Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
Autis adalah suatu gangguan perkembangan pervasif pada anak yang ditandai
dengan perkembangan fungsi psikologis yang meliputi gangguan dan keterlambatan dalam
bidang kognitif bahasa perilaku, komunikasi, dan interaksi sosial (Sintowati, 2007). Autis
merupakan gangguan perkembangan kompleks yang muncul tiga tahun pertama kehidupan
akibat gangguan neurologi yang mempengaruhi fungsi otak The Autism Society Of
America 2004 dalam (Hasdianah, 2013). Autisme adalah gangguan perkembangan
kompleks yang gejalanya harus sudah muncul sebelum anak berusia 3 tahun (Yayasan
Autisme Indonesia, 2015).Autis berarti gangguan perkembangan yang secara signifikan
mempengaruhi komunikasi verbal dan non verbal serta interaksi sosial, yang pada
umumnya terjadi sebelum usia tiga tahun (The Individuals With Disabilities Education
Act [IDEA], 2004).Tahun 2011 tercatat 35 juta orang penyandang autisme di dunia, rata-
rata 6 dari 1000 orang di dunia penyandang autisme United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization (UNESCO, 2011). Maret 2013, Amerika Serikat melaporkan,
adanya peningkatan prevalensi menjadi 1:50 dalam kurun waktu setahun terakhir
(Centerfor Diseases Control and Prevention [CDC], 2014).
Istilah autisme sendiri digunakan untuk menggambarkan adanya masalah
neurologis yang mempengaruhi pikiran, persepsi dan perhatian. Autisme adalah istilah
yangdigunakan untuk menggambarkan satu jenis gangguan perkembangan pada anak,
atau dengan kata lain autisme (autism) adalah kesendirian, kecenderungan menyendiri,
atau cara berpikir yang dikendalikan kebutuhan 3 personal atau diri sendiri, menanggapi
dunia dengan berdasarkan penglihatandan harapan sendiri, menolak realita keyakinan
ekstrim dengan pikiran dan fantasi sendiri. Terlihat acuh dengan lingkungan dan
cenderung menyendiri seakan-akan hidup dalam dunia yang berbeda, perilaku aneh yang
tergolong gangguan perkembangan berat ini terjadi karena berbagai faktor seperti orang
tua, psikogenetik, lingkungan, sosiokultural, dan perinatal (Handoyo, 2008).
Autisme juga mengakibatkan anak-anak dengan gangguan ASD (Autistic Spectrum
Disorder) ini tertinggal dengan anak-anak yang lain dalam memahami dan menerima
stimulasi materi, hal ini diakibatkan oleh ketidakmampuan anak-anak dengan gangguan
ASD ini dalam memusatkan perhatian dan fokus terhadap stimulasi yang diberikan,

1
padahal perhatian dan konsentrasi adalah suatu hal yang sangat penting dalam
penyimpanan informasi (Hadist, 2007). Terapi dengan alunan bacaan murottal dapat
dijadikan alternatif terapi baru, sebagai terapi relaksasi bahkan lebih baik dibandingkan
dengan terapi musik lainnya karena stimulan Al-Qur’an dapat memunculkan gelombang
delta sebesar 63,11% (Abdurrachman & Andhika 2008).

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Autisme secara etimologi adalah anak yang memiliki gangguan perkembangan dalam
dunianya sendiri. Beberapa pengertian autism menurut para ahli adalah sebagian berikut:
 Autisme adalah gangguan perkembangan yang terjadipada anak yang mengalami
kondisi yang menutup diri. Dimana gangguan ini mengkibatkan anak mengalami
keterbatasan dari segi komunikasi, intraksi social, dan perilaku “ sumber dari
pedoman pelayanan pendidikan bagi anak austistik “ ( America Psyhiatic
Association 2000 ).
 Autisme adalah gangguan spectrum autisme ( autism spectrum disorder ASD ),
juga disebut gangguan perkembangan pervasive, yang memiiki awitan pada masa
bayi atau masa kanak – kanak awal. Satu dari 150 anak terkena gangguan spekrum
autisme ( Inglese, 2009 ). Spectrum gangguan autisme memiliki rentang dari
ringan. ( mis, sindrom Asperger ) hingga berat. Perilaku autistic dapat ditemukan
pertama kali pada masa bayi karena keterlambatan perkebangan antara usia 12
sampai 36 bulan ketika anak mengalami regresiatau kehilangan keterampilan yang
diperlukan sebelumnya. Kekhawatiran orang tua mengenai perkembangan dapat
menjadi indicator sensitiof perkembangan autism.
 Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang interaksi social, komunikasi,
perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan perkembangan
keterlambatan atau tidak normal.

B. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi biasanya diperkirakan ada 3-4/ 10.000 anak. Gangguan ini adalah jauh
lebih lazim pada laki – laki dari pada wanita ( 3 – 4 : 1 ). Beberapa penyakit sistemik,
infeksi, dan neurologis menunjukan gejala – jala seperti autistic atau memberi
kecendrungan penderita pada perkembangan gejala autistik. Juga ditemukan peningkatan
yang berhubungan dengan kejang.

3
C. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Otak
Suatu alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat komputer dari semua
alat tubuh Jaringan otak dibungkus oleh selaput otak dan tulang tengkorak yang kuat yaitu
terletak dalam Kavum kranii. Berat otak orang dewasa kira-kira 1400 gram. Jaringan otak
dibungkus oleh tiga selaput otak (meninges) yang dilindungi oleh tulang tengkorak dan
mengapung dalam suatu cairan yang berfungsi menunjang otak yang lembek dan halus dan
sebagai penyerap goncangan kibat pukulan dari luar terhadap kepala.
Otak terdiri atas otak besar atau serebrum (cerebrum), otak kecil atau serebelum
(cerebellum) dan batang otak (trunkus serebri)

Otak Besar (Serebrum)


Mempunyai dua belahan yaitu hemisfer kiri dan hemisfer kanan yang dihubungkan
oleh massa substansi alba (subtantia alba) yang disebut korpus kalosum (corpus callosum).
Tiap-tiap hemister meluas dari os frontal sampai ke os oksipital. Di atas fossa kranii
anterior, media, dan posterior hemisfer dipisahkan oleh celah yang besar disebut fisura
longitudinalis serebri..
Serebrum (telencepalon) terdiri atas: korteks serebri, basal ganglia (korpora striate)
dan sistem limbik (rhinencephalon).

Korteks serebri
Lapisan permukaan hemisfer disusun oleh substansi grisea (subtantia grisea).
Korteks serebri yang berlipat – lipat disebut girus, sedangkan celah diantara dua lekuk
disebut sulkus ( fisura ). Beberapa daerah tertentu dari korteks serebri telah diketahui
memiliki fungsi spesifik. Pada tahun 1909, Brodmann seorang neuropsikiater bangsa
Jerman membagi korteks serebri 47 area berdasarkan struktur selular. Telah dilakukan
banyak usaha untuk menjelaskan berbagai makna fungsional tertentu dari area-area
tersebut. Peta Brodmann merupakan petunjuk umum yang sangat berguna bagi
pembahasan korteks. Hemisfer otak dibagi dalam beberapa lobus atau yang daerah sesuai
dengan tulang kranium.

4
Lapisan korteks terdiri atas bagian – bagian berikut ini :
1. Lamina molekularis : mengandung sedikit sel, berjalan secara horizontal
dengan percabangan akhir dendrit dari lapisan lebih dalam yang yang terdapat
pada permukaan korteks.
2. Lamina granularis eksterna : lapisan yang mengandung sel neuron berbentuk
segitiga yang jumlahnya memadati lapisan ini.
3. Lamina piramidalis : lapisan ini mengandung sel berbentuk pyramid, di antara
sel pyramid terdapat sel – sel granular dengan akson yang berjalan naik kearah
lapisan superfisial.
4. Lamina granularis interna : terdiri atas sel neuron berbentuk bintang
berukuran kecil dengan akson pendek yang mencapai lapisan superfisial.
5. Lamina ganglionaris : sel neuro granular sel neuron yang naik mencapai
lamina molekularis akson dari sel ini memasuki subtansi alba.
6. Lamina multiformis : sel – selnya berbentuk kumparan dengan sumbu panjang
tegak lurus terhadap permukaan korteks. Aksonnya mencapai subtansi alba
sebagai serat proyeksi eferen dan asosiasi

Bagian – bagian dari korteks menurut Brodmann

1. Lobus frontalis
- Area 4 : area motorik primer. Sebagian besar girus presentralis dan bagian
anterior lobus presentralis.
- Area 6 : bagian sirkuit traktus piramidalis ( area premotorik ) berfungsi
mengatur gerakan motorik dan premotorik
- Area 8 : gerak mata dan perubahan pupil
- Area 9, 10, 11, dan 12 area asosiasi frontalis.

Terletak didepan sebrum, bagian belakang dibatasi oleh sulkus sentralis rolansi,
bagian lateral terbagi dalam girus frontalis superior, girus frontalis media, dan
girus frontalis inferior. Pada bagian basal lobus frontalis terdapat girus orbitalis
sebelah lateraldan girus rektus sebelah medial.

