Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH STUDI KASUS GERAKAN ACEH MERDEKA

Diposting oleh Unknown di 01.09

GERAKAN ACEH MERDEKA(GAM)


“Ketahanan Nasional”

Dosen pembimbing :
Edwin Nurdiansyah, M.Pd
Oleh kelompok 6 :
1.Anis Mufidah Nim : 06131181520024
2.Karina Anggraini Nim : 06131381520066
3.M. Zamzami Nim : 06131382520026
4.Sari Damayanti Nim : 06131381530031
5.Tri Astuti Nim : 06131381520053
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2016
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Tujuan pembahasan..........................................................................., 2

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PEMBAHASAN


2.1 Pembahasan Masalah.......................................................................,,,3
2.2 Komentar.............................................................................................6

BAB III : PENUTUP


3.1. Kesimpulan...................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gerakan Aceh Merdeka atau sering kali disebut dengan GAM adalah sebuah organisasi yang di
anggap sparatis yang memiliki tujuan agar Aceh yang merupakan daerah yang sempat berganti
nama menjadi Nangroe Aceh Darusalam lepas dari Negara Republik Indonesia. Gerakan ini di
pimpin oleh Hasan Di Tiro yang bermukim di Swedia. Di dalam situasi antara GAM dan
pemerintah, masyarakat NAD lah yang menjadi korban karena terjadi konlik antara GAM dan
pemerintah sehingga anggota GAM sering melakukan penculikan dan penarikan pajak terhadap
masyarakat NAD bahkan juga sering terjadi perang, sehingga para masyarakat NAD menjadi
resah. Untuk itu para masyarakat NAD meminta agar pemerintah segera menyelesaikannya.

Dalam menyelesaikan konflik yang terjadi pemerintah pusat melancarkan dua strategi yaitu
otonomi khusus)untuk aspek agama, ekonomi, dan politik) bagi masyarakat sipil yang ada di NAD.
Selain itu pemerintah juga mengadakan perundingan yang di kenal dengan sebutan COHA, hasil
dalam perundingan ini pemerintah dan GAM teteap pada pendirian masing-masing.

Pembahasan ini tidak terlepas dari ketahanan nasional bangsa Indonesia, karena pada hakekatnya
Ketahanan Nasional Indonesia adalah keuletan dan ketangguhan bangsa yang mengandung
kemampuan menggambarkan kekuatan nasional untuk dapat menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara dalam mencapai tujuan nasional. Selain itu penyelenggaraan kesejahteraan dan
keamanan secara seimbang serasi dan selaras dalam seluruh aspek kehidupan nasional.

Sedangkan konsepsi ketahanan nasional adalah keseimbangan dan keserasian dalam kehidupan
sosial meliputi seluruh aspek kehidupan secara utuh menyeluruh berlandasakan falsafat bangsa,
idologi negara, konstitusi dan wawasan nasional dengan metode astagrata. Konsepsi ketahanan
nasional ini merupakan saran untuk mewujudkan ketahanan nasional. Oleh karena itu kelompok
kami dalam makalah ini mengupas tentang pemberontakan GAM yang telah terjadi di tanah air
tercinta ini dan memberikan gambaran tentang peran serta ketahanan nasional yang di terapkan
oleh Indonesia kala adanya pemberontakan yang sedemikian itu.

1.2 Tujuan

1.Mengetahui apa itu GAM.


2.Mengetahui apa penyebab terbentuknya GAM.
3.Mengetahui dampak dari adanya GAM.
4.Mengetahui upaya yang di lakukan dalam mengatasi GAM.

BAB II
PEMBAHASAN

1.1 SEKILAS KONFLIK ACEH


Gerakan Aceh Merdeka atau yang biasa disebut dengan GAM, merupakan organisasi
separatisme yang telah berdiri di Aceh sejak tahun 1976. Tujuan didirikannya GAM ini ialah
agar Aceh dapat lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan membuat negara
kesatuan sendiri dengan nama Nanggroe Aceh Darussalam. Gerakan Aceh Merdeka juga
dikenal dengan nama Aceh Sumatera National Liberation Front (ASNLF).

