Anda di halaman 1dari 12

BAB 1

PENDAHULUAN
1. Latar belakang

Indonesia dikenal sebagai Negara yang luas dan kaya akan


keanekaragaman hayati. Salah satunya adalah belut (synbranchidae) didalam
kurun waktu lebih 29 tahun terakhir ini terus memiliki nilai bisnis yang terus
meningkat. Bahkan diberbagai Negara terkadang belut dijadikan komoditi
utama untuk pasar local maupun ekspor.

Belut adalah sekolompok ikan berbentuk mirip ular yang tremasuk


dalam suku synbranchidae. Suku ini terdiri dari empat genera dengan total 20
jenis. Anggota dari setiap belut itu bersifat pantropis (ditemukan disemua
daerah tropika).

Belut berbeda dengan sidat, yang sering dipertukarkan. Ikan ini bisa
dikatakan tidak memiliki sirip , kecuali sirip ekor yang juga tereduksi,
sedangkan sidat masih memiliki sirip yang jelas. Ciri belut yang lain adalah
tidak bersisik (hanya sedikit) dapat bernapas melalui udara, bukaan insang
sempit, tidak memilii kantung renang dan tulang rusuk. Belut merupakan
hewan air darat sedangkan sidat hidup dilaut walaupun ada yang hidup di air
tawar. Mata belut biasanya tidak berfungsi baik. belut yang buta adalah belut
yang hidup didalam gua.
2. Rumusan masalah
2.1 Bagaimana cara budidaya belut secara umum
2.2 Bagaimana cara pemilihan lokasi
2.3 Bagaimana pemilihan induk
2.4 Bagaimana proses pemijahan
2.5 Berapa lama dan bagaimana panen
3. Tujuan
3.1 Untuk mengetahui cara membudidaya belut secara umum
3.2 Untuk mengetahui pemilihan lokasi yang baik dan benar
3.3 Untuk mengatahui bagaimana pemilihan induk yang bagus
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar teori

Belut merupakan jenis ikan yang banyak hidup liar disungai, perswahan dan
rawa-rawa. Ikan jenis ini biasanya menimbulkan masalah bagi petani, sebab belut
suka menggali lubang yang mengakibatkan sawah bocor atau kekeringan.

Spesies belut masuk dalam kelas pisces dengan nama latin synbranchaedae.
Belut merupaka jenis ikan yang paling nikmat dikonsumsi, serta memiliki
kandungan gizi yang tinggi dan tidk kalah dengan ikn.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembudidayaan belut yaitu dengan


tidak asal-asalan dalam memulai bisnis ini. Karena ada prosedur sendiri dalam hal
ini. Anjuran ini didasarkan pada tingkat rata-rata kegagalan 35% bahkan ada juga
yang mencapai 50%.

Berdasarkan kondisi tersebut langkah yang paling tepat adalah mengetahui


tata cara membudidayakan belut, kemudian menganalisis hasilnya. Setelah
hasilnya memuaskan, barulah kegiatan-kegiatan berikut dilakukan sesuai
kebutuhan.

2.2 Jenis-jenis belut


Jenis belut yang ada diindonesia adalah belut sawah, belut rawa, dan belut
kali/sungai. Dari ketiga belut tersebut pertumbuhan dan adaptasi memiliki ciri
yang hampir sama. Tapi memiliki perbedaan yang sangat sedikit bhakan susah
untuk dideteksi.

2.3 Persyaratan lokasi

2.3.1 Secara klimatologis ikan belut tidak membutuhkan kondisi iklim dan
geografis yang spesifik. Ketinggian tempat budidaya ikan belut dapat
berada di dataran rendah sampai dataran tinggi. Begitu pula dengan
kelembaban dan curah hujan tidak ada batasan yang spesifik.
2.3.2 Kualitas air untuk pemeliharaan belut harus bersih, tidak terlalu
keruh dan tidak tercemar bahan-bahan kimia beracun, dan
minyak/limbah pabrik. Kondisi tanah dasar kolam tidak beracun.
2.3.3 Suhu udara/temperatur optimal untukpertumbuhan belut yaitu
berkisar antara 25-31 ᵒC.
2.3.4 Pada prinsipnya kondisi perairan adalah air yang harus bersih dan
kaya akan osigen terutama untuk bibit/benih yang masih kecil yaitu
ukuran 1-2 cm.

