HASIL
HASIL
LEMBAR PENGESAHAN
HASIL
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia
LEMBAR PENGESAHAN
HASIL
1. Moderator
Dr. Jufrizal Syahri M.Si
NIDN. 1002058501
2. Pembimbing I Proposal
Rahmadini Syafri B.Sc., M.Sc
NIDN. 1025098501
3. Pembimbing II Proposal
Prasetya S.Si., M.Si
NIDN. 1009058701
4. Penguji I Proposal
Hasmalina Nasution S.Si., M.Si
NIDN. 1011037301
5. Penguji II Proposal
Dr. Sri Hilma Siregar M.Sc
NIDN: 1001127602
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia
Pembuatan Batu Bata Dari Fly Ash, Arang Sekam Padi, Arang Cangkang
Karet Dan Tanah Liat Dengan Metode Pembakaran
Disusun Oleh
Pembimbing I Pembimbing II
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum wr, wb. Puji syukur saya ucapkan atas karunia dan
hinayah Allah SWT yang mana telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya untuk
saya sehingga dapat menyelesaikan makalah seminar Hasil ini yang berjudul
“Pembuatan Batu bata dari Fly Ash, Arang Sekam Padi dan Tanah Liat
Dengan Metode Pembakaran”, Shalawat beriringkan salam saya haturkan
kepada baginda Nabiallah Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan
bagi saya dan umat manusia. Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh
orang-orang yang telah mensuport saya dalam menyelesaikan makalah ini yaitu :
Wassalamualaikum Wr.Wb
ABSTRAK
Batu bata adalah batu buatan yang terbuat dari tanah liat dengan atau tanpa
campuran bahan additif yang melalui beberapa proses. Proses tersebut meliputi
pengeringan dengan cara dijemur dan kemudian dibakar dengan temperatur tinggi
dengan tujuan agar batu bata mengeras dan tidak hancur jika terendam dalam air,
batu bata itu sendiri memiliki fungsi struktural dan non-struktural. Pada penelitian
ini batu bata dibuat dari tanah liat yang dicampur dengan limbah dengan
perbandingan (6:4) dimana 6 untuk tanah liat sebagai perekat dan bahan baku
utama dan 4 untuk pengisi berupa arang sekam padi, arang cangkang karet dan fly
ash. Batu bata yang dibuat ada 7 variasi yaitu (TL-60%, FA-40%), (TL-60%, CK-
40%), (TL-60%, SP-40%), (TL-60%, FA-20%, CK-20%), (TL-60%, FA-20%,
SP-20%), (TL-60%, SP-20%, CK-20%) dan kontrol yaitu batu bata komersil. Dari
hasil uji kuat tekan didapat 2 terbaik dengan nilai kuat tekan memenuhi standar
kuat tekan SNI 03-0349-1989 dengan kelas batu bata ke III dengan masing masing
(TL-60%, FA-40%) 44,2 kg/cm2 dan (TL-60%, FA-20%, CK-20%) 40,1 kg/cm2
dan utuk batu bata kontrol 34,5 kg/cm2 dimana daya serap air dari batu bata
tersebut (TL-60%, FA-40%) 37,3 % untuk (TL-60%, FA-20%, CK-20%) 35,8 %
dan kontrol 18,6 %.
Kata Kunci : Batu bata, Fly Ash, Cangkang Karet, Sekam Padi
ix
ABSTRACT
Bricks are artificial stones made from clay with or without a mixture of
additives that go through several processes. The process involves drying by drying
and then burning at high temperatures with the aim that the bricks harden and are
not destroyed when submerged in water, the bricks themselves have structural and
non-structural functions. In this study, bricks are made from clay mixed with
waste in a ratio (6: 4) wherein 6 are for clay as the adhesive and the main raw
material and 4 for fillers in the form of rice husk charcoal, rubber shell charcoal
and fly ash. There are 7 variations of bricks made (TL-60%, FA-40%), (TL-60%,
CK-40%), (TL-60%, SP-40%), (TL-60%, FA-20%, CK-20%), (TL-60%, FA-
20%, SP-20%), (TL-60%, SP-20%, CK-20%) and control namely commercial
bricks. From the results of the compressive strength test obtained 2 best with
compressive strength values meet the compressive strength standards of SNI 03-
0349-1989 with class III bricks with respectively (TL-60%, FA-40%) 44.2 kg /
cm2 and ( TL-60%, FA-20%, CK-20%) 40.1 kg / cm2 and for control bricks 34.5
kg / cm2 where the water absorption of the bricks (TL-60%, FA-40% ) 37.3% for
(TL-60%, FA-20%, CK-20%) 35.8% and controls 18.6%.
