Anda di halaman 1dari 29

GRAND DESIGN MASA BIMBINGAN HIMPUNAN MAHASISWA REKAYASA

KEHUTANAN ‘SELVA’ ITB

SEBUAH PANDUAN MENANAM DAN MENUMBUHKAN ‘BENIH’

HIMPUNAN MAHASISWA REKAYASA KEHUTANAN ‘SELVA’


INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
(HMH ‘SELVA’ ITB)
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1 Urgensi Mabim sebagai wadah kaderisasi
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 19 ayat 1 dan berdasarkan pendapat
Moh. Hatta, Perguruan Tinggi memiliki tiga tujuan, yaitu: (1) Memiliki keinsafan
tanggung jawab atas kesejahteraan masyarakat, (2) Cakap dan mandiri dalam
memeilihara dan memajukan ilmu pengetahuan dan (3) Cakap memangku jabatan atau
perkejaan dalam masyarakat. Dengan berlandaskan ketiga tujuan tersebut, maka inti
tujuan dari Perguruan Tinggi adalah membentuk insan akademis yang selalu
mengembangkan diri dan tanggap terhadap tantangan zaman serta menjunjung tinggi
kebenaran ilmiah. Oleh karena itu, Mahasiswa tidak hanya membutuhkan kegiatan
akademik, namun juga kegiatan yang dapat melatih hal-hal lain seperti softsklii,
hardskill, lifeskill serta kegiatan penanaman nilai dan pembentukan karakter.
Kaderisasi berasal dari kata Kader dimana berdasarkan KBBI dapat diartikan
sebagai orang yang diharapkan akan memegang peran yang penting dalam pemerintahan,
partai, dan sebagainya. Maka dapat disimpulkan bahwa kaderisasi merupakan suatu
proses pendidikan dimana terdapat penanaman ilmu dan nilai untuk membentuk seorang
kader yang selalu siap mengembangkan diri dan berperan dalam berbagai kondisi.
Berangkat dari pertanyaan “kenapa kaderisasi itu ada?” maka perlu diketahui bahwa
suatu kelompok atau organisasi akan selalu mengalami periodisasi, oleh karena itu
dibutuhkan metode untuk menjaga keberlangsungan dan kualitas kelompok atau
organisasi tersebut. Bagaimana caranya? yaitu melalui proses pendidikan yang dapat
menjawab kebutuhan, menanamkan nilai, melatih skill, dan membentuk karakter. Maka
secara umum kaderisasi memiliki tiga tujuan, yaitu: (1) Regenerasi, (2) Pengembangan
diri dan (3) Penanaman nilai. Dari semua penjelasan yang ada, maka dapat dimaknai
bahwa kaderisasi memliki esensi sebagai wadah pendidikan dan pengembangan diri.
Dalam konteks perguruan tinggi, kaderisasi menjadi wadah untuk para mahasiswa
mengembangkan diri dengan tujuan idealnya adalah terbentuknya insan akademis
sehingga dapat mencapai ketiga tujuan adanya perguruan tinggi.
Masa Bimbingan (Mabim) HMH ‘Selva’ ITB menjadi wadah kaderisasi awal yang
dilakukan setiap tahunnya untuk regenerasi anggota dan membentuk kader yang sesuai
dengan profil dan nilai HMH ‘Selva’ ITB. Meninjau dari RUK KM ITB, Mabim
merupakan kegiatan yang dilakukan dalam memenuhi profil Orientasi Lembaga dimana
pada fase ini difokuskan agar kader dapat beradaptasi terhadap status barunya sebagai
seorang anggota lembaga, dalam hal ini lembaga Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ).
Meninjau dari Kurikulum Dasar Kaderisasi HMH ‘Selva’ ITB, Mabim menjadi kegiatan
untuk memenuhi profil-profil pada jenjang benih yang artinya ditujukan untuk kader
dengan status anggota muda yang belum menyelesaikan kaderisasi awal HMH ‘Selva’
ITB. Berdasarkan profil yang ada pada fase Orientasi Lembaga dan jenjang benih pada
Kurikulum Dasar Kaderisasi HMH ‘Selva’, dapat disimpulkan Mabim HMH ‘Selva’ ITB
penting untuk dilaksanakan karena menjadi wadah untuk membentuk kader yang paham
esensi berorganisasi, mengenali budaya, nilai dan sistem di HMH ‘Selva’ serta kaitannya
dengan lingkup pendidikan Rekayasa Kehutanan.
Dengan meninjau tujuan kaderisasi yang telah disinggung sebelumnya (regenerasi,
pengembangan diri, penanaman nilai) maka Mabim menjadi wadah kaderisasi pasif
dengan dasar tujuannya adalah memenuhi profil Jenjang Benih dan menanamkan nilai
korsa rimbawan yang dianut oleh HMH ‘Selva’ ITB. Tujuan kaderisasi yaitu
pengembangan diri dicapai melalui mekanisme diarahkannya peserta Mabim untuk dapat
memenuhi profil Jenjang Benih. Melalui Mabim sebagai wadah kaderisasi,
pengembangan diri peserta diarahkan agar berkembang sesuai dengan profil tersebut
sehingga sesuai pula dengan kebutuhan anggota yang ideal menurut HMH ‘Selva’ ITB.
Tujuan kaderisasi yaitu penanaman nilai dicapai melalui penurunan dan
pengimplementasian nilai-nilai korsa rimbawan yaitu persahabatan, loyalitas, disiplin
dan restorative kepada peserta Mabim. Dengan sinkronisasi ini, maka tujuan utama
kaderisasi yaitu regenerasi dapat dicapai melalui Mabim dengan harapan anggota muda
yang akan masuk ke dalam himpunan tetap sesuai pada aturan, nilai, dan kebutuhan
kualitas anggota yang dicita-citakan HMH ‘Selva’ ITB.

