Anda di halaman 1dari 12

PEMBAHASAN

1. Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance (GCG)


Menurut buku pedoman umum good corporate governance (GCG) Indonesia,
yang disusun oleh Komite Nasional Kebijakan Governance/KNKG (2006) terdapat
lina prinsip yang harus diterapkan untuk mencapai tata kelola perusahaan yang baik
(IGAM Asri Dwija Putrid an IGK Agung Ulupui 2017:33). Prinsip – prinsip
tersebut, yaitu:
a) Tranparansi (Tranparancy)
Keputusan Menteri Negara BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002
mengartikan transparansi sebagai keterbukaan dalam melaksanakan proses
pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi
materiil dan relevan mengenai perusahaan. Jadi dalam prinsip ini, para
pemegang saham haruslah diberi kesempatan untuk berperan dalam
pengambilan keputusan atas perubahan-perubahan mendasar dalam perusahaan
dan dapat memperoleh informasi yang benar, akurat, dan tepat waktu mengenai
perusahaan. Oleh sebab itu konsep good corporate governance harus menjamin
pengungkapan yang cukup, akurat dan tepat waktu terhadap seluruh kejadian
penting yang berhubungan dengan perusahaan termasuk di dalamnya mengenai
kondisi keuangan, kinerja, struktur kepemilikan dan pengaturan perusahaan.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan mengembangkan sistem akuntansi
(accounting system) yang berbasiskan standar akuntansi dan best practice yang
menjamin adanya laporan keuangan dan pengungkapan yang berkualitas;
mengembangkan Information Technology (IT) dan Management Information
System (MIS) untuk menjamin adanya pengukuran kinerja yang memadai dan
proses
b) Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas dapat diartikan sebagai kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif. Prinsip ini berhubungan dengan tersedianya sistem yang mengendalikan
hubungan antara organorgan yang ada dalam perusahaan. Selanjutnya prinsip
akuntabilitas ini dapat diterapkan dengan mendorong agar seluruh organ
perusahaan menyadari tanggung jawab,wewenang, hak, dan kewajiban mereka

1
masing-masing. Corporate governance harus menjamin perlindungan kepada
pemegang saham khususnya pemegang saham minoritas dan asing serta
pembatasan kekuasaan yang jelas di jajaran direksi. Realisasi dari prinsip ini
dapat berupa pendirian dan pengembangan komite audit yang dapat mendukung
terlaksananya fungsi pengawasan dewan komisaris, juga perumusan yang jelas
terhadap fungsi audit internal. Khusus untuk bidang akuntansi, penyiapan
laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku serta
diterbitkan tepat waktu juga jelas merupakan perwujudan dari prinsip
akuntabilitas ini.
c) Responsibility (Resposibility)
Prinsip tanggung jawab ini menekankan pada adanya sistem yang jelas
untuk mengatur mekanisme pertanggungjawaban perusahaan kepada
shareholder dan stakeholder. Hal ini dimaksudkan agar tujuan yang hendak
dicapai dalam good corporate governance dapat direalisasikan, yaitu untuk
mengakomodasikan kepentingan dari berbagai pihak yang berkaitan dengan
perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis, dan sebagainya.
Prinsip tanggung jawab ini juga berhubungan dengan kewajiban perusahaan
untuk mematuhi semua peraturan dan hukum yang berlaku, termasuk juga
prinsi-pprinsip yang mengatur tentang penyusunan dan penyampaian laporan
keuangan perusahaan. Setiap peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku tentu
akan diikuti dengan sangsi yang jelas dan tegas. Selain itu juga harus diingat
bahwa ketentuan yang dibuat tentu antara lain bertujuan agar kepentingan pihak
tertentu terutama masyarakat tidak dirugikan. Oleh karena itu kepatuhan
terhadap ketentuan yang berlaku akan dapat menghindarkan perusahaan dari
sangsi hukum sebagaimana diatur dalam peraturan terkait, dan juga sangsi moral
dari masyarakat.
d) Independensi (Independency)
Menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-
117/MMBU/2002 prinsip kemandirian ini diartikan sebagai suatu keadaan di
mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

