fuller 1999). Saat ini, perhatian terhadap penggunaan bakteri asam laktat
sebagai agensia probiotik dalam bidang industri telah mengalami peningkatan. Salah
satu bakteri asam laktat yang umum digunakan sebagai probiotik saluran pencernaan
adalah Lactobacillus cassei.
Salminen et al. (1998) menjelaskan pentingnya viabilitas probiotik, yaitu
jumlah mikroba hidup harus cukup untuk memberikan efek positif bagi kesehatan
dan mampu berkolonisasi sehingga dapat mencapai jumlah yang diperlukan selama
waktu tertentu. Menurut FAO/WHO (2001), standar makanan probiotik adalah harus
mengandung paling sedikit 106 – 107 cfu bakteri probiotik hidup per gram produk. Di
Indonesia BPOM (2005) menyatakan, produk pangan probiotik harus mengandung
jumlah sel hidup minimal 107 CFU/g produk. Namun demikian, viabilitas probiotik
selama fermentasi, selama penyimpanan dan dalam sistem pencernaan menghadapi
beberapa kendala diantaranya keberadaan pH yang rendah, H2O2, dan kondisi obligat
anaerob. Dalam saluran pencernaan, viabilitas probiotik dapat mengalami penurunan
karena kontak dengan asam lambung dan asam empedu. Salah satu metoda untuk
melindungi sel dari kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan adalah dengan
metoda enkapsulasi. Enkapsulasi merupakan suatu proses penjeratan sel dalam
membran enkapsulan sehingga dapat mengurangi kerusakan sel atau kematian sel
(Shah 2000). Enkapsulasi berbagai kultur bakteri termasuk probiotik telah menjadi
praktek umum untuk meningkatkan masa simpan dan mengubahnya menjadi bentuk
untuk mempermudah penggunaannya. Teknik spray drying mengenkapsulasi kultur
dan mengubahnya menjadi bentuk bubuk terkonsentrasi (Krasaekoopt et al 2003).
Selain enkapsulasi, penambahan prebiotik juga akan melindungi bakteri probiotik
dan mempertahankan viabilitas sel.
Peranan probitik sangat penting dalam memberikan efek yang menguntungkan
bagi orang yang mengkonsumsi dengan cara meningkatkan keseimbangan mikroflora
intestinal. Hal tersebut yang menjadi latar belakang dirancangnya proses produksi
probiotik bakteri Lactobacillus casei dalam bentuk kapsul sehingga konsumen
mudah untuk mengonsumsi sebagai suplemen.

Tujuan

Tujuan dari pembuatan tugas akhir ini adalah untuk membuat perancangan
pabrik, menganalisis, dan menemukan proses yang paling efektif dan
3

menguntungkan untuk memproduksi probiotik bakteri Lactobacillus cassei dalam


bentuk kapsul sebagai suplemen.

PRODUKSI KAPSUL PROBIOTIK


Kapsul Probiotik

Kultur Probiotik tersedia dalam produk susu fermentasi dan makanan yang
diperkaya probiotik. Disamping itu biasanya juga tersedia dalam bentuk tablet,
kapsul, bubuk dan sachet berisi bakteri dalam bentuk beku kering. Kapsul probiotik
merupakan produk probiotik dalam bentuk kapsul. Dimana kapsul tersebut berisi
bakteri probiotik dengan penambahan prebiotik untuk menjaga viabilitas bakteri
selama dalam kapsul sampai kapsul tersebut masuk kedalam usus manusia. Probiotik
merupakan bakteri hidup yang ditambahkan pada bahan pangan dengan tujuan untuk
memberikan efek yang menguntungkan bagi orang yang mengkonsumsi dengan cara
meningkatkan keseimbangan mikroflora intestinal. Peranan positif probiotik terhadap
kesehatan diantaranya adalah mencegah dan mengobati penyakit diare, mengatasi
konstipasi, menstimulasi sistem imunitas tubuh, menghasilkan zat anti karsinogen,
serta mencegah penyakit jantung dengan menurunkan kadar serum kolesterol dalam
darah (FAO/WHO 2001). Salah satu bakteri asam laktat yang umum digunakan
sebagai probiotik saluran pencernaan adalah Lactobacillus casei. Lactobacillus casei
merupakan salah satu spesies bakteri asam laktat yang telah banyak dimanfaatkan
sebagai probiotik. Keunggulan dari L. casei sebagai probiotik diantaranya adalah
membantu aktifitas Bifidobacteria dan bakteri berguna lainnya, menyerap bahan
berbahaya dalam sistem pencernaan, mempunyai efek antagonistik dengan
membunuh bakteri patogen, mempunyai efek anti tumor dan mempunyai efek klinis
dalam pengobatan berbagai penyakit (Margawani 1995).
Untuk mendapatkan kapsul probiotik tidak mudah, karena harus melalui tahap
panjang dan membutuhkan biaya tidak sedikit. Adapun tahapnya, (1) isolat bacteri
Lactobacillus cassei disegarkan, (2) lactobacillus casei diperbanyak dalam media
tank starter, (3) fermentasi dalam biorektor untuk menghasilkan produk, susbtrat dan
biomassa, (4) pemanenan biomassa, (5) penyalutan dan spray draying, (6) formulasi
penambahan prebiotik dan pengkapsulan.

Bahan Baku

Lactobacillus cassei
Lactobacillus casei adalah bakteri Gram-positif, anaerob, tidak memiliki alat
gerak, tidak menghasilkan spora, berbentuk batang dan menjadi salah satu bakteri
yang berperan penting dalam pencernaan. Lactobacillus adalah bakteri yang bisa
memecah protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan, dan menolong
penyerapan elemen penting dan nutrisi seperti mineral, asam amino, dan vitamin
yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk bertahan hidup. Bakteri ini berukuran 0,7
– 1,1 x 2,0 – 4,0 µm dan merupakan bakteri yang penting dalam pembentukan asam
laktat. Seperti bakteri asam laktat lain, Lactobacillus casei toleran terhadap asam,
tidak bisa mensintesis perfirin, dan melakukan fermentasi dengan asam laktat sebagai
4

metabolit akhir yang utama. Bakteri ini membentuk gerombolan dan merupakan
bagian dari spesies heterofermentatif fakultatif, dimana bakteri ini memproduksi
asam laktat dari gula heksosa dengan jalur Embden-Meyerlhof dan dari pentose
dengan jalur 6-fosfoglukonat, fosfoketolase. Pertumbuhan Lactobacillus casei pada
suhu 15oC, dan membutuhkan riboflavin, asam folat, kalsium pantotenat, dan faktor
pertumbuhan lain. Lactobacillus casei adalah spesies yang mudah beradaptasi, dan
bisa diisolasi dari produk ternak segar dan fermentasi, produk pangan segar dan
fermentasi. Dari segi industrial, Lactobacillus casei mempunyai peran dalam
probiotik manusia, kultur starter pemroduksi asam untuk fermentasi susu, dan kultur
khas untuk intensifikasi dan akselerasi perkembangan rasa dalam varietas keju yang
dibubuhi bakteri. Lactobacillus casei ditemukan dalam susu fermentasi dan memiliki
sifat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Lactobacillus casei dapat mengurangi diare
dan membantu memodifikasi mikroflora dalam tubuh. Lactobacillus casei
menghasilkan DL-asam laktat dan amilase yang melengkapi pertumbuhan
Lactobacillus acidophilus. Sebagian besar Lactobacillus casei strain dapat
memfermentasi galaktosa, glukosa, fruktosa, manosa, manitol, N-asetilglukosamin,
dan tagatose. Kemampuan untuk memfermentasi laktosa kurang umum pada strain
yang diisolasi dari bahan nabati dibandingkan pada yang berasal dari keju dan
saluran pencernaan manusia. Lactobacillus casei adalah penghasil asam laktat,
diperoleh dengan fermentasi glukosa dan pembentukan laktat. Asam laktat
merupakan asam hidroksi yang dapat diproduksi secara kimia dari asetaldehida dan
hidrogen sianida atau dengan fermentasi mikroba. Hal ini digunakan untuk berbagai
proses industri seperti kimia dan produksi biologis asam organik, penggunaan
sebagai penyedap dalam makanan, pembuatan kosmetik, dan produksi plastik
biodegradable. Lactobacillus casei adalah spesies yang mudah beradaptasi, dan bisa
diisolasi dari produk ternak segar dan fermentasi, produk pangan segar dan
fermentasi. Dari segi industrial, Lactobacillus casei mempunyai peran dalam
probiotik manusia, kultur starter pemroduksi asam untuk fermentasi susu, dan kultur
khas untuk intensifikasi dan akselerasi perkembangan rasa dalam varietas keju yang
dibubuhi bakteri (Sunariyanto et al. 2014).

MRS broth
MRSA merupakan media untuk memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi
jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan. MRS agar mengandung polysorbat,
asetat, magnesium, dan mangan yang diketahui untuk beraksi/bertindak sebagai
faktor pertumbuhan bagi Lactobacillus, sebaik nutrien diperkaya MRS agar tidak
sangat selektif, sehingga ada kemungkinan Pediococcus dan jenis Leuconostoc serta
jenis bakteri lain dapat tumbuh (Pelczar 1986). MRS agar mengandung Protein dari
kasein 10 g/L, Ekstrak daging 8,0 g/L, Ekstrak ragi 4,0 g/L, D (+) glukosa 20 g/L,
Magnesium sulfat 0,2 g/L, Agar-agar 14 g/L, dipotassium hidrogen phosphate 2 g/L,
Tween 80 1,0 g/L, Diamonium hidrogen sitrat 2 g/L, Natrium asetat 5 g/L, Mangan
sulfat 0,04 g/L

Susu Skim
Susu skim adalah bagian susu yang tertinggal setelah krim diambil sebagian
atau seluruhnya. Susu skim mengandung semua komponen gizi dari susu yang tidak
dipisahkan, kecuali lemak dan vitamin-vitamin yang larut dalam lemak. Susu skim
mengandung laktosa 5%, protein susu 3,5%, dan mineral antara lain potasium,
5

kalsium, fosfor, klorida dan sodium (Adnan 1984). Penggunaan susu skim dalam
berbagai produk makanan memiliki keuntungan yaitu (1) mudah dicerna dan dapat
dicampur dengan makanan padat atau semi padat, (2) susu skim mengandung nilai
gizi yang tinggi, protein susu mengandung asam amino esensial (3) susu skim dapat
disimpan lebih lama daripada whole milk karena kandungan lemaknya yang sangat
rendah. Walaupun susu skim merupakan sumber protein yang baik, susu skim
memiliki kekurangan yaitu rendahnya energi yang dikandung.

Alginat
Alginat adalah sejenis bahan yang dikandung oleh phaeophyceae, dikenal
dalam dunia industri dan perdagangan karena banyak manfaatnya. Dalam dunia
industri, alginat berbentuk asam alginik (alginic acid) atau alginat. Asam alginik
adalah suatu getah selaput (membrane mucilage), sedangkan alginat adalah
berbentuk garam dari asam alginik. Garam alginat ada yang larut dalam air yaitu
sodium alginat, potassium alginat, dan ammonium alginat, sedangkan yang tidak
larut dalam air adalah kalium alginat.
Alginat banyak digunakan pada industri kosmetik untuk membuat sabun,
cream, lotion, shampo, dan pencelup rambut. Industri farmasi memerlukannya untuk
pembuatan suspense, emulsifier, stabilizer, tablet, salep, kapsul, plester, dan filter.
Dalam industri makanan atau bahan makanan alginat banyak dijadikan sayur, saus,
dan mentega. Dalam beberapa proses industri, alginat juga diperlukan sebagai bahan
additive antara lain pada industri tekstil, kertas, keramik, fotografi, insektisida,
pestisida, pelindung kayu, dan pencegah api. Alginat juga dapat berfungsi sebagai
senyawa peningkat daya suspensi larutan (stabilisator) dengan proses pengentalan
larutan itu sendiri. Di sistem lain, alginat mampu menjaga suspensi karena muatan
negatifnya serta ukuran kalorinya yang memungkinkan membentuk pembungkus
bagi pertikel yang tersuspensi. Sifat viskositasnya yang tinggi mampu mempengaruhi
stabilitas emulsi minyak dalam air. Propyleneglycol alginat memiliki gugus
lipophylik maupun hydrophylik yang terdapat dalam molekul dan merupakan
emulsifier asli dengan sifat pengental yang kuat.

Corn Steep Liquor


Corn Steep Liquor atau biasa dikenal dengan CSL adalah produk turunan dari
proses perendaman fermentasi jagung. Konsentrat kental terlarut jagung yang
mengandung asam amino, vitamin dan mineral, merupakan bagian penting dari
beberapa media pertumbuhan dalam pakan ternak pada khusus nya. CSL juga
sebagai sumber nitrogen organik yang bermanfaat untuk pengolahan produksi pupuk.
Ekstrak jagung terfermentasi (corn steep liquor). Ekstrak jagung terfermentasi
memiliki bobot 50% dari bobot keringnya, dimana kadar proteinnya mencapai 25%.
Produk ini biasanya dikombinasikan dengan corn gluten feed atau dijual terpisal
sebagai protein cair untuk pakan sapi. Ekstrak jagung terfermentasi memiliki kadar
vitamin B dan mineral yang baik. Corn Steep Liquor alternatif murah untuk pepton
untuk berbagai macam metode produksi mikrobiologi, termasuk produksi makan-
batch protein rekombinan dalam E. coli., Budaya kepadatan tinggi S. cerevisiae, dan
produksi fermentasidariacid. 1 laktat CSL dapat digunakan sebagai sumber nitrogen
dalam beberapa kondisi medium kultur dan sel. Hal ini dapat menimbulkan biomasa
yang kaya protein dan miskin di polisakarida asam sehingga sangat baik untuk
komponen (Munarsono 1993).
6

FOS (Frukto Oligosakarida)


Secara komersial FOS dapat diproduksi dengan proses degradasi inulin atau
dengan transfruktosilasi. Berbagai mikroorganisme telah dipelajari dalam aplikasinya
untuk menghasilkan senyawa FOS. Sampai saat ini FOS biasanya disintesis dengan
bantuan enzim dari mikroorganisme tertentu seperti Penicillium expansum,
Kluyveromyces marxianus, Aspergillus oryzae, Aspergillus niger, Rhodotolura sp,
dan lain sebagainya. Enzim spesifik dari mikroorganisme penghasil FOS melalui
reaksi transfruktosilasi tersebut adalah β-fruktofuranosidase (EC.3.2.1.26) dan
fruktosiltransferase (EC.2.4.1.9). FOS (Frukto Oligosakarida) dan GOS (Galakto
Oligosakarida) adalah 2 jenis oligosakarida yang merupakan salah satu jenis
prebiotik yang terdapat di ASI. Oligosakarida sendiri adalah sejenis karbohidrat yang
secara selektif di metabolisme di usus besar sehingga mampu meningkatkan jumlah
bakteri baik secara alami di dalam saluran cerna. Prebiotik FOS (Long-chain Fructo-
Oligosacharida) dan GOS (short-chain Galacto-Oligosacharida) merupakan jenis
karbohidrat yang tidak bisa di cerna dalam tubuh, tetapi di dalam usus FOS dan GOS
akan berfungsi untuk makanan bakteri baik. Bakteri baik ini adalah golongan
Lactobacillus dan Bifidus. Untuk membantu perkembangan golongan bakteri baik
inilah, fungsi FOS dan GOS dalam saluran pencernaan sebagai bahan makanan
bakteri baik, sehingga pertumbuhan bakteri merugikan bisa di tekan. FOS dan GOS
juga mampu mencegah masalah sembelit atau susah buang besar pada anak atau
bayi.

Glukosa
Heterotrof membutuhkan karbon organik untuk pertumbuhannya, dan karbon
organik tersebut harus dalam bentuk yang dapat diasimilasi. Glukosa, dapat
membantu pertumbuhan fermentatif atau respirasi dari banyak organisme. Penting
bahwa substrat pertumbuhan disuplai pada tingkatan yang cocok untuk galur
mikroba yang akan ditumbuhkan. Karbondioksida dibutuhkan pada sejumlah reaksi
biosintesis. Banyak organisme respiratif menghasilkan lebih dari cukup
karbondioksida untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi yang lain membutuhkan
sumber karbondioksida pada medium pertumbuhannya (Jawetz 2001). Glukosa,
dinamakan juga dekstrosa atau gula anggur, terdapat luas di alam dalam jumlah
sedikit, yaitu di dalam sayur, buah, sirup jagung, sari pohon, dan bersamaan dengan
fruktosa dalam madu. Tubuh hanya dapat menggunakan glukosa dalam bentuk D.
Glukosa murni yang ada di pasar biasanya diperoleh dan hasil olahan pati. Glukosa
memegang peranan sangat penting dalam ilmu gizi. Glukosa merupakan hasil akhir
pencernaan pati, sukrosa, makosa, dan laktosa pada hewan dan manusia. Dalam
proses metabolisme, glukosa merupakan bentuk karbohidrat yang beredar di dalam
tubuh dan di dalam sel merupakan sumber energi. Dalam keadaan normal sistem
saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa sebagai sumber energi. Glukosa
dalam bentuk bebas hanya terdapat dalam jumlah terbatas dalam bahan makanan.
Glukosa dapat dimanfaatkan untuk diet tinggi energi. Tingkat kemanisan glukosa
hanya separuh dan sukrosa, sehingga dapat digunakan lebih banyak untuk tingkat
kemanisan yang sama.

Yeast Extract
Yeast Extract merupakan bubuk campuran yang mengandung peptida, asam
amino, purin dan pirimidin serta vitamin B. Yeast extract digunakan sebagai sumber
7

nitrogen organik dan media pertumbuhan untuk analitikal mikrobiologi dan industri
fermentasi. Karakteristik sifat fisio kimianya yaitu larut dalam air 5% dengan pH
6,4-7,4. Total nitrogen dalam larutan yeast extract 5% 10-11% dan alfa amino
nitrogen sebesar 4,8-6,3%. Yeast extract dapat digunakan sebagai substrat bakteri
Lactobacillus casei, E.Coli, Salmonella, Staphylococcus (Organotechnie 2005).

