Anda di halaman 1dari 69

PEMBUATAN BATU BATA DARI FLY ASH, ARANG SEKAM PADI,

ARANG CANGKANG KARET DAN TANAH LIAT DENGAN METODE


PEMBAKARAN

HASIL

MUHAMMAD RIZQI PRATAMA


150204055

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2020
ii

PEMBUATAN BATU BATA DARI FLY ASH, ARANG SEKAM PADI,


ARANG CANGKANG KARET DAN TANAH LIAT DENGAN METODE
PEMBAKARAN

HASIL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Skripsi Program


Studi Kimia S1 FMIPA Dan Kesehatan

MUHAMMAD RIZQI PRATAMA


150204055

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MIPA DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2020
iii

LEMBAR PENGESAHAN
HASIL

Nama Mahasiswa : Muhammad Rizqi Pratama


NIM : 150204055
Program Studi : Kimia
Fakultas : MIPA dan Kesehatan
Judul Seminar proposal : Pembuatan Batu bata Dari Fly Ash, Arang
Sekam Padi, Arang Cangkang Karet dan Tanah
Liat Dengan Metode Pembakaran.

Pekanbaru, Januari 2020

Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II

Rahmadini Syafri B.Sc., M.Sc Prasetya S.Si., M.Si


NIDN.1025098501 NIDN. 1009058701

Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia

Rahmadini Syafri B.Sc., M.Sc


NIDN. 1025098501
iv

LEMBAR PENGESAHAN
HASIL

Nama Mahasiswa : Muhammad Rizqi Pratama


NIM : 150204055
Program Studi : Kimia
Fakultas : MIPA dan Kesehatan
Judul Seminar Proposal : Pembuatan Batu bata Dari Fly Ash, Arang
Sekam Padi, Arang Cangkang Karet dan Tanah
Liat Dengan Metode Pembakaran.

Pekanbaru, Januari 2020


Telah disetujui Oleh :

1. Moderator
Dr. Jufrizal Syahri M.Si
NIDN. 1002058501

2. Pembimbing I Proposal
Rahmadini Syafri B.Sc., M.Sc
NIDN. 1025098501

3. Pembimbing II Proposal
Prasetya S.Si., M.Si
NIDN. 1009058701

4. Penguji I Proposal
Hasmalina Nasution S.Si., M.Si
NIDN. 1011037301

5. Penguji II Proposal
Dr. Sri Hilma Siregar M.Sc
NIDN: 1001127602
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia

Rahmadini Syafri B.Sc., M.Sc


NIDN. 1025098501
v

HALAMAN PENGESAHAN HASIL

Pembuatan Batu Bata Dari Fly Ash, Arang Sekam Padi, Arang Cangkang
Karet Dan Tanah Liat Dengan Metode Pembakaran

Disusun Oleh

Nama : Muhammad Rizqi Pratama


Nim : 150204055
Program Studi : Kimia

Pekanbaru, Januari 2020


Tim Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Rahmadini Syafri B.Sc., M.Sc Prasetya S.Si., M.Si


NIDN. 1025098501 NIDN. 1009058701

Ketua Program Studi Kimia

Rahmadini Syafri B.Sc., M. Sc


NIDN. 1025098501
vi

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr, wb. Puji syukur saya ucapkan atas karunia dan
hinayah Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya untuk
saya sehingga dapat menyelesaikan makalah seminar Hasil ini yang berjudul
“Pembuatan Batu bata dari Fly Ash, Arang Sekam Padi dan Tanah Liat
Dengan Metode Pembakaran”, Shalawat beriringkan salam saya haturkan
kepada baginda Nabiallah Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan
bagi saya dan umat manusia. Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh
orang-orang yang telah mensuport saya dalam menyelesaikan makalah ini yaitu :

1. Bapak Dr. H. Mubarak, M.Si selaku Rektor Universitas Muhammadiyah


Riau.
2. Bapak Juli Widiyanto, M.Kes, Epid selaku Dekan Fakultas MIPA dan
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Riau.
3. Ibu Dr. Sri Hilma Siregar, M.Sc selaku selaku Wakil Dekan yang telah
memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan makalah ini.
4. Ibu Rahmadini Syafri, M.Sc selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas
MIPA dan Kesehatan UMRI, sekaligus selaku Dosen Pembimbing I yang
telah memberikan masukan kepada penulis dalam penyempurnaan hasil ini.
5. Bapak Prasetya M.Si selaku pembimbing II yang telah membantu penulis
dalam penyempurnaan hasil Universitas Muhammadiyah Riau.
6. Bapak Ucup Sugiharta selaku SPV Senior Kimia di PT. PJB UBJOM PLTU
Tenayan
7. Orang tua tercinta serta saudara kandung penulis yang telah memberi
dukungan secara moril dan materil selama penyusunan makalah ini.
8. Abang Asrul selaku kepala laboratorium batu bara
9. Muhammad Alfayed, Hardy Rahayu, Kardina Febriani yang telah
membantu dan memberi dorongan kepada saya dalam menyelesaikan hasil
ini.
10. Teman-teman se-angkatan 2015 yang selalu memberikan semangat.
vii

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan, penulis


mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
hasil ini.

Wassalamualaikum Wr.Wb

Pekanbaru, 12 Agustus 2019

Muhammad Rizqi Pratam


viii

ABSTRAK

PEMBUATAN BATU BATA DARI FLY ASH, ARANG SEKAM PADI,


ARANG CANGKANG KARET DAN TANAH LIAT DENGAN METODE
PEMBAKARAN

Batu bata adalah batu buatan yang terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa
campuran bahan additif yang melalui beberapa proses. Proses tersebut meliputi
pengeringan dengan cara dijemur dan kemudian dibakar dengan temperatur tinggi
dengan tujuan agar batu bata mengeras dan tidak hancur jika terendam dalam air,
batu bata itu sendiri memiliki fungsi struktural dan non-struktural. Pada penelitian
ini batu bata dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan limbah dengan
perbandingan (6:4) dimana 6 untuk tanah liat sebagai perekat dan bahan baku
utama dan 4 untuk pengisi berupa arang sekam padi, arang cangkang karet dan fly
ash. Batu bata yang dibuat ada 7 variasi yaitu (TL-60%, FA-40%), (TL-60%, CK-
40%), (TL-60%, SP-40%), (TL-60%, FA-20%, CK-20%), (TL-60%, FA-20%,
SP-20%), (TL-60%, SP-20%, CK-20%) dan kontrol yaitu batu bata komersil. Dari
hasil uji kuat tekan didapat 2 terbaik dengan nilai kuat tekan memenuhi standar
kuat tekan SNI 03-0349-1989 dengan kelas batu bata ke III dengan masing masing
(TL-60%, FA-40%) 44,2 kg/cm2 dan (TL-60%, FA-20%, CK-20%) 40,1 kg/cm2
dan utuk batu bata kontrol 34,5 kg/cm2 dimana daya serap air dari batu bata
tersebut (TL-60%, FA-40%) 37,3 % untuk (TL-60%, FA-20%, CK-20%) 35,8 %
dan kontrol 18,6 %.
Kata Kunci : Batu bata, Fly Ash, Cangkang Karet, Sekam Padi
ix

ABSTRACT

BRICK STONE FROM FLY ASH, RICE HUSK CHARCOAL, RUBBER


CANGKANG AND CLAY CHARCOAL WITH COMBUSTION METHOD

Bricks are artificial stones made from clay with or without a mixture of
additives that go through several processes. The process involves drying by drying
and then burning at high temperatures with the aim that the bricks harden and are
not destroyed when submerged in water, the bricks themselves have structural and
non-structural functions. In this study, bricks are made from clay mixed with
waste in a ratio (6: 4) wherein 6 are for clay as the adhesive and the main raw
material and 4 for fillers in the form of rice husk charcoal, rubber shell charcoal
and fly ash. There are 7 variations of bricks made (TL-60%, FA-40%), (TL-60%,
CK-40%), (TL-60%, SP-40%), (TL-60%, FA-20%, CK-20%), (TL-60%, FA-
20%, SP-20%), (TL-60%, SP-20%, CK-20%) and control namely commercial
bricks. From the results of the compressive strength test obtained 2 best with
compressive strength values meet the compressive strength standards of SNI 03-
0349-1989 with class III bricks with respectively (TL-60%, FA-40%) 44.2 kg /
cm2 and ( TL-60%, FA-20%, CK-20%) 40.1 kg / cm2 and for control bricks 34.5
kg / cm2 where the water absorption of the bricks (TL-60%, FA-40% ) 37.3% for
(TL-60%, FA-20%, CK-20%) 35.8% and controls 18.6%.
Keywords: Bricks, Fly Ash, Rubber Shells, Rice Husk
x

DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i

LEMBAR PENGESAHAN HASIL ..................................................................... iii

LEMBAR PENGESAHAN HASIL ..................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN HASIL .................................................................. v

KATA PENGANTAR ......................................................................................... vi

ABSTRAK ......................................................................................................... viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ x

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 5

2.1 Tanah Liat ................................................................................................ 5

2.2 Sekam Padi .............................................................................................. 6

2.3 Fly Ash ..................................................................................................... 7

2.4 Cangkang Karet ....................................................................................... 9

2.5 Uji Kuat Tekan ........................................................................................ 10

2.6 FTIR (Fourier Transform Infrared) ....................................................... 11


xi

2.7 Uji Daya Serap Air (Water Absorption) ................................................. 12

BAB III METODOLOGI ..................................................................................... 13

3.1 Desain Penelitian .................................................................................... 13

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 13

3.3 Alat dan Bahan ........................................................................................ 14

3.3.1 Alat ............................................................................................... 14

3.3.2 Bahan ............................................................................................ 14

3.4 Prosedur Penelitian ................................................................................. 14

3.4.1 Prosedur Keselamatan .................................................................. 14

3.4.2 Prosedur kerja Penelitian .............................................................. 15

3.4.2.1 Preparasi Sekam Padi ................................................................ 15

3.4.2.2 Preparasi Fly Ash ...................................................................... 16

3.4.2.3 Preparasi Cangkang Karet ......................................................... 17

3.4.3 Pembuatan Batu bata .................................................................... 18

3.5 Pengujian Sifat Mekanik Kuat Tekan ..................................................... 18

3.6 Pengujian FTIR ....................................................................................... 19

3.7.1 Pengujian Daya Serap Air (Water Absoption) ..................................... 19

3.8 Jaminan Mutu ......................................................................................... 19

3.8.1 Jaminan Mutu Alat dan Instrumen ............................................... 19

3.8.2 Jaminan Mutu Metode .................................................................. 20

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 21

4.1 Hasil ........................................................................................................ 21

4.1.1 Kadar Air Fly ash, SeKam Padi dan Cangkag Karet ................... 21
xii

4.1.3 Karakterisasi Kuat Tekan ............................................................. 23

4.1.4 Karakterisasi Daya Serap Air ....................................................... 24

4.1.5 Karakterisasi FTIR ....................................................................... 25

4.2 Hasil ........................................................................................................ 26

4.2.1 Kadar Air Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi .................. 26

4.2.2 Kadar Abu Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi ................ 27

4.2.3 Nilai Kuat Tekan .......................................................................... 27

4.2.4 Daya Serap Ai r ............................................................................. 29

4.1 FTIR ................................................................................................ 30

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 34

5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 34

5.2 Saran ....................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35

LAMPIRAN ......................................................................................................... 39

DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 2.1 Unsur-unsur Didalam Fly Ash ......................................................... 8
Tabel 3.1 Jaminan Mutu Alat .......................................................................... 17
Tabel 4.1 Kadar Air Fly Ash ........................................................................... 19
Table 4.2 Kadar Air Cangkang Karet ............................................................. 19
Tabel 4.3 Kadar Air Sekam Padi ..................................................................... 20
Tabel 4.4 Kadar Abu Fly Ash ......................................................................... 20
xiii

Tabel 4.5 Kadar Abu Cangkang Karet ............................................................ 21


Tabel 4.6 Kadar Abu Sekam Padi ................................................................... 21
Tabel 4.7 Daya Serap Air ................................................................................ 22
Tabel 4.8 Nilai Kuat Tekan .............................................................................. 23
Tabel 4.9 Persyaratan Fisik Batu Bata SNI 03-0349-1989 .............................. 28
Tabel 4.10 Gugus Fungsi Dari (TL-60%, FA-40%) ........................................ 28
Tabel 4.11 Gugus Fungsi Dari (TL-60%, FA-20%, CK-20%) ........................ 30

DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 2.1 Arang Sekam Padi .......................................................................... 7
Gambar 2.2 Fly Ash ............................................................................................ 8
Gambar 4.1 Hasil FTIR (TL-60%, FA-40%) dan (TL-60%, FA-20%, CK-20%) ... 21
Gambar 4.3 Grafik Kadar Air Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi ...... 23
Gambar 4.4 Grafik Kadar Abu Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi ..... 24
Gambar 4.5 Grafik Kuat Tekan ........................................................................ 25
Gambar 4.6 Grafik Daya Serap Air .................................................................. 27
xiv

Gambar 4.7 Spektum FTIR (TL-60%, FA-40%) ............................................. 29


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertumbuhan jumlah penduduk di Indonesia yang ditandai dengan
meningkatnya kebutuhan sarana dan prasarana dalam masyarakat terutama di
bidang pembangunan. Hal ini menyebabkan permintaan akan bahan bangunan
seperti batu bata semakin meningkat. Batu bata adalah batu buatan yang terbuat
dari tanah liat dengan atau tanpa campuran bahan additif yang melalui beberapa
proses. Proses tersebut meliputi pengeringan dengan cara dijemur dan kemudian
dibakar dengan temperatur tinggi dengan tujuan agar batu bata mengeras dan tidak
hancur jika terendam dalam air, batu bata itu sendiri memiliki fungsi struktural
dan non-struktural. Pada bidang konstruksi batu bata biasa dipakai sebagai
penyangga atau pemikul beban yang ada diatasnya seperti pada konstruksi
perumahan dan fondasi ataupun sebagai dinding pembatas dan estetika pada
konstruksi gedung tanpa memikul beban diatasnya. Bahan dasar pembuatan batu
bata adalah tanah liat, sebagai bahan utama dalam pembuatan batu bata
ketersediaan tanah liat semakin berkurang tentunya perlu adanya solusi untuk
masalah ini salah satunya dengan memvariasikan bahan baku pembuatan batu bata
dengan bahan baku alternatif. Pemanfaatan bahan limbah juga perlu
dipertimbangkan sebagai bahan campuran batu bata salah satunya adalah abu
sekam padi, abu ampas tebu dan abu batu bara (fly ash) (Abdurrohmansyah,
2015).
Penelitian sebelumnya pembuatan batako dari abu batubara-kapur-gips
telah dikembangkan secara sukses oleh Korporasi Tenaga Panas Nasional
(NTPC), Bhanu International dan Perusahaan Listrik Ahmadabad (AEC) untuk
bata abu-abu buatan pabrik yang dapat menggantikan batu bata yang terbuat dari
hasil pembakaran tanah liat sebagai bahan pembuatan dinding. Hal ini juga
diketahui / dikenal sebagai bahwa pembuatan bata abu-abu dari abu batubara
dengan istilah Fly Ash Lime Gypsum (fal-G) (Pitanda, 2013).

1 Universitas Muhammadiyah Riau


2

Abu sisa pembakaran mengandung senyawa silica-alumina aktif yang


dapat bereaksi dengan kalsium hidroksida pada suhu kamar dan adanya air pada
kadar tertentu dapat membentuk senyawa stabil yang mempunyai sifat mengikat.
Selain itu air digunakan dalam proses reaksi pengikatan material yang digunakan
untuk pembuatan batu bata, juga dapat mempermudah pencetakan batu bata
(Miftakhul, 2012).
Abu batubara biasanya mengandung logam berat dan racun, fly ash
biasanya disimpan di landfill/TPA dan laguna abu, hal itu dapat menimbulkan
resiko bagi lingkungan disekitarnya. Upaya besar sedang dilakukan di seluruh
dunia pada penelitian tentang penggunaan kembali abu pembakaran batu bara
sebagai sumber bahan mentah alternatif untuk menghasilkan bahan baru seperti
semen, beton, zeolit, kaca-keramik, adsorben untuk pembersihan cerobong gas
buang. Fly ash memiliki aktivitas pozzolanic. Jadi fasa kaca dapat bereaksi
dengan kapur untuk membentuk produk hidrasi yang berkontribusi dalam
pengembangan kekuatan mekanik dalam semen dan pembuatan batu bata
(DEliche, 2017).
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dengan penambahan abu
sekam padi dengan persentase 5% sampai 15% dapat meningkatkan sifat mekanik
dari batu bata yang dihasilkan (Nurul, 2018). Sekam padi atau Rice Husk Ask
(RHA). merupakan bahan yang memiliki lignoselulosa seperti biomassa lainnya
namun mengandung silika yang tinggi. Kandungan kimia sekam padi terdiri atas
50 % selulosa, 25 – 30 % lignin, dan 15 – 20 % silika (Ismail, 1996). Abu sekam
padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada suhu 400 oC –500 oC akan
menjadi silika amorphous dan pada suhu lebih besar dari 1.000oC akan menjadi
silika kristalin. Konversi sekam padi menjadi abu silika setelah mengalami proses
karbonisasi merupakan sumber pozzolan potensil sebagai Supplementary
Cementitious Material (SCM). Abu sekam padi memiliki aktivitas pozzolanic
yang sangat tinggi sehingga lebih unggul dari SCM lainnya seperti fly ash, slag,
dan silica fume (Abdurrohmansyah, 2015).
Karet merupakan areal perkebunan terluas ketiga setelah kelapa sawit dan
kelapadi Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara kedua penghasil karet
alami di dunia (sekitar 28% dari produksi karet dunia di tahun 2010), sedangkan

Universitas Muhammadiyah Riau


3

Thailand sekitar 30%. Pengembangan karet Indonesia dalam kurun waktu 3


dekade adalah sangat pesat. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, peningkatan
ekspor karet cukup signifikan, dari volume ekspor pada tahun 2002 sebesar 1.496
ribu ton (US$ 1.038 juta) meningkat menjadi 2.100 ribu ton (US$ 1.457 juta) pada
tahun 2009 (Adrian, 2015).
Semakin meningkatnya luas perkebunan karet di Indonesia semakin besar
juga produksi karet, sehingga limbah yang dihasilkan juga semakin banyak. Salah
satu limbahnya adalah cangkang biji karet yang merupakan pembungkus biji karet
luar setelah kulit karet dengan ciri berwarna coklat dan tekstur yang keras (Julian,
2016).
Cangkang biji karet adalah sampah perkebunan yang belum dimanfaatkan
sepenuhnya beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya dengan
memanfaatkan limbah cangkang biji karet adalah untuk mengetahui apakah
cangkang biji karet dapat digunakan sebagai sumber alternatif karbon aktif pada
proses pack carburizing (Saparin, 2016). Cangkang biji karet dapat dimanfaatkan
dan berpotensi menambah nilai ekonomis dengan cara diolah menjadi briket
sebagai bahan bakar alternatif dengan proses karbonisasi. Cangkang biji karet
dikarbonisasi dengan suhu 600 oC selama 2 jam menghasilkan arang cangkang
biji karet (Ridho, 2016).
Dalam dunia industri standar baku mutu tentunya sangat diperlukan hal ini
bertujuan untuk melindungi produsen dan konsumen, mendukung peningkatan
mutu produk, dan menjaga kestabilan produk. Batu bata memiliki standar mutu
yang di atur dalam SNI 15-2094-2000 dimana standar baku mutu ini adalah hasil
revisian standar baku mutu lama SNI 15-2094-1991 yaitu batu bata merah pejal
untuk pasangan dinding (SNI 15-2094-2000).
1.2 Rumusan Masalah
Dari paparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah
antara lain;
1. Apakah karbon dari sekam padi dan cangkang karet dapat meningkatkan
sifat mekanik dari batu bata sehingga sesuai dengan standar SNI ?
2. Bagaimana komposisi yang baik untuk meningkatkan sifat mekanik dari
bau bata ?

Universitas Muhammadiyah Riau


4

3. Bagaimana pengaruh penambahan fly ash, sekam padi dan arang cangkang
karet dalam pembuatan batu bata ?
4. Bagaimana pengaruh penambahan fly ash pada batu bata terhadap
lingkungan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain;
1. Mengetahui dan membandingkan batu bata yang dihasilkan dengan SNI:
dan batu bata yang di jual dipasaran
2. Mengetahui pengaruh variasi dari batu bata yang dihasilkan
3. Mengetahui morfologi dari batu bata yang dihasilkan
4. Mengetahui apakah batu bata yang dibuat aman untuk lingkungan
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penilitian ini antara lain;
1. Menambah khazanah ilmu mengenai bahan alternatif untuk pembuatan
batu bata
2. Mengetahui karakteristik batu bata
3. Dapat menjadi salah satu referensi untuk masyarakat sebagai usaha guna
mengangkat perekonomian dengan mengolah limbah menjadi bahan yang
bernilai jual
4. Dapat megurangi limbah yang dapat mencemari lingkungan

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanah Liat


Lempung adalah tanah hasil pelapukan batuan keras seperti : basalt
(sebagai batuan dasar), andesit dan granit (batu besi). Lempung sangat tergantung
pada jenis batuan asalnya. Umumnya batuan keras akan memberikan pengaruh
warna pada lempung, seperti merah, sedangkan granit akan memberikan warna
lempung menjadi putih. Lempung disebut juga sebagai batuan sedimen (endapan),
karena pada umumnya setelah terbentuk dari batuan keras, lempung akan
diangkut oleh air dan angin, diendapkan dalam suatu tempat yang lebih rendah.
Lempung merupakan bahan alam yang sangat penting bagi manusia. Bagian luar
dari lempung disebut tubuh tanah. Pada tubuh tanah ini terdapat sisa akar
tumbuhan dan bahan organik lainya yang membusuk, sehingga memberi warna
abu-abu kehitaman pada lempung. ketebalan lempung ini mencapai 0,25 sampai
0,5 nm (Siegar, 2015).
Di Indonesia pada pembuatan batu bata merah dan genteng pada umumnya
menggunakan lempung alluvial, karena sawah-sawahnya rata-rata mengandung
lempung alluvial dan jarang sekali menggunakan lempung marin. Tanah liat
memiliki komposisi kimia seperti Silika SiO2, Silika dalam bentuk sebagai kuarsa
jika memiliki kadar yang tinggi akan menyebabkan tanah liat menjadi pasiran dan
mudah slaking, kurang plastis dan tidak begitu sensitif terhadap pengeringan dan
pembasahan, Alumina (Al2O3) terdapat dalam mineral lempung, feldspar dan
mika. Kadar alumina yang tinggi akan memperlebar jarak temperatur sintering,
Fe2O3 komponen besi ini dapat menguntungkan atau merugikan tergantung
jumlahnya dan sebar butirannya, semakin tinggi kadar besi tanah liat semakin
rendah temperatur peleburan tanah liat. Mineral besi yang berbentuk kristal
dengan ukuran yang besar dapat menyebabkan cacat pada permukaan produknya
seperti pada batu bata atau keramik (Siegar, 2015).

5 Universitas Muhammadiyah Riau


6

CaO. terdapat dalam tanah liat dalam bentuk batu kapur. Bertindak sebagai
pelebur bila temperatur pembakarannya mencapai lebih dari 1100 oC, Mg terdapat
dalam bentuk dolomite, magnesit atau silikat dapat meningkatkan kepadatan
produk hasil pembakaran, K2O dan Na2O Alkali ini menghasilkan garam-garam
larut setelah pembakaran, dapat menyebabkan penggumpalan kolorid dan dalam
pembakaran dapat bertindak sebagai pelebur yang baik dan bahan bahan organik
yang bertindak sebagai protektor koloid dan menaikkan keplastisan seperti humus,
bitumen dan karbon (Siegar, 2015).
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila
basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan
oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1
memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara
golongan 2 memiliki dua lapis golongan oksida silikon yang mengapit satu lapis
oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2 memiliki sifat elastis yang kuat,
menyusut saat kering dan memuai saat basah. Karena perilaku inilah beberapa
jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau pecah-pecah bila kering (Huda,
2012).
2.2 Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit yang membungkus butiran beras, dimana kulit
padi akan terpisah dan menjadi limbah atau buangan. Jika sekam padi dibakar
akan menghasilkan abu sekam padi. Secara tradisional, abu sekam padi digunakan
sebagai bahan pencuci alat-alat dapur dan bahan bakar dalam pembuatan batu
bata. Penggilingan padi selalu menghasilkan kulit gabah atau sekam padi yang
cukup banyak yang akan menjadi material sisa. Ketika bulir padi digiling, 78 %
dari beratnya akan menjadi beras dan akan menghasilkan 22 % berat kulit sekam.
Kulit sekam ini dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam proses produksi.
Kulit sekam terdiri 75% bahan mudah terbakar dan 25 % berat akan berubah
menjadi abu. Abu ini dikenal sebagai Rice Husk Ash (RHA) yang memiliki
kandungan silika reaktif sekitar 85%- 90%. Dalam setiap 1000 kg padi yang
digiling akan dihasilkan 220 kg (22%) kulit sekam (Prasetyoko, 2001).

