Anda di halaman 1dari 30

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakuh teman-teman... Hallo semua, silakhan datang di blogku.. Mari saling berbagi ilmu ya...

Selasa, 12 September 2017


ASKEP GERONTIK DENGAN OSTEOPOROSIS

KEPERAWATAN KOMUNITAS III


ASKEP GERONTIK DENGAN OSTEOPOROSIS

Dosen Pembimbing:

Arifal Aris, S. Kep,, Ns., M. Kes.

Disusun oleh :

Kelompok 03 (6A Keperawatan):

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2016-2017

LEMBARAN PENGESAHAN

Disusun oleh kelompok 03

Telah disusun makalah berjudul:


Askep Gerontik dengan Osteoporosis.
Untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Keperawatan Komunitas III yang telah disetujui untuk
dipresentasikan.

Lamongan, Mei 2017

Mengetahui,
Dosen Pembimbing

Arifal Aris, S. Kep,, Ns., M. Kes.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis akhirnya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan mengucap puji syukur atas curahan
kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP GERONTIK DENGAN
OSTEOPOROSIS”. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah “KEPERAWATAN KOMUNITAS III”.
Segala upaya telah kami lakukan dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Diantaranya:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd., Kep., M.Kes., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S. Kep,, Ns., M. Kes., selaku ketua prodi studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan, dan selaku Dosen Mata Kuliah KEPERAWATAN KOMUNITAS III yang telah memberi
petunjuk makalah ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan materi demi terselesainya Makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati merasa bahwa dalam penyusununan makalah ini kurang
sempurna, walaupun makalah ini telah diseleseikan dengan segenap kemampuan, pemikiran dan
usahanya, dan kiranya sangatlah membantu penyempurnaan makalah ini jika pembaca yang budiman
bersedia memberi masukan, saran serta kritikan yang jelasnya mendukung bagi karya penulis.

Lamongan, Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i

LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. ii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... iii


DAFTAR ISI........................................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi ddalam kehidupan manusia. proses
menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari sewaktu-waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamia, yang berarti seseorang
telah melalui tiga taham kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
seacara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendenganran mulai kurang jelas, penglihatan mulai memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh
yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang indonesia, jumlah manusia lanjut usia (lansia) di
indonesia akan bertambah banyak pula. Dengan demikian, masalah penyakit akibat penuaan akan
semakin banyak kita hadapi. Salah satu penyakit yang harus di antisipasi adalah osteoporosis dan
patah tulang. Pada situasi mendatang, akan terjadi perubahan demografis yang akan meningkat
populasi lanjut usia dan meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis. Kelainan ini 2-4
kali sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh klien, satu diantara tiga wanita yang
berusia diantara 60 tahun dan satu di antara enam pria yang berusia diatas 75 tahun akan mengalami
patah tulangakibat kelainan ini.
Denganpenjelasan di atas, kami tertarik untuk membahas gangguan fungsi mental pada lansia lebih
lanjut. Kami sebagai calon perawat tertarik untuk membahas tentang asuhan keperawatan gangguan
jiwa pada lansia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat merumusan tujuan sebagai berikut:
1.2.1 Bagaimana konsep teori dari lansia dan osteoporosis?
1.2.2 Bagaimana askep gerontik dengan osteoporosis?

1.3 Tujuan Penulisan


Dari rumusan masalah di atas dapat ditarik tujuan penulisan, sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui konsep teori dari lansia dan osteoporosis.
1.3.2 Untuk mengetahui askep gerontik dengan osteoporosis .
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Lansia


2.1.1 Pengertian
Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dikutip dari buku
karangan Yusuf (2015) lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas. Sedangkan menurut Stanley (2007) lanjut usia adalah semua masyarakat mengolongkan
individu berdasarkan karakteristik sosial yang penting (misalnya status kekerabatan dan jernis
kelamin), semua masyarakat jug menggolongakan orang-orang menurut umur. Untuk semua
budaya pada masa sekarang yang datanya tersedia, masing-masing sedikitnya memiliki satu
kategori “tua”. Namun, kronologis waktu yang spesifik pada saat seseorng masuk pada kategori
ini sangat bervariasi dia antara kelompok budaya yang berbeda, berkisar antara usia 45 samapi
75 tahun.