Keywords: Bricks, Fly Ash, Rubber Shells, Rice Husk
x
DAFTAR ISI
Hal
HALAMAN SAMPUL .......................................................................................... i
4.1.1 Kadar Air Fly ash, SeKam Padi dan Cangkag Karet ................... 21
xii
4.2.1 Kadar Air Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi .................. 26
4.2.2 Kadar Abu Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi ................ 27
LAMPIRAN ......................................................................................................... 39
DAFTAR TABEL
Hal
Tabel 2.1 Unsur-unsur Didalam Fly Ash ......................................................... 8
Tabel 3.1 Jaminan Mutu Alat .......................................................................... 17
Tabel 4.1 Kadar Air Fly Ash ........................................................................... 19
Table 4.2 Kadar Air Cangkang Karet ............................................................. 19
Tabel 4.3 Kadar Air Sekam Padi ..................................................................... 20
Tabel 4.4 Kadar Abu Fly Ash ......................................................................... 20
xiii
DAFTAR GAMBAR
Hal
Gambar 2.1 Arang Sekam Padi .......................................................................... 7
Gambar 2.2 Fly Ash ............................................................................................ 8
Gambar 4.1 Hasil FTIR (TL-60%, FA-40%) dan (TL-60%, FA-20%, CK-20%) ... 21
Gambar 4.3 Grafik Kadar Air Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi ...... 23
Gambar 4.4 Grafik Kadar Abu Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi ..... 24
Gambar 4.5 Grafik Kuat Tekan ........................................................................ 25
Gambar 4.6 Grafik Daya Serap Air .................................................................. 27
xiv
3. Bagaimana pengaruh penambahan fly ash, sekam padi dan arang cangkang
karet dalam pembuatan batu bata ?
4. Bagaimana pengaruh penambahan fly ash pada batu bata terhadap
lingkungan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini antara lain;
1. Mengetahui dan membandingkan batu bata yang dihasilkan dengan SNI:
dan batu bata yang di jual dipasaran
2. Mengetahui pengaruh variasi dari batu bata yang dihasilkan
3. Mengetahui morfologi dari batu bata yang dihasilkan
4. Mengetahui apakah batu bata yang dibuat aman untuk lingkungan
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penilitian ini antara lain;
1. Menambah khazanah ilmu mengenai bahan alternatif untuk pembuatan
batu bata
2. Mengetahui karakteristik batu bata
3. Dapat menjadi salah satu referensi untuk masyarakat sebagai usaha guna
mengangkat perekonomian dengan mengolah limbah menjadi bahan yang
bernilai jual
4. Dapat megurangi limbah yang dapat mencemari lingkungan
CaO. terdapat dalam tanah liat dalam bentuk batu kapur. Bertindak sebagai
pelebur bila temperatur pembakarannya mencapai lebih dari 1100 oC, Mg terdapat
dalam bentuk dolomite, magnesit atau silikat dapat meningkatkan kepadatan
produk hasil pembakaran, K2O dan Na2O Alkali ini menghasilkan garam-garam
larut setelah pembakaran, dapat menyebabkan penggumpalan kolorid dan dalam
pembakaran dapat bertindak sebagai pelebur yang baik dan bahan bahan organik
yang bertindak sebagai protektor koloid dan menaikkan keplastisan seperti humus,
bitumen dan karbon (Siegar, 2015).
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila
basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang
mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan
oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1
memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara
golongan 2 memiliki dua lapis golongan oksida silikon yang mengapit satu lapis
oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2 memiliki sifat elastis yang kuat,
menyusut saat kering dan memuai saat basah. Karena perilaku inilah beberapa
jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau pecah-pecah bila kering (Huda,
2012).