2
Prinsip-prinsip ini kemudian dijabarkan ke dalam lima aspek utama yang terdiri
dari: 1) Hak-hak pemegang saham; 2) Perlakuan yang merata (sama) terhadap
para pemegang saham; 3) Peranan pemegang saham yang harus diakui; 4)
Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu; dan 5) Tanggung jawab dewan
e) Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Prinsip ’Kewajaran atau Keadilan’ ini merupakan keadilan dan kesetaraan
didalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian
dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip fairness ini juga dapat
diartikan sebagai upaya dan tindakan yang tidak membeda-bedakan semua pihak
yang berkepentingan (stakeholders) terhadap organisasi atau perusahaan terkait.
Prinsip fairness ini harus menjamin adanya perlakuan yang setara (adil) terhadap
semua pihak terkait, terutama para pemegang saham minoritas maupun asing.
Prinsip ini diwujudkan antara lain dengan membuat peraturan korporasi yang
melindungi kepentingan para pemegang saham minoritas; membuat pedoman
perilaku perusahaan (corporate conduct) dan dan atau kebijakan-kebijakan yang
melindungi korporasi terhadap perlakuan buruk orang dalam, self-dealing, dan
konflik kepentingan; menetapkan peran dan tanggung jawab dewan komisaris,
direksi, komite, termasuk system remunerasi; menyajikan informasi secara
wajar/pengungkapan penuh material apapun; mengedepankan equal job
opportunity. (Tjager et al., 2003).
Dalam pedoman prinsip GCG selain oleh KNKG dengan pedoman TARIF,
dalam skala internasional dikenal pedoman yang umum digunakan yaitu oleh
OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) dengan
Principles of Corporate Governance. Semenjak diterapkan pada 1999, Principles
sudah mengalami 2 kali revisi, yaitu 2004 dan 2015. Pada tahun 2015, G20 Finance
Ministers and Central Bank Governors Meetingbersama dengan Organisation for
Economic Co-operation and Development(“G20/OECD”) memperbaharui prinsip
yang harus diterapkan untuk menerapkan GCG, dimana secara garis besar
principles memiliki 6 bab, yaitu:
a) Bab Pertama membahas tentang menekankan dasar tata kelola korporat yang
efektif (ensuring the basis for an effective corporate governance framework).
Bab ini menekankan bagaiman alokasi sumber daya yang efisien. Alokasi ini

3
harus didukung oleh pemerintah dan regulasi yang memadai. Pada muaranya
adalah pasar modal yang kuat akan menopang tata kelola korporat yang baik.
Jadi bab ini menjelaskan bagaimana negara dan pasar modal bersinergi melalui
kerangka tata kelola.
b) Bab kedua berjudul “hak pemegang saham, perlakuan yang setara, dan fungsi
kunci kepemilikan” (the right and equitable treatment of shareholder and key
ownership functions) yang akan membedah tentang hak dasar pemegang saham
termasuk hak atas informasi dan partisipasi pemegang saham dalam RUPS dan
keputusan keputusan penting.
c) Bab ketiga adalah “kepemilikan institusional, pasar saham dan perantara
lainnya” (insitutional investors, stock markets, and other intermediaries).
Principles mencoba mengelaborasi adakah perbedaan sikap antara pemilik
perseorangan dan kepemilikan oleh badan. Lalu bagaimana peran proksi dari
institusi keuangan terhadap pengendalian di perusahaan
d) Bab keempat adalah peran pihak-pihak berkepentingan dalam tata kelola
korporat (the role of stakeholders in corporate governance). Bahwa CG yang
baik akan menjembatani hubungan antara korporasi dan stakeholders, antara
keduanya terdapat hubungan timbal balik yang saling menguntungkan dan perlu
untuk dijaga agar tidak terjadi perampasan hak satu dan yang lain.
e) Bab kelima adalah pengungkapan dan transparansi (disclosure and
transparency) bab ini akan membahas tentang apa saja yang perlu diungkap oleh
korporasi. Tidak hanya faktor-faktor financial saja, ada juga faktor tujuan
perusahaan, kepemilikan kunci, faktor resiko, anggota dewan, dan transaksi
pihak berelasi.
f) Bab terakhir adalah tanggung jawab dewan (the responsibilities of board). Bab
ini akan mengejawantahkan tentang peranan kunci dari dewan, dan prinsip ini
relevan untuk sistem single tier atau two tier. Banyak hal akan dibahas yaitu
independensi, tugas dan peranan, serta kualifikasi dari anggota dewan di bab ini.
2. Konsep Good Corporate Governance (GCG)
Istilah” Corporate Governace” pertama kali diperkenalkan oleh Cadbury
Committee di tahun 1992 dalam laporan mereka yang kemudian dikenal sebagai
Cadbury Report dan merupakan titik balik (turning point) yang sangat menentukan