2.1.2 Klasifikasi
Dikutip dari buku karangan Yusuf (2015) usia lanjut diklasifikasikan oleh World Health
Organization (WHO) , yaitu sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45–59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60–74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75–90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
2.1.3 Teori proses menua
Menurut Yusuf (2015) Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
sebagai berikut.
1. Teori Biologi
1) Teori genetik dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul (DNA) dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel). Teori ini
merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan jalannya penuaan.
2) Teori nongenetik
Teori ini merupakan teori ekstrinsik dan terdiri atas berbagai teori, di antaranya
adalah sebagai berikut:
(1) Teori rantai silang (cross link)
Teori ini menjelaskan bahwa molekul kolagen dan zat kimia mengubah fungsi
jaringan, mengakibatkan jaringan yang kaku pada proses penuaan. Sel yang tua atau usang
menyebabkan ikatan reaksi kimianya menjadi lebih kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan
ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi.

(2) Teori fisiologis


Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, yang terdiri atas teori oksidasi stres
dan pemakaian dan rusak (wear and tear theory).
(3) Pemakaian dan rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (terpakai).
(4) Reaksi dari kekebalan sendiri (autoimmune theory)
Metabolisme di dalam tubuh memproduksi suatu zat khusus. Saat dijumpai jaringan
tubuh tertentu yang tidak tahan terhadap zat khusus, maka jaringan tubuh menjadi lemah dan
sakit.
(5) Teori immunology slow virus
Sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh. Teori ini menjelaskan bahwa
perubahan pada jaringan limfoid mengakibatkan tidak adanya keseimbangan di dalam sel T
sehingga produksi antibodi dan kekebalan menurun.
(6) Teori stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha, dan
stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
(7) Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas. Tidak stabilnya radikal bebas
(kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat
dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat regenerasi.
Radikal bebas terdapat di lingkungan seperti asap kendaraan bermotor dan rokok,
zat pengawet makanan, radiasi, dan sinar ultraviolet, yang mengakibatkan terjadinya
perubahan pigmen dan kolagen pada proses penuaan.
(8) Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-
sel tersebut mati.
2. Teori Sosial
1) Teori interaksi sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lanjut usia bertindak pada situasi tertentu, yaitu
atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pokok-pokok interaksi sosial adalah sebagai berikut
(Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 43).
(1) Masyarakat terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai tujuan masing-masing.
(2) Dalam upaya tersebut, maka terjadi interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu.
(3) Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai seseorang memerlukan biaya.
(4) Aktor senantiasa berusaha mencari keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian.
(5) Hanya interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.

2) Teori penarikan diri


Kemiskinan yang diderita lanjut usia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan
seseorang lanjut usia secara perlahan menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas. Pada
lanjut usia sekaligus terjadi kehilangan ganda (triple loss), yaitu sebagai berikut (Hardywinoto dan
Setiabudi, 1999: 45).
(1) Kehilangan peran (loss of role).
(2) Hambatan kontak sosial (restriction of contact and relationship).
(3) Berkurangnya komitmen (reduced commitment to social mores and values).

3) Teori aktivitas
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon, dkk. (1972) yang menyatakan
bahwa penuaan yang sukses bergantung pada bagaimana seseorang lanjut usia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan dengan kuantitas aktivitas yang
dilakukan (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 46).

4) Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan di dalam siklus kehidupan lanjut usia,
sehingga pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat
menjadi lanjut usia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang
ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lanjut usia (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 47).
5) Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lanjut usia
pada saat muda hingga dewasa. Menurut Havighurst dan Duval, terdapat tujuh tugas
perkembangan selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut usia yaitu sebagai berikut:
(1) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
(2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan.
(3) Menemukan makna kehidupan.
(4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
(5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
(6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
(7) Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.

3. Teori Psikologis
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang berespons pada tugas perkembangannya. Pada
dasarnya perkembangan seseorang akan terus berjalan meskipun orang tersebut telah menua.
1) Teori hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow (Maslow’s hierarchy of human needs)
Dari hierarki Maslow kebutuhan dasar manusia dibagi dalam lima tingkatan mulai dari yang
terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, harga diri sampai pada yang paling tinggi yaitu
aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi kebutuhan kebutuhan tersebut. Menurut Maslow, semakin
tua usia individu maka individu akan mulai berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika individu telah
mencapai aktualisasi diri, maka individu tersebut telah mencapai kedewasaan dan kematangan
dengan semua sifat yang ada di dalamnya, otonomi, kreatif, independen, dan hubungan interpersonal
yang positif.
2) Teori individualisme Jung (Jung’s theory of individualism)
Menurut Carl Jung, sifat dasar manusia terbagi menjadi dua yaitu ekstrovert dan introvert.
Individu yang telah mencapai lanjut usia cenderung introvert. Dia lebih suka menyendiri seperti
bernostalgia tentang masa lalunya. Menua yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan antara
sisi introvert dan ekstrovertnya, tetapi lebih condong ke arah introvert. Dia senang dengan dirinya
sendiri, serta melihat orang dan bergantung pada mereka.
3) Teori delapan tingkat perkembangan Erikson (Erikson’s eigth stages of life)
Menurut Erikson, tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai individu adalah integritas
ego vs menghilang (ego integrity vs disappear). Jika individu tersebut sukses mencapai tugas
perkembangan ini, maka dia akan berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana. Namun jika
individu tersebut gagal mencapai tahap ini, maka dia akan hidup penuh dengan keputusasaan.
4) Optimalisasi selektif dengan kompensasi (selective optimisation with compensation)
Menurut teori ini, kompensasi penurunan tubuh ada tiga elemen yaitu sebagai berikut.
(1) Seleksi
Adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau tidak mau harus ada
peningkatan pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari.
(2) Optimalisasi
Lanjut usia tetap mengoptimalkan kemampuan yang masih dimilikinya untuk meningkatkan
kehidupannya.
(3) Kompensasi
Berbagai aktivitas yang sudah tidak dapat dijalankan karena proses penuaan diganti dengan
aktivitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan bermanfaat bagi lanjut usia.

