ISOLASI DAN PEMURNIAN AWAL ENZIM α-AMILASE
ISOLASI DAN PEMURNIAN AWAL ENZIM α-AMILASE
oleh :
24030117120037
Departemen Kimia
Universitas Diponegoro
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Percobaan 6
NIM : 24030117120037
Asisten Praktikum,
24030115120042 24030117120037
PERCOBAAN 5
I. TUJUAN
Menentukan aktivitas spesifik enzim α-amilase hasil isolasi dan pemurnian awal.
1.1. Enzim
Enzim adalah golongan protein yang paling banyak terdapat dalam
sel hidup dan mempunyai fungsi penting sebagai katalisator reaksi biokimia
yang secara kolektif membentuk metabolisme-perantara dari sel(
Wirahadikusumah, 2001). Dengan adanya enzim, molekul awal yang disebut
substrat akan dipercepat perubahannya menjadi molekul lain yang disebut
produk (Grisham et al., 1999). Enzim tersusun atas asam-asam amino yang
melipat-lipat membentuk globular, dimana substrat yang dikatalisis bisa
masuk dan bersifat komplementer (Martoharsono, 2006)
1.2. Enzim α-amilase
Enzim alfa amilase merupakan salah satu jenis enzim yang berperan
atau berfungsi menghidrolisis atau memecah molekul-molekul pati menjadi
molekul-molekul lain yang lebih sederhana seperti dekstrin, maltosa, dan
glukosa. Mekanisme kerja dari enzim alfa amilase adalah dengan cara
memecah ikatan α-1,4 glikosidik rantai glukan pati. Enzim enzim alfa amilase
o
bekerja optimum pada pH sekitar 6 dan pada suhu 60 C. Jika suhu
ditingkatkan, pH optimum juga meningkat sampai sekitar 7. Jika α-amilase
berasal dari Bacillus licheniformis maka akan menghidrolisis pati dengan
hasil utama maltoheksosa, malopentosa dengan jumlah glukosa yang lebih
tinggi (8 – 10%). enzim alfa amilase mampu meningkatkan rasa manis pada
ekstrak sari buah karena aktivitas enzim alfa amilase yang mampu
menghidrolisis pati pada pisang menjadi gula lain yang lebih sederhana (
Darmajana and Agustina, 2008).
1.3. Sifat-Sifat Enzim
Enzim sebagai suatu senyawa yang berstruktur protein baik murni
maupun protein yang terikat pada gugus non protein, memiliki sifat yang sama
dengan protein lain yaitu : a. dapat terdenaturasikan oleh panas,
b. terpresipitasikan atau terendapkan oleh senyawa-senyawa organik cair
seperti etanol dan aseton juga oleh garam-garam organik berkonsentrasi
tinggi seperti ammonium sulfat,
c. memiliki bobot molekul yang relatif besar sehingga tidak dapat melewati
membran semi permeabel atau tidak dapat terdialisis.
( Poedjiadi, 1994)
1.4. Cara kerja Enzim
Cara kerja enzim dapat dijelaskan dengan dua teori, yaitu teori kunci-
gembok (lock and key theory) dan teori kecocokan yang terinduksi (induced
fit theory).
Menurut Shahib (2005) ada dua teori yang mendukung dalam
penjelasan pembentukan kompleks enzim substrat, teori pertama yang
diajukan oleh Fisher yaitu teori Kunci dan Gembok / “Lock and Key” yang
menjelaskan bahwa adanya kespesifikan enzim terhadap substrat tertentu
yang bentuknya sesuai dengan sisi aktif enzim. Teori kedua adalah teori yang
diajukan oleh Koshland yaitu teori “ Induced Fit” yang menjelaskan bahwa
substrat akan menginduksi suatu perubahan bentuk sisi aktif enzim sehingga
dapat dengan mudah berikatan seperti pada Gambar 1.
( Deswita, 2006)
1. Apoenzim, yaitu bagian enzim aktif yang tersusun atas protein yang bersifat
labil (mudah berubah) terhadap faktor lingkungan, dan
2. Kofaktor,yaitu komponen non protein yang berupa :
a. Ion-ion anorganik (aktivator)
Berupa logam yang berikatan lemah dengan enzim, Fe, Ca, Mn, Zn, K,
Co. Ion klorida, ion kalsium merupakan contoh ion anorganik yang
membantu enzim amilase mencerna karbohidrat (amilum)
b. Gugus prostetik
Berupa senyawa organik yang berikatan kuat dengan enzim, FAD
(Flavin Adenin Dinucleotide), biotin, dan heme merupakan gugus
prostetik yang mengandung zat besi berperan memberi kekuatan ekstra
pada enzim terutama katalase, peroksidae, sitokrom oksidase.
c. Koenzim
Berupa molekul organik non protein kompleks, seperti NAD
(Nicotineamide Adenine Dinucleotide), koenzim-A, ATP, dan vitamin
yang berperan dalam memindahkan gugus kimia, atom, atau elektron
dari satu enzim ke enzim lain.
c. Konsentrasi enzim
Konsentrasi enzim secara langsung mempengaruhi kecepatan laju
reaksi enzimatik dimana laju reaksi meningkat dengan bertambahnya
konsentrasi enzim (Poedjiadi, 1994). Laju reaksi tersebut meningkat secara
linier selama konsentrasi enzim jauh lebih sedikit daripada konsentrasi
substrat. Hubungan antara laju reaksi enzim dengan konsentrasi enzim
ditunjukkan dalam Gambar 3.