Universitas Muhammadiyah Riau


7

Gambar 2.1 Arang Sekam Padi


Jika kulit sekam itu dibakar pada tungku pembakar, akan dihasilkan sekitar
55 kg (25%) RHA. Sekitar 20% dari berat padi adalah sekam padi, dan bervariasi
dari 13 sampai 29% dari komposisi sekam adalah abu sekam yang selalu
dihasilkan setiap kali sekam dibakar. Nilai paling umum kandungan silika (SiO2)
dalam abu sekam padi adalah 94%–96% dan apabilam nilainya 6 mendekati atau
dibawah 90% kemungkinan disebabkan oleh sampel sekam yang telah
terkontaminasi oleh zat lain yang kandungan silikanya rendah. Abu sekam padi
apabila dibakar secara terkontrol pada suhu tinggi sekitar (50 oC–600 oC) akan
menghasilkan abu silika yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai proses kimia
(Prasetyoko, 2001).
2.3 Fly Ash
Batubara adalah bahan bakar fosil paling kompleks dan paling berlimpah
di dunia. Umumnya, nilai kalor bahan bakar secara langsung berkaitan dengan
konten karbon dan hidrogen. Komponen lain berkontribusi untuk mengurangi
output panas dan menghasilkan produk samping yang memiliki pengaruh negatif
terhadap lingkungan. Batubara adalah bahan bakar yang memiliki dua fraksi dapat
dibedakan menjadi: a) materi karbon, yang menyumbang energi, dan b) fraksi
steril, yang dibentuk oleh air dan bahan mineral yang biasanya dilepas sebagai
abu. Daya termal pabrik dengan kapasitas sekitar 1.000 MW, dengan operasi 6600
jam per tahun, menghasilkan sekitar 69.000 ton terak dan 383.000 ton abu
terbang. Jumlah 377.000 ton partikel abu terbang ditangkap oleh penyaring
presipitator elektrostatik yang menghasilkan limbah padat sekitar setengah juta
ton per tahun (Munir, 2008).

Universitas Muhammadiyah Riau


8

Gambar 2.3 Fly Ash


Fly ash (abu terbang) merupakan sisa dari hasil pembakaran batubara pada
power plants. Fly ash mempunyai titik lebur sekitar 1300 oC dan berdasarkan uji
komposisi kimia fly ash mengandung CAS (CO-Al2O3-SiO2) dalam jumlah besar
yang merupakan pembentuk utama network glass. Fly ash mempunyai kerapatan
massa (densitas) antara 2,0 – 2,5 g/cm3 (Bienias, 2003).
Tabel 2.1. Unsur-unsur didalam Fly Ash
No Unsur Persentase (%)
1 Fe 58.84
2 Ca 13.30
3 Si 16.90
4 Al 4.20
5 K 0.88
6 Ti 1.32
7 V 0.05
8 Cr 0.14
9 Mn 0.75
10 Ni 0.89
11 Cu 0.15
12 Zn 0.01
13 Sr 0.71
14 Ba 0.81
15 Eu 0.60
16 Mo 0.00
17 Re 0.50
(Ghofur, 2014)
Secara kimia fly ash merupakan mineral alumino silikat yang banyak
mengandung unsur-unsur Ca, K, dan Na disamping juga mengandung sejumlah
kecil unsur C dan N. Bahan nutrisi dalam fly ash yang diperlukan dalam tanah
diantaranya adalah B, P dan unsur-unsur lainnnya seperti Cu, Zn, Mn, Mo dan Se.
Fly ash sendiri dapat bersifat sangat asam (pH 3 – 4) tetapi pada umumnya
bersifat basa (pH 10 – 12). Secara fisika fly ash batubara tersusun dari partikel.

Universitas Muhammadiyah Riau


9

berukuran silt yang mempunyai karakteristik kapasitas pengikat air dari sedang
sampai tinggi. (Retno, 2013).
Fly ash merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan oleh industri
yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk proses produksinya. Fly
ash memiliki sifat pozzolan, yaitu suatu bahan yang mengandung silika atau
alumina silika yang tidak mempunyai sifat perekat (sementasi) pada dirinya
sendiri tetapi dengan butirannya yang sangat halus bisa bereaksi secara kimia
dengan kapur dan air membentuk bahan perekat pada temperatur normal. Saat ini
jumlah limbah batubara (fly ash) di dunia yang dihasilkan dari proses pembakaran
batubara di PLTU sangatlah besar, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia PLTU penghasil limbah batubara adalah PLTU Paiton (Jawa
Timur), PLTU Suralaya (Banten) dan PLTU Bukit Tinggi (Sumatera Barat).
Untuk PLTU Suralaya dan Paiton pada tahun 1996 menghasilkan limbah ampas
batubara (fly ash) sebesar hampir satu juta ton per tahun. Apalagi pada saat ini
jumlah untuk pembangkit yang beroperasi pada ketiga PLTU tersebut semakin
banyak. Limbah batubara yang relatif besar ini menimbulkan dampak pencemaran
yang cukup berat. Sehingga perlu difikirkan sebuah alternatif pemecahan
permasalahan pencemaran ini (Husin, 2005).
2.4 Cangkang Karet
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di
dunia, sehingga limbah yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Salah satu
limbahnya adalah cangkang biji karet yang merupakan pembungkus biji
karet luar setelah kulit karet dengan ciri berwarna coklat dengan tekstur
yang keras. Cangkang biji karet dapat dimanfaatkan dan berpotensi
menambah nilai ekonomis dengan cara diolah menjadi briket sebagai bahan
bakar alternatif (Ridho, 2016).
Penelitian sebelumnya yang memanfaatkan limbah cangkang biji karet
adalah menjadi produk briket dengan proses karbonisasi. Cangkang biji karet
dikarbonisasi dengan suhu 600⁰C selama 2 jam menghasilkan arang
cangkang biji karet. Arang cangkang biji karet selanjutnya dibuat menjadi
briket yang dicampur perekat amilum dengan perbandingan 100 : 0, 90 : 10, 80 :
20, 70 : 30, 60 : 40. Parameter yang diuji pada briket ini adalah kadar air, kadar

Universitas Muhammadiyah Riau


10

abu, kadar zat terbang, dan kadar karbon tetap dan nilai kalor. Dari hasil
penelitian diperoleh komposisi optimum dari baku yaitu 90:10 dengan nilai
kadar air 4,63 %; kadar abu 3,74 %; kadar zat terbang 24,20%; kadar
karbon tetap 67,43 % dan nilai kalor 6167 cal/gr. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa briket cangkang biji karet mencapai 3 dari 5 parameter
Standar Nasional Indonesia (SNI No.01/6235/2000) (Ridho, 2016).
2.5 Uji Kuat Tekan
Uji tekan adalah suatu alat uji mekanik yang berguna untuk mengukur dan
mengetahui kekuatan benda terhadap gaya tekan. Uji tekan ini memiliki kinerja
yang bagus dan berkualitas untuk mengetahui kekuatan benda. Pada umumnya uji
tekan ini digunakan pada logam yang bersifat getas, karena alat uji tekan ini
memiliki titik hancur yang terlihat jelas di saat melakukan pengujian benda
tersebut. Keragaman fungsi dan dimensional uji tekan ini menjadikan beragam
ragam syarat mekanis yang perlu di penuhi karena akan beragam pula gaya dan
arah gaya yang akan di uji kekuatan benda tersebut. Pada beberapa alat yang akan
di uji yang di buat panjang, dia akan melengkung jika di uji dengan alat uji tekan.
Uji tekan ini memiliki alat yang canggih, berat dan tenaga yang kuat serta
kualitas dan kinerja yang menjanjikan untuk para pengguna alat uji tekan tersebut.
Sebesar apapun benda yang akan di uji tekannya dengan alat uji tekan ini kita bisa
mengetahui kekuatan suatu benda tersebut. Uji tekan akan memberikan hasil
pengukuran kekuatan benda tersebut mengenai besar pengukuran yang diuji
terhadap bahan yang akan diuji sehingga standarisasi yang diinginkan akan
tercapai sempurna. Sebesar apa benda yang akan diuji maka akan distabilkan juga
dengan alat uji tekan yang akan memberikan hasil dan kinerja yang baik dan
hasilnya akan lebih bagus.
Tabel 4.9. Persyaratan Fisik Bata Beton Menurut SNI 03-0349-1989.

Satuan Tingkat Mutu Bata Beton Pejal


Syarat Fisis
I II III IV
Kuat Tekan Bruto Rata-rata
Kg/cm2 100 70 40 25
Minimum
Kuat Tekan Bruto Masing-masing
Kg/cm2 90 65 35 21
Benda Uji
Penyerapan Air Rata-rata 25 35 - -
%
Maksimum

Universitas Muhammadiyah Riau


11

2.6 FTIR (Fourier Transform Infrared)


Spektrofotometri Infrared atau infra merah merupakan suatu metode yang
mengamati interaksi molekul dengan radiasi elektromagnetik yang berada pada
daerah bilangan gelombang 4.000-400 cm-1. Dibandingkan dengan panjang
gelombang sinar ultraviolet dan tampak, panjang gelombang inframerah lebih
panjang dengan demikian energinya lebih rendah. Bagian sinar infra merah
berkaitan dengan energi vibrasi molekul (Ilhamsyah, 2010).
Spektroskopi FTIR merupakan spektroskopi inframerah yang dilengkapi
dengan transformasi Fourier untuk deteksi dan analisis hasil spektrumnya. Inti
spektroskopi FTIR adalah Interferometer Michelson yaitu alat untuk menganalisis
frekuensi dalam sinyal gabungan. Spektrum inframerah tersebut dihasilkan dari
pentransmissian cahaya yang melewati sampel, pengukuran intensitas tanpa
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrum inframerah yang diperoleh
kemudian diplot sebagai intensitas fungsi energi, panjang C7 sampai C12 yang
dapat mempunyai susunan rantai lurus maupun aromatik (Komarasari, 2011).
2.7 Uji Daya Serap Air (Water Absorption)
Pengujian ini merupakan pengukuran daya serap dengan melihat
persentase perbandingan antara selisih massa basah dengan massa kering pada
sampel yang direndam selama 24 jam. Perhitungan Daya serap air dirumuskan
sebagai berikut:
𝑊𝑏−𝑊𝑘
Daya Serap Air (%) = x 100%
𝑊𝑘
dengan:
Wb = Berat sampel setelah direndam air (gr)
Wk = Berat sampel kering (gr)

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB III
METODOLOGI

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian laboratorium yaitu pembuatan batu
bata dengan menggunakan bahan dari limbah yaitu abu sekam padi, arang
cangkang karet, fly ash dan tanah liat di gunakan sebagai bahan baku utama.
Adapun teknik sampling dilakukan dengan sistem bertanya kepada masyarakat
tentang bahan baku terbaik. Perlakuan awal dalam pembuatan batu bata ini yaitu
dengan mengkarakterisasi bahan yaitu cangkang karet dan sekam padi guna
mendapatkan serat karbon yang nantinya berfungsi meningkatkan sifat mekanik
dari batu bata yang dihasilkan cangkang karet diarangkan dengan suhu berkisar
500oC dan kemudian dihaluskan dengan ukuran 60 nm.
Metode pembakaran digunakan mengacu pada prosedur penelitian
sebelumnya (D. Eliche-Quesada, 2017) pada penelitian ini dibuat batu bata
dengan 6 variasi yaitu (6:2:2) dimana 6 tanah liat, 2 Fly Ash, 2 sekam padi, (6:2:2)
6 tanah liat, 2 Fly Ash, 2 cangkang karet, (6:2:2) 6 tanah liat, 2 cangkang karet, 2
sekam padi. Perbandingan selanjutnya (6:4) 6 tanah liat, sekam padi, (6:4) 6 tanah
liat, 4 Fly Ash, dan (6:4) 6 tanah liat, 4 cangkang karet untuk batu bata dengan
cangkang karet. Semua bahan dicampurkan dan diadon hingga tercampur merata
kemudian dilakukan pencetakan yang kemudian batu bata yang sudah dicetak di
keringkkan selama 1 minggu, setelah batu bata kering dibakar selama 15 Jam
secara bertahap dengan suhu berkisar 1000oC setalah batu bata dibakar
didinginkan selama 1 minggu dan batu bata siap untuk di uji. Pengujian yang akan
dilakukan yaitu pengujian SEM guna melihat morfologi dari batu bata, FTIR
untuk mengetahui gugus fungsi dan pengujian mekanik yaitu uji kuat tekan,
pengujian daya serap air.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Labortorium Kimia Terpadu Universitas
Muhammadiyah Riau dan di Laboratorium PT. PJB UBJOM Tenayan Raya.

