Anda di halaman 1dari 6

PENILAIAN RISIKO PADA PT GARUDA INDONESIA

Rentannya industri penerbangan terhadap faktor-faktor eksternal seperti kondisi


makroekonomi, fluktuasi harga bahan bakar, fluktuasi mata uang asing dan keterbatasan
infrastruktur memberikan tekanan tersendiri di dalam bisnis PT Garuda Indonesia. Selain itu,
banyaknya pesaing baik di pasar domestik maupun internasional menjadi salah satu faktor
penentu daya saing PT Garuda Indonesia di dalam industri. Adanya ketidakpastian terhadap
faktor-faktor tersebut mengakibatkan semakin tingginya risiko di dalam industri
penerbangan.
Implementasi sistem manajemen risiko PT Garuda Indonesia dilakukan berdasarkan
mekanisme ERM proses, yaitu sebagai berikut:
Mekanisme pengelolaan risiko menggunakan ERM proses dilakukan secara rutin
untuk mengidentifikasi risiko-risiko yang dapat menghambat pencapaian target PT Garuda
Indonesia. ERM proses dimulai dengan identifikasi risiko, pengukuran risiko, mitigasi dan
pemantauan dari jalannya mitigasi tersebut. PT Garuda Indonesia secara rutin melakukan
pemantauan terhadap Corporate Risk Profile (CRP). Selain itu, ERM proses juga terintegrasi
dengan corporate strategy yang dimiliki oleh PT Garuda Indonesia, sehingga setiap
pengambilan keputusan dilakukan dengan mempertimbangkan dan menanggapi
ketidakpastian dalam bisnis. Setiap tahun, PT Garuda Indonesia melakukan pengukuran
efektivitas penerapan manajemen risiko melalui Enterprise Risk Management (ERM)
Maturity Assessment. Penilaian terhadap tingkat kematangan ERM dilakukan terhadap enam
pilar utama, yaitu:

Hasil dari penilaian tingkat maturitas tersebut akan dijadikan salah satu acuan dalam
menyusun program kerja implementasi manajemen risiko di PT Garuda Indonesia. Hal
tersebut dimaksudkan agar terdapat perbaikan dalam efektivitas manajemen risiko.

Jenis Risiko dan Pengelolaan Risiko

Saat ini, PT Garuda Indonesia memiliki lima besaran kategori risiko yaitu risiko yang
berhubungan dengan strategik, operasional, keamanan dan keselamatan penerbangan,
finansial, dan risiko kepatuhan. Kelima besaran risiko ini memiliki kriteria tersendiri untuk
dilakukan pengelolaan. Pengelolaan tersebut tentunya didasarkan pada tingkat prioritas risiko
yang dinilai berdasarkan besarnya eksposur risiko. Berikut adalah gambaran risiko-risiko
utama PT Garuda Indonesia yang telah diidentifikasi di tahun 2015:
1. Tantangan dalam Mencapai Target Pendapatan

Akibat dari sifat industri penerbangan yang rentan terhadap siklus ekonomi, politik, dan
sosial dapat secara negatif mempengaruhi kondisi keuangan dan hasil PT Garuda Indonesia.
Selain itu, pada tahun 2015 faktor eksternal berupa bencana alam memiliki pengaruh yang
cukup signifikan terhadap pencapaian pendapatan perusahaan seperti erupsi gunung berapi,
bencana kabut asap dan lainnya. Sebagai dampak dari letusan gunung berapi pada tahun
2016, terjadi penutupan bandara di Denpasar dan Surabaya yang berdampak pada pembatalan
penerbangan.

