Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak Pelita V program Keluarga Berencana (KB) adalah gerakan

masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap potensi masyarakat untuk

berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudidayakan Norma Keluarga

Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) dalam rangka meningkatkan mutu dan sumber

daya manusia Indonesia. Hasil sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa

gerakan KB Nasional telah berhasil merampungkan landasan pembentukan

keluarga kecil dalam rangka pelembagaan dan pembudidayaan NKKBS.1

Program Keluarga Berencana nasional bertujuan untuk meningkatkan

kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil yang sejahtera

bahagia melalui pengendalian kelahiran dan pertumbuhan penduduk, melalui

usaha untuk penurunan tingkat kelahiran penduduk dengan peningkatan jumlah

dan kelestarian akseptor dan usaha untuk membantu peningkatan kesejahteraan

ibu dan anak, perpanjangan harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan

balita, serta menurunnya tingkat kematian ibu karena kehamilan dan persalinan.1

Keluarga sebagai unit terkecil dalam kehidupan berbangsa diharapkan

menerima Norma Keluarga kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang berorientasi

pada “Catur Warga” atau Zero Population Grow (pertumbuhan seimbang) yang

menghasilkan keluarga berkualitas. Sasaran utama program Keluarga Berencana

(KB) adalah Pasangan Usia Subur (PUS). 1 Dalam hal ini gerakan Keluarga

1
Berencana tidak hanya meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak, namun yang

lebih penting lagi adalah kontribusi KB dalam meningkatkan kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) dan keluarga yang pada akhirnya akan meningkatkan

kualitas bangsa.2

Berbagai usaha dibidang gerakan KB sebagai salah satu kegiatan pokok

pembangunan keluarga sejahtera telah dilakukan baik oleh pemerintah, swasta

maupun masyarakat sendiri. Untuk ini antara lain dengan senantiasa memberikan

kesempatan seluas-luasnya kepada PUS untuk ikut berpartisipasi dalam

meningkatkan NKKBS melalui pemakaian alat kontrasepsi.1,2

Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan

peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri.

Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena

pencapaian tersebut ternyata belum merata. Ada daerah-daerah yang kegiatan

keluarga berencananya sudah tinggi, sementara itu daerah lain masih rendah

dalam menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Pada

umumnya masyarakat lebih memilih alat kontrasepsi yang praktis namun

efektivitasnya juga tinggi, seperti metode non MKJP yang meliputi pil KB dan

suntik. Sehingga metode KB MKJP seperti Intra Uterine Devices (IUD), Implant,

Medis Operatif Pria (MOP) dan Medis Operatif Wanita (MOW) kurang

diminati.2,3

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau IUD (Intra Uterine Devices)

adalah salah satu alat kontrasepsi jangka panjang yang sangat efektif untuk

menjarangkan kelahiran anak. IUD sangat efektif, efektivitasnya 92-94% dan

2
tidak perlu diingat setiap hari seperti halnya kontrasepsi jenis pil. Keuntungan dari

dari IUD ini pun sangat banyak diantaranya sebagai pencegah kehamilan jangka

panjang yang ampuh, paling tidak 10 tahun dan tidak perlu diganti, tidak

mempengaruhi hubungan seksual, tidak ada efek samping hormonal, tidak ada

interaksi dengan obat-obat, tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dan