2.2 Sekam Padi
Sekam padi adalah kulit yang membungkus butiran beras, dimana kulit
padi akan terpisah dan menjadi limbah atau buangan. Jika sekam padi dibakar
akan menghasilkan abu sekam padi. Secara tradisional, abu sekam padi digunakan
sebagai bahan pencuci alat-alat dapur dan bahan bakar dalam pembuatan batu
bata. Penggilingan padi selalu menghasilkan kulit gabah atau sekam padi yang
cukup banyak yang akan menjadi material sisa. Ketika bulir padi digiling, 78 %
dari beratnya akan menjadi beras dan akan menghasilkan 22 % berat kulit sekam.
Kulit sekam ini dapat digunakan sebagai bahan bakar dalam proses produksi.
Kulit sekam terdiri 75% bahan mudah terbakar dan 25 % berat akan berubah
menjadi abu. Abu ini dikenal sebagai Rice Husk Ash (RHA) yang memiliki
kandungan silika reaktif sekitar 85%- 90%. Dalam setiap 1000 kg padi yang
digiling akan dihasilkan 220 kg (22%) kulit sekam (Prasetyoko, 2001).
berukuran silt yang mempunyai karakteristik kapasitas pengikat air dari sedang
sampai tinggi. (Retno, 2013).
Fly ash merupakan salah satu limbah padat yang dihasilkan oleh industri
yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar untuk proses produksinya. Fly
ash memiliki sifat pozzolan, yaitu suatu bahan yang mengandung silika atau
alumina silika yang tidak mempunyai sifat perekat (sementasi) pada dirinya
sendiri tetapi dengan butirannya yang sangat halus bisa bereaksi secara kimia
dengan kapur dan air membentuk bahan perekat pada temperatur normal. Saat ini
jumlah limbah batubara (fly ash) di dunia yang dihasilkan dari proses pembakaran
batubara di PLTU sangatlah besar, termasuk di Indonesia.
Di Indonesia PLTU penghasil limbah batubara adalah PLTU Paiton (Jawa
Timur), PLTU Suralaya (Banten) dan PLTU Bukit Tinggi (Sumatera Barat).
Untuk PLTU Suralaya dan Paiton pada tahun 1996 menghasilkan limbah ampas
batubara (fly ash) sebesar hampir satu juta ton per tahun. Apalagi pada saat ini
jumlah untuk pembangkit yang beroperasi pada ketiga PLTU tersebut semakin
banyak. Limbah batubara yang relatif besar ini menimbulkan dampak pencemaran
yang cukup berat. Sehingga perlu difikirkan sebuah alternatif pemecahan
permasalahan pencemaran ini (Husin, 2005).
2.4 Cangkang Karet
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil karet terbesar di
dunia, sehingga limbah yang dihasilkan juga akan semakin banyak. Salah satu
limbahnya adalah cangkang biji karet yang merupakan pembungkus biji
karet luar setelah kulit karet dengan ciri berwarna coklat dengan tekstur
yang keras. Cangkang biji karet dapat dimanfaatkan dan berpotensi
menambah nilai ekonomis dengan cara diolah menjadi briket sebagai bahan
bakar alternatif (Ridho, 2016).
Penelitian sebelumnya yang memanfaatkan limbah cangkang biji karet
adalah menjadi produk briket dengan proses karbonisasi. Cangkang biji karet
dikarbonisasi dengan suhu 600⁰C selama 2 jam menghasilkan arang
cangkang biji karet. Arang cangkang biji karet selanjutnya dibuat menjadi
briket yang dicampur perekat amilum dengan perbandingan 100 : 0, 90 : 10, 80 :
20, 70 : 30, 60 : 40. Parameter yang diuji pada briket ini adalah kadar air, kadar
abu, kadar zat terbang, dan kadar karbon tetap dan nilai kalor. Dari hasil
penelitian diperoleh komposisi optimum dari baku yaitu 90:10 dengan nilai
kadar air 4,63 %; kadar abu 3,74 %; kadar zat terbang 24,20%; kadar
karbon tetap 67,43 % dan nilai kalor 6167 cal/gr. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa briket cangkang biji karet mencapai 3 dari 5 parameter
Standar Nasional Indonesia (SNI No.01/6235/2000) (Ridho, 2016).