Untuk meminimalisir dampak dari risiko tersebut, PT Garuda Indonesia mengambil langkah-
langkah strategis dalam melakukan mitigasi risiko, diantaranya:

a. Penguatan strategi harga dan rencana pemasaran


b. Pengembangan program Ancillary Revenue, yaitu pendapatan atau pemasukan dari
non-tiket
c. Optimalisasi pendapata melalui aliansi
d. Meningkatkan kompetensi dan program retensi dari sales force

2. Tekanan Likuiditas dapat Mempengaruhi Kemampuan Perusahaan dalam


Memenuhi Kewajiban Jatuh Tempo

Adanya faktor eksternal yang mempengaruhi hasil usaha mengakibatkan PT Garuda


Indonesia mengalami tekanan likuiditas. Kemampuan perusahaan dalam mengatur
pembayaran hutang dan kewajiban tetap lainnya akan bergantung pada kinerja operasional
dan arus kas, dimana pada akhirnya akan bergantung kepada kondisi ekonomi dan politik saat
ini, faktor-faktor keuangan, persaingan, peraturan, bisnis, natural disaster dan lainnya, dimana
banyak dari faktor-faktor tersebut berada diluar kendali PT Garuda Indonesia

Adapun mitigasi yang telah dilakukan PT Garuda Indonesia dalam menghadapi risiko
tersebut meliputi:

a. Mendorong efisiensi biaya


b. Mencari alternatif pendanaan seperti penawaran umum terbatas (right issue) dan
obligasi
c. Merancang program ancillary revenue.
3. Keterbatasan Kapasitas dan Fasilitas Bandara di Indonesia

Walaupun infrastruktur penerbangan komersial Indonesia telah mengalami kemajuan yang


cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir ini, sumber daya dari beberapa segmen pada
industry penerbangan termasuk fasilitas bandara dan sistem pemandy lalu lintas udara,
penggunaannya telah melampaui kapasitas maksimum sebagai akibat dari peningkatan yang
signifikan pada pertumbuhan penumpang dan penambahan jumlah armada. Akibat hal
tersebut, kemampuan PT Garuda Indonesia dalam melakukan peningkatan OTP,
penghematan fuel, memberikan kenyamanan penumpang dan pengembangan jaringan
(network) menjadi terganggu.

PT Garuda Indonesia telah melakukan inisiatif-inisiatif untuk mengatasi keterbatasan tersebut


melalui:
a. Penggunaan wide body untuk rute-rute yang padat
b. Membuat dedicated terminal
c. Membuat lounge yang nyaman untuk penumpang

4. Keterbatasan Crew Pesawat yang Memenuhi Kualifikasi

Terdapat kekurangan personel kunci, yaitu kru pesawat di industri penerbangan baik di
lingkungan nasional maupun global. PT Garuda Indonesia memandang bahwa kekurangan
tenaga kerja ini akan meningkat karena perusahaan dan pesaing lainnya, khususnya di
industri penerbangan Indonesia, berusaha meningkatkan jumlah armada pesawatnya. Untuk
memenuhi jumlah kebutuhan tersebut, perusahaan juga perlu untuk meningkatkan usaha
pelatihan. Keterbatasan PT Garuda Indonesia dalam merekrut, melatih, mempertahankan dan
memotivasi kru dapat berdampak negatif terhadap kegiatan usaha, kondisi keuangan dan hasil
usaha PT Garuda Indonesia.

Keterbatasan PT Garuda Indonesia dalam merekrut, melatih, mempertahankan dan


memotivasi kru pesawat ini dapat diatasi dengan beberapa cara seperti:
a. Melakukan rekrutmen pilot baru dan pilot yang sudah memiliki sertifikasi
b. Melakukan kerjasama dengan sekolah penerbangan
c. Memperbaiki sistem renumerasi untuk kru pesawat
d. Penambahan simulator baru
5. keberlangsungan Rute-rute yang Tidak Menguntungkan

Salah satu strategi pertumbuhan PT Garuda Indonesia adalah dengan menambah jumlah
armada, menambah frekuensi dan membuka rute baru. Dalam melakukan ekspansi tersebut
dibutuhkan waktu untuk memperoleh keuntungan sehingga dalam proses pembukaan rute
baru perusahaan akan menghadapi kondisi yang tidak menguntungkan. Hal ini terkait dengan
investasiawal yang harus dikeluarkan oleh PT Garuda Indonesia. Kondisi ini juga memiliki
ketergantungan dengan ketidakpastian ekonomi, bencana alam, kompetisi, dan lainnya.

