Anda di halaman 1dari 15

Laporan Makalah Tentang Lebah Madu

Disusun Oleh :

 Sylvia Juliarta 4122.17.11.0012


 Sultan Irsyad 4122.17.11.0004

Fakultas Kehutanan
Universitas Winaya Mukti
2017

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Hutan memiliki berbagai macam sumber daya yang dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat, baik masyarakat di sekitar kawasan hutan maupun masyarakat global. Secara
umum nilai manfaat sumber daya hutan dikategorikan menjadi tiga, yaitu manfaat langsung
atau direct use value(kayu, hasil hutan bukan kayu/HHBK, sarana pendidikan, rekreasi dan
tempat tinggal manusia), manfaat tidak langsung atau indirect use value (perlindungan daerah
aliran sungai, pembentuk iklim mikro dan penyerapan karbon) dan nilai yang tidak dapat
dimanfaatkan atau non-use value (keberadaan hutan sebagai pengawetan keanekaragaman
hayati dan warisan budaya) (Bishop, 1999). Menurut Hassen (2013) nilai ekonomi total dari
hutan sebesar US$ 142.000.000, dengan kontribusi hasil hutan kayu hanya sebesar 5% dari
nilai ekonomi total hutan. Penelitian Hassen juga menjelaskan bahwa HHBK memiliki nilai
yang lebih tinggi dibandingkan dengan hasil hutan kayu, yakni sebanyak 7% dari nilai
ekonomi total hutan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pemanenan hasil hutan kayu (timber
extraction) yang dilakukan hingga saat ini baik legal maupun illegal mengakibatkanterus
berkurangnya luas tutupan hutan atau deforestasi (Sumargo et al., 2011; Sunderlin dan
Resosudarmo, 1997). Oleh karena itu, paradigma pemanfaatan hasil hutan yang hanya
berfokus pada kayu secara perlahan berubah kearah pemanfaatan hasil hutan lainnya, yaitu
HHBK dan jasa ekosistem hutan (Sisak et al., 2016).Madu merupakan salah satu produk
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang telah lama dimanfaatkan di Indonesia(Moko,
2008).Madu berasal dari fermentasi nektar bunga yang dikumpulkan oleh lebah dan
kemudian diproses menjadi zat kental manis (Murtidjo, 1991). Terdapat dua cara untuk
memperoleh madu yaitu dengan cara perburuan madu (honey hunter) dan dengancara
melakukan budidaya lebah madu (apiculture/beekeeping) (Hilmi et al,2011).Menurut
dataBadan Pusat 2Statistik, jumlah produksi madu di Indonesiayaitu berkisar antara
52.358,74–540.227,27Kg/tahun dalam 5 tahunterakhir (2011-2015).Produksi madu yang ada
di Indonesia umumnya diperoleh dari tigajenis lebah madu yaitu Apis dorsata (lebah hutan),
Apis cerana (lebah lokal) dan Apis mellifera (lebah Eropa)(Hadisoesilo, 2001). Madu yang
didapatkan dari ketiga jenis lebah madu ini umumnya berupa madu hutan/liar sebanyak 75%
dan madu hasil budidaya sebanyak 25% dari total produksi madu nasional (Novandra dan
Widnyana 2013). Namun jumlah produksi madu hasil budidaya di Indonesia yang terakhir
tercatat pada tahun 2014 yaitu sebanyak 1,94 ton (KLHK, 2014), sehingga dapat dikatakan
produksi madu hasil budidaya di Indonesia masih sangat sedikit.Dari 34 Provinsi yang ada di
Indonesia, hanya sebanyak 5 Provinsi yang dapat memproduksi madu yaitu Provinsi Nusa
Tenggara Barat, Jawa Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat (Badan Pusat Statistik 2012-
2016).Kebutuhan akan madu di Indonesia untuk dikonsumsi secara langsung maupun
digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik/farmasi diperkirakan mencapai 10.000 –
15.000 ton/tahun (Bank Indonesia) Indonesia menandakan bahwa permintaan akan madu
dalam skala nasional masih sangat tinggi dan belum dapat diimbangi oleh jumlah produksi
madu nasional hingga saat ini. Oleh karena itu, peningkatan jumlah produksi madu nasional
perlu dilakukan untuk dapat memenuhi permintaan madu nasional maupun global (Kilchling
et al., 2009) .Salah satu provinsi yang berperan sebagai penghasil madu di Indonesia adalah
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Provinsi NTBmenyumbangsebanyak113.162 Kg atau
sekitar 9,79%dari total jumlah produksi madu nasional 5 tahun terakhir (2011-2015). Provinsi