2.2 Konsep Dasar Osteoporosis


2.2.1 Pengertian
Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang dan penurunan proses mineralisasi disertai
dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah. Osteoporosis
merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan.

2.2.2 Penyebab
Kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progesif sejalan dengan
usia, yang dimulai sekitar 30 atau 40 tahun. Semakin padat tulang sebelum
usia tersebut, semakin kecil kemungkinan terjadi osteoporosis. Pada individu
yang berusia 70-an dan 80-an, osteoporosis menjadi penyakit yang sering
ditemukan.
Meskipun resorpsi tulang mulai melebihi pembentukan tulang pada usia
dekade keempat atau kelima, pada wanita penipisan tulang yang melebihi
signifikan terjadi selama dan setelah menopause. Penurunan estrogen
pascamenopause tampak sangat berperan dalam perkembangan ini pada
populasi wanita lansia. Meskipun mekanisme estrogen bekerja untuk
mempertahankan densitas tulang belum jelas, diperkirakan bahwa estrogen
menstimulasi aktivitas osteoblas dan membatasi efek stimulasi osteoklas
pada hormon paratiroid. Dengan demikian, penurunan estrogen
menyebabkan perubahan besar pada aktivitas osteoklas. Wanita kurus,
wanita berambut terang, dan wanita yang merokok sangat rentan terhadap
osteoporosis karena tulang mereka kurang padat sebelum menopause
dibandingkan tulang wanita gemuk, berambut gelap, dan tidak merokok. Pria
lansia kurang rentan mengalami osteoporosis karena mereka biasanya
memiliki tulang yang lebih padat dari pada wanita (sekitar 30%), dan kadar
hormon produktif tetap tinggi sampai pria mencapai usia 80-an. Akan tetapi,
pria lansia memiliki tulang yang kurang padat dari pada pria yang lebih muda.
Untuk pria dan wanita, penyebab lain osteoporosis adalah penurunan
aktivitas fisik dan ingesti obat tertentu, termasuk kortikosteroid dan
beberapa antasid yang mengandung alumunium yang meningkatkan
eliminasi kalsium. Terbukti bahwa bahkan pria dan wanita yang sangat tua
dapat secara signifikan meningkatkan densitas tulang dengan melakukan
aktivitas menahan beban tingkat sedang. Riwayat keluarga juga berperan
dalam menentukan resiko masa depan individu. Densitas tulang terbukti
menurun pada wanita menyusui walaupun kembalinya ke densitas yang
mendekati normal terjadi setelah penyapihan
2.2.3 Klasifikasi
1. Osteoporosis primer

a. Tipe 1, adalah tipe yang timbul pada wanita pascamenopouse

b. Tipe 2, terjadi pada orang lanjut usia, baik pria mupun wanita

2. Osteoporosis sekunder. Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosit (misalnya mieloma multipel, hipertiroidisme) dan akibat obat-
obatan yang toksik untuk tulang(misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien

3. Osteoporosis ideopatik. Osteoporosis ideopatik adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :
a. Usia kanak-kanak (juvenil)

b. Usia remaja (adolesen)

c. Wanita pra-menopouse

d. Pria usia pertengahan

2.2.4 Faktor resiko


1. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah

 Usia, lebih sering terjadi pada lansia

 Jenis kelamin, tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Perbedaan ini mungkin di sebabkan oleh faktor hormonal dan
rangka tulang yang lebih kecil.