aman untuk ibu menyusui, serta dapat digunakan sampai menopause. Implant juga

merupakan salah satu kontrasepsi jangka panjang dimana memiliki efektivitas

hingga 98% dalam mencegah kehamilan, dan keuntungan diantaranya tidak

memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak menggangu

kegiatan senggama, tidak menggangu ASI, dapat dicabut setiap saat sesuai dengan

kebutuhan.3

Salah satu masalah utama yang dihadapi saat ini adalah masih rendahnya

penggunaan KB Intra Uterine Device (IUD), sedangkan kecenderungan

penggunaan jenis KB sederhana seperti pil dan suntik jumlahnya terus meningkat

tajam. Hasil penelitian terhadap kontrasepsi implant/IUD, sampai saai ini belum

menunjukan hasil yang maksimal, kurangnya dukungan dari para tokoh tentang

IUD, yang seharusnya dapat dijadikan sebagai contoh bagi sebagian masyarakat

mengenai keberhasilannya. Beberapa faktor lain yang diduga ikut mempengaruhi

rendahnya penggunaan KB IUD diantaranya adalah ekonomi yang relatif masih

rendah (keterjangkauan harga), pengetahuan mengenai alat kontrasepsi yang

kurang, sikap yang tertutup dan kurangnya motivasi dari keluarga serta tenaga

kesehatan. Sementara keberadaan implant-IUD ini sangatlah penting dalam rangka

3
sebagai kontrasepsi jangka panjang yang memiliki keunggulan dan

keefektivitasan serta keuntungan dibandingkan dengan kontrasepsi jenis lain.2,3

Berdasarkan data statistik BKKBN di Indonesia Agustus 2015 peserta KB

Baru secara nasional sebanyak 4.142.186 peserta. Apabila dilihat per mix

kontrasepsi maka persentasenya adalah sebagai berikut: 287.028 peserta IUD

(6,93%), 66.456 peserta MOW (1,60%), 5.925 peserta MOP (0,14%), 217.817

peserta Kondom (5,26%), 391.464 peserta Implant (9,45%), 2.135.259 peserta

Suntikan (51,55%), dan 1.038.237 peserta Pil (25,06%). Mayoritas peserta KB

baru bulan Agustus 2015, didominasi oleh peserta KB yang menggunakan Non

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP), yaitu sebesar 81,87% dari

seluruh peserta KB. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode

jangka panjang seperti IUD, MOW, MOP dan Implant hanya sebesar 18,13%.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Banjarmasin tahun 2009, didapatkan

pemakaian kontrasepsi terbanyak adalah jenis pil, yakni 44.934 akseptor.

Sedangkan suntikan sebanyak 33.131 akseptor, IUD 2812 akseptor, implant

sebanyak 1562 akseptor dan lainnya (MOW/MOP) sebanyak 1174 akseptor, serta

kondom 940 orang.

Penggunaan KB di wilayah kerja puskesmas Paringin sendiri, shingga

bulan September tahun 2016, jumlah pengguna kontrasepsi adalah sebanyak 2.560

orang pengguna KB aktif, dengan rincian pengguna pil KB sebanyak 1.172 orang,

suntikan sebanyak 1.231 orang, implant 56 orang, IUD sebanyak 51 orang,

kondom 43 orang, obat vagina 0 orang, MOP 0 orang, dan MOW 7 orang.4

4
Dilihat dari data di atas pemakai alat kontrasepsi jangka panjang yakni

implant/IUD sangat rendah di Indonesia dan di Kalimantan Selatan.

B. Perumusan Masalah
Untuk mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

kontrasepsi implant-IUD pada ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Paringin.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan Umum :
Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya

akseptor KB implant dan IUD di wilayah kerja Puskesmas Paringin.


Tujuan khusus :
a) Mengetahui hubungan antara tingkat pendidikan ibu-ibu setempat dengan

pemilihan kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas Paringin?


b) Mengetahui hubungan antara status ekonomi dengan pemilihan

kontrasepsi implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas Paringin?

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan guna

meningkatkan cakupan kontrasepsi implant/IUD demi tercapainya target metode

kontrasepsi efektif dan berjangka panjang.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi

1. Definisi Kontrasepsi

5
Kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk menunda, menjarangkan

kehamilan, serta menghentikan kesuburan. Kontrasepsi berasal dari kata “kontra”

dan “konsepsi”. Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi

adalah pertemuan antara sel telur (ovum) yang matang dengan sperma yang

mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma

tersebut.5

2. Jenis kontrasepsi

Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan

cara kontrasepsi modern (metode efektif) :5

a. Kontrasepsi Sederhana

Kontrasepsi sederhana terbagi lagi atas kontrasepsi tanpa alat dan

kontrasepsi dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan

dengan senggama terputus dan pantang berkala. Sedangkan kontrasepsi dengan

alat/obat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup,

cream, jelly atau tablet berbusa (vaginal tablet).