2
NTB terkenal dengan produk madu sumbawanya yang dihasilkan oleh lebah jenis Apis
dorsata dengan cara perburuan madu hutan(Novandra dan Widnyana 2013). Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik tahun 2012 –2016, produksi madu di NTB berfluktuasi tiap tahunnya
, dengan rincian sebagai berikut :
Jumlah produksi madu di Provinsi NTB yang berfluktuasi tiap tahunnya disebabkan
oleh proses produksi madu di NTB yaitu dengan cara berburu sangat bergantung pada
ketersediaan madu hutan. Selain berburu madu hutan, produksi madu dapat ditingkatkan
dengan cara melakukan usaha budidaya lebah madu. Lebah maduyang telah banyak
dibudidayakan di Indonesia adalah lebah madu jenis Apis mellifera dan Apis cerana
(Hadisoesilo, 2001).Jenis lebah madu 4 yang banyak dibudidayakan di Provinsi NTB adalah
jenis Apis cerana dan Trigona sp. Kedua jenis lebah yang dibudidayakan di Provinsi NTB
merupakan lebah lokal yang terdapat banyak dikawasan hutan.Provinsi NTB memiliki
kawasan hutan seluas 1.071.722,83 Ha, dengan pembagian kawasan hutan konservasi seluas
173.636,40 Ha, hutan lindung 447.272,86 Ha dan hutan produksi 450.813,57Ha(Dinas
Kehutanan Provinsi NTB, 2015).Budidaya lebah madu di sekitar kawasan hutan merupakan
salah satu cara yang baik untuk dapat meningkatkan produksi madu di Provinsi NTB. Selain
itu, dengan budidaya lebah madu maka kawasan hutan lindung sebanyak 41,73% dari total
luas kawasan hutan Provinsi NTB dapat dimanfaatkan secara maksimal.Berdasarkan Undang-
Undang Nomor 41 tahun 1999, Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2007 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 tahun 2008 menegaskan bahwa seluruh kawasan hutan diIndonesia akan
dibagi dan dibentuk kedalam unit-unit Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Kawasan hutan
di Provinsi Nusa Tenggara Barat akan dibagi kedalam unit 26 unit KPH. Dari ke -26 unit
KPH yang akan dibentuk, baru sebanyak 14 KPH yang telah beroperasi yaitu 1 unit KPH
Pusat, 1 unit KPH Provinsi dan 12 unit KPH Kabupaten pada tahun 2015 (Dinas Kehutanan
Provinsi NTB, 2015).KPHLRinjani Barat merupakan satu-satunya unit KPH Provinsi yang
telah beroperasi dan merupakan salah satu KPH model di Indonesia. KPHL Rinjani Barat
dikatakan sebagaiKPH Provinsi karena wilayah kerjanya yang mencakup dua kabupaten,
yaitu Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara. KPHL Rinjani Barat terbagi
kedalam bagian pengelolaan hutan yang disebut dengan Resort. Terdapat 8 Resort yang
berada di KPHL Rinjani Barat yaitu Resort Sesaot, Jangkok, Meninting, Malimbu, Tanjung,
Monggal, Santong dan Senaru (BKPH Rinjani Barat, 2014).Kawasan hutan yang dikelola
oleh KPHL Rinjani Barat didominasi oleh hutan lindung yaitu sebanyak 70,33 % dari total
luas wilayah KPHL Rinjani Barat. Luas wilayah kerja yang didominasi oleh kawasan hutan
lindung ini menyebabkan jenis pemanfaatan sumber daya hutan yang dapat dilakukan adalah
pemanfaatan 5jasa lingkungan dan hasil hutan bukan kayu (BKPH Rinjani Barat,
2015).Pengembangan usaha budidaya lebah madu merupakan salah satu program yang
dilakukan oleh KPHL Rinjani Barat di wilayah kerjanya. Usaha budidayalebah madu di
KPHL Rinjani Barat ini diharapkan mampu meningkatkan produksi madu di NTB dan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan KPHL Rinjani Barat.
Belum adanya kajian mengenai potensi budidaya lebah madu dan kelayakan usaha budidaya
lebah madu di KPHL Rinjani Barat menjadikan penelitian ini penting untuk dilakukan, yang
berguna untuk pengembangan usaha budidaya lebah madu di masa yang akan datang.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa syarat tumbuh lebah madu hutan?
2. Produk apa yang dihasilkan lebah madu hutan?
3. Bagaimana kebutuhan nasional dari lebah madu hutan?
4. Bagaimana potensi produk madu hutan secara nasional?
5. Berapa nilai ekonmi nasional yang dihasilkan madu hutan

3
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui syarat tumbuh lebah madu hutan.
2. Mengetahui Produk apa yang dihasilkan lebah madu hutan.
3. Mengetahui kebutuhan nasional dari lebah madu hutan.
4. Mengetahui potensi produk madu hutan secara nasional.
5. Mengetahui nilai ekonmi nasional yang dihasilkan madu hutan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SYARAT TUMBUH LEBAH MADU