Sedangkan untuk perkembangan selanjutnya belut dewasa tidak memilih


kualitas air dan dapat hidup di air yang keruh.
2.4 Penyiapan sarana peralatan:

2.4.1 Perlu diketahui bahwa jenis kolam budidaya ikan belut harus
dibedakan antara lain: kolam induk/kolam pamijahan, kolam
pendederan (untuk benih berukuran 1-2 cm), kolam belut remaja
(untuk ukuran 3-5 cm) dan kolam pemeliharaan belut konsumsi
(terbagi menjadi dua tahapan yang masing-masing dibutuhkan waktu
dua bulan) yaitu untuk pemeliharaan belut.
2.4.2 Anak belut yang sudah siap dipeliharasecara intensif adalah yang
berukuran 5-8 cm. dipelihara selama empat bulan dalam dua tahapan
dengan masing-masing tahapannya selama dua bulan.
2.4.3 Bibit bisa diperoleh dari kolam pembibitan atau bisa juga diperoleh
dari sarang-sarang bibit yang ada di alam. Pemilihan bibit bisa
diperoleh dari kolam peternakan atau pamijahan.
2.4.4 Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut betina berukuran 30 cm
dan belut jantan berukuran 40 cm.
2.4.5 Pemijahan dilakukan dikolam pemijahan dengan kapasitas satu ekor
pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam seluas 1 m2
2.4.6 Rincinya sebagai berikut:
2.4.6.1 Buat kolam timbul diatas tanah seluas 2x6 m
2.4.6.2 Dipetak-petak, 1 petak = 1 m2
Tinggi petak 70 m
Pinggir dan dasar di plur/ diplester
2.4.6.3 Diairi selama 1 minggu.
2.4.6.4 Masukan lumpur sedalam 20 cm.
2.4.6.5 Taburi jerami kira-kira 10 cm.
2.4.6.6 Taburi irisan pohon pisang
2.4.6.7 Diairi dengan air yang mengalir walaupun kecil selama 1
minggu
2.4.6.8 Siapkan bibit besar yang unggul sebagai mana tadi telah
disebutkan.
2.4.6.9 Untuk setiap petak 1: 4 jantan dan betinanya
2.4.6.10 Selama 3 bulan beranak
2.4.6.11 Anaknya dipisahkan dengan membuat Kolam baru.
2.4.6.12 Makanan : makanan bekas

2.5 Penyiapan Bibit

2.5.1 Menyiapkan Bibit


2.5.1.1 Anak belut yang sudah siap dipelihara secara intensif adalah
yang berukuran 5-8 cm. Di pelihara selama 4 bulan dalam 2
tahapan dengan masing-masing tahapannya selama 2 bulan.
2.5.1.2 Bibit bisa diperoleh dari bak/kolam pembibitan atau bisa
juga bibit diperoleh dari sarang-sarang bibit yang ada di
alam.
2.5.1.3 Pemilihan bibit bisa diperoleh dari kolam peternakan atau
pemijahan. Biasanya belut yang dipijahkan adalah belut
betina berukuran ± 30 cm dan belut jantan berukuran ± 40
cm.
2.5.1.4 Pemijahan dilakukan di kolam pemijahan dengan kapasitas
satu ekor pejantan dengan dua ekor betina untuk kolam
seluas 1 m2. Waktu pemijahan kira-kira berlangsung 10 hari
baru telur-telur ikan belut menetas. Dan setelah menetas
umur 5-8 hari dengan ukuran anak belut berkisar 1,5–2,5
cm. Dalam ukuran ini belut segera diambil untuk
ditempatkan di kolam pendederan calon benih/calon bibit.
Anak belut dengan ukuran sedemikian tersebut diatas segera
ditempatkan di kolam pendederan calon bibit selama ± 1
(satu) bulan sampai anak belut tersebut berukuran 5-8 cm.
Dengan ukuran ini anak belut sudah bisa diperlihara dalam
kolam belut untuk konsumsi selama dua bulan atau empat
bulan.
2.5.2 Perlakuan dan Perawatan Bibit
Dari hasil pemijahan anak belut ditampung di kolam pendederan
calon benih selama 1 bulan. Dalam hal ini benih diperlakukan dengan
secermat mungkin agar tidak banyak yang hilang. Dengan perairan yang
bersih dan lebih baik lagi apabila di air yang mengalir.
2.6 Ciri-ciri induk belut