12 Universitas Muhammadiyah Riau


13

3.3 Alat dan Bahan


3.3.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini ialah gelas ukur 100 mL,
neraca analitik, timbangan, spatula, beaker glass, ember, cetakan batu bata,
ayakan 60 nm, baskom, lumppang alu, furnace, loyang besi, tungku pemanas,
FTIR, alat uji kuat tekan, oven dan kanebo.
3.3.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini ialah tanah liat, abu sekam padi,
fly ash dan air.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Prosedur Keselamatan
Prosedur keselamatan dalam penelitian ini sesuai dengan prosedur kerja di
laboratorium Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) yaitu memakai APD
(Alat Pelindung Diri), memahami prosedur penggunaan alat, membuat rencana
kerja dan menganalisis setiap bahaya yang terjadi pada setiap langkah kerja yang
dilakukan. Pada saat setelah pengujian, tempat analisa harus dikondisikan dalam
keadaan bersih dan aman, setiap penelitian akan menghasilkan limbah oleh karena
itu hendaknya memahami prosedur penanganan limbah yang dihasilkan dari
penelitian, seperti limbah yang mengandung logam berat harus ditempatkan pada
tempat limbah B3. Pada penelitian kali ini fly ash digunakan sebagai bahan baku
untuk pembuatan batu bata, fly ash tergolong dalam limbah B3, penanganan
pertaman yang dilakukan adalah menyiapkan tempat sampel yang tidak bereaksi
dengan sampel, kemudian penanganan saat penyimpanan sampel fly ash disimpan
di dalam kantong plastik khusus dan di simpan didalam wadah ember khusus dan
tidak tergabung dengan bahan lainnya.
Prosedur keselamatan pada penelitian ini dapat dibagi dalam tiga bagian
yaitu prosedur keselamatan pada saat pengambilan bahan baku pembuatan batu
bata, saat pembuatan batu bata dan saat pengujian batu bata. Untuk prosedur
keselamatan saat pengambilan contoh uji di lapangan, pengambilan fly ash
dilakukan di PLTU Tenayan dan dilakukan oleh laboran PLTU. Pengambilan fly
ash dilakukan dengan melakukan rancangan pengambilan sampel kemudian
mengkondisikan keadaan lapangan dengan mengkoordinasikan dengan orang

Universitas Muhammadiyah Riau


14

lapangan yang bertugas kemudian menyiapkan APD yang diperlukan


seperti masker, wearpuck, sarung tangan, peralatan P3K dan mempersiapkan alat
yang akan digunakan untuk sampling. Sampling tanah liat dilakukan di kawasan
Industri pembuatan batu bata, teknik sampling dilakukan dengan cara mengambil
tanah liat yang baik menurut keterangan warga dan pekerja di Industri pembuatan
batu bata tersebut. Menurut dari penelitian yang telah dilakuka oleh D. Eliche,
(2017) Kelayakan lingkungan dari batu bata dipelajari dengan pelindian logam
berat menggunakan karakteristik toksisitas (TCLP) sesuai dengan metode EPA
1311. Itu konsentrasi dalam filtrat diukur dengan Induktif Ditambah Spektrometer
Emisi Plasma-Atom (ICP-AES Agilent 7500) dan kadar logam berat dibawah
batas standar USEPA. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium
dalam pelaksanaan penelitian langkah awal harus mengenal dan mengetahui
bahaya dari bahan-bahan dan alat yang akan digunakan dengan mengikuti
prosedur dari MSDS (Material Safety Data Sheet) dan menyiapkan peralatan
keselamatan kerja seperti wearpuck, handscund, dan masker.
3.4.2 Prosedur kerja Penelitian
3.4.2.1 Preparasi Sekam Padi
Bahan sekam padi dipilih dengan kualitas yang baik yaitu dengan bewarna
kekuningan dan tidak lembab kemudian sekam padi dikeringkan dalam tungku
dan disangrai hingga berubah warna menjadi warna hitam dan mengalami
penurunan berat hingga 90% dan dianggap telah terarangkan dengan sempurna
setelah sekam padi terarangkan sekam padi digerus hingga alus dan diayak
dengan Ayakan 60 nm. Sekam padi yang telah diayak diuji kandungan airnya
dengan menggunakan TGA dan dilakukan juga pengujian kadar zat terbang.
Langkah awal pengujian kadar air alat TGA siapkan atau dikondisikan
sebagaimana diatur format alat menggunakan computer yang telah terhubungkan
dengan TGA dimana suhu diatur 105oC dan waktu yang digunakan yaitu standar
penggunaan alat TGA, kemudian cawan dimasukkan kedalam TGA dan alat akan
melakukan penimbangan berat cawan secara otomatis setelah dilakukan
penimbangan berat cawan kosong konstan kemudian dilakukan penimbangan
sampel sebanyak 1 g dengan 8 kali pengulangan hal ini dilakukan untuk
mendapatkan hasil yang maksimal kemudian setelah dilakukan penimbangan

Universitas Muhammadiyah Riau


15

sampel beri label masing-masing sampel dengan mengaturnya dikomputer


dan langkah akhir tekan tombol start untuk memulai proses pengujian.
Pengujain kadar zat terbang dilakukan dengan menggunakan alat Furnace
dimana langkah awal dilakukan penimbangan berat cawan konstan dan kemudian
sampel ditimbang dengan berat 1 g dilakukan dengan 6 kali pengulangan
kemudian sampel dipanaskan dengan suhu 500oC selama 30 menit dan kemudian
suhu dinaikkan 815 oC selama 1 jam kemudian sampel didinginkan didalam
decicator selama 30 menit dan kemudian dilakukan penimbangan kembali untuk
mengukur berat akhir dari sampel.
3.4.2.2 Preparasi Fly Ash
bahan Fly Ash diambil di PLTU Tenayan Raya dimana sampling
dilakukan oleh laboran batu bara PLTU kemudian dilakukan pengujian kadar air
menggunakan TGA dan pengujian zat terbang menggunakan Furnace. Langkah
awal pengujian kadar air alat TGA siapkan atau dikondisikan sebagaimana diatur
format alat menggunakan komputer yang telah terhubungkan dengan TGA
dimana suhu diatur 105oC dan waktu yang digunakan yaitu standar penggunaan
alat TGA, kemudian cawan dimasukkan kedalam TGA dan alat akan melakukan
penimbangan berat cawan secara otomatis setelah dilakukan penimbangan berat
cawan kosong konstan kemudian dilakukan penimbangan sampel sebanyak 1 g
dengan 8 kali pengulangan hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal kemudian setelah dilakukan pnimbangan sampel beri label masing-
masing sampel dengan mengaturnya dikomputer dan langkah akhir tekan tombol
start untuk memulai proses pengujian.
Pengujain kadar zat terbang dilakukan dengan menggunakan alat Furnace
dimana langkan awal dilakukan penimbangan berat cawan konstan dan kemudian
sampel ditimbang dengan berat 1 g dilakukan dengan 6 kali pengulangan
kemudian sampel dipanaskan dengan suhu 500oC Selama 30 menit dan kemudian
suhu dinaikkan 815oC selama 1 jam kemudian sampel didinginkan didalam
Desikator selama 30 menit dan kemudian dilakukan penimbangan kembali untuk
mengukur berat akhir dari sampel.

Universitas Muhammadiyah Riau


16

3.4.2.3 Preparasi Cangkang Karet


Bahan cangkang karet yang digunakan yaitu cangkang karet yang belum
bewarna kehitaman atau belum busuk, hal ini dilakukan guna menjaga kualitas
bahan yang akan digunakan untuk membuat batu bata, langkah awal cangkang
karet dipisahkan dari inti cangkang karet kemudian cangkang karet di oven
dengan suhu 105oC selama 3 jam guna menghilangkan kadar air dan memudahkan
penggerusan, cangkang karet yang telah di oven didinginkan dan kemudian
digerus, cangkang karet yang telah dgerus dikarbonasi menggunakan Furnace
pada suhu 500oC selama 2 jam dan kemudian digerus kembali dan diayak
menggunakan ayakan 100 nm.
Cangkang karet yang telah diayak diuji kandungan airnya dengan
menggunakan TGA dan dilakukan juga pengujian kadar zat terbang. Langkah
awal pengujian kadar air alat TGA siapkan atau dikondisikan sebagaimana diatur
format alat menggunakan computer yang telah terhubungkan dengan TGA dimana
suhu diatur 105oC dan waktu yang digunakan yaitu standar penggunaan alat TGA,
kemudian cawan dimasukkan kedalam TGA dan alat akan melakukan
penimbangan berat cawan secara otomatis setelah dilakukan penimbangan berat
cawan kosong konstan kemudian dilakukan penimbangan sampel sebanyak 1 g
dengan 8 kali pengulangan hal ini dilakukan untuk mendapatkan hasil yang
maksimal kemudian setelah dilakukan penimbangan sampel beri label masing-
masing sampel dengan mengaturnya dikomputer dan langkah akhir tekan tombol
start untuk memulai proses pengujian.
Pengujain kadar zat terbang dilakukan dengan menggunakan alat Furnace
dimana langkan awal dilakukan penimbangan berat cawan konstan dan kemudian
sampel ditimbang dengan berat 1 g dilakukan dengan 6 kali pengulangan
kemudian sampel dipanaskan dengan suhu 500oC Selama 30 menit dan kemudian
suhu dinaikkan 815oC selama 1 jam kemudian sampel didinginkan didalam
Desikator selama 30 menit dan kemudian dilakukan penimbangan kembali untuk
mengukur berat akhir dari sampel.

Universitas Muhammadiyah Riau


17

3.4.3 Pembuatan Batu bata


Pembuatan batu bata dilakukan dengan sistem pembakaran hal ini diawali
dengan persiapan bahan-bahan yang akan digunakan yaitu tanah liat, abu sekam
padi, dan fly ash dimana batu bata dibuat dengan perbandingan komposisi (6:2:2),
6 tanah liat, 2 abu sekam padi, 2 fly ash, (6:2:2) 6 tanah liat, 2 cangkang karet, 2
fly ash, (6:2:2) 6 tanah liat, 2 sekam padi, 2 cangkang karet, 6:4:0, 4 tanah liat, 4
abu sekam padi, 0 fly ash, 6:0:4, 6 tanah liat, 0 abu sekam padi, 4 fly ash dan
10:0:0 digunakan sebagai kontrol. Langkah selanjutnya tanah liat dilumat
menggunakan air sebanyak 40% dari berat keseluruhan batu bata setelah tanah liat
lumat dan halus kemudian ditambahkan dengan abu sekam padi, cangkang karet
dan fly ash dicampurkan hingga campuran homogen dan tercampur rata.
Campuran yang talah rata didiamkan selama 2 hari guna mengurangi kadar air dan
memadatkan campuran, campuran siap dicetak menjadi batu bata kemudian abatu
bata dioven selama 2 x 24 jam guna mengurangi kadar air, batu bata dijemur
selama 3 hari untuk menjadikan batu bata yang benar-benar kering, setelah batu
bata kering batu bata dibakar didalam tungku selama 15 jam secara bertahap
dengan suhu 1000oC kemudian batu bata didinginkan secara perlahan agar tidak
retak dan pecah setelah dingin batu bata siap untuk diuji.
3.5 Pengujian Sifat Mekanik Kuat Tekan
Pengujian kuat tekan pada batu bata adalah untuk mendapatkan besarnya
beban tekan maksimum yang bisa diterima oleh batu bata. Pengujian kuat tekan
dilakukan dengan mempertimbangkan yaitu permukaan landasan tekan harus
memiliki dimensi 3 % lebih besar dari diameter benda uji, permukaan tekan tidak
boleh memiliki ketidakrataan lebih dari 0.02 mm pada setiap 150 mm bagian
landasan, kepala mesin tekan yang bergerak harus bergerak pada kecepatan
mendekati 1.3 mm/menit pada saat mesin bergerak tanpa beban, untuk mesin yang
digerakkan secara hidrolik beban harus bergerak sesuai dengan kecepatan
pembebanan dalam rentang 0.15 Mpa/detik sampai dengan 0.35Mpa/detik
(SNI:1974-2011).