2.1.1 Faktor alam (cuaca)

Jadi, untuk berhasil dalam bisnis budidaya lebah madu, faktor iklim merupakan salah satu
bagian penting yang perlu dikaji terlebih dahulu.Berikut ini ada beberapa faktor iklim yang
berhubungan dengan lebah madu baik secara langsung maupun tidak langsung :

a. Suhu
Lebah madu merupakan golongan serangga berdarah dingin, sehingga sangat dipengaruhi
oleh perubahan suhu udara disekitarnya. Menurut Siregar (2009) Pada suhu dibawah 10 0C
dapat mengakibatkan urat sayapnya menjadi lemah sehingga tidak mampu terbang.Pada suhu
sekitar 10o C, lebah madu cenderung lebih banyak memperbaiki sarang sebagai upaya
meningatkan temperatur agar mencapai kondisi kenyamanan yang ideal Suhu diatas 100C
lebah mulai aktif dan kegiatannya akan meningkat dengan kenaikan suhu. Pada suhu 330C –
350C lebah ratu mulai aktif bertelur, sedang pada suhu diatas 350C kegiatan lebah dalam
membuat lilin dan sarang akan lebih meningkat (Rismunandar, 1990).
Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat 0C, pada suhu ini lebah dapat
beraktifitas normal. Suhu di atas 10 0C lebah masih beraktifitas. Di lereng
pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25 0C). Lokasi yang disukai lebah adalah
tempat terbuka, jauh dari keramaian dan banyak terdapat bunga sebagai pakannya.
(www.binaapiari.com, 2008).
Koloni lebah mempunyai cara-cara yang unik untuk mempertahankan temperatur didalam
sarangnya. Kemampuan lebah untuk mempertahankan kehangatan kondisi mikroklimat
merupakan adaptasi secara langsung untuk terbang. Adapun cara yang ditempuh adalah
melalui pengendalian terintegrasi antara produksi dan pelepasan panas. Mekanisme ini dapat
menyebabkan menurunnya aktivitas lebah dalam mencari makanan sehingga akan dapat
mempengaruhi perkembangan koloni selanjutnya (Seeley, 1985).
b. Kelembaban
Salah satu hal utama yang perlu diperhatikan apabila kita beternak lebah dalam stup atau
glodok adalah kelembaban. faktor kelembaban harus selalu diperhatikan karaena hal ini
berhubungan dengan kandungan air dalam stup atau glodok.Lebah menghendaki tempat yang
tidak terlalu lembab dan tidak terlalu kering, yang pasti lebah mampu menciptakan kondisi
lembab disekitarnya apabila air di daerah tersebut tersedia dan cuaca mendukung. Kondisi
yang terlalu lembab bisa mengakibatkan timbulnya bakteri maupun jamur disekitar sarang
yang dapat berakibat terhadap pembusukan telur dan berkurangnya kesehatan lebah
(Sutrisno, komunikasi pribadi, 2009)
c. Curah Hujan
Para peternak lebah dituntut untuk selalu jeli untuk mencari lokasi penggembalaan lebah.
Pada musim bunga (kemarau), peternak harus mampu mencari lokasi penggembalaan yang
bunganya melimpah, agar madu dan royal jellynya melimpah pula. Pada musim-musim
paceklik (penghujan), peternak dituntut untuk mampu menempatkan lebah di lokasi yang
memiliki curah hujan kecil dan paling banyak sumber nektarnya, terutama sumber tepung sari
bunga.
Suhu udara yang terlalu panas atau terlalu dingin tidak cocok untuk kehidupan lebah madu,

5
demikian pula lokasi yang memiliki curah hujan terlalu tinggi tidak cocok untuk budidaya
lebah madu, karena lebah-lebah pekerja tidak bisa mencari makanan. Namun, jika hujan
turun pada siang hari, lebah masih mempunyai kesempatan mencari makanan pada pagi hari
(Halim dan Suharno, 2008)

d. Ketinggian Tempat
Indonesia termasuk wilayah yang memiliki udara sub tropis, sangat ideal untuk mengembang
biakkan dan membudidayakan lebah, karena rata-rata suhu udara nya 26 – 35oC. Sedangkan
untuk dataran yang ketinggiannya di atas 1.000 meter dari permukaan laut kurang cocok
untuk pembudidayaan lebah, karena suhu udaranya dibawah 15oC. Kondisi ini akan
menyebabkan lebah malas keluar sarang dan memilih bermain-main di dalam sarang, yang
akan mengakibatkan kekurangan bahan makanan karena lebah pekerja (betina) enggan
mencari nektar dan tepung sari. Dataran yang cocok untuk beternak lebah madu ini adalah dil
lereng pegunungan atau dataran tinggi yang bersuhu normal (di atas 25oC) (Bank, Indonesia).
Tidak semua jenis lebah bisa hidup pada berbagai ketinggian, hal ini erat kaitannya dengan
suhu dan sumber pakannya. Ada jenis lebah yang bisa hidup sampai ketinggian 1200 mdpl
dan ada yang bisa hidup pada berbagai ketinggian tertentu. Seperti Apis laboriosa Jenis lebah
ini hanya terdapat di pegunungan Himalaya pada ketinggian tempat lebih dari 1.200 m dari
permukaan laut (dpl), jenis Apis andrenoformis hanya bisaditemukan sampai pada ketingian
500 mdpl.