5
2. Lobus parietalis
- Area 3, 1, dan 2 : area sensorik primer ( area post sentral ). Meliputi girus
sentralis dan meluas kearah anterior sampai mencapai dasar sulkus sentralis.
- Area 5 dan 7 : area asosiasi somatosensorik. Meliputi sebagian permukaan
medial hemisfer sebreli.

Permukaan bagian atas dan lateral terdiri atas girus parietal posterior, girus parietal
superior, girus supra marginalis, girus angularis, dan bagian medial lobus
parasentralis

3. Lobus oksipitalis
- Area 17 : korteks visual primer. Permukaan medial lobus oksipitalis sepanjang
bibir superior dan inferior sulkus kalkanius.
- Area 18 dan 19 : area asosiasi visual. Sejajar dengan 17 meluas sampai
meliputi permukaan lateral lobus oksipitalis .

Bagian lateral terdiri atas girus oksipitalis lateralis bagian medial dan girus
lingualis bagian basal, diantara kuneus ( cuneus )dan girus linugalis terdapat fisura
kalkarina ( fisura calcarina ).

4. Lobus temporalis
- Area 41 : korteks auditorik primer. Meliputi girus temporalis superior meluas
sampai permukaan lateral girus temporalis
- Area 42 : area asosiasi auditorik. Area korteks sedikit meluas sampai
permukaan girus temporalis superior.
- Area 38,40,20,21, dan 22 : area asosiasi.

Permukaan lateral dibagi menjadi girus temporalis superior, garis temporalis


media, dan girus temporalis inferior. Pada bagian basal terdapat girus fusiformis

5. Area broca ( area bicara motorik )


Terletak diatas sulkus lateralis berfungsi mengatur gerakan berbicara.

6
6. Area visualis
Terdapat pada lobus posterior dan aspek medial hemisfer serebri di daerah sulkus
kalkaneus yang merupakan daerah penerimaan visual. Gangguan dalam ingatan
untuk peristiwa yang belum lama.
7. Insula of reil
Bagian serebrum yang membentuk dasar fisura silvi yang terdapat di antara lobus
frontalis, lobus parietalis, dan lobus oksipitalis. Bagian otak ini ditutupi oleh girus
temporalis dan girus frontalis inferior
8. Girus singuli
Bagian medial hemisfer, terletak diatas korpus kolosum. Berdasarkan tebal tipisnya
berbagai lamina, komposisi sel yang menyusunnya, dan variasi lapisan – lapisan
korteks, maka Bromann telah berhasil membuat suatu peta.

Fungsi korteks serebri

1. Korteks motoric primer (area 4,6, dan 8)


Mengontrol gerakan volunter otot dan tulang pada sisi tubuh kontra lateral.
Impulsnya berjalan melalui akson-akson dalam traktus kortiko bulber dan kortiko
spinal menuju nuklei saraf serebrospinal. Proyeksi motorik dari berbagai bagian tubuh
terutama daerah kaki terletak diatas sedangkan daerah wajah bilateral terletak di bawah.
Daerah unilateral lain dari berbagai bagian tubuh akan mempunyai gambaran sesuai
dengan tingkat perbandingan keterampilan. Apabila mempunyai keterampilan yang
tinggi akan mempunyai gambaran yang luas.
- Lesi area 4 akan mengakibatkan paralisis kontralateral dari kumpulan otot yang
dipersarafi.
- Area 6 dan 8 pada perangsang akan timbul gerakan mata dan kepala.
2. Korteks sensorik primer (area 3,4, dan 5)
Merupakan penerima sensai umum (area somesthesia) dan penerima serabut saraf
radiasi talamikus yang membawa impuls sensoris dari kulit, otot sendi, dan tendon di
sisi kontralateral. Apabila terjadi lesi pada daerah ini akan menimbulkan gangguan
sensasi pada sisi tubuh kontralateral. Pada bagian ini terdapat homonkulus