Gambar 3. Pengaruh konsentrasi enzim terhadap laju reaksi
(Poedjiadi, 1994).
d. Konsentrasi substrat
Kecepatan reaksi enzimatis pada umumnya tergantung pada
konsentrasi substrat. Kecepatan reaksi akan meningkat apabila konsentrasi
substrat meningkat. Peningkatan kecepatan reaksi ini akan semakin kecil
hingga tercapai suatu titik batas yang pada akhirnya penambahan konsentrasi
subtrat hanya akan sedikit meningkatkan kecepatan reaksi (Lehninger, 1982).
e. Aktivator dan inhibitor
Beberapa enzim memerlukan aktivator dalam reaksi katalisnya.
Aktivator adalah senyawa atau ion yang dapat meningkatkan kecepatan reaksi
enzimatis. Komponen kimia yang membentuk enzim disebut juga kofaktor.
Kofaktor tersebut dapat berupa ion-ion anorganik seperti Zn, Fe, Ca, Mn, Cu
atau Mg atau dapat pula sebagai molekul organik kompleks yang disebut
koenzim (Martoharsono, 1984).
Menurut Wirahadikusumah (1997) inhibitor merupakan suatu zat
kimia tertentu yang dapat menghambat aktivitas enzim. Pada umumnya cara
kerja inhibitor adalah dengan menyerang sisi aktif enzim sehingga enzim
tidak dapat berikatan dengan substrat dan fungsi katalitik enzim tersebut akan
terganggu (Winarno, 1986).
b. Inhibitor nonkompetitif
Kingdom: Plantae
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Ordo: Rosales
Famili: Rosaceae
Bangsa: Maleae
Genus: Malus
Spesies: M. domestica
(Wikipedia)
2.13.3 Apel
400 g jagung
blender
residu filtrat
Ekstrak kasar
5 mL Ekstrak kasar
Tabung Reaksi
hasil
50 mL Ekstrak kasar
Gelas beker
residu
filtrat
filtrat endapan
Endapan
Gelas beker
hasil
III. DATA PENAMATAN
No Perlakuan Hasil
Bahagiawati, 2005, Isolasi Dan Purifikasi Inhibitor α-Amilase Dari Biji Kacang
Phaseolus Vulgaris, Balai Besar Penelitian Dan Pengembangan Bioteknologi,
Bogor
Grisham, Charles M.; and Reginald H. Garrett. 1999. Biochemistry. Saunders College Pub.
Philadelphia. Pp. 426–7.
Herliyana, Nandika, Achmad, Lisdar I, And Witarto, 2008, Biodegradasi Substrat
Gergajian Kayu Sengon Oleh Jamur, Dept Silvikultur, Fakultas Kehutanan,
IPB, Bogor
Shahib, M.N., 1992, “Seluk Beluk Biokimia dan Penerapan Enzim”, PT.Citra Aditya Bakti,
Bandung
Sudarmadji, S. 1997. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty.
Yogyakarta
Uhan, 2013. Klasifikasi Tumbuhan/ Taksonomi Tumbuhan dari Kingdom sampai
Spesieshttp://uhanbiosintang.blogspot.com/2013/02/klasifikasi-tumbuhan-
lengkapklasifikasi.html. Diakses pada 21 September 2019 pukul 20.46 WIB.
Underwood, A.L., Day, R.A., (1994), Analisa Kimia Kuantitatif, edisi ke-4, Erlangga,
Jakarta.
Wikipedia.2019.Apel. https://id.wikipedia.org/wiki/Apel.27 September 2019
Winarno, 1986, “ Kimia Pangan dan Gizi”, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Wirahadikusuma, Muhammad. 2001. Biokimia Protein, Enzim dan Asam Nukleat.
Bandung: ITB
LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
PERCOBAAN 5
Disusun Oleh :
JURUSAN KIMIA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019
ABSTRAK
Percobaan ‘Isolasi dan Pemurnian Awal Enzim α-amilase” bertujuan untuk memperoleh
enzim α-amilase dari sumber organisme melalui pemurnian awal enzim. Sampel yang
digunakan adalah apel yang merupakan sumber karbohidrat. Enzim α-amilase merupakan
enzim yang dapat menguraikan amilum dengan memutuskan ikatan α-1,4 glikosida dalam
pati secara acak dari bagian dalam molekul, baik pada amilase maupun amilopektin.
Prinsip dari percobaan ini yaitu, pemurnian protein tahap awal yang didasarkan pada
pengendapan protein dengan cara salting-out (penambahan ammonium sulfat yang
merupakan tahap awal dari pemurnian protein yang didasarkan pada pengendapan
protein dengan tujuan untuk membebaskan molekul air dari permukaan molekul protein).