e. Penyinaran Matahari
Penyinaran matahari berpengaruh terhadap aktivitas lebah.Umumnya lebah pekerja mulai giat
dari jam 05.00 WIB sampai jam 18.00 WIB. Puncak kegiatannya 1ebih ,banyak terjadi pada
pagi hari antara jam 05.00-08.00 WIB. Bervariasinya faktor lingkungan fisis dan perubahan
waktu menyebabkan pola kegiatan hariam keluar-masuk sarang lebah pekerja juga bervariasi.
(Syamsudin,2008)
Faktor fisis yang relatif berpengaruh dalam menentukan kegiatan keluar-masuk sarang adalah
intensitas cahaya matahari, suhu dan kecepatan angin walaupun demikian pola kegiatan
harian memperlihatkan pola yang ritmis. Pada kegiatan harian mengumpulkan tepung sari
memperlihatkan pola yang ritmis dengan dua periode puncak kegiatan pada pagi hari dan
sore hari. Kegiatan harian rata-rata mengambil tepung sari terhenti pada jam 12.00-15.00
WIB. Faktor lingkungan fisis yang relatif paling berpengaruh dalam menentukan kegiatan
pekerja untuk mengumpulkan tepung sari adalah intensitas cahaya. (Syamsuddin, 2008)

2.1.2 Lingkungan masyarakat

Masyarakat Indonesia banyak yang menganggap peternak lebah madu sebagai hama
tanamannya, sehingga sebagian masyarakat akan mengusir peternak lebah madu yang
masuk ke area perkebunannya. Kalau pun diizinkan, sewa lahan sebagai tempat beternak
lebah sangat mahal. Hal ini tentu sangat berbeda dengan peternak lebah madu di luar
negeri. Peternak lebah justru dicari untuk membantu penyerbukan perkebunan dan diberi
upah karena telah membantu meningkatkan hasil produksi pertaniannya.

2.1.3 Syarat untuk berhasil dalam beternak lebah diantaranya sebagai berikut:

 Suhu ideal yang cocok bagi lebah adalah sekitar 26 derajat C. Pada suhu ini, lebah
dapat beraktivitas normal. Pada suhu di atas 10 derajat C, lebah masih beraktivitas.

6
 Kehidupan koloni di lereng pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (25
derajat C).
 Lokasi yang disukai lebah adalah tempat terbuka, jauh dari keramaian, dan banyak
terdapat bunga sebagai pakannya

2.1.4 Faktor lingkungan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut agar hasil
madu yang diperoleh dalam beternak lebah tersebut maksimal:

1. Lokasi peternakan dalam wilayah pertanian

Kebutuhan makanan lebah madu adalah tepung sari bunga, cairan nektar
(calon madu) dan susu ratu, sehingga peternakan ini harus diusahakan berada dalam
wilayah pertanian. Hal ini dikarenakan bahwa bahan makanan lebah madu adalah
alami artinya bagi ternak akan mencari dengan sendirinya bahan makanan (seperti
yang dilakukan tawon pekerja) ke tempat dimana adanya tanam-tanaman yang
berbunga. Jadi peternaknya tidak menyediakan langsung kebutuhan makanan tersebut.
Daya terbang lebah pekerja bisa mencapai jarak tempuh 8 mil atau 11 – 12 km,
sesungguhnya peternak dapat dibuat pada jarak tersebut tetapi bila dilakukan hasilnya
kurang menguntungkan bagi peternak sendiri, sebab jarak tempuh yang sejauh itu
akan membuat kelelahan lebah pekerja, sehingga hasil bahan makanan kurang
memenuhi kebutuhan seluruh penghuni sarang. Dengan minimnya pengumpulan
bahan makanan, berarti persediaan untuk menghadapi musim paceklik tidak akan
mencapai target, dimana malapetaka pada musim itu akan terjadi yang berakibat
kerugian bagi para peternaknya.

2. Ragam bunga yang mengandung kebutuhan lebah

Tanam-tanaman di wilayah peternakan lebah harus dari jenis tanaman yang


banyak mengandung butir – butir tepung sari dan cairan nektar (calon madu). Kedua
jenis ini merupakan pangan dan perlengkapan bagi koloni lebah madu. Cairan nektar
dari bunga tanaman merupakan bahan yang akan diproses oleh lebah pekerja menjadi
madu dan lilin.

3. Pencatatan musim bunga

Mengingat iklim dan musim selalu beubah, sehingga juga akan mempengaruhi
saatnya musim bunga. Perubahan tersebut bisa lebih awal atau lebih akhir (panen
akhir). Perubahan ini bila memakan waktu yang cukup lama dapat menimbulkan
paceklik lebah madu berkepanjangan.

4. Pencatatan hasil panen dari musin kemarau

Perlunya diadakan pencatatan hasil panen pertanian dari musim ke musim untuk
mengetahui adanya peningkatan hasil. Bila hasil peternakan lebah madu di lokasi
pertanian ini ternyata hasilnya meningkat, berarti:

 Tawon menyukai bunga tanaman tersebut karena tepung sari nektar bungan
memenuhi kebutuhan
 Dengan banyaknya tawon yang hinggap pada bunga, merupakan andil dalam
pelaksanaan penyerbukan.
7
Dalam kehidupan dan perkembangannya lebah sangat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan. Selain ketersediaan pakan lebah maka faktor lingkungan seperti suhu,
kelembaban udara, curah hujan dan ketinggian tempat juga sangat menentukan
perkembangan lebah madu (Kuntadi, 2003). Jadi, sama halnya dengan makhluk hidup
lain dalam kaitannya dengan iklim, lebah juga memiliki persyaratan iklim yang cukup
untuk keberlangsungan produktifitasnya. Baik secara langsung maupun tidak langsung.
Jika iklim tidak sesuai maka produktifitas lebah madu juga kemungkinan besar akan
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Iklim yang dimaksud dalam hal ini meliputi
cuaca dan faktor-faktor iklim itu sendiri. Jadi, untuk berhasil dalam bisnis budidaya
lebah madu, faktor iklim merupakan salah satu bagian penting yang perlu dikaji
terlebih dahulu. Berikut ini ada beberapa faktor iklim yang berhubungan dengan lebah
madu baik secara langsung maupun tidak langsung yaitu: suhu (32oC – 35oC),
kelembaban (70%-80%), curah hujan, ketinggian tempat (0-700 m dpl), dan penyinaran
matahari. Faktor fisis yang relatif berpengaruh dalam menentukan kegiatan keluar-
masuk sarang adalah intensitas cahaya matahari, suhu dan kecepatan angina. Walaupun
demikian, pola kegiatan harian memperlihatkan pola yang ritmis. Faktor lingkungan
fisis yang relatif paling berpengaruh dalam menentukan kegiatan pekerja untuk
mengumpulkan tepung sari adalah intensitas cahaya.

Pemilihan lokasi untuk beternak lebah madu agar mendapatkan hasil madu yang
maksimal dengan syarat sebagai berikut:

1. Tersedia cukup pakan lebah pada radius terbang Apis cerana : 0,5-0,7 km,
sedangkan pada Apis mellifera : 1,5-2 km.
2. Suhu udara antara 25-30o C dengan kelembapan 70-80 %. Kondisi ini
optimum untuk lebah melakukan segala kegiatan. Suhu ideal yang cocok
bagi lebah adalah sekitar 26 oC, pada suhu ini lebah dapat beraktifitas
normal. Suhu di atas 10 derajat C lebah masih beraktifitas. Di lereng
pegunungan/dataran tinggi yang bersuhu normal (250C) seperti Malang
dan Bandung lebah madu masih ideal dibudidayakan.
3. Tersedia cukup air bersih dan sirkulasi udara yang cukup baik
4. Jauh dari ganggungan (bau, asap, kebisingan, hama dan penyakit)
5. Kotak menghadap ke timur agar cukup sinar matahari pagi dengan jarak
antara kotak 1-2 m dengan ketinggian kotak minimum 30 cm dari tanah
dengan tipe kotak tipe langstroth.

Jika dibandingkan dengan lokasi praktikum, maka lokasi praktikum cukup


memenuhi kriteria lokasi yang baik yaitu suhu dalam kondisi normal, kelembaban
yang cukup dan ketinggian diatas permukaan laut yang memenuhi syarat, hanya saja
dalam lokasi praktikum kali ini kondisi lingkungannya kurang bersih dan hama
kurang terkendali karena terdapat beberapa hama yang terlihat diantaranya laba-laba,
tawon, semut, dll.

8
2.2 PRODUK DARI LEBAH MADU DAN MANFAATNYA

2.2.1 Madu

Madu mengandung berbagai jenis komponen yang sangat bermanfaat bagi


kesehatan manusia. Komponen yang dimaksud yaitu karbohidrat, asam amino,
mineral, ensim, vitamin dan air. Komposisi nutrisi madu tampak pada Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Nutrisi Madu

No Komposisi Jumlah

1. Air 17,0 %
2. Fruktosa 38,5 %
3. Glukosa 31,0 %
4. Maltosa 7,2 %
5. Karbohidrat 4,2 %
6. Sukrosa 1,5 %
7. Ensim, Mineral, dan Vitamin 0,5 %
8. Energi (Kalori/100 gram) 294,0 %
Laporan penelitian di rumah sakit Uni Soviet telah membuktikan bahwa madu
dapat menyembuhkan luka-luka pada usus dua belas jari, memperlancar peredaran
darah dan dapat menormalkan komposisi darah.

Madu yang dioleskan pada luka bakar atau infeksi, menurut hasil penelitian
dapat mengeringkan luka tersebut dalam waktu 10 hari. Diketahui pula bahwa madu
dapat mengeluarkan glutathion dari luka sehingga mempercepat sembuhnya luka atau
infeksi.