 Ras, kulit putih mempunyai resiko paling tinggi

 Riwayat keluarga/keturunan, sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini. Pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-
anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang sama

 Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis vertebra menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutama terjadi pada
wanita antara usia 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70 tahun dengan BMI (berat badab dibagi kuadrat tinggi
badan) yang rendah

 Tidak pernah melahirkan

2. Faktor risiko yang dapat diubah

 Merokok

 Devisiensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada makanan, perokok berat, peminum alkohol dan kopi yang berat.
Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ketulang. Oleh karena itu proses pembentukan
tulang oleh osteoblas menjadi melemah. Dampak konsumsi alkohol pada osteoporosis berhubungan dengan jumlah alkohol yang berlebihan
akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Mengkonsumsi atau minum kopi lebih dari tiga
cangkir per hari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama air kencing.
Kekurangan protein dan kalsium pada masa kanak-kanak dan remaja menyebabkan tidak tercapainya masa tulang yang maksimal pada
waktu dewasa.

 Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobiliasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulasi penting bagi resorpsi
tulang. Beban fisik yang terintregasi merupakan penentu dari puncak massa tulang

 Gangguan makan (anoreksia nervosa)

 Menopouse dini(menopouse yang terjadi pada usia 46 tahun) dan hormonal, yaitu kadar estrogen plasma yang kurang. Disini kadar estrogen
menurun. Dengan menurunnya kadar estrogen, resorpsi tulang menjadi lebih cepat sehingga terjadi penurunan massa tulang yang banyak.
Bila tidak segera diintervensi, akan cepat terjadi osteoporosis

 Penggunaan obat-obat tertentu seperti(diuretik, glukokortikoid, antikonvulsan, hormon tiroid berlebihan, kortikostiroid)

2.2.5 Gambaran klinis


3 Nyeri tulang.

Nyeri terutama terasa pada tulang belakang yang intensitas serangannya meningkat pada malam hari

4 Deformitas tulang.

Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular yang dapat menyebabkan medula spenalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis

• Walaupun berlanjut secara membahayakan, osteoporosis mungkin tidak berhubungan dengan berbagai gambaran klinis kecuali jika patah tulang terjadi.
Nyeri dan deformitas biasanya menyertai patah tulang.

• Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi individu dapat berkurang atau terjadi kifosis (kadang-kadang disebut dowager’s hump)

• Pada tahun 2004, U.S. Surgeon General mengidentifikasi fraktur trauma rendah sebagai kejadian sentinel yang menunjukkan kesehatan tulang yang buruk
harus dianggap sebagai indikasi untuk skrining densitas tulang, bahkan pada individu berusia muda atau orang lain yang tidak dianggap beresiko tinggi mengalami
osteoporosis

4.1.1 Komplikasi
• Fraktur pangkal paha, pergelangan tangan, kolumna vertebralis, dan
panggul.
• Hospitalisasi, penempatan di nursing home, dan penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dapat terjadi etelah
fraktur osteoporosis.

4.1.2 Penatalaksanaan
5 Diet

6 Memberikan kalsium dosis tinggi

7 Pemberian vitamin D dosis tinggi

8 Pemasangan penyangga tulang belakang(spinal brace) untuk mengurangi nyeri punggung

9 Pencegahan dengan menghindari faktor risiko ostoporosis (misal rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktivitas fisik)

10 Penanganan terhadap deformitas serta fraktur yang terjad

• Pencegahan osteoporosis dimulai sejak masa kanak-kanak dan remaja dengan pembentukan kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik sepanjang hidup
dan untuk memperkuat tulang.

• Cairan sangat penting dalam penatalaksanaan

• Fosfat oral dapat diberikan

• Obat-obatan spesifik untuk mengatasi hiperkalsemia, termasuk steroid dan diuretik yang mengeluarkan kalsium, dapat digunakan

• Eksisi kelenjar paratiroid melalui pembedahan dapat diperlukan

(Corwin, 2009)

(Maryam & Ekasari, 2011)

BAB 3
ASKEP GERONTIK DENGAN OSTEOPOROSIS
I. Pengkajian
A. Data Biografi

Nama :

Jenis kelamin : Biasanya terjadi pada perempuan

Gol Darah :

Tempat & Tanggal Lahir :

Pendidikan terakhir :

Agama :

Status perkawinan :

Tinggi badan/Berat badan :

Penampilan : Biasanya sering memegangi punggung

Alamat :

Orang yang mudah dihubungi :


Alamat & Telp :

B. Riwayat Keluarga

Genogram

C. Riwayat Pekerjaan

Pekerjaan saat ini :

Alamat pekerjaan :

Berapa jarak dari rumah :

Alamat transportasi :

Pekerjaan sebelumnya :

Berapa jarak dari rumah :

Alat transportasi :

Sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :

D. Riwayat Lingkungan hidup

Type Tempat tinggal :

Kamar :

Kondisi tempat tinggal :

Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah :

Derajat privasi :

Tetangga terdekat :

