Disusun oleh :
b. Proses pengolahan
Proses pembuatan keripik pisang dapat dilakukan dengan konvensional
yaitu pengupasan kulit pisang dan pengirisan daging buah pisang dengan tebal 2-
3 mm secara memanjang atau melintang. Kemudian melakukan perendaman
irisan atau potongan pisang dengan larutan natrium bisulfit dan larutan vitamin C
0,1 % selama ± 30 menit untuk memperbaiki tekstur, dan menghindari perubahan
warna pisang atau browning enzimatis. Setelah itu, pencucian irisan buah pisang
menggunakan air agar bersih lalu mengeringkannya agar kadar airnya menurun,
penyerapan minyak berkurang dan produk dapat disimpan lebih lama sebelum
digoreng. Lalu, melakukan tahap penggorengan dengan minyak agar kadar airnya
rendah dan membentuk keripik pisang dengan tekstur pisang yang berubah dari
lembut dan berair menjadi kering dan renyah. Pada proses ini dilakukan
penggorengan sebanyak 2 kali dengan menggunakan minyak goreng yang sesuai
SNI 01-4481-2002 berjumlah banyak, agar semua bahan pisang dapat terendam
saat digoreng. Perbandingan antara minyak goreng dengan irisan pisang adalah 3
liter:1 Kg dengan api yang besar untuk menghasilkan keripik yang renyah selama
4-6 menit dengan kapasitas 2-3 kg sekali menggoreng. Penggorengan dilakukan
satu kali sampai keripik cukup kering dan garing yang ditandai dengan perubahan
warna pisang menjadi kuning keemasan. Setelah itu dilakukan penirisan minyak
dengan menumpuk keripik di alat peniris hingga minyak yang tersisa turun
kembali ke penggorengan untuk mengurangi minyak goreng yang terkandung
dalam keripik pisang setelah proses penggorengan. Setelah itu, didinginkan ± 30
menit dengan kondisi wadah belum ditutup rapat. Kemudian, pemberian bahan
tambahan makanan seperti bumbu-bumbu pemanis, pewarna, dan sebagainya.
Pada tahap pemberian bumbu merupakan tahapan dimana keripik pisang
mengalami peningkatan cita rasa dan aroma keripik pisang. Setelah itu, keripik
pisang dapat dikemas dengan standing pouch full foil. Keripik pisang memiliki
kualitas yang baik apabila memiliki tingkat kerenyahan yang tinggi dan berwarna
cerah (Haryanto dkk, 2013).
c. Komposisi produk
Komposisi kripik pisang dan bahan tambahan pangan lain berupa pisang
pilihan, minyak goreng atau minyak nabati, bahan tambahan pangan seperti
garam sebagai pemberi rasa asin dan pengawet, gula, cabe bubuk, coklat bubuk
yang sudah diolah, dan seasoning (bumbu siap saji) seperti MSG, pewarna
Tartrazin, dan antioksidan asam benzoat. Pisang pilihan dalam membuat keripik
pisang dapat menggunakan jenis pisang kepok, tanduk, nangka, kapas, dan jenis
pisang olahan lainnya. Syarat mutu bahan baku pisang antara lain terbebas hama
penyakit , terbebas dari bau busuk,asam,apek dan bau asing lainnya, terbebas
dari bahan kimia seperti insektisida dan fungisida serta memiliki suhu normal. Air
untuk mencuci bahan baku harus memenuhi persyaratan air bersih sesuai standar
Permenkes RI No. 416/MENKES/PERK/ IX/1990. Kemudian, minyak goreng yang
digunakan berupa minyak kelapa atau minyak kelapa sawit yang bermutu baik
(jernih dan tidak tengik), sesuai SNI 01 – 3741 – 2002. Dalam produk keripik
pisang ini persyaratan bahan tambahan pangan seperti gula halus, garam halus,
cabe bubuk, coklat bubuk yang sudah diolah, seasoning (bumbu siap saji) harus
mengacu pada SNI No.01-0222-1995 (Haryanto dkk, 2013).
d. Kemasan
Proses pengemasan bertujuan untuk meningkatkan daya simpan produk.