2.2.2 Royal Jelly


Royal jelly adalah salah satu jenis makanan yang baik dengan kandungan
nutrisi yang sangat kompleks, bahkan lebih kompleks dibandingkan dengan makanan
hewani lainnya. Seringkali royal jelly menjadi topik perbincangan hangat dikalangan
kaum pria, terutama tentang manfaat dan khasiatnya dalam memelihara, menjaga
kebugaran, serta meningkatkan vitalitas tubuh. Komposisi nutrisi dalam royal jelly
tertera pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Nutrisi Dalam Royal Jelly

No Komposisi Jumlah

1. Kadar Air 67,0 %


2. Protein Kasar 12,5 %

9
3. Gula Total : 11,0 %
4. a. Fruktosa 6,2 %
5. b. Glukosa 4,2 %
6. c. Sukrosa 0,3 %
d. Lain-lain 0,5 %
Asam Lemak Total 5,0 %
Abu : 1,0 %
a. Mineral K 5,500 mg/g
b. Mineral Mg 700 mg/g
c. Mineral Na 600 mg/g
d. Mineral Ca 300 mg/g
e. Mineral Zn 80 mg/g
f. Mineral Fe 30 mg/g
g. Mineral Cu 25 mg/g
h. Mineral Mu 7 mg/g
Bahan yang belum teridentifikasi 3,5 %
Dunia karbohidrat dan farmasi modern pun telah merekomendasikan royal
jelli untuk pengobatan yang pertama kali oleh Prof. R. Chauvin dari University of
Sarbone Perancis pada tahun 1922. Sejak saat itu royal jelly menjadi terkenal.

Penggunaan royal jelly untuk pengobatan beberapa penyakit antara lain; asma,
alergi, bronchitis, kejang-kejang dan impotensi. Selain itu, pemakaian royal jelly
sebagai masker secara rutin menjelang tidur sangat membantu merawat kulit wajah
dari gangguan jerawat.

2.2.3 Serbuk Sari (Bee Pollen)


Bee Pollen seringkali disebut sebagai intisari kehidupan karena kandungan
nutrisinya sangat bermanfaat untuk kesehatan tubuh, terutama untuk membangun dan
memperbaiki sel-sel tubuh.
Bee pollen mengandung; 10 jenis asam amino, protein esensial, asam lemak
esensial, 10 jenis mineral, vitamin A, B, C, D, dan E, hormon pertumbuhan, hormon
reproduksi dan berbagai jenis alkaloid yang mempunyai khasiat dalam melakukan
stabilitasi metabolisme sel dan pertumbuhan sel normal (regenerasi – rehabilitasi)
pada umumnya.
Seorang ilmuan Rusia mengandakan penelitian terhadap 200 orang yang
berumur panjang di sekitar Kaokasehi Rusia. Dari penelitian tersebut disimpulkan
bahwa umur panjang berhubungan dengan bee pollen yang terdapat didalam madu

10
yang selalu dokonsumsi. Selain itu bee pollen juga mempunyai khasiat antara lain;
meningkatkan daya tahan tubuh, memperlambat proses penuaan, menurunkan
kolesterol, memperlancar fungsi pencernaan dan mengobati asma.

2.2.4 Lem (Propolis)


Propolis adalah bahan perekat bersifat resin yang dikumpulkan lebah pekerja
dari kuncup, kulit atau bagian lain dari tumbuhan. Dalam sarang, propolis digunakan
oleh lebah pekerja untuk menutup celah-celah, mendempul retakan-retakan,
memperkecil lubang dan menutup lubang.
Susunan kimia propolis sangat kompleks antara lain mengandung zat
aromatik, zat wangi dan mineral. Propolis sudah digunakan dalam berbagai obat jadi
dari pabrik farmasi antara lain untuk luka dan tampal gigi. Hal ini sangat
memingkinkan karena didalam propolis terdapat sifat antibiotik.

2.2.5 Lilin Lebah (Malam, Beeswax)


Dalam proses pembentukannya malam disekresikan oleh kelenjar lilin (wasx
grands) yang terdapat pada bagian bawah dari perut lebah pekerja.
Penggunakaan malam tidak hanya terbatas pada bidang industri lilin saja,
tetapi telah meluas pada industri-industri lainnya seperti industri kosmetika dan
industri farmasi. Selain itu malam lebah yang sudah diproses juga dibutuhkan sebagai
bahan untuk batik tradisional – modern.

2.2.6 Racun Lebah (Bee Venom)


Racun lebah (apitoxin) dihasilkan dari lebah pekerja. Apitoxin disekresikan
oleh kelenjar racun dalam bentuk cairan bening dengan bau tajam, rasanya pahit dan
pedas, aromanya spsifik serta cepat kering.
Apitoxin mengandung senyawa-senyawa kimia antara lain; triptofan, kolin,
gliserin, asam fosfat, asam falmitat, asam lemak, asam vitelin, apromin, peptida,
ensim, hystamin, dan mellitin.
Perkembangan penelitian modern membuktikan bahwa racun lebah dapat
digunakan untuk pengobatan. Ada beberapa jenis penyakit yang dapat disembuhkan
melalui sengatan lebah antara lain; penyakit neuritis, penyakit reumatik otot, penyakit
asthma bronchial, penyakit pembuluh darah kapiler dan penyakit impoten.