DIAGRAM ALIR PROSES


Alternatif 1 (Pemanenan Sentrifugasi dan Enkapsulasi Freez Drying)
Tabel 1 Proses isolasi Lactobacillus casei alternatif 1
No. PROSES TUJUAN KETERANGAN
Menyegarkan dan Inokulasi dilakukan
1 Inokulasi memperbanyakan dengan media agar selama
L.casei 24 jam
Memperbanyakan Inokulasi dilakukan
2 Inokulasi L.casei untuk dengan MRS broth dengan
suhu 37oC selama 24 jam
Mempernyak dan Fermentasi I dilakukan
menyegarkan L.casei dengan komposisi media
untuk starter fermentasi glukosa 3%, CSL 30 gr/L,
3 Fermentasi I II yeast extract 1.5 gr/L,
(NH4)2HPO4 2gr/L,
MnSO4 0.1 gr/L pada suhu
37oC selama 24 jam
Memperbanyak dan Fermentasi I dilakukan
menyegarkan L.casei dengan komposisi media
untuk proses panen glukosa 3%, CSL 30 gr/L,
yeast extract 1.5 gr/L,
4 Fermentasi II (NH4)2HPO4 2gr/L,
MnSO4 0.1 gr/L pada suhu
37oC dengan pengadukkan
dengan kecepatan 100 rpm
selama 48 jam
Memisahkan Biomassa Pemisahan dilakukan
dengan produk dan dengan gaya sentrifugal
5 Sentrifugasi
subtrat dengan kecepatan putaran
3000 rpm
Mencampurkan dan Pencampuran dengan susu
6 Pencampuran homogenisasi biomassa skim 10% dilakukan
degan bahan penyalut selama 30 menit
Menurunkan kadar air Pengeringan dilakukan
7 Pengeringan pada produk serta dengan inlet 120°C ,outlet
enskapsulasi 65°C
8

No. PROSES TUJUAN KETERANGAN


Mencampurkan dan Pencampuran dilakukan
8 Pencampuran homogenisasi biomassa selama 30 menit
degan bahan prebiotk
Pengemasan dan 1 kapsul berisi 1 gram
9 Pengkapsulan mempermudah untuk campuran biomassa
dikonsumsi.

Metode proses pembuatan probiotik dengan pemanenan sentifugasi menurut


Taneja 2012). Tahapan proses produksi probiotik diawali dengan proses inokulasi
pada MRS A dan MRS B. Inokulum sebesar 3% volume kerja dari tank starter di
lanjutkan ke proses fermentasi I pada tank starter. Hasil fermentasi dari tank starter
kemudian dilanjutkan sebanyak 5% inokulum dari volume kerja bioreaktor.
Persentasi inokulasi dan starter mengacu pada penelitian Sumarno (2012).
Tahapan pada pemanenan pada alternatif 1 menggunakan proses sentrifugasi
dengan rpm 3000 dalam waktu 10 menit (Ivanovska et al. 2012). Modifikasi
pembuatan kapsul probiotik pada alternatif 1 yaitu menggunakan proses enkapsulasi
yaitu metode freeze drying dengan penyalut susu skim 10 %. Menurut Harmayani
(2001) viabilitas dengan metode freeze rying cukup baik namun metode freeze
drying sangat mahal dan susah pada penerapanya. Pembuatan formulasi untuk
pembuatan kapsul probiotik yaitu dengan penambahan 2,5 % sodium alginat dan 1,5
% FOS yang biasa digunakan untuk enkapsulasi. Menurut Ivanovska et al. (2012)
prebiotik sodium alginat, FOS dan chitosan mampu bertahan pada tingkat keasaman
yang tinggi atau pH rendah sehingga dapat membantu probiotik tahan terhadap
lingkungan luar maupun dalam tubuh yang memiliki pH rendah dalam lambung.
Diagram alir dari proses alternatif 1 disajikan pada gambar 1. Sedangkan untuk
diagram alir untuk proses alternatif 2 disajikan dalam gambar 2. Pada gambar terlihat
perbedaan pada proses pemanenan dan metode enkapsulasi yang digunakan. Sedangkan
proses alternatif 3 disajikan pada gambar 3 yang terlihat perbedaan pada proses
pemanenan dan metode enkapsulasi dari gambar 1. Pada alternatif 2 yang disajikan pada
gambar 2 terlihat perbedaan hanya pada proses pemanenan.
Deskripsi masing-masing proses pada alternatif disajikan pada tabel. Alternatif 1
dijelaskan pada Tabel 1 yang menunjukan keadaan saat prosesnya. Pada alternatif 2
deskripsi produk disajikan pada Tabel 2, sehingga menunjukan perbedaan kondisi proses
antara alternatif 1 dan alternatif 2. Begitu juga pada deskripsi alternatif 3 disajikan pada
Tabel 3 yang menunjukan perbedaan kondisi antara alternatif 1, alternatif 2 dan alternatif
3.
9

Isolat
L.casei

Inokulasi pada media agar


t = 24 jam

Inokulasi pada media agar


t = 24 jam T=37oC
Inokulum 3%
glukosa 3%, CSL 30 volume kerja
gr/L, yeast extract 1.5 Fermentasi I
gr/L, (NH4)2HPO4 Pada tank starter
2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L t = 24 jam T=37oC
glukosa 3%, CSL 30
Fermentasi II gr/L, yeast extract 1.5
Pada Bioreaktor gr/L, (NH4)2HPO4
t = 48 jam T=37oC, 100 rpm 2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L
Inokulum 5%
volume kerja
Sentrifugasi
1000 rpm

Pencampuran
t = 0,5 jam Susu skim 10%,

Pengeringan
Freeze Drying

Pencampuran
t = 0,5 jam
1,5 % sodium alginat,
2,5 % FOS
Pengkapsulan

Produk

.
Gambar 1 Proses pembuatan probiotik dengan pemanenan sentrifugasi dan metode
enkapsulasi freeze drying
10

Alternatif 2 (Pemanenan Bioflokulan dan Enkapsulasi Spray Drying)


Tabel 2 1 Proses isolasi Lactobacillus casei alternatif 2
No. PROSES TUJUAN KETERANGAN
Menyegarkan dan Inokulasi dilakukan
1 Inokulasi memperbanyakan dengan media agar selama
L.casei 24 jam
Memperbanyakan Inokulasi dilakukan
2 Inokulasi L.casei untuk dengan MRS broth dengan
suhu 37oC selama 24 jam
Memperbanyak dan Fermentasi I dilakukan
menyegarkan L.casei dengan komposisi media
untuk starter fermentasi glukosa 3%, CSL 30 gr/L,
3 Fermentasi I II yeast extract 1.5 gr/L,
(NH4)2HPO4 2gr/L,
MnSO4 0.1 gr/L pada suhu
37oC selama 24 jam
Memperbanyak dan Fermentasi I dilakukan
menyegarkan L.casei dengan komposisi media
untuk proses panen glukosa 3%, CSL 30 gr/L,
yeast extract 1.5 gr/L,
4 Fermentasi II (NH4)2HPO4 2gr/L,
MnSO4 0.1 gr/L pada suhu
37oC dengan pengadukkan
dengan kecepatan 100 rpm
selama 48 jam
Memisahkan Biomassa Pemisahan dilakukan
dengan produk dan dengan penambahan
5 Bioflokulan subtrat Kitosan & sodium alginat
(1:1), sodium alginat 1%,
kitosan 1,5%.
Mencampurkan dan Pencampuran dengan susu
6 Pencampuran homogenisasi biomassa skim 10% dilakukan selama
degan bahan penyalut 30 menit
Menurunkan kadar air Pengeringan dilakukan
pada produk serta dengan inlet 120°C ,outlet
7 Pengeringan
enskapsulasi 65°C, Air flow velocity 5-
6 ml/min
Mencampurkan dan Pencampura dilakukan
8 Pencampuran homogenisasi biomassa selama 30 menit
degan bahan prebiotk
Pengemasan dan 1 kapsul berisi 1 gram
9 Pengkapsulan mempermudah untuk campuran biomassa
dikonsumsi.

Metode alternatif 2 berdasarkan Wie-tien et al. (2015). Proses bioflokulan


menurut Sari et al. (2015) menggunakan konsentrasi khitosan 60 mg/L dengan pH 9
yang ditambahkan ke suspensi bakteri diaduk dengan kecepatan 200 rpm dalam
11

waktu 5 menit dan diamkan dalam waktu 1 jam dan dikeringkan dalam waktu 48
hari.

Isolat
L.casei

Inokulasi pada media agar


t = 24 jam

Inokulasi pada media agar


t = 24 jam T=37oC

glukosa 3%, CSL 30


gr/L, yeast extract 1.5 Fermentasi I
gr/L, (NH4)2HPO4 Pada tank starter
2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L t = 24 jam T=37oC
glukosa 3%, CSL 30
Fermentasi II gr/L, yeast extract 1.5
Pada Bioreaktor gr/L, (NH4)2HPO4
t = 48 jam T=37oC, 100 rpm 2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L

Kitosan & sodium Presipitasi


alginat (1:1), sodium
alginat 1%, kitosan
1,5% Pencampuran
t = 0,5 jam Susu skim 10%,

Enkapsulasi
Spray Dryer

Pencampuran
t = 0,5 jam
2,5 % sodium alginat,
1,5% FOS
Pengkapsulan

Produk

Gambar 2 Proses pembuatan probiotik dengan pemanenan bioflokulan dan


metode enkapsulasi spray drying.
12

Proses pemanenan menggunakan bioflokulan membutuhkan waktu yang lama.


Selain penggunaan konsentrasi khitosan ditambahkan pula sodium alginat.
Penggunaan bahan tambahan menyebabkan biaya tambahan untuk bahan flokulan.
Metode enkapsulasi yang digunakan pada alternatif 2 yaitu menggunakan spray dryer
dengan penyalutan susu skim 10%. Menurut Triana et al. (2006) Isolat Lactobacillus
sp. memiliki viabilitas lebih tinggi jika dienkapsulasi menggunakan susu skim
dengan konsentrasi 10% daripada 5%. Penggunaan spray dryer menimbulkan panas
yang tinggi sehingga perlu penyalutan. Namun penggunaan metode enkapsulasi
spray dryer membutuhkan biaya yang rendah dan kecepatan yang tinggi
(Kailasapathy 2002).

Alternatif 3 (Pemanenan Mikrofiltrasi Tangensial dan Spray Drying)

Tabel 3 1 Proses isolasi Lactobacillus casei alternatif 3


No. PROSES TUJUAN KETERANGAN
1 Inokulasi Menyegarkan dan Inokulasi dilakukan
memperbanyakan dengan media agar selama
L.casei 24 jam
2 Inokulasi Memperbanyakan Inokulasi dilakukan
untuk dengan MRS broth dengan
suhu 37oC selama 24 jam
3 Fermentasi I Mempernyak dan Fermentasi I dilakukan
menyegarkan L.casei dengan komposisi media
untuk starter fermentasi glukosa 3%, CSL 30 gr/L,
II yeast extract 1.5 gr/L,
(NH4)2HPO4 2gr/L,
MnSO4 0.1 gr/L pada suhu
37oC selama 24 jam
4 Fermentasi II Mempernyak dan Fermentasi I dilakukan
menyegarkan L.casei dengan komposisi media
untuk proses panen glukosa 3%, CSL 30 gr/L,
yeast extract 1.5 gr/L,
(NH4)2HPO4 2gr/L,
MnSO4 0.1 gr/L pada suhu
37oC dengan pengadukkan
dengan kecepatan 200 rpm
selama 48 jam
5 Mikrofiltrasi Memisahkan substrat Proses ini dilakukan
tangensial dengan biomassa dengan melewatkan larutan
melalui membrane pada mikrofiltrasi
6 Pencampuran Mencampurkan dan Pencampuran dilakukan
homogenisasi biomassa selama 30 menit
dengan bahan penyalut
7 Pengeringan Menurunkan kadar air Pengeringan dilakukan
pada produk serta dengan inlet 120°C ,outlet
enskapsulasi 65°C.
8 Pencampuran Mencampurkan Pencampura dilakukan
biomassa dan prebiotik selama 30 menit
13

Pengemasan dan 1 kapsul berisi 1 gram


9 Pengkapsulan mempermudah untuk campuran biomassa
dikonsumsi.

Isolat L.casei

Inokulasi pada media agar


t = 24 jam

Inokulasi pada media agar


t = 24 jam T=37oC

glukosa 3%, CSL 30


gr/L, yeast extract 1.5 Fermentasi I
gr/L, (NH4)2HPO4 Pada tank starter
2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L t = 24 jam T=37oC
glukosa 3%, CSL 30
Fermentasi II gr/L, yeast extract 1.5
Pada Bioreaktor gr/L, (NH4)2HPO4
t = 48 jam T=37oC, 100 rpm 2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L

Mikrofiltrasi Tangensial

Pencampuran
t = 0,5 jam Susu skim 10%,

Spray dryer
(Inlet 120°C ,Outlet 65°C)

Pencampuran
2,5% sodium alginat,
t = 0,5 jam
1,5% FOS

Pengkapsulan

Produk

Gambar 3 Proses pembuatan probiotik dengan pemanenan mikrofiltrasi tangensial


dan metode enkapsulasi spray drying.
14

Metode alternatif 3 yang digunakan yaitu menurut Pall (2015). Perbedaan


antara alternatif 3 dengan yang lainya yaitu pada pemanenan dan metode
enkapsulasi. Proses pemanenan yang digunakan yaitu mikrofiltrasi tangensial.
Menurut Tanny et al. (1980) teknik filtrasi modern melibatkan penggunaan aliran
bertekanan atas permukaan membran ( 1 , 3-6 ). Dikenal sebagai " aliran tangensial "
atau "cross -flow " aparat filtrasi , perangkat ini mencapai kedua aliran biasa melalui
membran dan tindakan cuci yang membuat sebagian besar bahan disaring dalam
suspensi pada permukaan membran. Metode enkapsulasi yang digunakan yaitu
menggunakan metode spray dryer yang sama dengan alternatif 2.

Pemilihan Alternatif Proses


Pemilihan kondisi proses dilakukan berdasarkan proses pemanenan dengan
kombinasi proses enkapsulasi. Proses pemanenan yang dapat diterapkan yaitu
sentrifugasi, bioflokulan dan mikrofiltrasi tangensial. Pada proses enkapsulasi untuk
mempertahankan ketahanan dari bakteri dapat dilakukan dengan beberapa metode
yaitu spray drayer dan freez drying. Perbandingan dari alternatif 1, alternatif 2 dan
alternatif 3 disajikan pada Tabel 4.
Proses yang terpilih adalah alternatif 3 berdasarkan kelebihan dari masing-
masing proses pemanenan dan merode enkapsulasi yang digunakan. Pemilihan
proses ini disesuaikan dengan kebutuhan dari kondisi biomassa yang diinginkan
yaitu berbentuk padat karena akan dibuat dalam bentuk kapsul.

Tabel 4 Perbandingan Alternatif


Perbandingan Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3
Effisiensi 90,35% (Wie-tien et
6,5% (Taneja 2013) 98% (Pall 2015)
pemanenan al. 2015)
Waktu siklus
1 jam/batch 4 jam/batch 5 L/menit
pemanenan
Energi alat 8 Kwh/m3 (Girma et 14,81 Kwh/m3 2,06 Kwh/m3 (
pemanenan al 2003) ( Edzwald 1995) Danquah et al 2009)
Menurut
Sangat mahal dan Selain biaya
(Kailasapathy 2002)
susah pada investasi perlu biaya
penggunaan metode
Biaya penerapanya proses tambahan
spray dryer
freeze drying biflokulan seperti
membutuhkan biaya
(Harmayani 2001). khitosan (Sari 2015)
rendah.

Ringkasan Alternatif Terpilih

Proses yang dipilih yaitu proses yang memiliki proses pemanenan yang
membutuhkan sedikit biaya, kecepatan tinggi dan mudah diaplikasikan dalam
15

industri. Metode enkapsulasi yang dipilih juga yaitu mudah untuk diaplikasikan pada
industri dan membutuhkan biaya relatif rendah serta membutuhkan waktu yang cepat
dan produktivitas yang tinggi. Diagram alir proses alternatif terpilih disajikan pada
Gambar 4.

Isolat L.casei

Inokulasi pada media agar


t = 24 jam

Inokulasi pada media agar


t = 24 jam T=37oC

glukosa 3%, CSL 30


gr/L, yeast extract 1.5 Fermentasi I
gr/L, (NH4)2HPO4 Pada tank starter
2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L t = 24 jam T=37oC
glukosa 3%, CSL 30
Fermentasi II gr/L, yeast extract 1.5
Pada Bioreaktor gr/L, (NH4)2HPO4
t = 48 jam T=37oC, 100 rpm 2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L

Mikrofiltrasi Tangensial

Pencampuran
t = 0,5 jam Susu skim 10%,

Spray dryer
(Inlet 120°C ,Outlet 65°C)

Pencampuran
2,5% sodium alginat,
t = 0,5 jam
1,5% FOS

Pengkapsulan

Produk

Gambar 4 Diagram alir proses alternatif terpilih


16

Berdasarkan alternatif yang terpilih dapat diketahui proses apa saja dan
kebutuhan alat yang digunakan untuk proses. Kebutuhan alat yang digunakan dari
alternatif proses yang terpilih disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Kebutuhan alat alternatif terpilih


No Kebutuhan Alat
1 Tank Starter
2 Bioreaktor
3 Mikrofiltrasi tangensial
4 Liquid mixer
5 Spray dryer
6 Powder mixer
7 Kapsul mesin

DESKRIPSI PROSES

Inokulasi

Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke


medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Inokulasi bakteri
Lactobacillus casei dilakukan dari isolat bakteri ke media berupa MRS agar
kemudian diinokulasikan ke MRS Broth. Inokulasi dimaksudkan untuk
menumbuhkan, meremajakan mikroba dan mendapatkan populasi mikroba yang
murni. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan.
Pencemaran terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme.
Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi
prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi.

Fermentasi I

Kultur murni Lactobacillus casei dari media MRS Bort kemudian dimasukkan
ke fermentor pertama. Fermentasi tersebut dilakukan untuk mengurangi fase Lag
Bakteri Lactobacillus casei agar waktu yang dibutuhkan untuk adaptasi bakteri tidak
terlalu lama. Selain itu juga untuk memperbanyak kultur bakteri pada tahap pertama
fermentasi. Keaadaan fermentor harus steril agar tidak terjadi kontaminasi didalam
prosesnya. Substrat yang dibutuhkan dalam fermentasi tahap pertama antara lain
glukosa, yeast extrak, corn steep liquor, (NH4)2HPO4, MnSO4 dengan menggunakan
media berupa air. Sistem fermentasi yang digunakan yaitu fermentasi Batch. Batch
Process merupakan fermentasi dengan cara memasukan media dan inokulum secara
bersamaan ke dalam fermentor, dan pada saat proses berlangsung akan terjadi terjadi
perubahan kondisi di dalam bioreactor (nutrient akan berkurang dan produk serta
limbah) dan pengambilan produk dilakukan pada akhir fermentasi (Rusmana 2008).
17

Fermentasi II

Fermentasi merupakan proses metabolisme dimana akan terjadi perubahan-


perubahan kimia dalam substrat organik, kegiatan atau aktivitas mikroba yang
membusukkan bahan-bahan yang difermentasi. Perubahan kimia tadi tergantung
pada macam bahan, macam mikroba, pH, suhu, adanya aerasi atau perlakuan lain
yang berbeda dengan faktor-faktor diatas, misalnya penambahan-penambahan bahan
tertentu untuk menggiatkan fermentasi. Bakteri Lactobacillus hasil dari fermentasi
pertama dialirkan menuju fermentasi kedua dalam tangki bioreaktor. Fermentasi
kedua ini menggunakan sistem sinambung.
Cara Sinambung (Continues Process), pengaliran subtrat dan pengambilan
produk dilakukan secara terus menerus (sinambung) setiap saat setelah diperoleh
konsentrasi produk maksimal atau subtract pembatasnya mencapai konsentrasi yang
hampir tetap (Rusmana 2008). Dalam hal ini subtrat dan inokulum dapat
ditambahkan bersama-sama secara terus menerus sehingga fase eksponensial dapat
diperpanjang. Substrat yang dibutuhkan dalam fermentasi tahap kedua sama seperti
tahap pertama yaitu glukosa, yeast extrak, corn steep liquor, (NH4)2HPO4, MnSO4
dengan menggunakan media berupa air. fermentasi dihasilkan produk berupa asam
laktat, biomassa dan bahan-bahan yang dimasukkan pada bioreaktor.