1.1.2 Urgensi dibutuhkannya grand design Mabim


Dari penjabaran akan pentingnya Mabim untuk dilaksanakan, pada kenyataannya
kegiatan Mabim dari tahun ke tahun banyak terkandala sehingga kurang optimal.
Kendala yang ada seringkali berulang setiap tahunnya baik permasalahan pada saat
persiapan kepanitiaan, pra Mabim, hingga Mabim berjalan. Permaslahan yang ada
diantaranya adalah kurangnya pengetahuan panitia akan hal-hal yang harus disiapkan
sebelum memulai pra Mabim dan Mabim sehingga membutuhkan waktu lama karena
mengharuskan melakukan Training fot Trainers (TFT) dengan panitia sebelumnya atau
bahkan alumni. Permasalahan lainnya seperti kurang konsistennya sistem Mabim yang
dibawakan setiap tahunnya menyebabkan metode dan mekanisme yang ada juga selalu
berubah-ubah sehingga perlu waktu lebih dalam menurunkan kembali parameter dan
indikator profil Jenjang Benih yang ada. Hal ini terus berulang setiap tahunnya sehingga
menyulitkan panitia dan menghadirkan kesan bahwa HMH ‘Selva’ ITB belum
mempunyai ketentuan tegas terkait sistem pada Mabim ini.
Dengan adanya kendala dan permasalahan yang terjadi berulang-ulang
memunculkan keresahan pada benak masa HMH ‘Selva’ ITB akan pentingnya untuk
memiliki tinjauan sistem Mabim yang tegas dan konsisten. Hal ini ditujukan agar dapat
membantu mengoptimalkan kinerja panitia dan memudahkan sistem pengawasan
terhadap Mabim. Keresahan ini terjawab pada Dokumen Garis Besar Haluan Kerja
(GBHK) HMH ‘Selva’ ITB 2023/2024 dimana pada bidang Pengembangan Anggota
terdapat arahan program yang mengharuskan melakukan perancangan Grand Design
Mabim untuk menjawab permasalahan Mabim sebelum-sebelumnya sehingga panitia
Mabim pun menjadi lebih siap.
Oleh karena itu, grand design Mabim ini sangat penting untuk dibentuk agar lebih
memudahkan panitia dalam menyiapkan segala kebutuhan yang berkaitan dengan
Mabim. Adanya grand design Mabim juga diharapkan dapat menjadi solusi untuk
mengatasi permasalahan yang melambatkan kinerja panitia. Dengan dokumen ini, panitia
tidak perlu lagi mengkaji penurunan profil Jenjang Benih dari nol dikarenakan paremeter
dan indikator yang ada akan sudah tetap dan konsisten kedepannya. Melalui dokumen ini
juga panitia akan mendapatkan saran dan rekomendari baik dari segi konten ataupun
yang berkaitan dengan teknis lapangan sehingga memudahkan mereka dalam merancang
dan membatasi konsep Mabim yang dibawakan. Bagi Badan Pengurus yang menjadi
supervisi suatu kepanitiaan, grand design Mabim akan memudahkan sistem pengawasan
terhadap panitia Mabim karena kedua belah pihak sudah memahami kewajiban yang
harus dilaksanakan selama keberjalanan Mabim serta batasan-batasannya. Panitia sendiri
tidak perlu terlalu menghabiskan banyak waktu dalam melakukan TFT dengan panitia
sebelumnya atau swasta dan alumni.

1.2 Tujuan
1. Dokumen Panduan Menanam dan Menumbuhkan ‘Benih’ adalah sebuah rancangan
induk (Grand Design) yang menjadi acuan sistem Masa Bimbingan HMH ‘Selva’
ITB.
2. Grand Design ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja panitia Mabim dalam
menyiapkan segala kebutuhan yang berkaitan dengan Mabim.
3. Grand Design ini bertujuan untuk mempermudah sistem pengawasan Badan Pengurus
HMH ‘Selva’ ITB sebagai supervisi terhadap keberjalanan kepanitiaan Mabim.
BAB II
TINJAUAN DOKUMEN

2.1 Rangcangan Umum Kaderisasi Keluarga Mahasiswa (RUK KM) ITB 2020
2.1.1 Penjabaran Pendidikan Tinggi
Pendidikan tinggi di Indonesia didefinisikan sebagai jenjang pendidikan setelah
pendidikan menengah yang mencakup program diploma, program sarjana, program
magister, program doktor, dan program profesi, serta program spesialis, yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia. Dalam
pelaksanaannya, ada 3 (tiga) fungsi yang dimiliki oleh perguruan tinggi. Ketiga fungsi
tersebut adalah:
a) Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa;
b) Mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil,
berdaya saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan
c) Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan dan
menerapkan nilai Humaniora.
Selain ketiga fungsi di atas, pendidikan tinggi juga memiliki 4 (empat) tujuan.
Tujuan-tujuan tersebut adalah:
a) Berkembangnya potensi Mahasiswa agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, terampil, kompeten, dan berbudaya untuk kepentingan
bangsa;
b) Dihasilkannya lulusan yang menguasai cabang Ilmu Pengetahuan dan/atau
Teknologi untuk memenuhi kepentingan nasional dan peningkatan daya saing
bangsa;
c) Dihasilkannya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Penelitian yang
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora agar bermanfaat bagi kemajuan
bangsa, serta kemajuan peradaban dan kesejahteraan umat manusia; dan
d) Terwujudnya Pengabdian kepada Masyarakat berbasis penalaran dan karya
Penelitian yang bermanfaat dalam memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Fungsi dan tujuan tersebut tertuang di dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2012
tentang Sistem Pendidikan Tinggi. Untuk mencapai fungsi dan tujuan Pendidikan Tinggi
yang terdapat di dalam UU No. 12 Tahun 2012 yang tertulis di atas, proses pendidikan
tinggi dilaksanakan oleh Perguruan Tinggi yang memiliki beberapa fungsi dan peran,
fungsi dan peran tersebut adalah sebagai berikut:
1) Wadah pembelajaran mahasiswa dan masyarakat
2) Wadah pendidikan calon pemimpin bangsa
3) Pusat pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
4) Pusat kajian kebajikan dan kekuatan moral untuk mencari dan
menemukankebenaran
5) Pusat pengembangan peradaban bangsa
Fungsi dan peran tersebut dilaksanakan melalui kegiatan Tridharma. Tridharma
perguruan tinggi adalah kewajiban perguruan tinggi untuk menyelenggarakan
pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
2.1.2 Penjabaran Organisasi Kemahasiswaan ITB
Mahasiswa yang didefinisikan sebagai peserta didik pada jenjang pendidikan tinggi
di ITB merupakan bagian dari sivitas akademika atau masyarakat akademik bersama
dengan dosen. Mahasiswa juga diberikan pengertian sebagai insan dewasa yang memiliki
kebebasan akademik untuk mengembangkan diri melalui proses pendidikan dan interaksi
sosial dalam masyarakat akademik ITB. Maka dari itu, Mahasiswa diharapkan
menjalankan Tridharma serta turut menjaga nilai-nilai akademik, menggerakkan
perubahan dalam kehidupan bermasyarakat, dan meneruskan perjuangan bangsa.
Dalam rangka pengembangan bakat, minat, keterampilan, dan kepribadian, ITB
menyediakan fasilitas kepada mahasiswa untuk mengadakan kegiatan kokurikuler dan
ekstrakurikuler. Berkaitan dengan hal tersebut, Mahasiswa dapat membentuk organisasi
kemahasiswaan yang bersifat dari, oleh, dan untuk mahasiswa. Berdasarkan Buku
Peraturan Akademik dan Kemahasiswaan ITB tahun 2019, Peraturan Rektor
No.178/PER/I1.A/KM/2017 mengatur lebih lanjut Organisasi Kemahasiswaan dan
Kegiatan Kemahasiswaan. Organisasi Kemahasiswaan ITB merupakan wadah
pembinaan dan penanaman sikap, kepribadian, dan nilai-nilai luhur dalam diri
mahasiswa, dengan penjabaran sebagai berikut:
 Wadah pengembangan potensi diri dan jati diri mahasiswa sebagai insan
akademis, ilmuwan dan intelektual di masa depan.
 Wadah pengembangan keterampilan, manajemen dan kepemimpinan
kemahasiswaan.
 Wadah pembinaan dan pengembangan kader-kader pemimpin bangsa yang
berpotensi dalam melanjutkan kesinambungan pembangunan nasional.
 Wadah pemeliharaan dan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya, serta olahraga yang dilandasi oleh norma-norma agama, akademik, etika,
moral dan wawasan kebangsaan.
Organisasi Kemahasiswaan ITB didefinisikan dapat mewadahi kegiatan
kokurikuler (berdasarkan pada penalaran keprofesian atau keilmuan sesuai dengan
program studi) dan ekstrakurikuler (berdasarkan bakat, minat, penalaran, dan nilai-nilai
dasar ITB). Dengan terdapatnya Organisasi Kemahasiswaan, Mahasiswa ITB diberikan
hak kebebasan untuk berorganisasi dan bergabung dengan organisasi-organisasi
kemahasiswaan di ITB sesuai pribadinya masing-masing.
Proses dan upaya mahasiswa mendidik diri sendiri ini tidak akan berjalan efektif
apabila dilakukan sendiri-sendiri dan tidak sistematis. Oleh karena itu, mahasiswa
membutuhkan alat untuk mengorganisasikan dan menyistemkan segala upaya untuk
mendidik diri sendiri. Alat itu adalah organisasi kemahasiswaan, yang menjadi wahana
bagi mahasiswa untuk membentuk visi dan menjawab tantangan masa depan seorang
insan akademis. Visi dan tantangan masa depan itu sendiri, menurut Konsepsi KM ITB,
adalah tatanan masyarakat madani (civil society) dan tatanan desa global (global village).