11
2.3 KEBUTUHAN NASIONAL LEBAH MADU
2.3.1 70% Kebutuhan madu RI dipasok produk impor

LOMBOK: Produksi madu di Tanah Air masih rendah sehingga Indonesia


harus mengimpor 70% dari kebutuhan nasional atau sekitar 3.000 ton madu per
tahun.Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan produksi madu di dalam negeri
masih kurang, yaitu hanya sekitar 1.000 - 1.500 ton per tahun."[Produksi madu] kita
masih kurang. Artinya masih impor 70% dari total kebutuhan di dalam negeri. Oleh
karena itu kita dukung pemerintah daerah untuk mengembangkan konsumsi madu dan
produksi madu," ujarnya saat Pencanangan Pekan Madu Nasional I, hari ini.Menurut
Menhut, untuk memproduksi madu tidak memerlukan keterampilan khusus dan modal
besar. Selain itu Kementerian Kehutanan juga menyiapkan lahannya.Sebagian besar
impor madu Indonesia berasal dari China, Thailand, Australia, dan Selandia
Baru.Madu merupakan jenis komoditas Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Madu
alam diambil dari hutan, sedangkan madu penangkaran dikelola oleh petani.Pekan
Madu Nasional I tahun ini di NTB didukung oleh Asosiasi Perlebahan Indonesia,
produsen madu, distributor dan pelaku bisnis madu serta pemerintah.Menhut
mengajak masyarakat untuk gemar mengonsumsi madu, agar tingkat konsumsi per
kapita bisa meningkat.Rata-rata konsumsi madu di dalam negeri hanya 10-15 gram
per kapita atau jauh lebih rendah dibandingkan dengan negara lain seperti Amerika
Serikat, Jepang, Australia dan Inggris yang mencapai 1.000 - 1.600 gram per
kapita.Jika penduduk Indonesia saat ini mencapai 240 juta orang, dibutuhkan sekitar
3.600 ton madu per tahun. "Namun, nilai ekonomi yang sangat besar belum mampu
dimanfaatkan oleh bangsa ini. Hal ini disebabkan oleh rendahnya produksi madu
nasional yang hanya mencapai 1.500 - 2.000 ton per tahun."Menurut menhut, 90%
produksi madu Indonesia adalah madu alam yang diproduksi oleh lebah madu hutan.
Potensi pengembangan madu, kata dia, sangat besar karena terdapat hutan yang
luas.Salah satu jenis lebah yang ada di Indonesia adalah lebah hutan atau giant honey
bee yang menghasilkan madu putih yang berasal dari Gunung Tambora, dan madu
embun yang berasal dari pertanaman pohon Kempas yang terdapat di Pulau
Moyo.Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemenhut Tahrir Fathoni
mengatakan pihaknya telah membuat unit baru untuk mengembangkan madu, yaitu
balai penelitian madu yang ditempatkan di NTB, karena pusat produksi madu
dipusatkan di sana."[Balai penelitian madu] mulai dari penelitian bibit unggul,
manajemen, kelembagaan, dan produksinya."Balai itu, kata dia, melakukan
pembinaan kepada masyarakat dan melakukan penangkaran madu sendiri.

12
2.4 POTENSI MADU HUTAN
Lebah madu telah di kenal oleh manusia sejak beberapa ribu tahun yang lalu.
Kebutuhan madu di Indonesia mencapai 3.600 – 4.000 ton per tahun, sedangkan
produksi madu ditanah air hanya 1000 – 1.500 ton per tahun. Artinya Indonesia masih
mengimpor 70% madu untuk kebutuhan dalam negeri. Sebagian besar produksi madu
Indonesia berasal dari alam (hutan), yang artinya usaha perlebahan di Indonesia masih
tergantung dari hasil alam (hutan). Madu adalah obat segala obat yang ada di dunia
dan hal itu tidak bisa dipungkiri lagi. Madu dapat dikonsumsi oleh segala usia, dari
janin hingga orang tua. Madu hutan dari Apis dorsata mempunyai kandungan
antioksidan yang lebih tinggi daripada madu lebah ternak yang baik bagi pencernaan,
memperbaiki nafsu makan, sebagai sumber energi dan gizi, serta pencegahan dan
penyembuhan penyakit. Beberapa daerah yang telah mengelola madu hutan antara
lain: Kalimantan, Sumatera, Sulawesi, NTT dan NTB. Di Kalimantan Timur sendiri
produksi madu hutan belum semua dikelola dengan baik, padahal potensi madu hutan
cukup besar. Hal ini didukung oleh masih banyaknya pohon inang (Koompassia
excelsa) yang tersebar hampir diseluruh wilayah Kalimantan Timur. Rusaknya hutan
mengakibatkan rusaknya habitat bagi lebah madu untuk bersarang dan menghasilkan
madu. Tindakan konservasi „setengah hati‟ yang selama ini dipraktekkan terhadap
bangeris dimungkinkan karena belum komprehensifnya informasi pentingnya vegetasi
pada habitat bangeris. Dalam prinsip ekologi, konservasi habitat berarti
mengonservasi hutan beserta isinya. Vegetasi penyusun habitat merupakan satu
ekosistem yang tidak dapat dipisahkan. Vegetasi dominan pada habitat bangeris yaitu
Baccaurea sp., Artocarpus sp., Litsea sp. dan Syzygium sp. Nilai ekonomi madu hutan
dari 1 pohon/tahun dapat mencapai Rp 30.000.000,- dan dapat menghasilkan sampai
puluhan tahun. Itu artinya nilai pohon bangeris berdiri berharga daripada nilai
kayunya. Manfaat pengembangan madu terhadap manusia dan konservasi dapat
dirasakan oleh masyarakat sebagai sumber mata pencaharian dan secara umum
sebagai produk perekonomian. Bagi flora sebagai agen penyerbuk yang menunjang
bagi perkembangbiakan berbagai jenis tumbuhan. Bagi lingkungan dan konservasi
adanya kearifan masyarakat kondisi hutan dapat terjaga dari perambahan dan
kebakaran, selain penjagaan masyarakat juga melakukan pembinaan habitat serta
reboisasi dan rehabilitasi dengan jenis pohon yang menjadi pakan lebah. Kata kunci:
Habitat, bangeris, Koompassia excelsa, madu hutan, masyarakat.

