Anda di halaman 1dari 27

BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |

BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

BAB IV
SYIAR, PELAYANAN, DAN DINAMISASI KAMPUS (SPDK)

َٰٓ
١٠٤ َ‫ع ِّن ۡٱل ُمن َك ِّر َوأ ُ ْولَئِّ َك ُه ُم ۡٱل ُم ۡف ِّلحُون‬ ِّ ‫ة يَ ۡدعُونَ ِّإلَى ۡٱلخ َۡي ِّر َويَ ۡأ ُم ُرونَ بِّ ۡٱل َمعۡ ُر‬ٞ ‫َو ۡلت َ ُكن ِّمن ُك ۡم أ ُ َّم‬
َ َ‫وف َويَ ۡن َه ۡون‬
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang
beruntung.” (Q.S. Ali-Imran : 104)

Jika GAMAIS ITB adalah poros bumi maka SPDK adalah tata surya. Jika GAMAIS ITB
adalah galaksi bima sakti maka SPDK adalah semesta. Hal ini menggambarkan keterjangkauan
dakwah yang harus digapai oleh SPDK. Yaitu bukan hanya mahasiswa aktivis dakwah maupun
yang simpati terhadap Islam, melainkan juga mereka yang antipati dan sama sekali tak kenal
Islam. Tidak saja menjangkau masjid dan mushola, tapi juga pelosok laboratorium dan kelas.

4.1. SPDK dalam Dakwah GAMAIS ITB


4.1.1 Definisi
SPDK merupakan singkatan dari Syiar, Pelayanan, dan Dinamisasi Kampus yang
didefinisikan sebagai berikut:
a. Syiar, diartikan sebagai upaya penyampaian dan penyuasanaan nilai-nilai keislaman di
dalam kampus melalui kegiatan-kegiatan atau bentuk lainnya sehingga dapat dirasakan oleh
masyarakat kampus.

b. Pelayanan, diartikan sebagai usaha untuk menghadirkan solusi atas permasalahan yang
dialami oleh masyarakat kampus berkaitan dengan kegiatan dan kebutuhan mereka di
kampus. Pelayanan di kampus diharapkan dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan
bagi masyarakat kampus khususnya mahasiswa dalam melaksanakan kegiatannya di
lingkungan kampus (terutama berkenaan dengan ibadah) sesuai dengan hukum syar’i.

c. Dinamisasi, diartikan sebagai suatu proses untuk mengarahkan dan mengontrol dinamika
nilai-nilai yang ada di kampus. Dinamisasi dakwah di kampus, merupakan realisasi kebulatan
tekad dan kesiapan GAMAIS ITB dalam menyampaikan risalah Islam untuk menjadi
rujukan arah pergerakan di kampus yang berlandaskan nilai-nilai Islam.

47
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

Berdasarkan definisi di atas, SPDK GAMAIS ITB diharapkan mampu untuk menjadi bagian
yang proaktif, dalam mengupayakan ketersampaian nilai-nilai keislaman di lingkungan kampus;
menjaga kondusifitas setiap muslim dalam beribadah di kampus; menjaga dinamika niilai-nilai di
kampus agar tetap pada nilai-nilai syariat islam; serta menjadi pelopor pergerakan berdasarkan
nilai-nilai keislaman di kampus.

4.1.2 Urgensi
Kehadiran SPDK dilatarbelakangi faktor-faktor yang sangat penting yang ada di kampus.
Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kampus adalah tempat yang bebas dan merupakan salah satu sarana yang sangat efektif
untuk penyebaran berbagai ideologi dari banyak kelompok (akibat banyaknya kepentingan)
sehingga peran syiar Islam sangat dibutuhkan untuk menyebarkan pemikiran Islam dan
mengcover “syiar-syiar” dari kelompok lain.
b. Masyarakat kampus yang merupakan tokoh intelektualitas muda bangsa yang nantinya akan
menjadi pemimpin-pemimpin bangsa maka harus disirami dan dibekali dengan nilai-nilai
islam dengan harapan mereka dapat menjadi barikade pendukung dakwah.
c. Syiar Islam akan melindungi mahasiswa,pemikiran dan akhlak mereka dari penyelewengan
sekaligus melawan arus kerusakan di masyarakat.
Mahasiswa memiliki kesempatan besar untuk berinteraksi dengan generasi-generasi di atasnya
seperti para dosen,pejabat universitas dan fakultas, bahkan pemerintahan, sehingga syiar Islam
juga dapat diperluas kepada kalangan tersebut.

4.1.3 Posisi
Posisi SPDK dalam struktur kepengurusan GAMAIS ITB, berada dibawah komando G1
(ketua GAMAIS) dan/atau kesekjenan serta berkoordinasi langsung (posisi sejajar) dengan
bagian eksternal, internal dan annisa.
4.1.4 Potensi
SPDK merupakan salah satu sarana dakwah yang sangat efektif maka keberlangsungan
pelaksanaannya sangatlah penting. Setidaknya SPDK mempunyai beebrapa potensi dalam
mengembangkan dakwah di kampus, diantaranya :
a. Elektabilitas dan kredibilitas SPDK (GAMAIS ITB) dalam melakukan kegiatan syiar sudah
baik. Sehingga penyebaran nilai-nilai islam bisa lebih dimaksimalkan.
48
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

b. Keberterimaan massa kampus cukup terbuka terhadap nilai-nilai islam yang dibawa SPDK
(tidak ada penolakan berarti dari masa kampus), sehingga diharapkan kreatifitas penyampain
informasi dan variasi informasi (penyesuaian sesuai tren) dalam menyampaikan nilai-nilai
islam diperbanyak.

c. Stakeholder SPDK semakin betambah (terutama dari daftar pemateri dan validator informasi
dari pihak ormas Islam terpercaya). Kerja sama dengan Stakeholder bisa dimanfaatkan
sebesar-besarnya untuk kepentingan syiar yang menyeluruh dan masif di kampus.

d. Jumlah SDM SPDK relatif banyak, menejemen SDM yang baik dapat dijadikan motor
penggerak dalam menjalankan syiar secara masif.

e. Koordinasi syiar di wilayah (syiar LDW) dan syiar terpusat (syiar GAMAIS ITB) sudah
terbentuk dan terus meningkat serta kegiatan syiarnya pun sudah saling mendukung.
Koordinasi tersebut secara umum dikontrol oleh bagian kewilayahan melalui tim
koordinator. Selanjutnya, penerapan koordinasi secara khusus syiar wilayah dan syiar
terpusat akan diatur dalam modul syiar (berupa piagam GAMAIS ITB) dan training syiar.

4.1.5 Peran
Sektor Syiar, Pelayanan, dan Dinamisasi Kampus memegang peranan penting karena
merepresentasikan peranan GAMAIS ITB dalam dakwah kampus. Peranan tersebut adalah:
a. Corong Opini
Opini yang berkembang di masyarakat mempengaruhi pola pikir dan pergerakan masyarakat
tersebut. Oleh karena itu krusial bagi sebuah lembaga dakwah untuk menjadi corong opini
yang dipercaya oleh masa kampus dan masyarakat. Dan dalam peran inilah SPDK menjadi
aktor utamanya untuk menjadikan GAMAIS ITB sebagai corong opini.
b. Laboratorium Dakwah
Kejumudan atau stagnansi adalah hal yang tak boleh terjadi dalam dakwah. Dibutuhkan
inovasi-inovasi dan strategi dakwah yang sesuai dengan kondisi objek dakwah yang begitu
dinamis. Dalam hal ini SPDK haruslah menjadi wadah penggodokan ide,
eksekutor,sekaligus evaluator dari ide tersebut.