b. Kontrasepsi Modern/Metode Efektif

Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi tidak permanen dan

kontrasepsi permanen. Kontrasepsi tidak permanen dapat dilakukan dengan pil,

AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim), suntikan dan implant. Sedangkan cara

6
kontrasepsi permanen dapat dilakukan dengan metode mantap, yaitu dengan

operasi tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria).

3. IUD (AKDR)

IUD merupakan alat kontrasepsi yang terbuat dari bahan plastik yang halus

berbentuk spiral atau berbentuk lain yang dipasang di dalam rahim dengan

memakai alat khusus oleh dokter atau bidan/ paramedik lain yang sudah dilatih.6

a. Jenis IUD

Walaupun di masa lampau IUD dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan

yang berbeda-beda, dewasa ini IUD yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe :6

1. Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese

ring).

2. TCu 380A, berbentuk huruf “T” diselubungi oleh kawat halus yang terbuat

dari tembaga (Cu) tersebar di Indonesia.

3. TCu 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375) dan Nova T (ada di Indonesia),

mengandung tembaga. Mengandung hormon steroid seperti progestasert

yang mengandung progesterone dan Levanova yang mengandung

levonorgestrel.

b. Efektifitas6

 IUD sangat efektif.

 Tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun.

 Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun.

7
 Cu T 380A dapat untuk 10 tahun, Bentuk ini terbukti sangat efektif,

aman,dan mudah beradaptasi.

 IUD memiliki kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita

pada tahun pertama pemakaian.

c. Mekanisme Kerja IUD6

Mekanisme kerja IUD adalah sebagai berikut :

 Perubahan pada endometrium yang mengakibatkan kerusakan pada

spermatozoa yang masuk ke dalam rahim.

 Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.

 Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri.

 Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

 AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun

AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan

dan mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

d. Keuntungan dan kerugian IUD6

Setiap alat kontrasepsi memiliki kelebihan dan kekurangan. Ini menjadi

penting untuk kita ketahui karena sebagai tenaga kesehatan dan calon akseptor

kita berhak memperoleh informasi yang benar tentang alat kontrasepsi yang akan

dipilih dan digunakan.

Berikut ini merupakan keuntungan dari alat kontrasepsi IUD, yaitu :

 Efektifitasnya tinggi. 0,6 – 0,8 kehamilan per 100 perempuan yang

menggunakan IUD (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).

 AKDR akan segera efektif begitu terpasang di dalam rahim.

8
 Sangat efektif karena tidak perlu mengingat-ngingat ataupun melakukan

kunjungan ulang untuk menyuntik tubuh (KB suntik).

 Tidak mempengaruhi hubungan seksual dan dapat meningkatkan

kenyamanan berhubungan karena tidak perlu takut hamil.

 Tidak ada efek samping hormonal seperti halnya pada alat kontrasepsi

hormonal.

 Tidak akan mempengaruhi kualitas dan volume ASI.

 Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus dengan

catatan tidak terjadi infeksi.

 Dapat digunakan hingga masa menopause (1 tahun atau lebih setelah masa

haid terakhir).

 Tidak ada interaksi dengan obat-obatan.

 Membantu mencegah kehamilan di luar kandungan.

 Dapat dipasang kapan saja, tidak perlu pada saat masa haid saja asal anda

tidak sedang hamil atau diperkirakan hamil.

 Dapat dilepas jika menginginkan anak lagi, karena tidak bersifat

permanen.

 Tidak bersifat karsinogen, yaitu dapat menyebabkan kanker karena

hormon yang terkandung didalamnya.

Berikut merupakan Kerugian dari alat kontrasepsi IUD, yaitu:

Efek samping yang umum terjadi :

1. Keputihan

9
2. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan).

3. Haid lebih lama dan banyak.

4. Perdarahan (spotting) antar menstruasi.

5. Saat haid lebih sakit.

4. Implant

Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonogestrel yang

dibungkus dalam kapsul silasticsilikon (polidemetsilixane) dan di susukkan

dibawah kulit. Implant adalah metode kontrasepsi yang hanya mengandung

progestin dengan masa kerja panjang, dosis rendah, reversible untuk wanita.7,8

a) Jenis – jenis kontrasepsi impant:8

a. Norplant

Terdiri dari 6 batang silastis lembut berongga dengan panjang 3,4 cm

dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg levonogestrel dan lama

kerjanya 5 tahun.

b. Implanon

Terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan

diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3- keto- desogestrel dan lama kerjanya

3 tahun.

c. Jadena

Terdiri dari 2 batang yang di isi dengan 75 mg levonogestrel dan lama kerja

3 tahun.

10
b) Efektifitas

Implant merupakan kontrasepsi yang paling tinggi daya gunanya. Kegagalan

adalah 0,3 per 100 tahun–wanita.8

c) Mekanisme kerja8

 Lendir servik menjadi kental

 Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi

implantasi

 Mengurangi transportasi sperma

 Menekan ovulasi

d) Waktu mulai menggunakan Implant8

 Implant dapat dipasang selama siklus haid hari ke -2 samapai hari ke – 7

 Bila tidak hamil dapat dilakukan setiap saat

 Saat menyususi antara 6 minggu sampai 6 bulan pasca persalinan

 Pasca keguguran implant dapat segera di insersikan

 Bila setelah beberapa minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali,

insersi dapat dilakukan setiap saat jangan melakukan hubungan seksual

selama 7 hari.

e) Keuntungan dan kerugian kegunaan Kontrasepsi Implant



Keuntungan implant8

 Daya guna tinggi

 Perlindungan jangka panjang

 Pengambilan tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan

 Tidak memerlukan pemeriksaan dalam

11
 Bebas dari pengaruh estrogen

 Tidak menggangu kegiatan senggama

 Tidak menggangu ASI

 Klien hanya perlu kembali ke klinik bila ada keluhan

 Dapat dicabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan



Kerugian Kontrasepsi Implant8

 Menimbulkan gangguan menstruasi yaitu tidak dapat menstruasi dan

terjadi perdarahan yang tidak teratur

 Berat badan bertambah

 Menimbulkan akne, ketegangan payudara

 Liang senggama terasa kering

f) Yang boleh menggunakan Kontrasepsi Implant8

 Usia reproduksi

 Telah memiliki anak

 Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi

 Pasca persalinan tidak menyusui

 Pasca keguguran

 Tidak menginginkan anak lagi, tetapi menolak sterilisasi

 Riwayat kehamilan ektopik

 Tekanan darah <180/ 110 mmhg, dengan maslah pembekuan darah.

 Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung

estrogen.

 Sering lupa menggunakan pil

12
g) Yang tidak boleh menggunakan Kontrasepsi Implant8

 Hamil atau diduga hamil

 Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

 Benjolan / kanker payudara atau riwayat kanker payudara

 Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi

 Miom uterus dan kanker payudara

 Gangguan toleransi glukosa

h) Pemasangan Kontrasepsi Implant

Pemasangan Implant biasanya dilakukan dibagian atas (bawah kulit) pada

lengan kiri wanita (lengan kanan bagian yang kidal), agar tidak menggangu

kegiatan. Implant dapat dipasang pada waktu menstruasi atau setelah melahirkan

oleh dokter atau bidan yang terlatih. Sebelum pemasangan dilakukan pemeriksaan

kesehatan terlebih dahulu danjuga disuntik untuk mencegah rasa sakit. Luka bekas

pemasangan harus dijaga agar tetap bersih kering dan tidak boleh terkena air

selama 5 hari. Pemeriksaan ulang dilakukan oleh dokter seminggu setelah

pemasangan. Setelah itu setahun sekali selama pemakaian dan setelah 5 tahun

implant harus diambil atau di lepas.8

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Ibu Untuk

Memilih Implant/IUD Sebagai Alat Kontrasepsi.

1. Pengetahuan

13
Pengetahuan merupakan hasil “tahu” dan hal ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,

rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga.9

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas dan tingkat

yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam 6 (enam) tingkat

pengetahuan, yaitu:9

a. Tahu (know)
Merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah, termasuk dalam

tingkatan ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.


b. Memahami (comprehension)
Pada tingkatan ini orang sudah paham dan dapat menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar juga.


c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

d. Analisis (analysis)
Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk menjabarkan materi yang

telah dipelajari dalam komponen-komponen yang berkaitan satu sama lain.


e. Sintesis (syntesis)
Sintesis merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada dengan cara meletakkan atau menghubungkan

bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.


f. Evaluasi (evaluation)

14
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek, di mana penilaian berdasarkan pada kriteria

yang dibuat sendiri atau pada kriteria yang sudah ada.

2. Pendidikan

Pendidikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk mengembangkan

kepribadian dan kemampuan individu atau masyarakat. Ini berarti bahwa

pendidikan adalah suatu pembentukan watak yaitu sikap disertai kemampuan

dalam bentuk kecerdasan, pengetahuan dan keterampilan. Seperti diketahui bahwa

pendidikan formal yang ada di Indonesia adalah tingkat sekolah dasar, sekolah

lanjutan tingkat pertama, sekolah lanjutan tingkat atas, dan tingkat akademik/

perguruan tinggi. Tingkat pendidikan sangat menentukan daya nalar seseorang

yang lebih baik, sehingga memungkinkan menyerap informasi-informasi juga

dapat berpikir secara rasional dalam menanggapi informasi atau setiap masalah

yang dihadapi.10

3. Status Ekonomi

Status ekonomi identik serta berhubungan erat dengan tingkat pendapatan

dimana semakin tinggi penghasilan semakin tinggi pula status ekonominya

dimana dengan demikian persentase pengeluaran yang dibelanjakan untuk barang,

makanan, dan semakin baik pula status gizi masyarakat.11

Tingkat pendapatan yang baik memungkinkan anggota keluarga untuk

memperoleh hal yang lebih baik, misalnya di bidang pendidikan, kesehatan,

pengembangan karir dan sebagainya. Demikian pula sebaliknya jika pendapatan

lemah akan menghambat dalam pemenuhan kebetuhan-kebutuhan tersebut.

15
Keadaan ekonomi atau penghasilan memegang peranan penting dalam

meningkatkan status kesehatan keluarga. Jenis pekerjaan orang tua erat kaitannya

dengan tingkat penghasilan dan lingkungan kerja, dimana bila penghasilan tinggi

maka pemanfaatan pelayanan kesehatan dan pencegahan penyakit juga meningkat,

dibandingkan dengan penghasilkan rendah akan berdampak pada kurangnya

pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam hal pemeliharaan kesehatan karena daya

beli obat maupun biaya transportasi dalam mengunjungi pusat pelayanan

kesehatan.11

4. Perizinan Suami

Seseorang istri dalam memutuskan mengikuti program KB harus

mendapatkan persetujuan dari suami, karena suami dianggap sebagai kepala

keluarga, pencari nafkah dan seseorang yang dapat membuat keputusan dalam

suatu keluarga. Adanya peran serta suami dalam intervensi penggunaan KB pun

ikut mengambil andil. Hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut diantaranya

adalah perolehan izin istri untuk pemakaian metode kontrasepsi yang akan

digunakan dan hal ini tentunya menjadi satu alasan sendiri dimana sebagai

seorang suami pun juga memiliki hak untuk menentukan dan mengatur kehidupan

rumah tangga dalam rangka mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan berumah

tangga itu sendiri.12

5. Persepsi rasa aman terhadap pemakaian implant-IUD

Hal ini terkait dengan adanya faktor informasi dari orang lain baik teman

ataupun tetangga yang banyak mengungkapkan cerita tentang pengalaman orang

lain yang memakai implant/IUD namun gagal ataupun hanya sekedar mitos belaka

16
yng mereka sendiri juga tidak tahu kebenarannya, meskipun demikian informasi

yang bersifat negatif tersebut seringkali dianut, sehingga memunculkan persepsi

kurang aman terhadap pemakaian KB implant/IUD dan akhirnya menimbulkan

momok tersendiri bagi akseptor yang ingin menggunakan kontrasepsi ini.13

6. Persepsi rasa takut terhadap pemakaian implant-IUD

Masyarakat umumnya berasumsi bahwa kontrasepsi implant/IUD adalah jenis

kontrasepsi yang harus memasukkan sesuatu benda tajam ke dalam tubuh, yakni

implant dimasukkan di bawah kulit di bagian lengan atas, dan IUD di dalam

rahim. Hal tersebut membuat suatu persepsi rasa takut, yang rata-rata dianggap

oleh sebagian masyarakat, karena pemasangan yang demikian tersebut.13

7. Persepsi nilai terhadap pemakaian implant-IUD

Pemakaian kontrasepsi jenis implant/IUD memunculkan anggapan beragam

dari masyarakat, mulai perindividual maupun lingkungan sosial setempat, yang

terkait dengan norma agama, budaya, dan kepercayaan tentang implant/IUD serta

dukungan dari tokoh agama, tokoh masyarakat, maupun kader/petugas kesehatan.

Hal tersebut menjadikan suatu persepsi nilai dimana timbunya penilaian tentang

nilai sosial dari kontrasepsi implant/IUD yang berdasarkan norma agama, sosial,

dan kepercayaan masyarakat, yang pada akhirnya akan menimbulkan persepsi

nilai, baik positif maupun kurang positif.13

17
BAB III

LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS

3.1 Landasan Teori

Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau

merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi.

Menurut undang-undang No 10 tahun 1992 KB adalah upaya peningkatkan

kepedulian masyarakat dalam mewujudkan keluarga kecil yang bahagia sejahtera.

18
Alat kontrasepsi memang sangat berguna sekali dalam program KB namun perlu

diketahui bahwa tidak semua alat kontrasepsi cocok dengan kondisi setiap orang.

Untuk itu, setiap pribadi harus bisa memilih alat kontrasepsi yang cocok untuk

dirinya.14

Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dan IUD (Intra Uterine Devices)

merupakan metode kontrasepsi jangka panjang dengan efektifitas yang baik. IUD

memiliki efektivitas sekitar 92-94% dan tidak perlu diingat setiap hari seperti

halnya kontrasepsi jenis pil. Keuntungan dari dari IUD ini pun sangat banyak

diantaranya sebagai pencegah kehamilan jangka panjang yang ampuh, paling

tidak 10 tahun dan tidak perlu diganti, tidak mempengaruhi hubungan seksual,

tidak ada efek samping hormonal, tidak ada interaksi dengan obat-obat, tidak

mempengaruhi kualitas dan volume ASI, dan aman untuk ibu menyusui, serta

dapat digunakan sampai menopause.

Implant juga merupakan kontrasepsi jangka panjang yang memiliki

efektivitas hingga 98% dalam mencegah kehamilan, dan keuntungan diantaranya

tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak

menggangu kegiatan senggama, tidak menggangu ASI, dapat dicabut setiap saat

sesuai dengan kebutuhan.3

Pelayanan kontrasepsi (PK) adalah salah satu jenis pelayanan KB yang tersedia.

Sebagian besar akseptor KB memilih dan membayar sendiri berbagai macam metode

kontrasepsi yang tersedia. Faktor-faktor yang mempengaruhi akseptor dalam memilih

metode kontrasepsi antara lain:12

a. Faktor pasangan

1. Umur

19
2. Gaya Hidup

3. Frekuensi senggama

4. Jumlah keluarga yang diinginkan

5. Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu

6. Sikap kewanitaan dan kepriaan

b. Faktor kesehatan

1. Status kesehatan

2. Riwayat haid

3. Riwayat keluarga

4. Pemeriksaan fisik

5. Pemeriksaan panggul

c. Faktor metode kontrasepsi

1. Efektivitas

2. Efek samping

3. Biaya

Selain faktor-faktor tersebut masih banyak faktor lain yang mempengaruhi

pemilihan jenis kontrasepsi seperti tingkat pendidikan, pengetahuan, kesejahteraan

keluarga, agama, dan dukungan dari suami/istri. Faktor-faktor ini nantinya juga akan

mempengaruhi keberhasilan program KB.12

Tingginya tingkat pendidikan masyarakat sangat mendukung penerimaan

atau pelaksanaan program KB, karena program KB bertujuan untuk membantu

masyarakat menuju ke tingkat kesejahteraan yang lebih baik. Sedangkan

hubungannya dengan pengetahuan secara teoritis tingkat pengetahuan seseorang

akan sesuatu (dalam hal ini KB jangka panjang) sangat penting serta merupakan

20
dasar dari sikap dan tindakan dalam menerima atau menolak sesuatu hal, sehingga

tingkat pengetahuan yang baik tentang KB dengan segala aspeknya akan sangat

membantu kelancaran usaha untuk memotivasi calon akseptor KB.12,15

Tingkat sosial ekonomi berpengaruh terhadap keikutsertaan KB. Sedangkan

izin suami dengan pemakaian KB, teori yang ada menyebutkan bahwa di Indonesia

keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi istri untuk

menggunakan alat kontrasepsi.12

Secara teoritis seseorang istri dalam memutuskan mengikuti program KB

harus mendapatkan persetujuan dari suami, karena suami dianggap sebagai kepala

keluarga, pencari nafkah dan seseorang yang dapat membuat keputusan dalam

suatu keluarga. Hal ini juga dipertegas dengan penelitian Karindra yang

menyebutkan bahwa peran serta suami sangat berperan dalam keikutsertaan

sebagai akseptor Keluarga Berencana di Rumah Sakit (KBRS) pada pasien

pascapersalinan dan pasca keguguran. Persepsi rasa aman ibu dan persepsi nilai

terhadap IUD/implant juga mempengaruhi dalam metode pemilihan KB, jika ibu

tidak merasa nyaman maka ibu tidak akan memilih metode KB tersebut.12

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Banjarmasin tahun 2011, didapatkan

pemakaian kontrasepsi terbanyak adalah jenis pil, yakni 44.934 akseptor. Sedangkan

suntikan sebanyak 33.131 akseptor, IUD 2812 akseptor, implant sebanyak 1562

akseptor dan lainnya (MOW/MOP) sebanyak 1174 akseptor, serta kondom 940 orang.

Dari data di atas, didapatkan bahwa ternyata pemakaian implant/IUD menduduki

peringkat 3 terbawah. Dengan hal demikian, tentunya terdapat hal-hal yang terkait

dan berkenaan dengan hasil yang ditunjukkan oleh data di atas, dan hal tersebut

21
dihubungkan dengan faktor yang mungkin mempengaruhi seperti yang telah

dijelaskan di atas.16

Faktor pasangan
Umur istri
Gaya hidup Faktor metode kontrasepsi
Frekuensi senggama Efektivitas
Jumlah anak Efek samping minor
Pengalaman dengan kontrasepsi yang lalu Kerugian
Dukungan pasangan (izin suami) Komplikasi-komplikasi yang
Tingkat kesejahteraan keluarga (tingkat ekonomi) potensial
Keikutsertaan dalam Jamkesmas Biaya
Tingkat pendidikan
Tingkat pengetahuan
Persepsi rasa aman, takut dan nilai tentang IUD/implant

Faktor kesehatan
Status kesehatan
Riwayat haid
Riwayat keluarga
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan panggul Pemilihan jenis
kontrasepsi (IUD-
Implant)

22
= Diteliti

= Tidak diteliti

Gambar 1. Konsep Landasan Teori

3.2 Hipotesis

Hipotesis pada makalah ini adalah:

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan keputusan

memilih metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas

Alalak Selatan.
2. Terdapat hubungan antara tingkat ekonomi ibu dengan keputusan memilih

metode kontrasepsi Implant-IUD di wilayah kerja Puskesmas Alalak

Selatan.

