Anda di halaman 1dari 14

Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi

di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 


 
HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA DAN KINERJA
PETUGAS PELAYANAN RESEP OBAT JADI DI INSTALASI
FARMASI RSUD CENGKARENG

IGK Wijaya
Fikes – Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
wijayanimah@yahoo.co.id

Abstrak
Mutu pelayanan rumah sakit dapat dinilai dari kepuasan pelanggan terhadap
kecepatan pelayanan dimana hal ini menjadi masalah di Instalasi Farmasi
Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng. Nilai Indeks Kepuasan Pelanggan
terhadap Kecepatan Pelayanan diperoleh nilai 59,32%. Kecepatan Pelayanan
merupakan indikator dari kinerja dimana hal ini dipengaruhi oleh motivasi
kerja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan motivasi
kerja dan kinerja petugas pelayanan resep obat jadi di Instalasi Farmasi Rumah
Sakit Umum Daerah Cengkareng. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian adalah seluruh petugas
farmasi yang berjumlah 52 Petugas. Analisis data menggunakan uji statistik
Chi-Square untuk mengetahui adanya hubungan motivasi kerja dan kinerja
petugas farmasi. Hasil penelitian diperoleh umur responden terbanyak (17-25
tahun atau 53.8%), jenis kelamin terbanyak Perempuan (35 orang atau 67.3%),
Pendidikan terbanyak SMU/SMK/SMF (45 orang atau 86.5%), masa kerja
terbanyak (5-10 tahun atau 53.8%). Hasil penelitian menunjukan (30 orang
atau 57.7%) memiliki motivasi kerja kurang baik dan (27 orang atau 52%)
memiliki kinerja rendah. Hasil uji statistik diperoleh bahwa adanya hubungan
yang bermakna antara motivasi kerja dan kinerja petugas pelayanan resep obat
jadi di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng (X2 ; 0.104, p < 0.05). Untuk
peningkatan kinerja petugas dapat dilakukan upaya melalui peningkatan
kegiatan pelatihan atau In House Training tentang pentingnya Leadership dan
Service Excellent sedangkan untuk meningkatkan motivasi kerja dapat
ditingkatkan fungsi controling serta monitoring pimpinan kepada bawahan.

Kata kunci: kinerja, motivasi kerja, pelayanan

Pendahuluan masyarakat, dengan kegiatan yang meliputi


Saat ini peningkatan kualitas dan peningkatan kesehatan (promotif), pen-
produktivitas kerja sebagai salah satu aspek cegahan penyakit (preventif), penyembuhan
kinerja yang menjadi tantangan bagi dunia penyakit (kuratif) dan pemulihan kesehatan
bisnis dan industri tidak bisa ditunda apabila (rehabilitatif) secara menyeluruh dan ber-
ingin bersaing secara regional dan global kesinambungan. Dalam memberikan pe-
(Ilyas, 2002). Rumah Sakit adalah salah satu layanan penyembuhan penyakit (kuratif) dan
bentuk dunia bisnis yang berperan dalam pemulihan kesehatan (rehabilitatif) rumah
upaya meningkatkan derajat kesehatan sakit ditunjang dengan pelayanan farmasi.
masyarakat dan strategis dalam Dewasa ini seiring dengan
mempercepat peningkatan derajat kesehatan peningkatan standarisasi rumah sakit oleh

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 45


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
Pemerintah maka pelayanan kesehatan yang Russel, 2003) sedangkan indikator dalam
diberikan rumah sakit diharapkan lebih baik menilai mutu pelayanan kesehatan di rumah
dan berorientasi kepada kepentingan pasien. sakit menurut dimensi pasien adalah waktu
Peningkatan kualitas pelayanan tidak hanya tunggu (Azwar, 1996). Masyarakat dapat
dalam segi kualitas pelayanan namun juga menilai suatu rumah sakit belum secara
efisiensi pelayanan. Kecepatan dalam total memperhatikan kualitas pelayanannya
pelayanan kesehatan merupakan perwujudan apabila rumah sakit tersebut mengabaikan
dari efisiensi pelayanan. Sebagai salah satu lama waktu tunggu dalam mendapatkan
sarana pelayanan kesehatan rumah sakit pelayanan kesehatan.
senantiasa bertindak secara profesional Waktu menjadi sebuah hal yang
dalam memberikan pelayanan kesehatan sangat berharga terutama bagi masyarakat
kepada masyarakat. Hal tersebut dapat modern saat ini yang mobilitasnya semakin
dilihat tidak hanya dari aspek pemenuhan meningkat sehingga menyebabkan waktu
sarana dan prasarana, akan tetapi aspek tunggu menjadi suatu pertimbangan yang
proses pemberian layanan juga mempunyai penting dalam memilih rumah sakit yang
peran yang sangat penting, dengan akan dikunjungi (Pasaribu, 2010), apalagi
banyaknya rumah sakit baru, maka rumah pada dasarnya pekerjaan mengantri untuk
sakit mulai menyadari bahwa hubungan mendapatkan pelayanan adalah hal yang
dengan pelanggan sebagai mitra perlu dijaga kurang disukai oleh semua orang, terutama
dan dipelihara dengan baik. Rumah Sakit untuk mendapatkan layanan kesehatan
sebagai penyelenggaran layanan kesehatan ketika sakit atau ketika membutuhkan
menyadari bahwa peran pelanggan sebagai pelayanan kesehatan. Antrian pasien di
investasi yang berharga, karena tanpa instalasi Instalasi Farmasi kerap kita jumpai,
adanya kepercayaan pelanggan yang tinggi namun membuat orang sakit menunggu
terhadap rumah sakit maka lama kelamaan dalam waktu yang lama bukanlah suatu
pelanggan akan meninggalkan dan beralih kebijakan umum yang baik (Vemuri, 1984).
ke rumah sakit lain yang dirasa mampu Adanya waktu tunggu yang lama juga dapat
memberikan pelayanan kesehatan yang lebih menyebabkan pasien memutuskan untuk
baik (Afolabi & Erhun, 2003). tidak melanjutkan proses pelayanan karena
Mutu pelayanan rumah sakit telah tidak ingin menunggu lebih lama lagi (Hall,
menjadi fokus harapan masyarakat dan Belson Murali & Dessouky, 2006).
persepsi pasien terhadap kualitas pelayanan Kinerja atau performance adalah
rumah sakit menjadi suatu hal yang penting hasil kerja yang dapat dicapai oleh
untuk diperhatikan (Dansky, Miles, 1997). seseorang atau sekelompok orang dalam
Kesadaran masyarakat yang meningkat suatu organisasi, sesuai dengan wewenang
sebagai pengguna jasa pelayanan kesehatan dan tanggung jawab masing-masing dalam
menyebabkan meningkatnya keluhan masya- rangka upaya mencapai tujuan organisasi
rakat terhadap rumah sakit apabila tidak bersangkutan secara legal, tidak melanggar
sesuai dengan yang diharapkan. Salah satu hukum dan sesuai dengan moral dan etika
hal yang menjadi indikator dalam menilai (Suyadi Prawirosentono, 1999:2). Kinerja
kinerja petugas antara lain adalah ketepatan tenaga kesehatan merupakan masalah yang
waktu (Timeliness) dimana kegiatan tersebut harus dikaji untuk mempertahankan dan
dapat diselesaikan, atau suatu hasil produksi meningkatkan pelayanan karena dapat
dapat dicapai pada permulaan waktu yang memberikan kejelasan tentang faktor yang
ditetapkan bersamaan dengan hasil produk berpengaruh terhadap kinerja personal.
lain dan memaksimalkan waktu yang Kepuasan pasien terhadap suatu pelayanan
tersedia untuk suatu kegiatan (Bernardin dan dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor dan