2.5 Uji Kuat Tekan
Uji tekan adalah suatu alat uji mekanik yang berguna untuk mengukur dan
mengetahui kekuatan benda terhadap gaya tekan. Uji tekan ini memiliki kinerja
yang bagus dan berkualitas untuk mengetahui kekuatan benda. Pada umumnya uji
tekan ini digunakan pada logam yang bersifat getas, karena alat uji tekan ini
memiliki titik hancur yang terlihat jelas di saat melakukan pengujian benda
tersebut. Keragaman fungsi dan dimensional uji tekan ini menjadikan beragam
ragam syarat mekanis yang perlu di penuhi karena akan beragam pula gaya dan
arah gaya yang akan di uji kekuatan benda tersebut. Pada beberapa alat yang akan
di uji yang di buat panjang, dia akan melengkung jika di uji dengan alat uji tekan.
Uji tekan ini memiliki alat yang canggih, berat dan tenaga yang kuat serta
kualitas dan kinerja yang menjanjikan untuk para pengguna alat uji tekan tersebut.
Sebesar apapun benda yang akan di uji tekannya dengan alat uji tekan ini kita bisa
mengetahui kekuatan suatu benda tersebut. Uji tekan akan memberikan hasil
pengukuran kekuatan benda tersebut mengenai besar pengukuran yang diuji
terhadap bahan yang akan diuji sehingga standarisasi yang diinginkan akan
tercapai sempurna. Sebesar apa benda yang akan diuji maka akan distabilkan juga
dengan alat uji tekan yang akan memberikan hasil dan kinerja yang baik dan
hasilnya akan lebih bagus.
Tabel 4.9. Persyaratan Fisik Bata Beton Menurut SNI 03-0349-1989.
dengan:
Wb = Berat sampel setelah direndam air (gr)
Wk = Berat sa mpel kering (gr)
3.8 Jaminan Mutu
3.8.1 Jaminan Mutu Alat dan Instrumen
Jaminan mutu alat dan instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
berupa data hasil kalibrasi alat dan instrumen dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut
ini:
4.1 Hasil
4.1.1 Kadar Air Fly ash, SeKam Padi dan Cangkag Karet
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berdasarkan berat kering (dry
basis). Kadar air berat basah mempunyai batas maksimum teoritis sebesar 100
persen, sedangkan kadar air berdasarkan berat kering dapat lebih dari 100 persen.
𝑊−𝑊1
Kadar air (% berat) b/b = × 100
𝑊
dimana:
W = Berat sampel awal (gram)
W1 = Berat sampel setelah dikeringkan (gram)
100 = Faktor konversi ke %
Tabel 4.1. Kadar Air Fly Ash
Kadar Air Pada Fly Ash
Berat Cawan Berat Berat Sesudah Kadar Air SNI No.2460-
NO
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g) (%) 2014 (%)
1 186.479 10.047 196.167 0.132 Maksimal 3
2 180.037 10.029 189.667 0.209 Maksimal 3
3 176.984 10.011 186.621 0.200 Maksimal 3
4 187.232 10.017 196.828 0.213 Maksimal 3
Rata-rata 0.188
Rata-rata 0.263
Tabel 4.3. Kadar Air Sekam Padi
Kadar Air Sekam Padi
Berat Baku Mutu SNI
Berat
Berat Cawan Sesudah Kadar No.06-3730-1995
NO Sampel
Kosong (g) Pemanasan Air (%)
(g)
(g)
1 41.591 1.0009 42.522 0.164 Maksimal 15 %
2 40.765 1.0008 41.697 0.164 Maksimal 15 %
3 40.682 1.0008 41.615 0.162 Maksimal 15 %
4 40.334 1.0010 41.270 0.157 Maksimal 15 %
Rata-rata 0.161
4.1.2 Kadar Abu Fly Ash, Sekam Padi dan Cangkang Karet
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau mineral
yang terdapat pada suatu bahan. Bahan terdiri dari 96% bahan anorganik dan air,
sedangkan sisanya merupakan unsur – unsur mineral. Unsur juga dikenal sebagai
zat organik atau kadar abu. Kadar abu tersebut dapat menunjukkan total mineral
dalam suatu bahan. (Zahro, 2013).
