Contoh LK Osteoporosis
Contoh LK Osteoporosis
Dosen Pembimbing:
Disusun oleh :
LEMBARAN PENGESAHAN
Mengetahui,
Dosen Pembimbing
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karuniaNya penulis akhirnya
dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat waktu. Dan dengan mengucap puji syukur atas curahan
kasih karunia-Nya kepada penulis, terutama ilmu dan akal sehat sehingga dengan ijin-Nya penulis
dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang berjudul “ASKEP GERONTIK DENGAN
OSTEOPOROSIS”. Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah “KEPERAWATAN KOMUNITAS III”.
Segala upaya telah kami lakukan dan tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Diantaranya:
1. Drs. H. Budi Utomo, Amd., Kep., M.Kes., selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKES)
Muhammadiyah Lamongan.
2. Arifal Aris, S. Kep,, Ns., M. Kes., selaku ketua prodi studi S-1 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan, dan selaku Dosen Mata Kuliah KEPERAWATAN KOMUNITAS III yang telah memberi
petunjuk makalah ini.
3. Semua pihak yang telah memberikan dukungan moral dan materi demi terselesainya Makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati merasa bahwa dalam penyusununan makalah ini kurang
sempurna, walaupun makalah ini telah diseleseikan dengan segenap kemampuan, pemikiran dan
usahanya, dan kiranya sangatlah membantu penyempurnaan makalah ini jika pembaca yang budiman
bersedia memberi masukan, saran serta kritikan yang jelasnya mendukung bagi karya penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN................................................................................. ii
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi ddalam kehidupan manusia. proses
menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari sewaktu-waktu tertentu, tetapi
dimulai sejak permulaaan kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamia, yang berarti seseorang
telah melalui tiga taham kehidupannya yaitu, anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
seacara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya
kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendenganran mulai kurang jelas, penglihatan mulai memburuk, gerakan lambat, dan figure tubuh
yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).
Dengan bertambahnya usia harapan hidup orang indonesia, jumlah manusia lanjut usia (lansia) di
indonesia akan bertambah banyak pula. Dengan demikian, masalah penyakit akibat penuaan akan
semakin banyak kita hadapi. Salah satu penyakit yang harus di antisipasi adalah osteoporosis dan
patah tulang. Pada situasi mendatang, akan terjadi perubahan demografis yang akan meningkat
populasi lanjut usia dan meningkatkan terjadinya patah tulang karena osteoporosis. Kelainan ini 2-4
kali sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Dari seluruh klien, satu diantara tiga wanita yang
berusia diantara 60 tahun dan satu di antara enam pria yang berusia diatas 75 tahun akan mengalami
patah tulangakibat kelainan ini.
Denganpenjelasan di atas, kami tertarik untuk membahas gangguan fungsi mental pada lansia lebih
lanjut. Kami sebagai calon perawat tertarik untuk membahas tentang asuhan keperawatan gangguan
jiwa pada lansia.
2.1.2 Klasifikasi
Dikutip dari buku karangan Yusuf (2015) usia lanjut diklasifikasikan oleh World Health
Organization (WHO) , yaitu sebagai berikut:
1. Usia pertengahan (middle age) : 45–59 tahun
2. Lanjut usia (elderly) : 60–74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) : 75–90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) : di atas 90 tahun
2.1.3 Teori proses menua
Menurut Yusuf (2015) Ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu
sebagai berikut.
1. Teori Biologi
1) Teori genetik dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-
molekul (DNA) dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi, sebagai contoh yang khas
adalah mutasi dari sel-sel kelamin (terjadi penurunan kemampuan fungsional sel). Teori ini
merupakan teori intrinsik yang menjelaskan bahwa tubuh terdapat jam biologis yang
mengatur gen dan menentukan jalannya penuaan.
2) Teori nongenetik
Teori ini merupakan teori ekstrinsik dan terdiri atas berbagai teori, di antaranya
adalah sebagai berikut:
(1) Teori rantai silang (cross link)
Teori ini menjelaskan bahwa molekul kolagen dan zat kimia mengubah fungsi
jaringan, mengakibatkan jaringan yang kaku pada proses penuaan. Sel yang tua atau usang
menyebabkan ikatan reaksi kimianya menjadi lebih kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan
ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan, dan hilangnya fungsi.