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 46


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
salah satunya adalah waktu tunggu juga mengharapkan waktu tunggu yang
(Mobach, 2005). Menurut Wijono (1999), sebentar, yaitu kurang dari 30 menit (Shin
pelayanan kesehatan yang berkualitas tan, 2009). Namun menurut data
ditandai dengan pelayanan waktu tunggu administrasi dari seluruh Apotek di
pasien yang baik. Singapura menunjukan bahwa hanya 27%
Kecepatan pelayanan menjadi dari total pasien yang mampu dilayani sesuai
indikator kinerja petugas yang berhubungan dengan target waktu 30 menit tersebut.
dengan kepuasan pasien terhadap pelayanan Penelitian lain yang dilakukan di instalasi
rumah sakit, dimana hal ini ditetapkan dalam farmasi rawat jalan Father Mueller Medical
Surat Keputusan Menteri Kesehatan College Hospital di Mangalore pada tahun
Republik Indonesia Nomor 2005, menunjukan bahwa dengan rata-rata
129/Menkes/SK/II/2008 tentang Standar waktu tunggu pasien sebanyak 26,8 + 18,36
Pelayanan Minimal Rumah Sakit disebutkan menit, tingkat kepuasan pasien akan layanan
bahwa waktu tunggu penerimaan obat jadi farmasi di rawat jalan rumah sakit tersebut
adalah < 30 menit. Waktu tunggu adalah hanya 53 % (Prasanna, Bashith, &
periode tersedia yang dimiliki operator Sucharitha, 2009). Hal yang sama juga
untuk memproduksi suatu barang atau jasa disebutkan dalam penelitian terhadap pasien
namun terbentur oleh kurang atau rusaknya yang membeli obat pada 32 community
sumber daya yang tersedia (Bizdictionary, pharmacy di Tokyo dan Osaka, dimana dua
2010). Sedangkan waktu tunggu di Apotek hal yang paling diharapkan oleh pasien
menurut Worley dalam Afolabi dan Erhun dalam pelayanan farmasi adalah komunikasi
(2003) adalah lama waktu mulai dari saat petugas yang baik dan kecepatan pelayanan
pasien memasukan resep di farmasi sampai (Kamei, Teshima, Fukushima, & Nakamura,
pasien menerima obat dan meninggalkan 2000).
farmasi. Rumah Sakit Umum Daerah
Pelayanan farmasi merupakan salah Cengkareng merupakan salah satu rumah
satu kegiatan di rumah sakit yang sakit milik Pemerintah Provinsi Daerah
menunjang layanan kesehatan bermutu. Hal Khusus Ibu Kota Jakarta yang terletak di
ini diperjelas dalam Keputusan Menteri wilayah Jakarta Barat dan memiliki lahan
Kesehatan Republik Indonesia Nomor seluas 25.136 m2 dan bangunan seluas
1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar 31.600m2. Sesuai dengan visi dan misinya
Pelayanan Farmasi Rumah Sakit yang rumah sakit ini lebih memfokuskan untuk
menyebutkan bahwa pelayanan farmasi melayani masyarakat menengah kebawah,
rumah sakit adalah bagian yang tidak hal ini dapat dilihat dari kapasitas tempat
terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan tidur yang ada yaitu 62,1% disediakan untuk
rumah sakit yang berorientasi kepada perawatan kelas 3 serta dengan adanya
pelayanan pasien, penyediaan obat yang program Kartu Jakarta Sehat yang di-
bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik luncurkan oleh Pemerintah Provinsi DKI
yang terjangkau bagi semua lapisan Jakarta berdampak terhadap meningkatnya
masyarakat. Farmasi merupakan komponen jumlah kunjungan pasien baik rawat jalan
penting di sektor perumahsakitan karena maupun rawat inap yaitu menjadi 3 kali lipat
tanpa obat rumah sakit akan sulit melakukan dari jumlah kunjungan sebelumnya. Namun
kegiatan (Trisnantoro, 2004). sebagaimana rumah sakit lainya, pelayanan
Menurut hasil survey tentang di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
harapan pasien terhadap pelayanan farmasi Daerah Cengkareng tak terlepas dari
di Singapura menunjukan bahwa selain permasalahan yang menyangkut mutu
akurasi resep dan keampuhan obat, pasien pelayanan terhadap pasien.