𝑊−𝑊1
Kadar abu (% berat) b/b = × 100
𝑊
dimana:
W = Berat sampel awal (gram)
W1 = Berat sampel setelah dikeringkan (gram)
100 = Faktor konversi ke %
Tabel 4.4. Kadar Abu Fly Ash
Kadar Abu Fly Ash
Berat Cawan Berat Berat Sesudah
NO Kadar Abu (%)
Kosong (g) Sampel (g) Pemanasan (g)
1 17.7989 1.0023 18.7592 0.223
2 19.8920 1.0011 20.8486 0.212
120
%T
112,5
3415,12
105
97,5
3087,20
2974,36
2233,66
2133,36
2336,86
90
2360,01
82,5
1992,55
1795,80
75
1869,10
67,5
60
52,5
45
37,5
30
756,13
680,90
693,44
779,28
798,56
608,57
596,03
579,63
22,5
1129,37
1076,33
1016,53
1037,75
927,80
15
7,5
-7,5
4650 4350 4050 3750 3450 3150 2850 2550 2250 1950 1650 1350 1050 750 450
TL-FA 60%-40%-UMRI 1/cm
130
120
3416,08
110
100
3046,70
2979,18
90
2133,36
2227,88
2336,86
2360,01
80
70
1945,29
1992,55
1734,08
60
1791,95
1419,67
1869,10
50
40
30
20
724,30
865,11
758,06
772,52
777,35
798,56
792,78
1139,01
1097,54
1087,90
1079,22
987,60
919,12
931,66
1041,61
950,95
943,23
935,52
10
-10
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 600 300
TL-FA-CK-UMRI 1/cm
4.2 Hasil
4.2.1 Kadar Air Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4
Jumlah Sampel
Kadar Air Fly Ash (%) Kadar Air Cangkang Karet (%)
Kadar Air Sekam Padi (%)
Gambar 4.3. Grafik Kadar Air Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi
diatas standar. Adapun hal yang juga dapat meningkatkan kadar air yaitu
keadaan sampel sebelum diuji.
4.2.2 Kadar Abu Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
1 2 3 4
Jumlah Sampel
Kadar Abu Fly Ash (%) Kadar Abu Cangkang Karet (%)
Kadar Abu Sekam Padi (%)
Gambar 4.4. Grafik Kadar Abu Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam Padi
Kadar abu dari fly ash yang dirata-ratakan sebesar 0.233%, untuk kadar
abu cangkang karet rata-rata 0.224% dan kadar abu untuk sekam padi 0.397%
Pengujian kadar abu merupakan pengujian zat anorganik sisa hasil pembakaran
suatu bahan organik. Kandungan abu dan komposisinya pada bahan pangan
tergantung pada jenis bahan. Kadar abu suatu bahan erat kaitannya dengan
kandungan mineral bahan tersebut. Mineral yang terdapat dalam suatu bahan
dapat merupakan dua macam garam, yaitu garam organik dan garam anorganik.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Firman (2018) kadar abu yang
didapatkan untuk abu cangkang karet 5.57% dengan suhu 500oC. Kadar abu dari
bahan baku yang digunakan pada penelitian ini telah memenuhi standar menurut
SNI No.06-3730-1995 kadar abu maksimal yaitu 10% dari data yang didapat
bahwa kadar abu cangkang karet masih memenuhi standard SNI No.06-3730-
1995, kadar abu dari fly ash telah memenuhi standar SNI No.2460-2014 dimana
kadar abu maksimal 10%.