13
2.5 Nilai ekonomi Nasional Bahan baku dan Olahan

.Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia, hanya sebanyak 5 Provinsi yang dapat
memproduksi madu yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat (Badan Pusat Statistik 2012-
2016).Kebutuhan akan madu di Indonesia untuk dikonsumsi secara langsung maupun
digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik/farmasi diperkirakan mencapai 10.000 –
15.000 ton/tahun (Bank Indonesia)
Indonesia menandakan bahwa permintaan akan madu dalam skala nasional masih
sangat tinggi dan belum dapat diimbangi oleh jumlah produksi madu nasional hingga saat ini.
Oleh karena itu, peningkatan jumlah produksi madu nasional perlu dilakukan untuk dapat
memenuhi permintaan madu nasional maupun global (Kilchling et al., 2009) .Salah satu
provinsi yang berperan sebagai penghasil madu di Indonesia adalah Provinsi Nusa Tenggara
Barat (NTB). Provinsi NTBmenyumbangsebanyak113.162 Kg atau sekitar 9,79%dari total
jumlah produksi madu nasional 5 tahun terakhir (2011-2015). Provinsi NTB terkenal dengan
produk madu sumbawanya yang dihasilkan oleh lebah jenis Apis dorsata dengan cara
perburuan madu hutan(Novandra dan Widnyana 2013).

14
BAB III

KESIMPULAN
 Madu merupakan salah satu produk Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang telah
lama dimanfaatkan di Indonesia(Moko, 2008).Madu berasal dari fermentasi nektar
bunga yang dikumpulkan oleh lebah dan kemudian diproses menjadi zat kental manis
(Murtidjo, 1991). Terdapat dua cara untuk memperoleh madu yaitu dengan cara
perburuan madu (honey hunter) dan dengancara melakukan budidaya lebah madu
(apiculture/beekeeping) (Hilmi et al,2011).Menurut dataBadan Pusat 2Statistik,
jumlah produksi madu di Indonesiayaitu berkisar antara 52.358,74–
540.227,27Kg/tahun dalam 5 tahunterakhir (2011-2015).Produksi madu yang ada di
Indonesia umumnya diperoleh dari tigajenis lebah madu yaitu Apis dorsata (lebah
hutan), Apis cerana (lebah lokal) dan Apis mellifera (lebah Eropa)(Hadisoesilo,
2001). Madu yang didapatkan dari ketiga jenis lebah madu ini umumnya berupa madu
hutan/liar sebanyak 75% dan madu hasil budidaya sebanyak 25% dari total produksi
madu nasional (Novandra dan Widnyana 2013).
 Syarat tumbuh lebah madu terdiri atas 2 faktor yang mempengaruhi diantaranya
faktor alam ( cuaca ) , dan faktor lingkungan masyarakat
 Produk dan hasil olahannya dapat berupa Madu ,Royal jelly , Serbuk sari (bee
pollen),Lem (propolis),Lilin lebah (malam,beeswax),Racun lebah (bee venom).
 Kebutuhan nasionalnya sejauh ini Negara Indonesia masih meng Impor madu
 Potensi produk secara nasionalnya yaitu sebagai manfaat pengembangan madu
terhadap manusia dan konservasi dapat dirasakan oleh masyarakat sebagai sumber
mata pencaharian dan secara umum sebagai produk perekonomian. Bagi flora sebagai
agen penyerbuk yang menunjang bagi perkembangbiakan berbagai jenis tumbuhan.
Bagi lingkungan dan konservasi adanya kearifan masyarakat kondisi hutan dapat
terjaga dari perambahan dan kebakaran, selain penjagaan masyarakat juga melakukan
pembinaan habitat serta reboisasi dan rehabilitasi dengan jenis pohon yang menjadi
pakan lebah.Nilai ekonomi secara nasional dilihat dari bahan baku dan hasil
olahannya ialah Dari 34 Provinsi yang ada di Indonesia, hanya sebanyak 5 Provinsi
yang dapat memproduksi madu yaitu Provinsi Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat,
Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara dan Sumatera Barat (Badan Pusat Statistik
2012-2016).Kebutuhan akan madu di Indonesia untuk dikonsumsi secara langsung
maupun digunakan sebagai bahan baku industri kosmetik/farmasi diperkirakan
mencapai 10.000 –15.000 ton/tahun (Bank Indonesia)

15

Anda mungkin juga menyukai