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 47


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
Dari data hasil kuesioner survey Motivasi Kerja Dan Kinerja Pegawai
kepuasan pelanggan terhadap pelayanan di Kinerja Pegawai
Instalasi Farmasi di Rumah Sakit Umum Kinerja atau Performance sering
Daerah Cengkareng selama kuartal ke-3 disebut dengan produktivitas, yang berarti :
didapatkan nilai kepuasan 59,32% dengan prestasi kerja, pencapaian kerja, atau hasil
salah satu kriteria penilaianya yaitu kerja. Pencapaian kinerja bergantung pada
kecepatan pelayanan sebesar 53,67%, nilai motivasi atau keinginan individu yang
tersebut masih berada dibawah standar yang bersangkutan untuk mencapainya, di-
ditetapkan dalam standar pelayanan minimal samping itu juga diperlukan faktor
yaitu > 80% dan masih dibawah standar pendukung lain seperti kemampuan dan
mutu pelayanan yang ditetapkan rumah sakit keterampilan. Dalam manajemen sumber
yaitu sebesar > 90% dari data tersebut dapat daya manusia istilah kinerja diartikan
terlihat dan disimpulkan bahwa kinerja sebagai hasil kerja secara kualitas dan
pelayanan farmasi belum optimal. Selain itu kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai
berdasarkan hasil sampling yang dilakukan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
penulis terhadap kecepatan pelayanan resep tanggung jawab yang diberikan.
obat jadi di Instalasi Farmasi RSUD (Mangkunegara, 2006).
Cengkareng yang dilakukan pada tanggal 23 Menurut Moeheriono (2009), kinerja
November 2013 terhadap 23 resep pasien atau performance merupakan gambaran
rawat jalan didapatkan hasil bahwa rata-rata mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
kecepatan pelayanan resep obat jadi adalah suatu program kegiatan atau kebijakan
34 menit. Dalam kaitannya dengan kinerja dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi,
petugas, tentulah hal tersebut merupakan misi organisasi yang dituangkan melalui
permasalahan yang harus segera dibenahi perencanaan strategis suatu organisasi.
agar petugas dapat memberikan pelayanan Menurut Oxford Dictionary kinerja
kepada masyarakat lebih cepat lagi, (performance) merupakan suatu tindakan
sehingga dapat tercapai pelayanan farmasi proses atau cara bertindak atau melakukan
yang prima dan optimal sesuai dengan fungsi organisasi. Sementara itu kinerja
standar mutu pelayanan baik yang adalah hasil atau tingkat keberhasilan
ditetapkan dalam standar pelayanan minimal seseorang secara keseluruhan selama
oleh Departemen Kesehatan RI maupun periode tertentu didalam melaksanakan
standar mutu pelayanan rumah sakit. tugas dibandingkan dengan berbagai
Berdasarkan latar belakang diatas, kemungkinan seperti standar hasil kerja,
maka penulis tertarik untuk melakukan target atau sasaran atau kriteria yang telah
penelitian tersebut. Dengan diketahui ditentukan terlebih dahulu dan disepakati
faktor-faktor yang berhubungan dengan bersama (Rifai dan Basri, 2005).
kinerja petugas pelayanan resep obat jadi di Selanjutnya Stephen.S.Robbins
Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum mengatakan kinerja adalah jawaban atas
Daerah Cengkareng, kiranya hal ini dapat pertanyaan “apa hasil yang dicapai
dijadikan sebagai bahan masukan dan seseorang sesudah mengerjakan sesuatu”
referensi kepada pimpinan dan jajaran (Nawawi, 2006). Menurut Ilyas (2005),
manajemen rumah sakit untuk melakukan kinerja adalah penampilan hasil karya
tindakan perbaikan terhadap kinerja personel baik kualitas maupun kuantitas
pelayanan farmasi untuk lebih baik lagi. dalam suatu organisasi. Penampilan hasil
karya tidak terbatas kepada personel yang
memangku jabatan fungsional maupun
struktural tetapi juga kepada keseluruhan

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 48


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
jajaran personel didalam organisasi. 1. Kemampuan
Pengertian lain Hasibuan dalam Nawawi 2. Keinginan
(2006), tentang kinerja yaitu hasil kerja yang 3. Lingkungan
dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugas yang dibebankan kepadanya, Oleh karena itu, agar mempunyai
berdasarkan kecakapan, pengalaman, kinerja yang baik, seseorang mempunyai
kesungguhan dan waktu. keinginan yang tinggi untuk mengerjakan
Berbeda dengan Bernardin dan serta mengetahui, tanpa ketiga faktor ini
Russel (1993:379) dalam Yeremias T. kinerja yang baik tidak akan tercapai.
Keban (2004:192) mengartikan kinerja Dengan kata lain kinerja individu dapat
sebagai the record of outcomes produced on ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara
a specified job function or activity during a pekerjaan dan kemampuan. Kinerja individu
specified time period. Dalam definisi ini, dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan
aspek yang ditekankan oleh kedua kerja itu sendiri adalah perasaan individu
pengarang tersebut adalah catatan tentang terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa
outcome atau hasil akhir yang diperoleh suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh
setelah suatu pekerjaan atau aktivitas pekerjaannya secara keseluruhan mampu
dijalankan selama kurun waktu tertentu. memuaskan kebutuhannya. Indikator untuk
Dengan demikian kinerja hanya mengacu mengukur kinerja karyawan secara individu
pada serangkaian hasil yang diperoleh ada lima indikator, yaitu (Robbins,
seorang pegawai selama periode tertentu 2006:260):
dan tidak termasuk karakteristik pribadi a. Kualitas
pegawai yang dinilai. Kualitas kerja diukur dari persepsi
Secara umum penilaian kinerja karyawan terhadap kualitas pekerjaan
harus meliputi tiga tahap pertama adalah yang dihasilkan serta kesempurnaan
menetapkan standar, kedua menilai kinerja tugas terhadap keterampilan dan
yang ada dan membandingkannya dengan kemampuan karyawan.
standar yang telah ditetapkan sebelumnya b. Kuantitas
serta tahap ketiga meliputi upaya perbaikan Merupakan jumlah yang dihasilkan
kinerja yang menyimpang dari standar yang dinyatakan dalam istilah seperti jumlah
telah ditetapkan sebelumnya. Dari berbagi unit, jumlah siklus aktivitas yang
pengertian diatas maka dapat disimpulkan diselesaikan.
kinerja adalah hasil kerja seseorang baik c. Ketepatan waktu
secara kualitas maupun kuantitas yang Merupakan tingkat aktivitas
dicapai seseorang dalam melaksanakan diselesaikan pada awal waktu yang
pekerjaannya sesuai dalam uraian tugas dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi
dibandingkan dengan standar yang telah dengan hasil output serta
ditetapkan. memaksimalkan waktu yang tersedia
Dalam menjalankan fungsinya untuk aktivitas lain.
kinerja tidak berdiri sendiri, tapi d. Efektivitas
berhubungan dengan kepuasan kerja, tingkat Merupakan tingkat penggunaan
imbalan yang dipengaruhi oleh keterampil- sumber daya organisasi (tenaga, uang,
an, kemampuan dan sifat-sifat individu. teknologi, bahan baku) dimaksimalkan
Dengan demikian, kinerja pada dasarnya dengan maksud menaikkan hasil dari
ditentukan oleh 3 hal yaitu : setiap unit dalam penggunaan sumber
daya.