7
(homunculus) sensorik yang menggambarkan luas daerah proyeksi sensorik dari
bagian-bagian tubuh disisi tubuh kontralateral. Luasnya daerah sensorik suatu bagian
tubuh pada daerah ini sebanding dengan jumlah reseptor dibagian tubuh tersebut.
3. Korteks visual (penglihatan area 17)
Teretak di lobus oksipitalis pada kalkarina. Apabila terjadi lesi iritatif akan
menimbulkan halusinasi visual, sedangkan lesi destruktif akan menimbulkan gangguan
lapangan pandang. Korteks ini menerima impuls dari radio optika.
4. Korteks auditorik (pendengaran primer area 41)
Terletak pada transverse temporal gyrus di dasar fisura lateralis serebri. Korteks ini
menerima impuls dari radio auditorik yang berasal dari korpus genikulatum medialis
(corpus geniculatum mediale). Apabila terjadi lesi pada area ini hanya menimbulkan
kehilangan pendengaran ringan kecuali bila lesinya terjadi bilateral.
5. Area penghidu (olfactory reseptive area)
Terletak di unkus dan daerah yang berdekatan dengan girus parahipokampus (gyrus
parahippocampalis) lobus temporalis. Kerusakan pada jalur olfaktorius akan
menimbulkan anosmia (tidak mampu menghidu). Apabila terjadi lesi iritasi
menimbulkan halusinasi olfaktorius (uncinated fits). Pada keadaan ini penderita dapat
menghidu bau-bauan yang aneh atau mengecap rasa yang aneh.
6. Area asosiasi
Korteks yang mempunyai hubungan dengan area sensorik maupun motoric
dihubungkan oleh serabut asosiasi. Pada manusia penting untuk beraktivitas mental
yang tinggi, seperti berbicara, menuliskan kata-kata, dan sebagainya. Pada manusia
terdapat 3 daerah asosiasi yang penting yaitu : 1. Daerah frontal (di depan korteks
motoric), 2. Daerah temporal (antara girus temporalis superior dan korteks limbic), 3.
Daerah pariotooksipital (antara korteks somastetik dan korteks visual).
Kerusakan daerah asosiasi akan menimbulkan gangguan dengan gejala yang sesuai
dengan tempat kerusakan,missal nya pada area 5 dan 7 akan menimbulkan
astereognosis (tidak mampu mengenali bentuk benda yang diletakkan di tangan dengan
mata tertutup). Hal ini karena area ini merupakan pusat asosiasi sensasi (indra) kulit.

8
7. Korpus kallosum (corpus callosum)
Pemotong total korpus kallosum pada manusia menimbulkan :
a. Tidak dapat memasang obyek pada satu tangan dengan pasangan tangan yang lain.

b. Tidak dapat mencocokkan obyek yang terlihat oleh lapang pandang salah satu mata
dengan obyek yang sama tetap terlihat oleh lapang pandang mata lainnya.

c. Tidak mampu melakukan kegiatan dengan ekstermitas kiri (misalnya bila


diperintah secara verbal) dan tidak dapat mengenali benda yang diletakkan pada
tangan kiri

d. Apraxia yaitu ketidakmampuan menjalankan perintah untuk melakukan gerakan


terampil, tetapi bukan disebabkan oleh paralisis, ataxia, dari gangguan sensorik
ataupun tidak mengerti.

Sistem Limbik (Rhinencephalon)

Merupakan bagian otak yang terdiri atas jaringan allokorteks yang melingkar di
sekeliling hilus hemisfer serebri serta berbagai struktur lain yang lebih dalam yaitu
amigdala, hipokampus, dan nuclei septal. Sistem limbic berperan dalam fungsi penghidu,
perilaku makan, serta bersama dengan hipotalamus berfungsi dalam perilaku seksual,
emosi, takut dan marah serta motivasi.

Rangsangan sistem limbic menimbulkan efek otonom terutama perubahan tekanan


darah dan pernapasan, diduga efek otonom ini merupakan bagian dari fenomena kompleks
seperti respons, emosi dan perilaku. Rangsangan nuclei amigdaloid menimbulka gerakan
mengunyah dan menjilat serta aktivitas lainnya yan berhubungan dengan makan. Apabila
terjadi lesi amigdala akan menimbulkan hiperfagia.

Sistem limbic diterapkan untuk bagian otak yang terdiri atas jaringan allokorteks
sekeliling hilus hemisfer serebri bersama struktur yang letak nya lebih dalam yaitu
amigdala, hypokampus an nuclei septal. Disebut rhinensefalon karena berhubungan
dengan penghidu.

9
Fungsi sistem limbic :

a. Perilaku makan

b. Bersama dengan thalamus mempengaruhi perilaku seksual, emosi (marah dan takut),
serta motivasi

c. perubahan tekanan darah dan pernafasan merupakan bagian dari fenomena kompleks
terutama respons emosi dan perilaku

d. Hyperfagian dan comnifagia.

Otak Kecil (Serebelum)

Serebelum (otak kecil) terletak dalam fossa kranial posterior, di bawah tentorium
serebelum bagian posterior dari pons varoli dan medula oblongata. Serebelum mempunyai
dua hemisfer yang dihubungkan oleh vermis. Serebelum dihubungkan dengan otak tengah
oleh pedunkulus serebri superior, dengan pons paroli oleh pendunkulus serebri media dan
dengan medula oblongata oleh pedunkulus serebri inferior. Lapisan permukaan setiap
hemisfer serebri disebut korteks yang disusun oleh substansia grisea. Lapisan-lapisan
korteks serebri ini dipisahkan oleh fisura transversus yang tersusun rapat. Kelompok massa
substansia grisea tertentu pada serebelum tertanam dalam substansia alba yang paling besar
dikenal sebagai nukleus dentatus.