Alamat dan telepon :

E. Riwayat rekreasi

Hobi/minat :

Keanggotaan dalam organisasi :

Liburan/perjalanan :

F. Sistem Pendukung

Perawat/Bidan/Dokter/Fisoterapi :

Jarak dari rumah : Jaraknya Km

Klinik : Jaraknya Km

Pelayanan kesehatan di rumah :


Makanan :

Perawatan sehari-hari yang dilakukan keluarga :

Lain-lain :

G. Deskripsi kekhususan

Kebiasaan ritual :

Yang lainnya :

H. Status kesehatan

Status kesehatan umum selama lima tahun yang lalu :

Keluhan utama :

- Provokatif/palliative :

- Quality/quantity :

- Region :

- Severity scale :

Obat-obatan

No Nama Obat Dosis Ket

Status imunisasi :

Alergi :

-Obat-obatan :

- Makanan :

- Faktor lingkungan :

Penyakit yang diderita :

I. Aktivitas sehari-hari

Indeks Katz, Skore A

Oksigen cairan & elektrolit :

Nutrisi :

Eliminasi :

Aktivitas :
Istirahat & tidur :

Personal Hygiene :

Seksual :

Rekreasi :

Psikologis :

- Persepsi klien :

- Konsep diri :

- Emosi :

- Adaptasi :

- Mekanisme pertahan diri :

J. Tinjauan system

Keadaan Umum : Biasanya menahan nyeri

Tingkat kesadaran

GCS : Composmentis (GCS:15)

Tanda-tanda vital : TD: Meningkat >130/100 (Normalnya:


120/90 – 130/100 mmHg), RR: Meningkat (16-24 x/menit), N: Meningkat (60-100
x/menit), S: Meningkat (36,5-37,5 0C)

1. Kepala : Ukuran kranium

2. Mata-telinga-hidung :

a. Penglihatan : Sedikit kabur

b. Pendengaran : Kurang baik

c. Hidung, pembau : Kurang baik

3. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

4. Dada dan punggung :

a. Paru-paru :

b. Jantung, TTV :

5. Abdomen dan pinggang :

a. System pencernaan :

b. System genetaurinariue :

6. Ekstrimitas atas dan bawah :


7. Sistem immune :

8. Genetalia :

9. Reproduksi :

10. Persyarafan :

11. Pengecapan :

K. Kulit :

1. Short portable mental status questionnaire (SPMSQ) :

2. Mini-Mental state exam (MMSE) :

3. Inventaris depresi Beck :

4. APGAR keluarga :

L. Data penunjang

1. Laboratorium :

2. Radiologi :

3. EKG :

4. USG :

5. CT-Scan :

6. Obat-obatan :

INDEKS KATZ

(Indeks Kemandirian Pada Aktivitas Sehari-Sehari )

Nama klien : Tanggal ……….

Jenis kelamin :L/P Umur :….Tahun TB/BB :…Cm/…..kg

Agama : Suku :…………..Gol Darah…….

Tahun pendidikan :…….. SD…..SLTP……SLTA…..PT

Alamat :
Skore Kriteria

A Kemandirian dalam hal Makan,kontinen,berpindah ke kamar


kecil,berpakaian dan mandi.

B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali satu dari


fungsi tersebut

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali mandi dan


satu fungsi tambahan

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali mandi


berpakaian dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali mandi


berpakaian kekamar kecil dan satu fungsi tambahan

F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,kecuali mandi


berpakaian kekamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan

G Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

Lain-lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat


diklasifikasikan C,D,E,Atau F.

SHORT PORTABLE MENTAL STATUS QUISIONAIRE

(SPMSQ)

( Penilaian ini Untuk Mengetahui fungsi Intelektual Lansia)


Nama klien : Tanggal ……….

Jenis kelamin :L/P Umur :….Tahun TB/BB :…Cm/…..kg

Agama : Suku :…………..Gol Darah…….

Tahun pendidikan :…….. SD…..SLTP……SLTA…..PT

Alamat :

Skore No Pertanyaan Jawaban

+ - 1 Tanggal berapa hari ini? Tgl Th

2 Hari apa sekarang ini ?

3 Apa nama tempat ini ?

4 Berapa nomor telepon Anda ?

Diman alamat Anda ?(bila tidak


mempunyai no Tlp)

5 Barapa umur Anda ?

6 Kapan Anda lahir ?

7 Siapa bapak presiden Indonesia


saat ini ?

8 Siapa presiden sebelumnya ?

9 Siapa nama panggila kecil Anda ?

10 Berapa 20 dikurangi tiga begitu


seterusnya sampai bilangan terkecil
?