Pemanenan Biomassa

Teknik yang digunakan untuk memanen biomassa yang keluar dari bioreaktor
yaitu menggunakan teknik filtrasi tangensial. Sehingga biomassa yang diharapkan
akan terpisah dari produk yang berupa asam laktat dan substrat-substrat yang lain.
Teknik filtrasi tangensial dimana umpan dialirkan secara tangensial melalui
sepanjang membran pada tekanan relatif positif terhadap sisi permeate, seperti yang
terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Skema proses mikrofiltrasi tangensial


Zat-zat terlarut atau bagian dari campuran yang diumpankan memiliki ukuran
partikel lebih kecil dari ukuran porimembran sehingga dapat melewati membran
sebagai permeate atau filtrat. Sebaliknya, zat-zat terlarut atau bagian yang tertahan
pada sisi umpan dari membran disebut sebagai retentate. Crossflow filtration dapat
digunakan untuk proses kontinyu, tidak seperti dead end filtration yang cenderung
bersifat batch. Pencegahan pembentukan filter cake tersebut juga menyebabkan laju
penyingkiran retentate lebih tinggi. Selain itu, crossflow filtration dapat beroperasi
terus menerus pada beban padatan yang relatif tinggi, seperti slurry, dengan
18

meminimalisasi resiko terjadinya penyumbatan. Pada crossflow filtration, umpan di-


recycle berulang kali di sekitar unit menggunakan pompa khusus hingga dicapai
kandungan padatan retentate yang cukup tinggi. Retentate kemudian dialirkan ke
proses selanjutnya. Hal ini dimaksudkan untuk memisahkan zat-zat yang tidak
diinginkan dari campuran umpan dan memperoleh jumlah filtrat yang optimal (Porter
1990).

Penyalutan Biomassa

Penyalutan biomassa pada produksi probiotik Lactobacillus casei dengan


menggunakan susu skim dengan konsentrasi 10% dengan perbandingan 1:1 dari
volume biomassa. Penyalutan menggunakan alat mixer sehingga biomassa dan susu
skim tercampur dengan merata. Penambahan susu skim harus dipertimbangkan
dalam proses penyalutan. Konsentrasi susu skim 10% mampu memberikan
perlindungan yang lebih baik karena lebih optimal dalam melindungi sel dari panas
yang berlebihan yang diterima sel selama proses enkapsulasi di dalam inlet dan
outlet spray dryer. Pada konsentrasi susu skim 10%, sel terenkapsulasi juga memiliki
kemampuan melepas panas yang lebih baik dalam core, ketika suhu dalam core lebih
panas dibandingkan suhu pada ruang pengeringan. Keuntungannya adalah apanas di
dalam core akibat panas berkurang. Proses penyalutan biomassa dengan susu skim
menggunakan mixer sehingga dapat tercampur secara merata.

Enkapsulasi

Teknik spray drying telah banyak diaplikasikan, misalnya produk susu bubuk,
serbuk ekstrak sari buah, dan lain-lain. Teknik spray drying mengubah bahan
makanan yang awalnya berupa bahan cair menjadi materi padat. Pada proses spray
drying, bahan yang akan dikeringkan disemprotkan dalam bentuk kabut. Luas
permukaan bahan yang kontak langsung dengan media pengering dapat lebih besar
sehingga menyebabkan penguapan berlangsung lebih baik. Faktor yang
mempengaruhi spray drying adalah bentuk penyemprot, kecepatan alir produk dan
sifat produk (Master 1997). Menurut Spicer dalam Effendi (2000), keuntungan
penggunaan spray drying adalah produk akan menjadi kering tanpa menyentuh
permukaan logam yang panas, temperatur produk akhir rendah walaupun temperatur
pengering relatif tinggi, waktu pengeringan singkat dan produk akhir berupa bubuk
stabil yang memudahkan penanganan dan transportasi karena air yang menguap pada
proses ini sebesar 99,98%.
Penggunaan spray drying tidak terbatas pada bahan makanan saja, tetapi juga
pada makhluk hidup bersel tunggal, misalnya bakteri. Spray drying merupakan salah
satu teknik enkapsulasi. Enkapsulasi merupakan teknik penyalutan suatu bahan
sehingga bahan yang disalut dapat dilindungi dari pengaruh lingkungan. Bahan
penyalut disebut enkapsulan sedangkan yang disalut/dilindungi disebut core.
Enkapsulasi pada bakteri dapat memberikan kondisi yang mampu melindungi
mikroba dari pengaruh lingkungan yang tidak menguntungkan, seperti panas dan
bahan kimia. Enkapsulasi dikatakan berhasil jika bahan yang dienkapsulasi memiliki
19

viabilitas sel yang relatif tinggi dan sifat-sifat fisiologis yang relatif sama dengan
sebelum dienkapsulasi.
Perhitungan Viabilitas sel
Menurut FAO/WHO (2001), standar makanan probiotik adalah harus
mengandung paling sedikit 106-107 cfu bakteri probiotik hidup per gram produk. Di
indonesia BPOM (2005) menyatakan, produk pangan probiotik harus mengandung
jumlah sel hidup minimal 107 CFU/g produk. Kendala dalam enkapsulasi
Lactobacillus adalah proses spray drying yang berlangsung pada suhu relatif tinggi
yaitu berkisar 100-200 oC selama 3-10 detik (Master 1997), sehingga sel mengalami
tekanan suhu yang sangat tinggi pula. Karena itu perlu diuji viabilitas sel
Lactobacillus casei setelah enkapsulasi dan memperkirakan waktu simpannya. Hasil
tersebut akan berguna dalam memperkirakan jumlah sel awal Lactobacillus casei
yang akan digunakan dalam proses enkapsulasi untuk menghasilkan sel sejumlah
tertentu dalam bentuk serbuk, jumlah penyalut yang dibutuhkan untuk memperoleh
tingkat ketahanan hidup yang tinggi dan berapa lama Lactobacillus terenkapsulasi
dapat disimpan sebelum akhirnya produk tersebut tidak bermanfaat lagi, karena
seluruh sel telah mati.
Metode yang digunakan yaitu metode MPN. Nilai MPN adalah perkiraan
jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit)
dalam sampel. Namun pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan
jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per
gram. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai
MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi
(Dwidjoseputro 2005).
Prinsip untama dari metode MPN ini adalah mengencerkan sampel sampai
tingkat tertentu sehingga didapatkan konsentrasi mikroorganisme yang pas/sesuai
dan jika ditanam dalam tabung menghasilkan frekuensi pertumbuhan tabung positif
“kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semakin besar jumlah sampel yang dimasukkan
(semakin rendah pengenceran yang dilakukan) maka semakin sering tabung positif
yang muncul. Semakin kecil jumlah sampel yang dimasukkan (semakin tinggi
pengenceran yang dilakukan) maka semakin jarang tabung reaksi positif yang
muncul. Jumlah sampel/pengenceran yang baik adalah yang menghasilkan tabung
positif “kadang-kadang tetapi tidak selalu”. Semua tabung positif yang dihasilkan
sangat tergantung dari probabilitas sel yang terambil oleh pipet saat memasukkannya
kedalam media. Oleh karena itu homogenisasi sangat mempengaruhi metode ini.
Frekuensi positif (ya) atau negative (tidak) ini menggambarkan konsentrasi
mikroorganisme pada sampel sebelum diencerkan (Dwidjoseputro 2005).

Formulasi

Biomassa bubuk yang dihasilkan dari spray dryer setelah melalui proses
perhitungan viabilitas sel dilakukan tahap formulasi. Dimana pada tahap ini
ditambahkan prebiotik berupa sodium alginat sebanyak 2,5% dan FOS sebanyak
1,5%. Penambahan dan pencampuran dilakukan dengan menggunakan mixer
sehingga akan tercampur rata. Penambahan sodium alginat dan FOS tersebut agar sel
Lactobacillus casei dapat lebih lama bertahan sampai probiotik tersebut dikonsumsi
dan masuk ke dalam usus manusia. Penambahan sodium alginat juga akan menjaga
20

sel pada pH rendah sehingga tidak akan mati bila masuk ke dalam lambung manusia.
Sedangkan penambahan FOS akan berfungsi untuk makanan bakteri baik. Bakteri
baik ini adalah golongan Lactobacillus dan Bifidus. Untuk membantu perkembangan
golongan bakteri baik inilah, fungsi FOS dalam saluran pencernaan sebagai bahan
makanan bakteri baik, sehingga pertumbuhan bakteri merugikan bisa di tekan. FOS
juga mampu mencegah masalah sembelit atau susah buang besar pada anak atau
bayi.

Pengkapsulan dan Pengemasan

Kapsul biasanya diisi dengan serbuk yang dapat mengandung 1/lebih zat aktif.
Selain itu dapat juga diisi dengan berbagai bentuk yang lain (granul, pellet, tablet,
capsul, dan paste) atau dapat juga diisi dengan tablet enteric coated, sugar coated,
compression coated, dan sustained release enteric coated pellet. Pengisian bisa
berupa campuran antara pellet dan tablet atau lainnya. Probiotik Lactobacillus casei
yang telah diformulasi kemudian dimasukkan dalam kapsul atau pengkapsulan
menggunakan mesin kapsul dengan berat 1 kapsul probiotik sebesar 1 gram per
kapsul. Kemudian dilakukan pengemasan dengan memasukkan dalam botol dengan
ukuran satu botol sebanyak 30 kapsul probiotik dan selanjutnya dikemas
menggunakan kemasan karton sehingga siap untuk didistribusikan dan dikonsumsi
oleh konsumen.

NERACA MASSA

Basis perhitungan : 24 jam operasi


Volume kerja : 5000 kg/hari
Waktu operasi : 365 Hari/tahun

Tank Starter
Proses pada tank starter yaitu untuk proses memperbanyak bakteri sebagai
starter dan mengurangi fase lag. Umpan yang masuk starter adalah biakan dari MRS
Broth. Penggunaan MRS broth sesuai dengan penetilian yang dilakukan oleh
Sumarno (2012). Konsentrasi bahan baku tambahan yang ditambahkan pada tank
starter yaitu sebesar CSL 30 gr/L, yeast extract 1.5 gr/L, (NH4)2HPO4 2gr/L, MnSO4
0.1 gr/L Young et al. (2006). Sedangkan untuk bahan baku utama yaitu
menggunakan konsentrasi glukosa 3% Pramono (2003). Volume umpan inokulasi
yang ditambahkan yaitu sebesar 3% volume kerja tank starter. Komposisi neraca
massa dan aliran bahan pada tank starter disajikan pada Tabel 6 dan Gambar 6.
F1

F2 F3
Gambar 6 Aliran neraca massa tank starter
21

Input :
Aliran F1 : Inokulum bakteri Lactobacillus casei
Aliran F2 : Substrat
Output :
Aliran F3 : Hasil Starter

Tabel 6 Neraca massa pada tank starter


MASUK KELUAR
KOMPONEN
Aliran F1 (kg/hari) Aliran F2 (kg/jam) Aliran F3 (kg/jam)
Air 7,225 234,1 241,325
Mrs Broth 0,267 - 0,267
Biomassa 0,008 - 0,066
Glukosa - 7,5 6,542
Corn Steep Liquor - 7,5 7,5
Yeast Ekstrak - 0,375 0,375
(NH4)2HPO4 - 0,5 0,5
MnSO4 - 0,025 0,025
Asam laktat - - 0,9
Subtotal 7,5 250 257,5

Bioreaktor

Konsentrasi bahan baku tambahan yang ditambahkan pada tank starter yaitu
sebesar CSL 30 gr/L, yeast extract 1.5 gr/L, (NH4)2HPO4 2gr/L, MnSO4 0.1 gr/L
Young et al. (2006). Sedangkan untuk bahan baku utama yaitu menggunakan
konsentrasi glukosa 3% Pramono (2003). Selain bahan baku ditambahkan hasil dari
tank starter sebagai umpan biomassa. Volume dari tank starter yang ditambahkan
yaitu 5% volume kerja bioreaktor. Komposisi bahan pada bioreaktor disajikan pada
Tabel 7. Aliran bahan pada alat bioreaktor dapat dilihat pada Gambar 7.

F4

F6

F5

Gambar 7 Aliran neraca massa bioreaktor

Input :
Aliran F4 : Hasil tank starter
Aliran F5 : Umpan substrat segar (Flowrate 3,8 kg/menit)
Output :
Aliran F6 : Hasil fermentasi probiotik (Flowrate 3,8 kg/menit)
22

Tabel 7 Neraca massa pada bioreaktor


MASUK KELUAR
KOMPONEN Aliran F4 Aliran F5
Aliran F6 (kg/hari)
(kg/hari) (kg/hari)
Air 241,325 4682 4923,325
Mrs Broth 0,267 - 0,267
Biomassa 0,066 - 4,426
Glukosa 6,542 150 114,922
Corn Steep Liquor 7,5 150 157,5
Yeast Ekstrak 0,375 7,5 7,875
(NH4)2HPO4 0,5 10 10,5
MnSO4 0,025 0,5 0,525
Asam laktat 0,9 - 38,16
Subtotal 257,5 5000 5257,5

Mikrofiltrasi Tangensial

Rendemen yang diperoleh untuk pemanenan biomassa yaitu sebesar 98%


untuk memisahkan biomassa dengan substrat dalam suspensi. Mikrofiltrasi yaitu
melewatkan suspensi melalui membran. Hasil fermentasi yang masuk perjamnya
pada mikrofiltrasi yaitu sebesar 228,8 kg/jam. Jumlah bahan yang terdapat pada
aliran alat mikrofiltrasi tangensial disajikan pada Tabel 8. Aliran bahan pada alat
mikrofiltrasi tangensial disajikan pada Gambar 8.

F6 F8

F7

Gambar 8 Aliran neraca massa mikrofiltrasi tangensial

Input :
Aliran F6 = Hasil fermentasi bioreaktor
Output :
Aliran F7 = Limbah supernatan
Aliran F8 = Biomassa basah

Tabel 8 Neraca massa pada mikrofiltrasi tangensial


MASUK KELUAR
KOMPONEN Aliran F6 Aliran F8 Aliran F7
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
Air 4923,325 0,5 4922,825
Mrs Broth 0,267 - 0,267
Biomassa 4,426 4,337 0,089
Glukosa 114,922 - 114,922
23

MASUK KELUAR
KOMPONEN Aliran F6 Aliran F8 Aliran F7
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
Corn Steep Liquor 157,5 - 157,5
Yeast Ekstrak 7,875 - 7,875
(NH4)2HPO4 10,5 - 10,5
MnSO4 0,525 - 0,525
Asam laktat 38,16 - 38,16
Subtotal 5257,5 4,837 5252,663

Liquid Mixer

Pada tahap proses mixer ini yaitu pencampuran susu skim 10%. Proses ini
dilakukan untuk menambahkan bahan penyalut untuk enkapsulasi spray drying.
Penambahan susu skim 10% yaitu 1:1 v/v biomassa yang akan di enkaspulasi
(Harmayani 2001). Komponen pada alat mixer disajikan pada Tabel 9. Formasi aliran
bahan dapat dilihat dari Gambar 9.

F9

F8 F11

F10

Gambar 9 Aliran neraca massa liquid mixer


Input :
Aliran F8 : Biomassa basah
Aliran F9 : Larutan susu skim 10%
Output :
Aliran F10 : Limbah air filtrasi
Aliran F11 : Biomassa terenkapsulasi

Tabel 9 Neraca massa pada liquid mixer


MASUK KELUAR
KOMPONEN Aliran F8 Aliran F9 Aliran F10 Aliran F11
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
Biomassa 4,337 - - 4,337
Susu skim - 0,484 - 0,484
Air 0,5 - 4,353 4,853
Subtotal 4,837 0,484 4,353 9,674
24

Spray Dryer
Proses pada spray dryer digunakan untuk mengeringkan biomasssa yang
terenkaspulasi. Efisiensi pada proses spray dryer yaitu sekitar 99,8%. Aliran yang
masuk pada spray drayer yaitu sekitar 0,803 kg/jam dari dua mikrofiltrasi.
Komponen bahan pada alat spray dryer disajikan pada Tabel 10 dan aliran bahan
dapat dilihat dari Gambar 10.

F11 F13

F12

Gambar 10 Aliran neraca massa spray dryer

Input :
Aliran F11 : Biomassa terenkapsulasi
Output :
Aliran F12 : Air yang teruapkan
Aliran F13 : biomassa kering terenkapsulasi

Tabel 10 Neraca massa pada spray dryer


MASUK KELUAR
KOMPONEN Aliran F11 Aliran F13 Aliran F12
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
Enkapsulasi Biomassa 4,821 4,821 -
Air 4,853 0,01 4,843
Subtotal 9,674 4,831 4,843

Solid Mixer
Proses pada mixer yaitu pencampuran bahan dengan bahan tambahan prebiotik
yang akan membantu probiotik pada pH rendah daat dikonsumsi. Penambahan bahan
tambahan prebiotik disesuaikan saat penggunaan bahan prebiotik tersebut saat
digunakan sebagai penyalut dalam proses enkapsulasi. Bahan prebiotik yang
ditambahkan yaitu 2,5% sodium alginat dan 1,5% FOS Ivanovska et al. (2012).
Komponen pada alat mixer disajikan pada Tabel 11. Aliran bahan pada proses mixing
dilihat pada Gambar 11.
25

F14
F13

F16

F15

Gambar 11 Aliran neraca massa solid mixer


Input :
Aliran F13 : Biomassa kering terenkapsulasi
Aliran F14 : Penambahan 2,5% sodium alginat
Aliran F15 : Penambahan 1,5% FOS
Output :
Aliran F16 : Campuran biomassa dengan prebiotik

Tabel 11 Neraca massa pada solid mixer


MASUK KELUAR
KOMPONEN Aliran F13 Aliran F14 Aliran F15 Aliran F16
(kg/hari) (kg/hari) (kg/hari) (kg/hari)
Enkapsulasi -
4,821 - 4,821
Biomassa
Sodium Alginat - 0,121 - 0,121
FOS - - 0,072 0,072
Air 0,01 - - 0,01
Total 4,831 0,072 0,121 5,024

Pengkapsulan
Hasil mixer dimasukkan dalam bentuk kapsul dengan berat 1 gram per
kapsul. Efisiensi dari mesin yaitu 96,2 % dari hasil mixer yang masuk. Aliran bahan
pada proses pengkapsulan dapat diliihat pada Gambar 12.