Bahan pengemas yang umum digunakan untuk keripik pisang adalah plastik
polipropilen atau aluminium foil dengan ketebalan 0,6-0,8 mm yang telah dicetak
merk keripik pisang sehingga tidak mudah terjadi kebocoran kemasan yang dapat
menimbulkan kripik pisang menjadi lembab dan tidak renyah. Dalam keripik
pisang Harapan Mandiri produksi warga Bajulmati ini menggunakan kemasan
standing pouch full foil yang telah dicetak dengan merk ‘Harapan Mandiri’ dengan
berisikan informasi sesuai dengan PP No.69 tahun 1999 yang menyatakan bahwa
label pada kemasan sekurang-kurangnya harus mencantumkan nama produk,
berat bersih, masa kadaluwarsa, komposisi bahan baku dan informasi atau alamat
tempat pembuatan produk. Kemasan yang dipakai dalam produksi keripik pisang
terbagi beberapa macam sesuai dengan beratnya antara lain dengan netto
sebesar 100 gram, 250 gram, dan 500 gram. Proses sortasi pada keripik pisang ini
dilakukan untuk mengklasifikasi kualitas atau mutu dengan cara memilah dan
mengelompokkan berdasarkan ukuran, warna, dan bentuk keripik yang dihasilkan,
dilakukan secara manua. Pengemasan produk yang berupa kripik sebaiknya
menggunakan mesin pengemas vakum (vacuum sealer). Penyimpanan produk
akhir sebaiknya dilakukan di ruang yang terpisah dengan ruang penyimpanan
bahan baku. Dalam proses pengangkutan dihindarkan dari kerusakan fisik dan
pengaruh cahaya sinar matahari langsung untuk mencegah terjadinya proses
oksidasi. Pada ruang pengepakannya harus mempunyai kelembaban udara (RH)
yang rendah karena sifat keripik vakum ini higroskopisitasnya tinggi misalnya saja
dilakukan di dalam ruang ber-AC. Lantai proses pengemasan harus kedap air,
rata, halus, tidak licin, kuat, dibuat miring agar mudah dibersihkan. Dindingnya
kedap air, rata, halus, berwarna terang, tahan lama, tidak mudah mengelupas,
dan kuat. Terdapat alat cuci atau pembersih yang banyak, ada upaya mencegah
masuknya hama di sarana produksi dan tidak terlihat indikasi adanya hama.
Semua karyawan berpakaian bersih dan tidak ada luka (Haryanto dkk, 2013).
BAB 2
REAKSI KIMIA DAN PERUBAHAN YANG TERJADI SELAMA
PENGOLAHAN DAN DISTRBUSI/PENYIMPANAN
DAFTAR PUSTAKA
Akolo, Ingka dkk. 2018. Analisis Pengaruh Natrium Metabisulfit (Na2S2O5) dan
Lama Penyimpanan terhadap Proses Browning Buah Pir menggunakan
Rancangan Faktorial. Jtech 5(2), 54 – 58
Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia. 2019. Peraturan Badan
Pengawas Obat Dan Makanan Nomor 11 Tahun 2019 Tentang Bahan
Tambahan Pangan
Haryanto, Didit dkk. 2013. Penyusunan Draft Standard Operating Procedure (Sop)
Pengolahan Keripik Pisang (Studi Kasus Di Salah Satu Industri Rumah
Tangga Keripik Pisang Bandar Lampung). Jurnal Teknologi Industri dan
Hasil Pertanian Volume 18 No.2, hh.132-143
Herawati, Ervika dkk. 2017. Pendugaan Umur Simpan Keripik Pisang Salut Cokelat
“Purbarasa” Berdasarkan Angka Thio Barbituric Acid (TBA) dengan Metode
Accelerated Shelf Life Test (ASLT) Model Arrhenius. Jurnal Reaktor 17(3)
2017: 118-125
Ponno, Yahya dkk. 2016. Perubahan Massa Air, Volume, Dan Uji Organoleptik
Keripik Buah Dengan Berbagai Variasi Waktupada Penggorengan Tekanan
Hampa Udara. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, Vol. 2, No.6, hh.1-8
Putri, Annisa Risdianika. 2012. Pengaruh Kadar Air Terhadap Tekstur Dan Warna
Keripik Pisang Kepok (Musa parasidiaca formatypica). Skripsi Fakultas
Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar
Ratnani. 2009. Bahaya Bahan Tambahan Makanan Bagi Kesehatan. Jurnal
Momentum, Vol. 5, No. 1, hh. 16 – 22