Jumlah Kesalahan Total

Keterangan :

1. Kesalahan 0-2 = Fungsi Intelektual Utuh


2. Kesalahan 3-4 = Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5-7 = Kerisakan Intelektual Sedang
4. Kesalahan 8-10 = Kerusakan intelektual Berat

Dari Pfeiffer E (1975)

MINI-MENTAL STATE EXAM (MMSE)


( Menguji Aspek-Aspek Kognitif Dari Fungsi Mental )

Nilai Pasien Pertanyaan

Maksimum

Orientasi

5 (Tahun) (Musim) (Tanggal) (Hari) (Bulan apa sekarang)

5 Dimana kita: (negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah sakit)


(lantai)

Registrasi

3 Nama tiga obyek : 1 detik untuk mengatakan masing masing


kemmudian tanyakan klien ketiga obyek setelah anda telah
mengatakanya. Berikan satu poin untuk jawaban yang benar.
Kemudian ulangi sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlah
percobaan dan catat

Perhatian

Dan kalkulasi

5 Seri 7`s 1 poin untuk setiap kebenaran

Berhenti setelah 5 jawaban.bergantian eja”kata”ke belakang

Mengingat

3 Minta untuk mengulang salah satu ketiga obyek di atas


berikan untuk satu poin untuk jawaban yang benar

Bahasa

9 Nama pensil dan melihat ( 2 poin)

Mengulang hal berikut :”tak ada jika, dan,atau tetapi”(1 poin)

Nilai total

Kaji Tingkat Kesadaran Sepanjang Kontinum


Composmentis Apatis Sumnolen Suoprus coma

Keterangan :

Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi terjadi kerusakan kognitif yang mamrlukan
penyelidikan lebih lanjut

INVENTARIS DEPRESI BECK

Tingkat Untuk Mengetahui Depresi Lansia Dari Beck & Deck (1972)

Nama klien : Tanggal ……….

Jenis kelamin :L/P Umur :….Tahun TB/BB :…Cm/…..kg

Agama : Suku :…………..Gol Darah…….

Tahun pendidikan :…….. SD…..SLTP……SLTA…..PT

Alamat :

No Uraian

I. Kesedihan

3 Saya sangat sedih/tidak bahagia dimana saya tidak dapat menghadapinya

2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya

1 Saya merasa sedih atau galau

0 Saya tidak mearasa sedih

II. Pesimisme

3 Saya merasa bahawa masa depan adalah sia-sia

2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa unutk memandang kedepan

1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan.

0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan

III. III. Rasa Kegagalan

3 Saya merasa benar-benar gagal sebagai orang tua (suami/istri)

2 Bila melihat kehidupan belakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa gagal melebihi orang pada umumnya

0 Saya tidak merasa gagal

IV. IV. Ketidak puasan

3 Saya tidak puas dengan segala

2 Saya tidak lagi mendapat kepuasaan dari apapun

1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

0 Saya tidak merasa tidak puas

V. V. Rasa Bersalah

3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tak berharga

2 Saya merasa sangat bersalah

1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai dari waktu yang baik

0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah

VI. Tidak menyakai diri sendiri

3 Saya benci diri sendiri

2 Saya muak dengan diri sya sendiri

1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

0 Saya tida merasa kecewa dengan diri saya sendiri

VII. Membahayakan diri sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri sendiri

1 Saya merasa lebih baik mati

0 Saya tidak mempunyai pikiran pikiran mengenai membahayakan diri sendiri

VIII. Menarik diri dari social

3 Saya telah kehilangan minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada mereka
semuanya

2 Saya telah kehilangan minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka

1 Saya berusaha mengambil keputusan.

0 Saya tidak kehilangan minat pad orang lain

IX. Keragu-raguan
3 Saya tidak bias membuat keputusan

2 Saya mempunyai banyak kesulitan

1 Saya berusaha mengambil keputusan

0 Saya membuat keputusan yang baik

X. Perubahan gambaran diri

3 Saya marasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan

2 Saya merasa bahwa ada perubahan perubahan yang permanen dalam


penampilan yang saya tak menarik

1 Saya khawatir bahwa saya tampak tua atau tak menarik

0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya

XI. Kesulitan kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu

1 Saya memerlukan upaya tambahan untuk mulai melakukan sesuatu

0 Saya dapat bekerja kira kira baik sebelumnya

XII. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2 Saya lelah untuk melakukan sesuatu

1 Saya merasa lelah dari yang biasanya

0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya

XIII. M.Anoreksia

3 Saya tidak lagi mempunyai nafsu makan sama sekali

2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang

1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya.

Penilaian

0-4 Depresi tidak ada atau minimal

5-7 Depresi ringan

8-15 Depresi sedang


16+ Depresi berat

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA

Suatu Alat Skrining Singlkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia
Nama klien : Tanggal ……….