F16 F17

F18

Gambar 12 Aliran neraca massa pengkapsulan


26

Efisiensi menjadi kapsul : 96,2 %


1 kapsul : 1 gram
Neraca Massa Komponen :
F17 : 0,962 x 5,024
: 4,833
F18 :5,024 – 4,833
: 0,191

Kapsul yang dihasilkan yaitu pada aliran F17 yaitu sebesar 4833 kapsul.
Perhitungan neraca massa setiap alat bisa lihat pada lampiran 3. Aliran blok diagram
disajikan pada Gambar 13.
27

Blok Flow Diagram Kapsul Probiotik Lactobacillus casei

1% sodium alginat =
Substrat Substrat Susu skim 10% 0,121kg;
250kg 5000kg 4,837 kg 3% FOS= 0,072 kg
Substrat+biomass Biomass Kering
Substrat+biomass +produk Biomassa+ susu skim
+produk Biomassa 4,831 kg
5257,5kg 9,674 kg
Isolat 257,5 4,337
Lactobacillus Tank Liquid Spray
BIOREAKTOR Mikrofiltrasi Mixer Pengkapsul
casei +media Starter mixer dryer
ann
7,5 kg
37°C, 34 rpm, 48 jam Substrat + as. Laktat
37°C, 24 Jam 5253,163 Probiotik
Substra
5215 Mikrofiltrasi air 5,024 kg
kg 4,843 kg

as. Laktat
38,16 kg

Gambar 13 Blok flow diagram kapsul probiotik Lactobacillus casei


28

NERACA ENERGI DAN KEBUTUHAN UTILITAS

Neraca Energi

Perhitungan neraca energi digunakan untuk menghitung energi serta steam


yang dibutuhkan untuk memproduksi probiotik L.casei dalam satu hari. Energi dan
steam tersebut diguanakan untuk menjalankan alat produksi probiotik. Perhitungan
neraca energi pabrik probiotik L.casei yaitu:

1. Pompa I
Pompa I digunakan untuk mengalirkan air ke dalam tank starter sebagai tahap
awal fermentasi. Aliran bahan pompa 1 bisa dilihat pada Gambar 14.

Fout

Fin

Gambar 14 Aliran bahan pada pompa I


Diketahui:
Q (debit) = 2100 L/jam
P (daya) = 2,2 kW
Bahan = 234,1 L
Jumlah alat = 2 unit
Efisiensi = 90%

Perhitungan waktu proses:


Q (debit) = x = 35 L/menit

t (waktu) = x 234,1 L = 6,68 menit


Perhitungan energi real proses:
W = 2 x 2,2 kW x x 6,68 menit

= 0,49 kWh x
= 1,764x106joule
Efisiensi alat = 90%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/90%
Energi input = = 1,96x106 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 1,96x106 joule – 1,764x106 joule
= 1,96 x 105 joule
29

2. Tank Starter
Tank starter merupakan alat yang digunakan untuk meremajakan biakan L.
casei sebelum diinokulasikan ke dalam bioreaktor. Aliran bahan Tank starter dilihat
pada Gambar 15, sedangkan komponen aliran F1 dan F2 Tank starter dilihat pada
Tabel 12 dan 13.

F1 F2
Q = 257,5L T=37oC Q = 257,5L
pH = 5,5

Gambar 15 Aliran bahan pada Tank starter

Tabel 12 Komponen aliran F1


Komponen Massa (Kg) Cp (kJ/kgK)
Air 241,325 1
L. casei 0,008 2,14
Glukosa 7,5 4,58x10-3
Corn Steep Liquor 7,5 2,14
Yeast Ekstrak 0,375 0,014
(NH4)2HPO4 0,5 6,26 x10-3
MnSO4 0,025 0,662

Kalor bahan masuk:


Q = m.c. T

Keterangan:
Q = Kalor (kJ)
m = Berat bahan (kg)
c = Kapasitas panas bahan (kJ/kgK)
T = Perubahan suhu (K)

Q masuk :
Q air = 241,325 kg x 1 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 1206,625 kJ
Q L. Casei = 0,008 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,0856 kJ
Q Glukosa = 7,5 kg x (4,5x10-3) kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,168 kJ
Q CLS = 7,5 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 80,25 kJ
Q E. Yeast = 0,375 kg x 0,014 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,026 kJ
Q (NH4)2HPO4 = 0,5 kg x 6,26 x10-3 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,015 kJ
30

MnSO4 = 0,025 kg x 0,662 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K


= 0,082 kJ
Q in total = 1287,21 kJ

Tabel 13 Komponen aliran F2


Komponen Massa (Kg) Cp (kJ/kgK)
Air 241,325 1
L. casei 0,066 2,14
Glukosa 6,542 4,58x10-3
Corn Steep Liquor 7,5 2,14
Yeast Ekstrak 0,375 0,014
(NH4)2HPO4 0,5 6,26 x10-3
MnSO4 0,025 0,662
Asam laktat 0,9 8,8 x10-3

Q keluar :
Q air = 241,325 kg x 1 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 2895,9 kJ
Q L. Casei = 0,066 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 1,69 kJ
Q Glukosa = 6,542 kg x (4,5x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,353 kJ
Q CLS = 7,5 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 192,6 kJ
Q E. Yeast = 0,375 kg x 0,014 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,063 kJ
Q (NH4)2HPO4 = 0,5 kg x 6,26 x10-3 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,0375 kJ
MnSO4 = 0,025 kg x 0,662 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,198 kJ
Q As. Laktat = 0,9 kg x (8,8 x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,095 kJ

Q out total = 3090,935 kJ

Kalor raksi
C6H12O6 + L. casei 2 C3H6O3 + L. casei
Kalor reaktan
Q C6H12O6 = 7,5 kg x (4,5x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,405 kJ
Q L. casei = 0,008 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,205 kJ
Q total = 0,61 kJ
Kalor produk
Q C3H6O3 = 0,9 kg x (8,8 x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,095 kJ
Q L. Casei = 0,066 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 1,69 kJ
31

Q total = 1,785 kJ
Kalor reaksi total
Qtotal = Q produk – Q reaktan
= 1,785-0,61 kJ
= 1,175 kJ
Kalor Steam
Q steam = Q out – Q in + Q reaksi
= 3090,935 kJ - 1287,21 kJ + 1,175 kJ
= 1804,9 kJ

Steam yang masuk memiliki suhu 90°C dan aliran bahan yang keluar
bersuhu 37°C, dari data steam tabel diperoleh,
∆H 90°C = 2659,6 kJ/kg
∆H 37°C = 2568,15 kJ/kg

Kandungan panas dalam steam :


∆H = ∆H 90°C - ∆H 37°C = 91,45 kJ/kg
Banyaknya steam yang dibutuhkan :
= = 19,73 kg

3. Pompa II
Pompa II digunakan untuk mengalirkan biakan segar dari tank starter ke dalam
bioreaktor untuk proses fermentasi bakteri L casei. Aliran bahan pompa II bisa
dilihat pada Gambar 16.

Fout

Fin

Gambar 16 Aliran bahan pada pompa II


Diketahui:
Q (debit) = 2100 L/jam
P (daya) = 2,2 kW
Bahan = 257,5 L
Jumlah alat = 2 unit
Efisiensi = 90%

Perhitungan waktu proses:


Q (debit) = x = 35 L/menit

t (waktu) = x 257,5 L = 7,35 menit


Perhitungan energi real proses:
32

W = 2 x 2,2 kW x x 7,35 menit

= 0,539 kWh x
= 1,94x106 joule
Efisiensi alat = 90%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/90%
Energi input = = 2,16x106 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 2,16x106 joule – 1,94x106 joule
= 215555 joule

4. Bioreaktor
Bioreaktor digunakan sebagai tempat fermentasi, pada proses fermentasi suhu
larutan atau lingkungan di dalam bioreaktor dijaga agar tetap pada suhu 37oC. Hal ini
dilakukan agar pertumbahan bakteri optimal. Aliran bahan bioreaktor dilihat pada
Gambar 17, sedangkan komponen aliran F3 dan F4 dilihat pada Tabel 14 dan 15.

F3 F4
o
Q = 5257,5L T=37 C Q = 5257,5 L
pH = 5,5

Gambar 17 Aliran bahan pada bioreaktor

Tabel 14 Komponen aliran F3


Komponen Massa (Kg) Cp (kJ/kgK)
Air 4923,325 1
L. casei 0,066 2,14
Glukosa 156,542 4,58x10-3
Corn Steep Liquor 157,5 2,14
Yeast Ekstrak 7,875 0,014
(NH4)2HPO4 10,5 6,26 x10-3
MnSO4 0,525 0,662
Asam laktat 0,9 8,8x10-3

Kalor bahan masuk:

Q = m.c. T
Keterangan:
Q = Kalor (kJ)
m = Berat bahan (kg)
c = Kapasitas panas bahan (kJ/kgK)
T = Perubahan suhu (K)
33

Q masuk :
Q air = 4923,325 kg x 1 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 24616,625 kJ
Q L. Casei = 0,066 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,706 kJ
Q Glukosa = 156,542kg x (4,5x10-3)kJ/KgK x( 303,15-298,15)K
= 3,58 kJ
Q CLS = 157,5 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 150,4 kJ
Q E. Yeast = 7,875 kg x 0,014 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,55 kJ
Q (NH4)2HPO4 = 10,5 kg x 6,26 x10-3 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,328 kJ
Q MnSO4 = 0,525 kg x 0,662 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 1,737 kJ
Q in total = 24773,96 kJ

Tabel 15 Komponen aliran F4


Komponen Massa (Kg) Cp (kJ/kgK)
Air 4923,325 1
L. casei 4,426 2,14
Glukosa 114,922 4,58x10-3
Corn Steep Liquor 157,5 2,14
Yeast Ekstrak 7,875 0,014
(NH4)2HPO4 10,5 6,26 x10-3
MnSO4 0,525 0,662
Asam laktat 38,16 8,8 x10-3

Q keluar :
Q air = 4923,325 kg x 1 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 59079,9 kJ
Q L. Casei = 4,426 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 113,65 kJ
Q Glukosa = 114,922kg x (4,5x10-3)kJ/KgK x( 310,15-298,15)K
= 8,60 kJ
Q CSL = 157,5 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 360,99 kJ
Q E. Yeast = 7,875 kg x 0,014 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 1,32 kJ
Q (NH4)2HPO4 = 10,5kg x 6,26 x10-3 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,788 kJ
Q MnSO4 = 0,525 kg x 0,662 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 4,1706 kJ
Q As. Laktat = 38,17 kg x (8,8 x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 4,03 kJ
Q out total = 59573,45 kJ
34

Kalor raksi
C6H12O6 + L. casei 2 C3H6O3 + L. casei

Kalor reaktan
Q C6H12O6 = 156,54kg x (4,5x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 3,58 kJ
Q L. casei = 0,066 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 0,706 kJ
Q total = 4,286 kJ
Kalor produk
Q C3H6O3 = 38,17 kg x (8,8 x10-3) kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 4,03 kJ
Q L. Casei = 4,426 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 310,15-298,15)K
= 113,65 kJ
Q total = 5,815 kJ
Kalor reaksi total
Qtotal = Q produk – Q reaktan
= 5,815-4,286 kJ
= 1,53 kJ
Kalor Steam
Q steam = Q out – Q in + Q reaksi
= 59573,45 kJ - 24773,96 kJ + 1,53 kJ
= 34801,02 kJ

Steam yang masuk memiliki suhu 90°C dan aliran bahan yang keluar
bersuhu 37°C, dari data steam tabel diperoleh,
∆H 90°C = 2659,6 kJ/kg
∆H 37°C = 2568,15 kJ/kg
Kandungan panas dalam steam :
∆H = ∆H 90°C - ∆H 37°C = 91,45 kJ/kg
Banyaknya steam yang dibutuhkan :
= = 380,54 kg

5. Pompa III
Pompa III digunakan untuk mengalirkan biomassa yang masih tercampur
media dalam tangential mikro filtration. Aliran bahan pompa III dilihat pada Gambar
18.

Fout

Fin

Gambar 18 Aliran bahan pada pompa III


35

Diketahui:
Q (debit) = 2100 L/jam
P (daya) = 2,2 kW
Bahan = 228,58 L
Jumlah alat = 3 unit
Efisiensi = 90%

Perhitungan waktu proses:


Q (debit) = x = 35 L/menit

t (waktu) = x 228,58 L = 6,53 menit


dalam satu hari ada 24 kali aliran maka total waktu proses = 24 x 6,53menit
= 156,72 menit
Perhitungan energi real proses:
W = 3 x 2,2 kW x x 156,72 menit

= 17,24 kWh x
= 6,206x107 joule
Efisiensi alat = 90%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/90%
Energi input = = 6,89x107 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 6,89x107 joule – 6,206x107 joule
= 6,84x106joule

6. Tangential flow filtration


Tangential flow filtration digunakan sebagai alat pemisah antara biomassa
dengan bahan lain menggunakan membran. Aliran bahan Tangential flow filtration
dilihat pada Gambar 19.

F5 F6
Filtrasi
228,58 L 228,58 L

Gambar 19 Aliran bahan pada Tangentian flow filtration


Diketahui:
P (daya) = 0,37kW
Kapasitas = 300 L/jam
Jumlah unit =3
Efisiensi = 98%
F (umpan) = 228,58 L
36

Perhitungan waktu proses

Q (debit) = x = 5 L/menit

t (waktu) = x 228,58 L = 45,716 menit


dalam satu hari ada 24 kali proses, maka waktu yang dibutuhkan yaitu:
= 45,716 menit x 24
= 1097,184 menit

Perhitungan energi real proses:


W = 3 x 0,37 kW x x 1097,184 menit

= 20,298 kWh x
= 7,307 x 107 joule
Efisiensi alat = 98%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/98%
Energi input = = 7,456 x 107 joule

Sementara energi yang terbuang sebagai panas:


= 7,456 x 107 joule –7,307 x 107 joule
= 1,49 x 106 joule

7. Pompa IV
Pompa IV digunakan untuk mengalirkan biomassa murni ke Pharmaceutical
mixer. Aliran bahan pompa IV dilihat pada Gambar 20

Fout

Fin

Gambar 20 Aliran bahan pada pompa IV


Diketahui:
Q (debit) = 5 L/jam
P (daya) = 0,7 kW
Bahan = 0,4 L
Jumlah alat = 2 unit
Efisiensi = 90%

Perhitungan waktu proses:


Q (debit) = x = 0,08 L/menit
37

t (waktu) = x 0,4 L = 5 menit


dalam satu hari ada 24 kali aliran maka total waktu proses = 24 x 5 menit
= 120 menit
Perhitungan energi real proses:
W = 0,7 kW x x 120 menit

= 2,8 kWh x
= 1,0008x107 joule
Efisiensi alat = 90%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/90%
Energi input = = 1,12x107 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 1,12x107 joule – 1,0008x107 joule
= 1,12 x106 joule

8. Pharmaceutical Mixer
Pharmaceutical Mixer digunakan untuk mencampur biomassa murni dengan
susu skim sebagai bahan penyalut sebelum proses enkapsulasi. Aliran bahan
Pharmaceutical Mixer dilihat pada Gambar 21.

F7 F8
Mixer
0,44 L 0,44 L

Gambar 21 Aliran bahan pada Pharmaceutical Mixer

Diketahui:
P (daya) = 2,2 kW
Kapasitas = 2 L/jam
Jumlah unit =1
Efisiensi = 99%
F (umpan) = 0,44 L

Perhitungan waktu proses

Q (debit) = x = 0,033 L/menit

t (waktu) = x 0,44 L = 13,33 menit

dalam satu hari ada 24 kali proses, maka waktu yang dibutuhkan yaitu:
= 13,33 menit x 24
= 320 menit
38

Perhitungan energi real proses:


W = 2,2 kW x x 320 menit

= 11,73 kWh x
= 4,224 x 107 joule
Efisiensi alat = 99%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/99%
Energi input = = 4,2667 x 107 joule

Sementara energi yang terbuang sebagai panas:


= 4,2667 x 107 joule – 4,224 x 107 joule
= 427000 joule

9. Pompa V
Pompa V digunakan untuk mengalirkan biomassa yang telah dicampur dengan
susu skim ke Spray dryer. Aliran bahan pompa V dilihat pada Gambar 22.

Fout

Fin

Gambar 22 Aliran bahan pada pompa V


Diketahui:
Q (debit) = 5 L/jam
P (daya) = 0,7 kW
Bahan = 0,22 L
Jumlah alat = 1 unit
Efisiensi = 90%

Perhitungan waktu proses:


Q (debit) = x = 0,08 L/menit

t (waktu) = x 0,22 L = 2,75 menit


dalam satu hari ada 24 kali aliran maka total waktu proses = 24 x 2,75 menit
= 66 menit
Perhitungan energi real proses:
W = 2,2 kW x x 66 menit

= 0,77 kWh x
= 2,772x106 joule
Efisiensi alat = 90%
39

Energi input = energi yang dibutuhkan proses/90%


Energi input = = 3,08x106 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 3,08x106 joule – 2,772x106 joule
= 3,08x105 joule

10. Spray Dryer


Spray dryer merupakan alat yang digunakan untuk proses enkapsulasi
probiotik sehingga berbentuk serbuk. Proses enkapsulasi memerlukan uap bersuhu
130oC. Aliran bahan dan komponen bahan Spray dryer dilihat pada Gambar 23 dan
Tabel 16.

Steam
T=130oC

Spray F10
F9 T= 30 oC T= 60 oC
Dryer 0,8 L
0,8 L

Gambar 23 Aliran bahan pada Spray dryer

Tabel 16 Komponen aliran F9


Komponen Massa (Kg/jam) Cp (kJ/kgK)
Biomass 0,4 2,14
Skim 0,04 3,9775
Air 0,363 1

Q masuk :
Q Biomassa = 0,4 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 4,28 kJ/jam
Q Skim = 0,04 kg x 3,9775 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 0,795 kJ/jam
Q Air = 0,363 kg x 1 kJ/KgK x ( 303,15-298,15)K
= 1,815 kJ/jam
Qin Total = 6,89 kJ/jam
Q keluar :
Q Biomassa = 0,4 kg x 2,14 kJ/KgK x ( 333,15-298,15)K
= 29,96 kJ/jam
Q Skim = 0,04 kg x 3,9775 kJ/KgK x ( 333,15-298,15)K
= 5,568 kJ/jam
Q Aisr = 0,363 kg x 1 kJ/KgK x ( 333,15-298,15)K
40

= 12,705 kJ/jam
Qin Total = 48,233 kJ/jam

Kalor Steam
Q Steam = Q out – Q in
= 48,233 kJ/jam - 6,89 kJ/jam
= 41,343 kJ/jam

Steam yang masuk memiliki suhu 130°C dan aliran bahan yang keluar
bersuhu 60°C, dari data steam tabel diperoleh,
∆H 130°C = 2720,1 kJ/kg
∆H 37°C = 2608,8 kJ/k
Kandungan panas dalam steam :
∆ = ∆H 130°C - ∆H 60°C = 111,3 kJ/kg
Banyaknya steam yang dibutuhkan :
= = 0,371 kg/jam

11. Powder Mixer


Powder mixer digunakan untuk mencampur biomass terenkapsulasi dengan
media prebiotik. Aliran bahan powder mixer dilihat pada Gambar 24.