49
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

c. Unit Kegiatan Mahasiswa


GAMAIS ITB merupakan unit kegiatan mahasiswa yang salah satu perannya adalah sebagai
wadah mahasiswa untuk berkegiatan secara positif dan mengembangkan potensinya sehingga
SPDK sebagai salah satu sektor yang ada di GAMAIS ITB juga harus menjalankan peran ini.
d. Rekrutmen
Salah satu momen penting di kepengurusan GAMAIS ITB adalah momen rekrutmen dan
SPDK dengan syiar dan pelayanannya menjadi garda terdepan untuk mengoptimasi momen
rekrutmen ini.
e. Pencitraan
SPDK merupakan sektor yang bersentuhan langsung dan menjadi perwajahan GAMAIS di
hadapan masa kampus sehingga citra GAMAIS ITB secara keseluruhan dipengaruhi oleh
kinerja dan performa SPDK.
f. Pelayanan
Pelayanan merupakan cara agar dakwah menjadi bermanfaat dan mudah diterima oleh objek
dakwah dan dalam hal ini SPDK merupakan satu-satunya sektor yang memiliki fungsi utama
untuk memberikan pelayanan tersebut terhadap masa kampus.

4.2 Sasaran Strategis Sektor SPDK


Layaknya sebuah proyek, Blueprint GAMAIS ITB juga memiliki poin-poin strategis yang
hendak disasar, terutama untuk bidang Syiar, Pelayananan, dan Dinamisasi Kampus. Keberadaan
sasaran strategis SPDK tidak hanya menjadi papan-target tempat ujung anak panah menancap,
tapi juga sebagai tongkat estafet yang mampu dipindah-tangankan pada generasi selanjutnya,
sehingga sasarannya mengandung tujuan jangka panjang, tidak sebatas masa berlakunya
blueprint ini.

Sasaran Strategis SPDK menggabungkan antara Rumpun Harapan dan Visi-Misi GAMAIS ITB
tahun 2017-2020. Adapun Visi dan Misi GAMAIS ITB, telah dicantumkan pada Bab
sebelumnya (Bab 3). Dalam penyusunan sasaran strategis SPDK, mengambil semua poin yang
ada pada Visi dan Misi GAMAIS ITB. Sementara untuk Rumpun Harapan, hanya mengambil
dua poin penting terkait Syiar dan Pelayanan.

Berikut dua poin penting dalam Rumpun Harapan yang diambil dalam penyusunan Sasaran
Strategis SPDK:
50
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

a. Pelayanan
GAMAIS ITB diharapkan dapat terdepan dalam memberikan pelayanan Keislaman sesuai
kebutuhan masa kampus dan bersifat menyeluruh. Sesuai dengan kebutuhan masa kampus
disini memiliki arti peka dalam setiap kebutuhan. Bersifat menyeluruh adalah tidak melihat latar
belakang, golongan, dan organisasi manapun.

b. Syiar
Kultur dan tradisi GAMAIS ITB pada tahun 2020 dicirikan oleh syiar dapat diterima dengan
baik oleh setiap kelas dan golongan yang ada di masyarakat kampus. Presentasi kultur dan
tradisi lainnya adalah kedekatan personal antara kader GAMAIS dengan target dakwahnya
melalui kegiatan kemahasiswaan yang ada di kampus, sehingga secara halus dapat mewarnai
kegiatan kemahsiswaan dengan nilai - nilai Islam. Selain itu juga presentasi kultur yang dapat
dilihat adalah banyaknya kader GAMAIS yang menjadi simpul massa di kampus dan
memberikan corak keIslaman di simpulnya masing - masing. GAMAIS ITB dapat menjadi
rujukan mahasiswa muslim dalam memperdalam Ilmu Islam dan terpercaya dalam menanggapi
berbagai isu tentang dunia Islam secara Nasional dan Internasional.

51
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

Berikut Sasaran strategis SPDK 2017-2010

Keterangan :
[1] Menyentuh disini menunjukkan kondisi syiar yang sampai dan dapat dirasakan oleh objek
dakwah. Ketersampaian syiar dipersiapkan dan dipantau dengan memperhatikan kriteria
tertentu yang ditentukan oleh masing-masing BPH per tahunnya.
[2] Lapisan disini mencakup dua hal yaitu: zona dan tingkatan. Zona maksudnya seluruh bagian
barat, timur, utara, dan selatan kampus terkena syiarnya GAMAIS ITB. Lalu tingkatan,
maksudnya fakultas dan jurusan, mengingat jurusan adalah tingkatan paling dalam dari objek
dakwah (ini refer to LDF dan LDPS).
[3] Masif disini diartikan sebagai kondisi yang utuh dan kuat. Ditargetkan bahwa multimedia
GAMAIS ITB mampu memberikan layanan yang utuh, tidak setengah-setengah, entah
berupa informasi ataupun layanan dalam bentuk lainnya. Masif juga diartikan kuat, padat,
maksudnya setiap informasi yang dikeluarkan oleh multimedia GAMAIS ITB, memiliki
dasar yang jelas dan bersandar pada sumber terpercaya, sehingga mampu memberikan
pemahaman yang baik pada mahasiswa. Selain itu, dari distribusinya, masif dapat diartikan
sebagai terintegrasinya penyebaran multimedia GAMAIS ITB di setiap pos-pos yang
dimiliki (dari LDP, LDF, dan LDPS).

52
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

[4] Aktual, diartikan sebagai kondisi yang benar-benar terjadi, kejadian sesungguhnya. Informasi
yang keluar dari multimedia GAMAIS ITB tidaklah boleh mengada-ada, harus melewati
proses tabayyun, sehingga mahasiswa mendapatkan informasi yang benar.
[5] Proaktif, maksudnya multimedia GAMAIS ITB bersifat lebih aktif menyediakan informasi
sesuai isu yang sedang beredar di kalangan mahasiswa. Dapat juga dikatakan ‘up to date”,
sehingga dapat menjadi leader opinion bagi mahasiswa di kampus. Melalui targetan proaktif
ini, artinya GAMAIS ITB dituntut ‘melek isu’ sehingga tidak ketinggalan informasi-
informasi penting yang sedang diperbincangkan di kampus.
[6] Informatif artinya bersifat menginformasikan atau menerangkan sesuatu. Maksudnya, selalu
ada informasi baru atau penting yang mahasiswa dapatkan dari multimedia GAMAIS ITB,
sehingga kebermanfaatannya lebih terasa, namun tetap tidak bersifat menggurui.
[7] Kreatif, artinya GAMAIS ITB memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru
atau menghadirkan suatu informasi dalam bentuk yang baru. Sifat kreatif ini dibutuhkan
untuk menarik perhatian massa kampus terhadap informasi yang hendak disampaikan,
sehingga massa kampus memiliki keberminatan atau ketertarikan untuk memanfaatkan
layanan multimedia GAMAIS ITB.

4.3 Key Performance Indikator Sektor SPDK


“Yang terpenting bukanlah seberapa banyak fasilitas yang kita miliki untuk membuat kita berhasil, tapi
yang terpenting adalah seberapa maksimal kita memanfaatkan fasilitas yang kita miliki saat ini untuk
membuat kita berhasil..”