Jenis kelamin :L/P Umur :….Tahun TB/BB :…Cm/…..kg

Agama : Suku :…………..Gol Darah…….

Tahun pendidikan :…….. SD…..SLTP……SLTA…..PT

Alamat :

No Uraian Fungsi Skore

1. Saya puas bahwa saya mau kembali pada Adaptation


keluarga ( teman-teman ) saya untuk membantu
pada waktu menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (taman- teman ) Partnership


saya membicarakan sesuatu dengan saya dan
mengungkapkan masalah dengan saya

3. Saya puas keluarga ( teman-teman) saya Growth


menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas atau arah baru

4. Saya puas dengan cara keluarga ( teman-teman ) Affection


saya mengekpresikan efek efek dan berespon
terhadap emosi-emosi saya,seperti marah,sedih
atau mencintai

5. Saya puas dengan cara teman teman saya dan Resolve


saya menyediakan waktu bersama-sama.
Penilaian :

Pertanyaan –pertanyaan yang dijawab ;

Selalu : skore 2 TOTAL

Kadang-kadang : skore 1

Hampir tidak pernah : skore 0

Dari : Smilkstein G : 1982

II ANALISA DATA

NO DATA (SIGN/SYMPTOM) INTERPRETASI MASALAH

(ETIOLOGI) (PROBLEM)

1 DS : Osteoporosis Nyeri Akut

P : Klien mengatakan nyeri

Q : Nyeri tumpul menetap

R : Nyeri pada punggung

S : Skala 5

T : Nyeri saat aktivitas

DO :

Klien terlihat memegang


punggung, wajah tampak
meringis dan menahan nyeri

TTV :

TD :

S:

N:

RR :

DS : Osteoporosis Gangguan Mobilitas Fisik


Klien mengatakan susah
menjalani aktivitas sehari-
hari

DO :

Klien terlihat susah berjalan,


berjalan dibantu orang lain

III PRIORITAS MASALAH

1. Nyeri Akut b.d agen cedera biologis

2. Hambatan mobilitas fisik b.d osteoporosis

IV PROSES KEPERAWATAN

N DIAGNOSA RENCANA KEPERAWATAN IMPLEMNT EVALUASI


O ASI
TUJUAN/KRETERIA INTERVENSI RASIONAL
HASIL

1 Nyeri b.d Setelah dilakukan


1. Lakukan pengkajian 1. Mengetahui 1. Mengkaji S : Klien
agen tindakan nyeri secara seberapa skala mengatak
cedera keperawatan komprehensif dalam nyeri an nyeri
biologis selama 1 minggu 1 intesitas berkuran
kali 2.
Diharapkan Tingkatkan istirahat 2. Menyuruh
nyeri yang g setelah
nyeri berkurang 3. Kontrol lingkungan klien
dirasakan senam
yang dapat untuk
Dengan KH: lansia
mempengaruhi 2. Istirahat beristirah
1. Mengontrol nyeri seperti suhu dapat at O : Klien
nyeri ruangan, mengurangi tidak
(mengetahui pencahayaan, dan 3. Mengajar
intensitas memega
penyebab nyeri, kebisingan kan klien
nyeri ng
mengetahui dan
4. Ajarkan tentang 3. Agar punggung
cara keluarga
teknik non , wajah
mengurangi intesitas untuk
farmakologi (Senam tampak
nyeri) nyeri dapat menciptak
Osteoporosis) ceria
berkurang an
2. Rasa nyaman
5. Kolaborasi dengan
tidak terganggu lingkunga A :
dokter pemberian 4. Meningkatk
n yang Masalah
Mengontrol gejala analgetik an klien
nyaman beum
nyer tetap rileks
teratasi
5. Untuk 4. Mengajar P:
mengurangi kan tehnik Intervens
nyeri relaksasi, i
mis., dilanjutka
senam n senam
lansia