Universitas Muhammadiyah Riau


18

3.6 Pengujian FTIR


Pengujian FTIR dilakukan untuk mengetahui informasi terkait ikatan
kimia yang ada pada batu bata. Ikatan kimia tersebut diindikasikan dengan
puncak-puncak yang berbeda. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui gugus
fungsi dari batu bata. Adapun cara kerja FTIR seperti berikut ini: Mula mula zat
yang akan diukur diidentifikasi, berupa atom atau molekul. Sinar infra merah
yang berperan sebagai sumber sinar dibagi menjadi dua berkas, satu dilewatkan
melalui sampel dan yang lain melalui pembanding. Kemudian secara berturut-
turut melewati chopper. Setelah melalui prisma atau grating, berkas akan jatuh
pada detektor dan diubah menjadi sinyal listrik yang kemudian direkam oleh
rekorder. Selanjutnya diperlukan amplifier bila sinyal yang dihasilkan sangat
lemah. Sampel, yang dapat dengan mudah diuji oleh FTIR, termasuk pelet
polimer, bagian, sampel buram, serat, bubuk, pelapis kawat, dan cairan.
3.7.1 Pengujian Daya Serap Air (Water Absoption)
Pengujian ini merupakan pengukuran daya serap dengan melihat
persentase perbandingan antara selisih massa basah dengan massa kering pada
sampel yang direndam selama 24 jam. Perhitungan Daya serap air dirumuskan
sebagai berikut:
𝑊𝑏−𝑊𝑘
Daya Serap Air (%) = x 100%
𝑊𝑘

dengan:
Wb = Berat sampel setelah direndam air (gr)
Wk = Berat sa mpel kering (gr)
3.8 Jaminan Mutu
3.8.1 Jaminan Mutu Alat dan Instrumen
Jaminan mutu alat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data hasil kalibrasi alat dan instrumen dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut
ini:

Universitas Muhammadiyah Riau


19

Tabel 3.1. Jaminan Mutu Alat


No Nama Alat Tanggal Sertifikat Merk
Kalibrasi Kalibrasi
1 Drying Oven 18 November UPT PSMB Memmert UN
2014 Disperindag 55
prov. Riau
LK-153-IDN
2 Muffle 19 November UPT PSMB Nuberthem
Furnace 2014 Disperindag B150
prov. Riau
LK-153-IDN
3 Neraca 18 November UPT PSMB SHIMADZU
Analitik 2014 Disperindag AYY 220
prov. Riau
LK-153-IDN

3.8.2 Jaminan Mutu Metode


Jaminan Mutu Metode yang digunakan dalam penelitian ini terlampir pada
tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3. Jaminan Mutu Metode
No Nama Referensi
1 Pengamatan dengan Instrumen Oven SNI 03-0349-1989

2 Pengamatan dengan Instrumen SNI 03-0349-1989


Furnace
3 Pembuatan batu bata (D. Eliche-Quesada, 2017)

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
4.1.1 Kadar Air Fly ash, SeKam Padi dan Cangkag Karet
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100
persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen.
𝑊−𝑊1
Kadar air (% berat) b/b = × 100
𝑊

dimana:
W = Berat sampel awal (gram)
W1 = Berat sampel setelah dikeringkan (gram)
100 = Faktor konversi ke %
Tabel 4.1. Kadar Air Fly Ash
Kadar Air Pada Fly Ash
Berat Cawan Berat Berat Sesudah Kadar Air SNI No.2460-
NO
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g) (%) 2014 (%)
1 186.479 10.047 196.167 0.132 Maksimal 3
2 180.037 10.029 189.667 0.209 Maksimal 3
3 176.984 10.011 186.621 0.200 Maksimal 3
4 187.232 10.017 196.828 0.213 Maksimal 3

Rata-rata 0.188

Tabel 4.2. kadar Air Cangkang Karet


Kadar Air Cangkang Karet

Baku Mutu SNI


Berat Cawan Berat Berat Sesudah Kadar Air
NO No.06-3730-
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g) (%)
1995
1 40,791 1.0020 41,682 0.265 Maksimal 15 %
2 40,655 1.0021 41,553 0.249 Maksimal 15 %
3 40,482 1.0020 41,373 0.267 Maksimal 15 %

20 Universitas Muhammadiyah Riau


21

Baku Mutu SNI


Berat Cawan Berat Berat Sesudah Kadar Air
NO No.06-3730-
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g) (%)
1995
4 40,634 1.0022 41,522 0.274 Maksimal 15 %

Rata-rata 0.263
Tabel 4.3. Kadar Air Sekam Padi
Kadar Air Sekam Padi
Berat Baku Mutu SNI
Berat
Berat Cawan Sesudah Kadar No.06-3730-1995
NO Sampel
Kosong (g) Pemanasan Air (%)
(g)
(g)
1 41.591 1.0009 42.522 0.164 Maksimal 15 %
2 40.765 1.0008 41.697 0.164 Maksimal 15 %
3 40.682 1.0008 41.615 0.162 Maksimal 15 %
4 40.334 1.0010 41.270 0.157 Maksimal 15 %
Rata-rata 0.161

4.1.2 Kadar Abu Fly Ash, Sekam Padi dan Cangkang Karet
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan. Bahan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air,
sedangkan sisanya merupakan unsur – unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai
zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukkan total mineral
dalam suatu bahan. (Zahro, 2013).
𝑊−𝑊1
Kadar abu (% berat) b/b = × 100
𝑊

dimana:
W = Berat sampel awal (gram)
W1 = Berat sampel setelah dikeringkan (gram)
100 = Faktor konversi ke %
Tabel 4.4. Kadar Abu Fly Ash
Kadar Abu Fly Ash
Berat Cawan Berat Berat Sesudah
NO Kadar Abu (%)
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g)
1 17.7989 1.0023 18.7592 0.223
2 19.8920 1.0011 20.8486 0.212

Universitas Muhammadiyah Riau


22

Berat Cawan Berat Berat Sesudah


NO Kadar Abu (%)
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g)
3 17.5532 1.0011 18.5082 0.248
4 19.8367 1.0010 20.7936 0.211
Rata-rata 0.223

Tabel 4.5. Kadar Abu Cangkang Karet


Kadar Abu Arang Cangkang Karet
Berat Cawan Berat Berat Sesudah
NO Kadar Abu (%)
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g)
1 40.203 1.0003 41.1100 0.226
2 40.687 1.0002 41.5932 0.225
3 41.634 1.0003 42.6252 0.222
4 40.793 1.0001 41.700 0.222
Rata-rata 0.224

Tabel 4.6. Kadar Abu Sekam Padi


Kadar Abu Sekam Padi
Berat Cawan Berat Berat Sesudah
NO Kadar Abu (%)
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g)
1 41.503 1.0007 42.3332 0.401
2 41.687 1.0009 42.5186 0.396
3 41.334 1.0009 42.1729 0.385
4 41.293 1.0009 42.1216 0.407
Rata-rata 0.397

4.1.3 Karakterisasi Kuat Tekan


Untuk mengetahui kekuatan tekan bata ringan dilakukan pengujian kuat
tekan. Pada mesin uji tekan benda yang akan diuji diletakkan dan diberikan beban
sampai benda runtuh (Hunggurami, 2014). Tekanan didefinisikan sebagai gaya
tekan yang bekerja pada satu satuan luas permukaan yang mengalami gaya tekan.
Simbol tekanan adalah P. Jadi, bila sebuah gaya sebesar F bekerja pada sebuah
bidang A (area), maka besarnya tekanan adalah :
F
P=A
Keterangan,
P = kuat tekan bahan, satuannya N/m2 atau kg/cm2
F = beban tekan maksimun (gaya tekan), satuannya (kg atau N)
A = luas bidang bahan (m2) (Wahyuni, 2016).

Universitas Muhammadiyah Riau


23

Tabel 4.8. Nilai Kuat Tekan


Ukuran (cm) Baku mutu
Luas Bidang Beban Kuat Tekan
No Variasai SNI 03-
Panjang Lebar Tekan (cm2) Tekan (kg) (kg/cm2)
0349-1989
(TL-60%,
1 16,5 8,5 140,25 3059,15 21,8 21 kg/cm2
SP-40%)
(TL-60%,
2 16,5 8,5 140,25 2957,18 21,1 21 kg/cm2
CK-40%)
(TL-60%,
3 16 8,5 136 6016,32 44,2 21 kg/cm2
FA-40%)
(TL-60%,
4 SP-20%, 16 8,5 136 2855,2 21 21 kg/cm2
CK-20%)
(TL-
60%, FA-
5 15,5 8,5 131,75 3569,01 27,1 21 kg/cm2
20%, SP-
20%)
(TL-
60%, CK-
6 14 8 112 4486,75 40,1 21 kg/cm2
20%, FA-
20%)

7 Kontrol 15,5 8 124 4282,81 34,5 21 kg/cm2

4.1.4 Karakterisasi Daya Serap Air


Pengujian Water Adsorption daya serap air dilakukan dengan
menggunakan metode gravimetri dimana :
𝑊−𝑊1
Water Adsorption (% berat) b/b = × 100
𝑊

Tabel 4.7. daya serap Air


No Variasi Berat Berat Daya Serap D. Eliche (2017)
Sebelum Sesudah Air (%)
1 Kontrol 1020 g 1210 g 18.6 40 %
2 (TL-60%, 750 g 1030 g 37.3 40 %
FA-40%)
3 (TL-60%, 780 g 1060 g 35.8 40 %
CK-20%,
FA-20%)

Universitas Muhammadiyah Riau


24

4.1.5 Karakterisasi FTIR

120
%T
112,5

3415,12
105

97,5

3087,20
2974,36

2233,66
2133,36
2336,86
90

2360,01
82,5

1992,55

1795,80
75

1869,10
67,5

60

52,5

45

37,5

30

756,13

680,90
693,44
779,28
798,56

608,57
596,03
579,63
22,5

1129,37
1076,33

1016,53
1037,75
927,80
15

7,5

-7,5

4650 4350 4050 3750 3450 3150 2850 2550 2250 1950 1650 1350 1050 750 450
TL-FA 60%-40%-UMRI 1/cm

Gambar 4.1a. Hasil FTIR (TL-60%, FA 40%).


150
%T
140

130

120
3416,08

110

100
3046,70
2979,18

90
2133,36
2227,88
2336,86
2360,01

80

70
1945,29
1992,55

1734,08

60
1791,95

1419,67
1869,10

50

40

30

20
724,30
865,11

758,06
772,52
777,35
798,56
792,78
1139,01
1097,54
1087,90
1079,22
987,60

919,12
931,66
1041,61

950,95
943,23
935,52

10

-10

4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 600 300
TL-FA-CK-UMRI 1/cm

Gambar 4.1b. Hasil FTIR (TL-60%, CK-20%, FA-20%).