F11 F8
Mixer
0,42 kg 0,42 kg

Gambar 24 Aliran bahan pada solid mixer


Diketahui:
P (daya) = 2,2 kW
Kapasitas = 2 kg/jam
Jumlah unit =1
Efisiensi = 99%
F (umpan) = 0,42 L

Perhitungan waktu proses

Q (debit) = x = 0,033 kg/menit

t (waktu) = x 0,42 kg = 12,727 menit


dalam satu hari ada 24 kali proses, maka waktu yang dibutuhkan yaitu:
= 12,727 menit x 24
= 305,45 menit

Perhitungan energi real proses:


W = 2,2 kW x x 305,45 menit

= 11,22 kWh x
41

= 4,04 x 107 joule


Efisiensi alat = 99%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/99%
Energi input = = 4,08 x 107 joule

Sementara energi yang terbuang sebagai panas:


= 4,08 x 107 joule – 4,04 x 107 joule
= 400000 joule

12. Capsule Machine


Capsule machine digunakan untuk memasukan probiotik kedalam kapsul
secara otomatis. Aliran bahan Capsule machine dilihat pada Gambar 25.
F13 F8
Capsule Machine
0,201 kg 0,201 kg

Gambar 25 Aliran bahan pada Capsule machine


Diketahui:
P (daya) = 0,47 kW
Kapasitas = 3 kg/jam
Jumlah unit =1
Efisiensi = 98%
F (umpan) = 0,201 L

Perhitungan waktu proses

Q (debit) = x = 0,05 kg/menit

t (waktu) = x 0,201 kg = 4,0358 menit


dalam satu hari ada 24 kali proses, maka waktu yang dibutuhkan yaitu:
= 4,0358 menit x 24
= 96,85 menit

Perhitungan energi real proses:


W = 0,47 kW x x 96,85 menit

= 0,758 kWh x
= 2,73 x 106 joule
Efisiensi alat = 99%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/99%
Energi input = = 2,787 x 106 joule

Sementara energi yang terbuang sebagai panas:


= 2,787 x 106 joule – 2,73 x 106 joule
= 5,662 x 104 joule
42

13. Electric Steam Boiler


Electric steam boiler digunakan untuk menghasilkan uap dari air yang akan
dipakai untuk media sterilisasi alat dan bahan fermentasi. Aliran bahan Electric
steam boiler disajikan pada Gambar 26.

Fin Fout
Boiler

Gambar 26 Aliran pada electric steam boiler

Diketahui:
Q (debit) = 250 kg/jam
P (daya) = 24 kW
Bahan = 5000 kg
Jumlah alat = 1 unit
Efisiensi = 98%

Perhitungan waktu proses:


Q (debit) = x = 4,165 kg/menit

t (waktu) = x 5000 kg = 1200,2 menit


Perhitungan energi real proses:
W = 24 kW x x 1200,2 menit

= 480 kWh x
= 1,728x109 joule
Efisiensi alat = 98%
Energi input = energi yang dibutuhkan proses/9%
Energi input = = 1,763x109 joule
Sementara energi yang terbuang sebagai panas:
= 1,763x109 joule – 1,728x109 joule
= 3,5 x107 joule
Secara keseluruhan untuk memproduksi probiotik sebanyak 9,686 kg
membutuhkan energi sebesar 545,837 kW dan steam sebanyak 409,174 kg.

Kebutuhan Utilitas

Utilitas merupakan unit penunjang utama dalam memperlancar jalannya suatu


proses produksi. Utilitas dalam suatu proses produksi memegang peranan utama
yang penting karena suatu proses produksi dalam suatu pabrik tidak akan berjalan
dengan baik jika utilitas tidak ada. Oleh sebab itu, segala sarana dan prasarananya
43

harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat menjamin kelangsungan operasi


suatu pabrik. Berdasarkan kebutuhannya, utilitas pada pabrik probiotik Lactobacillus
casei meliputi kebutuhan uap, kebutuhan air, kebutuhan tenaga listrik, dan kebutuhan
bahan bakar dan pelumas.

Kebutuhan Air
Air disebut sebagai salah satu elemen yang merupakan sumber kehidupan.
Oleh karena itu fungsinya tidak dapat tergantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air
merupakan salah satu hal yang penting dalam keberlangsungan kehidupan, baik
untuk air minum, kebutuhan rumah tangga hingga kebutuhan industri. Pada proses
produksi probiotik Lactobacillus casei, air memegang peranan penting antara lain :
1. Proses
Air yang berasal dari air tanah sehingga memenuhi standar baku mutu air bersih
dapat digunakan dalam proses produksi. Penggunaan air tersebut adalah untuk
proses fermentasi membutuhkan 10.000 liter/hari.
2. Sanitasi
Air yang digunakan untuk kebutuhan lingkungan industri dan sanitasi peralatan
proses sebesar 5.000 liter/hari
3. Kebutuhan air domestik untuk setiap orang adalah 40liter/hari (McCabe 1985),
kebutuhan air domestik adalah 40L/hari x 1hari/24 jam= 1,67 liter/jam. Jumlah
karyawan 30 orang maka kebutuhan air per jam sebesar 36,74 liter.
Sehingga kebutuhan air pabrik probiotik sebesar 16.200 liter/hari.

Kebutuhan Listrik
Listrik digunakan sebagai sumber energi bagi alat, mesin, dan komponen
lainnya. Perincian kebutuhan listrik dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Perincian kebutuhan listrik


Nama Alat Jumlah Daya (kW) Total (kW)
Mikroskop 2 0,02 0,04
Tank Starter 2 7 14
Bioreaktor 3 60 180
Tangential Flow 3 0,7 2,1
Filtration
Mixer Liquid 1 2,2 2,2
Spray dryer 1 0,8 0,8
Mixer 1 0,22 0,22
Capsul Mechine 1 0,47 0,47
Pompa 9 0,7 6,3
Electric steam 1 24 24
boiler
Total 230,13 kW
Selain untuk alat dan mesin, kebutuhan listrik juga digunakan untuk
penerangan ruangan bahan baku, ruang produksi, laboratorium, gudang
penyimpanan, kantor, mushola, kantin, kamar mandi, area parkir, ruang utilitas,
pengolahan limbah, dan ruang QC diasumsikan 45 kW. Sehingga kebutuhan listrik
untuk pabrik probiotik ini adalah sebanyak 275,13 kW. Cadangan listrik maka
ditambahkan 20%, maka listrik yang dibutuhkan sebesar 330,156 kW.
44

Kebutuhan Bahan Bakar dan Pelumas


1. Solar
Bahan bakar yang digunakan untuk genset adalah solar.
Nilai Bahan Bakar = 19.860 Btu/lbm
Densitas bahan bakar = 0,89 kg/l
Daya output generator = 985,575 kW
Daya generator yang dihasilkan = 985,575 kW x (3.413 Btu/jam)/kW
= 3.363.767,48 Btu/jam
Jumlah bahan bakar = 3.363.767,48 Btu/jam /19.860 Btu/lbm
= 169,37 lbm/jam x 0,454 kg/lbm
= 76,89 kg/jam
Kebutuhan Solar = 76,89 kg/jam/0,89 kg/l
= 86,39 liter/jam
2. Pelumas
Pelumas digunakan pada berbagai mesin produksi. Penggunaan oli sangat
penting untuk perawatan mesin karena dapat mengurangi gaya gesekan dan menjaga
kondisi mesin agar tetap prima dan tidak mudah aus. Peralatan yang membutuhkan
pelumas untuk perawatan antara lain pompa, mixer liquid, mixer solid, capsul
mechine, dan spray dryer. Kebutuhan pelumas setiap mesin sebanyak 12 liter per
bulan. Sehingga diperlukan pelumas sebanyak 156 liter/bulan.
Gambaran aliran proses pada alat disajikan pada Gambar 27 dan komponen
pada setiap alat disajikan pada Tabel 18.
45

Process Flow Diagram Kapsul Probiotik Lactobacillus casei

Gambar 27 Process flow diagram kapsul probiotik Lactobacillus casei


46

Tabel 18 Komponen pada setiap proses

Komponen P-1 P-2 P-3 P-4 P-5 P-6 P-7 P-8 P-9 P-10 P-11 P-12 P-13 P-14 P-15 P-16
Air 7,225 234,1 241,325 4682 4923,325 4923,325 0,5 0,5 4,353 4,853 4,853 0,01 0,01 0,01
MRS Broth 0,267 0,267 0,267 0,267
Biomassa 0,008 0,066 4,426 4,426 4,337 4,337 4,337 4,337
Glukosa 7,5 6,542 150 114,922 114,922
CSL 7,5 7,5 150 157,5 157,5
(NH4)2HPO4 0,5 0,5 10 10,5 10,5
Yeast Extract 0,375 0,375 7,5 7,875 7,875
MnSO4 0,025 0,025 0,5 0,525 0,525
Asam Laktat 0,9 0,9 - 38,16 38,16
Susu skim 0,484 0,484 0,484
Biomass enkap 4,821 4,821 4,821 4,821
FOS 0,072 0,072 0,072
Sodium Alginat 0,121 0,121 0,121
Total 7,5 250,9 257,5 5000 5257,5 5257,5 4,837 4,837 4,837 9,674 9,674 4,831 4,831 0,193 5,024 5,024
47

SPESIFIKASI ALAT DAN MESIN

Peralatan dan mesin merupakan hal yang utama dalam suatu industri. Peralatan
dan mesin yang akan digunakan pada pabrik probiotik Lactobacillus casei
ditunjukkan pada Tabel 19 berikut ini.

Tabel 19 Data spesifikasi kebutuhan alat dan mesin


No Nama dan Gambar Spesifikasi
1. Fermentor Bioreactor, Food Grade
Fermenter Tank

Kapasitas: 300 L
Daya: 7 KW
Voltase: 220-440V
Brewhouse: 2 vessels
Dimensi : D= 550mm, t=1255mm,
Di=220m

2. Bioreactor / Fermentor

Kapasitas : 7500L
Material : Stainless steel
Daya : 60 KW
Tekanan : 15psi-30psi
Berat : 5000kgs
Voltase: 380V
Dimensi: t= 4,24m, D= 1,5m.

3. Tangential flow filtration

Flow rate : 300 L/ hr


Material : Stainless steel
Daya : 370 W
Berat : 50 kg
Voltase: 220V / 50 Hz
Dimensi: 480 mm x 605 mm x
945 mm
Pressure : 0 – 87 psig
Temperature : 0- 45oC
48

No Nama dan Gambar Spesifikasi


4. Pharmaceutical mixer

Kapasitas : 2 L
Material : Stainless steel
Daya : 2200 W
Berat : 150 kg
Voltase: 380V
Dimensi : 60cm*60cm*100cm

5. China LPG-150 SprayDryer

Kapasitas :3L
Dimensi (P*L*T):
50cm*50cm*100m
Material : Stainless steel
Daya : 800 W
Berat : 55kg
Voltase: 380V

6. Powder mixer
Kapasitas : 5 kg
Material : Stainless steel
Daya : 220 W
Tipe Mixer : Homogenizer
Berat : 10 kg
Voltase: 110-480V
Dimensi : 40 cm*33cm*33cm

7. Capsule machine

Kapasitas : 1-3000 pcs


Material : Stainless steel
Daya : 470W
Berat : 130kg kg
Voltase: 220V
Dimensi : 900*500*950mm
49

No Nama dan Gambar Spesifikasi


8. Industrial Pump for Pharmaceutical
Machinery
Flow rate : 1.3-35 Litre/m
Material : Stainless steel
Daya : 700 W
Speed: 30 to 350 rpm
Voltase: 380V
Dimensi: 30 to 350 rpm
417mm*401mm*321mm

9. Genset

Power: 1500 kW
Speed: 1500 RPM / 1800
RPM
Frekuensi: 50 Hz
Dimensi: 3857 x 1250 x
2150 mm

10. Timbangan

Kapasitas: 3 000 Kg
Tinggi Pagar: 70 mm
Dimensi: 1,2 x 2,0 x 0,1 m

11. Mikroskop

Daya : 20W
Berat : 4,6 kg
Speed: 30 to 350 rpm
Voltase: 6V
Dimensi: 50X34X49cm
50

No Nama dan Gambar Spesifikasi


12. Rak
Dimensi: 2,5*0,2m*4m
Bahan : steel

13. Troli

Dimensi: 1100*1000 mm
Kapasitas: 100-300 kg
Bahan: Metal and plastik

14. Steel pallet


Ukuran: 1,5*1,5*0,2m
Material: M shape steel
plate, steel plate, steel tube.
Fork(dynamic):1-2T
Unsupported pallet rack: 1.5T
Powder coated in blue color.
Cover completely.

15. Electric steam boiler


Model : LDR
Rated voltage : 3N AC380V
50Hz
Rated Evaporation : 250 kg/h
Input Power : 24 kw
Dimension(L*W*H):
680*600*990 (mm)
Weight : 115 kg

16. Stainless steel drum with clamp

Kapasitas : 500 L
Bahan : Stainless steel
Diameter : 70 cm
Tinggi : 100 cm
51

SCALE UP

Perhitungan Tank Starter Skala Laboratorium

Volume Tangki reaktor

Penentuan spesifikasi volume tank starter dengan asumsi ( Trisakti 2013;


Agati 2010; Fransca 2003) :

 Perhitungan Bioreaktor 3L ( Basic)

 Impeller
Penentuan spesifikasi impeler dengan perbandigan dengan asumsi ( Trisakti
2013; Agati 2010; Fransca 2003)

Maka
52

Penggandaan Skala Pencampuran

Tank Starter

1. Spesifikasi
Tipe impeller : Rusthon Turbin 6-six blade (flat-blade turbin)
Jumlah impeller (Ni) : 2 set
Diameter impeller (Di) : 0,063 m
Jumlah baji (blade = Nb) : 6 buah
Tinggi reaktor (Ht) : 0,21 m
Diameter tangki (Dt) : 0,14 m
Jarak antar Impeller (I) : 0,09 m
Jarak antara Impller
bawah dengan dasar tangki (B) : 0,05 m
Tinggi Impeler (Hi) : 0,009 m
Jumlah buffle : 3 buah
Kecepata Agitasi (N) : 200 rpm

2. Peubah Fisik
 Volume Kerja Tangki reaktor

 Tinggi Media

 Kecepatan Putaran Impeler


53

Densitas campuran senyawa pada tangki reaktor bisa lihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Densitas campuran senyawa pada tangki reaktor


Senyawa %Bobot Densitas (kg/m3)
Air 93.64 1000
Glukosa Cair 3 1549
Corn Steep Liqour 3 1200
Yeast Extract 0.15 1220
MnSO4 0.01 2950
(NH4)2HPO4 0.2 1619

 Densitas Campuran

3. Perhitungan
Penentuan kebutuhan tenaga untuk pengadukan cairan fermentasi di dalam
tangki reaktor teraduk mengikuti persamaan sebagai berikut (Aiba et al 1973):
P = tenaga eksternal pengaduk (kg.m/det)
N = kecepatan agitasi
Di = diameter pengaduk
ρ = densitas cairan fermentasi (kg/m3)
Np = bilangan tenaga
gc = faktor gravitasi = 9,81 m/s2
Karakteristik tenaga dari cairan teraduk dengan berbagai tipe impeler diperoleh
nilai Np (power number) = 6

Tenaga Eksternal Agitator


54

Tenaga Koreksi dengan Standar Impeler (P*) dengan asumsi ( Trisakti 2013;
Agati 2010; Fransca 2003)

Perhitungan Scale Up Bioreaktor Berkapasitas 7500 L

 Penggandaan skala didasarkan pada kesamaan geometrik tangki reaktor


rancangan skala industri dipertahankan tetap.
 Tangki reaktor skala industri dirancang berkapasitas 7500 L, sehingga
penggandaan skala volumetrik = 2500 kali
 Volume (V) kerja tangki adalah 5000 L

Volume Tangki reaktor

 Tinggi Media Cair ( Hl2)


- Tangki Reaktor Skala 3L (basic)
55

Dt1 = 0,14 m
Hl1 = 0,16 m
Hl1 = (0,16/0,14) Dt1
Nisbah dipertahankan sama, maka Hl2 = (0,16/0,14) Dt2
- Tangki Reaktor Skala 7500L (basic)

 Diameter Tangki Skala 7500 L (Dt2) :

 Tinggi Tangki Reaktor


- Tangki reaktor skala 3 L
Ht1 = 0,21 m
Dt1 = 0,14 m
Nisbah dipertahankan sama, maka Di2 = (0,21/0,14) Dt2
- Tangki reaktor skala 7500 L

 Diameter Impeler
- Tangki reaktor skala 3 L
Ht1 = 0,21 m
Di1 = 0,063 m
Nisbah dipertahankan sama, maka Di2 = (0,21/0,063) Ht2
- Tangki reaktor skala 7500 L
56

 Tinggi Impeler
- Tangki reaktor skala 3 L
Dt1 = 0,063 m
Hi1 = 0,009 m
Nisbah dipertahankan sama, maka Hi2 = (0,009/0,063) Dt2

- Tangki reaktor skala 7500 L

 Jarak antar Impeler


- Tangki reaktor skala 3 L
Hl1 = 0,16 m
I1 = 0,09 m
Nisbah dipertahankan sama, maka I2 = (0,09/0,16) Hl2
- Tangki reaktor skala 7500 L

 Jarak Impeler dengan Dasar Reaktor


- Tangki reaktor skala 3 L
Dt1 = 0,14 m
B1 = 0,05 m
Nisbah dipertahankan sama, maka B2 = (0,05/0,14) Dt2
- Tangki reaktor skala 7500 L
57

 Penentuan kecepatan agitasi (N) pada tangki reaktor 7500 L dengan


menggunakan Metode Wang et al. 1978:

 Penentuan tenaga eksternal agitator (P) tangki reaktor 7500 L dengan asumsi
Power Number tetap = 6 (Cercell 2016)

Tenaga Koreksi dengan Standar Impeler (P*) dengan asumsi ( Trisakti 2013;
Agati 2010; Fransca 2003) :
58

Perbandingan parameter reaktor skala 3L dengan 7500 L bisa dilihat pada


Tabel 21.

Tabel 21 Perbandingan reaktor skala 3 L dengan 7500 L


Parameter Skala 3 L Skala 7500 L
Tinggi reaktor (Ht)
Diameter tangki (Dt)
Tinggi Cairan dalam tangki (Hi)
Diameter impeller (Di)
Tinggi Impeler (Hi)
Jarak antar Impeller (I)
Jarak impeler bawah dengan dasar
tangki (B)
Kecepata Agitasi (N) )
Tenaga (P)

TATA LETAK PABRIK

Pabrik ini menghasilkan produk probiotik dari Lactobacillus casei. Tata letak
yang dipilih untuk pabrik ini adalah menggunakan tipe produk yang merupakan tata
letak disusun berdasarkan aliran atau urutan proses dan satu lini proses produksi
(Mahfud dan Yudha 1990). Berdasarkan diagram alir proses maka dilakukan analisis
keterkaitan antar aktivitas untuk menentukan tata letak pabrik. Salah satu alat untuk
menganalisa dan merancang keterkaitan antar kegiatan ini disebut bagan keterkaitan
antar aktivitas. Dalam merancang hubungan antar kegiatan maka harus
59

dipertimbangkan faktor penting yaitu persyaratan khusus yang harus dipenuhi untuk
kegiatan atau ruang tertentu, karakteristik bangunan, letak bangunan, fasilitas
eksternal, dan kemugkinan perluasan. Pabrik probiotik, memerlukan 12 ruang yang
terdiri atas: ruang gudang bahan baku, ruang produksi, laboratorium, ruang
penyimpanan, ruang QC, kantor, musola, kantin, kamar mandi, area parkir, ruang
utilitas, dan penanganan limbah. Penyusunan tata letak untuk masing-masing
ruangan dibuat dalam bagan keterkaitan antar aktivitas berdasarkan hubungan, yaitu
absolutely necessary (A: harus bersebelahan), especially important (E: harus
berdekatan), important (I: cukup berdekatan), O: tidak harus saling berdekatan,
unimportant (U: bebas dan tidak saling terkait), dan not desirable (X: tidak boleh
saling terkait). Masing masing, antara satu ruang dengan ruang lainnya diberikan
penilaian. Berikut disajikan bagan keterkaitan aktivitas pada Gambar 28 di bawah
ini.