Serebelum berfungsi dalam melakukan tonus otot dan mengkoordinasikan gerakan


otot pada sisi tubuh yang sama. Berat serebelum +150 gram (8% -9 % ) dari berat otak
seluruhnya Sama seperti lobuli serebelum, vermis juga dibagi dalam beberapa bagian dari
depan ke belakang yaitu:

 lobulus quadrangularis anterior lingua,


 lobus sentralis kulmen,
 quadrangularis posterior deklive,
 lobulus semilunaris inferior tuber

10
Potongan melintang serebelum dibagi atas 3 bagian.

a. Arkhi serebelum. Lobus otak kecil merupakan bagian kalumna aferen somatik.
Lobus ini menerima input langsung lewat serabut saraf vestibularis dan nukleus
vestibularis medialis inferior, berperan sebagai tonus otot keseimbangan dan sikap
tubuh.
b. Paleoserebelum. Bagian terbesar dari vermis superior hemisfer otak kecil di depan
visura prima. Bagian ini merupakan input dari susunan saraf vestibular yang berperan
pada pengaturan tonus otot.
c. Neoserebelum. Bagian utama dari otak kecil. Bagian vermisnya merupakan suatu
bangunan neokorteks serebelum, nukleus pons, dan nukleus oliveri inferior prinsipal
pada medula oblongata. Input diperoleh dari indra penglihatan, pendengaran, dan
kulit. Peranan secara mendasar adalah menjaga kehalusan kontraksi otot serta
ketetapan kekuatan arah dan besarnya garapan gerakan volunter.

Struktur Internal. Serebelum terdiri atas korteks substansia erisea dan korteks
substansia alba di dalamnya terdapat kumpulan neklei pada tiap-tiap hermisfer nuklei.

a. Nukleus dentatus: menerima serabut dari bagian neoserebelum lobus posterior dan
lobus anterior, lalu mengirim serabut ke nukleus ruber (red nukleus dan nukleus netro
lateral talamus).
b. Nukleus interpolaris: terdiri atas nukleus globulus dan nukleus emboliformis.
Kedua nukleus ini menerima serabut dari paleoserebelum dan mengirim serabut ke
nukleus ruber
c. Nukleus fastigii (fastiogial nucleus): menerima serabut dari lobus flokulonodulus
(lobus flocculonodularis), lalu mengirim serabut ke nukleus vestibularis dan nukleus
retikularis melalui fasikulus unsinatus (fasciculus uncinatus)

11
Substansia Alba Serebelum

Mengandung 3 kelompok serabut proyeksi yang berpasangan sebagai berikut.

a. Pedunkulus serebelaris superior (Brachium conjunctivum)


 Serabut dentatorubral dan dentatotalamikus membawa impuls dari nukleus
dentatus ke nukleus ruber kontra lateral dan ke talamus.
 Traktus spino serabelaris ventralis, masuk ke serebelum dari medula spinalis dan
berakhir pada korteks paleo serebelum.
 Fasikulus unsinatus (hook bundle of russell). Melalui fasikulus ini serabut dari
nukleus fastagii berakhir pada nukleus vestibularis.
b. Pedunkulus sereberalis medialis (Brachium pontis). Merupakan bagian terbesar,
tempat berjalannya serabut dari nuklei di pons yang menuju ke neoserebelum
kontralateral.
c. Pedunkulus serebelaris medialis (Restiform body)
 Traktus olivo sereberalis, berasal dari nukleus oliverius inferior kontralateralo
menaju ke korteks hemise dan vermis serebelum
 Traktus spinoserebelaris dorsalis, mengandung serabut dari medula spinalis
menuju ke korteks lobus antersor dan ke bagian piramidal dari paleoserebelum.
 Serabut arkuatus eksterna dorsalis, berasal dari nuklei funikulus grasilis dan
kuneatus.

Fungsi Serebelum. Serebelum memiliki suatu mekanisme umpan balik yang bertujuan
untuk mengendalikan pergerakan - pergerakan saat pergerakan sedang berlangsung.
Fungsi utamanya adalah mengembalikan tonus otot di luar kesadaran merupakan suatu
mekanisme saraf yang berpengaruh dalam pengaturan dan pengendalian terhadap:

a. perubahan ketegangan dalam otot antuk mempertahankan keseimbangan dan sikap


tubuh.
b. terjadinya kontraksi dengan lancar dan teratur pada pergerakan di bawah
pengendalian kemauan dan mempunyai aspek keterampilan.