25
20
15
10
5
0
TL-SP TL-CK TL-FA TL-SP-CK TL-SP-FA TL-CK-FA Kontrol
Variasi
30
20
10
0
Kontrol TL-FA TL-FA-CK
Variasi
4.1 FTIR
Tabel 4.8 Puncak Gugus Fungsi (TL-60%, FA-40%) dan (TL-60%, CK-20%, FA-
20%)
Hasil Karakterisasi Ftir
TL-60%, FA- TL-60%, CK-20%, Jeyageetha Standar Tipe Vibrasi
40% (cm-1) FA-20% (cm-1) 2015 (cm-1) 2013 (cm-1)
756,13 758.06 - 750-865 Si-CH3 Bend
779,28 777,35 779,28 750-865 Si-O Bend dari Si-O-
Si
798,56 798,56 798,56 750-865 Si-O Simetris
1075,33 1079,22 1076,33 1080-1040 Si-O-Si Asimmetric
Stretching
Pengujian FTIR dilakukan pada batu bata yang terbaik yang memiliki
nilai kuat tekan 44.2 kg/cm2 untuk batu bata (TL-60%, FA-40%) dan 40.1 kg/cm2
(TL-60%, CK-20%, FA-20%) dimana akan dilihat gugus fungsi dari batu bata
yang dihasilkan dengan membandingkan frekuensi yang diamati dengan literatur
yang tersedia, mineral seperti kuarsa, ortoklas, kaolinit, dan montmorillonit telah
diidentifikasi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Zahrina (2012) simetris pada
rentang bilangan gelombang 650 cm-1 hingga 950 cm-1 dan untuk Si-O-Si
asimetris pada rentang bilangan gelombang 950 cm-1 hingga 1250 cm-1. pada
penelitian yang dilakukan oleh Jeyageetha (2015) hasil dari FTIR yang
dilakukannya terhadap Fly Ash pada bilangan gelombang 3454 cm-1 terdapat
gugus OH yang terserap oleh montmorillonite, pada bilangan gelombang 2923
cm-1 terdapat gugus C-H dari karbon organik, pada bilangan 1097 cm-1terdapat
gugus Si-O-Si Asymmetric Strtching Vibration, pada bilangan gelombang 794 cm-
1
Si-O Symmetric, dan pada bilangan gelombang 1448 cm-1 terdapat gugus C-O
Stretching. Spektrum yang didapat dari batu bata (TL-60%, FA-40%) dan batu
bata (TL-60%, CK-20%, FA-20%) dapat dilihat pada (Tabel 4.8) dimana terdapat
Si-CH3 Bend pada standar terdapat pada bilangan gelombang 750 cm-1-
865 cm-1 dan pada masing masing batu bata terdapat pada bilangan gelombang
756,13 cm-1 untuk (TL-60%, FA-40%) dan 758,08 cm-1 untuk (TL-60%, CK-20%,
FA-20%) pada referensi Jeyageetha (2015) tidak terdapat bilangan gelombang
pada rentang tersebut. Si-O bend dari Si-O-Si pada bilangan gelombang 779,28
cm-1, Si-O simetris pada bilangan gelombang 798,56 cm-1 terdapat pada batu bata
(TL-60%, FA-40%) sedangkan pada batu bata (TL-60%, CK-20%, FA-20%)
bilangan gelombang 777,35 cm-1 adalah Si-O bend dari Si-O-Si dan 798,56 cm-1
terdapat Si-O simmetris.
Pada panjang gelombang 1075,33 cm-1, batu bata (TL-60%, FA-40%)
terdapat bilangan gelombang untuk gugus fungsi dari Si-O-Si asymmetric
stretching vibration. Sedangkan pada batu bata (TL-60%, CK-20%, FA-20%)
terdapat pada bilangan glombang 1079,22 cm-1 dan juga terferifikasi pada hasil
penelitian Jeyageetha (2015) dan juga standar. Pada data FTIR yang didapat
banyak sekali gugus fungsi dari Si namun puncak yang dihasilkan tidaklah tinggi
dan sulit untuk diklaim sebagai puncak sesungguhnya hal ini dikarenakan
senyawa yang terdapat pada batu bata masih heterogen dan terjadi overlapping
pada gugus fungsi yang ada sehingga puncak yang dihasilkan tidak tinggi, namun
dapat diperkirakan bahwa benar adanya puncak dari Si halini juga di jelaskan dari
tabel referensi dan standar dan juga dari bahan yang digunakan banyak
mengandung senyawa SiO2.
Hasil data FTIR gugus Si berasal dari bahan baku yaitu fly ash dan tanah
liat dimana fly ash banyak mengandung SiO2 dimana yang menyebabkan fly ash
memiliki sifat pozzolan yang akan bereaksi dengan CaO yang akan membentuk
senyawa kalsium hidrat yeng memiliki sifat seperti semen jika ditambah air, pada
penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh Park (2002) bahwa Ca2SiO4
terdapat pada bilangan gelombang 760 cm-1-1150 cm-1.
5.1 KESIMPULAN
Dari penelitian yang telah dilakukan ini dapat disimpulkan yaitu :
1. Batu bata dari bahan baku limbah Fly Ash, Cangkang Karet dan Sekam
Padi bisa menjadi salah satu alternatif untuk mengurangi penggunaan
tanah liat dan memanfaatkan limbah yang belum termanfaatkan dengan
baik.