Adapun PT Garuda Indonesia melakukan inisiatif-inisiatif untuk mengatasi keterbatasan


tersebut melalui:

a. Optimalisasi pendapatan melalui aliansi


b. Optimalisasi penjualan melalui channel distribution yang lebih efisien (e-commerce)
c. Meningkatkan marketing promotion
d. Memperbaiki proses bisnis yang terkait dengan penjualan
e. Meningkatkan kompetensi personel yang ditempatkan di kantor-kantor cabang.

QUICK WIN DALAM PENGELOLAAN RISIKO

Dalam mendukung program rebound PT Garuda Indonesia di tahun 2015, terdapat beberapa
program Quick Wins yang dilaksanakan oleh manajemen, yaitu revenue generator, cost
driver dan reprofiling. Dalam pengelolaan risiko di tahun 2015, sejumlah inisiatif yang
diimplementasikan sebagai bagian dari program Quick Wins untuk program rebound PT
Garuda Indonesia mencakup antara lain:

a. Pembentukan tim pricing committee


b. Efisiensi biaya
c. Program pembiayaan (financing) sukuk dengan suku bunga yang rendah
d. Program lindung nilai (hedging).

Evaluasi Atas Efektifitas Manajemen Risiko

Efektifitas pengelolaan risiko telah ditinjau dan dievluasi secara berkala setiap triwlan.
Adapun tinjauan dan evaluasi ini dilakukan dengan kontribusi dari berbagai lini PT Garuda
Indonesia melalui workshop PRO Team (Performance and Risk Officer Team), focus group
discussion, maupun sharing session. Implementasi ERM terintegrasi dengan corporate
strategi yang dimiliki oleh PT Garuda Indonesia. Sehingga setiap pengambilan keputusan PT
Garuda Indonesia mempertimbangkan dan menanggapi ketidakpastian dalam bisnis.
Implementasi tersebut dilakukan dengan tujuan memberikan gambaran mengenai resiko-
resiko yang mungkin terjadi sehingga tindakan mitigasi terhadap resiko tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik sebagai upaya untuk menjaga pencapaian sasaran yang diharapkan
oleh PT Garuda Indonesia.

Untuk meningkatkan efektivitas dan efesiensi pengelolaan risiko, PT Garuda Indonesia


melakukan perbaikan secara berkelanjutan. Setiap tahunnya, PT Garuda Indonesia melakukan
assessment terhadap tingkat maturitas dari implementasi roadmap ERM. Selain itu, sebagai
upaya untuk meningkatkan risk asareness seluruh SDM di PT Garuda Indonesia, terdapat
beberapa upaya yang sudah dilakukan. Uupaya tersebut seperti workshop,forum manajemen
risiko dengan entitas anak, pembuatan benner, sertifikat PRO Team dan brosur.

PT Garuda Indonesia menilai implementasi sistem manajemen risiko yang telah ada di tahun
2015 sudah efektif dan memadai dengan turut mencakup mekanisme yang sistematis dan
langkah antisipatif terhadap kondisi internal dan eksternal sesuai kapabilitas Perusahaan.
Untuk meningkatkan keakuratan pengukuran risikonya, PT Garuda Indonesia juga melakukan
evaluasi secara berkala terhadap efektivitas sistem manajemen risikonya. Fungsi ini
dijalankan oleh unit Internal Audit sebagai salah satu perangkat utama dalam Sistem
Pengendalian Internal PT Garuda Indonesia untuk meningkatkan efektivitas manajemen
risiko.
AUDITING II

“PENILAIAN RISIKO PADA PT GARUDA INDONESIA”

OLEH :

1. INTAN OKTAVIANI 1410531023


2. JOSSICA PUTRI 1410531040
3. INDRI YULIA 1410532007
4. INDAH PERMATASARI 1410532021

JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI


UNIVERSITAS ANDALAS
2017

Anda mungkin juga menyukai