Setiap pergerakan memerlukan saatu koordinasi dalam kegiatan sejumlah otot. Otot
antagonis harus mengalami relaksasi secara teratur, sedangkan otot sinergis berusaha

12
memfiksas sendi sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh bermacam-macam
pergerakan.

Lesi yang mengenal neoserebelum ditandai oleh terganggunya gerakan-gerakan


halus ditimbulkan oleh piramidal.

a. Otot dalam keadan hipotonik lemah dan mudah lelah


b. Ganguan pergerakan dalam bentuk ansinergis misalnya dalam bentuk:
1. dismetri ketidakmampuan menghentikan pergerakan,
2. fenomena pantulan: mengadakan fleksi di daerah siku dengan melewati daerah
siku dengan melawan suatu tahanan,
3. ketidakmampuan melakukan gerakan cepat yang bersifat alternatif
4. bicara terpotong potong
5. gerakan asosiatif yang tidak teratur
6. ataksia: kecenderungan untuk jatuh ke satu sisi
c. Nistagmus sereberal: mekanisme serebelum yang mengendalikan sinergi. Ketika
tonus intrinsik bola mata terganggu, klien akan goyah, tidak stabil, dan cenderung
jatuh ke belakang. Apabila otot bicara ikut terlibat maka kata-kata akan menjadi tidak
terkendal dan tidak jelas.

D. ETIOLOGI
Etiologi autisme tidak diketahui. Akan tetapi, terdapat bukti kuat yang menyokong
penyebab biologis multipel. Individu penderita autisme dapat memiliki
elektroensefalogram abnormal, kejang epileptik, keterlambatan perkembangan dominansi
tangan, reflek primitive menetap, abnormalitas metabolic ( serotonin darah meningkat ).
Dan hypoplasia vermal serebelar ( bagian otak yang terlibat dalam regulasi gerakan dan
beberapa aspek memori ).
Terdapat juga bukti kuat berbasis genetic bahwa anak kembar memiliki pola
bawaan autosom resesif secara konsisten. Studi yang dilakukan pada anak kembar
menunjukan sangat tingginya konkordans ( sifat bawaan yang dapat pada dua orang
saudara yang memiliki karakteristik sama ) yaitu 96% untuk kembar monozigot ( identik )

13
dan 24%konkordans untuk kembar dizigot ( non – identik ). Selain itu, antara 5% sampai
16% lelaki penderita autisme positif memiliki kromosom X fragile.
Terdapat 3% sampai 8% resiko kejadian autisme pada keluarga jika ada salah satu
anak yang terkena. Meskipun gen transporter serotonin dianggap sebagai kemungkinan
factor penyebab autisme, gen spesifik untuk gangguan ini belum teridentifikasi, ( Rapin,
1997 ).

E. PATOFISIOLOGI
Gangguan spectrum autis tidak diketahui. Penularan genetik, respon imun, dan
neurotransmitter seperti dopamine, serotonin, dan opioid tidak normal pada beberapa anak
dan merupakan focus penelitian.ukuran otak dan kepala mungkin membesar pada anak
kecil dengan kelainan tersebut, sehingga kerusakan fungsi korteks dan konektivitas
diantara daerah otak mungkin abnormal ( Williams & Minshew, 2007 ).

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejala dapat menjadi bukti dari
berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral maupun
komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrument screening
yang saat ini telah berkembangan dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:
 Childhood Autism Rating Scale ( CARS ):
Skala peringkat autism masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler diawal tahun
1970 yang didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15;
anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh,
adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal.
 The Checklis For Autism in Toddlers ( CHAT ):
Berupa daftar pemeriksaan autism pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi
anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen diawal tahun 1990.
 The Autism Screening Questionare:
Adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia
atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan social media.

14
 The Sceening Test for Autism in Two-Years Old:
Tes screening autism bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh wendy stone di
Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor
dan konsentrasi.