4
bagi praktik corporate governance di seluruh dunia. Cadbury Committee (1992)
mengemukakan bahwa corporate governance diartikan sebagai sistem yang
berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan.
Menurut Cadbury Commitee of United Kingdom (1992), GCGdapat diartikan
sebagai:” Seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan, serta para
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-
hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan”.
Syakhroza (2002) telah mendefinisikan Corporate Governance sebagai suatu
sistem yang dipakai” Board” untuk mengarahkan dan mengendalikan serta
mengawasi (directing, controlling, and supervising) pengelolaan sumber daya
organisasi secara efisien, efektif, ekonomis, dan produktif - E3P dengan prinsip-
prinsip transparan, accountable, responsible, independent, dan fairness - TARIF
dalam rangka mencapai tujuan organisasi”. Lebih Lanjut, Syakhroza (2002)
mengatakan secara tegas bahwa corporate governance terdiri dari 6 (enam) elemen
yaitu: 1). Fokus kepada Board, 2). Hukum dan Peraturan sebagai alat untuk
mengarahkan dan mengendalikan, 3). Pengelolaan sumber daya organisasi secara
efisien, efektif, ekonomis, dan produktifE3P, 4). Transparan, accountable,
responsible, independent, dan fairness-Tarif, 5). Tujuan organisasi, dan 6). Strategic
control.
Parkinson (1994) dalam Solomon et al. (2002) menyatakan bahwa corporate
governance adalah proses supervisi dan pengendalian yang dimaksudkan untuk
meyakinkan bahwa manajemen perusahaan bertindak sejalan dengan kepentingan
para pemegang saham (shareholders). Lebih lanjut, Forum of Corporate
Governance for Indonesia-FCGI (2001) mengemukakan bahwa corporate
governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan (dengan kata
lain sebagai sistem yang mengendalikan perusahaan) antara pemegang saham,
pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta
pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-
hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang mengendalikan
perusahaan.

5
Dari beberapa definisi yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa
corporate governance itu adalah suatu sistem, proses dan seperangkat peraturan
yang dibangun untuk mengarahkan dan mengendalikan perusahaan sehingga
tercipta tata hubungan yang baik, adil dan transparan di antara berbagai pihak yang
terkait dan memiliki kepentingan (stakeholder) dalam perusahaan. Pihak-pihak
terkait dimaksud terdiri atas pihak internal yang bertugas mengelola perusahaan dan
pihak eksternal yang meliputi pemegang saham, kreditur dan lain-lain. Idealnya
pihak internal yang mungkin terdiri dari direktur, para pekerja dan manajemen akan
menerima gaji dan imbalan lainnya dalam jumlah yang wajar; sementara para
pemegang saham seharusnya menerima pengembalian (return) atas modal yang
mereka investasikan. Kreditur akan memperoleh pelunasan atas pinjaman yang
mereka berikan beserta bunganya; begitu juga halnya dengan pelanggan, mereka
akan dapat memperoleh barang ataupun jasa yang ditawarkan perusahaan dengan
harga yang wajar dan sebanding dengan uang yang mereka korbankan saat
membeli; pemasok akan menerima pembayaran atas barang atau jasa yang mereka
serahkan kepada perusahaan dan bahkan masyarakat sekitarnya pun diharapkan
akan memperoleh kontribusi sosial atau bentuk-bentuk manfaat yang lainnya. Tata
hubungan yang sedemikian itulah yang ingin diwujudkan oleh corporate
governance. Berdasarkan uraian di atas maka tujuan utama yang ingin dicapai dari
penerapan corporate governance adalah untuk meningkatkan nilai saham dalam
jangka panjang dan sekaligus menciptakan value added bagi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders).
3. Perkembangan Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia, Peluang
dan Tantangan
a) Perkembangan Good Corporate Governance (GCG) di Indonesia
Diindonesia, konsep GCG mulai dikenal sejak krisis ekonomi tahun 1997
krisis yang berkepanjangan yang dinilai karena tidak dikelolanya perusahaan-
perusahaan secara bertanggungjawab, serta mengabaikan regulasi dan sarat
dengan praktek (korupsi, kolusi, nepotisme) KKN. Bermula dari usulan
penyempurnaan peraturan pencatatan pada Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa
Efek Indonesia) yang mengatur mengenai peraturan bagi emiten yang tercatat di
BEJ yang mewajibkan untuk mengangkat komisaris independent dan