3) Teori aktivitas
Teori ini dikembangkan oleh Palmore (1965) dan Lemon, dkk. (1972) yang menyatakan
bahwa penuaan yang sukses bergantung pada bagaimana seseorang lanjut usia merasakan
kepuasan dalam melakukan aktivitas dan mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin.
Adapun kualitas aktivitas tersebut lebih penting dibandingkan dengan kuantitas aktivitas yang
dilakukan (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 46).
4) Teori kesinambungan
Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan di dalam siklus kehidupan lanjut usia,
sehingga pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat
menjadi lanjut usia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang
ternyata tak berubah walaupun ia menjadi lanjut usia (Hardywinoto dan Setiabudi, 1999: 47).
5) Teori perkembangan
Teori ini menekankan pentingnya mempelajari apa yang telah dialami oleh lanjut usia
pada saat muda hingga dewasa. Menurut Havighurst dan Duval, terdapat tujuh tugas
perkembangan selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut usia yaitu sebagai berikut:
(1) Penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis.
(2) Penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan.
(3) Menemukan makna kehidupan.
(4) Mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan.
(5) Menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga.
(6) Penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia.
(7) Menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia.
3. Teori Psikologis
Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang berespons pada tugas perkembangannya. Pada
dasarnya perkembangan seseorang akan terus berjalan meskipun orang tersebut telah menua.
1) Teori hierarki kebutuhan dasar manusia Maslow (Maslow’s hierarchy of human needs)
Dari hierarki Maslow kebutuhan dasar manusia dibagi dalam lima tingkatan mulai dari yang
terendah kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, harga diri sampai pada yang paling tinggi yaitu
aktualisasi diri. Seseorang akan memenuhi kebutuhan kebutuhan tersebut. Menurut Maslow, semakin
tua usia individu maka individu akan mulai berusaha mencapai aktualisasi dirinya. Jika individu telah
mencapai aktualisasi diri, maka individu tersebut telah mencapai kedewasaan dan kematangan
dengan semua sifat yang ada di dalamnya, otonomi, kreatif, independen, dan hubungan interpersonal
yang positif.
2) Teori individualisme Jung (Jung’s theory of individualism)
Menurut Carl Jung, sifat dasar manusia terbagi menjadi dua yaitu ekstrovert dan introvert.
Individu yang telah mencapai lanjut usia cenderung introvert. Dia lebih suka menyendiri seperti
bernostalgia tentang masa lalunya. Menua yang sukses adalah jika dia bisa menyeimbangkan antara
sisi introvert dan ekstrovertnya, tetapi lebih condong ke arah introvert. Dia senang dengan dirinya
sendiri, serta melihat orang dan bergantung pada mereka.
3) Teori delapan tingkat perkembangan Erikson (Erikson’s eigth stages of life)
Menurut Erikson, tugas perkembangan terakhir yang harus dicapai individu adalah integritas
ego vs menghilang (ego integrity vs disappear). Jika individu tersebut sukses mencapai tugas
perkembangan ini, maka dia akan berkembang menjadi individu yang arif dan bijaksana. Namun jika
individu tersebut gagal mencapai tahap ini, maka dia akan hidup penuh dengan keputusasaan.
4) Optimalisasi selektif dengan kompensasi (selective optimisation with compensation)
Menurut teori ini, kompensasi penurunan tubuh ada tiga elemen yaitu sebagai berikut.
(1) Seleksi
Adanya penurunan dari fungsi tubuh karena proses penuaan maka mau tidak mau harus ada
peningkatan pembatasan terhadap aktivitas sehari-hari.
(2) Optimalisasi
Lanjut usia tetap mengoptimalkan kemampuan yang masih dimilikinya untuk meningkatkan
kehidupannya.
(3) Kompensasi
Berbagai aktivitas yang sudah tidak dapat dijalankan karena proses penuaan diganti dengan
aktivitas lain yang mungkin bisa dilakukan dan bermanfaat bagi lanjut usia.
2.2.2 Penyebab
Kecepatan pembentukan tulang berkurang secara progesif sejalan dengan
usia, yang dimulai sekitar 30 atau 40 tahun. Semakin padat tulang sebelum
usia tersebut, semakin kecil kemungkinan terjadi osteoporosis. Pada individu
yang berusia 70-an dan 80-an, osteoporosis menjadi penyakit yang sering
ditemukan.