2.1.3 Kaderisasi dalam Organisasi Kemahasiswaan ITB


Berdasarkan dasar yang dijelaskan, muncul keperluan untuk anggota organisasi
menjadi anggota yang mengerti dan dapat menjalankan peran-perannya, yang disebut
dengan istilah kader. Sedangkan, proses pendidikan yang dilakukan dalam rangka
regenerasi dan membentuk seorang kader disebut dengan istilah kaderisasi. Proses ini
diperlukan untuk memastikan nilai serta ilmu yang terdapat pada organisasi
kemahasiswaan dapat lestari dan dimiliki oleh seluruh kader. Selain itu, kaderisasi
dilakukan sebagai usaha menjamin keberlangsungan organisasi kemahasiswaan dari
generasi ke generasi secara terus menerus. Kaderisasi juga merupakan suatu proses yang
sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada kader-kadernya akan peran yang
dimilikinya.
Satu hal yang perlu diperhatikan, bahwa pada dasarnya secara formal tugas
organisasi kemahasiswaan bukan untuk memastikan setiap kadernya berkembang,
melainkan membuka seluas-luas dan seadil-adilnya kesempatan bagi seluruh kadernya
untuk dapat mengembangkan diri. Hal ini kembali pada tujuan awal terbentuknya
organisasi kemahasiswaan, yaitu menjadi wahana mahasiswa untuk mendidik diri
sendiri. Tugas pemastian pendidikan tersebut dibebankan seutuhnya kepada lembaga
formal yang ditunjuk negara untuk melaksanakan sistem pendidikan, dalam konteks ini
adalah perguruan tinggi. Oleh karena itu, organisasi kemahasiswaan harus jeli dalam
melihat peluang intervensi yang bisa diberikan kepada kaderkadernya dengan tantangan-
tantangan yang akan selalu ada di sepanjang zaman.

2.1.4 Profil Dasar Alumni KM ITB


Profil dasar alumni KM ITB didefinisikan sebagai profil minimal yang diusahakan
untuk dicapai oleh seluruh anggota KM ITB. Diharapkan, seorang alumni KM ITB dapat
memenuhi semua profil ini setelah melalui seluruh proses kegiatan kemahasiswaan dan
kaderisasi di KM ITB. Perumusan profil dasar alumni KM ITB ini dilakukan dengan
menyarikan luaran pembelajaran (student outcomes) seluruh program studi yang ada di
ITB. Hal ini didasari oleh peran organisasi kemahasiswaan itu sendiri, yang merupakan
wadah pendidikan bagi mahasiswa untuk mendapatkan hal-hal yang tidak didapatkan di
bangku kuliah, yang tentunya juga sejalan dengan tujuan pendidikan.
Berikut adalah profil dasar alumni KM ITB yang diusahakan untuk dicapai melalui
seluruh proses kaderisasi dan kegiatan kemahasiswaan di KM ITB:
I. Memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi
II. Memiliki kemampuan sebagai pembelajar seumur hidup
III. Memiliki kemampuan untuk berkolaborasi secara efektif
IV. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif dalam lingkungan
masyarakat akademik maupun masyarakat umum
V. Memiliki kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki dalam
kehidupan sehari-hari
VI. Memiliki kesadaran akan tanggung jawab sosial untuk menyelesaikan
permasalahan di masyarakat