6
membentuk komite audit pada tahun 1998, Corporate Governance (CG) mulai
di kenalkan pada seluruh perusahaan publik di Indonesia.
Setelah itu pemerintah Indonesia menandatangani Nota Kesepakatan
(Letter of Intent) dengan International Monetary Fund (IMF) yang mendorong
terciptanya iklim yang lebih kondusif bagi penerapan CG. Pemerintah Indonesia
mendirikan satu lembaga khusus yang bernama Komite Nasional mengenai
KebijakanCorporate Governance (KNKCG) melalui Keputusan Menteri Negara
Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Nomor: KEP-
31/M.EKUIN/06/2000. Tugas pokok KNKCG merumuskan dan menyusun
rekomendasi kebijakan nasional mengenai GCG, serta memprakarsai dan
memantau perbaikan di bidang corporate governance di Indonesia. Melalui
KNKCG muncul pertama kali pedoman Umum GCG di tahun 2001, pedoman
CG bidang Perbankan tahun 2004 dan Pedoman Komisaris Independen dan
Pedoman Pembentukan Komite Audit yang Efektif.
Pada tahun 2004 Pemerintah Indonesia memperluas tugas KNKCG
melalui surat keputusan Menteri Koordinator Perekonomian RI No. KEP-
49/M.EKON/II/TAHUN 2004 tentang pemebentukan Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) yang memperluas cakupan tugas sosialisasi
Governance bukan hanya di sector korporasi tapi juga di sektor pelayanan
publik. KNKG pada tahun 2006 menyempurnakan pedoman CG yang telah di
terbitkan pada tahun 2001 agar sesuai dengan perkembangan. Pada Pedoman
GCG tahun 2001 hal-hal yang dikedepankan adalah mengenai pengungkapan
dan transparansi, sedangkan hal-hal yang disempurnakan pada Pedoman Umum
GCG tahun 2006 adalah:
1) Memperjelas peran tiga pilar pendukung (Negara, dunia usaha, dan
masyarakat) dalam rangka penciptaan situasi kondusif untuk melaksanakan
GCG.
2) Pedoman pokok pelaksanaan etika bisnis dan pedoman perilaku.
3) Kelengkapan Organ Perusahaan seperti komite penunjang dewan
komisaris(komite audit, komite kebijakan risiko, komite nominasi dan
remunerasi, komite kebijakan corporate governance);