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 49


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
e. Kemandirian menurutnya seiring bertambahnya umur
Merupakan tingkat seorang seseorang kinerjanya semakin menurun.
karyawan yang nantinya akan dapat Bila dilihat dari aspek jenis kelamin
menjalankan fungsi kerjanya Komitmen menurut Wilkin, dkk (1986) dalam Ilyas
kerja. Merupakan suatu tingkat dimana (2002) mengatakan bahwa jenis kelamin
karyawan mempunyai komitmen kerja berpengaruh terhadap kinerja seseorang
dengan instansi dan tanggung jawab dalam hal ini ditemukan perbedaan antara
karyawan terhadap kantor. kinerja dokter perempuan dan laki-laki.
Jika dilihat dari aspek pendidikan
Faktor-faktor yang Mempengaruhi menurut Hursey dan Blanchard (1986)
Kinerja bahwa pendidikan berpengaruh terhadap
Kinerja merupakan suatu capaian kinerja seseorang dalam bekerja. Begitu
atau hasil kerja dalam kegiatan atau aktivitas pula yang dikemukakan oleh Syah
atau program yang telah direncanakan Muhidin (1994) bahwa pendidikan
sebelumnya guna mencapai tujuan serta digunakan pengetahuan, kebiasaan, sikap
sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu dan sebagainya. Sedangkan dilihat dari
organisasi dan dilaksanakan dalam jangka aspek pengalaman, Siagian dalam
waktu tertentu yang dipengaruhi oleh Kanestren (2009) menyatakan bahwa
beberapa faktor. Menurut Robbins (1996) semakin lama seseorang bekerja dalam
dalam Rivai dan Basri (2005) kinerja suatu organisasi semakin tinggi pula
dipengaruhi oleh faktor-faktor : produktivitasnya, karena semakin
1. Kemampuan berpengalaman dan memiliki
2. Motivasi, dan keterampilan tinggi dalam menyelesaikan
3. Kesempatan tugas.
b. Motivasi
Dalam Ilyas (2002) menyebutkan Motivasi sebagai sesuatu hal yang
bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi berasal dari internal individu yang
kinerja diantaranya adalah: menimbulkan dorongan atau semangat
a. Karakteristik pribadi (Umur, Jenis untuk bekerja keras. Menurut Gybson
Kelamin, Pendidikan, dan Pengalaman). yang dikutip dalam Ilyas (2001)
Berdasarkan penelitian umur, jenis menyatakan bahwa salah satu faktor yang
kelamin, pendidikan dan pengalaman mempengaruhi kinerja adalah motivasi.
berpengaruh terhadap waktu dalam Seseorang akan bertingkah laku tertentu
bekerja dan kontak terhadap lingkungan dikarenakan adanya motif dan adanya
kerja. Teori tentang usia menurut Siagian rangsangan untuk memenuhi kebutuhan
dalam Kanestren (2009) menyatakan serta untuk mendapatkan tujuan yang
bahwa semakin meningkatnya usia diinginkan.
seseorang, maka kedewasaan teknis dan
psikologisnya semakin meningkat dan c. Pendapatan dan Gaji
orang tersebut akan mampu mengambil Evaluasi kinerja sering digunakan
keputusan dan semakin bijaksana, sebagai alat untuk menentukan
semakin mampu berfikir secara rasional, penyesuaian gaji dan juga untuk
mengendalikan emosi dan semakin memperbaiki kinerja personel.
toleran dengan orang lain. Namun Pendapatan dan gaji (imbalan) menurut
menurut Gibson (1996), Kanestren Castetter (1996, p459-460) dalam Tjutju
(2009) menyatakan hal yang berbeda, Yuniarsih (2009, p128) menyebutkan
bahwa pendapatan dan gaji (imbalan)