2.1.5 Penjenjangan Kaderisasi KM ITB


Berdasarkan KBBI, jenjang didefinisikan sebagai tingkat-tingkat yang beraturan
dari bawah ke atas, atau bisa juga disebut sebagai tahap. Penjenjangan yang diberlakukan
di dalam RUK KM ITB diartikan sebagai tahapan untuk pengusahaan pemenuhan profil
kepada kader. Profil yang berada di jenjang sebelumnya, harus diusahakan
pemenuhannya terlebih dahulu oleh seorang kader sebelum selanjutnya dikenalkan ke
profil di tahap selanjutnya.
Kaderisasi di KM ITB dibagi menjadi lima jenjang yang terpisahkan sesuai dengan
peran seorang kader di dalam KM ITB itu sendiri. Jenjang tersebut terdiri dari Fase Pra
Lembaga, Fase Orientasi Lembaga, Fase Berkarya dan Berkegiatan Aktif, Fase Eksekutif
dan Penentu Kebijakan, serta Fase Penjaga Nilai dan Persiapan Alumni. Setiap jenjang
memiliki profilnya masing-masing yang turut menunjang pemenuhan Profil Dasar
Alumni KM ITB. Berikut adalah tahap penjenjangan kaderisasi KM ITB:
A. Fase Pra – Lembaga
Merupakan fase yang dijalani oleh seorang anggota KM ITB sebelum ia menjadi
anggota lembaga di KM ITB. Fase ini merupakan fase awal yang pasti dijalani
oleh setiap anggota KM ITB dan merupakan fase inisiasi untuk mengenal dunia
kemahasiswaan dan sekaligus fase adaptasi terhadap status barusnya sebagai
seorang mahasiswa. (contoh wadah: OSKM, CDT, Osfak/Pendidikan Fakultas
(Morphosa)).
B. Fase Orientasi Lembaga
Merupakan fase yang dijalani oleh seorang anggota KM ITB sebagai proses
untuk menjadi anggota lembaga di KM ITB dan merupakan fase adaptasi
terhadap status barunya sebagai seorang anggota lembaga. Fase ini menjadi
syarat yang harus dijalani sebelum seseorang menjadi anggota lembaga tersebut.
(Contoh wadah: Osjur (Mabim), PAB UKM, Magang Divisi, dll).
C. Fase Berkarya dan Berkegiatan Aktif
Merupakan fase yang dijalani oleh seorang anggota KM ITB setelah menjadi
bagian dari lembaga di KM ITB. Fase ini merupakan fase yang dapat digunakan
seorang mahasiswa untuk mengeksplorasi minat, bakat, dan potensinya sekaligus
menjadi fase dimana seseorang dapat berperan aktif dalam mengaktualisasikan
dirinya. Di fase ini pula seseorang diberikan kesempatan untuk belajar dan
memilih sendiri pembelajaran yang ingin didapatkan dan dijalaninya berkaitan
dengan kegiatan-kegiatan kokurikuler dan non-kurikuler. (contoh wadah: staffing
di HMJ atau UKM).
D. Fase Eksekutif dan Penentu Kebijakan
Merupakan fase yang dijalani oleh seorang anggota KM ITB ketika menjadi
stakeholder di lembaganya. Pada fase ini seseorang diberikan kesempatan untuk
mengimplementasikan gagasan-gagasan yang dimilikinya untuk lembaganya.
Seseorang yang memasuki fase ini diharapkan dapat berpikir secara holistik
sehingga dapat mengambil keputusan dan menentukan kebijakan dengan baik.
(contoh wadah: Badan Pengurus di HMJ atau UKM).
E. Fase Penjaga Nilai dan Persiapan Alumni
Merupakan fase akhir yang dijalani oleh seorang anggota lembaga di KM ITB
sebelum menjadi alumni KM ITB. Pada fase ini seseorang diberi kesempatan
untuk mengevaluasi keberjalanan lembaganya berdasarkan pengalamannya
selama menjalani kegiatan di lembaganya masing-masing. Seseorang yang
memasuki fase ini dianggap sudah memiliki kebijaksanaan yang terbangun
sebagai akumulasi seluruh proses yang dilewatinya selama menjadi anggota KM
ITB. Fase ini ada atas kebutuhan proses knowledge transfer oleh orang-orang
yang lebih dahulu menjalani organisasi dan telah mendapatkan kulminasi
pengetahuan. (Swasta dan alumni sebagai penjaga nilai pada HMJ atau UKM).
Dengan banyaknya wadah yang tersedia di dalam KM ITB, maka sistem kaderisasi
berjenjang di ITB bertujuan agar setiap mahasiswa dapat mengembangkan diri
disesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan nilai yang harus dipahami. Proses
pengembangan diri dilakukan secara bertahap agar sesuai dengan kebutuhan pada suatu
fase (contoh: TPB, jurusan, tingkat akhir). Pemahaman suatu konsep nilai yang harus
dipenuhi pun akan lebih terstruktur dan lebih tertanam kuat karena disesuaikan dengan
kebutuhan.

2.1.6 Mabim berdasarkan sistem kaderisasi KM ITB.


Masa Bimbingan (Mabim) HMH ‘Selva’ ITB menjadi wadah kaderisasi awal yang
dilakukan setiap tahunnya untuk regenerasi anggota dan membentuk kader yang sesuai
dengan profil dan nilai HMH ‘Selva’ ITB. Meninjau dari sistem penjenjangan RUK KM
ITB yang telah disinggung di atas, Mabim merupakan kegiatan yang dilakukan dalam
memenuhi profil Orientasi Lembaga. Meninjau definisi tahap Orientasi Lembaga,
Mabim menjadi wadah yang difokuskan agar kader dapat beradaptasi terhadap status
barunya sebagai seorang anggota lembaga, dalam hal ini HMH ‘Selva’ ITB.
Tujuan Mabim dalam memenuhi profil benih yang ada diturunkan dan tetap
relevan dengan profil Orientasi Lembaga. Profil dari Fase Orientasi Lembaga
diantaranya sebagai berikut:
 Mengenal aspek fisik (sarana dan prasarana) maupun aspek non-fisik (sistem dan
budaya) lingkungan kampus.
 Memaknai posisi, potensi, dan peran diri sebagai konsekuensi atas status di
lingkungan yang baru, khususnya sebagai mahasiswa.
 Memaknai kebebasan yang bertanggung jawab
 Memaknai pentingnya merumuskan visi hidup dan memiliki rancangan
pencapaian sebagai bagian dari proses hidup.
 Memiliki rasa ingin tahu guna menumbuhkan semangat untuk berkegiatan dan
berorganisasi di kampus.

2.2 AD/ART HMH ‘Selva’ ITB 2018


Sejatinya Mabim merupakan kegiatan kaderisasi dimana secara formal pelaku
kaderisasi menjalankan perannya dengan diwadahi dalam bentuk suatu kepanitiaan.
Kepanitiaan Mabim ini tidak lepas dari naungan dan pengawasan HMH ‘Selva’ ITB.
Oleh karena itu dalam merancang Mabim diperlukan peninjauan terhadap sistem dan
nilai yang telah diatur oleh HMH ‘Selva’ ITB, dalam hal ini tertuang di dalam AD/ART
HMH ‘Selva’ ITB (yang diresmikan tahun 2018). Peninjauan terhadap dokumen ini juga
menjadi langkah untuk mengetahui kondisi ideal, yaitu kondisi yang sesuai dengan yang
dicita-citakan terjadi pada Mabim dimana luaran yang ada tetap sesuai AD/ART HMH
‘Selva’ ITB.
2.2.1 Anggran Dasar
 BAB II Asas, Sifat, dan Tujuan
o Pasal 5: HMH ‘Selva’ ITB menjunjung tinggi sifat kekeluargaan dan jiwa
korsa rimbawan.
o Pasal 6: Tujuan HMH ‘Selva’ ITB
1. Memfasilitasi anggota HMH ‘Selva’ ITB untuk mengembangkan diri
dalam kegiatan kurikuler dan non-kurikuler di Program Studi
Rekayasa Kehutanan ITB.
2. Ikut serta dalam upaya mewujudkan keberlanjutan hutan di Indonesia.

Dalam pelaksanaannya, Mabim haruslah berorientasi pada metode yang


mampu meningkatkan sifat kekeluargaan dan jiwa korsa rimbawan, baik pelaku
ataupun peserta kaderisasi. Dari pemenuhan profil benih yang ada, Mabim
haruslah berorientasi untuk menjalankan tujuan himpunan yang tertulis pada
Pasal 6 di atas.
 BAB III Keanggotaan
o Pasal 7: Anggota HMH ‘Selva’ ITB terdiri atas:
1. Anggota Muda
2. Anggota Aktif
3. Swasta
4. Alumni
5. Anggota Kehormatan

