Anda di halaman 1dari 3

CIRI-CIRI GURU KONSTRUKTIF ( Brooks & Brooks )

1. Guru mendorong, menerima inisiatif dan kemandirian siswa.


2. guru menggunakan data mentah sebagai sumber utama pada fokus materi
pembelajaran.
3. Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa yang terarah pada pelatihan kemampuan
mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguraikan isi pelajaran dan
mengubah strategi belajar mengajar.
5. Guru melakukan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu konsep sebelum
memulai pembelajaran.
6. Guru mendorong terjadinya dialog dengan dan antar siswa.
7. Guru mendorong siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan -pertanyaan terbuka dan
mendorong siswa untuk bertanya sesama teman.
8. Guru melakukan elaborasi respon siswa siswa, baik ya ng sudah benar maupun yang
belum benar.
9. Guru melibatkan siswa pada pengalaman yang menimbulkan kontradiksi dengan
hipotesis siswa dan mendiskusikannya.
10. Guru memberikan waktu berfikir yang cukup bagi siswa dalam menjawab pertanyaan
11. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menghubungkan beberapa
hal yang dipelajari untuk meningkatkan pemahaman.
12. Guru di akhir pembelajaran memfasilitasi proses penyimpulan melalui acuan yang benar.

EKSPEKTASI SEKOLAH, KREATIVITAS, DAN INOVASI

1. Prestasi belajar peserta didik lebih ditekankan pada ”menghasilkan” daripada


”memahami”.
2. Sekolah menyelenggarakan ajang ‘kompetisi’ yang mendidik dan sehat.
3. Sekolah ramah lingkungan (misalnya; ada tanaman atau pohon, pot bunga,
tempat sampah)
4. Lebih baik lagi jika terdapat produk/karya peserta didik yang mempunyai nilai
artistik dan ekonomis/kapital untuk dijual.
5. Lebih baik jika ada pameran karya peserta didik dalam kurun waktu tertentu,
misalnya sekali dalam satu tahun.
6. Karya peserta didik lebih dominan daripada pemasangan beragam atribut
sekolah.
7. Kehidupan sekolah terasa lebih ramai, ceria, dan riang.
8. Sekolah rapi, bersih, dan teratur.
9. Komunitas sekolah santun, disiplin, dan ramah.
10. Animo masuk ke sekolah itu makin meningkat.
11. Sekolah menerapkan seleksi khusus untuk menerima peserta didik baru.
12. Ada forum penyaluran keluhan peserta didik.
13. Iklim sekolah lebih demokratis.
14. Diselenggarakan lomba-lomba antarkelas secara berkala dan di tingkat
Pendidikan menengah ada lomba karya ilmiah peserta didik.
15. Ada program kunjungan ke sumber belajar di masyarakat.
16. Kegiatan belajar pada silabus dan RPP menekankan keterlibatan peserta didik
secara aktif.
17. Peserta didik mengetahui dan dapat menjelaskan tentang lingkungan sekolah
(misalnya, nama guru, nama kepala sekolah, dan hal-hal umum di sekolah itu).
18. Ada program pelatihan internal guru (inhouse training) secara rutin.
19. Ada forum diskusi atau musyawarah antara kepala sekolah dan guru maupun
tenaga kependidikan lainnya secara rutin.
20. Ada program tukar pendapat, diskusi atau musyawarah dengan mitra d ari
berbagai pihak yang terkait (stakeholders).

SUMBER DAYA MANUSIA

1. Kepala sekolah peduli dan menyediakan waktu untuk menerima keluhan dan saran dari peserta
didik maupun guru.
2. Kepala sekolah terbuka dalam manajemen, terutama manajemen keuangan kepada guru dan
orang tua/komite sekolah.
3. Guru berperan sebagai fasilitator dalam proses belajar.
4. Guru mengenal baik nama-nama peserta didik.
5. Guru terbuka kepada peserta didik dalam hal penilaian.
6. Sikap guru ramah dan murah senyum kepada peserta didik, dan tidak ada kekerasan fisik dan
verbal kepada peserta didik.
7. Guru selalu berusaha mencari gagasan baru dalam mengelola kelas dan mengembangkan
kegiatan belajar.
8. Guru menunjukkan sikap kasih sayang kepada peserta didik.
9. Peserta didik banyak melakukan observasi di lingkungan sekitar dan terkadang belajar di luar
kelas.
10. Peserta didik berani bertanya kepada guru.
11. Peserta didik berani dalam mengemukakan pendapat.
12. Peserta didik tidak takut berkomunikasi dengan guru.
13. Para peserta didik bekerja sama tanpa memandang perbedaan status sosial, keturunan,
golongan, dan kemampuan.
14. Peserta didik tidak takut kepada kepala sekolah.
15. Peserta didik senang membaca di perpustakaan dan ada perilaku cenderung berebut ingin
membaca buku bila berada di perpustakaan.
16. Potensi peserta didik lebih tergali serta minat dan bakat peserta didik lebih mudah terdeteksi.
17. Ekspresi peserta didik tampak senang dalam proses belajar.
18. Peserta didik sering mengemukakan gagasan dalam proses belajar.
19. Perhatian peserta didik tidak mudah teralihkan kepada orang/t amu yang datang ke sekolah.