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 50


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
mempengaruhi pegawai untuk mencapai usaha yang dapat menyebabkan seseorang
kinerja optimal. atau kelompok orang tertentu tergerak
melakukan sesuatu karena ingin mencapai
d. Keluarga tujuan yang dikehendaki dan mendapat
Pengaruh dan tanggung jawab kepuasan dengan perbuatannya. Motivasi
keluarga berbeda antara pria dan wanita. berasal dari kata latin movere yang berarti
Pria dengan beban keluarga tinggi dorongan atau menggerakan. Secara konkrit
berhubungan dengan peningkatan kinerja motivasi dapat diberi batasan sebagai
yang lebih tinggi, sebaliknya efek yang “Proses pemberian motif (penggerak)
berlawanan terjadi pada wanita karena bekerja kepada para bawahan sedemikian
beban keluarga yang tinggi akan rupa sehingga mereka mau bekerja dengan
mengurangi beban kerja perminggu. ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi
secara efisien” (Sarwoto, 1979 : 135) dalam
e. Organisasi Anwar Prabu, 2005 motivasi adalah
Pengorganisasian terhadap pemberian kegairahan bekerja kepada
bidang/unit kerja yang dapat menentukan pegawai.
deskripsi dari tugas dan wewenang dari Menurut Hezberg (Hasibuan,
setiap jenis pekerjaan yang ada di 1996:108) ada dua jenis faktor yang
perusahaan. Sehingga dari setiap unit mendorong seseorang untuk berusaha
kerjanya dapat bekerja secara maksimal mencapai kepuasan dan menjauhkan diri
dan terkoordinasi dengan baik. dari ketidakpuasan. Dua faktor itu
disebutnya faktor higiene memotivasi
f. Supervisi (Pengawasan) seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan,
Adanya pengawasan dari pimpinan termasuk di dalamnya adalah hubungan
di setiap bidang/unit kerja bertujuan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan
untuk memacu bawahan untuk dan sebagainya (faktor ekstrinsik)
berkontribusi secara positif, efektif, sedangkan faktor motivator memotivasi
efisien agar tujuan pada setiap unit kerja seseorang untuk berusaha mencapai
tercapai. kepuasan yang termasuk di dalamnya adalah
achievement, pengakuan, kemajuan tingkat
g. Penghargaan kehidupan, dsb (faktor instrinsik).
Dari berbagai pendapat ahli tersebut, Hezberg berdasarkan hasil penelitiannya
maka kinerja karyawan dinilai oleh menyatakan ada tiga hal yang harus
atasan langsung berdasarkan faktor- diperhatikan dalam memotivasi bawahan
faktor yang telah ditentukan terlebih yaitu :
dahulu. Adanya penilaian kinerja a. Hal-hal yang mendorong pegawai adalah
terhadap personel dalam setiap pekerjaan yang menantang yang
bidang/unit kerja yang mengacu pada mencakup perasaan untuk berprestasi,
penghargaan terhadap pekerjaannya bertanggung jawab, kemajuan dapat
(reward) sehingga dari penghargaan menikmati pekerjaan itu sendiri dan
tersebut dapat memotivasi dalam adanya pengakuan atas semua itu.
mendayagunakan kemampuannya secara b. Hal-hal yang mengecewakan pegawai
maksimal. adalah terutama faktor yang bersifat
embel-embel saja pada pekerjaan,
Motivasi peraturan pekerjaan, penerangan, isti-
Kamus Besar Bahasa Indonesia rahat, sebutan jabatan, hak, gaji, tun-
mendefinisikan motivasi sebagai “Usaha- jangan dan lain-lainnya.

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 51


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
c. Pegawai jika peluang untuk berprestasi Teori tentang Motivasi
terbatas. Mereka akan menjadi sensitif 1. Teori Hirarki Kebutuhan (Maslow)
pada lingkungannya serta mulai mencari- Teori kebutuhan Maslow tersusun
cari kesalahan. dalam hierarki dimana tingkatan yang
paling rendah adalah kebutuhan fisiologis
Hezberg menyatakan bahwa orang dan tingkat yang paling tinggi adalah
dalam melaksanakan pekerjaannya di- kebutuhan akan aktualisasi diri. Bila
pengaruhi oleh dua faktor yang merupakan suatu kebutuhan telah dicapai oleh
kebutuhan, yaitu: individu, maka kebutuhan yang lebih
1. Maintenance faktor tinggi segera menjadi kebutuhan baru
Adalah faktor pemeliharaan yang yang harus dicapai oleh individu. Dari
berhubungan dengan hakikat manusia teori Maslow yang berpengaruh terhadap
yang ingin memperoleh ketenteraman motivasi kerja adalah penghargaan.
badaniah. Kebutuhan kesehatan ini
menurut Hezberg merupakan kebutuhan 2. Teori motivasi ERG dari Clayton
yang berlangsung terus menerus, karena Alderfer
kebutuhan ini akan kembali pada titik nol Seperti dikutip Gauzaly (2000:250)
setelah dipenuhi. Faktor pemeliharaan ini dalam Anwar Prabu (2005), merupakan
meliputi: gaji, kondisi kerja fisik, kelanjutan dari teori Maslow yang
kepastian pekerjaaan, supervisi yang dimaksud untuk memperbaiki beberapa
menyenangkan dan macam-macam kelemahannya. Teori ini membagi
tunjangan lainnya. Faktor pemeliharaan tingkat kebutuhan manusia ke dalam 3
ini perlu mendapat perhatian yang wajar tingkatan yaitu:
dari pimpinan agar kepuasan dan a. Keberadaan (Exixtence), yang
kegairahan bekerja bawahan dapat tergolong dalam kebutuhan ini adalah
ditingkatkan. sama dengan tingkatan 1 dan 2 dari
teori Maslow. Dalam perspektif
2. Motivation faktor organisasi, kebutuhan-kebutuhan yang
Motivation faktor adalah faktor yang dikategorikan kedalam kelompok ini
menyangkut kebutuhan psikologi adalah : gaji, insentif, kondisi kerja,
seseorang yaitu perasaan sempurna keselamatan kerja, kemanan dan
dalam melakukan pekerjaan. Faktor jabatan.
motivasi ini berhubungan dengan b. Tidak ada hubungan (Reliteness),
penghargaan terhadap pribadi yang adalah meliputi kebutuhan-kebutuhan
secara langsung berkaitan denga pada tingkatan 2,3 dan 4 dari teori
pekerjaan, misalnya ruang kerja yang Maslow, hubungan dengan atasan,
nyaman, penempatan yang tepat, dan hubungan dengan kolega, hubungan
sebagainya. Hal tersebut termasuk dalam dengan bawahan, hubungan dengan
kelompok satisfers, adapun yang masuk teman, hubungan dengan orang luar
dalam kelompok satifers adalah : organisasi.
a. Prestasi c. Pertumbuhan (Growth), adalah
b. Pengakuan meliputi kebutuan-kebutuhan pada
c. Pekerjaan itu sendiri tingkat 4 dan 5 dari teori Maslow,
d. Tanggung Jawab bekerja kreatif, inovatif bekerja keras,
e. Pengembangan potensi kompeten, pengembangan pribadi.
Alderfer berpendapat bahwa
pemenuhan atas ketiga kebutuhan

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 52


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
tersebut dapat dilakukan secara adalah sebagai berikut: (Drs. Malayu
simultan, artinya bahwa hubungan Hasibuan 2005:146)
dari teori ERG ini tidak bersifat 1. Meningkatkan moral dan kepuasan
hierarki. Selain dari teori-teori kerja karyawan
tersebut diatas, teori lain adalah teori 2. Meninkatkan produktivitas kerja
motivasi kebutuhan yang di- karyawan
kemukakan oleh David Mc Clelland 3. Mempertahankan kastabilan karyawan
(1978:97) dengan teori Motivasi perusahaan
Prestasi (Achievement Motivation 4. Meningkatkan kedisiplinan karyawan
Theory), berpendapat bahwa pegawai 5. Mengefektifkan pengadaan karyawan
mempunyai cadangan energy 6. Menciptakan suasana dan hubungan
potensial (Hasibuan, 2001:162). kerja yang baik
Bagaimana energi dilepaskan dan 7. Meningkatkan loyalitas, kreativitas dan
digunakan tergantung pada kekuatan partisipasi karyawan
dorongan motivasi seseorang dan 8. Meningkatkan tingkat kesejahteraan
situasi serta peluang yang tersedia. karyawan
Energi potensial akan dimanfaatkan 9. Mempertinggi efisiensi penggunaan
oleh pegawai karena didorong oleh: alat-alat dan bahan baku
1. Kekuatan motif dan kebutuhan
dasar yang terlibat Faktor-faktor yang Mempengaruhi
2. Harapan keberhasilannya, dan Motivasi
3. Nilai insentif yang melekat Menurut Anwar Prabu (2005),
pada tujuan. faktor-faktor yang mempengarui motivasi
adalah:
Hal-hal yang memotivasi 1. Lingkungan kerja:
seseorang adalah: Lingkungan/kondisi kerja yang kondusif
1. Kebutuhan akan prestasi (need akan membangkitkan semangat atau
for achievement = n Ach) gairah bekerja para pegawai, atau dengan
2. Kebutuhan akan afiliasi (need kata lain lingkungan kerja yang baik
for affiliation = n Af), dan seperti penyusunan tempat kerja, tata
3. Kebutuhan akan kekuatan (need ruang dan alat perlengkapan kantor yang
for power= n Pow) baik, akan membantu kelancaran proses
pelaksanaan tugas. Selain dari pada itu
Tujuan Motivasi gaya kepemimpinan yang tidak otoriter,
Keinginan dan kegairahan kerja namun persuasif dan komunikatif dalam
dapat ditingkatkan berdasarkan pertim- arti mau mendengar saran dan pendapat
bangan tentang adanya dua aspek motivasi menampung keluhan para pegawai serta
yang bersifat statis, aspek statis yang tidak meremehkan mereka dalam
pertama tampak sebagai kebutuhan pokok organisasi akan menciptakan lingkungan
manusia yang menjadi dasar bagi harapan yang sehat.
yang akan diperoleh lewat tercapainya
tujuan organisasi. Aspek motivasi statis 2. Tingkat Pendidikan
kedua adalah berupa alat perangsang atau Merupakan karakteristik individu yang
insentif yang diharapkan dapat memenuhi menjadi sumber status yang penting
apa yang menjadi kebutuhan pokok yang dalam organisasi. Pendidikan adalah
diharapkan. Adapun tujuan-tujuan motivasi lambang dari status yang tinggi dan
jenjang kepangkatan yang tinggi pula.

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 53


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
Semakin tinggi pendidikan seseorang Teknik pengambilan sampel yang digunakan
yang dicapai semakin besar keinginan yaitu sampling jenuh, dimana seluruh
untuk memanfatkan pengetahuan dan populasi dijadikan sampel, dengan jumlah
keterampilan. responden sebanyak 52 orang.

3. Keinginan dan Harapan Pribadi Hasil dan Pembahasan


Sehubungan dengan faktor kebutuhan Berdasarkan hasil penelitian
diatas, manusia mempunyai keinginan pegawai farmasi di Rumah Sakit Umum
yang tidak putus-putusnya, karena itu Daerah Cengkareng, maka didapatkan hasil
semua kebutuhan adalah tidak pernah karakteristik responden sebagai berikut :
dapat dipenuhi secara sempurna. Untuk Umur responden 17-25 tahun sebanyak 28
itu memenuhinya manusia berusaha orang atau 53.8 %, umur 26-35 tahun
dengan keras dan senantiasa sebanyak 20 orang atau 38.5 % dan umur
mengembangkan potensi dirinya 36-45 tahun sebanyak 4 orang atau 7.7 %
sehingga menghasilkan yang terbaik.

4. Kebutuhan
Kebutuhan adalah merupakan dorongan
kepentingan yang ada dalam diri setiap
individu. Sehubungan dengan pekerjaan,
maka kepentingan individu-individu
dalam hal ini pegawai, disamping untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya organisasi
juga merupakan wadah bagi
Grafik 1
pengembangan dirinya.
Distribusi Frekuensi Umur Pegawai
Farmasi
Dari beberapa pengertian motivasi
diatas maka penulis dapat menyimpulkan
Berdasarkan jenis kelamin, jenis
bahwa motivasi kerja adalah pemberian daya
kelamin Perempuan yakni sebanyak 35
penggerak yang dapat menciptakan
orang atau 67.3 %, jenis kelamin laki-laki
kegairahan bekerja seseorang agar mereka
sebanyak 17 atau 32.7 %
mau bekerja dengan segala daya dan upaya
untuk mencapai kepuasan dan tujuan
organisasi yang meliputi dimensi jenis
pekerjaan, penghargaan, pengawasan,
tanggung jawab, gaji dan insentif serta
kondisi kerja.

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan asosiatif, deskriptif analitik,
dengan desain penelitian cross sectional.

Teknik pengambilan sampel Grafik 2


Populasi dalam penelitian ini adalah Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
pegawai farmasi di Rumah Sakit Umum Pegawai Farmasi
Daerah Cengkareng.

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 54


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
Berdasarkan pendidikan, Pendidikan
dengan kategori S1 (Apoteker) sebanyak 5
orangatau 9.6 %, pendidikan dengan
kategori D3 sebanyak 2 orang atau 3.8 %
dan pendidikan dengan kategori
SMU/SMK/SMF sebanyak 45 orang atau
86.5 %.

Grafik 5
Distribusi Masa Kerja Pegawai Farmasi

Kinerja Pegawai
Hasil analisis nilai prestasi kerja
Petugas diperoleh nilai mean (nilai rata-
Grafik 3 rata): 65.52, nilai median (nilai tengah): 60,
Distribusi Frekuensi Pendidikan Petugas nilai modus (nilai yang sering muncul/nilai
Farmasi terbanyak): 60, standar deviasi 8.382, nilai
maksimum: 85 dan nilai minimum: 57.
Berdasarkan masa kerja, masa kerja Petugas Farmasi yang memiliki kinerja
pegawai < 5 tahun sebanyak 20 orang atau rendah ada sebanyak 27 Petugas atau 51.9%.
38.5%, masa kerja pegawai 5-10 tahun Sedangkan yang kinerjanya tinggi sebanyak
sebanyak 28 orang atau 53.8 %, dan masa 25 orang atau 48.1%.
kerja pegawai > 10 tahun sebanyak 4 orang
atau 7.7 %.

Grafik 6
Grafik 4
Distribusi Kinerja Petugas Farmasi
Distribusi Masa Kerja Petugas Farmasi
Hubungan Antara Motivasi Kerja dan
Motivasi Keja
Kinerja Petugas Farmasi
Hasil analisis didapatkan yaitu skor
Berdasarkan hasil uji Chi Square
nilai mean (nilai rata-rata) : 44.75, nilai
antara variabel motivasi kerja dan kinerja
median (nilai tengah) : 45, nilai modus (nilai
petugas diperoleh nilai ρ = 0.104, maka Ho
yang sering muncul/nilai terbanyak) : 47,
ditolak yang artinya ada hubungan antara
standar deviasi 5.851, nilai maksimum : 58
motivasi kerja dan kinerja Petugas
dan nilai minimum : 33. Petugas farmasi
pelayanan resep obat jadi di Instalasi
yang memiliki motivasi kerja “kurang baik”
Farmasi Rumah Sakit Umum Daerah
ada 30 orang atau 57.7% sedangkan yang
Cengkareng artinya bahwa motivasi kerja
baik sebanyak 22 orang atau 42.3 %.
yang kurang akan menyebabkan kinerja
(prestasi kerja) pegawai menjadi rendah. Hal

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 55


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
ini dikarenakan adanya unsur-unsur yang Perdagangan Kota Semarang yaitu tentang
menyebabkan dorongan serta semangat analisis motivasi kerja dan lingkungan kerja
dalam bekerja yang terdiri dari material non terhadap kinerja karyawan diperoleh hasil
incentive seperti lingkungan kerja yang bahwa motivasi kerja berpengaruh terhadap
kurang mendukung dan kurangnya kinerja karyawan. Adanya pengaruh
pengawasan dan monitoring atasan terhadap motivasi kerja terhadap kinerja karyawan
bawahan yang berjalan secara teratur. dikarenakan lingkungan kerja yang positif
Sesuai dengan penelitian Helen sehingga karyawan termotivasi untuk
(2002), dimana ada hubungan antara menghasilkan kinerja yang baik.
motivasi dengan kinerja petugas farmasi. Menurut hasil penelitian Ade Ira
Adanya hubungan motivasi dengan kinerja Zahrinny Nasution (2009) dalam
petugas disebabkan karena fasilitas peralatan Penelitiannya yang berjudul Pengaruh
untuk penyimpanan, peracikan, pembuatan Karakteristik Individu dan Psikologis
obat, usulan karyawan teladan, dan terhadap Kinerja Perawat dalam
pengakuan seperti yang dikutip pada teori Kelengkapan Rekam Medis di Ruang Rawat
Maslow. Inap RSU DR. Pringadi Medan juga
Hal ini juga didukung dengan diperoleh hasil bahwa motivasi kerja
penelitian Budhi dan Tri (2006) yang berpegaruh terhadap kinerja pegawai. Hal
menyatakan adanya pengaruh yang ini dikarenakan motivasi kerja merupakan
signifikan antara motivasi kerja terhadap salah satu faktor yang sangat besar
kinerja karyawan. Sebab motivasi yang pengaruhnya terhadap kinerja (prestasi
tinggi secara signifikan akan meningkatkan kerja) yang dihasilkan oleh pegawai.
kinerja karyawan .
Sedangkan menurut Eva Nuria Kesimpulan
Arifin (2004) menyatakan bahwa motivasi Dari hasil penelitian mengenai
berpengaruh terhadap kinerja karyawan, hubungan antara motivasi kerja dan kinerja
motivasi yang tepat akan mendorong petugas pelayanan resep obat jadi di
karyawan untuk berbuat semaksimal Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng, maka
mungkin dalam melaksanakan tugasnya di dapat kesimpulan sebagai berikut: (1)
karena mayakinkan bahwa dengan motivasi kerja Petugas di Instalasi Farmasi
keberhasilan perusahaan mencapai tujuan, Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng
kepentingan karyawan akan terpelihara dan sebagian besar memiliki motivasi kerja
terpenuhi. kurang yaitu sebesar 57.7%; (2) kinerja
Menurut penelitian Umi Hani Petugas di Instalasi Farmasi Rumah Sakit
(2003) di RSUD Semarang yaitu tentang Umum Daerah Cengkareng sebagian besar
hubungan motivasi kerja terhadap kinerja rendah yaitu sebesar 52 %; (3) ada hubungan
perawat. Motivasi yang terukur dengan baik motivasi kerja dan kinerja Petugas di
akan mempengaruhi kinerja seseorang Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum
dalam melakukan pekerjaannya. Kinerja Daerah Cengkareng.
yang baik dapat dinilai untuk mengkaji
karyawan dan menggali prestasi serta Daftar pustaka
membuat rencana untuk lebih meningkatkan Hasibuan, “Manajemen Sumber Daya
upaya dalam rangka pemenuhan kebutuhan Manusia”, PT Bumi Aksara, Jakarta,
pelayanan kesehatan yang dibutuhkan 2003
masyarakat.
Hasil penelitian dari Lucky Wulan Herman, Supardi,dkk., “Faktor-faktor yang
(2011) pada Dinas Perindustrian dan berhubungan dengan Kinerja