Universitas Muhammadiyah Riau


25

4.2 Hasil
4.2.1 Kadar Air Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi

Hasil Uji Kadar Air


0.3
Konsentrasi (%)

0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4
Jumlah Sampel

Kadar Air Fly Ash (%) Kadar Air Cangkang Karet (%)
Kadar Air Sekam Padi (%)

Gambar 4.3. Grafik Kadar Air Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi

Pengujian moisture atau pengujian kadar air dilakukan untuk


mengkarakterisasi bahan baku untuk mengetahui kualitas dari bahan baku yang
akan digunakan dimana didapat kadar air untuk fly ash rata-rata 0.188%, kadar air
untuk cangkang karet rata-rata 0.263% dan kadar air sekam padi adalah 0.161%.
data yang didapat menunjukkan bahan baku yang digunakan sudah memenuhi
standar SNI No.06-3730-1995 dimana kadar air untuk cangkang karet dan sekam
padi berada dibawah 15% sedangkan untuk kadar air fly ash SNI No.2460-2014
juga telah memenuhi standar hal ini dikarnakan perlakuan terhadap sampel telah
tepat dan sesuai dengan standar. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
kadar air yaitu keadaan lingkungan. pada saat sampling fly ash dilakukan pada
beberapa titik yaitu pada tempat penampungan akhir, land fill, penampungan
sementara dan tempat pengangkutan fly ash. Keadaan fly ash pada masing masing
tempat sangat lah berbeda dimana pada land fill Fly ash yang keluar dari boiler
ditangkap dengan menggunakan uap air agar massa dari fly ash bertambah dan
dapat jatuh ke bawah yang akan di tampung di land fill, keadaan tersebut
menjadikan fly ash sedikit lembab, hal ini dapat menjadikan kadar air pada fly ash

Universitas Muhammadiyah Riau


26

diatas standar. Adapun hal yang juga dapat meningkatkan kadar air yaitu
keadaan sampel sebelum diuji.
4.2.2 Kadar Abu Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi

Hasil Uji Kadar Abu


0.45
0.4
Konsentrasi (%)

0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4
Jumlah Sampel

Kadar Abu Fly Ash (%) Kadar Abu Cangkang Karet (%)
Kadar Abu Sekam Padi (%)

Gambar 4.4. Grafik Kadar Abu Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi
Kadar abu dari fly ash yang dirata-ratakan sebesar 0.233%, untuk kadar
abu cangkang karet rata-rata 0.224% dan kadar abu untuk sekam padi 0.397%
Pengujian kadar abu merupakan pengujian zat anorganik sisa hasil pembakaran
suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya pada bahan pangan
tergantung pada jenis bahan. Kadar abu suatu bahan erat kaitannya dengan
kandungan mineral bahan tersebut. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan
dapat merupakan dua macam garam, yaitu garam organik dan garam anorganik.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Firman (2018) kadar abu yang
didapatkan untuk abu cangkang karet 5.57% dengan suhu 500oC. Kadar abu dari
bahan baku yang digunakan pada penelitian ini telah memenuhi standar menurut
SNI No.06-3730-1995 kadar abu maksimal yaitu 10% dari data yang didapat
bahwa kadar abu cangkang karet masih memenuhi standard SNI No.06-3730-
1995, kadar abu dari fly ash telah memenuhi standar SNI No.2460-2014 dimana
kadar abu maksimal 10%.

Universitas Muhammadiyah Riau


27

4.2.3 Nilai Kuat Tekan


Dari data yang disajikan diatas untuk batu bata dengan variasi (TL-60%,
CK-20%, FA-20%) dan (TL-60%, FA-40%) memiliki nilai kuat tekan yang paling
tertinggi dimana untuk (TL-60%, CK-20%, FA-20%) memiliki nilai kuat tekan
40,1 kg/cm2 dan untuk (TL-60%, FA-40%) memiliki nilai kuat tekan 44,2 kg/cm2
dimana nilai ini lebih tinggi dari pada nilai kuat tekan dari kontrol dimana nilai
kuat tekan dari kontrol 34,5 kg/cm2.

Kuat Tekan (kg/cm2)


50
45
40
35
30
kg/cm2

25
20
15
10
5
0
TL-SP TL-CK TL-FA TL-SP-CK TL-SP-FA TL-CK-FA Kontrol

Variasi

Gambar 4.5. Grafik Kuat Tekan


Dari data yang didapat ada beberapa faktor yang mempengaruhi nilai
tersebut, faktor pertama kandungan Fly Ash pada kedua fariasi tersebut yang
menyebabkan tingginya nilai kuat tekan dari batu bata tersebut. Fly Ash memiliki
sifat Pozzolan dimana sifat Pozzolan adalah bahan yang mengandung senyawa
silika atau silika alumina dan alumina, yang tidak mempunyai sifat mengikat
seperti semen akan tetapi dalam bentuk yang halus dan dengan adanya air maka
senyawa-senyawa tersebut akan bereaksi dengan kalsium hidroksida yang terdapat
pada tanah liat pada suhu normal membentuk senyawa kalsium hidrat yang
memiliki sifat seperti semen hal tersebut yang menyebabkan nilai kuat tekan pada
batu bata (TL-60%, FA-40%) lebih tinggi dari pada batu bata kontrol yang dijual
secara komersil. Reaksi antara silika dengan kapur berlangsung sangat lambat,
sehingga diperlukan waktu yang cukup lama untuk mencapai hasil kuat tekan
yang optimal. Reaksi kimia Ca(OH)2 dengan SiO2 adalah sebagai berikut :

Universitas Muhammadiyah Riau


28

3CaO + SiO2 + 2H2O → Ca2SiO4•H2O + Ca(OH)2


unsur aktif SiO2 akan bereaksi secara sekunder dengan Ca(OH)2 untuk
menghasilkan kalsium hidrosilikat menurut Fatimah (2018).
Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Evendi (2015)
bahwa dengan menambahkan fly ash sebagai bahan campuran kedalam pembuatan
batu bata dapat meningkatkan sifat kuat tekan dari batu bata namu seiring dengan
meningkatnya jumlah fly ash yang digunakan juga dapat menurunkan nilai kuat
tekan pada batu bata hal ini dikarenakan dengan penambahan fly ash lebih dari
40% berat batu bata secara keseluruhan dapat menurunkan keplastisan atau daya
ikat antara tanah liat dan fly ash. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Hughes
(1996) yang menyatakan bahwa antara 10%-40% penggunaan abu terbang dapat
dimanfaatkan tergantung pada nilai keplastisan dari material yang digunakan.
Pada perbandingan (TL-60%, FA-20%, SP-20%), (TL-60%, SP-20%, CK-
20%) dan (TL-60%, SP-40%) dan (TL-60%, CK-40%) memiliki nilai kuat tekan
dibawah dari kontrol dimana untuk (TL-60%, FA-20%, SP-20%) memiliki nilai
kuat tekan 27,1 kg/cm2, untuk (TL-60%, SP-20%, CK-20%) nilai kuat tekannya
sebesar 21 kg/cm2, (TL-60%, SP-40%) nilai kuat tekannya 21.8 kg/cm2 dan untuk
(TL-60%, CK-40%) 21.1 kg/cm2. Dengan penambahan bahan organik biasanya
akan menurunkan densitas karena porositas sekam padi dan cangkang karet yang
tinggi dan dapat membuat terlalu banyak rongga pori pada batu bata yang
mengakibatkan menurunnya sifat mekanik kuat tekan pada batu bata.
Penambahan abu sekam padi yang terlalu banya atau diatas 10% juga dapat
mengakibatkan proses terbentuknya kalsium silika hidrat (CSH) terhambat karena
rasio CaO dan SiO2 yang semakin tidak proporsional (Darwis, 2016).
Hasil kuat tekan dari batu bata dapat dilihat pada gambar 4.5 dimana
secara keseluruhan batu bata telah memenuhi standar SNI 03-0349-1989 dimana
untuk nilai kuat tekan minimum adalah 21 Kg/cm2 dan termasuk kedalam
golongan batu bata III dan IV.

Universitas Muhammadiyah Riau


29

4.2.4 Daya Serap Air

Daya Serap Air (%)


Konsentrasi (%) 40

30

20

10

0
Kontrol TL-FA TL-FA-CK
Variasi

Gambar 4.6. Grafik Daya Serap Air Batu Bata


Daya serap air pada batu bata yang dihasilkan batu bata dengan variasi
(TL-60%, FA-40%) memiliki daya serap air tertinggi dengan 37.3 % untuk batu
bata variasi (TL-60%, CK-20%, FA-20%) memiliki daya serap air 35.8% dan
untuk batu bata kontrol 18.6% dengan data tersebut perbandingan daya serap air
dari batu bata yang terbuat dari variasi (TL-60%, FA-40%) dengan batu bata
kontrol >1:2, hal ini dikarenakan kerapatan molekul pada batu bata kontrol lebih
tinggi dibandingkan dengan batu bata (TL-60%, FA-40%) dan batu bata (TL-
60%, CK-20%, FA-20%) ditandai dengan bayaknya air yang terserap oleh batu
bata yang di rendam selama 2x24 jam. Menurut data SNI 03-0349-1989 untuk
batu bata dengan kelas III dan IV tidak ada besaran maksimum daya serap air
untuk batu bata kelas III dan IV.
Batu bata yang dihasilkan termasuk dalam kelas III berdasarkan data kuat
tekan. Jika batu bata ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya dimana batu
bata yang tebuat dari (TL-60%, FA-40%) memiliki nilai daya serap air sebesar
37.3% dan nilai kuat tekan sebesar 44.2 Kg/cm2 dengan penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh (Hunggurami, 2014) batu bata ringan yang terbuat dari tanah
putih memiliki daya serap air sebesar 16,645% dengan nilai kuat tekan 1.361
MPa atau setara dengan 13.87 Kg/cm2. Pada penelitian lainnya yang dilakukan
oleh (Munasih, 2016) pembuatan batu bata dengan pencampuran abu sekam padi
memiliki daya serap air sebesar 33.98 % dan dengan nilai kuat tekan sebesar
12,54 Kg/cm2.

Universitas Muhammadiyah Riau


30

4.1 FTIR
Tabel 4.8 Puncak Gugus Fungsi (TL-60%, FA-40%) dan (TL-60%, CK-20%, FA-
20%)
Hasil Karakterisasi Ftir
TL-60%, FA- TL-60%, CK-20%, Jeyageetha Standar Tipe Vibrasi
40% (cm-1) FA-20% (cm-1) 2015 (cm-1) 2013 (cm-1)
756,13 758.06 - 750-865 Si-CH3 Bend
779,28 777,35 779,28 750-865 Si-O Bend dari Si-O-
Si
798,56 798,56 798,56 750-865 Si-O Simetris
1075,33 1079,22 1076,33 1080-1040 Si-O-Si Asimmetric
Stretching

2974,36 2979,18 2974,36 - C-H Stretching


- 1097,54 1097 - Si-O-Si Asimmetric
Stretching

1016,53 - - 1000-1020 Si—CH2 CH3 Bend

1600 1600 - 1600 Si—CH=CH2

Pengujian FTIR dilakukan pada batu bata yang terbaik yang memiliki
nilai kuat tekan 44.2 kg/cm2 untuk batu bata (TL-60%, FA-40%) dan 40.1 kg/cm2
(TL-60%, CK-20%, FA-20%) dimana akan dilihat gugus fungsi dari batu bata
yang dihasilkan dengan membandingkan frekuensi yang diamati dengan literatur
yang tersedia, mineral seperti kuarsa, ortoklas, kaolinit, dan montmorillonit telah
diidentifikasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Zahrina (2012) simetris pada
rentang bilangan gelombang 650 cm-1 hingga 950 cm-1 dan untuk Si-O-Si
asimetris pada rentang bilangan gelombang 950 cm-1 hingga 1250 cm-1. pada
penelitian yang dilakukan oleh Jeyageetha (2015) hasil dari FTIR yang
dilakukannya terhadap Fly Ash pada bilangan gelombang 3454 cm-1 terdapat
gugus OH yang terserap oleh montmorillonite, pada bilangan gelombang 2923
cm-1 terdapat gugus C-H dari karbon organik, pada bilangan 1097 cm-1terdapat
gugus Si-O-Si Asymmetric Strtching Vibration, pada bilangan gelombang 794 cm-
1
Si-O Symmetric, dan pada bilangan gelombang 1448 cm-1 terdapat gugus C-O
Stretching. Spektrum yang didapat dari batu bata (TL-60%, FA-40%) dan batu
bata (TL-60%, CK-20%, FA-20%) dapat dilihat pada (Tabel 4.8) dimana terdapat

Universitas Muhammadiyah Riau


31

Si-CH3 Bend pada standar terdapat pada bilangan gelombang 750 cm-1-
865 cm-1 dan pada masing masing batu bata terdapat pada bilangan gelombang
756,13 cm-1 untuk (TL-60%, FA-40%) dan 758,08 cm-1 untuk (TL-60%, CK-20%,
FA-20%) pada referensi Jeyageetha (2015) tidak terdapat bilangan gelombang
pada rentang tersebut. Si-O bend dari Si-O-Si pada bilangan gelombang 779,28
cm-1, Si-O simetris pada bilangan gelombang 798,56 cm-1 terdapat pada batu bata
(TL-60%, FA-40%) sedangkan pada batu bata (TL-60%, CK-20%, FA-20%)
bilangan gelombang 777,35 cm-1 adalah Si-O bend dari Si-O-Si dan 798,56 cm-1
terdapat Si-O simmetris.
Pada panjang gelombang 1075,33 cm-1, batu bata (TL-60%, FA-40%)
terdapat bilangan gelombang untuk gugus fungsi dari Si-O-Si asymmetric
stretching vibration. Sedangkan pada batu bata (TL-60%, CK-20%, FA-20%)
terdapat pada bilangan glombang 1079,22 cm-1 dan juga terferifikasi pada hasil
penelitian Jeyageetha (2015) dan juga standar. Pada data FTIR yang didapat
banyak sekali gugus fungsi dari Si namun puncak yang dihasilkan tidaklah tinggi
dan sulit untuk diklaim sebagai puncak sesungguhnya hal ini dikarenakan
senyawa yang terdapat pada batu bata masih heterogen dan terjadi overlapping
pada gugus fungsi yang ada sehingga puncak yang dihasilkan tidak tinggi, namun
dapat diperkirakan bahwa benar adanya puncak dari Si halini juga di jelaskan dari
tabel referensi dan standar dan juga dari bahan yang digunakan banyak
mengandung senyawa SiO2.
Hasil data FTIR gugus Si berasal dari bahan baku yaitu fly ash dan tanah
liat dimana fly ash banyak mengandung SiO2 dimana yang menyebabkan fly ash
memiliki sifat pozzolan yang akan bereaksi dengan CaO yang akan membentuk
senyawa kalsium hidrat yeng memiliki sifat seperti semen jika ditambah air, pada
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Park (2002) bahwa Ca2SiO4
terdapat pada bilangan gelombang 760 cm-1-1150 cm-1.

Universitas Muhammadiyah Riau


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat disimpulkan yaitu :

1. Batu bata dari bahan baku limbah Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam
Padi bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan
tanah liat dan memanfaatkan limbah yang belum termanfaatkan dengan
baik.
2. Terdapat dua batu bata yang memiliki nilai kuat tekan yang baik dan
melebihi nilai kuat tekan batu bata yang dijual dipasaran yaitu batu bata
dengan variasi (TL-60%, FA-40%) dan (TL-60%, CK-20%, FA-20%)
dengan nilai kuat tekan 44.2 kg/cm2dan 40.1 kg/cm2.
3. Batu bata yang dibuat seluruhnya telah memenuhi standar SNI 03-0349-
1998.
4. Penambahan fly ash sebagai bahan baku pembuatan batu bata dapat
meningkatkan sifat mekanik dari batu bata namun apa bila penambahan
lebih dari 40% dapat mengurangi nilai kuat tekan dari batu bata
dikarenakan dapat menurunkan nilai keplastisan dan meningkatkan
porositas dari batu bata.

5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang harus di
perhatikan yaitu apabila pencetakan batu bata dilakukan dapat menggunakan
mesin pencetak batu bata maka akan dapat meningkatkan sifat mekanik dari batu
bata hal ini karena kepadatan dari adonan akan lebih baik jika dibandingkan
dengan pencetakan secara manual.

32 Universitas Muhammadiyah Riau


33

DAFTAR PUSTAKA

Adrian, A., Sulaeman, R., & Oktorini, Y. (2015). Karakteristik Wood Pellet dari
Limbah Kayu Karet (Hevea brazilliensis Muell. Arg) sebagai Alternatif
Sumber Energi Terbarukan. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian,
2(2), 1-6.

Abdurrohmansyah, Studi Kuat Tekan Batu Bata Menggunakan Bahan Additive


(Abu Sekam Padi, Abu Ampas Tebu dan Fly Ash) Berdasarkan Spesifikasi
Standar Nasional Indonesia (SNI) JRSDD, Edisi September 2015, Vol. 3,
No. 3, Hal:541 – 552 (ISSN:2303-0011).

Bienias, J., Walczak, M., Surowska, B.dan Sobczak, J, (2003), Microstructure and
Corrosion Behavior of Aluminium Fly Ash Composite, Journal of
Optoelectronics and Advanced Materials,Vol. 5, hal. 493-502.

Darwis, Darmawati. 2016. Karakterisasi Batu Bata Tanpa Pembakaran Berbahan


Abu Sekam Padi Dan Kapur Banawa. Gravitasi Vol. 15 No. 2.

D. Eliche-Quesada, M.A. Felipe-Sesé, J.A. López-Pérez, A. Infantes-Molina,


Characterization and evaluation of rice husk ash and wood ash in
sustainable clay matrix bricks, Ceram. Inter 43 (2017) 463–475.

D. Eliche-Quesadaa, J. A. Sandalio-Péreza, S. Martínez-Martíneza, L. Pérez-


Villarejob, P.J. Sánchez-Sotoc. Investigation of use of coal fly ash in
eco- friendly construction materials: fired clay bricks and silica-
calcareous non fired bricks.

Endriani, D. 2012. Pengaruh Penambahan Abu Cangkang Sawit Terhadap Daya


Dukung dan Kuat Tekan pada Tanah Lempung ditinjau dari UCT dan
CBR Laboratorium.Universitas Sumatra Utara: Medan.

Evendi, Zulfan. 2015. Pembuatan Batu Bata Dengan Penambahan Campuran Fly
Ash Dan Semen Tanpa Proses Pembakaran. JOM FTEKNIK. Vol. 2. No.
2.

Universitas Muhammadiyah Riau


34

Fatimah, Isnadia, Fatimah. 2018. Pengaruh Kadar Fly Ash Terhadap Kuat Tekan
Pada High Volume Fly Ash Selfcompacting (HVFA-SCC) Benda Uji d
15 Cm x 30 Cm Usaia 28 Hari. E-Jurnal Matriks Teknik Sipil 508-512.

Huda, Miftahul. 2012. Pengaruh Temperatur Pembakaran Dan Penambahan Abu


Terhadap Kualitas Batu Bata. Jurnal Neutrino. Vol. 4: 143-152.

Hunggurami, Elia. 2014. Studi Eksperimental Kuat Tekan Dan Serapan Air Bata
Ringan Cellular Lightweight Concrete Dengan Tanah Putih Sebagai
Agregat. Jurnal Teknik Sipil Vol. 3 No. 2: 31-37.

Dawson-Hughes, B. 1996. Calcium and Vitamin D nutritional needs of elderly


women. J. Nutr. 126: 165S-1167S.

Husin, Andriati Amir, 2005, Pemanfaatan Limbah Untuk Bahan Bangunan,


Jakarta.

Ismail, M. S. and Waliuddin, A. M. 1996. Effect of Rice Husk Ash on High


Strength Concrete. Construction and Building Materials. 10 (1): 521 –
526.

Jeyageetha, Clara. 2015. Study Of SEM/EDXS And FTIR For Fy Ash To


Determine The Chemical Changes Of Ash In Marine Environment.
International Journal of Science and Research (IJSR) ISSN: 2319-7064.

Julian, Ridho Tri. 2016 Pemanfaatan Limbah Cangkang Biji Karet Menjadi Briket
Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dengan Bahan Perekat Amilum.
Politeknik Negeri Sriwijaya.

Komarasari, Risa Nur. 2011. Penentuan Keberadaan Zat Aditif Pada Pelastik
Kemasan Melalui Perlakuan Pada Spektrofotometer IR. Bandung: Upi.

Miftahul, Huda. 2012. Pengaruh Temperatur Pembakaran Dan Penambahan Abu


Terhadap Kualitas Batu Bata. Jurnal Neutrino. Vol. 4: 143-152.

Munasih. 2016.Batu Bata Dengan Campuran Abu Sekam Padi Di Desa


Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Industri Inovatif.
Vol. 6. No. 1:31-37.

Universitas Muhammadiyah Riau


35

Munir, Misbachul. 2008. Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) Untuk Hollow
Block yang Bermutu dan Aman Bagi Lingkungan. Semarang: Magister
Ilmu Lingkungan Universitas Diponogoro.

Nurul, Ratih. 2018. Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi Sebagai Bahan
Campuran Terhadap Sifat Mekanik Batu Bata Di Desa Gunung Cupu,
Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis. Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.
Parry, K D Vernon. 2000. Scanning Electron Microscopy: an introduction, Centre
for Electronic Materials, UMIST.

Park, Joo Hyun. 2002. FT-IR Spectroscopic Study On Structure Of CaO-SiO2


And CaO-SiO2-CaF2 Slags. ISIJ International. Vol. 42. No. 4: 344-351.

Pitanda, Maryo. 2013. Abu Batubara Sebuah Konsep Inovatif Bagi Produksi Bata
Abuabu Untuk Memperoleh Kekuatan Tinggi Dan Aman Terhadap
Lingkungan. Mektek Tahun Xv No. 1

Prasetyoko, D., (2001), Pengoptimuman Sintesis Zeolit dari pada Silika abu
sekam padi Pencirian dan Tindak Balas Pemangkinan Friedel Crafts,
MSc thesis, University Teknologi Malaysia, Malaysia.

Retnosari, Agustin, 2013, Ekstraksi Dan Penentuan Kadar Silica (SiO2) Hasil
Ekstraksi Dari Abu Terbang (Fly Ash) Batubara, Universitas Jember:
Malang.

Rhidho, Tri, 2016, Pemanfaatan Limbah Cangkang Biji Karet Menjadi Briket
Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dengan Bahan Perekat Amilum, Polithnik
Negri Sriwijaya: Palembang.

Siregar, N, 2015, Pemanfaatan Abu Pembakaran Ampas Tebu Dan Tanah Liat
Pada Pembuatan Batu Bata, UMSU: Medan.

SNI 03-0349-1989. Bata Beton Untuk Pasangan Dinding.

SNI 2460: 2014. Spesifikasi Abu Terbang Batubara Dan Pozolan Alam Mentah
Atau Yang Telah Kalsinasi Untuk Digunakan Dalam Beton.

Universitas Muhammadiyah Riau


36

Wahyuni, Ari, Sri. 2016. Pengaruh Pemanfaatan Abu Sekam Padi Pada Bata
Beton Ringan Foam Terhadap Kuat Tekan, Berat Jenis, Dan Daya Serap
Air Sebagai Suplemen Bahan Ajar Mata Kuliah Teknologi Beton (Pada
Mahasiswa Semester Iii Ptb Fkip Uns). Solo. Universitas Sebelas Maret.

Zahrina, Ida. 2012. sintesis ZSM-5 Dari Fly Ash Sawit Sebagai Sumber Silika
Dengan Variasi Nisbah Moar Si/Al Dan Temperatur Sintesis. Jurnal
Rekayasa Kimia Dan Ingkungan. Vol. 9. No. 2 : 94-99.