Dalam pelaksanaan Mabim, penting untuk mengetahui peran, hak dan


kewajiban dari setiap status keanggotaan. Hak dan kewajiban yang berbeda-beda
pada setiap status keanggotaan menjadi batasan tersendiri sejauh mana peran dan
kepentingan seorang anggota. Hal ini menjadi dasar yang harus dipahami
terutama dalam menyusun rangkaian materi dan metode yang akan diberikan
kepada anggota muda sebagai peserta Mabim.
 BAB V Atribut Himpunan
o Pasal 9:
1. Atribut himpunan adalah tanda kelengkapan yang menjadi identitas
himpunan.
2. Atribut HMH ‘Selva’ ITB terdiri dari:
a. Lambang Himpunan
b. Salam Himpunan
c. Hormat Selva
d. Bendera Himpunan
e. Jaket Himpunan
f. Jaket Lapangan
o Pasal 10:
1. Lambang HMH ‘Selva’ ITB terlampir pada dokumen AD/ART HMH
‘Selva’ ITB.
2. Makna lambing HMH ‘Selva’ ITB tertuang pada pasal terkait pada
dokumen AD/ART HMH ‘Selva’ ITB.
o Pasal 11:
1. Salam himpunan yang disebut sebagai ‘Seruan Rimba’ dipimpin oleh
satu orang dan diikuti oleh anggota HMH ‘Selva’ ITB.
3. Salam himpunan tertuang pada pasal terkait pada dokumen AD/ART
HMH ‘Selva’ ITB.
4. Hormat Selva tertuang pada pasal terkait pada dokumen AD/ART
HMH ‘Selva’ ITB.
o Pasal 13:
1. Jaket himpunan wajib dimiliki oleh seluruh anggota himpunan kecuali
anggota muda HMH ‘Selva’ ITB dengan desain dapat dilihat di
lampiran 2.
2. Jaket himpunan tidak boleh digunakan oleh anggota muda HMH
‘Selva’ ITB.
3. Jaket lapangan dapat dimiliki oleh anggota himpunan sesuai
kebutuhan kecuali anggota muda dengan desain dapat dilihat di
lampiran.

Dalam pelaksanaan Mabim, penting untuk mengetahui aturan dan syarat


penggunaan atribut himpunan. Secara umum atribut himpunan akan menjadi
salah satu materi yang akan dibawakan pada saat Mabim. Oleh karena itu,
pengemasan materi yang ada harus sesuai dengan aturan dan teori yang tertuang
pada AD/ART HMH ‘Selva’ ITB. Ketentuan dan syarat dalam penggunaan atribut
himpunan perlu ditekankan baik kepada panitia dan peserta Mabim karena
menjadi salah satu parameter yang membedakan status keanggotaan.

2.2.2 Anggran Rumah Tangga


 BAB I Keanggotaan
o Pasal 1: Definisi anggota
1. Anggota muda adalah mahasiswa strata-1 program studi Rekayasa
Kehutanan ITB yang belum menyelesaikan kaderisasi awal HMH
‘Selva’ ITB.
2. Anggota aktif adalah mahasiswa strata-1 program studi Rekayasa
Kehutanan ITB yang telah menyelesaikan kaderisasi awal HMH
‘Selva’ ITB.
o Pasal 2:
1. Hak anggota:
a. Anggota muda
i. Mengeluarkan pendapat namun suaranya tidak
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan
Musyawarah Anggota.
ii. Membela diri.
iii. Berpartisipasi dalam kegiatan HMH ‘Selva’ ITB.
iv. Menjadi delegasi HMH ‘Selva’ ITB dengan
persetujuan Badan Pengurus.
v. Menggunakan jaket lapangan.
vi. Ikut serta dalam menyerukan seruan rimba dan hormat
Selva.
b. Anggota aktif
i. Mengeluarkan pendapat serta suaranya dapat
diperhitungkan dalam pengambilan keputusan
Musyawarah Anggota.
ii.
Membela diri.
iii.
Berpartisipasi aktif dalam kegiatan HMH ‘Selva’ ITB.
iv.
Menjadi delegasi HMH ‘Selva’ ITB.
v.
Dapat dipilih dan memilih.
vi.
Menggunakan jaket himpunan dan jaket lapangan.
vii.
Memimpin dan ikut serta seruan rimba dan hormat
Selva.
2. Kewajiban anggota:
a. Anggota muda
i. Menjaga dan menjunjung tinggi nama dan kehormatan
HMH ‘Selva’ ITB.
ii. Mengikuti rangkaian kaderisasi awal HMH ‘Selva’
ITB.
iii. Menaati AD/ART HMH ‘Selva’ ITB.
iv. Tidak bertindak SARA dalam kegiatan HMH ‘Selva’
ITB.
v. Menjaga dan merawat fasilitas HMH ‘Selva’ ITB.
b. Anggota aktif
i. Menjaga dan menjunjung tinggi nama kehormatan
HMH ‘Selva’ ITB.
ii. Menaati AD/ART HMH ‘Selva’ ITB.
iii. Membayar iuran anggota yang diatur oleh Badan
Pengurus HMH ‘Selva’ ITB.
iv. Aktif mengikuti kegiatan HMH ‘Selva’ ITB.
v. Menjaga dan merawat fasilitas HMH ‘Selva’ ITB.
vi. Tidak bertindak SARA dalam kegiatan HMH ‘Selva’
ITB.
o Pasal 3:
1. Setiap anggota HMH ‘Selva’ ITB dapat dikenakan sanksi jika
melanggar AD/ART atau peraturan-peraturan yang berlaku di HMH
‘Selva’ ITB.
2. Sanksi dapat berupa:
a. Peringatan
b. Penggantian status keanggotaan sementara
c. Penggantian status keanggotaan
d. Sanksi-sanksi lain.
Mekanisme perihal sanksi lainnya tertuang pada pasal terkait.

Seperti yang telah disinggung sebelumnya bahwa sistem keanggotaan


yang berlaku di HMH ‘Selva’ ITB penting untuk dipahami karena terdapat hak
dan kewajiban yang berbeda antar status keanggotaan yang menjadi batasan
dalam berkegiatan di himpunan. Hak dan kewajiba yang ada juga dapat menjadi
dasar penentu perumusan suatu materi dan metode serta perlakuan yang akan
diberikan kepada peserta sebagai anggota muda dari panitia sebagai anggota aktif.
Materi, metode dan perlakuan yang diberikan selama Mabim tidak boleh
menyalahi hak dan kewajiban yang telah diatur pada bab dan pasal di atas.
Apabila menyalahi, maka terdapat potensi sanksi yang harus diberikan baik
kepada panitia sebagai anggota aktif ataupun peserta sebagai anggota muda.
Tentu hal ini tidak ingin terjadi karena dapat menghambat keberjalanan Mabim.
Disisi lain, perlu dipahami bahwa kepanitiaan Mabim menjadi kepanitiaan
terlama dari segi waktu dibanding kepanitiaan lainnya di bawah naungan
himpunan. Sumber daya yang diperlukan juga tidak sedikit karena kebutuhan dan
intensitas yang cukup tinggi pada kepanitiaan ini. Dengan kondisi yang seperti
itu, tidak jarang terdapat sistem atau mekanisme pelaksanaan yang menyalahi
aturan baik yang tertulis pada AD/ART atau dokumen lainnya. Oleh karena itu,
panitia sangat perlu untuk memahami hal-hal yang berpotensi terjadinya
penyelewengan AD/ART sehingga dapat membentuk sistem dan mekanisme
kepanitiaan Mabim yang sesuai dan terhindar dari sanksi.