G. PENATALAKSANAAN
 Penatalaksanaan Medis
Umunya terapi yang diberikan ialah terhadap gejala, edukasi dan
penerangan kepada keluarga, serta penanganan perilaku dan edukasi bagi anak.
Manajemen yang efektif dapat mempengaruhi outcome. Intervensi farmakologi,
yang saat ini dievaluasi,mencakup obat fenfluramine, lithium, haloperidol dan
naltrexone. Terhadap gejala yang menyertai. Terapi anak dengan autisme
membutuhkan identifikasi diri. Intervensi edukasi yang intensif, lingkungan yang
terstruktur, atensi individual, staf yang terlatih baik, peran serta orang tua dapat
meningkat prognosis.
Terapi perilaku sangat penting untuk membantu para anak autis untuk lebih
bisa menyesuaikan diri dalam masyarakat. Bukan saja guru yang harus menerapkan
terapi perilaku pada saat belajar, namun setiap anggota keluarga di rumah harus
bersikap sama dan konsisten dalam menghadapi anak autis. Terapi peilaku terdiri
dari tetapi wicara, terapi okupasi, dan menghilangkan perilaku yang asosial. Dalam
terapifarmakologi dinyatakan belum ada obat atau terapi khusus yang
menyembuhkankelainan ini. Medikasi (terapi obat) berguna terhadap gejala yang
menyertai, misalnyahaloperidol, risperidone dan obat anti-psikotik terhadap
perilaku agresif, ledakan-ledakan perilaku, instabilitas mood (suasana hati). Obat
anti depresi jenis SSRI dapat digunakan terhadap ansietas, kecemasan, mengurangi
stereotip dan perilakuperseveratif dan mengurangi ansietas dan fluktuasi mood.
Perilaku mencederai dirisendiri dan mengamuk kadang dapat diatasi dengan obat
naltrexone.

15
 Penatalaksanaan Keperawatan
Penatalaksanaan pada autisme bertujuan untuk :
1. Mengurangi masalah perilaku
2. Terapi perilaku dengan memanfaatkan keadaan yang terjadi dapat
meningkatkan kemahiran berbicara. menagement perilaku dapat mengubah
perilaku destruktif dan agresif.
3. Meningkatkan kemampuan belajar dan perkembangan terutama bahasa.
Latihan dan pendidikan dengan menggunakan pendidikan (operant
conditioning yaitu dukungan positif (hadiah) dan dukungan negatif (hukuman).
4. Anak bisa mandiri dan bersosialisasi
Mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan praktis

H. PENGKAJIAN
a. Identitas klien
Meliputi nama anak, jenis kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, suku bangsa,
tanggal, jam masuk RS, nomor registrasi, dan diagnosis medis.
b. Riwayat kesehatan
 Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan berbahasa, keterlambatan atau
sama sekali tidak dapat bicara Berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh
dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat, tidak senang atau menolak
dipeluk. Saat bermain bila didekati akan menjauh. Ada kedekatan dengan benda
tertentu seperti kertas, gambar, kartu atau guling, terus dipegang dibawa kemana
saja dia pergi, Bila senang satu mainan tidak mau mainan lainnya. Sebagai yang
senang kerapian harus menempatkan barang tertentu pada tempatnya. Menggigit,
menjilat atau mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras,
menutup telinga. Didapatkan IQ dibawah 70 dari 70% penderita , dan dibawah 50
dari 50 %, Namun sekitar 5% mempunyai IQ diatas 100.

16
 Riwayat kesehatan dahulu (ketika anak dalam kandungan)
 Sering terpapar zat toksik, seperti timbal
 Cidera otak
 Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah ada anggota keluarga lain yang menderita penyakit serupa
dengan klien dan apakah ada riwayat penyakit bawaan atau keturunan. Biasanya
pada anak autis ada riwayat penyakit keturunan.
c. Status perkembangan anak.
 Anak kurang merespon orang lain .
 Anak sulit fokus pada objek dan sulit mengenali bagian tubuh
 Anak mengalami kesulitan dalam belajar
 Anak sulit menggunakan ekspresi non verbal
 Keterbatasan kognitif
d. Pemeriksaan fisik
 Anak tertarik pada sentuhan (menyentuh/sentuhan).
 Terdapat ekolalia.
 Sulit fokus pada objek semula bila anak berpaling ke objek lain.
 Anak tertarik pada suara tapi bukan pada makna benda tersebut.
 Peka terhadap bau
e. Psikososial
 Menarik diri dan tidak responsif terhadap orang tua
 Memiliki sikap menolak perubahan secara ekstrem
 Keterikatan yang tidak pada tempatnya dengan objek
 Perilaku menstimulasi diri
 Pola tidur tidak teratur
 Permainan stereotip
 Perilaku destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain
 Tantrum yang sering
 Peka terhadap suara-suara yang lembut bukan pada suatu pembicaraan
 Kemampuan bertutur kata menurun