Metode yang digunakan adalah fraksinasi (yaitu proses pemurnian protein yang
didasarkan pada pengendapan secara bertahap)/ dan sentrifugasi (yaitu proses
pemurnian protein yang didasarkan pada pengendapan dengan cara
sentrifugal/perputaran). Hasil yang diperoleh ialah suatu enzim enzim α-amilase yang
telah murni. Dimana semakin besar penambahan amonium selfat maka semakin kecil
endapan yang terbentuk, dengan kata lain enzim semakin murni. Hasil uji kualitatif setelah
penambahan amilum dan larutan iodin yaitu, ekstrak kasar berwarna ungu pudar, Fraksi
I berwana ungu pudar, Fraksi II berwana ungu pudar.
No Perlakuan Hasil
Dalam percobaan ini digunakan Apel. Apel ini dihancurkan dengan cara
mekanik menggunakan blender dengan tujuan agar dinding sel hancur sehingga
semua komponen yang terkandung dalam jagung manis dapat keluar termasuk
enzim α-amilase. Penghomogenesian dengan aquades dikarenakan enzim α-
amilase larut dalam pelarut air karena sifat keduanya yang sama-sama polar,
struktur enzim α-amilase adalah:
Gugus OH yang terikat pada atom C itulah yanng menyebabkan enzim α-amilase
menjadi bersifat polar, seingga dapat berikatan dengan molekul air melalui ikatan
hidrogen
Karena enzim dapat larut dalam aquadest, maka enzim α-amilase akan terkandung
didalam filtrat setelah dilakukan penyaringan. Sebelum dilakukan
penghomogenasian, jagung manis tidak boleh diperas terlalu keras karena hal ini
akan menyebabkan enzim α-amilase yang terkandung dalam jagung manis akan
menjadi sedikit karena terbawa oleh filtrat/cairan hasil perasan karena kadar air
yang terlalu banyak ikut terperas. Pelarutan dengan pelarut organik lainnya
sebenarnya dapat dilakukan, namun hal dapat mengganggu karena adanya
pedenaturasian dengan gugus-gugus tertentu, contoh pelarut seperti air, yaitu
alkohol, tetapi karena pH yang tidak sesuai yaitu < 7 maka enzim akan terdeaturasi.
Mekanisme pendenaturasian protein:
Dalam hal ini, protein yang diendapkan akan lebih murni dibandingkan
dengan yang tidak difraksinasi, karena pengotor seperti air tidak terendapkan.
Fungsi penambahan buffer PO4 adalah sebagai larutan penyangga agar pH-nya
tidak banyak berubah. Dimana aktivitas α-amilase berada pada range pH 5,4-6,4,
maka digunakan buffer PO4 dengan pH 6,1 (buffer asam). Jika pH-nya di atas pH
optimum maka enzim akan mengalami deprotonasi atau perubahan pH baik di atas
maupun di bawah pH optimum akan menyebabkan enzim terdenaturasi, sehingga
aktivitas enzim menurun. Reaksi enzimatisnya adalah sebagai berikut:
E + S [ES] E + P
Pada reaksi enzimatis ini terjadi kontak antara enzim α-amilase dengan
substrat dalam membentuk produk yaitu glukosa. Reaksi yang terjadi:
CH 2OH CH2 OH
O
OH
alf a - amilase
O OH O O + Buf f er Fosf at
OH OH
Maltosa Glukosa
(Murray, 2009)
6.2. SARAN
1. Penghomogenisasian apel dengan air harus dilakukan dengan
perbandingan volume yang sesuai, jangan terlalu encer dan jangan terlalu
pekat
2. Pada saat memeras apel untuk mendapatkan filtrat harus perlahan dan
hati-hati agar residu tidak terbawa dan agar enzim α-amilase yang
terkandung dalam jagung manis akan menjadi sedikit karena terbawa
oleh filtrat/cairan hasil perasan karena kadar air yang terlalu banyak ikut
terperas.
3. Menggunakan variasi sumber amilase lain seperti jagung manis dan
singkong untuk dilakukan perbandingan.
DAFTAR PUSTAKA
Murray, R.K., D.K. Granner., P.A. Mayes., and V.W. Rodwell. 2000. Biokimia Harper.
Edisi 24. Penerjemah: Hartono, A. ECG, Jakarta.
LEMBAR PENGESAHAN
Percobaan 6
NIM : 24030117120037
Asisten Praktikum,
24030115120042 24030117120037
LAMPIRAN
1. Foto
Gambar 2. Hasil uji iodin dan amilum ekstrak kasar(paling kiri) , fraksi 1 tengah , fraksi 2
, iodin+ amilum(paling kanan)
2. Perhitungan
20
1. Fraksi 0-20 = L x 114 gram/L = 2,28 gram
1000
20
2. Fraksi 20-40 = L x 123 gram/L = 2,46 gram
1000