Zahro, Nurul 2013, Analisa Mutu Pangan dan Hasil Pertanian. Jember:
Universitas jember

Universitas Muhammadiyah Riau


37

Lampiran 1. Skema Kerja


Lampiran 1.1 Preparasi Sampel

Cangkang Sekam Padi Fly Ash


Karet

Dioven dengan suhu Dioven dengan suhu


105oC selama 1 jam 105oC selama 1 jam

Dikarbonisasi pada
suhu 550oC

Digerus

Diayak dengan
ayakan 100 nm

Universitas Muhammadiyah Riau


38

Lampiran 1.2 Pembuatan Batu Bata

Cangkang Sekam Padi Fly Ash


Karet

Ditimbang dengan masing masing


perbandingan (TL-60%, CK-40%), (TL-60%,
SP-40%), (TL-60%, FA-40%), (TL-60%, FA-
20%, SP-20%), (TL-60%, FA-20%, CK-20%),
(TL-60%, CK-20%, SP-20%)

Diadon dengan menambahkan


air sebanyak 40% dari berat
keseluruhan adonan

Dicetak menggunakan cetakan


khusus batu bata

Dijemur selama 4 Hari

Difurnace selama 2 jam pada suhu


500oC dinaikkan suhunya menjadi
1000oC

Didinginkan selama
2 hari

Universitas Muhammadiyah Riau


39

Lampiran 1.3 Karakterisasi Kadar Abu

Timbang Timbang Timbang


berat cawan berat cawan berat cawan
konstan konstan konstan

Ditimbang berat
masing-masing
sampel sebanyak 1 gr

Difurnace pada suhu


500oC selama 30
menit

Dinaikkan suhu
hingga 850oC selama
1 jam

Didinginkan didalam
Desikator selama 30
menit

Ditimbang

Universitas Muhammadiyah Riau


40

Lampiran 1.4 Karakterisasi Kadar Air

Timbang Timbang Timbang


berat cawan berat cawan berat cawan
konstan konstan konstan

Ditimbang berat
masing-masing
sampel sebanyak 1 gr

Difurnace pada suhu


105oC selama 2 jam

Didinginkan didalam
Desikator selama 30
menit

Ditimbang

Universitas Muhammadiyah Riau


41

Lampiran 1.5 Karakterisasi Kuat Tekan

Batu bata di ukur


panjang, lebar,
tinggi dan berat

Dietakkan pada srew impress


dan ditekan dengan satuan
KN hingga pecah

Dicatat nilai kuat tekan


tertinggi

Universitas Muhammadiyah Riau


42

Lampiran 1.5 Karakterisasi Water Absorptions/ Daya Serap Air

Batu bata
ditimbang berat
mula-mula

Direndam didaam air


selam 2x24 jam

Dilap permukaan batu


bata yang basah

Ditimbang batu bata


yang telah di rendam

Dihitung

Universitas Muhammadiyah Riau


43

Lampiran 2. Dokumentasi Penelitian


No Perlakuan Dokumentasi
1 Persiapan bahan baku tanah liat
yang yang diperkecil ukurannya

2 Bahan baku berupa Fly Ash yang


telah disampling

3 Alat yang digunakan untuk


mengukur kadar abu dan kadar
air.

Universitas Muhammadiyah Riau


44

4 Sampel Fly Ash yang di ukur


kadar air dan kadar abu
menggunakan alat TGA.

5 Program pengkuran kadar air dan


kadar abu.

6 Pengukuran kadar air dan abu


menggunakan TGA

7 Proses pengukuran kadar air dan


abu.

Universitas Muhammadiyah Riau


45

8 Hasil pengukuran kadar abu.

9 Batu bata yang siapdi bakar.

Batu bata yang teah di cetak dan


siap untuk diuji

Universitas Muhammadiyah Riau


46

Pengujian daya serap air dengan


merendamnya selama 2x24 jam

Pengujian daya serap air dengan


merendamnya selama 2x24 jam

Penimbangan batu bata.

Universitas Muhammadiyah Riau


47

Penimbangan batu bata

Penimbangan batu bata

Pengujian daya kuat tekan

Universitas Muhammadiyah Riau


48

Lampiran 3. Perhitungan Kadar Abu


𝑊−𝑊1
Kadar abu (% berat) b/b = × 100
𝑊

dimana:
W = Berat sampel awal (gram)
W1 = Berat sampel setelah dikeringkan (gram)
100 = Faktor konversi ke %
Tabel 4.4. Kadar Abu Fly Ash

Kadar Abu Fly Ash


Berat Cawan Berat Berat Sesudah
NO Kadar Abu (%)
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g)
1 17.7989 1.0023 18.7592 0.223
2 19.8920 1.0011 20.8486 0.212
3 17.5532 1.0011 18.5082 0.248
4 19.8367 1.0010 20.7936 0.211
Rata-rata 0.223

(17.7989  1.0023)  18.7592


x100  0.223%
17.7989  1.0023
(19.8920  1.0011)  20.8486
x100  0.212%
19.8920  1.0011
(17.5532  1.0011)  18.5082
x100  0.248%
17.5532  1.0011
(19.8367  1.0010)  20.7936
x100  0.211%
19.8367  1.0010
Tabel 4.5. Kadar Abu Cangkang Karet
Kadar Abu Cangkang Karet
Berat Cawan Berat Berat Sesudah
NO Kadar Abu (%)
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g)
1 40.203 1.0003 41.1100 0.226
2 40.687 1.0002 41.5932 0.225
3 41.634 1.0003 42.6252 0.222
4 40.793 1.0001 41.700 0.222
Rata-rata 0.224

Universitas Muhammadiyah Riau


49

(40.203  1.0003)  41.1100


x100  0.226%
40.203  1.0003

(40.687  1.0002)  41.5932


x100  0.225%
40.687  1.0002

(41.634  1.0003)  42.5412


x100  0.222%
40.634  1.0003

(40.793  1.0001)  41.700


x100  0.222%
40.793  1.0001

Tabel 4.5. Kadar Abu Sekam Padi


Kadar Abu Sekam Padi
Berat Cawan Berat Berat Sesudah
NO Kadar Abu (%)
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g)
1 41.503 1.0007 42.3332 0.401
2 41.687 1.0009 42.5186 0.396
3 41.334 1.0009 42.1729 0.385
4 41.293 1.0009 42.1216 0.407
Rata-rata 0.397

(41.503  1.0007)  42.3332


x100  0.401%
41.503  1.0007

(41.687  1.0009)  42.5186


x100  0.396%
41.687  1.0009

(41.334  1.0009)  42.1719


x100  0.385%
41.334  1.0009

(41.293  1.0009)  42.1216


x100  0.407%
41.293  1.0009

Universitas Muhammadiyah Riau


50

Lampiran 4. perhitungan kadar Air


Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100
persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen.
𝑊−𝑊1
Kadar air (% berat) b/b = × 100
𝑊

dimana:
W = Berat sampel awal (gram)
W1 = Berat sampel setelah dikeringkan (gram)
100 = Faktor konversi ke %

Kadar Air Cangkang Karet

Baku Mutu SNI


Berat Cawan Berat Berat Sesudah Kadar Air
NO No.06-3730-
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g) (%)
1995
1 40,791 1.0020 41,682 0.265 Maksimal 15 %
2 40,655 1.0021 41,553 0.249 Maksimal 15 %
3 40,482 1.0020 41,373 0.267 Maksimal 15 %
4 40,634 1.0022 41,522 0.274 Maksimal 15 %

Rata-rata 0.263

(40.791  1.0020)  41.682


x100  0.265%
40.791  1.0020

(40.655  1.0021)  41.553


x100  0.249%
40.655  1.0021

(40.482  1.0020)  41.373


x100  0.267%
40.482  1.0020

(40.634  1.0022)  41.522


x100  0.274%
40.634  1.0022

Universitas Muhammadiyah Riau


51

KADAR AIR PADA FLY ASH


Berat Cawan Berat Berat Sesudah Kadar Air SNI No.2460-
NO
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g) (%) 2014 (%)
1 186.479 10.047 196.167 0.132 Maksimal 3
2 180.037 10.029 189.667 0.209 Maksimal 3
3 176.984 10.011 186.621 0.200 Maksimal 3
4 187.232 10.017 196.828 0.213 Maksimal 3

Rata-rata 0.188

(186.479  10.047)  196.267


x100  0.132%
186.479  10.047

(180.037  10.029)  189.667


x100  0.209%
180.037  10.029

(176.984  10.011)  186.621


x100  0.200%
176.984  10.011

(187.232  10.017)  196.828


x100  0.213%
187.232  10.017

Kadar Air Sekam Padi


Berat Baku Mutu SNI
Berat
Berat Cawan Sesudah Kadar No.06-3730-1995
NO Sampel
Kosong (g) Pemanasan Air (%)
(g)
(g)
1 41.591 1.0009 42.522 0.164 Maksimal 15 %
2 40.765 1.0008 41.697 0.164 Maksimal 15 %
3 40.682 1.0008 41.615 0.162 Maksimal 15 %
4 40.334 1.0010 41.270 0.157 Maksimal 15 %
Rata-rata 0.161

Universitas Muhammadiyah Riau


52

(41.591  1.0009)  42.522


x100  0.164%
41.591  1.0009

(40.765  1.0008)  41.697


x100  0.164%
40.765  1.0008

(40.682  1.0008)  41.615


x100  0.162%
40.682  1.0008

(40.334  1.0010)  41.270


x100  0.157%
40.334  1.0010

Lampiran 5 Kuat Tekan


.
Tekanan didefinisikan sebagai gaya tekan yang bekerja pada satu satuan
luas permukaan yang mengalami gaya tekan. Simbol tekanan adalah P. Jadi, bila
sebuah gaya sebesar F bekerja pada sebuah bidang A (area), maka besarnya
tekanan adalah :
F
P=A

Keterangan,
P = kuat tekan bahan, satuannya N/m2 atau kg/cm2
F = beban tekan maksimun (gaya tekan), satuannya (kg atau N)
A = luas bidang bahan (m2) (Wahyuni, 2016).

Ukuran (cm) Luas Bidang Beban Kuat Tekan


No Variasai
Panjang Lebar Tekan (cm2) Tekan (kg) (kg/cm2)
1 TL-SP 16,5 8,5 140,25 3059,15 21,8
2 TL-CK 16,5 8,5 140,25 2957,18 21,1
3 TL-FA 16 8,5 136 6016,32 44,2
TL-SP-
4 16 8,5 136 2855,2 21
CK
5 TL-SP- 15,5 8,5 131,75 3569,01 27,1

Universitas Muhammadiyah Riau


53

Ukuran (cm) Luas Bidang Beban Kuat Tekan


No Variasai
Panjang Lebar Tekan (cm2) Tekan (kg) (kg/cm2)
FA
TL-CK-
6 14 8 112 4486,75 40,1
FA
7 Kontrol 15,5 8 124 4282,81 34,5

Perhitungan luas bidang tekan


TL-SP = 16.5×8.5  140.25 cm2
TL-CK = 16.5×8.5  140.25 cm2
TL-FA = 16×8.5  136 cm2
TL-SP-CK = 16×8.5  136 cm2
TL-SP-FA = 15.5×8.5  131.75 cm2
TL-CK-FA = 14 ×8  112 cm2
Kontrol = 15.5× 8  124 cm2
Perhitungan Kuat Tekan
3059.15
TL-SP =  21.8 kg/cm2
140.25
2957.18
TL-CK =  21.1 kg/cm2
140.25
6016.32
TL-FA =  44.2 kg/cm2
136
2855.2
TL-SP-CK =  21 kg/cm2
136
3569.01
TL-SP-FA =  27.1 kg/cm2
131.75
4486.75
TL-CK-FA =  40.1 kg/cm2
112
4282.81
Kontrol =  34.5 kg/cm2
124

Universitas Muhammadiyah Riau


54

Lampiran 6. Hasil Karakterisasi FTIR

135
%T
127,5
120
112,5

3419,94
105
97,5

3025,48
2983,04
90
82,5

2360,01
75
67,5
60

1416,78
1869,10
52,5
45
37,5
30
22,5

732,98
777,35
795,67
15

1090,79
1084,04
1035,82
7,5
0
-7,5
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
TL-FA-CK-UMRI.Smooth 1/cm

135
%T
127,5
120
112,5
3408,36

105
97,5
2967,61

90
82,5
75
67,5
60
52,5
45
37,5
30
779,28
797,60

22,5
1091,76
1041,61

15
7,5
0
-7,5
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
TL-FA 60%-40%-UMRI.Smooth 1/cm

Universitas Muhammadiyah Riau


55

TL-FA-CK-UMRI.Smooth
135 TL-FA 60%-40%-UMRI.Smooth
%T
127,5
120
112,5
105
97,5
90
82,5
75
67,5
60
52,5
45
37,5
30
22,5
15
7,5
0
-7,5
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
TL-FA 60%-40% dan TL-FA-CK-UMRI.Smooth 1/cm

Universitas Muhammadiyah Riau

Anda mungkin juga menyukai