2.3 Kurikulum Dasar Kaderisasi HMH ‘Selva’ ITB


HMH ‘Selva’ ITB, sebagai salah satu organisasi kemahasiswaan yang bergerak
dalam keprofesian rekayasa kehutanan bertumpu pada sistem kaderisasi dengan orientasi
yang mampu mencerdaskan dan bermanfaat sehingga mampu menjawab tantangan masa
depan baik dari segi akademis maupun non-akademis untuk diri kader, HMH ‘Selva’
ITB, dan lingkungannya. Kurikulum Dasar Kaderisasi HMH ‘Selva’ ITB menjadi sistem
mendasar yang menunjang kegiatan dan capaian kaderisasi mahasiswa Rekayasa
Kehutanan di bawah naungan HMH ‘Selva’ ITB dengan harapan mampu membangun
karakter yang bermanfaat bagi masyarakat serta lingkungannya.
2.3.1 BAB II Nilai Himpunan
Nilai himpunan merupakan esensi yang melekat dalam kehidupan anggota HMH
‘Selva’ ITB mengenai sifat yang berguna dan dipandang penting untuk setiap individu.
Nilai himpunan bersifat ideal untuk mengatur lingkungan organisasi HMH ‘Selva’ ITB.
Selanjutnya, nilai himpunan dapat berlaku sebagai etika yang menjadi standar kualitas
pribadi setiap anggota, menjaga martabat dan kehormatan HMH ‘Selva’ ITB serta
mencegah penyimpangan yang dapat merugikan masyarakat.
Materi yang diberikan dalam berhimpun mengacu pada nilai-nilai himpunan yang
ada dan akan diturunkan tiap tahunnya melalui kaderisasi berjenjang. Nilai ini
mendefinisikan Korsa Rimbawan menurut HMH ‘Selva’ ITB. Meninjau tujuan utama
kaderisasi secara umum yaitu regenerasi, pengembangan diri dan penanaman nilai,
Mabim sebagai wadah kaderisasi pasif memenuhi tujuan penanaman nilai kepada peserta
dengan berorientasi kepada penurunan dan pengimplementasian nilai-nilai ini. Nilai yang
harus dipenuhi adalah:
1. Persahabatan
Persahabatan menurut HMH ‘Selva’ ITB adalah hubungan antar anggota berupa
perilaku tolong-menolong, bekerja sama, kejujuran, simpati dan empati yang
dapat menciptakan kenyamanan.
2. Disiplin
Disiplin menurut HMH ‘Selva’ ITB adalah sikap taat terhadap aturan yang telah
disepakati bersama.
3. Loyalitas
Loyalitas menurut HMH ‘Selva’ ITB adalah sifat memegang teguh komitmen
dan dapat mewujudkannya melalui upaya konkret yang mencerminkan rasa
kepemilikan tinggi terhadap komitmen tersebut.
4. Restoratif
Restoratif menurut HMH ‘Selva’ ITB adalah kepekaan dan kemampuan berpikir
tajam dengan pertimbangan matang untuk mengembalikan keadaan menjadi
lebih baik dengan menciptakan jalan keluar yang tepat.

2.3.2 BAB III Penjenjangan


Dalam sistem kaderisasi HMH ‘Selva’ ITB, diperlukan alur penjenjangan agar
terselenggara proses yang berkesinambungan dan terintegrasi dengan baik. Oleh karena
itu, dibentuklah sebuah tahapan penjenjangan anggota HMH ‘Selva’ ITB yang diatur di
dalam kurikulum dasar kaderisasi yaitu: benih, semai, pancang, tiang, dan pohon.
Meninjau tujuan utaman kaderisasi secara umum yaitu regenerasi,
pengembangan diri dan penanaman nilai, Mabim sebagai wadah kaderisasi pasif
memenuhi tujuan pengembangan diri peserta dengan berorientasi kepada pemenuhan
profil kaderisasi Jenjang Benih. Tujuan kaderisasi lainnya yaitu regenerasi yang
diwadahi melalui Mabim juga diarahkan pada pembentukan anggota muda yang sesuai
dengan profil pada jenjang ini. Jenjang Benih merupakan jenjang ketika kader memiliki
status anggota muda yang belum menyelesaikan kaderisasi awal HMH ‘Selva’ ITB
dengan beberapa
profil utama antara lain:
a. Memaknai esensi untuk berkarya dan berprestasi dalam aspek pendidikan dan
pembangunan bangsa
b. Mengetahui kondisi nyata bangsa Indonesia dalam ruang lingkup kehutanan
c. Mengembangkan pola pikir kritis dan kepekaan di lingkungan kemahasiswaan
d. Mengetahui potensi fasilitas dan ruang aktivitas di Kampus ITB
e. Memaknai esensi berhimpun dan menumbuhkan identitas diri sebagai kader
HMH ‘Selva’ ITB
f. Mengetahui budaya yang berlaku dalam lingkungan HMH ‘Selva’ ITB
g. Mengetahui pentingnya hubungan setiap komponen dalam HMH ‘Selva’ ITB
Berdasarkan deifinisi yang ada pada Bab ini, kaderisasi awal terbagi menjadi dua
tahap yaitu:
 Tahap 1: Mahasiswa ITB yang telah menyelesaikan rangkaian orientasi program
studi yang sesuai dengan aturan dari lembaga kemahasiswaan ITB (contoh
wadah: Mabim).
 Tahap 2: Mahasiswa ITB yang telah dinyatakan lulus kaderisasi awal tahap 1 dan
telah menyelesaikan rangkaian orientasi program studi lanjutan yang disusun oleh
badan pengurus HMH ‘Selva’ ITB yang sedang menjabat (contoh wadah:
Magang divisi, biro, roadshow BKO, dll).

2.4 Dokumen Rincian Parameter dan Indikator Profil Jenjang Kaderisasi HMH ‘Selva’
ITB
2.5 Dokumen Lapangan HMH ‘Selva’ ITB
BAB III
STRUKTUR KEPANITIAAN

3.1 Jendral
3.1.1 Persiapan Calon Jendral
3.1.2 Pemilihan Calon Jendral
3.1.3 Kewajiban Jendral Mabim

3.2 Organogram
3.2.1 Wajib ada
3.2.2 Rekomendasi (opsional)

3.3 Rangkaian Sosialisasi


BAB IV
METODOLOGI

4.1 Penurunan Parameter dan Indikator Profil Kaderisasi Jenjang Benih


4.2 Kerangka Matriks Materi dan Metode
4.2.1 Materi dan Metode yang bersifat wajib
4.2.2 Rekomendasi Materi dan Metode lainnya (opsional)
4.2.3 Rekomendasi profil tambahan
4.3 Lokasi dan Waktu