Keberadaan indikator berfungsi sebagai pedoman dalam mengukur atau menilai suatu sasaran
strategis. Lahirnya indikator sasaran strategis, berasal dari proses brainstrorming dan breakdown
tentang hal-hal apa saja, yang dapat dilakukan untuk mencapai sasaran strategis tersebut. Berikut
indikator-indikator dalam mencapai sasaran strategis SPDK.

53
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

Berikut Key Performance Indicator untuk Syiar, Pelayanan, dan Dinamisasi Kampus

4.4 Standard Operating SPDK


ُ ُۢ ِّ‫ٱّللَ َخب‬
١٨ َ‫ير ِّب َما ت َعۡ َملُون‬ ٞ ‫ظ ۡر ن َۡف‬
َّ ْ‫س َّما قَدَّ َم ۡت ِّلغ َٖۖد َوٱتَّقُوا‬
َّ ‫ٱّللَ ِّإ َّن‬ َّ ْ‫َيَٰٓأَيُّ َها ٱلَّذِّينَ َءا َمنُواْ ٱتَّقُوا‬
ُ ‫ٱّللَ َو ۡلت َن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang
memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada
Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al Hasyr : 18)

Dalam menjalankan suatu kegiatan ataupun pergerakan syiar, dibutuhkan tahapan yang jelas dan
juga ciri khas bagi pelakunya. Standard operating SPDK disusun sebagai upaya dalam
membentuk citra GAMAIS IB dalam bersyiar dan juga sebagai pedoman teknis dasar dalam
melakukan setiap kegiatan syiar di dalamnya, terutama oleh SPDK.

4.4.1 Standard Manajemen Kegiatan (Event)


Syiar event merupakan usaha syiar ataupun pelayanan melalui berbagai kegiatan. Kegiatan
ini bersifat eventual (spesifik dilaksanakan pada kesempatan tertentu) dan langsung menyentuh

54
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

masa kampus. Berdasarkan waktu/intensitas pelaksanaannya,kegiatan syiar event terbagi


menjadi dua jenis, yaitu:
a. Insidental, merupakan program syiar event yang diadakan pada waktu/momen tertentu saja.
Contohnya, program syiar ramadhan, PMB (Penyambutan Mahasiswa Baru), Qurban, dsb.
Program yang bersifat insidental ini dapat memanfaatkan momen-momen hari besar (hari
besar Islam maupun nasional) dan dapat pula memanfaatkan momen akademik (Penerimaan
Mahasiswa Baru,UTS,dsb) maupun menciptakan momentum sendiri di luar kesemua momen
yang telah disebutkan sebelumnya.
b. Rutin, adalah program syiar event yang dilaksanakan rutin/berulang dan teratur selama
periode tertentu. Contohnya , Kajian Rutin ITB Fresh Time, Kontak GAMAIS, Kajian Ifthar
Senin-Kamis, Tutorial UTS/UAS, dsb.

Kegiatan syiar maupun pelayanan yang dilakukan merupakan kegiatan yang membutuhkan
alur yang jelas untuk tercapainya tujuan tertentu. Dalam keberjalanannya, manajemen setiap
kegiatan yang baik harus melalui tahap perencanaan (planning); pengorganisasian rencana
(organizing); pengelolaan implementasinya di lapangan (actuating); pengawasan (controlling);
serta pengevaluasian seluruh tahapan yang sudah dilakukan tersebut (evaluating).

a. Perencanaan (Planning)
Planning merupakan proses pemilahan informasi dan pembuatan asumsi-asumsi mengenai
keadaan di masa datang terkait dengan kecenderungan objek dakwah, kebutuhan-kebutuhannya,
dan kemungkinan penyebaran nilai-nilai Islam. Dalam implementasinya, terdapat tiga kegiatan
dasar dalam pelaksanaan suatu perencanaan kegiatan syi’ar sebagai berikut:
55
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

1. Pengumpulan masukan
Pengumpulan masukan di sini lebih ditujukan pada pengumpulan kecenderugan perilaku
objek dakwah, kebutuhannya, serta bentuk-bentuk dakwah yang mungkin mengena untuk
mereka. Selain itu juga penting meminta masukan dari tokoh yang berpengalaman atau
bepengaruh besar pada kegiatan syiar. Metode yang dapat dilakukan diantaranya
wawancara, pengisian kuesioner, menindak lanjuti evaluasi dari suatu kegiatan yang
pernah dilaksanakan sebelumnya (jika ada), dll.
2. Prediksi masa depan
Hasil dari pengumpulan masukan akan diproyeksikan keberjalanannya di masa depan.
Hal ini terkait dengan sifat kampus yang dinamis. Prediksi masa depan ini dapat
dianalisis melalui kemungkinan baik dan buruk yang mungkin saja akan dihadapi. Sifat
yang diharapkan muncul dari tahap ini adalah adanya alternatif solusi dari madalah yang
kemungkinan akan muncul. Metode yang dapat digunakan salah satunya SWOT analisis.
3. Penentuan kegiatan
Penentuan kegiatan ini berkaitan erat dengan penyesuaian antara masing-masing aspek
kegiatan yaitu diantaranya: tujuan kegiatan; urgensi kegiatan; objek syiar yang menjadi
sasaran kegiatan; metode yang dapat digunakan; waktu dan tempat pelaksanaan;
sumberdaya yang dimiliki; serta manfaat kegiatan.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Setelah bentuk kegiatan yang dilakukan jelas dan disepakati bersama, maka langkah berikutnya
adalah melakukan pengrganisasia/pengaturan sumberdaya yang dibutuhkan untuk menjalankan
kegiatan tersebut. Pengorganisasian adalah suatu proses penyesuaian struktur organisasi dengan
tujuan, sumberdaya, dan lingkungannya. Terdapat tiga sumberdaya penting yang perlu
dioprganisasikan sedemikian rupa, yaitu:
1. Sumberdaya Manusia, ialah seluruh pengurus ataupun pihak-pihak yang mungkin
dilibatkan dalam pelaksanaan kegiatan. Usaha-usaha dalam pengorganisasian
sumberdaya manusia diantaranya: pembentukan struktur panitia; pembagian lingkup
kerja (staffing); motivasi dan solidaritas tim (team building).
2. Dana, ialah seluruh kegiatan dalam suatu kepanitiaan terkait aliran dana. Hal ini meliputi:
rencana pengeluaran dan pemasukan; mekanisme pencairan; mekanisme perolehan dana
dari sponsor ataupun donatur; keuntungan kegiatan (yang bukan sebagai fokus
utamanya).
56
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

3. Waktu/timeline/time schedule, merupakan acuan waktu kerja dari panitia. Penyusunan


timeline ini terkait dengan tahapan-tahapan yang sistematis dan runut yang tak bisa
dilewatkan bgitu saja. Di sisi lain juga mempertimbangkan prioritas dan fokus kerja
dalam panitia.

c. Implementasi di Lapangan (Actuating)


Actuating merupakan proses realisasi segala perncanaan yang telah disusun di awal ke dalam
sebuah pergerakan atau kegiatan yang dikomandoi oleh pimpinan dengan proses delegasi kepada
anggotanya. Beberapa aspek penting yang perlu dijaga untuk implementasi di lapangan yang
baik dirangkum dalam P2K4-ON :
1. P2K4, meupakan kependekan dari aspek Potensi, Plan, Komunikasi, Koordinasi,
Konfirmasi, dan Komitmen.
● Potensi : Maksimalkan segala potensi yang ada, baik dari manusianya, sumber dana,
maupun fasilitas yang tersedia.
● Plan : Priotitaskan pelaksanakan rencana di awal. Jangan ragu untuk mengubah
rencana, selama itu direncanakan ke depan.
● Komunikasi : Sampaikan hal-hal yang penting sesegera mungkin.
● Koorinasi : Saling membantu antar bagian di tubuh yang sama (kepanitiaan
misalnya). Lingkup kerja suatu bagian harus bisa mendukung bagian yang lain.
● Konfirmasi : Informasi harus jelas tersampaikan dan diterima dengan baik, untuk
bisavsaling pengertian.
● Komitmen : Jaga amanah yang telah dipercayakan, jangan disia-siakan.

2. ON, mencakup aspek Optimis dan Nasihat.


● Optimis : Bangun terus keyakinan bahwa usaha maksimal itu wajib dilakukan, dan
Insyaa Allah akan berbuah manis. “Be Optimistic!” Rencana Allah yang terbaik,
usaha kita juga harus yang terbaik.
● Nasihat : Budayakan saling nasihat-menasihati antar bagian dalam suatu badan.
Ciptakan suasana kekeluargaan yang saling membangun antar bagiannya.

d. Pengawasan (Controlling)
Pengawasan dan penjagaan dilakukan agar penyimpangan-penyimpangan dari rencana awal
dapat diminimalisir. Tahap pengawasan ini dilakukan dari tahap planning namun lebih
57
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

difokuskan pada tahap controlling. Pengawasan dilakukan sebelum, saat, dan sesudah
pelaksanaan kegiatan.
Tolok ukur yang harus diperhatikan dalam melakukan pengawasan:
1. Standar fisik (physical standard) , yaitu tolok ukur yang memperhatikan tiga hal, yaitu:
● Kualitas hasil produksi
● Kuantitas hasil produksi
● Waktu penyelesaian
2. Standar non fisik (intangible standard), yaitu tolok ukur berupa hal-hal yang dapat
dirasakan namun tak secara langsung dapat dilihat. Dapat berupa perubahan tingkah laku
objek dakwah, respon positif di waktu yang akan datang, peningkatan kapasitas dan
kualitas panitia penyelenggara ataupun kader.

e. Mengevaluasi (Evaluating)
Evaluasi merupakan tahap akhir yang dilakukan dalam mengikuti alur manajemen suatu
kegiatan. Evaluasi digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan kegiatan,pencapaian
sasaran, dan kesesuaian antara rencana dan pelaksanaanya untuk pengembangan program
selanjutnya, serta untuk melakukan perbaikan di masa yang akan mendatang.
Dalam mengevaluasi harus memperhatikan :
1. Poin-poin penting evaluasi
● Ketercapaian tujuan dan sasaran kegiatan
● Capaian pemenuhan kebutuhan objek dakwah
● Sarana kegiatan dan kesesuaiannya
● Setting (waktu & tempat) kegiatan
● Performa panitia
2. Bentuk-bentuk evaluasi
● Lisan, masukan dari pendapat orang lain yang disampaiakan secara langsung (dapat
berupa wawancara atau komentar feed-back)
● Tulisan, melalui form evaluasi tertentu/surat tertulis,. Yang terstruktur dengan
penyusnan laporan pertanggung jawaban (LPJ) kegiatan.
3. Pihak yang mengevaluasi
● Pengawas : Tim SPDK ataupun Tim SC
● Peserta, Panitia
● Pihak lain yang terkait (apabila perlu)
58
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

4.4.2 Manajemen Isu (Konten dan Kajian)


Agar konten syiar yang dibawa dapat tersampaikan dengan baik, tidak cukup hanya
penampilan/pengemasan yang menarik, kita juga memerlukan konten yang berkualitas. Konten
yang berkualitas ini dapat muncul dari pemahaman yang baik dari kita sebagai agen syiar (da’i)
dan pemahaman ini dapat muncul dari sebuah diskusi atau kajian. Secara garis besar dalam
mempersiapkan konten yang baik terdapat dua aspek manajemen isu, yaitu :
a. Mengkaji Isu
Terdapat 3 jenis isu yang harus disiapkan dalam setiap kepengurusan:
1. Isu Strategis
Isu strategis adalah jenis isu dengan konteks yang luas yang disesuaikan dengan kondisi
Islam di dunia secara keseluruhan. Secara umum, prinsipnya, isu tersebut memiliki
keterhubugan dengan salah satu atau beberapa isu insidental atau isu wajib yang akan
digarap dan mampu memberikan gambaran mengenai kondisi keislaman di dunia secara
umum.
Contoh :
● Isu Perang Proksi
● Isu Akhir Zaman
● Isu Perang Dunia Ketiga
● Isu Perang Pemikiran
● Isu Islam Rahmatan lil Alamin

2. Isu Wajib
Isu wajib adalah jenis isu yang berkaitan dengan Aqidah, Ahlaq, Al-Qur’an, Sunnah dan
juga pokok-pokok keislaman secara umum.
Contoh:
● Isu tentang mendekati zina: larangan berduaan atau bercampur baur dengan lawan
jenis.
● Isu tentang keikhlasan dalam setiap tindakan.
● Isu tentang shalat.
● Isu tentang prioritas seorang muslim.
● Isu tentang rukun iman dan rukun islam.
3. Isu Insidental

59
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

Isu insidental adalah jenis isu yang muncul dari dalam kalangan Kampus ITB atau dari
luar kampus ITB yang tidak diarahkan dan muncul secara tiba-tiba, namun, bisa
dikaitkan dengan konteks keislaman.
Contoh isu yang berasal dari kalangan dalam kampus ITB (ITB, GAMAIS ITB, Mesjid
Salman ITB, Keluarga Mahasiswa ITB, dan lain-lain) :
● Isu UTS
● Isu UAS
● Isu Ospek Jurusan
● Isu Mentoring ITB
● Isu Hari Raya di ITB
● Isu tentang Golongan islam ITB
● Isu LGBT di ITB
● Isu tentang kelompok-kelompok Islam di ITB.
Contoh isu yang berasal dari luar kampus :
● Isu LGBT.
● Isu Penyerangan Aleppo.
● Isu Palestina.
● Isu Penistaan Al-Qur’an.
Kemudian hasil kajian tersebut nantinya akan menjadi konten yang disampaikan oleh tim
media,selain itu hasil kajian tersebut juga digunakan untuk mencerdaskan kader GAMAIS.
Salah satu yang harus digarisbawahi dalam penyebaran isu ini adalah :
1. Niat dalam menyebarkan isu adalah untuk meluruskan isu tersebut untuk lebih dekat
kepada kebenaran. Hal ini bisa dilakukan dengan meluruskan isu tersebut dalam konteks
Al-Qur’an dan Sunnah dengan pendekatan Manhaj (metode) Ahlussunah wal Jama’ah.
Tidak dibenarkan lebih mengutamakan atau lebih memprioritaskan ra’yu (pandangang
atau perspektif), opini, rasionalitas, dibandingkan Al-Qur’an dan Sunnah dalam
melakukan pelurusan Isu.
2. GAMAIS ITB dilarang mengeluarkan isu untuk meraih popularitas.
3. Perlu adanya studi untuk memastikan kebenaran atau sumber dari Isu yang ingin
disebarkan (Tabayyun).
4. Diperlukan Studi untuk konten-konten isu yang akan dikeluarkan dengan orang yang
ahli (dalam ilmu dan pemahaman Islam) dan hanif (lurus dalam berislam) tidak diisukan
berada di dalam golongan tertentu atau mempunyai pendekatan liberal.
60
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

b. Melakukan suatu pergerakan yang merupakan tindak lanjut dari kajian tersebut
Opini yang kita bawa seharusnya selain dapat membentuk suatu pola pikir di masyarakat
juga harus mampu membentuk sebuah pergerakan dan perubahan secara nyata di
masyarakat. Sebuah rekayasa sosial. Dalam hal ini departemen ini memiliki fungsi
melakukan sebuah tindak lanjut dari kajian yang telah dilakukan. Tindak lanjut dihasilkan
dari upaya untuk mendukung/mencegah kesimpulan isu yang kemudian dijadikan landasan
dalam membuat tujuan-tujuan isu. Tindak lanjut tersebut bisa dengan berbagai macam cara
tergantung kebutuhan dari hasil kajian tersebut.
Tindak lanjut tersebut dapat berupa:
1. Melakukan tindak nyata untuk mencegah/mendukung kesimpulan isu dengan
menjadikan anggota GAMAIS ITB sebagai agen yang akan melaksanakan tindakan
tersebut.
2. Melakukan advokasi pada lembaga terkait untuk bekerja sama melakukan tindakan yang
perlu dilakukan untuk mencegah/mendukung kesimpulan isu.
3. Membuat kerjasama dengan kelompok-kelompok islam yang berafiliasi/memiliki
pemahaman yang sama tentang islam dengan GAMAIS ITB untuk melakukan tindakan
yang perlu dilakukan untuk mencegah/mendukung kesimpulan isu.
4. Melakukan penggalangan dana (jika dibutuhkan).
5. Membuat rencana aksi jangka panjang untuk mencegah/mendukung kesimpulan isu
dengan melibatkan seluruh/sebagian lini GAMAIS ITB.
Secara umum alur tahapan dalam mengelola isu dibagi menjadi tiga tahapan :

61
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

Contoh isu strategis, isu wajib, isu insidental bisa merujuk pada contoh yang ada diatas. Namun,
perlu catatan, diperlukan argument pendukung alasan isu tersebut dipilih.

Untuk dapat menjalankan kedua aspek utama tersebut, terdapat beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam proses prduksi opini GAMAIS ITB

a. Mengkaji pemahaman Islamic Point of View


1. Terdapat beberapa isu yang sudah ditentukan/yang belum ditentukan tapi diangkat
2. Isu tersebut kemudian dikaji dalam berbagai sudut pandang islam (dengan berbagai
landasan dalil)
3. Isu tersebut dikaji dengan konteks kondisi Islam dalam kampus untuk diambil
beberapa sudut pandang baru.
4. Isu tersebut dikaji dengan pendekatan pola pikir objek dakwah.
5. Diambil beberapa kesimpulan yang pada akhirnya menjadi hasil kajian.

b. Pola pikir objek Dakwah


Berdasarkan hasil penelaahan (hasil penelitian oleh litbang) diketahui beberapa
kecendrungan pola pikir objek dakwah yang dibagi menjadi beberapa bagian:
1. Kecenderungan untuk mengikuti tabiin dan ulama salaf
Mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dalam beberapa pokok, tidak melakukan bid’ah,
namun bermahzab pada satu kecendrungan tertentu yaitu mahzab imam syafi’I
(kecendrungan yang ada di Indonesia).
2. Kecenderungan untuk mengikuti islam yang moderat
Mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah dalam beberapa pokok, tidak melakukan bid’ah,
namun tidak terlihat bermahzab pada satu kecendrungan tertentu.
3. Kecenderungan untuk mengikuti islam liberal
Tidak terlalu mengikuti Al-Qur’an dan Sunnah (mengikuti namun pendekatannya tidak
mengikuti standar penelaahan sahabat, thabiin dan ulama salaf, cenderung mengikuti
ra’yu (opini) cenderung untuk meninggikan pemuka agama yang mendukung pola
penelaahan seperti mereka. Mudah melakukan bid’ah-bid’ah dan juga khufarat-khufarat.
4. Kecenderungan untuk mengikuti arus masa dan acuh
Tidak terlalu paham islam hanya sekedar memandang islam sebagai agama saja bukan
sebagai acuan dalam bertindak dan berpikir. Tidak terlalu ambil pusing dengan dunia
Islam dan cenderung acuh.

62
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

5. Kecenderungan untuk menentang pemikiran Islam


Terdapat dua bentuk pola pikir seperti ini, sudah paham menentang dan belum paham
menentang.

c. Strategi penyampaian (pemilihan metoda)


Landasannya : Menasehati dalam Kebenaran.
Strategi penyampaian dalam dibagi berdasarkan pola pikir :
1. Kecendrungan untuk mengikuti tabiin dan ulama salaf
Kuatkan dalam metodologi penelaahan dalil (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dalam
pokok bahasan. Lampirkan pembahasan para ulama salaf mengenai pokok bahasan
yang sama (kalau ada pembahasannya).Penyampaian diusahakan lewat kajian dengan
jadwal rutin. Bekerja sama dengan ulama yang sudah memiliki sertifikasi dalam
bidang pemahaman islam dari universitas-universitas Islam terkemuka di Luar Negeri
atau di dalam Negeri (Untuk Branding) dan Orang-orang yang memiliki pola pikir
yang sama namun mau berafiliasi untuk menyampaikan informasi dari GAMAIS
(Untuk Branding).
2. Kecendrungan untuk mengikuti islam yang moderat, liberal, acuh dan menentang
islam
Kuatkan dalam metodologi penelaahan dalil (Al-Qur’an dan As-Sunnah) dalam
pokok bahasan. Dan langsung pembahasan digunakan untuk membangun pemantapan
dalam soal pembahasan pokok mengenai aqidah, ahlaq atau fiqih. Penyampaian dapat
menggunakan jaringan media sosial yang luas menggunakan simpul masa yang
memiliki pola pikir demikian.Bekerjasama dengan orang-orang yang sukses dalam
karier maupun pendidikan yang memiliki pemahaman Agama yang Kuat (Memahami
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang cenderung moderat), Para stakeholder Kampus yang
memiliki pemahaman Agama yang Kuat (Memahamu Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang cenderung moderat), dan Ustadz-ustadz terkenal yang pemahaman Agamanya
mumpuni (Memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah yang cenderung moderat)

63
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

4.4.3 Manajemen Multimedia


َ ‫س ُن ِّإ َّن َرب ََّك ُه َو أ َ ۡعلَ ُم ِّب َمن‬
َ ‫ي أ َ ۡح‬ ۡ ٖۖ َ ‫ظ ِّة ۡٱل َح‬
َ ‫س ِّبي ِّل َر ِّب َك ِّب ۡٱل ِّح ۡك َم ِّة َو ۡٱل َم ۡو ِّع‬
‫ض َّل‬ َ ‫س َن ِّة َو َجدِّل ُهم ِّبٱلَّتِّي ِّه‬ َ ‫ع ِّإلَى‬
ُ ‫ۡٱد‬
١٢٥ َ‫سبِّي ِّل ِّهۦ َو ُه َو أ َ ۡعلَ ُم بِّ ۡٱل ُمهۡ تَدِّين‬
َ ‫عن‬ َ
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan
bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih
mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk.” Q.S An Nahl :125

Media dewasa ini tidak hanya berperan sebagai alat penyampai informasi saja, lebih dari itu
media telah menjadi pembentuk karakter masyarakat dan bahkan telah turut membentuk norma
dan nilai. Pernyataan ini tidak berlebihan karena kita lihat saat ini manusia tidak bisa terlepas
dari media dan sering kali baik dan buruk penilaian sesorang akan sesuatu juga terpengaruhi
informasi yang ia dapat dari media. Contohnya, jika ditanya merk mobil apa yang paling baik
mungkin orang akan menyebutkan merk BMW. Padahal ia belum tentu pernah merasakan
sendiri bagaimana berkendara dengan BMW. Namun karena media sering mengiklankannya
masyarakat jadi terpengaruh. Begitupula dengan fenomena kenakalan remaja seperti pacaran,
free sex, narkoba, hedonisme, dsb. Mungkin hal-hal tersebut dahulu dianggap tak patut, namun
kini masyarakat mulai menganggapnya wajar hal ini juga tak lain karena peranan media yang
sering mengeksposnya melalui media-media mainstream ataupun gaya hidup selebritis.

Oleh karena itu, GAMAIS ITB harus memiliki peran penting dalam permediaan, bagaimana agar
tidak hanya sekedar mewarnai masa kampus dengan informasi yang diberikan tapi juga
menjadikan GAMAIS ITB menjadi leader opinion atau corong opini dengan nilai-nilai islamnya
sehingga pada akhirnya terbentuk karakter dan pola pikir islami pada masa kampus.

Makna leader opinion di sini adalah ketika opini yang kita keluarkan dapat dipercaya, menjadi
rujukan, trendsetter, diikuti oleh masa kampus, serta pada akhirnya membimbing mereka ke arah
yang lebih baik. Hal ini tentu demikian menantang karena menuntut kerja keras dan melibatkan
banyak perang pemikiran dengan kepentingan yang lain.

Tidak ada benchmark tertentu yang dapat kita jadikan rujukan utama agar dapat menjadi leader
opinion. Karena peran leader opinion tidaklah tersemat secara abadi pada suatu entitas ataupun
lembaga. Leader opinion dipergilirkan pada setiap momen dan mereka yang menjadi leader
64
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

opinion biasanya memiliki karakter utama yaitu “istiqomah dalam mengeluarkan dan
menanggapi isu”. Kebenaran sebuah opini yang dikeluarkan terkadang malah menjadi bias dan
tidak penting, asalkan opini tersebut kontinu disuarakan dan direpetisi maka lambat laun orang
akan percaya dan menganggapnya benar. Maka kita, yang membawa opini islam yang sudah
pasti benar dan sempurna, tak boleh kalah dalam berusaha menjadi leader opinion tersebut.

Dengan mengacu pada Sasaran Strategis SPDK 2017 – 2020 (poin 4.2) tujuan utama permediaan
di GAMAIS ITB adalah mewujudkan sistem multimedia GAMAIS ITB yang masif, aktual,
proaktif, informatif, dan kreatif. Kelima aspek inilah yang harus dijadikan parameter
keberhasilan dalam manajemen permediaan GAMAIS ITB. Tahapan-tahapan dalam manajemen
yang dapat dilakukan dapat mengadopsi konsep POACE (Planning, Organizing, Actuating,
Controlling, Evaluating) seperti yang telah disebutkan dalam Standard Manajemen Kegiatan
(poin 4.4.1), namun dalam konteks permediaan.

a. Planning
Tahapan perencanaan merupakan tahapan paling krusial, karena gagal merencanakan berarti
merencanakan kegagalan. Sebagai panduan, konsep 5W + 1H (who, what, why, how, where,
when) dapat digunakan dalam merencanakan permediaan yang baik. Konsep ini tidak hanya
rumusan pertanyaan saja, tetapi juga sebaiknya ditentukan jawabannya.
1. Who
Pertanyaan who (siapa) terkait dengan pihak-pihak yang akan terlibat di permediaan.
Setidaknya terdapat dua pihak yang akan terlibat, subjek – dalam hal ini GAMAIS ITB –
dan objek. Objek inilah yang perlu dikaji lebih dalam melalui beberapa pertanyaan. misal:
● Q: Siapa aja sih objek dakwah GAMAIS ITB?
● A: Mahasiswa muslim S1 se-ITB
● Q: Siapa aja sih mahasiswa muslim S1 se-ITB?
● A: Mahasiswa tingkat satu, tingkat dua, dst.
● Q: Siapa aja sih mahasiswa tingkat satu? Seperti apa sih, mereka?
● A: Mahasiswa TPB, baru lulus SMA, baru datang dari daerah, dsb.
● Q: Siapa aja mahasiswa tingkat dua? Seperti apa sih, mereka?
● A: Mahasiswa yang baru masuk jurusan, siap-siap mau di-osjur, dsb.
● dst.

65
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

Semakin mendalam suatu pertanyaan tentunya akan semakin memperjelas target pasar
GAMAIS ITB.

2. What
Pertanyaan what (apa) dapat memperjelas seperti apakah objek dakwah GAMAIS ITB yang
telah dirumuskan pada bagian who sebelumnya, misal:
● Mahasiswa ITB suka baca apa sih?
● Mahasiswa ITB suka dengerin lagu apa sih?
● Mahasiswa ITB butuh informasi seperti apa sih?
● Mahasiswa ITB butuh wawasan keislaman yang seperti apa sih?
● dst.

3. Why
Pertanyaan why (mengapa) merupakan penguat pertanyaan-pertanyaan what. Bagian inilah
yang merupakan “ruh” dari proses planning.
● Kenapa mereka suka baca X?
● Kenapa mereka butuh informasi Y?
● dst.
Output dari tiga pertanyaan merupakan “peta” objek dakwah GAMAIS ITB. Siapa saja
mereka, apa saja yang mereka sukai, siapa saja yang dapat menjadi partner kita, siapa saja
yang dapat menjadi “ancaman” kita, dst.

4. How ( + Where & When)


Setelah melewati tiga pertanyaan di atas, selanjutnya adalah how (bagaimana) yang akan
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam menjalankan permediaan. Dalam hal
ini, setidaknya terdapat dua cara: online dan offline. Kedua cara ini tentunya memiliki
kelebihan dan kekurangan, misalkan media online bersifat cepat dan praktis, namun harus
dipastikan keterbaruannya setiap saat, sedangkan media offline bersifat mudah dikontrol,
namun harus memakan banyak biaya, waktu dan tenaga. Untuk itulah kedua media ini harus
digunakan saling melengkapi, serta disesuaikan dengan kebutuhan. Selain cara, tentunya
tahap how ini tidak terlepas dengan where (di mana) dan when (kapan), sebagai
penyempurna. Sebagai gambaran, berikut beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan:

66
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

Online Offline
Bentuk Tulisan, grafis, audio-visual, dll. Leaflet, poster, baliho, spanduk,
penyampaian stiker, pembatas buku, dll
(How)
Platform yang Website, social media (Facebook, Mading, megatron, instalasi 3D,
digunakan Twitter, Instagram, dsb.), messenger dll.
(Where) (LINE, WhatsApp, Telegram, dsb.),
YouTube channel, dll.
Momen-momen ● Jangka pendek: Awal tahun ajaran baru, ospek,
penting (When) Waktu-waktu shalat, jam pergantian pekan ujian, hari-hari besar
kelas, jam makan siang, prime time, dsb. Islam (Ramadhan, Hari Raya
● Jangka panjang: ‘Id, dsb), hari-hari besar
Awal tahun ajaran baru, ospek, pekan nasional (HUT RI, Hari
ujian, hari-hari besar Islam (Ramadhan, Pendidikan, Hari Pahlawan,
Hari Raya ‘Id, dsb), hari-hari besar dsb), momen “ramai” lainnya
nasional (HUT RI, Hari Pendidikan, Hari (Pemilu, Valentine Day, dll)
Pahlawan, dsb), momen “ramai” lainnya
(Pemilu, Valentine Day, dll)

b. Organizing
Setelah melukan prosesn planning, langkah selanjutnya adalah mengorganisasi peran-peran
dalam permediaan, bagaimana perannya dan apa saja kebutuhannya. Setidaknya terdapat tiga
peran yang diperlukan:
1. Content Conceptor
Peran ini disebut juga dengan istilah think-tank. Orang-orang yang berperan di sini
harus memikirkan, memilah-milih, lalu menentukan isu dan konten apa yang akan
disampaikan ke massa kampus. Peran ini sebaiknya diisi oleh orang-orang yang paham
akan gambaran besar syiar GAMAIS ITB, karena di sinilah “otak”-nya permediaan.
2. Content Creator
Peran ini harus diisi dengan orang-orang yang mengerti tentang branding/advertising.
Tugas mereka adalah mengemas bagaimana konten tersebut terlihat menarik, dapat
diterima oleh orang banyak. Sebagai gambaran, peran ini nantinya akan diisi oleh

67
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

orang-orang yang ahli dalam desain grafis, mahir fotografi/videografi, jago membuat
tulisan, dsb.
3. Content Publisher
Peran ini merupakan eksekutor terakhir dalam permediaan. Merekalah yang akan
memublikasikan konten yang sudah dikemas kepada massa kampus. Dalam media
online, peran ini dikenal dengan sebutan admin. Seorang admin tugasnya tidak hanya
sekali mem-post sesuatu kemudian perkerjaan dianggap selesai, tetapi ia harus
memastikan media GAMAIS ITB “keep updated” setiap saat; sudah mem-post apa
sajakah, bagaimana tanggapan audiens, berapa banyak like, berapa banyak share, siapa
saja yang follow, siapa saja yang unfollow, dll. Begitu pula media offline, konten kita
telah tersebar ke mana saja, seberapa sering dilihat oleh massa kampus, dll.

Tambahan:
● Jika dalam keberjalanannya, GAMAIS ITB merasa perlu adanya kerjasama dengan pihak
luar yang akan membantu menjalankan permediaan, tentu hal itu sangat dibolehkan.
Misalnya, GAMAIS ITB ingin memasang publikasi acara di Ganeca Pos, maka
diperlukan kerjasama dengan Unit Pers Mahasiswa atau GAMAIS ITB ingin membuat
video dakwah yang menarik untuk ditampilkan di YouTube, maka dibolehkan untuk
melakukan kerjasama dengan LFM, dan sebagainya.
● Selain itu, satu hal yang mungkin sering terlupakan dan harus menjadi perhatian
permediaan adalah masalah dana. Untuk media online sekalipun, sangat dibolehkan
untuk menganggarkan biaya, jika suatu proyek dirasa memerlukan dana dengan jumlah
tertentu. Misalnya, untuk menjadi admin Official Account LINE, diperlukan paket data
agar dapat stand by selama 24 jam untuk melayani pertanyaan yang masuk, maka
dibolehkan untuk menganggarkan biaya pulsa.

c. Actuating + Controlling
Tahapan ini merupakan proses pelaksanaan program setelah pembagian peran dilakukan,
sekaligus pengawasan terhadap keberjalanan program. Kurang lebih, proses ini serupa dengan
yang telah diulas pada Standard Manajemen Kegiatan (nomor 4.4.1, poin d). Sebagai tambahan,
dalam menjalankan tugas-tugas permediaan, diharapkan setidaknya terdapat satu orang
penanggungjawab (PIC; People in Charge) untuk setiap program. PIC ini yang nantinya akan
68
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

membantu kepala departemen untuk menjalankan dan mengawasi permediaan GAMAIS. Selain
itu, karena permediaan memiliki tempo kerja yang relatif cepat, diharapkan pengawasan
dilakukan sesering mungkin.

d. Evaluating
Tahapan terakhir inilah yang menjadi penyempurna tahapan-tahapan sebelumnya. Sebagaimana
ucapan ‘Umar bin Khaththab ra., “Hisablah dirimu sebelum dirimu dihisab”, proses evaluasi
harus diadakan untuk menilai seberapa jauh progres yang kita lakukan untuk mewujudkan sistem
multimedia GAMAIS ITB dengan lima aspek yang telah disebutkan di awal:
● Sudah seberapa masifkah?
● Sudah seberapa aktualkah?
● Sudah seberapa proaktifkah?
● Sudah seberapa informatifkah?
● Sudah seberapa kreatif kah?

Tentukan penilaian lima aspek tersebut baik secara kuantitaif maupun kualitatif. Tentukan hal-
hal apa saja yang telah dicapai dan belum tercapai. Paparkan kendala apa saja yang ditemui dan
bagaimana solusinya. Lakukan evaluasi pekanan, bulanan, tengah dan akhir semester.

Jika memungkinkan, munculkan ide-ide baru atau inovasi di setiap akhir evaluasi untuk
mengembangkan permediaan GAMAIS ITB di periode-periode selanjutnya. Khususnya di setiap
akhir kepengurusan, pastikan transfer ilmu tersampaikan dengan baik kepada para penerus.

Di atas itu semua, jangan lupa untuk selalu mengevaluasi kondisi ruhiyah dari setiap orang di
permediaan ini. Dunia media dapat dikatakan salah satu “medan perang” umat Islam di zaman
ini, maka sudah sewajarnya, “pasukan-pasukan” media GAMAIS ITB juga harus kuat dalam sisi
ruhiyah-nya.

69
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

Alur Manajemen multimedia GAMAIS ITB

4.4.4 Supporting
a. Manajemen Kepanitiaan
Kepanitiaan merupakan bagian penting dari pelaksanaan suatu kegiatan. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam manajemen kepanitiaan antara lain sebagai berikut:
1. Tujuan, kegiatan yang diadakan harus mempunyai tujuan yang jelas. Bentuk dan konsep
acara harus sesuai dengan tujuan.
2. Momen, kegiatan yang diadakan dapat memanfaatkan momen yang tepat, sehingga pesan
yang akan disampaikan dapat diterima dengan lebih baik. Terkadang dapat juga
dilakukan penciptaan momen jika diperlukan.
3. Kondisi dan kebutuhan kampus, pengangkatan tema yang tepat dengan kebutuhan
kampus dapat mempengaruhi keberhasilan dan pencapaian sasaran dari sebuah kegiatan.

70
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

4. Waktu, pengaturan waktu harus direncanakan dengan baik (diantaranya waktu yang
cukup untuk persiapan matang, memanfaatkan waktu-waktu dimana mahasiswa lebih
berpeluang untuk berpartisipasi, dsb.)
5. Sumberdaya manusia, orang-orang yang terlibat dalam kepanitiaan berasal dari pengurus
ataupun rekrutmen terbuka. Dalam hal ini pembagian tugas harus jelas dan merata. Peran
penanggungjawab diberikan kepada orang yang amanah dengan memperhatikan pula
amanah-amanah lain yang mungkin tengah diembannya.
6. Pendampingan dan penjagaan (Steering Cometee), dibentuk untuk menjaga segala proses
yang dilaksanakan tidak menyimpang dari tujuan kegiatan. Dapat berupa kelompok kerja
dengan fungsi kontrol sebagai tugas utamanya. Selain itu pula sebagai penjaga semangat
dan ruhiyah panitia agar dapat memperoleh manfaat dari suatu kepanitiaan dengan
maksimal. Anggota steering cometee ditentukan sebelum atau saat tahapan perencanaan
kegiatan, berisikan orang-orang terpercaya (mempunyai pengalaman dan amanah) yang
dapat menjaga nilai-nilai yang dianggap penting kegiatan tersebut.
7. Jaringan keluar atau pelibatan lembaga lain, merupakan salah satu bentuk mendekatan ke
objek dakwah. Selain itu keterlibatan dari suatu instansi juga menjadi salah satu daya
tarik dari suatu kegiatan.
8. Dana, meliputi alokasi dana, sumber dana, pertanggungjawaban terhadap donator atau
sponsor.
9. Publikasi (konsep marketing), usaha untuk dapat menjual produk dan menarik objek
sebanyak-banyaknya.
10. Evaluasi dan follow up. Kegiatan yang diadakan harus mempunyai tindak lanjut untuk
perkembangan dakwah yang lebih baik ke depan.