C. LINGKUNGAN, FASILITAS, DAN SUMBER BELAJAR

1. Sumber belajar di lingkungan sekolah dimanfaatkan peserta didik untuk belajar.


2. Terdapat majalah dinding yang dikelola peserta didik yang secara berkala diganti dengan
karya peserta didik yang baru.
3. Di ruang kepala sekolah dan guru terdapat pajangan hasil karya peserta didik.
4. Tidak ada alat peraga praktik yang ditumpuk di ruang kepala sekolah atau ruang lainnya
hingga berdebu.
5. Buku-buku tidak ditumpuk di ruang kepala sekolah atau di ruang lain.
6. Frekuensi kunjungan peserta didik ke ruang perpustakaan sekolah untuk membaca/
meminjam buku cukup tinggi.
7. Di setiap kelas ada pajangan hasil karya peserta didik yang baru.
8. Ada sarana belajar yang bervariasi.
9. Digunakan beragam sumber belajar.

D. PROSES BELAJAR-MENGAJAR DAN PENILAIAN

1. Pada taraf tertentu diterapkan pendekatan integrasi dalam kegiatan belajar


antarmata pelajaran yang relevan.
2. Tampak ada kerja sama antarguru untuk kepentingan proses belajar mengajar.
3. Dalam menilai kemajuan hasil belajar guru menggunakan beragam cara sesuai
dengan indikator kompetensi. Bila tuntutan indikator melakukan suatu unjuk kerja,
yang dinilai adalah unjuk kerja. Bila tuntutan indikator berkaitan dengan
pemahaman konsep, yang digunakan adalah alat penilaian ter tulis. Bila tuntutan
indikator memuat unsur penyelidikan, tugas (proyek) itulah yang dinilai. Bila
tuntutan indikator menghasilkan suatu produk 3 dimensi, baik proses pembuatan
maupun kualitas, yang dinilai adalah proses pembuatan atau pun produk yang
dihasilkan.
4. Tidak ada ulangan umum bersama, baik pada tataran sekolah maupun wilayah, pada
tengah semester dan / atau akhir semester, karena guru bersangkutan telah
mengenali kondisi peserta didik melalui diagnosis dan telah melakukan perbaikan
atau pengayaan berdasarkan hasil diagnosis kondisi peserta didik.
5. Model rapor memberi ruang untuk mengungkapkan secara deskriptif kompetensi
yang sudah dikuasai peserta didik dan yang belum, sehingga dapat diketahui apa
yang dibutuhkan peserta didik.
6. Guru melakukan penilaian ketika proses belajar-mengajar berlangsung. Hal ini
dilakukan untuk menemukan kesulitan belajar dan kemungkinan prestasi yang bisa
dikembangkan peserta didik dan sekaligus sebagai alat diagnosis untuk menentukan
apakah peserta didik perlu melakukan perbaikan atau pengayaan.
7. Menggunakan penilaian acuan kriteria, di mana pencapaian kemampuan peserta
didik tidak dibandingkan dengan kemampuan peserta didik yang lain, melainkan
dibandingkan dengan pencapaian kompetensi dirinya sendiri, sebelum dan sesudah
belajar.
8. Penentuan kriteria ketuntasan belajar diserahkan kepada guru yang bersangkutan
untuk mengontrol pencapaian kompetensi tertentu peserta didik. Dengan demikian,
sedini mungkin guru dapat mengetahui kelemahan dan keberhasilan peserta dalam
kompetensi tertentu

Anda mungkin juga menyukai