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 56


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
Pelayanan Resep oleh Assisten Kinerja Karyawan dan
Apoteker di Apotek”, 2003 Meningkatkan Daya Saing
Perusahaan”, PT. Raja Grafindo
Ilyas, “Kinerja”, Pusat Kajian Ekonomi, Persada, Jakarta, 2005
Depok, 2002
Saryono, “Metodologi Penelitian Kualitatif
Indah,R., “Faktor-Faktor Yang Berhubungan dan Kuantitatif dalam Bidang
dengan Kinerja Pegawai Non PNS Kesehatan”, Nuha Medika,
di RSUD Kota Bekasi”, FKM-UI, Yogyakarta, 2013
Depok, 2012
Setiawati, Wiwiek, “Faktor-faktor Yang
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor Berhubungan Dengan Kinerja
1197/MENKES/SK/X/2004 Tentang Pegawai Rumah Sakit Duren Sawit
Standar Pelayanan Farmasi Rumah Jakarta Timur Tahun 2007”, Skripsi
Sakit Sarjana, Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia,
Moeheriono, “Pengukuran Kinerja Berbasis Depok, 2007
Kompetensi”, Penerbit Ghalia
Indonesia, Bogor, 2009 Siagian, Sondang.P., “Manajemen Sumber
Daya Manusia”, Bumi Aksara,
Nawawi, Hadari, “Evaluasi dan Manajemen Jakarta, 1993
Kinerja di Lingkungan Perusahaan
dan Industri”, Gadjah Mada Stephen P., Robbins-Timothy A-Judge,
University Press, Yogyakarta, 2006 “Perilaku Organisasi”, Edisi ke-12,
Salemba Empat, Jakarta, 2008
Notoatmodjo, Soekidjo, “Pengembangan
Sumber Daya Manusia”, PT Rineka Sugiyono, “Metodologi Penelitian Bisnis”,
Cipta, Jakarta, 2009 cetakan kedelapan, CV Alfabeta,
Bandung, 2005
_________, “Metodologi Penelitian
Kesehatan”, PT. Rineka Cipta, _________, “Statistik untuk Penelitian”, CV
Jakarta, 2010 Alfa Beta, Bandung, 2007

Nunu, Nugraha, “Hubungan Motivasi Kerja _________, “Memahami Penelitian


terhadap Kinerja Perawat di RSUD Kualitatif”, cetakan keempat, CV
Serang”, Jakarta, 2009 Alfabeta, Bandung, 2008

Peraturan Pemerintah RI Nomor 32 tentang Sunyoto, D., “Buku Ajar Statistik Kesehatan
Tenaga Kesehatan Parametrik, Non Parametrik,
Validitas dan Reliabilitas”, Nuha
Purwanto, M.Ngalim, “Administrasi dan Medika, Yogyakarta, 2013
Supervisi Pendidikan”, Remaja
Roesdakarya, Bandung, 2000 Sutanto, “Bahan kuliah Statistic Non
Parametrik”, Fakultas Kesehatan
Rivai, Veithzal dan Ahmad Fawzi Mohd Masyarakat, Peminatan Infokes,
Basri, “Performance Appraisal: Universitas Indonesia
Sistem yang Tepat untuk Menilai

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 57


Hubungan Antara Motivasi Kerja dan Kinerja Petugas Pelayanan Resep Obat Jadi
di Instalasi Farmasi RSUD Cengkareng 
 
Toto Syatori Nasehudin,M.Pd, Nanang Masyarakat Universitas Indonesia,
Gozali, M.Ag (Ed), “Metode 2008
Penelitian Kuantitatif”, Pustaka
Sedia, Bandung, 2012 Yuanita, Umiyati, “Faktor-faktor yang
berhubungan dengan Kineja Petugas
Winardi, “Kepemimpinan dalam Laboratorium di Instalasi Patologi
Manajemen”, PT. Rineka Cipta, Klinik Perja RS Kanker “Dharmais”
Jakarta, 2000 Tahun 2004”, Tesis, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas
Yaslis Ilyas, “Kinerja, Teori, Penilaian dan Indonesia, Depok, 2004
Penelitian”, Pusat Kajian Ekonomi
Kesehatan Fakultas Kesehatan

Forum Ilmiah Volume 12 Nomor 1, Januari 2015 58

Anda mungkin juga menyukai