Pada awalnya, GAM adalah sebuah organisasi yang diproklamirkan secara terbatas.
Deklarasi GAM yang dikumandangkan oleh Hasan Tiro dilakukan secara diam-diam
disebuah kamp kedua yang bertempat di bukit Cokan, Pedalaman Kecamatan Tiro, Pidie.
Setahun kemudian, teks tesebut disebarluaskan dalam versi tiga bahasa; Inggris Indonesia,
dan Aceh. Penyebaran naskah teks proklamasi GAM ini, terungkap ketika salah seorang
anggotanya ditangkap oleh polisi dikarena pemalsuan formulir pemilu di tahun 1977. Sejak
itulah, pemerintahan orde baru mengetahui tentang pergerakan bawah tanah di Aceh.

Pada awalnya, gerakan ini terdiri dari sekelompok intelektual yang merasa kecewa atas
model pembangunan di Aceh. Hal ini terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan di
bawah orang-orang Jawa. Kelompok intelektual ini berasumsi bahwa telah terjadi
kolonialisasi Jawa atas masyarakat dan kekayaan alam di Aceh. Untuk mendapatkan
dukungan dari masyarakat, kalangan pemuda, serta tokoh-tokoh agama di Aceh, Hasan Tiro
mereproduksi gagasan anti-kolonialisasi Jawa. Gagasan-gagasan Hasan Tiro ini semakin
memuncak setelah pemerintah orde baru meng-eksplorasi kekayaan gas alam dan minyak
bumi di Aceh Utara sejak awal 1970-an.

Sebab lain terjadinya gerakan separatisme GAM di Aceh, di perkuat oleh dukungan yang
datang dari para tokoh Darul Islam (DI) di Aceh yang belum diselesaikan secara tuntas di era
orde lama. Tokoh-tokoh DI/TII yang gagal melakukan pemberontakan di Aceh, merasa
bahwa dukungan mereka kepada GAM akan dapatmembantu Aceh memperoleh
kemerdekaannya sendiri.

Munculnya kelompok GAM ditanggapi oleh pemerintahan orde baru dengan cara yang
represif. GAM dipandang sebagai gerakan pengacau liar sehingga harus dibasmi. Dimasa
orde baru, tidak ada toleransi bagi kaum pemberontak yang dapat menyebabkan instabilitas
politik. Hampir tidak ada kebijakan orba yang mencoba untuk mengintegrasikan pihak-pihak
yang memberontak, bahkan terhadap keluarga mereka sekalipun. Pendekatan militer
menyebabkan terjadinya kekerasan dan pelanggaran HAM di Aceh, seperti penghilangan
orang, pembunuhan, pemerkosaan, dan penculikan. Sedangkan Hasan Tiro, sebagai ketua
kelompok GAM, diasingkan di Swiss dan baru saja kembali ke tanah air pada tahun 2008
kemarin.

Separatisme di Aceh justru semakin berkembang setelah tindakan represif dari pemerintahan
orde baru. Dengan munculnya generasi baru yang mendukung GAM yang terdiri dari para
korban Daerah Operasi Militer. Generasi ke-2 kelompok GAM ini melakukan eksodus keluar
dan melakukan perjuangan dari luar Aceh, melalui Malaysia, Libya, dan Jenewa.

Turunnya Soeharto dari kursi kepresidenan, menandakan berakhirnya era orde baru.
Berbagai upaya untuk meredam pemberontakan di Aceh masih terus diusahakan oleh
presiden-presiden RI berikutnya. Sejak era presiden B.J. Habibie sampai dengan presiden
Megawati telah mengupayakan berbagai kebijakan. Namun sayangnya kebijakan-kebijakan
tidak berjalan secara efektif. Sampai akhirnya, pemerintah kembali menggunakan
pendekatan militeristik untuk menyelesaikan masalah di Aceh.