Lokasi yang digunakan mulai dari Pra-Mabim/Interaksi hingga rangkaian Mabim


dapat diperhatikan melalui Gambar x dan Gambar x. Setiap area di kampus ITB
Jatinangor telah ditentukan peruntukannya untuk dialokasikan pertemuan interaksi dan
Mabim dengan mempertimbangkan konten yang dibawakan. Prinsip yang digunakan
adalah semakin memasuki konten yang berkaitan dengan HMH ‘Selva’ ITB maka area
tempat yang digunakan semakin mendekati ke area kehutanan (sekretariat).
4.3.1 Keterangan Lokasi dan Waktu Pra-Mabim (interaksi)
Pra-Mabim atau umumnya dikenal dengan istilah interaksi merupakan
rangkaian acara sebelum Mabim yang dilaksankan rentang bulan Juli. Tujuan
rangkaian acara ini berfokus untuk melakukan analisis kondisi aktual dan
meningkatkan kemampuan fisik peserta Mabim. Analisis kondisi aktual dapat
dilakukan dengan metode diskusi kelompok dimana input yang didapatkan dapat
dijadikan bahan untuk mengolah materi dan metode yang akan dibawakan pada
saat rangkaian Mabim dilaksankan. Kegiatan untuk meningkatkan kemampuan
fisik peserta dilakukan dengan kegiatan-kegiatan fisik seperti jogging dan gerakan
body workout lainnya. Selain itu, dapat dilakukan pembiasaan pelatihan baris-
berbaris (PBB) agar panitia mudah dalam mangatur barisan peserta yang akan
dibentuk pada saat keberjalanan Mabim.
Lokasi yang dijadikan tempat interaksi adalah area berwarna kuning yang
dapat diperhatikan pada Gambar x. Fasilitas pada area tersebut yang dapat
dimanfaatkan selama keberjalanan interaksi diantaranya seperti: lapangan
sepakbola, jogging track, area parkiran asrama dan lapangan sepakbola, serta
Gedung Serba Guna (GSG) baik area parkiran dan lapangan di dalamnya.
Pemilihan fasilitas disesuaikan dengan konten yang dibawakan dan kondisi teknis
lapangan pada setiap pertemuan interaksi.
Pertemuan kegiatan interaksi yang perlu dilakukan adalah maksimal 10
kali dan minimal 5 kali. Mekanisme penentuan pertemuan interaksi dapat
dilakukan dengan cara:
1. Ditentukan langsung oleh panitia Mabim menimbang hari simulasi yang perlu
dilakukan.
2. Kesepakatan satu angkatan peserta Mabim dengan berkoordinasi kepada
panitia Mabim.
Interaksi pertemuan pertama dan kedua difokuskan untuk menurunkan segala tugas
yang beresensi untuk mendekatkan satu angkatan peserta Mabim. Tugas yang
dikerjakan selama interakasi ini juga dapat menjadi input terhadap kondisi aktual
peserta. Sisa pertermuan interaksi yang ada difokuskan untuk meningkatkan
kemampuan fisik peserta Mabim.
Berdasarkan parameter dan indikator profil benih yang ada pada matriks
materi dan metode, tugas-tugas utama yang diturunkan pada saat interaksi
diantaranya adalah:
 Wawa
 Wawa

4.3.2 Keterangan Lokasi dan Waktu Mabim (Day)


Telah disinggung sebelumnya bahwa Pra-Mabim atau interaksi berfokus
pada rangkaian kegiatan yang beresensi untuk mendekatkan satu angkatan peserta
dan menganalisis kondisi aktual mereka, maka rangkaian Mabim sudah lebih
difokuskan untuk benar-benar memenuhi profil jenjang benih. Secara umum,
rangkaian Mabim sudah mulai mengenalkan Program Studi Rekayasa Kehutanan
lebih dalam lagi dan mengenalkan HMH ‘Selva’ ITB kepada peserta berdasarkan
parameter dan indikator profil jenjang benih.
Pertemuan kegiatan Mabim atau umumnya dikenal dengan istilah Day yang
perlu dilakukan adalah maksimal 7 kali dengan rincian:
 Day 0-4 mengacu pada rekomendasi Day pada Tabel xx (matriks materi &
metode),
 Day 5 idealnya adalah hari pelantikan,
 Dialokasikan satu Day yang dapat berfungsi sebagai:
o Cadangan pertemuan untuk memenuhi parameter/indikator profil
yang belum terpenuhi.
o Pengganti Day sebelum-sebelumnya yang dirasa masih kurang
maksimal.
o Dibutuhkan oleh panitia dan/atau peserta Mabim untuk tujuan
lainnya yang dirasa sangat penting.
Berdasarkan Gambar x dan Tabel x maka lokasi yang dijadikan tempat
berlangsungnya rangkaian Mabim adalah:
Table xx. Area yang digunakan selama rangkaian Mabim
Day Warna Area pada Peta Fasilitas
0-2 Hijau
3 Ungu
4 dan 5* Merah
Day 5 yang idealnya merupakan pertemuan pelantikan peserta dari tahun ke tahun
selalu dilaksanakan di luar Kampus ITB Jatinangor. Pelantikan peserta yang
dilakukan di dalam Kampus harus sudah mempertimbangkan berbagai aspek
seperti: kemampuan panitia dan peserta, nilai yang akan diturunkan, saran dan
masukan dari BKO, swasta dan alumni, pengalaman bagi peserta, dsb. Apabila
Day cadangan pada akhirnya digunakan, maka pemilihan tempat disesuaikan
dengan tujuan, pemenuhan profil, dan nilai yang ingin diturunkan.

4.3.3 Rekemonedasi Lokasi dan Waktu di Luar ITB Jatinangor


Perlu ditekankan bahwa keputusan untuk menggunakan lokasi di luar
Kampus ITB Jatinangor sudah mempertimbangkan kemampuan panitia dan peserta
Mabim serta urgensi yang dibawakan. Meninjau dari rangkaian Mabim tahun-tahun
sebelumnya, berikut adalah beberapa lokasi yang sempat menjadi bagian dari
rangkaian Mabim:
1. Taman Buru Masigit Kareumbi
Masukin gambar jarak itb dan peta TBMK
Taman Buru Masigit Kareumbi atau TBMK merupakan kawasan konservasi
dan merupakan area berburu satwa yang terletak di….. . Tempat ini sempat
dijadikan salah satu lokasi yang digunakan selama rangkaian Mabim tahun
2019 dimana saat itu panitia utamanya adalah BW’17 dan pesertanya BW’18.
Tempat ini dijadikan pilihan untuk melaksanakan malam pelantikan. Metode
yang mungkin dapat dijadikan referensi adalah pada saat itu pertemuan Day
ini dikemas dengan pelaksanaan kegiatan akademik seperti kegiatan
inventarisasi kawasan hutan, kegiatan camping dan saat malam hari
dilangsungkan rangkaian pelantikan.
2. Gunung Geulis
Masukin gambar peta gugeul
Gunung Geulis secara resmi telah diakui menjadi Kawasan Hutan Dengan
Tujuan Khusus (KHDTK) Pendidikan oleh ITB pada tahun… . Salah satu
bentuk pengelolaan dan pemanfaatan kawasan ini adalah kegiatan
pemberdayaan dan kolaborasi dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan. HMH
‘Selva’ ITB turut ikut serta dalam kegiatan ini dan sudah banyak kegiatan yang
melibatkan anggota himpunan, dosen Rekayasa Kehutanan, tendik, dan
masyarakat desa sekitar Gunung Geulis. KHDTK Gunung Geulis dapat
dijadikan pertimbangan untuk dikenalkan kepada peserta Mabim karena
kedepannya mereka akan berpotensi terlibat di dalam kegiatan kolaborasi
dengan himpunan. Berikut beberapa desa yang sempat atau direkomendasikan
menjadi salah satu lokasi rangkaian Mabim:
a. Desa Jatiroke
Masukin jarak dari itb
Desa Jatiroke telah menjadi desa binaan HMH ‘Selva’ ITB selama
bertahun-tahun. Lokasi ini sempat dipilih sebagai tempat
dilangsungkannya malam pelantikan Mabim 2021 dan Mabim 2022. Pada
saat Mabim 2021, malam pelantikan dilaksanakan di area lapangan sepak
bola desa sedangkan pada Mabim 2022 malam pelantikan dilaksanakan di
area bekas tambang pasir.
Masukin dokumentasi kegiatan
b. Desa Cisempur
Masukin jarak dari itb
Desa Cisempur sempat direncanakan menjadi tempat berlangsungnya
salah satu rangkaian interaksi yaitu kegiatan trekking untuk melatih fisik
dan mengenalkan Gunung Geulis kepada peserta. Namun, sayangnya
rencana ini terpaksa dibatalkan karena adanya kasus covid-19 yang terjadi
pada sebagian panitia dan peserta Mabim 2022. Disisi lain desa ini sempat
beberapa kali dijadikan lokasi kuliah lapangan beberapa mata kuliah
Rekayasa Kehutanan.
Masukin dokum kegiatan
c. Desa Cikahuripan
Sama halnya dengan Desa Cisempur, Desa Cikahuripan juga telah banyak
melaksanakan kegiatan yang melibatkan kolaborasi dengan HMH ‘Selva’
ITB. Kegiatan tersebut diantaranya: survey kegiatan trekking peserta
Mabim 2022, asisten acara trekking ikatan alumni ITB’88, dan juga tentu
sempat menjadi lokasi kuliah lapangan beberapa mata kuliah Rekayasa
Kehuatanan. Dengan banyaknya kegiatan yang telah dilakukan anggota
HMH ‘Selva’ ITB di Desa ini, maka desa ini sangat cocok
dipertimbangkan untuk dijadikan lokasi berlangsungnya rangkaian
Mabim.
Masukin dokum kegiatan