Kepanitiaan tidak selalu hanya dibentuk untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat eventual.
Pembentukan panitia dilakukan sesuai dengan kebutuhan dari setiap kegiatan yang melibatkan
manusia di dalamnya (misalnya pembentukan kepanitiaan redaksi dalam buletin media
keislaman, ataupun tim admnistrator akun resmi).

b. Desain Publikasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam masalah desain publikasi adalah sebagai berikut:
1. Desain yang dibuat hendaknya kreatif dan inovatif. Usahakan desain yang dipilih mampu
memunculkan sebuah ikon baru sebagai asosiasi antara kegiatan yang akan
71
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

diselenggarakan dengan tema dan tujuannya. Dengan asosiasi ini public akan mudah
teringatkan setiap kali melihat bentuk-bentuk publikasi kegiatan tersebut.
2. Disesuaikan dengan karakter kegiatan yang kita lakukan dan karakter objek kegiatan kita.
3. Hal yang berkaitan dengan pencitraan: warna, ukuran, desain gambar & tulisan,
informasi, gaya penyampaian, waktu dan lama tayang.

4.5 Syiar Wilayah


GAMAIS ITB memiliki perpanjangan tangan dakwah di dalam kampus berupa Lembaga
Dakwah Wilayah (LDW), yang terdiri dari Lembaga Dakwah Fakultas (LDF) dan Lembaga
Dakwah Program Studi (LDPS). Kedudukan GAMAIS ITB terhadap GAMAIS Wilayah itu
sendiri, maupun sebaliknya, diatur di bagian Kewilayahan, tidak dibahas pada subbab ini.

Subbab ini, lebih menekankan pada hubungan dan koordinasi GAMAIS Pusat dengan Wilayah
terkait Syiar-nya. Tujuan utamanya adalah untuk mengawasi, memberi inputan, dan
mendampingi GAMAIS Wilayah dalam menjalankan syiar di wilayah masing-masing, sesuai
visi-misi maupun objektif per tahun GAMAIS Pusat. Dengan demikian perjalanan GAMAIS
Pusat dan Wilayah dapat beriringan, serasi, bersinergi, dan seiya sekata dalam dakwah kampus.

Adapun yang ditargetkan seiya sekata disini adalah tentang tujuan dakwah itu sendiri, isu yang
diangkat, dan agenda-agenda yang dijalankan. Namun tentang bagaimana di lapangan, konsep
yang dipakai, cara yang dipilih, diserahkan sepenuhnya pada wilayah masing-masing, agar
kreatifitas mereka tidak dibatasi. Maka penting bagi GAMAIS Pusat menyediakan wadah bagi
wilayah, untuk saling sharing dan memberi masukan kepada sesama pejuang wilayah, sehingga
wilayah mendapat motivasi dan gambaran pelaksanaan agenda syiar/pelayanan di wilayah lain
seperti apa.

Bentukan wadah bagi wilayah tersebut, disesuaikan dengan kreatifitas Badan Pengurus Harian
GAMAIS Pusat. Apakah akan berupa forum khusus yang terdiri dari perwakilan syiar pusat dan
wilayah, berupa LO syiar yang dibuat khusus untuk masing-masing LDW (minimal untuk LDF,
kalau SDMnya cukup bisa untuk LDPS), atau bentukan lainnya yang mengakomodasi fungsi
penghubung syiar antara pusat dan wilayah.

72
BLUEPRINT GAMAIS ITB 2017 – 2020 |
BAB IV SYIAR, PELAYANAN DAN DINAMISASI KAMPUS

Melalui keberadaan penghubung syiar tersebut, setidaknya ada empat hal yang dapat GAMAIS
Pusat dukung/bantu untuk LDW, yaitu:
1. Link Pembicara dan Rekomendasi Materi, untuk meminimalkan kebingunan dari LDW
ketika ingin mengadakan kajian/ifhtar/seminar, atau bentukan agenda syiar apapun.
GAMAIS Pusat mendukung LDW dengan informasi daftar pembicara dan pilihan materi
yang direkomendasikan oleh pusat, sehingga selain memudahkan LDW, sebagai bentuk
pengawasan dari pusat terhadap konten syiar di wilayah, barangkali ada beberapa materi
dan pembicara yang tidak disarankan oleh GAMAIS Pusat, dengan alasan yang syar’i
tentunya.
2. SDM, untuk mempersiapkan atau menjalankan syiar wilayah: kondisi ini bisa saja terjadi
untuk LDW yang krisis SDM, sehingga kurangnya SDM menjadi hambatan terlaksananya
syiar di wilayah tersebut.
3. Dana, untuk biaya konsumsi atau pembicara atau kebutuhan lain yang umumnya
diperlukan dalam pelaksanaan agenda syiar wilayah. GAMAIS Pusat bisa jadi memang
tidak mampu membantu seluruh keperluan dana di wilayah, namun seminimalnya ada dana
dari Pusat kepada wilayah yang benar-benar membutuhkan bantuan tersebut, yang karena
tidak ada dana itu, syiar di wilayah tidak dapat dijalankan. Ada baiknya GAMAIS Pusat
juga memberikan modal/arah link kepada wilayah tersebut, untuk berusaha mandiri
mencari dana bagi wilayah. Entah lewat alumni, atau agenda danus, atau sponsorship, atau
bentukan lainnya.
4. Logistik, karena kadang-kadang LDW membutuhkan perlengkapan yang ternyata
GAMAIS Pusat memilikinya, sehingga tidak perlu membeli baru. Entah diberikan atau
dipinjamkan, sesuai kesepakatan di lapangan (karena bergantung pada perlengkapannya).

Peran tersebut akan maksimal bila yang menjalankan adalah tim Syiar GAMAIS, karena yang
paling mengetahui arah gerak syiar akan dibawa kemana. Namun, perlu juga diperhatikan bahwa
dalam AD/ART GAMAIS ITB, disebutkan bahwa hubungan wilayah kepada pusat harus
melewati satu pintu jalur koordinasi. Hal itu untuk meminimalkan dualisme arahan yang bisa
saja terjadi dalam suatu kepengurusan. Maka dalam kasus ini, untuk tetap berada dalam koridor
AD/ART GAMAIS ITB, perlu ada tim dari Kewilayahan Pusat GAMAIS yang menemani atau
mengawasi keberjalanan fungsi penghubung syiar antara tim Syiar GAMAIS Pusat dan tim dari
masing-masing LDW. Artinya, Kewilayahan harus tetap terlibat dalam wadah tersebut,
sekalipun yang menjalankan fungsi keseluruhan terkait syiar adalah dari tim syiar.
73

Anda mungkin juga menyukai