Gambar 28 Bagan Keterkaitan Aktifitas

Berdasarkan bagan keterkaitan aktivitas, dilakukan kalkulasi di masing-masing


ruang terhadap penilaian keterkaitan, diantaranya dengan menggunakan metode
Total Closeness Rating (TCR), maka dapat dilakukan analisis mengenai pusat
aktivitas dari suatu rangkaian kegiatan dengan memanfaatkan derajat keterkaitan
suatu pusat aktivitas ke-i terhadap seluruh pusat aktivitas yang ada menggunakan
persamaan (1). Perhitungan nilai hubungan pusat aktivitas disajikan pada Tabel 22.
Selanjutnya diurutkan ruang aktivitas dari yang memiliki nilai terbesar hingga
terkecil seperti pada Tabel 23.

𝑇𝐶𝑅𝑖 = Σ 𝑉( 𝑀𝑗=1,𝑗≠𝑖 rij) ............ persamaan (1)


r ij : hubungan Pusat Aktifitas ke-i dan ke-j.
V (r ij ): suatu fungsi nilai yang ditetapkan untuk r ij
V (rij = A) = 34 = 81 V (rij = U) = 30= 1
60

V (rij = I) = 32 = 9 V (rij = E) = 33 = 27
V (rij = O) = 31 = 3 V (rij = X) = 0

Tabel 22 Nilai hubungan pusat aktifitas


Nama Ruang Nilai Keterkaitan Antar Aktifitas Total
Ruang Bahan Baku 27 3 1 3 1 0 0 9 3 0 9 56
Ruang Produksi 81 9 1 1 0 0 0 1 0 81 27 201
Laboratorium 27 1 1 0 0 0 1 0 9 81 3 123
Ruang Penyimpanan 1 3 3 0 9 9 0 9 27 9 1 71
Ruang Kantor 81 27 27 3 1 0 9 1 1 1 3 154
Ruang Utilitas 0 1 1 0 3 1 1 9 1 1 3 21
Ruang QC 0 1 3 0 1 1 9 9 9 81 9 123
Musola 9 27 1 1 0 1 81 3 1 1 1 126
Kantin 1 1 3 1 1 9 27 3 0 0 0 46
Pembuangan Limbah 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0 3
Kamar Mandi 3 0 1 0 1 27 27 0 0 0 0 59
Area Parkir 1 1 3 3 1 1 3 9 0 0 9 31

Tabel 23 Urutan ruang aktifitas


No Nama Ruang Nilai TCR
1 Pembuangan Limbah 3
2 Ruang Utilitas 21
3 Area Parkir 31
4 Kantin 46
5 Ruang Bahan Baku 56
6 Kamar Mandi 59
7 Ruang Penyimpanan 71
8 Ruang QC 123
9 Laboratorium 123
10 Mushola 126
11 Raang Kantor 154
12 Ruang Produksi 201

Berdasarkan urutan prioritas ruang tersebut dapat diketahui bahwa ruang


dengan nilai prioritas TCR terbesar, dalam hal ini adalah ruang produksi probiotik
memiliki tingkat hubungan keterkaitan yang paling tinggi. Ruang produksi probiotik
dijadikan basis penyusunan tata letak, lalu dilanjutkan dengan penempatan bagian
ruang lainnya dengan tetap memperhatikan hubungan keterkaitan antar ruang pada
AR- chart. Penyusunan ruang juga menyesuaikan dengan pola aliran bahan dengan
ruangan aktivitas yang dilakukan terkait dengan kegiatan produksi. Pada Gambar 29
disajikan tata letak pabrik yang merupakan dasar penyusunan tata letak pabrik
dengan menggunakan kebutuhan luas yang sebenarnya.
61

Parkir Penyimpanan Ruang Laboratorium


produksi
Bahan baku Pengawasan Utilitas
Mutu
Kantor Mushola Kantin

Kamar
Mandi

Limbah

Gambar 29 Dasar Tata Letak Pabrik


Kebutuhan luasan ruang pabrik, khususnya ruang produksi bergantung pada
kapasitas produksi pabrik yang akan mempengaruhi ukuran dan jumlah alat/mesin
(alsin) yang digunakan. Selain itu, terdapat kebutuhan luas lainnya seperti material
handling dan operator. Pada perancangan pabrik probiotik ini, kapasitas alat dan
mesin serta utilitas pada tiap unit proses harus diintegrasikan satu sama lain agar
tidak terjadi kekurangan atau kelebihan kapasitas berdasarkan neraca massa yang
telah dirancang. Kapasitas luas total tiap alat dan mesin serta utilitas berdasarkan
neraca massa disajikan pada Lampiran 7. Kebutuhan luas masing-masing ruangan
disajikan pada Lampiran 8. Berdasarkan kebutuhan luas ruang yang terkait dengan
kegiatan produksi, perkiraan tata letak ruang pabrik dapat dilakukan dengan terlebih
dahulu membagi luasan sesungguhnya dengan luasan template yang ditentukan, yaitu
3 x 3 m = 9 m2 seperti yang disajikan pada Tabel 24. Melalui beberapa penyelesaian,
diperoleh tata letak pabrik probiotik Lactobacillus casei seperti Gambar 30 dengan
total kebutuhan lahan sebesar 1850 m2.

Tabel 24 Kebutuhan Luas Ruang Pabrik Probiotik


No Nama Ruang/Aktifitas Luas (m2) Jumlah
Template (3x3)
1 Ruang Bahan Baku 111,37 12,37
2 Ruang Produksi 496,733 55,19
3 Laboratorium 30 3,33
4 Ruang Penyimpanan 37,5 4,167
5 Ruang Kantor 180 20
6 Ruang Utilitas 51 5,667
7 Ruang QC 105 11,67
8 Musola 90 10
9 Kantin 75 8,33
10 Pembuangan Limbah 127,5 14,16
11 Kamar Mandi 21 2,33
12 Area Parkir 525 58,33
62

Gambar 30 Layout pabrik probiotik Lactobacillus casei

Keterangan:
1 : Area Parkir 8 : Lahan Kosong
2 : Ruang penyimpanan 9 : Taman
3 : Ruang Produksi 10 : Kantor
4 : Laboratorium 11 : Mushola
5 : Ruang Bahan Baku 12 : Kantin
6 : Quality Control 13 : Kamar Mandi
7 : Ruang Utilitas 14 : Pengolahan Limbah
15 : Kolam

PRAKIRAAN BIAYA PERALATAN

Prakiraan harga alat dan mesin yang digunakan untuk perancangan


bioinsektisida dari biji srikaya dilakukan dengan mengacu pada metode estimasi
menggunakan scaling factors and cost index (Peters et al 2004). Persamaannya
adalah sebagai berikut:

Keterangan:
Cx = harga alat pada tahun 2015
Cy = harga alat pada tahun dan kapasitas yang tersedia
X1 = kapasitas alat yang tersedia
X2 = kapasitas alat yang diinginkan
Ix = indeks harga pada tahun 2015
Iy = indeks harga pada tahun yang tersedia
m = faktor eksponensial untuk kapasitas (tergantung jenis alat)
Indeks harga untuk beberapa tahun tertentu yang digunakan untuk menentukan
estimasi harga alat dan mesin serta utilitas tersedia pada Tabel 25.
63

Tabel 25 Indeks harga Marshall dan Swift

N = 14
Σxi = 27937
Σyi = 14184
ΣXi.Yi = 28307996
ΣXi² = 55748511
ΣYi² = 14436786
Indeks harga untuk tahun yang diluar yang tertera pada tabel tersebut maka
dilakukan penghitungan menggunakan persamaan regresi linier karena berdasarkan
perhitungan, harga koefisiennya mendekati + 1 yaitu menyatakan bahwa terdapat
hubungan linier antar variabel X dan Y. Berikut hasil perhitungan koefisien korelasi:

𝑟 = 0.98 (𝑚𝑒𝑛𝑑𝑒𝑘𝑎𝑡𝑖 1)
Secara umum, persamaan regresi linier dapat dituliskan sebagai berikut:
Y=a+b⋅X
Keterangan:
Y = indeks harga pada tahun yang dicari (2015)
X = variabel tahun ke n – 1
a, b = tetapan persamaan regresi
64

Tetapan regresi ditentukan oleh:

Maka:

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat diperoleh nilai regresi


liniernya:
𝑌 = 𝑎 + 𝑏𝑋
𝑌 = 16,8088 X − 32528,8

Sehingga nilai indeks harga untuk tahun 2015 adalah

𝑌 = 16.8088(2015) − 32528.8 = 30.610,9


Selain harga indeks, perlu diketahui juga nilai eksponensial untuk
masingmasing alat dan mesin serta utilitas yang berbeda-beda. Nilai eksponensial
untuk beberapa alat dan mesin dapat dilihat pada Tabel 26 berikut ini.

Tabel 26 Nilai eksponensial peralatan dengan Metode Marshall dan Swift


Peralatan Satuan Eksponen
2
Evaporator ft 0,54
Pompa sentrifugal Hp 0,63
Pompa sentrifugal Hp 0,09
Ketel, cast, iron, jacket Galloon 0,27
3
Separator ft 0,49
Tangki, Flat head Galloon 0,57
Tangki, Glass head Galloon 0,49
Dryer ft2 0,40
Reactor Galloon 0,56
Conduit, alumunium in 0,49
Conduit, alumunium in 0,11
Motor, Squirrel cage, Hp 0,19
induction 440 volts
Motor, Squirrel cage, Hp 0,50
induction 440 volts
Pump, centrifugal, Hp 0,63
horizontal
Pump, centrifugal, Hp 0,09
horizontal
Tower Constant 0,88
Tower Constant 1,56
65

Peralatan Satuan Eksponen


Transformer,single phase, kva 0,58
dry
Transformer,single phase, kva 0,34
dry
Tubular heat exchanger ~ 0,00

Berikut kapasitas dan harga masing-masing alat dan mesin, serta utilitas yang
disajikan pada Tabel 27. Peralatan dan mesin serta utilitas ini digunakan untuk proses
produksi probiotik Lactobacillus casei. Perhitungan prakiraan biaya alat dan mesin
dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 27 Kapasitas dan harga alat


Nama Alat dan Jumlah Kapasitas Kapasitas Harga Alat
Mesin yang Alat Alat yang (Rupiah)
dibutuhkan dibutuhkan
Spray Dryer 1 3L 1L 25.348.282,76
Bioreaktor 3 7,5 m3 5 m3 560.306.968,9
Mixer 1 1 0,5 4.438.668,03
Through Mixer 1 2 1 4.438.668,03
Microfiltration
3 300 L 228,58 L 21.698.468,93
Tangential
3.000 3.000
Capsule Machine 1 25.317.357,18
pcs/jam pcs/jam
Fermentor kecil 2 0,3 m3 0,3 m3 118.485.231,6
Pompa 9 0,035 m3 0,035 m3 24.001.731,18
Genset 1 - - 500.000.000
Timbangan 1 3000 kg 3000 kg 350.000
Trolley 2 300 kg 300 kg 200.000
Water Treatment 1 - - 200.000.000
Pallet 8 - - 50.000
Tangki
Penyimpanan Susu 2 500 L 500 L 1.300.000
Skim
Tangki
Penyimpanan Corn 2 500 L 500 L 866.666
Steep Liquor

Tangki Penampung 1 500 L 500 L 866.666

Rak Bahan Baku 1 - - 150.000

Rak Produk Jadi 10 - - 150.000


66

Nama Alat dan Jumlah Kapasitas


Kapasitas Harga Alat
Mesin yang Alat yang
Alat (Rupiah)
dibutuhkan dibutuhkan
Mikroskop 2 - - 3.250.000
Electric
1 - - 10.000.000
SteamBoiler

PERHITUNGAN ASPEK EKONOMI

Pabrik probiotik dari Lactobacillus casei dalam satu tahun digunakan asumsi
bahwa operasinya 365 hari

Modal Investasi Tetap

MITL (Modal Investasi Tetap Langsung)


A. Biaya Tanah dan Lokasi Pabrik
Biaya tanah pada lokasi pabrik diperkirakan Rp 200.000/m2
Luas tanah seluruhnya adalah 1.850 m2
Harga tanah seluruhnya adalah 1.850 m2 x 200.000/m2 = Rp 370.000.000
Biaya perataan tanah diperkirakan 5% dari harga tanah seluruhnya
Biaya perataan tanah = 0,05 x Rp 370.000.000 = Rp 18.500.000
Total biaya tanah = Rp 370.000.000 + Rp 18.500.000
= Rp 388.500.000

B. Biaya bangunan
Biaya bangunan pada lokasi pabrik diperkirakan Rp 1.000.000/m2
Luas seluruh bangunan adalah 1.238 m2
Harga bangunan seluruhnya = 1.238 m2 x 1.000.000/m2
= Rp 1.238.000.000

C. Perincian Harga Mesin


Harga peralatan dapat ditentukan dengan suatu persamaan. Perhitungan
harga peralatan dapat dilihat pada Lampiran 6. Perincian harga mesin dan
peralatan proses dijabarkan pada Tabel 23 sebelumnya.
Untuk Peralatan sampai dilokasi pabrik ditambahkan biaya sebagai
berikut (Peters et al. 2004)
1. Biaya Transportasi = 12%
2. Biaya Asuransi = 1%
3. Bea Masuk = 15%
4. PPn = 10%
Total = 38%
Total Biaya Investasi Peralatan = Rp 2.864.360.002 x (1,38)
= Rp 3.952.816.803
67

Biaya Pemasangan peralatan = 10% x 2.864.360.002


= Rp 286.436.000,2
Biaya Peratalan Terpasang = 3.952.816.803 + 286.436.000,2
= Rp 4.239.252.803

D. Instrumentasi dan Alat Kontrol


Biaya instrumentasi dan alat control 30% dari total harga peralatan
Biaya = 30 % x 2.864.360.002 = Rp 859.308.000,6

E. Biaya Perpipaan
Biaya perpipaan 70% dari total harga peralatan
Biaya = 70 % x 2.864.360.002 = Rp 2.005.052.001

F. Biaya Instalasi Listrik


Biaya instalasi listrik 35% dari total peralatan
Biaya = 35% x 2.854.360.002 = Rp 1.002.526.001

G. Biaya Insulasi
Biaya insulasi 25% dari total harga peralatan
Biaya = 25% x 2.854.360.002 = Rp 716.090.000,5

H. Biaya Inventaris kantor


Biaya inventaris kantor 15% dari total harga peralatan
Biaya = 15% x 2.854.360.002 = Rp 429.654.000,3

Total MITL (Modal Investasi Tetap Langsung)


= A+B+C+D+E+F+G+H
= Rp 9.976.109.406

MITTL (Modal Investasi Tak Tetap Langsung)


A. Pra Investasi (biaya survey, perizinan, studi kelayakan)
Pra investasi 15% dari total harga peralatan
= Rp 2.854.360.002 x 0,15 = Rp 429.654.000,3

B. Engineering dan Konstruksi


Engineering dan Konstruksi 35% dari total harga peralatan
= Rp 2.854.360.002 x 0,35 = Rp 1.002.526.001

C. Legalitas
Legalitas 25% dari total harga peralatan
= Rp 2.854.360.002 x 0,25 = Rp 716.090.000,5

Total MITTL (Modal Investasi Tak Tetap Langsung)


= A+B+C
= Rp 2.148.270.002
Modal Investasi Tetap (MIT) = MITL + MITTL
= Rp 9.976.109.406 + Rp 2.148.270.002
= Rp 12.124.379.410
68

Modal Kerja

Modal kerja dihitung untuk pengoperasian pabrik selama 1 tahun (365 hari),
satu hari beroperasi selama 24 jam.

Bahan baku proses


Bahan baku proses untuk satu tahun tersaji dalam Tabel 28.
Tabel 28 Biaya bahan baku proses

Bahan Jumlah Cost (Rp/kg) Jumlah (Rp)


(kg/bulan)
Glukosa 2426,56 70.000 16.982.000
|NH4|2HPO4 105 1.400 147.000
Corn Steep 1575 5.000 7.875.000
Liquor (CSL)
Yeast Extract 78,75 3.800.000 299.250.000
MnSO4 5,25 100.000 525.000
Susu Skim 4,34 3.000 13.020
FOS 0,72 700.000 504.000
Sodium Alginat 1,21 500.000 605.000
Lactobacillus c 0,0016 2.600.000 4.160
Kapsul 294,615833 40.000 11.784.633,33
TOTAL 408.564.813,3

Total biaya pembelian bahan baku untuk proses produksi probiotik dari
Lactobacillus casei untuk satu tahun adalah Rp 408.564.813,3 x 12 bulan = Rp
4.902.777.760
Biaya Utilitas
Biaya utilitas untuk satu tahun tersaji dalam Tabel 29.

Tabel 29 Biaya utilitas


Jenis Jumlah Satuan Harga (Rp) Jumlah (Rp)
Air 16.200 Liter/Hari 7/Liter 113.400
Bahan bakar 86,39 Liter/Jam 8.200/Liter 708.398
( Solar )
Listrik 237.712,32 KWh/Bulan 1058 251.499.634,6
Air
Kebutuhan = 16.200 liter/Hari = 16.2 m3
Harga = Rp 7.000/m3 atau Rp 7/Liter (PAM Jaya 2015)
Harga Total = 16.200 liter/hari x 365 hari
= 5.913.000 Liter/Tahun x Rp 7/Liter
= Rp 41.391.000/Tahun
Solar
Kebutuhan = 86,39 liter/jam
Harga = Rp 8.200 (Budhi 2015)
Harga Total = 86,39 liter/Jam x 2 Jam/Hari x 365 hari
= 63.064,7 Liter/Tahun x Rp 8.200/Liter
= Rp 517.130.540/Tahun
69

Listrik
Kebutuhan = 330,156 Kw
Harga = Rp 1.058/Kwh
Harga Total = 330,156 Kw x 24 jam/hari x 365 hari
= 2.892.166,56 Kwh/tahun x Rp 1.058/Kwh
= Rp 3.059.912.220/tahun
Total Biaya Utilitas = Air + Solar + Listrik
= 41.391.000 + 517.130.540 + 3.059.912.220
= Rp.3.618.433.760/tahun
Depresiasi
Depresiasi merupakan biaya penyusutan yang terjadi pada setiap mesin,
peralatan, maupun bangunan setiap tahunnya. Dengan umur ekonomis diasumsikan
20 tahun dan besarnya penyusutan adalah sebesar 5% maka besar biaya depresiasi
atau penyusutan dapat dilihat pada Tabel 30.