2. Terdapat dua batu bata yang memiliki nilai kuat tekan yang baik dan
melebihi nilai kuat tekan batu bata yang dijual dipasaran yaitu batu bata
dengan variasi (TL-60%, FA-40%) dan (TL-60%, CK-20%, FA-20%)
dengan nilai kuat tekan 44.2 kg/cm2dan 40.1 kg/cm2.
3. Batu bata yang dibuat seluruhnya telah memenuhi standar SNI 03-0349-
1998.
4. Penambahan fly ash sebagai bahan baku pembuatan batu bata dapat
meningkatkan sifat mekanik dari batu bata namun apa bila penambahan
lebih dari 40% dapat mengurangi nilai kuat tekan dari batu bata
dikarenakan dapat menurunkan nilai keplastisan dan meningkatkan
porositas dari batu bata.
5.2 Saran
Dari penelitian yang telah dilakukan ada beberapa hal yang harus di
perhatikan yaitu apabila pencetakan batu bata dilakukan dapat menggunakan
mesin pencetak batu bata maka akan dapat meningkatkan sifat mekanik dari batu
bata hal ini karena kepadatan dari adonan akan lebih baik jika dibandingkan
dengan pencetakan secara manual.
DAFTAR PUSTAKA
Adrian, A., Sulaeman, R., & Oktorini, Y. (2015). Karakteristik Wood Pellet dari
Limbah Kayu Karet (Hevea brazilliensis Muell. Arg) sebagai Alternatif
Sumber Energi Terbarukan. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian,
2(2), 1-6.
Bienias, J., Walczak, M., Surowska, B.dan Sobczak, J, (2003), Microstructure and
Corrosion Behavior of Aluminium Fly Ash Composite, Journal of
Optoelectronics and Advanced Materials,Vol. 5, hal. 493-502.
Evendi, Zulfan. 2015. Pembuatan Batu Bata Dengan Penambahan Campuran Fly
Ash Dan Semen Tanpa Proses Pembakaran. JOM FTEKNIK. Vol. 2. No.
2.
Fatimah, Isnadia, Fatimah. 2018. Pengaruh Kadar Fly Ash Terhadap Kuat Tekan
Pada High Volume Fly Ash Selfcompacting (HVFA-SCC) Benda Uji d
15 Cm x 30 Cm Usaia 28 Hari. E-Jurnal Matriks Teknik Sipil 508-512.
Hunggurami, Elia. 2014. Studi Eksperimental Kuat Tekan Dan Serapan Air Bata
Ringan Cellular Lightweight Concrete Dengan Tanah Putih Sebagai
Agregat. Jurnal Teknik Sipil Vol. 3 No. 2: 31-37.
Julian, Ridho Tri. 2016 Pemanfaatan Limbah Cangkang Biji Karet Menjadi Briket
Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dengan Bahan Perekat Amilum.
Politeknik Negeri Sriwijaya.
Komarasari, Risa Nur. 2011. Penentuan Keberadaan Zat Aditif Pada Pelastik
Kemasan Melalui Perlakuan Pada Spektrofotometer IR. Bandung: Upi.
Munir, Misbachul. 2008. Pemanfaatan Abu Batubara (Fly Ash) Untuk Hollow
Block yang Bermutu dan Aman Bagi Lingkungan. Semarang: Magister
Ilmu Lingkungan Universitas Diponogoro.
Nurul, Ratih. 2018. Pengaruh Penambahan Abu Sekam Padi Sebagai Bahan
Campuran Terhadap Sifat Mekanik Batu Bata Di Desa Gunung Cupu,
Kecamatan Sindangkasih, Kabupaten Ciamis. Universitas Negeri
Yogyakarta: Yogyakarta.
Parry, K D Vernon. 2000. Scanning Electron Microscopy: an introduction, Centre
for Electronic Materials, UMIST.
Pitanda, Maryo. 2013. Abu Batubara Sebuah Konsep Inovatif Bagi Produksi Bata
Abuabu Untuk Memperoleh Kekuatan Tinggi Dan Aman Terhadap
Lingkungan. Mektek Tahun Xv No. 1
Prasetyoko, D., (2001), Pengoptimuman Sintesis Zeolit dari pada Silika abu
sekam padi Pencirian dan Tindak Balas Pemangkinan Friedel Crafts,
MSc thesis, University Teknologi Malaysia, Malaysia.