4.4 Bidang Lapangan


4.4.1 Koordinator Lapangan (Koorlap)
Koordinator lapangan seperti yang telah disinggung sebelumnya merupakan
subjek yang bertanggungjawab penuh atas pengambilan keputusan ketika di
lapangan. Koordinator lapangan menjadi pusat atas seluruh koordinasi kegiatan
yang dilaksanakan pada hari-H, baik ketika interaksi atau Day Mabim. Sebelum
hari-H dan sebelum turun ke lapangan, Koordinator Lapangan bertanggungjawab
untuk memastikan segala persiapan baik dari sumber daya panitia dan operasional
yang dibutuhkan telah terpenuhi. Hal ini sudah harus dipastikan ketika saat latihan
dan simulasi untuk menghadapi pertemuan Mabim yang akan dilaksanakan.
Oleh karena perannya yang sangat penting, maka terdapat organogram
lapangan yang perlu dibentuk untuk menggambarkan alur koordinasi ketika
dilapangan. Organogram ini juga menunjukkan Koordinator Lapangan sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi atas segala keputusan yang diambil ketika di
lapangan. Berikut adalah contoh organogram lapangan Mabim:
Masukin gambar organogram lapangan
Secara formal, berdasarkan organogram kepanitiaan Mabim secara umum,
Koordinator Lapangan langsung membawahi Divisi Medis dan Divisi Komisi
Disiplin/Keamanan. Hal ini dikarenakan peran kedua divisi ini sangat membantu
peran Koordinator Lapangan dan mampu mempengaruhi keputusan yang akan
diambil.
4.4.2 Layout area
Layout secara umum dapat didefinisikan sebagai tata letak atau desain
elemen visual tertentu yang mampu menggambarkan atau menerangkan kondisi
atau pemosisian objek/subjek tertentu. Dalam hal ini layout area adalah gambaran
pemosisian baik sumber daya panitia Mabim atau operasional/logistik yang
diperlukan pada suatu area yang digunakan untuk kegiatan atau mata acara pada
saat hari-H pertemuan Mabim. Pembuatan Layout area (bersama dengan teknis
lapangan) menjadi tanggung jawab Koordinator Lapangan dan sudah harus siap
ketika menjalankan simulasi kegiatan.
Dalam proses pembuatannya, layout area harus dikaji secara bersama-sama
melibatkan Koorlap dan seluruh komponen lapangan. Bahkan, bidang lain seperti
Bidang Materi dan Metode dan Komandan Lapangan tidak jarang ikut dilibatkan.
Hal ini dikarenakan keputusan pemosisian elemen visual tertentu mampu
mempengaruhi flow dan kemudian mempengaruhi ketersampaian nilai serta konten
materi yang ingin dibawakan. Berikut adalah contoh hasil layout yang sempat
digunakan:
Masukin gambar hasil layouting
Beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika membuat layout area:
1.
4.4.3 Barikade
Berdasarkan KBBI, barikade didefinisikan sebagai: (n) perintang yang
dibuat untuk menghambat kemajuan musuh (dalam peperangan) atau untuk
melindungi kubu-kubu pertahanan terhadap serangan musuh. Dalam konteks
Mabim, barikade dapat didefinisikan sebagai komponen panitia yang berfungsi
sebagai pembatas area suatu forum, pelindung dari distraksi dan penghalang untuk
tujuan tertentu. Secara umum barikade dapat divisualisasikan bentuk atau polanya
menjadi barikade letter U (atau beberapa menyebutnya barikade kotak) dan
barikade titik (akronim menjadi bartik). Berikut adalah visualisasi dari kedua
bentuk barikade:
Masukin gambar visualisasi barikade U dan bartik
Secara umum, barikade letter U digunakan ketika dilangsungkannya forum
komunal seperti forum Danlap personalian dan forum Danlap evaluasi. Komponen
panitia yang membentuk barikade memiliki peran dan fungsi tertentu. Namun,
secara umum komponen barikade diutamakan diisi oleh Divisi Komisi
Disiplin/Keamanan dan Divisi Medis. Meskipun secara tertulis peran dan fungsi
setiap komponen sudah ditentukan, intensitas dan improvisasi lapangan akan tetap
dibutuhkan dan haruslah mengikuti flow yang sedang dibawakan.
Berbeda dengan barikade letter U, barikade titik umumnya digunakan
ketika dilangsungkannya forum-forum yang bersifat lebih santai seperti sesi
mentoring materi, sesi materi komunal, sesi focus group discussion, dan lain-lain.
Masih mengutamakan komponen barikade sebelumnya dimana pemosisian diatur
lebih jauh jaraknya dari peserta dan tersebar diberbagai sudut tempat
berlangsungnya kegiatan. Hal ini bertujuan agar peserta tidak merasa tertekan
ketika sesi pematerian tapi tetap mudah di awasi oleh komponen panitia terkait.
Secara umum, komponen barikade memiliki fungsi dan peran diantaranya:
1.
4.4.4 Medis
4.4.5 Komisi Disiplin/Keamanan

4.5 Komandan Lapangan


4.6 Keterangan dan Deskripsi Flow
4.7 Pelantikan Anggota Muda (Penjaklapan)
BAB V
RAPOT
BAB VI
PENUTUP
LEMBAR PENGESAHAN
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai