Anda di halaman 1dari 83

PENGARUH KNEADING MASSAGE TERHADAP TINGKAT

DISMENORE MAHASISWI KEPERAWATAN INSTITUT


ILMU KESEHATAN DI KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Oleh:

WILDAN YOGA SYAHPUTRA

10215018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2019
PENGARUH KNEADING MASSAGE TERHADAP TINGKAT
DISMENORE MAHASISWI KEPERAWATAN INSTITUT ILMU
KESEHATAN DI KOTA KEDIRI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

Oleh:

WILDAN YOGA SYAHPUTRA

10215018

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI

2019

ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh

Kneading Massage Terhadap Tingkat Dismenore Mahasiswi Keperawatan Institut

Ilmu Kesehatan Di Kota Kediri” dapat terselesaikan.

Bersamaan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Dra. EC. Lianawati, MBA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Wiyata

Kediri.

2. Prof. Dr. Muhamad Zainuddin, Apt., selaku Rektor Institut Ilmu Kesehatan

Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk

menyelesaikan pendidikan.

3. Ika Rahmawati, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk menyelesaikan pendidikan.

4. Ely Isnaeni, S. Kep. Ns., M. Kes., selaku Ketua Program Studi S1 Keperawatan

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri sekaligus selaku Pembimbing II

yang telah memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat

menyelesaikan skripsi ini.

5. Yanuar Eka P, S.Kep, Ns., M.Kes., selaku Pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi

ini.

vi
6. Wahyu Nur P, S.Kep, Ns., M.Kes. selaku Penguji I yang memberikan

masukan-masukan yang berharga pada saya agar skripsi ini tersusun dengan

baik.

7. Paramita Ratna G, S.Kep, Ns., M.Kes. selaku Penguji I yang memberikan

masukan-masukan yang berharga pada saya agar skripsi ini tersusun dengan

baik.

8. Ayah dan Ibu yang selalu menemani dan memberikan dorongan baik secara

materi, semangat dan motivasi agar saya dapat menyelesaikan proposal skripsi

ini dengan baik.

9. Teman-teman semua yang telah membantu dan memberikan semangat agar

saya dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan semua pihak yang telah

membantu terselesaikannya skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas budi baik semua pihak yang telah

memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Saya sadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, sehingga

mohon kritik dan saran yang membangun demi melengkapi skripsi ini.

Kediri, 30 April 2019

Penulis

vii
ABSTRAK

Pengaruh Kneading Massage Terhadap Tingkat Dismenore


Mahasiswi Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Di Kota Kediri
Wildan Yoga S, Yanuar Eka P1 , Ely Isnaeni2

Latar Belakang: Proses menstruasi yang dialami mahasiswi akan menyebabkan


kotraksi miometrium berlebihan yang menimbulkan dismenore, selanjutnya
dismenore juga dapat menyebabkan nausea dan vomitting (rasa mual dan muntah),
sakit kepala, pusing, letih, diare, emosi yang labil selama menstruasi, bahkan
pingsan. Tujuan Penelitian: Mengetahui Pengaruh Kneading Massage Terhadap
Tingkat Dismenore Mahasiswi Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Di Kota
Kediri. Design Penelitian: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pra eksperimental design dengan racangan yang digunakan adalah two-
group pre-post test design with control group design. Pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan lembar observasi skala nyeri. Pengambilan sampel dengan
cara non probability sampling, dengan menggunakan teknik purposive sampling
sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan 60 responden dibagi menjadi
2 kelompok yaitu kelompok perlakuan (n=30) dan kelompok kontrol (n=30). Hasil
penelitian pada kelompok perlakuan didapatkan pada kategori ringan sebanyak 19
responden (64,5%). Hasil uji Wilcoxon memberikan hasil nilai p value = 0,000
sehingga p value < α, (α = 0,05) jadi H0 ditolak, dapat disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh kneading massage terhadap tingkat dismenore mahasiswi keperawatan.
Saran : Bagi peneliti selanjutnya agar dapat memberikan intervensi lebih dari 3
hari, sehingga hasil yang didapatkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

Kata Kunci : Kneading Massage, Dismenore, Menstruasi.

viii
ABSTRACT

Effect of Kneading Massage on the Level of Dysmenorrhea Student


Nursing Institute of Health Sciences in the City of Kediri
Wildan Yoga S, Yanuar Eka P1 , Ely Isnaeni2

Background: The menstrual process experienced by female students will cause


excessive myometrial contractions which cause dysmenorrhea, then dysmenorrhea
can also cause nausea and vomitting (nausea and vomiting), headaches, dizziness,
fatigue, diarrhea, labile emotions during menstruation, even fainting. Objective: To
determine the effect of kneading massage on the level of dysmenorrhea in nursing
students at the Institute of Health Sciences in the city of Kediri. Design Research:
The research design used in this study was a pre-experimental design with a two-
group pre-post test design with control group design. Data collection was carried
out using the pain scale observation sheet. Sampling is done by non probability
sampling, using purposive sampling technique in accordance with inclusion and
exclusion criteria, obtained 60 respondents divided into 2 groups, namely the
treatment group (n = 30) and the control group (n = 30). The results of the study in
the treatment group were obtained in the light category as many as 19 respondents
(64.5%). The Wilcoxon test results give a value of p value = 0,000 so that the p
value <α, (α = 0.05) so that H0 is rejected, it can be concluded that there is a
kneading massage effect on the level of dysmenorrhea of nursing students.
Suggestion: For future researchers to be able to provide interventions more than 3
days, so the results obtained are in accordance with the objectives to be achieved.

Keywords: Kneading Massage, Dysmenorrhea, Menstruation

ix
DAFTAR ISI
Halaman

Halaman Judul i

Halaman Persetujuan ii

Halaman Pengesahan iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi.................................................................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 5
A. Konsep Menstruasi ....................................................................................... 5
1. Definisi Menstruasi ................................................................................................. 5
2. Siklus Menstruasi .................................................................................................... 5
3. Definisi Dismenore ............................................................................................... 10
4. Alat Ukur Nyeri .................................................................................................... 15
B. Konsep Kneading Massage ........................................................................ 18
1. Definisi Kneading Massage .................................................................................. 18
2. Kontra indikasi ...................................................................................................... 19
3. Tujuan ................................................................................................................... 19
4. Prosedur Kerja ...................................................................................................... 20
BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ........................................... 21
A. Kerangka Konsep........................................................................................ 21
B. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 22
BAB IV METODELOGI PENELITIAN .............................................................. 24
A. Desain Penelitian......................................................................................... 24
B. Lokasi dan Waktu Penelitian....................................................................... 25
C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ...................................................... 25

x
D. Variabel Penelitian ..................................................................................... 27
E. Definisi Operasional ................................................................................... 28
F. Instrumen penelitian .................................................................................... 30
G. Proses Pengumpulan Data .......................................................................... 31
H. Analisis Data .............................................................................................. 32
I. Kerangka kerja ............................................................................................ 35
BAB V HASIL PENELITIAN 35

A. Profil Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kota Kediri 35


B. Hasil Penelitian 35
C. Karakteristik Responden 36
1. Berdasarkan Usia Responden 36
D. Data Analisan Univariat 36
1. Tingkat Dismenore Sebelum Diberikan Terapi 36
2. Tingkat Dismenore Sesudah Diberikan Terapi 38
E. Analisis Bivariat 39
BAB VI PEMBAHASAN 41
A. Identifikasi tingkat dismenorea mahasiswi keperawatan Institut Ilmu
Kesehatan di Kota Kediri sebelum dilakukan kneading massage 41
B. Identifikasi tingkat dismenorea mahasiswi keperawatan Institut Ilmu
Kesehatan di Kota Kediri sesudah dilakukan kneading massage 42
C. Pengaruh Kneading Massage Terhadap Tingkat Dismenore Mahasiswi
Sebelum dan Setelah Diberikan Intervensi Kneading Massage 44
D. Keterbatasan Peneliti 45
BAB VII PENUTUP 46
A. Kesimpulan 46
B. Saran 47

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42


Lampiran .............................................................................................................. 51

xi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel VI. 1 Definisi Operasional 27

Tabel V. 1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan usia


mahasiswi prodi S1 Keperawatan IIK BW Kota Kediri 36

Tabel V. 2 Distribusi Frekuensi Tingkat Dismenore Mahasiswi Sebelum


Diberikan Terapi (kelompok perlakuan) 37

Tabel V. 3 Distribusi Frekuensi Tingkat Dismenore Mahasiswi Sebelum


Diberikan Terapi (kelompok kontrol) 37

Tabel V. 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Dismenore Mahasiswi Sesudah Diberikan


Terapi (kelompok perlakuan) 38

Tabel V. 5 Distribusi Frekuensi Tingkat Dismenore Mahasiswi Sesudah Diberikan


Terapi (kelompok kontrol) 38

Tabel V. 6 Analisa Bivariat tingkat dismenore mahasiswi preintervensi dan


postintervensi Kelompok Perlakuan 39

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar II. 1 Siklus Menstruasi 8

Gambar II. 2 Proses Dismenorea 13

Gambar II. 3 Visual Analog Scale 14

Gambar II. 4 Numeric Rating Scale 15

Gambar II. 5 Wong Baker 16

Gambar II. 6 Kneading Massage 19

Gambar III. 1 Kerangka Konsep 20

Gambar IV. 1 Rancangan Penelitian 23

Gambar IV. 2 Numeric Rating Scal 31

Gambar IV. 3 Kerangka Kerja 35

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Jadwal Kegiatan Penelitian 51

Lampiran 2 Lembar Persetujuan 52

Lampiran 3 Angket Pnelitian 53

Lampiran 4 Informed Consent 54

Lampiran 5 Hasil Uji SPSS Kelompok Perlakuanl 60

Lampiran 6 Hasil Uji SPSS Kelompok Kontrol 61

Lampiran 7 Tabel Perbandingan Skala Nyeri Pretest 62

Lampiran 8 Dokumentasi Responden 63

Lampiran 9 Dokumentasi Responden 64

Lampiran 10 Surat Permohonan Izin Penelitian 65

Lampiran 11 Surat Uji Layak Etik 66

Lampiran 12 Lembar Konsul 67

xiv
DAFTAR SINGKATAN

RSIA : Rumah Sakit Ibu dan Anak

BPS : Badan Pusat Statistik

CL : Corpus Luteum

HCG : Human Chorithic Gonadotropin

FSH : Follicel Stimulating Hormone

LH : Luteinizing Hormone

SOP : Standart Operasional Prosedur

GnRH : Gonadotropin-Releasing Hormone

VAS : Visual Analogue Scale

NRS : Numeric Rating Scale

WHO : World Health Organization

IIK : Institut Ilmu Kesehatan

BW : Bhakti Wiyata

xv
DAFTAR SIMBOL / LAMBANG

% : Persen

& : Dan

< : Kurang Dari

> : Lebih Dari

= : Sama Dengan

/ : Atau

+ : Tambah

- : Kurang

α : Alpha

p : P value

xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa yang berlangsung pada usia 13 tahun sampai

dengan 23 tahun bagi pria, dan 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita.

Masa remaja merupakan periode transisi dari masa anak ke masa dewasa yang

ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial.

Pada masa remaja khususnya perempuan terjadi proses menstruasi, kadang kala

proses menstruasi diikuti oleh rasa nyeri (dismenore) (Sagumi, 2013). Selain rasa

nyeri, dismenore juga dapat menyebabkan nausea dan vomitting (rasa mual dan

muntah), sakit kepala, pusing, letih, diare, emosi yang labil selama menstruasi,

bahkan pingsan (Reeder dan Koniak, 2011)

Menurut data dari WHO 2015, didapatkan kejadian sebesar 1.769.425 jiwa

(90%) wanita yang mengalami dismenore berat. Di Indonesia angka kejadian

dismenorea sebesar 107.673 jiwa (64,25%), yang terdiri dari 59.671 jiwa

(54,89%) mengalami dismenore primer dan 9.496 jiwa (9,36%) mengalami

dismenore sekunder. Menurut Yulius (2013) dalam Silvanus (2017) mengatakan

bahwa di Jawa Timur jumlah remaja putri yang reproduktif yaitu berusia 10-24

tahun adalah sebesar 56.598 jiwa. Sedangkan yang mengalami dismenore dan

datang ke bagian kebidanan sebesar 11.565 jiwa (1,31%) BPS Provinsi Jawa

Timur tahun 2010. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada tanggal 20 Oktober
2018 secara observasi dan wawancara, mahasiswi keperawatan IIK dengan jumlah

total 161 orang terdapat 134 mahasiswi mengatakan mengalami dismenore.

. Nyeri haid memang umum terjadi dan kebanyakan penyebabnya belum

diketahui, namun apabila setiap kali menstruasi selalu merasa nyeri yang

menyiksa sehingga tidak dapat beraktifitas sama sekali, disertai rasa pusing, mual

muntah, demam, bahkan sampai pingsan, maka harus diwaspadai karena bisa saja

merupakan tanda adanya suatu gangguan pada sistem reproduksi dan yang paling

banyak setelah dilakukan pemeriksaan adalah gangguan endometriosis atau

terdapat fibroid (myoma) pada rahim (Cunningham., et al, 2013)

Berbagai upaya dilakukan untuk menurunkan dismenore, baik secara

farmakologi maupun nonfarmakologi. Manajemen dismenore secara

nonfarmakologi meliputi: relaksasi distraksi, counterpressur, aromaterapi,

massage, dll.. Salah satu teknik massage yang dapat dilakukan oleh tenaga medis

adalah teknik kneading. Kneading adalah memijat menggunakan tekanan yang

sedang dengan sapuan yang panjang, meremas menggunakan jari-jari tangan

diatas lapisan superficial dari jaringan otot untuk membantu mengontrol rasa sakit

lokal serta meningkatkan sirkulasi (Inkeles, 2007). Teknik kneading memberikan

pengaruh mengurangi ketegangan otot dan stres tubuh secara keseluruhan, dengan

tujuan utama adalah agar tubuh dan pikran menjadi rileks. Hal ini disebabkan

karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorphin yang

merupakan pereda rasa sakit. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan

nyaman. Pijat secara lembut akan merasa lebih segar, rileks, dan nyaman (Inkeles,

2007). Penelitian ini di dukung dari penelitian Rina (2011) tentang Efektivitas

2
Teknik Kneading Dan Counterpressure Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri

Kala I Fase Aktif Persalinan Normal Di RSIA Bunda Arif Purwokerto, hasilnya

terbukti bisa menurunkan dari skala nyeri 10 menjadi 8 dengan jumlah responden

30 orang.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti ingin mengetahui Pengaruh

Kneading Massage Terhadap Tingkat Dismenore Mahasiswi Keperawatan Institut

Ilmu Kesehatan di Kota Kediri.

B. Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh kneading massage terhadap tingkat dismenore

mahasiswi keperawatan institut ilmu kesehatan di Kota Kediri?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kneading Massage

Terhadap Tingkat Dismenore Mahasiswi Keperawatan Institut Ilmu

Kesehatan di Kota Kediri.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat dismenorea kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol sebelum dilakukan kneading massage mahasiswi keperawatan

Institut Ilmu Kesehatan di Kota Kediri.

b. Mengidentifikasi tingkat dismenore kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol sesudah dilakukan kneading massage pada mahasiswi

keperawatan Institut Ilmu Kesehatan di Kota Kediri.

3
c. Menganalisis pengaruh kneading massage terhadap tingkat dismenore

pada mahasiswi keperawatan Institut Ilmu Kesehatan di Kota Kediri.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu sumber

ilmu yang menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang

keperawatan mengenai pemberian kneading massage sebagai salah satu

metode nonfarmakologis dalam pengelolaan dismenore.

2. Manfaat Praktis

a. Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi intervensi bagi

tenaga kesehatan khususnya perawat di lahan kerja sebagai salah

satu pengobatan nonfarmakologis dalam pada dismenore.

b. Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan dan

referensi bagi peneiliti serta menjadi acuan untuk melakukan

penelitian selanjutnya yang serupa dengan variabel yang lebih

bervariasi.

c. Intitusi Rumah Sakit

Sebagai bahan pertimbangan oleh pihak rumah sakit dalam

menjalankan asuhan keperawatan dengan dismenore.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Menstruasi

1. Definisi Menstruasi

Menstruasi merupakan proses pelepasan dinding rahim yang disertai

dengan pendarahan yang terjadi secara berulang setiap bulan, kecuali pada

saat terjadi kehamilan. Hari pertama terjadinya menstruasi dihitung sebagai

awal setiap siklus menstruasi (hari ke – 1). Menstruasi akan terjadi 3 – 7 hari.

Hari terakhir menstruasi adalah waktu berakhir sebelum mulai siklus

menstruasi berikutnya. Rata – rata perempuan mengalami siklus menstruasi

selama 21 – 40 hari. Hanya sekitar 15 % perempuan yang mengalami siklus

menstruasi selama 28 hari (Anurogo dan Wulandari, 2011).

Menurut (Anurogo dan Wulandari, 2011), menstruasi merupakan ciri

kedewasaan wanita yang menandakan bahwa dirinya mampu untuk hamil.

Saat menstruasi wanita dapat mengalami gangguan salah satunya adalah

nyeri haid atau dismenore. Nyeri tersebut ada yang ringan dan samar-samar,

tetapi ada pula yang berat, bahkan beberapa wanita didapatkan pingsan

karena tidak kuat menahannya.

2. Siklus Menstruasi

Siklus merupakan proses yang dialami oleh wanita pada setiap bulan.

Menstruasi merupakan proses dalam tubuh wanita yang dimana sel telur

5
(ovum) berjalan dari indung telur menuju rahim, melalui aluran yang diberi

nama tuba falopi. Pada saat tersebut, jaringan endometrial dalam lapisan

endometrium di dalam rahim menebal sebagai persiapan terjadinya

pembuahan oleh sperma. Jika terjadi pembuahan, dinding ini akan semakin

menebal dan menyediakan tempat janin tumbuh. Tapi, jika tidak terjadi

pembuahan, jaringan endometrial ini akan luruh dan keluar melalui vagina

dalam bentuk cairan menstruasi. Sedangkan siklus menstruasi sendiri dimulai

dari hari pertama menstruasi hingga satu hari sebelum mentruasi berikutnya.

Pada keadaan normal, siklus menstruasi adalah berbeda bagi setiap wanita

yaitu dari 28 hingga 35 hari. Terdapat empat fase pada siklus menstruasi yaitu

fase menstrual, fase preovulatori, ovulasi dan fase pasca ovulatori (Tortora,&

Derrickson, 2009).

6
Gambar. II.1. Siklus Menstruasi

Gambar diatas menunjukkan gonadotropin mengontrol siklus ovarium

dan endometrium. Siklus ovarium – endometrium telah disusun selama 28

hari. Fase folikuler (hari 1-14) ditandai dengan meningkatnya kadar estrogen,

penebalan endometrium, dan pemilihan folikel dominan “ovulasi”. Selama

fase luteal (hari 14 – 21), corpus luteum (CL) menghasilkan estrogen dan

progesteron serta menyiapkan endometrium untuk implantasi. Jika implantasi

terjadi, blastokista menjadi berkembang sehingga akan mulai menghasilkan

human chorithic gonadotropin (HCG) dan menyelamatkan korpus luteum,

sehingga mempertahankan produksi progesteron, follicle stimulating hormone

(FSH), luteinizing hormone (LH) (Cunningham., et al, 2013)

7
Pada siklus menstruasi dikenal dengan menstruasi yang berlangsung

darihari pertama yang merupakan permulaan siklus hingga kira-kira hari ke-5.

Di ovarium, di bawah pengaruh FSH, beberapa folikel primordial

berkembang menjadi folikel primer dan seterusnya folikel sekunder. Di uterus

pula, terjadi aliran cairan menstruasi dari rahim menuju ke leher rahim, untuk

kemudian keluar melalui vagina yang mengandung kira-kira 50-150 mL

darah, cairan jaringan, mukus dan sel epitel yang luruh dari endometrium.

Luruhnya dinding endometrium ini karena terjadi penurunan kadar hormon

estrogen dan progesteron di mana akan menstimulasi pelepasan

prostaglandin yang menyebabkan konstriksi arteriol spiral. Akibatnya, sel-sel

di endometrium akan kekurangan suplai oksigen dan akhirnya sel-sel

tersebut mati dan luruh (Tortora & Derrickson, 2009).

Pada hari ke-6 hingga ke-13, terjadi siklus preovulatori yaitu antara

akhirnya menstruasi dan permulaan siklus ovulasi. Di ovarium, beberapa

folikel sekunder akan mensekresi estrogen dan inhibin. Biasanya, hanya satu

folikel sekunder yang akan berkembang menjadi folikel dominan dan yang

lainnya mengalami atresia. Folikel-folikel sekunder yang mengalami atresia

terjadi karena penurunan kadar FSH yang disebabkan oleh estrogen dan

inhibin yang disekresi oleh folikel dominan. Seterusnya, folikel dominen

akan berkembang menjadi folikel Graaf (graafian follicle) yang akan terus

berkembang sehingga diameternya mencapai lebih kurang 20 mm dan

tersedia untuk ovulasi. Semasa proses maturasi folikel ini, estrogen terus

menerus dihasilkan. Untuk siklus di ovarium, fase menstruasi dan fase

8
preovulatori dikenal dengan fase folikular karena terjadi pertumbuhan dan

perkembangan folikel di ovarium. Di uterus pula, estrogen yang meningkat

hasil perkembangan folikel di ovarium tadi akan menstimulasi pembaikan

dan penebalan endometrium. Untuk siklus di uterus, fase preovulatori juga

dikenal sebagai fase proliferatif karena endometrium mengalami proses

proliferasi (Tortora & Derrickson, 2009).

Pada siklus ovulasi terjadi pada hari ke-14. Kadar estrogen yang

tinggi menstimulasi lebih banyak pelepasan GnRH dari hipotalamus dan juga

menstimulasi gonadotrof di pituitari anterior untuk mensekresi LH. Pelepasan

FSH dan LH tambahan oleh pituitari anterior turut dirangsang oleh FSH. Dan

LH akan menyebabkan pecahnya folikel Graaf dan pelepasan Oosit sekunder

sekitar 9 jam selepas kadar LH mencapai puncaknya (Tortora & Derrickson,

2009).

Siklus terakhir yaitu fase pasca ovulatori adalah antara masa ovulasi

dengan onset bagi siklus menstruasi yang seterusnya. Ini berlangsung dari

hari ke-15 hingga ke-28. Di ovarium, di bawah pengaruh LH, folikel yang

telah kosong kini menjadi korpus luteum. LH menstimulasi korpus luteum

untuk mensekresi progesteron, estrogen, relaksin dan inhibin. Untuk siklus di

ovarium, fase ini juga dikenal dengan fase luteal. Sekiranya oosit sekunder

yang telah dilepaskan tadi tidak disenyawakan, korpus luteum akan

mengalami degenerasi dan seterusnya menjadi korpus albicans. Saat ini,

terjadilah penurunan kadar progesteron, estrogen dan inhibin serta

menyebabkan peningkatan pelepasan GnRH, FSH dan LH. Maka bermula lah

9
semula perkembangan folikel dan siklus ovarium yang baru (Tortora &

Derrickson, 2009).

Namun, sekiranya oosit sekunder mengalami persenyawaan dan

mulai membelah, korpus luteum tidak mengalami degenerasi dengan adanya

hormon human chorionic gonadotropin (HCG) yang terhasil dari chorion dari

embrio. HCG menstimulasi aktivitas sekretori korpus luteum. Diuterus pula,

progesteron dan estrogen yang dilepaskan oleh korpus luteum akan

menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar endometrium, vaskularisasi

di permukaan endometrium dan penebalan dinding endometrium kira-kira 12

hingga18 mm. siklus ini juga dikenal dengan siklus sekretorik di uterus

karena kelenjar endometrium mulai mensekresi glikogen. Perubahan ini

berlaku seminggu selepas ovulasi di mana kemungkinan perubahan akan

terjadi. Apabila tidak ada perubahan, kadar progesteron dan estrogen yang

menurun menyebabkan terjadinya menstruasi untuk siklus yang seterusnya

(Tortora & Derrickson, 2009).

3. Definisi Dismenore

Dismenore dalam bahasa Indonesia adalah nyeri menstruasi, sifat dan

derajat rasa nyeri ini bervariasi. Mulai dari yang ringan sampai yang berat.

Keadaan yang hebat dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, sehingga

memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan pekerjaan atau cara

hidup sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa hari. Hampir semua

wanita mengalami rasa tidak enak pada perut bagian bawah saat menstruasi.

10
Uterus atau rahim terdiri atas otot yang juga berkontraksi dan relaksasi.

Umumnya, kontraksi otot uterus tidak dirasakan, namun kontraksi yang hebat

dan sering menyebabkan aliran darah ke uterus terganggu sehingga timbul

rasa nyeri (Aulia, 2009).

Dismenore merupakan nyeri haid yang terasa sebelum atau selama

menstruasi yang biasanya bersifat kram dan berpusat pada perut bagian

bawah dan terkadang sampai parah sehingga mengganggu aktivitas.

Dismenorea diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu dismenore primer dan

dismenore sekunder. Dismenore primer merupakan nyeri menstruasi tanpa

adanya kelainan yang nyata pada alat-alat genital, sedangkan dismenore

sekunder merupakan nyeri menstruasi yang mempunyai penyebab yang jelas

yaitu kelainan ginekologi seperti endometriosis. Gejala dismenore primer

antara lain pada area abdomen bagian bawah terasa nyeri kolik dan menyebar

ke bagian punggung bawah. Rasa nyeri yang terasa di area suprapubis bisa

berupa nyeri tajam, dalam, atau tumpul/sakit, atau rasa kram. Di daerah pelvis

akan terasa sensasi penuh, dan sensasi mulas juga akan menjalar ke paha

bagian dalam dan area lumbosakralis. Selain rasa nyeri, dismenore primer

juga dapat menyebabkan nausea dan vomitting (rasa mual dan muntah), sakit

kepala, pusing, letih, diare, emosi yang labil selama menstruasi, bahkan

pingsan (Reeder dan Koniak, 2011)

11
Gambar II.2. Proses Dismenore

Gambar diatas menunjukan luruhnya dinding endometrium karena

terjadi penurunan kadar hormon progesteron di mana akan menstimulasi

pelepasan prostaglandin sehingga meningkatkan kontraksi myometrium

selanjutnya mengurangi aliran darah lalu akan menyebabkan nyeri. (Tortora

& Derrickson, 2009).

12
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi dismenore antara lain :

a. Usia

Menurut Bare & Smletzer (2002) dalam Eka & Lasmi (2014)

mengatakan bahwa teori yang menyatakan perempuan semakin tua,

lebih sering mengalami dismenore maka leher rahim bertambah

lebar, sehingga dismenore kejadian dismenore jarang ditemukan.

Yustianingsih (2004) dalam Eka & Lasmi (2014) juga menyatakan

bahwa dismenore dapat dijumpai pada wanita muda yang telah

berusia antara 17-25 tahun dan akan menghilang pada usia akhir 20-

an atau 30-an tanpa ditemukan kelainan pada alat genital pada

pemeriksaan ginekologi.

b. Riwayat Keluarga

Menurut Coleman (1991) dalam Eka & Lasmi (2014) Riwayat

keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya dismenore. Dua dari tiga wanita yang

menderita dismenore mempunyai riwayat dismenore pada

keluarganya. Banyak gadis yang menderita dismenore dan

sebelumnya mereka sudah diperingatkan oleh ibunya bahwa

kemungkinan besar akan menderita dismenore juga seperti ibunya.

c. Olah Raga

Menurut Tjokronegoro (2004) dalam Eka & Lasmi (2014)

kejadian dismenore akan meningkat dengan kurangnya olaharaga,

13
sehingga ketika terjadi dismenore, oksigen tidak dapat tersalurkan

ke pembuluh - pembuluh darah di organ reproduksi yang saat itu

terjadi vasokonstriksi sehingga menyebabkan timbulnya rasa nyeri

tetapi bila seseorang teratur melakukan olahraga, maka dia dapat

menyediakan oksigen hampir 2 kali lipat per menit sehingga oksigen

tersampaikan ke pembuluh darah yang mengalami vasokonstriksi. Hal

ini akan menyebabkan terjadinya penurunan dismenore

d. Menarche Lebih Awal

Menurut Proverawati dan misaroh (2009) dalam Eka & Lasmi

(2014) banyak faktor yang memegang peranan sebagai penyebab

dismenore primer salah satunya menarche pada usia lebih awal

(kurang dari 12 tahun). Dalam 1 tahun setelah terjadinya menarche,

ketidakteraturan menstruasi masih sering dijumpai. Ketidakteraturan

terjadinya menstruasi adalah kejadian yang biasa dialami oleh para

remaja putri, namun demikian hal ini dapat menimbulkan keresahan

pada diri remaja itu sendiri. Sekitar 2 tahun setelah menarche akan

terjadi ovulasi. Ovulasi ini tidak harus terjadi setiap bulan tetapi dapat

terjadi setiap 2 atau 3 bulan dan secara beransur siklusnya akan

menjadi lebih teratur. Dengan terjadinya ovulasi, dismenore primer

dapat timbul.

14
4. Alat Ukur Nyeri

a. Skala Analogue Visual / Visual Analogue Scale (VAS)

Visual Analogue Scale (VAS) adalah cara yang paling banyak

digunakan untuk menilai nyeri (Black & Hawks, 2009). Skala linier

ini menggambarkan secara visual gradasi tingkat nyeri yang mungkin

dialami oleh pasien. Rentang nyeri diwakili sebagai garis sepanjang

10cm, dengan atau tanpa tanda pada setiap sentimeternya. Tanda pada

kedua ujung garis ini dapat berupa angka atau pernyataan deskriptif.

Ujung yang satu mewakili tidak ada nyeri (no pain), sedangkan ujung

yang lainnya mewakili rasa nyeri yang terparah yang mungkin terjadi

(worst possible pain). Skala dapat dibuat vertical atau horizontal.

Manfaat utama VAS adalah mudah dan sederhana dalam penggunaan.

VAS juga bisa diadaptasi menjadi skala hilangnya / redanya nyeri.

Namun pada nyeri post operasi VAS tidak banyak bermanfaat karena

pada VAS diperlukan koordinasi visual dan motorik serta kemampuan

konsentrasi (Rospond, 2008)

Gambar. II.3. VISUAL ANALOG SCALE

15
b. Skala Penilaian Numerik / Numeric Rating Scale (NRS)

Skala ini menggunakan angka 0 sampai dengan 10 untuk

menggambarkan tingkat nyeri (Black & Hawks, 2009). Dua ujung

ekstrim juga digunakan dalam skala ini sama seperti pada VAS. NRS

lebih bermanfaat pada periode post operasi (Rospond, 2008), karena

selain angka 0 – 10, penilaian berdasarkan kategori nyeri juga

dilakukan pada penilaian ini. Skala 0 dideskripsikan sebagai tidak ada

Gambar. II.4. Numeric Rating Scale (NRS)

nyeri, skala 1-3 di deskripsikan sebagai nyeri ringan yaitu ada rasa

nyeri (mulai terasa tapi masih dapat ditahan). Lalu skala 4-6

dideskripsikan sebagai nyeri sedang yaitu ada rasa nyeri, terasa

mengganggu dengan usaha yang cukup kuat untuk menahannya. Skala

7-10 didekripsikan sebagai nyeri berat yaitu ada nyeri, terasa sangat

mengganggu / tidak tertahankan sehingga harus meringis, menjerit

atau berteriak. Sama seperti VAS, NRS juga sangat mudah digunakan

dan merupakan skala ukur yang sudah valid (Brunelli, et.al., 2010).

Penggunaan NRS direkomendasikan untuk penilaian skala nyeri pada

pasien berusia di atas 9 tahun (Brunelli, et.al., 2010).

16
Alasan peneliti menggunakan alat ukur ini karena dianggap

sederhana dan mudah dimengerti, serta alat ukur ini lebih baik

daripada VAS karena memiliki kategori atau keterangan untuk

mendiskripsikan mulai dari nyeri ringan, sedang sampai berat.

c. Wong-Baker Faces Rating Scale / Skala Wajah Wong-Baker

Skala wajah biasanya digunakan oleh anak-anak yang berusia

kurang dari 7 tahun. Pasien diminta untuk memilih gambar wajah

yang sesuai dengan nyerinya. Pilihan ini kemudian diberi skor angka.

Skala wajah Wong-Baker menggunakan 6 kartun wajah yang

menggambarkan wajah tersenyum, wajah sedih, sampai menangis.

Dan pada tiap wajah ditandai dengan skor 0 sampai dengan 5

(Hockenberry & Wilson, 2009).

Gambar. II.5. Wong-Baker Faces Rating Scale

17
B. Konsep Kneading

1. Definisi Kneading

Kneading adalah memijat menggunakan tekanan yang sedang

dengan sapuan yang panjang, meremas menggunakan jari-jari tangan

diatas lapisan superficial dari jaringan otot bagian bahu untuk membantu

mengontrol rasa sakit lokal dan meningkatkan sirkulasi (Inkeles, 2007).

Gerakan meremas remas otot ini melibatkan cubitan antara jari-jari dan

melepaskan sebentar-sebentar yang dilakukan secara berurutan. Ketika

jaringan otot menjadi rileks, hal ini dapat meningkatkan sirkulasi darah

dan getah bening yang kemudian dapat menghilangkan asam laktat pada

serat otot dan mengurangi kelelahan serta stres (Inkeles, 2007).

Teknik kneading memberikan pengaruh mengurangi ketegangan

otot dan stres tubuh secara keseluruhan, dengan tujuan utama adalah agar

tubuh dan pikran menjadi rileks. Hal ini disebabkan karena pijatan

merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorphin yang merupakan

pereda rasa sakit. Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman.

Pijat secara lembut akan merasa lebih segar, rileks, dan nyaman. Selain itu

hormon endorphin akan mengendalikan kondisi pembuluh darah kembali

normal dan menjaga agar aliran darah dapat mengalir tanpa hambatan .

Peningkatan aliran darah dapat mengurangi nyeri iskemik selama

menstruasi (Chauduri, 2013).

Menurut Potter (2005) dalam Ni Putu (2017) endorphin yang

dilepaskan oleh tubuh akan mempengaruhi transmisi impuls nyeri.

18
Endorphin bekerja sebagai neurotransmitter dan neuromodulator untuk

menghambat transmisi impuls nyeri ke otak, sehingga endorphin yang

terdapat pada sinaps akan menurunkan sensasi nyeri.

2. Kontra indikasi

a. Atas nasehat dokter agar tidak dilakukan massage demi keselamatan

pasien.

b. Dalam keadaan kena infeksi penyakit menular seperti : cacar, campak,

demam, liver, dan lain-lain.

c. Suhu tubuh meningkat tinggi karena infeksi.

d. Dalam keadaan sakit berat sehingga memerlukan istirahat yang benar.

e. Pada setiap jenis penyakit syaraf yang berat seperti penderita chorea

dan neurathenia.

f. Menderita penyakit tertentu yang bila di massage dapat menyebabkan

meluasnya infeksi seperti bisul, borok, dsb

g. Pembengkakkan akibat cedera yang masih baru yang menunjukkan

adanya pendarahan di dalam. Kapiler-kapiler yang tadinya pecah dan

telah menutup dapat pecah kembali bila di massage. Juga pada luka

yang belum sembuh atau baru sembuh.

h. Patah tulang yang baru sembuh. Massage dapat mengganggu letak

sambungan.

3. Tujuan
a. Meningkatkan sirkulasi pada daerah yang di massage.

b. Meningkatkan relaksasi.

19
c. Merawat dan mengembalikan fungsi bagian badan setelah cedera

d. Membantu mengembalikan fungsi-fungsi otot dan persendian yang

biasanya mengalami kekakuan.

4. Prosedur Kerja
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.

b. Cuci tangan.

c. Lakukan massage pada titik kneading selama 5-10menit.

d. Lakukan massage dengan menggunakan telapak tangan dan jari dengan

tekanan halus. Menggunakan teknik meremas di sepanjang otot bahu.

Gambar. II.6 Kneading Massage

e. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan. (Hidayat, 2004)

20
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Menstruasi

Kadar hormon estrogen dan progesteron menurun

Peluruhan dinding endometrium


Efek Dismenore :
1. Nyeri Pelepasan mediator nyeri prostaglandin
abdomen
2. Emosi labil
(stres) Dismenorea:
3. Nausea 1. Dismenore ringan
vormitting 2. Dismenore sedang
4. Letih
3. Dismenore berat
5. Sakit kepala,
6. Pusing
7. Diaere Metode pengobatan :
8. Bahkan
pingsan 1. Farmakologi
(Reeder dan 2. Non Farmakologi
Koniak, 2011)
Kneading massage

Keterangan :
Merangsang tubuh mengeluarkan hormon Endorphin
: tidak
diteliti Menghambat transmisi implus nyeri ke otak
: diteliti

Sehingga hasilnya:

Nyeri berkurang

Gambar. III.1. Kerangka konseptual Pengaruh Kneading Massage Terhadap


Tingkat Dismenore Mahasiswi Keperawatan

21
.
Penjelasan:

Menstruasi menyebabkan penurunan kadar hormon estrogen dan

progesteron sehingga meningkatkan kontraksi dinding endometrium yang

selanjutnya akan luruh, peluruhan dinding endometrium akan menstimulus

hipotalamus untuk mengeluarkan mediator nyeri prostaglandin dan terjadilah

dismenore. Dismenore dapat menyebabkan nausea dan vomitting (rasa mual dan

muntah), sakit kepala, pusing, letih, diare, emosi yang labil selama menstruasi

bahkan pingsan. Metode pengobatan farmakologi yang diberikan adalah dengan

memberikan kneading massage, disini kneading massage akan merangsang tubuh

untuk mengeluarkan hormon endorphin yang berguna untuk merelekskan tubuh

sehingga nyeri berkurang. Endorphin yang dilepaskan oleh tubuh akan

mempengaruhi transmisi impuls nyeri. Endorphin bekerja sebagai

neurotransmitter dan neuromodulator untuk menghambat transmisi impuls nyeri

ke otak, sehingga endorphin yang terdapat pada sinaps akan menurunkan sensasi

nyeri.

B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernataan asumsi tentang hubungan antara dua

atau lebih variabel ang diharapkan bisa menjawab suatu pernataan dalam

penelitian dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Ho : Tidak ada pengaruh kneading massage terhadap tingkat dismenore

mahasiswi keperawatan institut ilmu kesehatan di Kota Kediri.

22
H1 : Ada pengaruh kneading massage terhadap tingkat dismenore mahasiswi

keperawatan institut ilmu kesehatan di Kota Kediri.

23
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian atau rancangan penelitian adalah suatu strategi penelitian

dalam mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan

data. Rancangan penelitian juga digunaka untuk mendefinisikan struktur

penelitian yang akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2012).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra

eksperimental design dengan racangan yang digunakan adalah two-group pre-post

test design with control group design. (Notoatmodjo, 2012).

Subjek Pre test Perlakuan Post test

Kelompok O1 I O2

perlakuan

Kelompok O1 - O2

kontrol

Gambar. IV. 1 Rancangan penelitian two-group pre-post test design

Keterangan :

- : Tidak di obsevasi sebelum tindakan


I : Intervensi

O1 : Observasi sebelum intervensi

24
O2 : Observasi setelah intervensi

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di IIK BW Kota Kediri Prodi S1

Keperawatan.

2. Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada selama 1 Bulan dengan jadwal

kegiatan penelitian terlampir.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan sumberdaya yang diperlukan dalam

suatu penelitian. Populasi dalam penelitian dapat berupa manusia, hewan,

tumbuhan dan lain-lain (Notoatmodjo, 2012).

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswi keperawatan di IIK BW di

Kota Kediri mulai dari tingkat 1 sampai dengan tingkat 4 total keseluruhan

populasi di IIK sebanyak 161 mahasiswi keperawatan.

2. Sampel

Sebagian dari populasi yang akan mewakili suatu populasi disebut sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2012). Sampel ditentukan dari populasi yang

mempunyai ciri-ciri seperti pada kriteria inklusi. Dengan kriteria inklusi dan

eksklusi sebagai berikut :

a. Kriteria inklusi:

1) Bersedia menjadi responden

25
2) Mengalami dismenore

b. Kriteria eksklusi :

a. Patah tulang bahu yang baru sembuh

b. Mempunyai penyakit menular

c. Sedang sakit dan harus istirahat

d. Tidak mengikuti selama proses pemberian kneading

Menurut Cohen, et.al (2007: 10) semakin besar sampel dari besarnya

populasi yang ada adalah semakin baik, akan tetapi ada jumlah batas minimal

yang harus diambil oleh peneliti yaitu sebanyak 30 sampel. Menurut Sugiyono

(2012, hlm. 91) mengatakan bahwa untuk penelitian eksperimen yang

sederhana, yang menggunakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

maka jumlah minimal anggota sampel masing-masing kelompok antara 10

sampai dengan 20 responden.

3. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan cara dalam pengambilan atau menyeleksi

sampel dari populasi agar memperoleh sampel yang dapat benar-benar

mewakili populasi (Notoatmodjo, 2012).

Pada penelitian ini pengambilan sampel menggunakan cara non

probability sampling, dengan menggunakan teknik Purposive Sampling yang

sesuai dengan kriterian inklusi dan eksklusi. Teknik Purposive Sampling yaitu

teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu dimana sampel

diambil dari populasi dengan pertimbangan tertentu (Notoatmodjo, 2012).

26
D. Variabel Penelitian

Variabel adalah karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai

dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara

empiris atau ditentukan tingkatannya. Variabel juga merupakan konsep dari

berbagai level abstrak yang didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk

pengukuran dan atau manipulasi suatu penelitian. Konsep yang dituju dalam

suatu penelitian bersifat konkrit. Sesuatu yang konkrit tersebut bisa diartikan

sebagai suatu variabel dalam penelitian (Notoatmodjo, 2012).

1. Variabel Independent

Variabel independent adalah variabel yang mempengaruhi atau yang

menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen. Variabel

independent dalam penelitian ini adalah kneading massage.

2. Variabel Dependent

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi atau variabel yang

menjadi akibat dari variabel independent. Variabel dependent dari penelitian

ini adalah tingkat dismenore pada mahasiswi.

27
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut.
Karakteristik yang dapat diamati (diukur) itulah yang merupakan kunci definisi operasional (Notoatmodjo, 2012).
Tabel. IV.1 Definisi Operasional Pengaruh Kneading Massage Terhadap Tingkat Dismenorea Mahasiswi Keperawatan Institut
Ilmu Kesehatan di Kota Kediri.

No Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Skor/Hasil


1. Variabel Teknik memijat Responden dapat SOP - -
independent menggunakan tekanan merasakan
kneading yang sedang dengan kneading massage
massage sapuan yang panjang, sebagai terapi
meremas menggunakan relaksasi sehingga
jari-jari tangan diatas responden menjadi
lapisan superficial dari rileks.
jaringan otot bagian bahu
yang dilakukan kurang
lebih 15 menit. Intervensi
diberikan setiap individu
secara bergantian, selama
responden sakit.

2. Variabel Dismenore merupakan 1. Nyeri ringan Lembar Ordinal skala nyeri 1-3 = nyeri ringan
dependent respon tubuh seorang (total skor 1-3) skala nyeri skala nyeri 4-6 = nyeri sedang
Dismenore wanita saat meluruhnya 2. Nyeri sedang (Numeric skala nyeri 7-10 = nyeri berat
(nyeri haid) dinding endometrium (total skor 4-6) Rating (Brunelli, et.al., 2010).

28
yang disebabkan oleh 3. Nyeri berat Scale)
penurunan kadar hormon (total skor 7-10)
estrogen dan progesteron
pada waktu menstruasi.

29
F. Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mendapatkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik

(cermat, lengkap, dan sistematis) sehingga lebih mudah diolah. Jenis instrumen

penelitian berupa : angket, check list, pedoman wawancara, pedoman pengamatan,

alat pemeriksaan laboratorium dan lain lain (Notoatmodjo. 2012).

Instumen sebagai alat atau media yang digunakan untuk mempengaruhi

tingkat nyeri adalah kneading massage menggunakan lembar (SOP) sebagai bukti

dalam memberikan prosedur perlakuan yang merupakan variabel independent.

Instrumen kneading massage dipijatkan di area bahu.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data nyeri

mahasiswi di IIK BW Kota Kediri adalah lembar skala nyeri mengadopsi dari

(Black & Hawks, 2009) untuk mengukur variabel dependent (nyeri). Lembar

skala nyeri yang digunakan peneliti adalah Numeric Rating Scale (NRS), skala ini

menggunakan angka 0 sampai dengan 10 untuk menggambarkan tingkat nyeri.

Skala 1-3 di deskripsikan sebagai nyeri ringan yaitu ada rasa nyeri (mulai terasa

tapi masih dapat ditahan). Lalu skala 4-6 dideskripsikan sebagai nyeri sedang

yaitu ada rasa nyeri, terasa mengganggu dengan usaha yang cukup kuat untuk

menahannya. Skala 7-10 didekripsikan sebagai nyeri berat yaitu ada nyeri, terasa

sangat mengganggu / tidak tertahankan sehingga harus meringis, menjerit atau

berteriak.

30
Gambar. IV.2. Numeric Rating Scale (NRS)

G. Proses Pengumpulan Data


Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui tahap sebagai berikut:

1. Tahap persiapan

Tahap persiapan meliputi : survei pemilihan tempat penelitian dan

sampel, mengajukan formulir usulan judul ke KaProdi S1 Keperawatan

Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri yang sudah di tanda tangani

oleh pembimbing sebagai pengantar dalam pengambilan data awal.

Mengajukan permohonan ijin pengambilan data awal dan penelitian di IIK

BW Kota Kediri, mengadakan pertemuan untuk menjelaskan maksud dan

tujuan penelitian, memberikan penjelasan mengenai inform concent dan

menentukan waktu pelaksanaan penelitian.

2. Tahap pelaksanaan

a. Tahap pertama meliputi pemberian lembar observasi skala nyeri pre-

test kepada seluruh responden, serta memberikan angket yang berisi

pertanyaan terkait siklus menstruasi dan riwayat penyakit. Setelah

mengetahui skala nyeri responden kemudian membagi responden

menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol.

31
b. Tahap kedua meliputi pelaksanaan pemberian kneading massage

selama kurang lebih 15 menit dan diberikan selama responden sakit,

sedangkan kelompok kontrol tidak diberikan terapi apapun.

c. Tahap ketiga setelah pemberian terapi, pada tahap ini responden

post-test lembar skala nyeri untuk mengetahui tingkat disemenorea

mahasiswi setelah di berikan kneading massage.

3. Tahap penutup

Pada tahap ini peneliti mengolah data yang ada dilembar observasi

skala nyeri untuk membuktikan apakah ada pengaruh atau tidak dalam

pemberian terapi untuk menurunkan tingkat dismenorea. Selain itu peneliti

mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu

terlaksananya penelitian ini.

H. Analisis Data
1. Pre analisis

Pengolahan data dilakukan melalui tahap : pemeriksaan (editing), proses

pemberian identitas (coding), proses pemberian nilai (scoring) dan proses

perhitungan (tabulating) (Notoatmodjo, 2012).

a. Editing (Penyuntingan Data)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan (Notoatmodjo, 2012). Proses editing pada

penelitian ini, peneliti memeriksa kembali lembar skala nyeri yang telah

32
terisi dan mengecek kembali angket untuk memastikan tidak ada yang

terlewati, sudah terisi dengan lengkap dan jelas.

b. Coding (pemberian kode)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori (Notoatmodjo, 2012).

Untuk pemberian kategori tingkat dismenore yaitu nyeri ringan dengan

nilai 1-3 diberi kode 1, nyeri sedang dengan nilai 4-6 diberi kode 2, nyeri

berat dengan nilai 7-10 diberi kode 3.

c. Scoring

Pada penelitian ini pemberian nilai pada tingkat dismenore yaitu

nyeri ringan dengan nilai 1-3, nyeri sedang dengan nilai 4-6, nyeri berat

dengan nilai 7-10.

d. Processing atau memasukkan data

Memasukkan data entry kneading massage, dismenore ke dalam

software komputer.

e. Tabulating (membuat tabel data)

Tabulating yaitu membuat tabel-tabel data sesuai dengan tujuan

penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini setelah data terkumpul, peneliti memasukkan data-

data ke dalam bentuk tabel dengan tabel penelitian terlampir.

33
2. Analisis

Analisa data tingkat dismenore mahasiswi di IIK BW Kota Kediri

dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon untuk mengetahui jauh

tingkat keberhasilan intervensi setelah diberikan kneading massage pada

responden. Alasan pemilihan teknik ini adalah dari tujuan pengujian

merupakan untuk mengetahui pengaruh terapi.

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan melalui distribusi frekuensi. Melalui

distribusi frekuensi diharapkan dapat diketahui nilai tingkat dismenore

sebelum diberikan kneading massage dan setelah kneading massage.

b. Analisis bivariat

Pada penelitian analisis ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh dari

variabel independent terhadap variabel dependent. Peneliti menggunakan

uji Wilcoxon. Analisis ini dilakukan untuk mengkaji perbedaan antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sehingga dapat diketahui

apakah ada pengaruh dalam pemberian intervensi.

34
I. Kerangka kerja

Populasi : semua mahasiswi keperawatan di IIK BW di Kota


Kediri berjumlah 161 mahasiswi

Teknik Sampling:
Purposive Sampling

Sampel : mahasiswi keperawatan di IIK BW Kota Kediri


sebanyak 60 mahasiswi yang sesuai kriteria inklusi

Mengukur tingkat dismenorea Mengukur tingkat dismenorea


kelompok eksperimen (Pretest) : kelompok kontrol (Pretest) :
instrumen skala nyeri sebanyak 30 instrumen skala nyeri
responden sebanyak 30 responden

Kelompok Eksperimen sebanyak


30 responden diberikan kneading
massage 15 menit selama
responden sakit

Mengukur tingkat dismenorea


Mengukur tingkat dismenorea
kelompok kontrol (Post test) :
kelompok eksperimen (Post test) :
instrumen skala nyeri
instrumen skala nyeri sebanyak 30
sebanyak 30 responden
responden

Pengolahan data

Uji Statistik dengan Uji Wilcoxon

Gambar IV.3 Kerangka Kerja Pengaruh Kneading Massage Terhadap Tingkat


Dismenore Mahasiswi Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan di Kota Kediri.

35
BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Tempat Penelitian

IIK Bhakti Wiyata beralamat di Jl. KH. Wahid Hasyim 65 Kediri

64114 Jawa Timur. IIK Bhakti Wiyata merupakan kampus swasta telah

berdiri sejak tahun 1985. IIK Bhakti Wiyata memiliki 4 fakultas dan 18

program studi (IIK, 2019) .

B. Karakteristik Responden
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di IIK Bhakti Wiyata di

Kota Kediri, berikut pemaparan hasil penelitian pengaruh kneading

massage terhadap penurunan tingkat dismenore mahasiswi keperawatan

Institut Ilmu Kesehatan di Kota Kediri yang telah dilaksanakan pada

tanggal 2 Februari sampai 5 Maret 2019. Sebelum penyajian hasil

penelitian, terlebih dahulu akan diuraikan gambaran karakteristik

responden berdasarkan usia dan riwayat keluarga.

36
1. Berdasarkan usia responden

Tabel V.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan


usia mahasiswi prodi S1 Keperawatan IIK Bhakti Wiyata
Kota Kediri.

Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan


Usia
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
18 tahun 8 26,8 % 9 30 %
19 tahun 7 23,3 % 4 13,3 %
20 tahun 3 10 % 5 16,7 %
21 tahun 1 3,3 % 4 13,3 %
22 tahun 9 30 % 3 10 %
23 tahun 2 6,6 % 5 16,7 %
Total 30 100% 30 100%
Sumber : Data Primer, 2019

2. Berdasarkan riwayat keluarga responden


Tabel V.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan
riwayat dismenore keluarga mahasiswi prodi S1
Keperawatan IIK Bhakti Wiyata Kota Kediri

Riwayat Kelompok Kontrol Kelompok Perlakuan


Keluarga Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase
Dismenore
Iya 7 27,3% 11 33,6%
Tidak 23 72,7% 19 66,4%
Total 30 100% 30 100%
Sumber : Data Primer, 2019

C. Analisa Univariat
Analisa univariat menjelaskan tingkat disminore sebelum diberikan

terapi dan sesudah diberikan terapi yang disajikan dalam bentuk

presentase.

37
1. Tingkat Dismenore Kelompok Perlakuan Pretest Post - test
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan pada seluruh responden

yaitu sebanyak 60 responden yang telah dibagi menjadi 2 kelompok yaitu

30 responden kelompok perlakuan dan 30 responden kelompok kontrol

dengan menggunakan lembar angket dan lembar observasi skala nyeri

sebelum diberikan terapi, maka didapatkan hasil sebagai berikut :

Tabel V.3 Distribusi Frekuensi Pretest Post test Tingkat Dismenore


Mahasiswi Kelompok Perlakuan
Tingkat Presentase Presentase
Pretest Post test
Dismenore (pretest) (post test)
Ringan 4 13,9% 19 64,5%
Sedang 20 65,7% 11 35,5%
Berat 6 20,4% 0 0%
Total 30 100% 30 100%
Tabel V.3 tentang distribusi frekuensi tingkat dismenore

mahasiswi pretest dan postest kelompok perlakuan, didapatkan hasil

bahwa dari 30 responden pada pretest kelompok perlakuan mayoritas

terdapat pada kategori nyeri sedang yaitu sejumlah 20 responden

(65,7%). Sedangkan untuk hasil post test dari 30 responden kelompok

perlakuan mayoritas terdapat pada kategori nyeri ringan yaitu

sejumlah 19 responden (64,5%).

38
2. Tingkat Dismenore Kelompok Kontrol Pretest Post - test

Tabel V.4 Distribusi Frekuensi Pretest Post test Tingkat Dismenore


Mahasiswi Kelompok Kontrol
Tingkat Presentase Presentase
Pretest Post test
Dismenore (pretest) (post test)
Ringan 14 46,7% 14 46,7%
Sedang 13 43,3% 13 43,3%
Berat 3 10,0% 3 10,0%
Total 30 100% 30 100%

Tabel V.4 tentang distribusi frekuensi tingkat dismenore

mahasiswi pretest dan postest kelompok kontrol, didapatkan hasil

bahwa dari 30 responden pada pretest kelompok kontrol mayoritas

terdapat pada kategori nyeri ringan yaitu sejumlah 14 responden

(46,7%). Untuk post test nya tidak mengalami perubahan dikarena pada

kelompok kontrol tidak diberikan intervensi apapun

D. Analisa Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk menguji hipotesa penelitian, yaitu

untuk menentukan ada atau tidaknya pengaruh kneading massage

terhadap tingkat dismenore mahasiswi. uji normalitas data ini

menggunakan uji Wilcoxon karena data skala data yang dipakai adalah

skala data ordinal. Pada data ini nilai p value < α, nilai α = 0,05 maka

distribusi data dikatakan tidak normal, selain itu uji bivariat Wilcoxon

dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95% atau (α = 0,05).

39
Tabel V.5 Cross Tabulasi tingkat dismenore mahasiswi pre intervensi dan post intervensi Kelompok Perlakuan dan
Kelompok Kontrol
Dismenore
Tingkat Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Dismenore Presentase Presentase Presentase Presentase
Pretest Post test Pretest Post test
(pretest) (post test) (pretest) (post test)
Ringan 4 13,9% 19 64,5% 14 46,7% 14 46,7%
Sedang 20 65,7% 11 35,5% 13 43,3% 13 43,3%
Berat 6 20,4% 0 0% 3 10,0% 3 10,0%
Total 30 100% 30 100% 30 100% 30 100%

40
Tabel V.6 Analisa Bivariat tingkat dismenore mahasiswi pre intervensi
dan post intervensi Kelompok Perlakuan dan Kelompok
Kontrol
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 1.000

Uji Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat

dismenore preintervensi dan postintervensi. Analisa uji statistik pada uji

bivariat kelompok perlakuan menunjukkan nilai p value = 0,000 yang

berarti nilai p value < 0,05, maka hipotesa nul tidak diterima sehingga

terdapat pengaruh kneading massage terhadap tingkat dismenore

mahasiswi.

41
BAB VI

PEMBAHASAN

Dismenore merupakan nyeri haid yang terasa sebelum atau selama

menstruasi yang biasanya bersifat kram dan berpusat pada perut bagian bawah

dan terkadang sampai parah sehingga mengganggu aktivitas. Penurunan

dismenore seseorang dapat dilakukan dengan beberapa macam teknik, salah

satunya adalah pemberian kneading massage. Dalam bab ini peneliti akan

menguraikan mengenai pembahasan hasil penelitian dengan kajian teori dan

hasil penelitian sebelumnya serta memaparkan kekurangan penelitian.

A. Identifikasi tingkat dismenorea mahasiswi keperawatan Institut Ilmu

Kesehatan di Kota Kediri sebelum dilakukan kneading massage.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data tingkat dismenore

mahasiswi Institut Ilmu Kesehatan di Kota Kediri sebelum diberikan terapi

tersebut, dimana pengumpulan data melalui lembar observasi skala nyeri

dari 60 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok perlakuan 30 responden

mayoritas pada kategori nyeri sedang sebanyak 20 responden (65,7)

Sedangkan kelompok kontrol 30 responden mayoritas pada kategori nyeri

ringan sebanyak 14 responden (46,7%). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat

dismenore mahasiswi bervariatif. Data tersebut menunjukkan bahwa

mahasiswi yang mengalami dismenore dalam rentang ringan hingga berat.

Nyeri pada mahasiswi ini dipengaruhi oleh usia, rentang usia responden

42
berkisar 17-25 tahun dimana dismenore banyak dialami oleh remaja putri,

hal ini di dukung oleh Yustianingsih (2004) dalam Eka & Lasmi (2014)

yang menyatakan bahwa dismenore dapat dijumpai pada wanita muda yang

telah berusia antara 15-25 tahun dan akan menghilang pada usia akhir 20-an

atau 30-an tanpa ditemukan kelainan pada alat genital pada pemeriksaan

ginekologi.

Biasanya nyeri mulai timbul sesaat sebelum atau selama menstruasi,

mencapai puncaknya dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan

menghilang (Suparyanto. 2011)

Mayoritas responden yang mengalami dismenore berumur 18 tahun

yaitu berjumlah 17 dari 60 responden, hal ini berkesinambungan dengan

pendapat Suliawati (2013) yang menyatakan bahwa nyeri haid sering

terjadi pada wanita usia muda, karena belum mencapai kematangan

biologis (khususnya kematangan alat reproduksi yaitu pertumbuhan

endometrium belum sempurna) dan psikologis.

B. Identifikasi tingkat dismenorea mahasiswi keperawatan Institut Ilmu

Kesehatan di Kota Kediri sesudah dilakukan kneading massage.

Adapun hasil pengumpulan data tingkat dismenore melalui lembar

observasi skala nyeri setelah diberikan intervensi kneading massage pada

kelompok perlakuan adalah sebanyak kategori ringan sebanyak 19

responden (64,5%), kategori nyeri sedang sebanyak 11 responden (35,5%)

dan kategori nyeri berat sebanyak 0 responden (0%). Sedangkan hasil

43
lembar observasi skala nyeri pada kelompok kontrol kategori ringan

sebanyak 14 responden (46,7%), kategori nyeri sedang sebanyak 13

responden (43,3%) dan kategori nyeri berat sebanyak 3 responden (10,0%).