5. Memberik
an obat

2 Hambata Setelah dilakukan 1. Kaji 1. Mengetahui 1. Mengajar S : Klien


n asuhan mobilitas tingkat kan klien mengatak
mobilitas keperawatan yang ada kemampua untuk an sudah
fisik b.d dalam waktu 2x24 dan n mobilitas posisi bisa
osteopor jam klien mampu observasi dan menundu melakuka
osis melakukan terhadap indicator k yang n
aktivitas fisik peningkata atas benar
kegiatan
seesuai dengan n kerusakan
aktivitas
kemampuannya. kerusakan. mobilitas. 2.
Mengajar
kan klien sehari-
1. Kri 2. Lak 2. Program senam hari
teria Hasil ukan latihan
program tentang
Klien meningkatk osteoporo O : Klien
mengetah latihan an kekuatan sis terliht
ui meningkatk otot sudah
penyebab an berguna 3. Membant mampu
terjadinya kekuatan dalam u klien berjalan
mobilitas otot,Bantu memperbai mandi pelan-
fisik yang klien ki
melakukan dengan pelan
dialaminy kerusakan air hangat tanpa
a. latihan fisik,
ROM bantuan
2. Kli Latihan 4. Mengajar
perawatan ROM
en kan klien A:
diri sesuai mengembal berjalan
mengetah Masalah
toleransi. ikan fungsi
ui cara dengan teratasi
memperb 3. Anj otot yang ahli terapi sebagian
aiki urkan lemah dan
mobilitas mandi kaku. P:
fisik yang hangat dan Intervens
telah masase i
diajarkan otot dan 3. Mandi dilanjutka
perawat. berikan hangat dan n senam
health masase
3. Kli education
en dapat memperbai
pada klien. ki sirkulasi
ikut serta
dalam 4. Kolaborasi dengan darah yang
program ahli fisio terapi mempengar
latihan. uhi
kekuatan
4. Tidak terjadi
otot. Health
kontraktur sendi.
education
memberika
5. bertambahnya n informasi
kekuatan otot dan pada klien.
6. klien menunjukkan 4. Ahli fisio
tidakan untuk terapi dapat
meningkatkan membantu
mobilitas. dalam
pelatihan
fsik untuk
mengembal
ikan fungsi
otot.

VI CATATAN PERKEMBANGAN

NO HARI/TGL/JAM DX PERKEMBANGAN TTD

1 Senin, 29 mei 2017 jam 1 - Mengkaji skala nyeri


07.00
Klien mengatkan
nyeri menetap.
Skala nyeri 6
Senin, 29 mei 2017 jam
2 1
07.30
- Mengajarkan tehnik
relaksasi, mis.,
3 Senin, 29 mei 2017 jam 1
senam lansia.
08.00
Klien mengikuti
Senin, 29 mei 2017 jam
4 2 senam lansia.
08.15
- Memberikan obat.

Klien diberikan obat


analgetik
Senin, 29 mei 2017 jam
- Mengajarkan klien
5 08.15 2 posisi menunduk
yang benar. Klien
bisa menirukan dan
melaksanakan posisi
menunduk yang
benar.

- Menganjurkan klien
untuk mandi air
hangat. Klien mandi
air hangat dua kali
sehari.

1 Rabu, 7 juni 2017. Jam 1 - Mengkaji skala nyeri


07.00
Klien mengatkan
nyeri menetap.
Skala nyeri 5
Rabu, 7 juni 2017. Jam
2 1
07.30 - Mengajarkan tehnik
relaksasi, mis.,
senam lansia.

Klien mengikuti
3 1 senam lansia.
Rabu, 7 juni 2017. Jam
08.00
- Memberikan obat.
4 Rabu, 7 juni 2017. Jam 2 Klien diberikan obat
08.15
analgetik

- Mengajarkan klien
posisi menunduk
yang benar. Klien
5 2 bisa menirukan dan
Rabu, 7 juni 2017. Jam melaksanakan posisi
08.15 menunduk yang
benar secara
mandiri.
- Menganjurkan klien
untuk mandi air
hangat. Klien mandi
air hangat dua kali
sehari.

BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesipulan
5 Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan
6 Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang dan penurunan proses mineralisasi disertai
dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah. Osteoporosis
merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan.

7 Pada individu yang berusia 70-an dan 80-an, osteoporosis menjadi penyakit yang sering
ditemukan. Meskipun resorpsi tulang mulai melebihi pembentukan tulang pada usia dekade
keempat atau kelima, pada wanita penipisan tulang yang melebihi signifikan terjadi selama dan
setelah menopause.
7.1 Saran

DAFTAR PUSTAKA
Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
Yusuf. Ah. dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika,
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.

Nugroho, W. (2008). Keerawatan gerontik & geriatrik. Jakarta: EGC

di September 12, 2017

Berbagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Lihat versi web

Diberdayakan oleh Blogger.

Mengenai Saya

NINDA JUNITA

Aku seorang mahasiswa keperawatan yang saat ini sedang menekuni profesi

Lihat profil lengkapku

Situs ini menggunakan cookie dari Google untuk menyajikan layanan dan menganalisis traffic.
Alamat IP dan browser Anda dibagikan dengan Google beserta metrik performa dan keamanan guna
memastikan kualitas layanan, memunculkan statistik penggunaan, serta untuk mendeteksi dan
menangani penyalahgunaan.INFO LENGKAPOKE

Anda mungkin juga menyukai