Meskipun resorpsi tulang mulai melebihi pembentukan tulang pada usia
dekade keempat atau kelima, pada wanita penipisan tulang yang melebihi
signifikan terjadi selama dan setelah menopause. Penurunan estrogen
pascamenopause tampak sangat berperan dalam perkembangan ini pada
populasi wanita lansia. Meskipun mekanisme estrogen bekerja untuk
mempertahankan densitas tulang belum jelas, diperkirakan bahwa estrogen
menstimulasi aktivitas osteoblas dan membatasi efek stimulasi osteoklas
pada hormon paratiroid. Dengan demikian, penurunan estrogen
menyebabkan perubahan besar pada aktivitas osteoklas. Wanita kurus,
wanita berambut terang, dan wanita yang merokok sangat rentan terhadap
osteoporosis karena tulang mereka kurang padat sebelum menopause
dibandingkan tulang wanita gemuk, berambut gelap, dan tidak merokok. Pria
lansia kurang rentan mengalami osteoporosis karena mereka biasanya
memiliki tulang yang lebih padat dari pada wanita (sekitar 30%), dan kadar
hormon produktif tetap tinggi sampai pria mencapai usia 80-an. Akan tetapi,
pria lansia memiliki tulang yang kurang padat dari pada pria yang lebih muda.
Untuk pria dan wanita, penyebab lain osteoporosis adalah penurunan
aktivitas fisik dan ingesti obat tertentu, termasuk kortikosteroid dan
beberapa antasid yang mengandung alumunium yang meningkatkan
eliminasi kalsium. Terbukti bahwa bahkan pria dan wanita yang sangat tua
dapat secara signifikan meningkatkan densitas tulang dengan melakukan
aktivitas menahan beban tingkat sedang. Riwayat keluarga juga berperan
dalam menentukan resiko masa depan individu. Densitas tulang terbukti
menurun pada wanita menyusui walaupun kembalinya ke densitas yang
mendekati normal terjadi setelah penyapihan
2.2.3 Klasifikasi
1. Osteoporosis primer
b. Tipe 2, terjadi pada orang lanjut usia, baik pria mupun wanita
2. Osteoporosis sekunder. Osteoporosis sekunder terutama disebabkan oleh penyakit-penyakit tulang erosit (misalnya mieloma multipel, hipertiroidisme) dan akibat obat-
obatan yang toksik untuk tulang(misalnya glukokortikoid). Jenis ini ditemukan pada kurang lebih 2-3 juta klien
3. Osteoporosis ideopatik. Osteoporosis ideopatik adalah osteoporosis yang tidak diketahui penyebabnya dan ditemukan pada :
a. Usia kanak-kanak (juvenil)
c. Wanita pra-menopouse
Jenis kelamin, tiga kali lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Perbedaan ini mungkin di sebabkan oleh faktor hormonal dan
rangka tulang yang lebih kecil.
Riwayat keluarga/keturunan, sejarah keluarga juga mempengaruhi penyakit ini. Pada keluarga yang mempunyai riwayat osteoporosis, anak-
anak yang dilahirkannya cenderung mempunyai penyakit yang sama
Bentuk tubuh, adanya kerangka tubuh yang lemah dan skoliosis vertebra menyebabkan penyakit ini. Keadaan ini terutama terjadi pada
wanita antara usia 50-60 tahun dengan densitas tulang yang rendah dan diatas usia 70 tahun dengan BMI (berat badab dibagi kuadrat tinggi
badan) yang rendah
Merokok
Devisiensi vitamin dan gizi (antara lain protein), kandungan garam pada makanan, perokok berat, peminum alkohol dan kopi yang berat.
Nikotin dalam rokok menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ketulang. Oleh karena itu proses pembentukan
tulang oleh osteoblas menjadi melemah. Dampak konsumsi alkohol pada osteoporosis berhubungan dengan jumlah alkohol yang berlebihan
akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap kalsium dari darah ke tulang. Mengkonsumsi atau minum kopi lebih dari tiga
cangkir per hari menyebabkan tubuh selalu ingin berkemih. Keadaan tersebut menyebabkan kalsium banyak terbuang bersama air kencing.
Kekurangan protein dan kalsium pada masa kanak-kanak dan remaja menyebabkan tidak tercapainya masa tulang yang maksimal pada
waktu dewasa.