2.6.1 Ciri Induk Belut Jantan


2.6.1.1 Berukuran panjang lebih dari 40 cm
2.6.1.2 Warna permukaan kulit lebih gelap atau abu – abu
2.6.1.3 Bemtuk kepala tumpul
2.6.1.4 Usianya diatas sepuluh tahun
2.6.2 Ciri Induk Belut Betina
2.6.2.1 Berukuran panjang antara 20 cm -30 cm
2.6.2.2 Warna permukaan kulit lebih cerah atau lebih muda
2.6.2.3 Warna hijau muda pada punggung dan warna putih
kekuningan pada perutnya
2.6.2.4 Bentuk kepala runcing
2.6.2.5 Usianya dibawah sembilan bulan

2.7 Perkembangbiakan Belut

Belut ini mudah berkembang biak dialam, tetapi juga tidak sulit
dikembangbiakkan di kolam, asal media dikolam menyerupai habitat aslinya.
Secara alami berkembang biak setahun sekali, tapi dengan masa perkawinan yang
amat panjang yaitu mulai dari musim penghujan sampai dengan permulaan musim
kemarau ( Kurang lebih empat sampai lima bulan )
Perkawinan belut umumnya tiba akan terlihat belut jantan berbomdong
ramai – ramai berenang ke berbagai penjuru kearah tepian. Diperairan yang
dangkal itulah nantinya belut jantan menggali lubang perkawinan. Lubang
perkawinan diabangun mirip “U” . Selanjutnya dalam lubang tersebut belut jantan
lalu membuat gelembung-gelembung udara yang membusa di permukaan air
diatas salah satu lubnagnya. Busa – busa tersebut berguna untuk menarik
perhatian lawan jenisnya. Belut jantan menanti kehadiran belut betina di lubang
yang tidak diliputi busa.
Setelah belut betina yang dinanti tiba, sebelum perkawinan dilangsungkan
akan terjadi cumbu-cumbuan mesra terlebih dahulu. Dalam perkawinan telur-telur
dari betina akan dikeluarkan disekitar lubang dibawah busa-busa yang mengapung
pada permukaan aor. Telur yang sudah dibuahi selanjutnya akan dicakup belut
jantan untuk disemburkan dan diamankan dalam lubang persembunyian.
Kemudian belut jantanlah yang akan menjalani tugas menjaga telur – telur
tersebut sampai menetas. Selama menjaga telur ini belut jantan galaknya bukan
main. Setiap mahluk yang mendekat ke sarang pasti akan diserang.

2.8 Penetasan

Telur –telur dialam akan menetas setelah 9-10 hari kemudian. Tetspi untuk
dikolam pendederan dan pemijahan telur-telur belut akan menetas dalam waktu
12-14 hari. Sewaktu baru menetas warna anak belut kuning setelah itu pelan –
pelan berubah menjadi kuning kecoklatan dan selanjutnya menjadi coklat muda.
Anak –anak belut yang sudah menetas sementara masih diasuh oleh belut jantan
selama dua minggu. Setelah berumur 15 hari anak-anak belut sudah bisa berenag
sendiri dan meninggalkan sarana penetasan. Mereka sudah mampu menggali
lubnag dan mencari makanan sendiri tempat lain.