Tabel 30 Biaya Depresiasi


Komponen Harga awal Umur Penyusutan Depresiasi/tahun(Rp)
(Rp) Ekonomis (%)
(tahun)
Alat dan 2.864.360.002 20 5 142.501.910,1
mesin
Bangunan 1.238.000.000 20 5 58.805.000
Instrumentasi 859.308.000,6 20 5 40.817.130,03
Perpipaan 2.005.052.001 20 5 95.239.970,05
Instalasi 1.002.526.001 20 5 47.619.985,05
Listrik
Insulasi 716.090.000,5 20 5 34.014.275,02
Inventaris 429.654.000,3 20 5 20.408.565,01
kantor
TOTAL 439.406.836,3

Penentuan Harga produk

Perincian HPP (Harga Pokok Produksi)

Perincian ini disajikan pada Tabel 31

Tabel 31 Perincian harga pokok produksi


Jenis Jumlah (Rp)
Modal investasi 12.124.379.410
Bahan baku 4.902.777.760
Bahan utilitas 3.618.433.760
Depresiasi 439.406.836,3
TOTAL 21.084.997.770

Modal HPP berasal dari:


Modal Sendiri 50% dari HPP
70

50% x Rp 21.084.997.770= Rp 10.542.498.890


Modal Pinjaman Bank 50% dari HPP
50% x Rp 21.084.997.770= Rp 10.542.498.890

Perhitungan Harga produk


Perhitungan HPP = Rp 21.084.997.770
Jumlah produksi probiotik = 9,686 kg x 365 hari (1 tahun)
= 3.535,39 kg/tahun atau
= 3.535.390 g/tahun
Harga Produk = HPP/Jumlah produksi
= 21.084.997.770/3.535.390
= Rp 5.964 / g atau
= Rp.5.964 / kapsul

Harga Jual Produk = Rp 5.964/kapsul x (1+ 30%)


= Rp 7.754/kapsul

Perkiraan Laba dan Rugi Perusahaan

A. Laba Sebelum Pajak


Laba Atas Penjualan
= Hasil Penjualan (per tahun) – HPP
= (Rp 7.754/kapsul x 3.535.390 kapsul/tahun) - Rp 21.084.997.770
= Rp 6.328.416.290/tahun

B. Pajak Penghasilan untuk penghasilan diatas 100 juta adalah 30%


PPh = 30% x Rp 6.328.416.290
= Rp 1.898.524.887/tahun
Laba setelah pajak = Rp 6.328.416.290- Rp 1.898.524.887
= Rp 4.429.891.403/tahun

Biaya Produksi Total


Biaya Tetap
A. Bunga Pinjaman Bank
16% dari total pinjaman bank
16% x Rp 11.164.254.880 = Rp 1.786.280.781
B. Depresiasi
Rp 439.406.836,3
C. Biaya Laboratorium dan Pengembangan
5% dari total modal investasi
5 % x Rp 12.124.379.410 = Rp 606.218.970,5
D. Biaya Asuransi
1% dari total modal investasi
1% x Rp 12.124.379.410 = Rp 121.243.794,1
E. Biaya Perawatan
5% dari biaya peralatan terpasang
5% x Rp 4.239.252.803 = Rp 211.962.640,2
71

Total Biaya Tetap = A+ B+C+D+E


= Rp 3.134.081.711

Biaya Variabel
A. Biaya Bahan Baku dan Utilitas
Rp 4.902.777.760 + Rp 3.618.433.760= Rp 8.521.211.520
B. Biaya Variabel Perawatan
1% biaya perawatan
1% x Rp 211.962.640,2 = Rp 2.119.626,402

Total Biaya Variabel = A+B


= Rp 8.523.331.146
Total Biaya Produksi Total
= Biaya Tetap + Biaya Variabel
= Rp 3.134.081.711 + Rp 8.523.331.146
= Rp 11.657.412.860

Analisa Aspek Ekonomi

Profit Margin
Profit margin atau net profit menunjukkan pada perhitungan profitabilitas
(dalam persen). Perhitungannya dapat dilihat pada perhitungan dibawah ini.
PM = (Laba sebelum pajak/total penjualan ) x 100%
PM = Rp 6.328.416.290/ Rp 27.413.414.060 x 100%
PM = 23,08 %
Berdasarkan perhitungan diperoleh profit margin sebesar 23,08%, maka
rancangan pabrik ini memberikan keuntungan.

Break Event Point (BEP)


Break Event Point adalah keadaan kapasitas produksi saat hasil penjualan
hanya dapat menutupi biaya produksi. Perhitungannya dapat dilihat di bawah ini.
BEP = (𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑡𝑎𝑝/𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛−𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑏𝑒𝑙) 𝑥 100%
BEP = (3.134.081.711 / 27.413.414.060 − 8.523.331.146) 𝑥 100%
BEP = 16,6 %
Kapasitas produksi pada titik BEP = 16,6 % x 3.535.390 kapsul x 100
= 58.687.474 kapsul
Nilai penjualan pada titik BEP = 16,6 % x Rp 27.413.414.060
= Rp 4.550.626.734
= 4.550.626.734
Dari data tersebut, BEP < 50 %, maka menurut Peters et al. (2004) pabrik termasuk
layak untuk didirikan.

Return of Investment (ROI)


Return On Investment adalah besarnya persentase pengembalian modal tiap
tahun dari penghasilan bersih. Perhitungan dapat dilihat di bawah ini.
ROI =(𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 / 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖) 𝑥100%
ROI = (4.429.891.403/ 12.124.379.410) 𝑥100%
72

ROI = 36,5 %

Return On Investment terletak 15% < ROI 45% maka tergolong risiko
pengembalian modal rata-rata. Sehingga pabrik ini termasuk resiko laju
pengembalian modal rata-rata.

Pay Out Time (POT)


Pay Out Time adalah angka yang menunjukkan berapa lama waktu
pengembalian modal. Perhitungan dapat dilihat di bawah ini.
POT = (1 / 𝑅OI) 𝑥1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
POT =(1 / 0,3650) 𝑥1 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛)
POT = 2,74 tahun
POT selama 2,74 tahun merupakan jangka waktu pengembalian modal dengan
asumsi bahwa perusahaan beroperasi dengan kapasitas penuh tiap tahun dan
penjualan konstan

Internal Rate Of Return (IRR)


IRR ditentukan dengan menggambarkan jumlah pendapatan dan pengeluaran
dari tahun ke tahum yang disebut dengan cash flow, untuk memperoleh cash flow
diambil ketentuan berikut :
1. Masa pembangunan disebut tahun ke nol
2. Jangka waktu cash flow dipilih 10 tahun
3. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan nilai pada tahun ke 10
4. Cash Flow adalah laba sesudah pajak ditambah penyusutan
Tabel 32 menunjukkan cash flow selama 10 tahun. Tabel 33 menunjukkan
perhitungan NPV dan IRR berdasarkan cash flow dengan menggunakan Microsoft
Excel.
73

Tabel 32 Perhitungan cash flow

Tabel 33 Perhitungan NPV dan IRR


Price 7.754
Quantity 3.535.390
npv 5.978.226.816
irr 27 %

Nilai internal rate of return (IRR) sebesar 28% dan lebih besar dari suku bunga
sebesar 16%, maka investasi pabrik ini tergolong baik. Berdasarkan keuntungan
melalui perhitungan net present value (NPV) senilai Rp.6.731.587.289. dalam
perhitungan pay out time dihasilkan bahwa modal akan kembali setelah perusahaan
berjalan selama 2,59 tahun dengan asumsi penjualan konstan. IRR dan NPV bernilai
baik, selain itu lama waktu pengembalian modal juga terbilang cepat. Sehingga
pabrik probiotik Lactobacillus casei layak untuk dibangun secara ekonomi.
74

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Perancangan pabrik probiotik dari Lactobacillus casei masih perlu terus


dikembangkan di Indonesia, hal tersebut karena probiotik mempunyai banyak
kegunaan yang dapat dimanfaatkan bagi manusia terutama dibidang kesehatan.
Perancangan produksi probiotik dari Lactobacillus casei memungkinkan untuk terus
diteliti guna menghasilkan proses yang lebih efisien dan murah dengan produk akhir
yang lebih kuat daya tahannya.
Perancangan proses produksi bakteri dari Lactobacillus casei dipilih dan
diperlukan karena ada potensi bahan baku dimana jumlah biakan bakteri
Lactobacillus casei di Indonesia yang besar serta didukung dengan jumlah literatur
penelitian yang besar, sehingga mengurangi biaya produksi, mempermudah
pemilihan proses produksi, dan lebih dikenal oleh masyarakat. Hal ini mendukung
perancangan pabrik layak untuk dilaksanakan.
Tahapan proses yang dipilih dalam produksi probiotik adalah menggunakan
bakteri Lactobacillus casei dengan proses pengambilan biomassa adalah
microfiltration tangential karena lebih ekonomis, bersifat kontinu, dan memiliki
rendemen terbesar mencapai 9,66 kg/hari dengan bahan baku 525,75 kg/hari. Energi
yang dibutuhkan yaitu sebanyak 545,837 kW dan steam sebanyak 409,174 kg.
Keuntungan pabrik probiotik ini melalui perhitungan analisis ekonomi
diperoleh Nilai internal rate of return (IRR) sebesar 28% dan lebih besar dari suku
bunga sebesar 16%, maka investasi pabrik ini tergolong baik. Berdasarkan
keuntungan melalui perhitungan net present value (NPV) senilai Rp.6.731.587.289.
dalam perhitungan pay out time dihasilkan bahwa modal akan kembali setelah
perusahaan berjalan selama 2,59 tahun dengan asumsi penjualan konstan. IRR dan
NPV bernilai baik, selain itu lama waktu pengembalian modal juga terbilang cepat.
sehingga pabrik ini layak untuk dibangun secara ekonomi. Hal ini menunjukan
bahwa perancangan pabrik probiotik sangat baik dilaksanakan.

Saran

Berdasarkan analisis ekonomi, perancangan pabrik probiotik dari bakteri


Lactobacillus casei dapat menguntungkan dan layak untuk dijalankan. Namun,
modal investasi masih tergolong sangat tinggi yang mencapai Rp. 12.124.379.410,
sehingga alangkah baiknya dilakukan kajian lebih lanjut akan biaya-biaya dalam
modal investasi pabrik sehingga waktu pengembalian modal menjadi lebih cepat dan
lebih menarik bagi investor.
75

DAFTRA PUSTAKA

Adnan, M. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Yogyakarta: Penerbit
Andi Offset.
Aiba S, Humprey AE, Millis NF. 1973. Biochemical Engineering. New York:
Academic Press, Inc.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (2005). Peraturan Kepala
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK
00.05.52.0685. Tentang Ketentuan Pokok Pengawasan Pangan Fungsional.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia.
Budhi A. 2015. Harga solar industri pertamina. [terhubung berkala]
http://solarindustripekanbaru.wordpress.com/hargadasarsolarindustripertamina/
(11 Januari 2016).
Cercell. 2016. [Terhubung berkala] http://cercell.com/support/bactovesseldetails/
Turbinepower (13 Januari 2016).
Danquah MK, Ang L, Uduman N, Moheiman N, and Forde GM. 2009. Dewatering
of microalga culture for biodiesel production: Exploring polymer flocculation
and tangential flow filtration. Journal of Chemical Technology and
Biotechnology, 84:1078-1083.
Desmond,C.,C.Stanton,G.F.K.Collins and R.P.Ross,2002.Improved survival of
Lactobacillus paracasei NFBC 338 in spray dried powders containing gum
acacia.Journal Appl.Microbiology 93:1003-1012
Dwidjoseputro D . 2005. Dasar - Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Djambatan
Edzwald J. 1995. Principles and application of dissolved air flotation. Water Science
and Technology, 31: 1-23.
Effendi, E. 2000. Mikroenkapsulasi Minyak Atsiri Jahe dengan Campuran Gum
Arab Maltodekstrin dan Variasi Suhu Inlet Spray-Drier. [Tesis]. Yogyakarta:
Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada.
Eukauriatza EJA. Yanes JMA, Medrano R dan Alvarez MM. 2010. Production of
probiotik biomass (Lactobacillus casei) in goat milk whey : Coparison of batch,
continous and fed-batch cultures. Bioresource Technology 28 : 2837–2844.
Food and Agriculture Organization/World Health Organization of The United
Nations (2001). Health and Nutritional Properties of Probiotics in Food
including Powder Milk with Live Lactic Acid Bacteria. Report of a Joint
FAO/WHO Expert Consultation on Evaluation of Health and Nutritional
Properties of Probiotics in Food including Powder Milk with Live Lactic Acid
Bacteria. Argentina.
Franca FP, Jesus AM, Oliveira FJS. 2009. Enhancement of Lactic Acid Fermention
By Lactobacillus Delbrueckii ATCC 6949 Using Sugar Molasses. 3(2): 773-
778.
Fuller, R. 1999. Probiotics for farm animals. Journal Horizon Scientific Press Hal 15-
22.
Girma E, Belarbi EH, Fernandez GA, Medina AR, and Chisti. 2003. Recovery of
alga biomass and metabolites : process option and economics . Biotechnology
Advances, 20: 491-515.
76

Harmayani E, Ngatirah, Rahayu ES, dan Utami T. 2001. Ketahanan dan viabilitas
probiotik bakteri asam laktat selama proses pembuatan kultur kering dengan
metode freeze dan spray drying. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol 12
(2): 126-132.
Hill International Book Co.
Ivanovska TP, Tozi LP, Kostoska MD, Geskovski N, Grozdanov, Strain C, Stafilov
T dan Mladenovska K. Microencapsulation of Lactobacillus Casei Chitosan-
Ca-Alginate Microparticles Using Spray-Drying Method. Macedonian Journal
of Chemistry and Chemical Engineering. Vol 31(1) : 115–123
Jagani H, Hebbar K, Gang SG, Raj PV, Chandrasekhar R, and Rao JV. 2010.An
Overview of Fermenter and the Design Consederation to Ehance Its
Productivity. 1: 261-301.
Jawetz. 2001. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba Medika. Jakarta.
Kailsapathy K. 2002. Microencapsulation of probiotik bacteria : technology and
potential application. Microbiol. Vol 3 : 39-48
Krasaekoopt, W., Bhandari, B. dan Deeth, H. (2003). Evaluation of encapsulation
techniques of probiotic for yoghurt. International Dairy Journal 13: 3-13.
Mahfud S, Yudha.1990. Tata Letak Pabrik. Jakarta: Pustaka Binaman Press.
Margawani, K.R. 1995. Lactobacillus casei Galur Shirota (Bakteri Yakult),
Peranannya Dalam Kesehatan Manusia. Bul. Tek. dan Industri Pangan.
6(2):93-99
Master, K. 1997. Spray drier. In: Baker, C.G.J. Industrial Drying for Foods. 1st ed.
London: Academic and Profesional.
McCabe W. 1985. Unit Operation of Chemical Engineering. New York: Mc Graw
Munarsono J dan R Mudjisihono.1993. Teknologi pengolahan jagung untuk
menunjang agroindustri pedesaan. Makalah Simposium penelitian tanaman
pangan III. Jakarta/Bogor, 23-25 Agustus 1993. Puslitbangtan. Bogor
Nagao, F., M. Nakayama, T. Muto and K. Okumura. 2000. Effects of a fermented
milk drink containing Lactobacillus casei strain shirota on the immune system
in healthy human subjects. Bioscience Biotechnology and Biochemistry 64
(12): 2706-2708.
Organotechnie. 2005. Standart series yeast extract 19512. Lacourneuve (FR)
:Organotechnie.
Pall. 2015. CadenceTM Single Pass Tangetial Flow Filtration. [Terhubung berkala]
http:// www.pall.com/main/biopharmaceuticals/product.page?id=52742 ( 15 19
Januari 2016)
PAM Jaya. 2015. Info pelanggan tarif air minum. [terhubung berkala] http:// www.
Pamjaya .co.id /pages /info-pelanggan/tarif- air-minum (11 Januari 2016)
Peters MS, Timmerhaus KD, West RE. 2004. Plant Design and Economics for
Chemical Engineers, 5th edition. New York: McGraw-Hill.
Porter. 1990. Handbook of Industrial Membrane Technology. New Jersey: Novey
Publications
Pramono YB, Harmayani E dan Utami T. 2003. Kinetika pertumbuhan Lactobacillus
plantarum dan Lactobacillus sp. Pada media MRS cair. Jurnal Teknologi dan
Industri Pangan. Vol 16 (1) : 46-50.
Rusmana, Iman., 2008. Sistem Operasi Fermentasi, Departemen Biologi FMIPA
IPB : Bogor Jawa Barat.
77

Salminen, S dan A. V. Wright. 1998. Lactic Acid Bacteria. Marcell Dekker Inc. New
York
Sari AM, Purnawan I dan Erdawan. Pengaruh bioflocculant kitosan dan nanopartikel
kitosan terhadap effisiensi pemisahan pada pemanenan biomssa mikroalga.
Seminar Nasional Sains dan Tenologi ; 2015 November 17 ; Jakarta, Indonesia.
Shah, N.P. (2000). Probiotic bacteria: Selective enumeration and survival in dairy
foods. Journal of Dairy Science 83: 894-907.
Speer edgar. 1998. Milk and Dairy Product Technology. Marcell Dekker Inc. New
York
Sumarno L. 2012. Perancangan Proses Produksi Probiotik Isolat Lokal Lactobacillus
sp. Penghasil Omega-6 dan Penurunan Kolesterol [Disertasi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Sunaryanto R, Martius E, Marwoto B. 2014. Uji kemampuan lactobacillus casei
sebagai agensia probiotik. Jurnal bioteknologi dan biosains indonesia. Vol 1 (1)
: 2442-2606
Taneja N. 2012. Maximizing Viability of Lactobacillus Paracasei subsp. Paracasei
L.casei 431 During processing and ambient storage. Thesis. Food Technology.
Massey University.
Tanny GB, Mirelman D, dan Pistole T. 1980. Improvment Filtrasi Technique for
Concentrating and harveting bacteria. Applied and Environmental
Microbiology. Vol 40 2) : 269-273.
Triana E, Yulianto E dan Nurhidayat N. 2006. Uji viabilitas Lactobacillus sp. Mar 8
terenkapsulasi. Biodiversitas. Vol 7 (2) : 114-117.
Trisakti B, Pasaribu JAS, Afrianty T, Irvan TH. 2013. Perancangan Prototipe
Bioreaktor Untuk Pengolahan Lanjut Limah Cair Pabrik Kelapa Sawit
(LCPKS) Secara Aerobik. 2(4): 43-48.
Wang L, Weller VL, Jones DD, Hanna MA. 1978. Review contemporary issues in
thermal gasification of biomass and its application to electricity and fuel
production. Biomass and Bioenergy. 32(2008): 573 – 581.
Wei-tien X, Ying L, and Chun-hou X. 2015. Study on Flocculation of Two
Flocculants on Lactobacillus rhamnosus. Journal. Guangdong Ocean
University
Wilde D, Dreher T, Zahnow C, Husemann U, Greller G, Adams T, and Fenge C.
2013. Superior Scalability of Single-Use Bioreactors. 12(8): 1-8.
Young JW, Hyang OK, Jong SY dan Hwa WR. 2006. Pilot-scale lactic acid
production via batch culturing of Lactobacillus sp. RKY2 using corn steep
liquor as a nitrogen source. Food Technology Bioetanol. Vol 44 (2) : 293-298.
78