7
4) Fungsi pengelolaan perusahaan oleh Direksi yang mencakup lima hal dalam
kerangka penerapan GCG yaitu kepengurusan, manajemen risiko,
pengendalian internal, komunikasi, dan tanggung jawab sosial;
5) Kewajiban perusahaan terhadap pemangku kepentingan lain selain pemegang
saham seperti karyawan, mitra bisnis, dan masyarakat serta pengguna produk
dan jasa.;
6) Pernyataan tentang penerapan GCG;
7) Pedoman praktis penerapan Pedoman GCG;
Secara strategis tahapan mengenai implementasi CG di Indonesia melalui
beberapa tahap:
1) Pemberdayaan dewan komisaris agar mekanisme Check and Balance
berjalan secara efektif. Dewan komisaris yang menjalankan prinsip-
prinsip CG dapat secara efektif bekerja sesuai dengan peraturan dan best
practices yang ada dalam dunia bisnis. Independensi komisaris diperlukan
dalam rangka mewujudkan fungsi check and balance sebagai perwujudan
dari asas akuntabilitas dalam perseroan. Saat ini selain pedoman komisari
independen dan komite audit yang diterbitkan oleh KNKG, pihak otoritas
Pasar Modal, BUMN, dan Perbankan juga telah mewajibkan penunjukan
komisaris independen.
2) Memperbanyak agen-agen perubahan melalui program sertifikasi
komisaris dan direktur. Melalui institusi pelatihan dan sertifikasi komisaris
dan direktur materi CG disampaikan sebagai sarana untuk internalisasi
prinsip CG dalam mengelola korporasi. Lembaga Komisaris dan Direktur
Indonesia (LKDI) sebagai lembaga pelatihan dan sertifikasi kedirekturan
yang di naungi oleh KNKG telah menjalankan fungsinya sejak tahun 2001
untuk menciptakan agen-agen perubahan didalam perusahaan yang
konsisten menerapkan prinsip CG. Selain LKDI tercatat juga IICD dan
lembaga-lembaga universitas yang turut serta dalam upaya menciptakan
agen-agen perubahan.
3) Memasukkan asas-asas GCG kedalam pearturan perundangan seperti
UUPT, UUPM, Peraturan Perundangan mengenai BUMN, Peraturan

8
Perundangan mengenai Perbankan khususnya yang terkait dengan asas
transparansi, akuntabilitas, dan fairness.
4) Penyusunan Pedoman-Pedoman oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance.
5) Sosialisasi dan implementasi pedoman-pedoman diantaranya berupa
kewajiban assessment di Perbankan dan BUMN.
Secara keseluruhan penegakan aturan untuk penerapan CG belum ada
sanksi yang memberikan efek jera bagi perusahaan yang tidak menerapkannya,
namun di sektor perbankan telah dicoba untuk dimasukkan beberapa hal yang
terkait dengan kewajiban Bank dalam menerapkan CG yang berujung pada
sanksi bagi bank-bank yang tidak mengikuti aturan tersebut.
Komitmen GCG juga diberlakukan pada sektor swasta non-BUMN. Pada
tahun 2000, Bursa Efek Jakarta (sekarang Bursa Efek Indonesia)
memberlakukan Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta Nomor Kep-
315/BEJ/06200 perihal peraturan pencatatn efek nomor I-A yang antara lain
mengatur tentang kewajiban mempunyai keomisaris independen, komite audit,
memberikan peran aktif sekretaris perusahaan di dalam memenuhi kewajiban
keterbukaan informasi serta mewajibkan perusahaan tercatat untuk
menyampaikan informasi yang material dan relevan. Selain itu juga dibentuknya
berbagai organisasi dan perkumpulan yang mendukung pelaksanaan dari GCG
itu sendiri seperti: Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI),
Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG), Indonesian Institute for
Corporate Governance (IICD, dan lain sebagainya.
b) Peluang dan Tantangan Bagi Perusahaan Publik di Indonesia
Korporasi memainkan peran sentral dalam sistem perekonomian suatu
Negara. Sebaliknya, kemajuan ekonomi suatu negara tergantung pada
berfungsinya perekonomian yang berorientasi pasar yang mengejar kepentingan
terbaik dari para pemilik korporasi yang akan membawa korporasi kepada
efisiensi yang dilakukan oleh manajemen. Efektivitas good corporate governace
tidak terlepas dari rerangka legal dan ekonomi (legal and economic framework)
suatu negara. Sebagai suatu governance system ia dipengaruhi oleh rerangka
legal dan ekonomi tersebut dan pada gilirannya mempengaruhi rerangka