Penurunan tingkat dismenore pada kelompok perlakuan ini juga di

dukung oleh riwayat keluarga responden, yang dimaksud riwayat keluarga

yaitu riwayat dismenore yang dialami oleh ibu responden yang dimana

mayoritas tidak mengalami dismenore yang berat. Hal ini selaras dengan

yang dikemukakan oleh Coleman (1991) dalam Eka & Lasmi (2014) bahwa

riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan

kemungkinan terjadinya dismenore. Dua dari tiga wanita yang menderita

dismenore mempunyai riwayat dismenore pada keluarganya. Banyak gadis

yang menderita dismenore dan sebelumnya mereka sudah diperingatkan

oleh ibunya bahwa kemungkinan besar akan menderita dismenore juga

seperti ibunya. Disisi lain untuk kelompok kontrol, meskipun beberapa

keluarga responden tidak memeliki riwayat dismenore, tingkat dismenore

tidak mengalami perubahan yang dikarenakan kelompok tersebut tidak

diberikan kneading massage.

Meskipun banyak dari mahasiswi tidak memiliki riwayat keluarga

yang mengalami dismenore namun harus tetap diwaspadai karena

penangnan yang tepat pada saat dismenore akan efektif untuk menurunkan

tingkat nyerinya.

44
C. Pengaruh Kneading Massage Terhadap Tingkat Dismenore Mahasiswi

Sebelum dan Setelah Diberikan Intervensi Kneading Massage

Kneading adalah memijat menggunakan tekanan yang sedang

dengan sapuan yang panjang, meremas menggunakan jari-jari tangan

diatas lapisan superficial dari jaringan otot bagian bahu untuk membantu

mengontrol rasa sakit lokal dan meningkatkan sirkulasi (Inkeles, 2007).

Teknik kneading memberikan pengaruh mengurangi ketegangan otot dan

stres tubuh secara keseluruhan, dengan tujuan utama adalah agar tubuh dan

pikran menjadi rileks. Hal ini disebabkan karena pijatan merangsang tubuh

untuk melepaskan senyawa endorphin yang merupakan pereda rasa sakit.

Menurut Potter (2005) dalam Ni Putu (2017) endorphin yang dilepaskan

oleh tubuh akan mempengaruhi transmisi impuls nyeri. Endorphin bekerja

sebagai neurotransmitter dan neuromodulator untuk menghambat transmisi

impuls nyeri ke otak, sehingga endorphin yang terdapat pada sinaps akan

menurunkan sensasi nyeri.

Menurut penjelasan diatas peneliti memilih teknik kneding untuk

menurunkan nyeri dismenore karena terdapat banyak titik pijat pada teknik

kneading, dengan banyaknya titik yang dapat dipijat diharapkan hormon

endorphin yang dihasilkan tubuh juga banyak.Penelitian ini memberikan

hasil nilai p value = 0,000 yaitu p value < α, (α=0,05) yang berarti

pemberian kneading massage memberikan pengaruh terhadap tingkat

dismenore.

45
Pada penelitian ini dikatakan berhasil skala nyerinya turun karena

dapat dilihat dari hasil lembar observasi skala nyeri dan kondisi responden,

perasaan tenang dan rileks dirasakan selesai diberikan terapi tersebut.

Ketika terapi tidak diberikan maka perasaan tenang dan rileks tidak

dirasakan sehingga hasil yang dicapai tidak sesuai dengan harapan peneliti.

46
BAB VII

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh

kenading massage terhadap tingkat dismenore mahasisiwi Institut Ilmu Kesehatan

di Kota Kediri, maka dapat diambil kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut :

A. Kesimpulan

1. Tingkat dismenore pada saat pretest yang banyak dialami oleh responden

kelompok perlakuan adalah nyeri sedang dengan 20 responden (65,7%),

sedangkan untuk kelompok kontrol pada nyeri ringan sebanyak 14

responden (46,7%).

2. Tingkat dismenore pada saat post test yang banyak dialami oleh

responden kelompok perlakuan adalah nyeri ringan dengan 19 responden

(64,5%), sedangkan untuk kelompok kontrol tetap yaitu nyeri ringan

sebanyak 14 responden (46,7%) karena tidak diberikan intervensi.

3. Ada pengaruh pemberian intervensi kneading massage terhadap

penurunan tingkat dismenore mahasiswi keperawatan Institut Ilmu

Kesehatan Bhati Wiyata di Kota Kediri. Dibuktikan dengan analisis uji

wilcoxon hasil nilai p value = 0,000 yaitu p < (α=0,05), maka Ho ditolak

dan H1 diterima.

47
B. Saran

1. Bagi Institusi Keperawatan

Diharapkan mampu menjadi salah satu pilihan intervensi

komplementer dalam manajemen nyeri non farmakologi untuk

menurunkan dismenore.

2. Bagi Mahasiswi di IIK Kota Kediri

Diharapkan dengan hasil tersebut mahasiswi dapat menerepkan nya

serta mensosialisasikan kneading massage ke mahasiswi lain sebagai

terapi non farmakalogi penurun rasa nyeri saat haid.

3. Bagi Penelitian Berikutnya

Penelitian selanjutnya diharapkan bisa di jadikan acuan untuk

melakukan penelitian selanjutnya yang serupa dengan variabel yang lebih

bervariasi seperti effleurage massage sehingga terdapat banyak cara untuk

mengatasi dismenore.

48
DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, dr. D & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid.
Yogyakarta : ANDI.
Bambang, T. (2012). Keterampilan dasar massage. Yogyakarta; Muha Medika
Black, M. J. & Hawks, H.J. (2009). Medical surgical nursing : clinical
management for continuity of care, 8th ed. Philadephia: W.B. Saunders
Company.
Brunelli, C., Zecca, E., Martini, C., Campa, T., Fagnoni, E., Bagnasco, M., et al.
(2010). Earch Comparison of numerical and verbal rating scales to measure
pain exacerbations in patients with chronic cancer pain. Health and Quality
of Life Outcomes , 8, 42.
Chaudhuri, A. Singh, A. Dan Dhaliwal, L. (2013). A randomised controlled trial
of exercise and hot water bottle in the management of dysmenorrhea in
school girls of chandiagarh, india. Indian J Pysiol Pharmacol. 57(2): 114-
122.
Cohen ,L., et al. (2007). Research Methods in Education. (Sixth Edition). New
York: Routledge
Cunningham, FG., et al. (2010). Obstetri Williams (Williams Obstetri). Jakarta :
EGC
Eka & Lasmi.(2014). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Nyeri
Menstruasi (Dismenorea) Pada Remaja Putri Di Beberapa SMA Di
Kabupaten Rokan Hulu. Jurnal Maternity and Neonatal Volume 1 No 4.
Universitas Pasir Pengaraian.
Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Institut Ilmu Kesehatan Bhakti
Wiyata. (2019). https://www.iik.ac.id/v3/home/webiik.php. [Diakses tanggal
25 April 2019. Pukul 05.20 WIB]
Format referensi elektronik direkomendasikan oleh Dr. Suparyanto, M.Kes.
(2011). http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/10/wanita-usia-subur-
wus.html. [Diakses tanggal 25 April 2019. Pukul 05.40 WIB]

Format referensi elektronik direkomendasikan oleh WHO. (2015).


https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/mental-health-of-older-
adults. [Diakses tanggal 25 November 2018. Pukul 06.50 WIB]

Hidayat, A. Aziz Alimul & Uliyah, Musrifatul. (2004). Buku Saku Praktikum
Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
Hockenberry, M.J. & Wilson, D. (2009). Wong’s Essentials of Pediatric Nursing ,
8th Edition. St. Louis: Mosby

49
Inkeles, G. (2007). Massage for a Peaceful Pregnancy: A Daily Book for New
Mother. Archata arts
Ni Putu K. E. (2017). Kombinasi Teknik Relaksasi Dan Pijatan Bagi Ibu Bersalin
Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri, Lama Persalinan Dan Apgar Score
Bayi Baru Lahir. Jurnal Kebidanan. (Online)
Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi penelitian kesehatan. 176-177. Jakarta:
Rineka cipta
Reeder, Martin, dan Koniak-Griffin. (2011). Keperawatan Maternitas Kesehatan
Wanita, Bayi, dan Keluarga Edisi 18 Volume I. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Rina. (2011). Efektivitas Teknik Kneading Dan Counterpressure Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Kala Ifase Aktif Persalinan Normal Di Rsia
Bunda Arif Purwokerto Tahun 2011. Jurnal Kebidanan. (Online) Diakses
pada: 8 Oktober 2018.
Rospond. (2008). Pemeriksaan dan Penilaian Nyeri. Terdapat pada
http://lyrawati.files.wordpress.com/2008/07/pemeriksan-
danpenilaiannyeri.pdf di akses pada tanggal 21 Oktober 2018.
Silvanus, Mudayatiningsih. S, Rahayu. W. H. (2017)Hubungan Regulasi Emosi
Dengan Intensitas Nyeri Dismenore Primer Pada Remaja Putri Di Sman 7
Malang. Volume 2, Nomor 3. Universitas Tribhuwana Tunggadewi.
Malang: Nursing News.
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Hlm 91.
Bandung : Alfabeta
Sulistiawati, Gidul, (2013), Hubungan Umur, Paritas dan Status Gizi Dengan
Kejadian Dismenore Pada Wanita Usia Subur Di Gampung Klieng
Kecamatan Baitussalam Aceh Besar Tahun 2013, Jurnal Midwifery
U’budiyah
Tortora G.J. & Derrickson B.H. (2009). Principles of anatomy and physiology.
12thed. Asia Willey. p. 448, 517-518.