2.9 Pemeliharaan Pembesaran


2.9.1 Pemupukan
Jerami yang sudah lapuk diperlukan untuk membentuk pelumpuran
yang subur dan pupuk kandang juga diperlukan sebagai salah satu
bahan organic utama.
2.9.2 Pemberian Pakan
Bila diperlukan bisa diberi makanan tambahan berupa cacing, kecoa,
ulat besar(belatung) yang diberikan setiap 10 hari sekali.
2.9.3 Pemberian Vaksinasi
2.9.4 Pemeliharaan Kolam dan Tambak
Yang perlu diperhatikan pada pemeliharaan belut adalah menjaga
kolam agar tidak ada gangguan dari luar dan dalam kolam tidak
beracun

2.10 Hama dan penyakit

2.10.1 Hama
2.10.1.1 Hama pada belut adalah binatang tingkat tinggi yang
langsung mengganggu kehidupan belut.
2.10.1.2 Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering
menyerang belut antara lain: berang-berang, ular, katak,
burung, serangga, musang air dan ikan gabus.
2.10.1.3 Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang
sering menyerang hanya katak dan kucing. Pemeliharaan
belut secara intensif tidak banyak diserang hama.
2.10.2 Penyakit
Penyakit yang umum menyerang adalah penyakit yang disebabkan
oleh organisme tingkat rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa
yang berukuran kecil.
2.11 Panen

Pemanenan belut berupa 2 jenis yaitu :


1.1 Berupa benih/bibit yang dijual untuk diternak/dibudidayakan.
1.2 Berupa hasil akhir pemeliharaan belut yang siap dijual untuk konsumsi
(besarnya/panjangnya sesuai dengan permintaan pasar/konsumen).
Cara Penangkapan belut sama seperti menangkap ikan lainnya dengan
peralatan antara lain: bubu/posong, jaring/jala bermata lembut, dengan pancing
atau kail dan pengeringan air kolam sehingga belut tinggal diambil saja.
2.12 Pasca panen
Pada pemeliharaan belut secara komersial dan dalam jumlah yang besar,
penanganan pasca panen perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini agar belut
dapat diterima oleh konsumen dalam kualitas yang baik, sehingga mempunyai
jaringan pemasaran yang luas.

BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Belut ada tiga macam/jenis, antara lain : belut sawah, belut rawa, dan belut
kali/sungai. Dari ketiga belut tersebut memiliki pesamaan dan perbedaan yang
sangat sedikit. Jadi, sulit untuk dilihat oleh kasat mata mana yang belut sawah,
rawa atau sungai.
Budidaya belut itu harus memiliki kesabaran dan tingkat pengetauan yang
tinggi dikareakan tidak semua orang bisa berhasil dalam membudidayakan belut
ini. Banyak orang diluar sana yang inginmembudidayakan belut tapi mereka
menganggap bahwa belut hanyalah binatang yang sangat menggelikan yang
seperti ular. Padahal jika kita teleti dan kaji belut tidak seburk yang kita bayngkan.
Mungkin ada sebagian orang menganggap positif dan negative terhadap belut itu
sendiri.

3.2 Saran
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh dari sempurna.
Untuk itu, penyusun mengharapkan adanya kritik dan saran dari semua pihak.
Serta dapat menjadikan makalah kami sebagai titik tolak pengetahuan tentang
belut yang lebih lanjut oleh pihak – pihak yang berminat menhkaji lebih dalam.
kami berharap agar budidaya belut dapat lebih dikmaksimalkan dan dilestarikan di
lingkungan masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Satwono, B. 1999. Budidaya Belut dan Tidar. Penerbit Penebar Swadaya


(Anggota IKAPI). Jakarta
Ronni Hendrik S. 1999. Budidaya Belut. Penerbit Bhratara, Jakarta
http://www.warintek.ristek.go.id/perikanan/air%20tawar/belut.pdf

http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BAHASA_ARAB/195105281979031

AHMAD_SUKARNA_FIRDAUS/KEWIRAUSAHAAN/BUDIDAYA_BELUT.
pdf

http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Research-22090-
06%20Bab%20II.pdf

http://www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20belut.pdf

http://perpustakaandinaskelautandanperikanan.blogspot.com/2011/09/cara-
budidaya-belut.

Anda mungkin juga menyukai