9
tersebut. Tantangan terbesar dan unik bagi perusahaan-perusahaan publik dalam
penerapan good corporate governance mungkin bukan lagi kekurangan legal
references, melainkan tantangan untuk mengubah kultur perusahaan yang
umunya sudah mengakar melalui kepemimpinan yang lugas, kompeten dan
memiliki integritas tinggi. Jangankan berpikir dan bertindak ke arah stakeholder
concept karena pada saat ini untuk menerapkan agency theory saja sudah sangat
sulit (Tjager et al., 2003). Dari berbagai kesempatan tatap muka yang dilakukan
oleh Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dengan kalangan
korporasi baik BUMN maupun perusahaan perusahaan swasta, sebagaian besar
responden menegaskan bahwa kepemimpinan bersifat krusial dan merupakan
faktor penting dalam penerapan good corporate governance, dan tidak satupun
yang mengingkari hal tersebut. Mereka percaya bahwa tanpa kepemimpinan
yang memadai, tidak akan ada penerapan good corporate governance yang
efektif di suatu perusahaan.
Meskipun sampai saat ini belum ada studi empiris mengenai seberapa erat
hubungan antara kepemimpinan organisasi dan corporate governance, survei di
atas merupakan cerminan akan keyakinan yang kuat bahwa kepemimpinan
memiliki hubungan positif dengan corporate governance di perusahaan. Alasan
utama sebagian responden adalah memandang implementasi good corporate
governance sebagai upaya membangun budaya korporasi yang baru, suatu
program yang sulit terlaksanakan tanpa kepemimpinan organisasi yang
memadai. Lebih lanjut, mereka memandang bahwa good corporate governance
semacam transformasi kultural atau proses perubahan kultural. Mereka juga
menunjukkan bahwa kepemimpinan transformasional adalah tipe
kepemimpinan yang paling sesuai untuk melaksanakan proses perubahan ini.
Terlepas dari semua itu, good corporate governance bukanlah suatu opsi
melainkan suatu keharusan bagi perusahaan-perusahaan publik di Indonesia,
karena penerapan good corporate governance di semua perusahaan publik ini
akan bermanfaat baik negara dalam menurunkan tingkat country risk dalam
upaya memulihkan dan menstabilkan perekonomian nasional maupun bagi
perusahaan itu sendiri dalam meningkatkan value of the firm.

10
DAFTAR PUSTAKA

Putri, I Gusti Ayu Made Asri Dwija dan I Gusti Ketut Agung Ulupui. 2017.
Pengantar Corporate Governance. Denpasar: CV. Sastra Utama.
Amri, Gusti. 2011. Sejarah Lahir GCG dan Perkembangannya di Indonesia.
http://gustiphd.blogspot.com/2011/10/sejarah-lahir-gcg-dan-
perkembangannya.html (Diakses pada tanggal 16 Februari 2019).
Dwiridotjahjono, Jojok. 2009. Penerapan Good Corporate Governance: Manfaat
Dan Tantangan Serta Kesempatan Bagi Perusahaan Publik Di Indonesia.
Jurnal Administrasi Bisnis UNPAR. Vol 5, No 2.
http://journal.unpar.ac.id/index.php/JurnalAdministrasiBisnis/article/view/2
108.
Fadly. 2016. G20/OECD Principle of Corporate Governance: Pengantar.
https://jagoakuntansi.com/2016/09/24/g20oecd-principle-of-corporate-
governance-pengantar/ (Diakses pada tanggal 16 Februari 2019).
MY. 20 Juni 2017. Good Corporate Governance (GCG).
https://accounting.binus.ac.id/2017/06/20/good-corporate-governance-gcg/
(Diakses pada tanggal 16 Februari 2019).
Taridi Tirmidzi. 2015. Perkembangan GCG di Indonesia. http://muc-
advisory.com/perkembangan-gcg-di-indonesia/ (Diakses pada tanggal 16
Februari 2019).
Yanuarto 2012. 5 (Lima) Prinsip GCG http://yanuarto-
berbagi.blogspot.com/2012/02/5-lima-prinsip-gcg.html (Diakses pada 19
Pebruari 2019)
Muhamad Ramdani 2010. GCG (Good Corporate Governance)
https://muhamadramdani17.wordpress.com/2010/11/25/gcg-good-corporate-
governance/ (Diakses pada 19 Pebruari 2019)

11

Anda mungkin juga menyukai