50
Lampiran 1

Jadwal Kegiatan Penelitian

No Kegiatan Bulan/Minggu
Oktober November Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Penyusunan
proposal
penelitian
2. Sidang
Proposal
3. Sidang Etik
4. Pelaksanaan
Penelitian
5. Pengolahan
Hasil
Penelitian
6. Sidang
Skripsi

51
Lampiran 2

Lembar

Persetujuan Menjadi Responden

Setelah saya membaca dan memahami isi serta penjelasan pada lembar

permohonan menjadi responden, maka saya bersedia turut berpartisipasi sebagai

responden dalam penelitian yang akan dilakukan oleh mahasiswa Program Studi

S1 Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri, yaitu :

Nama : Wildan Yoga Syahputra

NIM : 10215018

Judul Penelitian : Pengaruh Kneading Massage Terhadap Tingkat Dismenore

Mahasiswi Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan di Kota

Kediri.

Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membahayakan dan merugikan

saya maupun keluarga saya, sehingga saya bersedia menjadi responden dalam

penelitian ini.

Kediri ,.............................2019

( )

Nama terang dan tanda tangan

52
Lampiran 3

Angket Penelitian
Nama :

Umur :

Kode :

NO Pertanyaan Jawaban
1. Apakah anda sedang Menstruasi?

2. Berapa hari anda Menstruasi?

3. Kapan anda akan Menstruasi lagi?

4. Apakah anda merasakan nyeri saat


mentruasi?
5. Apakah anda memiliki penyakit
yang menular?
6. Apakah anda memiliki riwayat
cedera tulang bahu?

53
Lampiran 4

LEMBAR INFORMED CONSENT

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Peneliti : Wildan Yoga Syahputra

NIM : 10215018

Saat ini sedang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Kneading

Massage Terhadap Tingkat Dismenore Mahasiswi Keperawatan Institut

Ilmu Kesehatan Di Kota Kediri”.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu saya informasikan terkait dengan

keikutsertaan mahaiswi Prodi S1 Keperawatan IIK BW sebagai responden dalam

penelitian ini :

1. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Pengaruh Kneading Massage

Terhadap Tingkat Dismenore Mahasiswi Keperawatan Institut Ilmu Kesehatan

Di Kota Kediri.

2. Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan

dan wawasan dalam bidang keperawatan mengenai pemberian kneading

massage sebagai salah satu metode nonfarmakologis dalam pengelolaan

dismenore

3. Penelitian ini akan diawali dengan memasuki seluruh ruang kelas prodi S1

Keperawatan sesuai kriteria inklusi peneliti.

4. Selanjutnya peneliti menjelaskan kepada Mahasiswa tujuan dan prosedur

penelitian serta cara pengisian lembar angket dan lembar skala nyeri.

54
5. Setelah di berikan lembar angket dan lembar skala nyeri, peneliti memberikan

kesempatan kepada mahasiswi untuk bertanya.

6. Kegiatan penelitian ini telah mendapat persetujuan dari pihak institusi. Apabila

dalam jalannya penelitian ini responden merasa tidak nyaman maka responden

dapat mengundurkan diri dari partisipasi sebagai responden dan apabila ada

pertanyaan lebih lanjut dapat menghubungi saya (Wildan Yoga Syahputra) di

No Hp. 081217567758.

7. Keikutsertaan dalam penelitian ini bukan suatu paksaan, melainkan atas dasar

sukarela. Oleh karena itu mahasiswi berhak memutuskan untuk melanjutkan

ataupun menghentikan keikutsertaan karena alasan tertentu yang

dikomunikasikan kepada peneliti.

8. Semua data yang dikumpulkan akan dirahasiakan dan tanpa nama. Data hanya

disajikan untuk pengembangan ilmu keperawatan.

Dengan penjelasan tersebut diatas, kami harap mahasiswi bersedia menjadi

responden penelitian ini. Atas kesediaannya saya ucapkan terima kasih.

…………..,…………………..2019

Yang menerima penjelasan Peneliti

________________________ Wildan Yoga Syahputra

55
SOP Terapi Kneading Massage

Kneading adalah memijat menggunakan tekanan yang

sedang dengan sapuan yang panjang, meremas

Pengertian menggunakan jari-jari tangan diatas lapisan superficial dari

jaringan otot untuk membantu mengontrol rasa sakit lokal

dan meningkatkan sirkulasi (Inkeles, 2007)

Kneding Massage dapat mengurangi ketegangan otot dan

Tujuan stres tubuh secara keseluruhan, dengan tujuan utama adalah

agar tubuh dan pikran menjadi rileks. (Ratih, 2010)

1. Responden duduk dengan posisi yang nyaman.

2. Lakukan masase pada daerah yang dirasakan nyeri

selama 5-10menit.

3. Lakukan masase dengan menggunakan telapak tangan

dan jari dengan tekanan halus.

Prosedur 4. Teknik remasan (mengusap otot bahu), dapat dilakukan

bila nyeri terjadi pada daerah sekitar bahu.

5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

6. Catat tindakan dan respon pasien terhadap tindakan

(Hidayat, 2004)

56
1. Atas nasehat dokter agar tidak dilakukan massage demi

keselamatan pasien.

2. Dalam keadaan kena infeksi penyakit menular seperti :

cacar, campak, demam, liver, dan lain-lain.

3. Suhu tubuh meningkat tinggi karena infeksi.

4. Dalam keadaan sakit berat sehingga memerlukan

istirahat yang benar.

5. Pada setiap jenis penyakit syaraf yang berat seperti

penderita chorea dan neurathenia.

6. Menderita penyakit tertentu yang bila dimassage dapat


Kontra Indikasi
menyebabkan meluasnya infeksi seperti bisul, borok,

dsb.

7. Pembengkakkan akibat cedera yang masih baru yang

menunjukkan adanya pendarahan di dalam. Kapiler-

kapiler yang tadinya pecah dan telah menutup dapat

pecah kembali bila dimassage. Juga pada luka yang

belum sembuh atau baru sembuh.

8. Patah tulang yang baru sembuh. Massage dapat

mengganggu letak sambungan.

57
Terapi Kneading Massage Bobot Skor

1. Persiapkan alat 3
Tahap Pra
2. Verifikasi data pasien 3
Orientasi
3. Cuci tangan 3

1. Mengucapkan salam terpeutik 4

2. Pastikan identitas pasien yang akan 4

Tahap Orientasi dilakukan tindakan

3. Jelaskan kepada pasien mengenai 4

tindakan yanga kan dilakukan

1. Menanyakan perasaan pasien hari ini 5

2. Menjelaskan tujuan kegiatan 5

3. Beri kesempatan pasien untuk bertanya 5

sebelum kegiatan dimulai

4. Pertahankan privasi pasien selama 5

Tahap kerja tindakan dilakukan

5. Perawat mendekat ke pasien 5

6. Memposisikan pasien senyaman 5

mungkin

7. Lakukan masase pada titik kneading 5

selama 5-10 menit

58
8. Lakukan masase dengan menggunakan 5

telapak tangan dan jari dengan tekanan

halus.

9. Meremas sepanjang otot bahu, dapat 5

dilakukan bila nyeri terjadi pada daerah

sekitar bahu.

10. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan 5

11. Catat tindakan dan respon pasien 5

terhadap tindakan

1. Evaluasi respon paisen 4

2. Simpulkan hasil kegiatan 4

3. Berikan reinforcement positif 4

4. Menganjurkan pasien untuk 4

Tahap Evaluasi menggunakan terapi kneading massage

saat mengalami dismenore dan stres

5. Mengakhiri kegiatan dengan cara yang 4

baik

6. Cuci tangan. 4

JUMLAH SKOR

59
Lampiran 5

Hasil Uji SPSS Kelompok Perlakuan

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

postestperlakuan - Negative Ranks 30a 15.50 465.00


pretestperlakuan
Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 0c

Total 30

a. postestperlakuan < pretestperlakuan

b. postestperlakuan > pretestperlakuan

c. postestperlakuan = pretestperlakuan

Test Statisticsb

postestperlakuan -
pretestperlakuan

Z -4.963a

Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Based on positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

60
Lampiran 6

Hasil Uji SPSS Kelompok Kontrol

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Post Test - Pre Test Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 0b .00 .00

Ties 30c

Total 30

a. Post Test < Pre Test

b. Post Test > Pre Test

c. Post Test = Pre Test

Test Statisticsb

Post Test - Pre


Test

Z .000a

Asymp. Sig. (2-tailed) 1.000

a. The sum of negative ranks equals the


sum of positive ranks.

b. Wilcoxon Signed Ranks Test

61
Lampiran 7

Tabel Perbandingan Skala Nyeri Prestest Post-test

Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Responden
Pretest Postest Pretest Postest
Perlakuan
Dismenore Dismenore Dismenore Dismenore
1 Sedang Ringan Berat Ringan
2 Sedang Ringan Sedang Ringan
3 Sedang Sedang Sedang Sedang
4 Berat Sedang Ringan Sedang
5 Sedang Ringan Ringan Ringan
6 Sedang Sedang Ringan Sedang
7 Sedang Ringan Ringan Ringan
8 Sedang Sedang Sedang Sedang
9 Sedang Ringan Sedang Ringan
10 Ringan Ringan Sedang Ringan
11 Berat Sedang Ringan Sedang
12 Berat Sedang Sedang Sedang
13 Sedang Sedang Ringan Sedang
14 Sedang Ringan Sedang Ringan
15 Berat Sedang Ringan Sedang
16 Sedang Ringan Berat Ringan
17 Sedang Ringan Ringan Ringan
18 Sedang Sedang Ringan Sedang
19 Sedang Ringan Ringan Ringan
20 Berat Sedang Sedang Sedang
21 Sedang Ringan Sedang Ringan
22 Sedang Ringan Ringan Ringan
23 Sedang Ringan Ringan Ringan
24 Ringan Ringan Sedang Ringan
25 Sedang Ringan Ringan Ringan
26 Sedang Ringan Sedang Ringan
27 Ringan Ringan Sedang Ringan
28 Sedang Ringan Sedang Ringan
29 Ringan Ringan Ringan Ringan
30 Berat Sedang Sedang Sedang

62
Lampiran 8

Dokumentasi Responden Mengisi Lembar Observasi Skala Nyeri

63
Lampiran 9

Dokumentasi Responden Diberikan Intervensi Kneading Massage

64
Lampiran 10

Surat Permohonan Izin Penelitian

65
Lampiran 11

Surat Uji Layak Etik

66
Lampiran 12

Lembar Konsul

67

Anda mungkin juga menyukai