Retnosari, Agustin, 2013, Ekstraksi Dan Penentuan Kadar Silica (SiO2) Hasil
Ekstraksi Dari Abu Terbang (Fly Ash) Batubara, Universitas Jember:
Malang.
Rhidho, Tri, 2016, Pemanfaatan Limbah Cangkang Biji Karet Menjadi Briket
Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dengan Bahan Perekat Amilum, Polithnik
Negri Sriwijaya: Palembang.
Siregar, N, 2015, Pemanfaatan Abu Pembakaran Ampas Tebu Dan Tanah Liat
Pada Pembuatan Batu Bata, UMSU: Medan.
SNI 2460: 2014. Spesifikasi Abu Terbang Batubara Dan Pozolan Alam Mentah
Atau Yang Telah Kalsinasi Untuk Digunakan Dalam Beton.
Wahyuni, Ari, Sri. 2016. Pengaruh Pemanfaatan Abu Sekam Padi Pada Bata
Beton Ringan Foam Terhadap Kuat Tekan, Berat Jenis, Dan Daya Serap
Air Sebagai Suplemen Bahan Ajar Mata Kuliah Teknologi Beton (Pada
Mahasiswa Semester Iii Ptb Fkip Uns). Solo. Universitas Sebelas Maret.
Zahrina, Ida. 2012. sintesis ZSM-5 Dari Fly Ash Sawit Sebagai Sumber Silika
Dengan Variasi Nisbah Moar Si/Al Dan Temperatur Sintesis. Jurnal
Rekayasa Kimia Dan Ingkungan. Vol. 9. No. 2 : 94-99.
Zahro, Nurul 2013, Analisa Mutu Pangan dan Hasil Pertanian. Jember:
Universitas jember
Dikarbonisasi pada
suhu 550oC
Digerus
Diayak dengan
ayakan 100 nm
Didinginkan selama
2 hari
Ditimbang berat
masing-masing
sampel sebanyak 1 gr
Dinaikkan suhu
hingga 850oC selama
1 jam
Didinginkan didalam
Desikator selama 30
menit
Ditimbang
Ditimbang berat
masing-masing
sampel sebanyak 1 gr
Didinginkan didalam
Desikator selama 30
menit
Ditimbang
Batu bata
ditimbang berat
mula-mula
Dihitung
dimana:
W = Berat sampel awal (gram)
W1 = Berat sampel setelah dikeringkan (gram)
100 = Faktor konversi ke %
Tabel 4.4. Kadar Abu Fly Ash
dimana:
W = Berat sampel awal (gram)
W1 = Berat sampel setelah dikeringkan (gram)
100 = Faktor konversi ke %
Rata-rata 0.263
Rata-rata 0.188
Keterangan,
P = kuat tekan bahan, satuannya N/m2 atau kg/cm2
F = beban tekan maksimun (gaya tekan), satuannya (kg atau N)
A = luas bidang bahan (m2) (Wahyuni, 2016).
135
%T
127,5
120
112,5
3419,94
105
97,5
3025,48
2983,04
90
82,5
2360,01
75
67,5
60
1416,78
1869,10
52,5
45
37,5
30
22,5
732,98
777,35
795,67
15
1090,79
1084,04
1035,82
7,5
0
-7,5
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
TL-FA-CK-UMRI.Smooth 1/cm
135
%T
127,5
120
112,5
3408,36
105
97,5
2967,61
90
82,5
75
67,5
60
52,5
45
37,5
30
779,28
797,60
22,5
1091,76
1041,61
15
7,5
0
-7,5
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
TL-FA 60%-40%-UMRI.Smooth 1/cm
TL-FA-CK-UMRI.Smooth
135 TL-FA 60%-40%-UMRI.Smooth
%T
127,5
120
112,5
105
97,5
90
82,5
75
67,5
60
52,5
45
37,5
30
22,5
15
7,5
0
-7,5
4500 4200 3900 3600 3300 3000 2700 2400 2100 1800 1500 1200 900 750 450
TL-FA 60%-40% dan TL-FA-CK-UMRI.Smooth 1/cm