Pada era Abdurrahman Wahid, jalur diplomasi sudah mulai diterapkan untuk mendamaikan
hubungan antara Indonesia dan Aceh. Gusdur menggunakan upaya dialog damai, yang
bernama Jeda Kemanusiaan I dan II. Namun jalur ini kembali tidak efektif, karena Gusdur
terpaksa turun dari kursi pemerintahan sebelum masa jabatannya usai. Pada era Megawati
Soekarnoputri, pemerintah kembali menggunakan pendekatan militeristik yang membuat
semakin banyaknya korban-korban sipil yang berjatuhan dengan menjadikan Aceh sebagai
daerah darurat militer. Dan sekali lagi pendekatan militer membuat Indonesia menjadi
semakin jauh dengan GAM. Yang akhirnya membuat masalah separatisme ini menjadi
semakin berlarut-larut.

Perundingan Helsinki

Ide untuk menyelesaikan konflik dengan jalur perdamaian baru tercetus ketika Indonesia
berada dibawah pemerintahan Presiden Yudhoyono. Sejak dari akhir Januari hingga Juli
2005, SBY-JK mulai melakukan empat babak pembicaraan informal dengan pihak GAM
untuk melakukan perundingan sebagai cara damai menyelesaikan separatisme di Aceh.
Pembicaaan informal ini difasilitasi oleh Crisis Management Initiative(CMI), yaitu sebuah
lembaga yang dipimpin oleh seorang mantan pesiden Finlandia, Martti Ahtisaari. Jusuf Kalla
menamakan jalur yang dilakukan saat ini sebagai sebuah pendekatan baru, kerena Kalla
mempunyai supervisi yang konsisten dan terus menerus untuk menyelesaikan konflik Aceh
dengan jalur perdamaian.2

Langkah pertama untuk dapat mendekati jalur perdamaian, adalah dengan mempertemukan
kedua belah pihak yang bersengketa. Dan untuk dapat membuat GAM bersedia berdialog
dengan pihak Indonesia, diperlukannya rasa kepercayaan satu sama lain. Rasa kepercayaan
inilah yang cukup sulit diperoleh sehingga membuat putaran pertama pertemuan informal ini
menjadi gagal. Karena itu diperlukannya pihak ketiga yang dapat dipercaya oleh kedua belah
pihak sebagai penengah. Dan untuk pihak ketiganya, Indonesia memilih Martti Ahtisaari.
Alasan dipilihnya Ahtisaari ialah; pertama, karena hampir selama satu tahun lamanya, Jusuf
Kalla telah berkomunikasi via telepon dengan Ahtisaari untuk membahas konflik di Aceh ini.

Kedua, karena Martti Ahtisaari memiliki kesepahaman dengan pihak RI, bahwa dalam
menyelesaikan konflik di Aceh, konsep yang mungkin digunakan adalah konsep otonomi
khusus. Ketiga, karena reputasi Martti sebagai mantan presiden yang terbilang sangat baik.
Dan Yang keempat, adalah karena keberadaan pihak GAM yang ada di Swedia diharapkan
dapat ditemui dan dilobi oleh Martti, sehingga adanya kepercayaan pihak GAM terhadap
negosiator.
Dalam perundingan Helsinki terdapat lima putaran. Pada putaran pertama dan kedua,
memberikan hasil yang tidak memuaskan, karena keadaan kedua pihak menjadi kritis,
khususnya pada putaran kedua, karena terjadi dead lock, atau tidak adanya titik temu, karena
posisi kedua belah pihak yang berbeda. Namun peran CMI dalam mencari alternatif rumusan
perundingan berhasil menjadi faktor penentu keberhasilan dalam perundingan antar RI-GAM.
perundingan Helsinki sangat berbeda dengan perundingan-perundingan RI-GAM yang
pernah terjadi sebelumnya. Martti tidak hanya berhasil menembus batas second track
diplomacy, khususnya dengan pihak GAM dan Jusuf Kalla, tetapi Martti memiliki kemampuan
menembus first track Diplomacy ditingkat Uni Eropa maupun PBB dan Amerika Serikat.
Akhirnya, perundingan Helsinki behasil ditandatangani oleh kedua belah pihak pada tanggal
15 Agustus 2005. Perundingan Helsinki ini merupakan simbol berakhirnya gerakan
separatisme di Aceh

Mochamad Nurhasim, Konflik dan Integrasi Politik Gerakan Aceh Merdeka, 2008,

2.2 Komentar

Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap kehidupan
nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan, ancaman hambatan dan
gangguan baik dari luar maupun dalam, untuk menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional.

a) Tujuan Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional diperlukan dalam menunjang keberhasilan tugas pokok pemerintahan, seperti
tegaknya hukum dan ketertiban, terwujudnya kesejahteran dan kemakmuran, terselenggaranya
pertahanan dan keamanan, terwujudnya keadilan hukum dan keadilan sosial, serta terdapatnya
kesempatan rakyat untuk mengaktualisasi diri.

b) Fungsi Ketahanan Nasional


Ketahanan nasional mempunyai fungsi sebagai:
(1). Daya tangkal, dalam kedudukannya sebagai konsepsi penangkalan, ketahanan nasional
Indonesia ditujukan untuk menangkal segala bentuk ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
terhadap identitas, integritas, eksistensi bangsa, dan negara Indonesia dalam aspek: ideologi,
politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.
(2). Pengarah bagi pengembangan potensi kekuatan bangsa dalam bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan sehingga tercapai kesejahteraan rakyat.
(3). Pengarah dalam menyatukan pola pikir, pola tindak, dan cara kerja intersektor, antar sektor,
dan multidisipliner. Cara kerja ini selanjutnya di terjemahkan dalam RJP yang dibuat oleh
pemerintah yang memuat kebijakan dan strategi pembangunan dalam setiap sektor untuk mencapai
tujuan nasional mewujudkan masyarakat adil dan makmur.
C. Perwujudan Ketahanan Nasional
Perwujudan Ketahanan Nasional yang dikembangkan bangsa Indonesia meliputi (Bahan
Penataran, BP7 Pusat, 1996):
a)Ketahanan ideologi,
b)Ketahanan politik,
c) Ketahanan ekonomi,
d) Ketahanan sosial budaya,
e) Ketahanan pertahanan keamanan,

Menurut kelompok kami Gerakan Aceh Merdeka ini merupakan gerakan sparatis yang dapat
menggangu ketahanan negara dalam berbagai bidang , antara lain :

A. Ketahanan idiologi : GAM ingin membentuk negara dengan beraliran ISLAM tanpa
mentoleransi agama lain. Sedangkan kita ketahui negara indonesia menjunjung tinggi toleransi
beragama sesuai dengan BHINEKA TUNGGAL IKA.
B. Ketahanan politik : GAM ini telah mengganggu stabilitas politik terutama di provinsi Nangroe
Aceh Darusalam. Masyarakat sipil hampir tidak memiliki akses terhadap hukum, sementara
sebagian besar lembaga pengadilan tidak berfungsi lagi.
C. Ketahanan ekonomi : GAM telah banyak melibatkan penggunaan sumberdaya nasional dan
dana yang tidak sedikit.
D. Ketahanan sosial budaya : Pemberontakan tersebut menimbulkan korban jiwa dan kerusakan
fisik terhadap warga Aceh. Ribuan orang yang dicintai (orang tua, istri, suami dan anak-anak)
telah gugur mengalami penyiksaan dan cacat, menjadi janda dan anak yatim piatu. Ribuan orang
telah kehilangan tempat tinggal dan ribuan lainnya kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian.
E. Ketahanan pertahanan dan keamanan : Gerakan ini mengancam kesatuan dan persatuan yang
secara otomatis akan menimbulkan perpecahan

Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk mencari jalan keluar dari kasus ini, baik
melalui pendekatan militer maupun melalui jalur diplomasi. Berbagai upaya penanggulangan
GAM yang merupakan disintregasi bangsa terdiri dari kebijakan, upaya dan strategi. Berikut ini
adalah upaya – upaya yang dilakukan , antara lain :
Kebijakan :
1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk
bersatu
2. Pemberdayaan norma dan nilai budaya Aceh dalam penyelenggaraan pemerintah di
NAD.
3. Membangun desain ekonomi menuju masyarakat NAD yang adil dan sejahtera
4. Mencegah munculnya konflik dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa
melalui implementasi tugas-tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan
Penegakkan Hukum secara benar.
5. Menegakkan syariah Islam di Propinsi NAD
Strategi :
1. Dalam rangka membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak
untuk bersatu, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Menghancurkan pandangan dan ide GAM serta menangkal dan mencegah terpengaruhnya
masyarakat NAD dari gerakan separatis
b) Pembangunan politik di NAD serta membangkitkan kebanggaan nasional pada diri putera-
puteri Aceh.

2. Dalam rangka pemberdayaan norma dan nilai budaya Aceh dalam penyelenggaraan
pemerintah di NAD, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
a) Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma Aceh
b) Mengembalikan kultur asli Aceh dalam wujud yang sebenarnya
c) Dalam rangka membangun desain ekonomi menuju masyarakat NAD yang adil dan
sejahtera, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
Menciptakan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan untuk menjamin kesejahteraan
masyarakat NAD
Membentuk struktur ekonomi NAD yang berkeadilan
d) Dalam rangka Mencegah munculnya konflik dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa
melalui implementasi tugas-tugas Operasi Militer Selain Perang (OMSP) dan penegakkan hukum
secara benar, dilaksanakan strategi sebagai berikut :
Mengembangkan Sistem Keamanan Nasional (Siskam-nas) di Aceh yang sesuai dengan
pola/budaya kehidupan masyarakat Aceh.
Meningkatkan pembinaan territorial dalam rangka menyiapkan tata ruang wilayah pertahanan
sebagai media daya tangkal bangsa untuk menanggulangi setiap ancaman.
e) Dalam rangka menegakkan syariah islam di propinsi NAD, dilaksanakan strategi sebagai
berikut :
Peningkatan pemahaman dan pengamalan syariah Islam dalam kehidupan bermasya-rakat dan
bernegara.
Pemberdayaan pranata agama.

Dalam UUD 1945 pasal 30 ayat 1 di jelaskan bahwa “ tiap-tiap warga negara berhak dan wajib
ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara “. Serta pada pasal 2 yang berbunyi “
usaha pertahanan dan keamanan negara di laksanakan melalui sistem pertahanan dan keamanan
rakyat semesta oleh Tentara Nasional Indonesia dan kepolisian Negara Republik Indonesia ,
sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.
Dari pasal di atas jelaslah bahwa harusnya setiap warna negara wajib ikut serta dalam upaya
pertahanan dan keamanan negara. Bukan malah sebagai warga negara yang melakukan kegiatan
untuk mengancam Ketahanan Nasional negaranya sendiri. Tanggung jawab pertahanan dan
kemanan negara bukanlah semata-mata tugas dari Tentara Nasional Indonesia dan Polisi Republik
Indonesia saja. Namun kita juga sebagai warga negara ikut andil pertahanan dan kemanan negara.
Agar tujuan dan fungsi Ketahanan Nasional itu dapat terwujud.
Untuk kedepannya indonesia harus mempunyai langkah-langkah kebijakan dalam pencegahan
dan bukan hanya penanggulangan gerakan sparatisme ini.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis suatu bangsa yang meliputi segenap kehidupan
nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala tantangan, ancaman hambatan dan
gangguan baik dari luar maupun dalam, untuk menjamin identitas, integrasi dan kelangsungan
hidup bangsa dan negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional.
Menurut kelompok kami Gerakan Aceh Merdeka ini merupakan gerakan sparatis yang dapat
menggangu ketahanan negara dalam berbagai bidang baik ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan dan keamanan.
Dalam ketahanan nasional di lihat pembahasan yang telah di jabarkan , gangguan dan ancaman
baik dari luar maupun dari dalam harus segera di atasi agar ketahanan nasional Indonesia tetap
terjaga. Dengan begitu kehidupan dalam berbagai aspek negara dapat berjalan dengan lancar
kembali.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kompasiana.com/rizkirulya/sekilas-tentang-konflik-
aceh_550066458133115318fa7607
http://idayoce.blogspot.co.id/2013/12/gam-gerakan-aceh-merdeka.html
http://demokrasiindonesia.blogspot.co.id/2014/08/ketahanan-nasional-pengertian-fungsi.html

1 komentar:

Anda mungkin juga menyukai