Gaya hidup, aktivitas fisik yang kurang dan imobiliasi dengan penurunan penyangga berat badan merupakan stimulasi penting bagi resorpsi
tulang. Beban fisik yang terintregasi merupakan penentu dari puncak massa tulang
Menopouse dini(menopouse yang terjadi pada usia 46 tahun) dan hormonal, yaitu kadar estrogen plasma yang kurang. Disini kadar estrogen
menurun. Dengan menurunnya kadar estrogen, resorpsi tulang menjadi lebih cepat sehingga terjadi penurunan massa tulang yang banyak.
Bila tidak segera diintervensi, akan cepat terjadi osteoporosis
Penggunaan obat-obat tertentu seperti(diuretik, glukokortikoid, antikonvulsan, hormon tiroid berlebihan, kortikostiroid)
Nyeri terutama terasa pada tulang belakang yang intensitas serangannya meningkat pada malam hari
4 Deformitas tulang.
Dapat terjadi fraktur traumatik pada vertebra dan menyebabkan kifosis angular yang dapat menyebabkan medula spenalis tertekan sehingga dapat terjadi paraparesis
• Walaupun berlanjut secara membahayakan, osteoporosis mungkin tidak berhubungan dengan berbagai gambaran klinis kecuali jika patah tulang terjadi.
Nyeri dan deformitas biasanya menyertai patah tulang.
• Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi individu dapat berkurang atau terjadi kifosis (kadang-kadang disebut dowager’s hump)
• Pada tahun 2004, U.S. Surgeon General mengidentifikasi fraktur trauma rendah sebagai kejadian sentinel yang menunjukkan kesehatan tulang yang buruk
harus dianggap sebagai indikasi untuk skrining densitas tulang, bahkan pada individu berusia muda atau orang lain yang tidak dianggap beresiko tinggi mengalami
osteoporosis
4.1.1 Komplikasi
• Fraktur pangkal paha, pergelangan tangan, kolumna vertebralis, dan
panggul.
• Hospitalisasi, penempatan di nursing home, dan penurunan
kemampuan untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari dapat terjadi etelah
fraktur osteoporosis.
4.1.2 Penatalaksanaan
5 Diet
9 Pencegahan dengan menghindari faktor risiko ostoporosis (misal rokok, mengurangi konsumsi alkohol, berhati-hati dalam aktivitas fisik)
• Pencegahan osteoporosis dimulai sejak masa kanak-kanak dan remaja dengan pembentukan kebiasaan berolahraga dan nutrisi yang baik sepanjang hidup
dan untuk memperkuat tulang.
• Obat-obatan spesifik untuk mengatasi hiperkalsemia, termasuk steroid dan diuretik yang mengeluarkan kalsium, dapat digunakan
(Corwin, 2009)
BAB 3
ASKEP GERONTIK DENGAN OSTEOPOROSIS
I. Pengkajian
A. Data Biografi
Nama :
Gol Darah :
Pendidikan terakhir :
Agama :
Status perkawinan :
Alamat :
B. Riwayat Keluarga
Genogram
C. Riwayat Pekerjaan
Alamat pekerjaan :
Alamat transportasi :
Pekerjaan sebelumnya :
Alat transportasi :
Kamar :
Derajat privasi :
Tetangga terdekat :
E. Riwayat rekreasi
Hobi/minat :
Liburan/perjalanan :
F. Sistem Pendukung
Perawat/Bidan/Dokter/Fisoterapi :
Klinik : Jaraknya Km
Lain-lain :
G. Deskripsi kekhususan
Kebiasaan ritual :
Yang lainnya :
H. Status kesehatan
Keluhan utama :
- Provokatif/palliative :
- Quality/quantity :
- Region :
- Severity scale :
Obat-obatan
Status imunisasi :
Alergi :
-Obat-obatan :
- Makanan :
- Faktor lingkungan :
I. Aktivitas sehari-hari
Nutrisi :
Eliminasi :
Aktivitas :
Istirahat & tidur :
Personal Hygiene :
Seksual :
Rekreasi :
Psikologis :
- Persepsi klien :
- Konsep diri :
- Emosi :
- Adaptasi :
J. Tinjauan system
Tingkat kesadaran
2. Mata-telinga-hidung :
a. Paru-paru :
b. Jantung, TTV :
a. System pencernaan :
b. System genetaurinariue :
8. Genetalia :
9. Reproduksi :
10. Persyarafan :
11. Pengecapan :
K. Kulit :
4. APGAR keluarga :
L. Data penunjang
1. Laboratorium :
2. Radiologi :
3. EKG :
4. USG :
5. CT-Scan :
6. Obat-obatan :
INDEKS KATZ
Alamat :
Skore Kriteria
(SPMSQ)
Alamat :
Keterangan :
Maksimum
Orientasi
Registrasi
Perhatian
Dan kalkulasi
Mengingat
Bahasa
Nilai total
Keterangan :
Nilai maksimal 30, nilai 21 atau kurang biasanya indikasi terjadi kerusakan kognitif yang mamrlukan
penyelidikan lebih lanjut
Tingkat Untuk Mengetahui Depresi Lansia Dari Beck & Deck (1972)
Alamat :
No Uraian
I. Kesedihan
2 Saya galau / sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya
II. Pesimisme
0 Saya tidak begitu pesimis atau kecil hati tentang masa depan
2 Bila melihat kehidupan belakang, semua yang dapat saya lihat hanya kegagalan
1 Saya merasa gagal melebihi orang pada umumnya
V. V. Rasa Bersalah
1 Saya merasa buruk / tak berharga sebagai dari waktu yang baik
3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan
3 Saya telah kehilangan minat saya pada orang lain dan tidak peduli pada mereka
semuanya
2 Saya telah kehilangan minat saya pada orang lain dan mempunyai sedikit
perasaan pada mereka
IX. Keragu-raguan
3 Saya tidak bias membuat keputusan
0 Saya tidak merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya
2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan sesuatu
XII. Keletihan
XIII. M.Anoreksia
Penilaian
Suatu Alat Skrining Singlkat Yang Dapat Digunakan Untuk Mengkaji Fungsi Sosial Lansia
Nama klien : Tanggal ……….
Alamat :
Kadang-kadang : skore 1
II ANALISA DATA
(ETIOLOGI) (PROBLEM)
S : Skala 5
DO :
TTV :
TD :
S:
N:
RR :
DO :
IV PROSES KEPERAWATAN
5. Memberik
an obat
VI CATATAN PERKEMBANGAN
- Menganjurkan klien
untuk mandi air
hangat. Klien mandi
air hangat dua kali
sehari.
Klien mengikuti
3 1 senam lansia.
Rabu, 7 juni 2017. Jam
08.00
- Memberikan obat.
4 Rabu, 7 juni 2017. Jam 2 Klien diberikan obat
08.15
analgetik
- Mengajarkan klien
posisi menunduk
yang benar. Klien
5 2 bisa menirukan dan
Rabu, 7 juni 2017. Jam melaksanakan posisi
08.15 menunduk yang
benar secara
mandiri.
- Menganjurkan klien
untuk mandi air
hangat. Klien mandi
air hangat dua kali
sehari.
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesipulan
5 Usia lanjut adalah seseorang yang usianya sudah tua yang merupakan tahap lanjut dari suatu
proses kehidupan
6 Osteoporosis adalah kondisi terjadinya penurunan densitas/matriks/massa tulang, peningkatan porositas tulang dan penurunan proses mineralisasi disertai
dengan kerusakan arsitektur mikro jaringan tulang yang mengakibatkan penurunan kekokohan tulang sehingga tulang menjadi mudah patah. Osteoporosis
merupakan hasil interaksi kompleks yang menahun antara faktor genetik dan faktor lingkungan.
7 Pada individu yang berusia 70-an dan 80-an, osteoporosis menjadi penyakit yang sering
ditemukan. Meskipun resorpsi tulang mulai melebihi pembentukan tulang pada usia dekade
keempat atau kelima, pada wanita penipisan tulang yang melebihi signifikan terjadi selama dan
setelah menopause.
7.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Stanley, M. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta: EGC.
Yusuf. Ah. dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika,
Muttaqin, A. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta: EGC.
Berbagi
Posting Komentar
Beranda
Mengenai Saya
NINDA JUNITA
Aku seorang mahasiswa keperawatan yang saat ini sedang menekuni profesi
Situs ini menggunakan cookie dari Google untuk menyajikan layanan dan menganalisis traffic.
Alamat IP dan browser Anda dibagikan dengan Google beserta metrik performa dan keamanan guna
memastikan kualitas layanan, memunculkan statistik penggunaan, serta untuk mendeteksi dan
menangani penyalahgunaan.INFO LENGKAPOKE