23
BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian yang

bersifat observasional. Pendekatan yang digunakan pada rancangan penelitian ini

adalah case control study, dimana suatu keadaan sudah diketahui yaitu dalam hal

ini pemilihan kontrasepsi Implant-IUD untuk kemudian dicari faktor-faktor yang

mempengaruhi pemilihan tersebut. Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai

24
kelompok kasus adalah ibu-ibu penduduk di wilayah kerja Puskesmas Paringin

yang menggunakan KB selain metode Implant-IUD. Kelompok kontrol adalah

ibu-ibu penduduk di wilayah kerja Puskesmas Paringin yang menggunakan KB

metode implant-IUD.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah seluruh ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas

Paringin.

2. Subjek Penelitian, terdiri dari:

a. Kontrol yaitu ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Paringin yang

menggunakan KB dengan metode implant-IUD.

b. Kasus yaitu ibu-ibu di wilayah kerja Puskesmas Paringin yang

menggunakan KB selain metode Implant-IUD.

Cara pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan secara Simple

Random Sampling yaitu sampel ditentukan secara acak.

C. Instrumen penelitian

Alat Peneltian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah data informed consent

peserta KB di Puskesmas Paringin.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

25
Variabel bebas pada penelitian ini adalah tingkat pendidikan, dan status

ekonomi.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah pemilihan kontrasepsi Implant-

IUD.

E. Definisi Operasional

1. Tingkat Pendidikan, yaitu jenjang pendidikan formal terakhir yang ditempuh

responden dengan mendapatkan ijazah/Surat Tanda Tamat Belajar (STTB).

Dikatakan Rendah jika Tingkat pendidikan < SLTA; dikatakan tinggi jika

Tingkat pendidikan ≥ SLTA.


2. Status Ekonomi adalah jumlah penghasilan yang didapatkan oleh anggota

keluarga berdasarkan pendapatan per bulan. Tingkat pendapatan dapat dilihat

dari pendapatan yang disesuaikan dengan upah minimum regional Kabupaten

Balangan tahun 2016. Dikategorikan rendah jika < Rp2.085.050,00 dan

menengah ke atas jika ≥ Rp2.085.050,00

F. Prosedur Penelitian

1. Persiapan

Sebelum dilakukan penelitian, peneliti meminta izin kepada kepala

Puskesmas Paringin untuk melaksanakan penelitian di tempat tersebut.

2. Pelaksanaan
Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data sampel penelitian

dengan melihat data rekam medis di poli KB Puskesmas Paringin.

3. Pelaporan

26
Data yang diperoleh dianalisa dan dibahas berdasarkan hasil yang telah

didapatkan kemudian dilaporkan.

G. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan data

Pengumpulan sampel dilakukan dengan melihat data rekam medis di poli

KB Puskesmas Paringin. Kemudian peneliti mengambil 50 data akseptor KB

Implant-IUD dan 50 data akseptor KB selain Implant-IUD secara acak. Data yang

terkumpul disajikan dalam bentuk narasi, tabel 2x2, grafik, dan gambar.

H. Cara Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk melihat hubungan antara pemilihan

kontrasepsi implant-IUD dengan tingkat pendidikan, dan status ekonomi

dilakukan perhitungan untuk kemaknaan statistic dengan uji Chi-square dengan

tingkat kepercayaan 95%.

I. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Paringin.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan selama bulan Juli-September 2016 di Puskesmas

Paringin.

27

Anda mungkin juga menyukai