LAMPIRAN
79

Lampiran 1 Jenis alat pelindung diri


Perlindungan Area yang memerlukan Jenis APD
Kaki Semua area kerja operasi industri. Semua sepatu boot dan
Kecuali area akomodasi, kantor, sepatu produksi untuk suatu
mushola. standar yang disetujui
Tangan Semua area perusahaan dimana
ada :
1. Bahan bahan berbahaya Sarung tangan karet dan
2. Area steril/ berhubungan sarung tangan penahan
dengan bakteri panas
3. Penggunaan semua
peralatan produksi
Pernafasan 1. Area penanganan bahan
baku
2. Area produksi yang
berhubungan dengan Menggunakan masker yang
bakteri/ area sterilisasi sesuai standart
3. Area laboratorium dan
quality control

Tubuh Semua area kerja operasi kecuali Menggunakan pakaian


area kantor, kantin, mushola sesuai SOP perusahaan.
Misalnya jas laboratorium
80

Lampiran 2 Grant chart proses produksi kapsul probiotik Lactobacillus casei


Lama Proses Probiotik
No Kerja Proses Durasi
Hari 1 Hari 2 Hari 3
(jam)
24 Jam 07.00-
1 Inokulasi
07.00
24 jam 07.00-
2 Fermentasi I
07.00
Fermentasi 47 jam 07.00-
3
II 07.00
1 jam 07.00-
4 Pemisahan
08.00
1 jam 08.00-
5 Penyalutan
09.00
1 jam 09.00-
6 Pengeringan
10.00
Pencampura 1jam 11.00-
7
n 12.00
Pengkapsula 1 jam 12.00-
8
n 13.00
81

Lampiran 3 Perhitungan neraca massa


Basis
Basis perhitungan : 24 jam operasi
Satuan Berat : Kilogram (kg)
Kapasitas : 7500 kg/hari
Volume kerja : 5000 kg/hari
Waktu operasi : 360 Hari/tahun

Tank Starter
Umpan dari MRS Broth
Konsentrasi inokulum yaitu sekitar 0,5-10 gr/L (Ezkauriatza 2010).
Total dari MRS Broth : 7,5 L
MRS Broth : 0,267 kg
Air : 7,225 kg
Biomassa : 0,008 kg

Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus casei


Perhitungan :
Asumsi 1 kg = 1 liter
Menghitung kecepatan tumbuh biomassa
Menurut Pramono et al. (2003) growt rate dari Lactobacillus casei dengan
kandungan glukosa 3% adalah 0,3071 L/jam.
µ (growth rate) = 0,3071 L/jam
Rv = kecepatan tumbuh bakteri
Rv = µ x Xo
= 0,3071 x (0,008 kg/257,5 L)
= 9,54 x 10-6 kg/L.jam
Pertumbuhan biomassa dilakukan selama 24 jam.
Xt = 24 jam x Rv
= 24 jam x 9,54 x 10-6 kg/L.jam
= 2,29 x 10-4 kg/L
Biomassa tumbuh = Xt x volume larutan
= 2,29 x 10-4 kg/L x 257,5
= 0,058kg
Biomassa keluar = biomassa masuk + biomassa tumbuh
= 0,008 kg + 0,058 kg
= 0,066
Glukosa sisa
Bahan Masuk = Bahan Keluar
Inokulum + Substrat segar = Biomassa keluar + (Media tanpa glukosa
dan biomassa) glukosa sisa
7,5 kg + 250 kg = 0,066 + 249,992 + glukosa sisa
257,5 kg = 250,058 + glukosa sisa
Glukosa sisa = 257,5-250,058
= 7,442
Glukosa dikonsumsi = 7,5-7,442 = 0,058
82

Reaksi :
Mol C6H12O6 mula-mula = 7,442 kg/180 kg/kmol = 0,04134 kmol
Asumsi konversi reaksi glukosa 13% = 0,13 x 0,041 kmol = 0,005 kmol

C6H12O6 2 C3H6O3
Mula-mula = 0,04134 -
Reaksi = 0,005 0,012

Sisa = 0,03634 0,01


Massa C6H12O6 sisa = 0,03634 kmol x 180 kg/kmol = 6,542 kg
Massa C3H6O3 terbentuk = 0,01 kmol x 90 kg/kmol = 0,9 kg

Bioreaktor

Pertumbuhan Bakteri Lactobacillus casei


Perhitungan :
Fase Batch
Asumsi 1 kg = 1 liter
Menghitung kecepatan tumbuh biomassa
(Berdasarkan jurnal dengan kandungan glukosa 3%)
µ (growth rate) = 0,3071 L/jam
Rv = kecepatan tumbuh bakteri
Rv = µ x Xo
= 0,3071 x (0,066 kg/5257,5 L)
= 3,85 x 10-6 kg/L.jam
Pertumbuhan biomassa dilakukan selama 24 jam.
Xt = 24 jam x Rv
= 24 jam x 3,85 x 10-6 kg/L.jam
= 9,25 x 10-5 kg/L
Biomassa tumbuh = Xt x volume larutan
= 9,25 x 10-5 kg/L x 5257,5 L
= 0,486 kg
Biomassa keluar = biomassa masuk + biomassa tumbuh
= 0,063 kg + 0,486 kg
= 0,549
Glukosa sisa
Bahan Masuk = Bahan Keluar
Inokulum + Substrat segar = Biomassa keluar + (Media tanpa
glukosa) glukosa sisa
257,5 kg + 5000 kg = 0,549 + 5100,892 + glukosa sisa
5257,5 kg = 5101,483 + glukosa sisa
Glukosa sisa = 5257,5 - 5101,441
= 156,059
Glukosa dikonsumsi = 156,542 - 156,017 = 0,483
Reaksi :
Mol C6H12O6 mula-mula = 156,059 kg/180 kg/kmol = 0,867 kmol
Asumsi konversi reaksi glukosa 12,8% = 0,12 x 0,867 kmol = 0,112 kmol
C6H12O6 2 C3H6O3
83

Mula-mula = 0,867 -
Reaksi = 0,112 0,224

Sisa = 0,755 0,224


Massa C6H12O6 sisa = 0,755 kmol x 180 kg/kmol = 135,899 kg
Massa C3H6O3 terbentuk = 0,224 kmol x 90 kg/kmol = 20,16 kg

Fase Continous
Jumlah biomassa dari fase batch = 0,523 kg
Menghitung kecepatan tumbuh biomassa
(Berdasarkan jurnal dengan kandungan glukosa 3%)
µ (growth rate) = 0,3071 L/jam
Rv = kecepatan tumbuh bakteri
Rv = µ x Xo
= 0,3071 x (0,549 kg/5257,5 L)
= 3,20 x 10-5 kg/L.jam
Pertumbuhan biomassa dilakukan selama 23 jam.
Xt = 23 jam x Rv
= 24 jam x 3,20 x 10-5 kg/L.jam
= 7,37 x 10-5 kg/L
Biomassa tumbuh = Xt x volume larutan
= 7,37 x 10-5 kg/L x 5257,5 L
= 3,877 kg
Biomassa keluar = biomassa masuk + biomassa tumbuh
= 0,549kg + 3,877 kg
= 4,426
Glukosa sisa
Bahan Masuk = Bahan Keluar
Inokulum + Substrat segar = Biomassa keluar + (Media tanpa
glukosa) glukosa sisa
257,5 kg + 5000 kg = 4,426 + 5121,052 + glukosa sisa
5257,5 kg = 5125,478 + glukosa sisa
Glukosa sisa = 5257,5 - 5125,478
= 132,022
Glukosa dikonsumsi = 135,899 - 132,022 = 3,877
Reaksi :
Mol C6H12O6 mula-mula = 132,022 kg/180 kg/kmol = 0,7334 kmol
Asumsi konversi reaksi glukosa 12,8% = x 0,74 kmol = 0,095 kmol

C6H12O6 2 C3H6O3
Mula-mula = 0,7334 -
Reaksi = 0,095 0,19

Sisa = 0,6384 0,19


Massa C6H12O6 sisa = 0,6384 kmol x 180 kg/kmol = 114,922kg
Massa C3H6O3 terbentuk = 0,19 kmol x 90 kg/kmol = 17,1 kg
Total Asam Laktat = 0,9 + 20,16 + 17,1 = 38,16 kg
84

Mikrofiltrasi tangensial

Asumsi :
Efisiensi filtrasi 98%
Air yang terbawa 0,01 %

Neraca Massa Komponen Biomassa :


F biomassa = W biomassa + P biomassa
P biomassa = 98% x F biomassa
= 0,98 x 4,426 kg
= 4,337
W biomassa = 4,426 – 4337 = 0,089

Neraca Massa Komponen Air :


F air = W air + P air
P air = 0,01% x F air
= 0,0001 x 4923,325 kg
= 0,5 kg
W air = 4923,325 – 0,5 kg
= 4922,825 kg
Neraca Total :
F total = Ptotal
F9 + F8 = F10

Neraca massa komponen susu skim


F9 = P susu skim
F9 = P susu skim = 0,484 kg
Larutan susu skim = 0,484 + 4,353 = 4,837
Neraca Total
F total = Ptotal
4,837 +4,837 = P total
P total = 9,674 kg

Spray Dryer
Asumsi :
Efisiensi 99,8 %
Neraca Total
F =W+P
F11 = F13 + F12
Neraca Komponen
F biomassa = P biomassa = 4,337
F susu skim = P susu skim = 0,484
Wair = 0,998Fair = 0,998 x 4,853 = 4,843
Pair = 4,853 – 4,843 = 0,01 kg
85

Mixer
Neraca Total :
F total F13= P total
F13 + F14 + F15 = F16

Neraca Komponen Aliran F14 (2,5 % sodium alginat) :


F14 = 2,5%xF13
= 0,015 x 4,831
= 0,072 kg
Neraca Komponen Aliran F14 (1,5% FOS) :
F15 = 1,5% x F13
= 0,025 x 4,831
= 0,121 kg
Neraca Total :
F total = P total
F13 + F14 + F15 = F16
4,831 + 0,072 + 0,121 = 5,024 kg

Pengkapsulan
Efisiensi menjadi kapsul : 96,2 %
1 kapsul : 1 gram

Neraca Massa Total :


F16 = F17 + F18

Neraca Massa Komponen :

F17 : 0,962 x 5,024


: 4,833
F18 :5,024 – 4,833
: 0,191

Kapsul yang dihasilkan yaitu pada aliran F17 yaitu sebesar 4833 kapsul
86

Lampiran 4 Gambar bioreaktor scale-up

Keterangan :
B : Jarak impeler dengan dasar
tangki
Di : Diameter Impeler
Dt : Diameter Tabung
Hi : Tinggi impeler
Hl : Tinggi Cairan
Ht : Tinggi Tabung
L : Jarak antar impeler
87

Lampiran 5 Perhitungan prakiraan harga alat dan mesin


A. Bioreaktor (Fermentor Kecil)
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 0,3 m3
Kapasitas alat yang diinginkan = 0,3 m3
Faktor eksponensial = 0,56
Harga alat : Rp.117.000.000

= 117.000.000
= Rp.118.485.231,6

B. Spray Dryer
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 3 Liter
Kapasitas alat yang diinginkan = 1 Liter
Faktor eksponensial = 0,4
Harga alat = Rp.39.000.000

= 39.000.000
= Rp.25.348.282,76

C. Reaktor (Big Scale)


Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 7,5 m3
Kapasitas alat yang diinginkan = 5 m3
Faktor eksponensial = 0,56
Harga alat = Rp.650.000.000

= 650.000.000
= Rp. 560.306.968,9
Dibutuhkan 3 unit = 3 x 560.306.968,9
= Rp.1.680.920.907
88

D. Microfiltration Tangential
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 300 Liter/Jam
Kapasitas alat yang diinginkan = 228,58 Liter/Jam
Faktor eksponensial = 0,49
Harga alat = Rp.24.480.000

= 24.480.000
= Rp.21.698.468,93
Dibutuhkan 3 unit = 3 x 21.698.468,93
= Rp.65.095.306,79

E. Pompa
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2013) – 32528,8 = 1.307,3144
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 0,035 m3
Kapasitas alat yang diinginkan = 0,035 m3
Faktor eksponensial = 0,63
Harga alat = Rp.23.400.000

= 23.400.000
= Rp.24.001.731,18
Dibutuhkan 9 unit = 9 x 24.001.731,18
= Rp.216.015.580,6

F. Mixer
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 1 Liter
Kapasitas alat yang diinginkan = 0,5 Liter
Faktor eksponensial = 0,19
Harga alat = Rp.5.000.000

= 5.000.000
= Rp.4.438.668,03
89

G. Pharmaceutical(through) Mixer
Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 2 Liter
Kapasitas alat yang diinginkan = 1 Liter
Faktor eksponensial = 0,19
Harga alat = Rp.5.000.000

= 5.000.000
= Rp.4.438.668,03

H. Filling Capsule Machine


Indeks harga ketersediaan alat (2014)
Y= 16,8088 (2014) – 32528,8 = 1.324,1232
Indeks harga ketersediaan alat (2015)
Y= 16,8088 (2015) – 32528,8 = 1.340,932
Kapasitas alat = 3.000 pcs/jam
Kapasitas alat yang diinginkan = 3.000 pcs/jam
Faktor eksponensial = 0,49
Harga alat = Rp.25.000.000

= 25.000.000
= Rp.25.317.357,18

SubTotal : Rp.2.140.060.002

I. Mikroskop
Fungsi = Meneliti kondisi dari Lactobacillus casei
Harga satuan = Rp.3.250.000
Dibutuhkan 2 unit = 2 x 3.250.000
= Rp.6.500.000

J. Pallette
Fungsi = memudahkan pemindahan bahan-bahan dalam
perusahaan
Harga satuan = Rp.50.000
Dibutuhkan 8 unit = 8 x 50.000
= 400.000

K. Tangki Susu skim


Fungsi = Menampung larutan susu skim 10% sebelum
dimasukkan kedalam mixer
90

Harga satuan = Rp.1.300.000


Dibutuhkan 2 unit = 2 x 1.300.000
= Rp.2.600.000

L. Rak Bahan Baku


Fungsi = sebagai tempat penyimpanan dari bahan yang akan
digunakan selama di penggudangan.
Harga satuan = Rp.150.000
Dibutuhkan 1 unit = Rp.150.000

M. Tangki Corn Steep Liquor


Fungsi = sebagai tempat CSL untuk dimasukkan kedalam tank
starter dan bioreaktor untuk dijadikan substrat.
Harga satuan = Rp.1.300.000
Dibutuhkan 3 unit = 3 x 866.666
= Rp.2.600.000

N. Rak Produk Jadi


Fungsi = Sebagai tempat penyimpanan dari produk yang
dihasilkan dan disimpan selamadi penggudangan
Harga satuan = Rp.150.000
Dibutuhkan 10 unit = 10 x 150.000
= Rp.1.500.000
O. Trolley
Fungsi = Memindahkan alat dari tempat satu ketempat lainnya
Harga Satuan = Rp.200.000

P. Timbangan
Fungsi = Menimbang bahan baku dan produk yang dihasilkan
Harga Satuan = Rp.350.000

Q. Generator Set
Fungsi = Sumber listrik kerika listrik padam
Harga Satuan = Rp.500.000.000

R. Water Treatment
Fungsi = Pengolahan air limbah
Harga satuan = Rp.200.000.000

S. Electric Steam Boiler


Fungsi = Menghasilkan uap untuk sterilisasi
Harga Satuan = Rp.10.000.000

Total = A + B + C + D +E + F + G + H + I +J + K + L + M + N + O + P + Q
+R+ S+T
= Rp. 2.864.360.002
91

Lampiran 6 Kapasitas Luas Peralatan dan Mesin

Nama Alsin Jumlah Luas Total Luas


Alsin P/D L (m) Jari-Jari Luas (m2) Total (m2)
(m) (m)
Spray Dryer 1 0,5 0,5 0,25 0,25
Bioreaktor 3 - - 0,75 1,766 5,299
Mixer Solid 1 0,4 0,33 - 0,132 0,132
Mixer Liquid 1 0,6 0,6 - 0,36 0,36
Filtration 3 0,48 0,605 - 0,29 0,87
Tangential
Capsul Mechine 1 0,9 5 4,5 4,5
Fermentor kecil 2 - - 0,275 0,237 0,475
Pompa 9 0,417 0,401 - 0,167 1,503
Genset 2 - - - - -
Timbangan 1 1,2 0,2 - 0,24 0,24
Troly 2 1,1 1 - 1,1 2,2
Water 1 5 3 - 15 15
Treatment
Pallet 8 1,5 1,5 - 2,25 18
Tangki 2 - - 0,75 1,766 3,533
Penyimpanan
Susu Skim
Tangki 2 - - 0,275 0,237 0,474
Penyimpanan
Corn Steep
Liquor
Tangki 1 - - 0,75 1,766 1,766
Penampung
Rak Bahan 1 4 0,5 - 2 2
Baku
Rak Produk Jadi 10 2,5 0,2 - 0,5 5
Electric steam 1 0,68 0,6 - 0,408 0,408
boiler
92

Lampiran 7 Luas Masing-Masing Ruang Pabrik


No Nama Ruang Mesin/Peralatan Mesin Material Luas Sub Total Allowance Jumlah Luas per
(m2) handling Bangunan (150%) mesin Aktifitas
(m2) (m2) (m2)
1 Ruang  Pallet 18 1,1 50 74,25 111,37 8 111,37
Gudang  Tangki
Bahan Baku penyimpanan 3,533 2
susu skim
 Tangki
penyimpanan 0,474 2
corn steep liquor
 Rak bahan baku 2 1
 timbangan 0,24 1
2 Ruang  Spray dryer 0,25 316 331,155 496,733 1 496,733
Produksi  Bioreaktor 5,299 3
 Mixer Solid 0,132 1
 Mixer Liquid 0,36 1
 Filtration 0,87 3
Tangential
 Capsul Mechine 4,5 1
 Fermentor kecil 0,475 2
 Pompa 1,503 9
 Tangki 1,766 1
Penampung
3 Laboratorium 20 20 30 30
4 Ruang  Rak 5 1,1 20 25 37,5 10 37,5
Penyimpanan Penyimpanan
Produk Jadi
93

No Nama Ruang Mesin/Peralatan Mesin Material Luas Sub Total Allowance Jumlah Luas per
(m2) handling Bangunan (150%) mesin Aktifitas
(m2) (m2) (m2)
5 Ruang QC - 70 70 105 105

6 Ruang Kantor 120 120 180 180


7 Musola 60 60 90 90
8 Kantin 50 50 75 75
9 Kamar Mandi 14 14 21 21
10 Area Parkir 350 350 525 525
11 Ruang Utilitas 34 34 51 51
12 Penanganan  Water treatment 15 70 85 127,5 1 127,5
Limbah

Anda mungkin juga menyukai