17
 Menolak mengkonsumsi makanan yang tidak halus
f. Neurologis
 Respons yang tidak sesuai terhadap stimulus
 Refleks mengisap buruk
 Tidak mampu menangis ketika lapar
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan neuromuskuler.
2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan hambatan perkembangan.
3. Gangguan identitas diri berhubungan dengan tidak terpenuhinya tugas
perkembangan
J. INTERVENSI KEPERAWATAN
Meurut Townsend. M.C 1998) perencanaan dan rasionalisasi untuk mengatasi masalah
keperawatan pada anak dengan gangguan perkembangan pervasife autisme antara lain:
1. Gangguan komunikasi verbal
Tujuan : anak akan membentuk kepercayaan dengan seorang pemberi perawatan
ditandai dengan sikap responsif dan kontak mata dalam waktu yang telah ditentukan
dengan kriteria hasil :
 Pasien mampu berkomunikasi dengan cara yang dimengerti oleh orang lain
 Pasien – pasien nonverbal pasien sesuai dengan pengungkapan verbal
 Pasien memulai berinteraksi verbal dan non verbal dengan orang lain

Intervensi

 Pertahankan konsistentasi tugas perawat untuk memahami tindakan – tindakan


dan komunikasi anak
 Rasional : hal ini memudahkan kepercayaan dan kemampuan untuk
memahami tindakan – tindakan dan komunikasi pasien
 Antisipasi dan pemenuhi kebutuhan – kebutuhan anak sampai kepuasan pola
komunikasi terbentuk
 Rasional : pemenuhan kebutuhan pasien akan dapat mengurangi
kecemasan anak sehingga anak akan dapat mulai menjalani komunikasi
dengan orang lain dengan asertif

18
 Gunakan teknik validasi konsensual dari klarifikasi untuk menguraikan kode
pola komunikasi ( misalnya : “ apakah anda bermaksud untuk mengatakan
bahwa ……?” )
 Rasional : teknik – teknik ini digunakan untuk memastikan akurasi dari
pesan yang diterima, menjelaskan pengertian – pengertian yang
berbunyi dalam pesan. Hati – hati untuk tidak “ berbicara atas nama
pasien tanpa seizinya “.
 Gunakan pendekatan tatap muka terhadapan untuk menyampaikan ekspresi –
ekspresi nonverbal yang benar dengan menggunakan
Contoh :
 Rasional : kontak mata mengekspresikan minat yang murni terhadap
dan hormat kepada seseorang

2. Gangguan interaksi sosial


Tujuan : anak akan mendemonstrasikan kepercayaan pada seseorang pemberi
perawatan yang ditandai dengan sikap responsif pada wajah dan kontak mata dalam
waktu yang ditemukan dengan kriteria hasil :
 Anak mulai berinteraksi dengan diri dan orang lain
 Pasien menggunakan kontak mata, sifat responsif pada wajah dan perilaku-
perilaku nonverbal lainnya dalam berinteraksi dengan orang lain.
 Pasien tidak menarik diri dari kontak fisik dengan orang lain
Intervensi

 Jalin hubungan satu-satu dengan anak untuk meningkatan kepercayaan


 Rasional : interaksi perawat dengan pasien yang konsisten
meningkatkan pembentukkan kepercayaan
 Berikan benda-benda yang dikenal (misal : mainan kesukaan, selimut) untuk
memberikan rasa aman dalam waktu-waktu tertentu agar anak tidak mengalami
distress
 Rasional : benda-benda ini memberikan rasa aman dalam waktu-waktu
aman bila anak merasa distress

19
 Sampaikan sikap yang hangat, dukungan dan kebersediaan ketika anak
berusaha untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya untuk meningkatkan
pembentukan dan mempertahankan hubungan saling percaya
 Rasional : karakteristik-karakteristik ini meningkatkan pembentukan
dan mempertahankan hubungan saling percaya
 Lakukan dengan perlahan-lahan, jangan memaksakan interaksi-interaksi, mulai
dengan penguatan yang positif pada kontak mata, perkenalkan dengan
berangsur-angsur dengan sentuhan, senyuman dan pelukan
 Rasional : pasien autisme dapat merasa terancam oleh suatu
rangsangan yang gencar pada pasien yang tidak terbiasa
 Dengan kehadiran anda beri dukungan pada pasien yang berusaha keras untuk
membentuk hubungan dengan orang lain di lingkungannya.
 Rasional : kehadiran seseorang yang telah terbentuk hubungan saling
percaya dapat memberikan rasa aman
3. Gangguan identitas pribadi
Tujuan : pasien akan menyebutkan bagian – bagian tubuh diri sendiri dan bagian –
bagian tubuh dari pemberian perawatan dalam waktu yang ditentukan untuk mengenali
fisik dan emosi diri terpisah dari orang lain saat pulang dengan kriteria hasil :
 Pasien mampu untuk membedakan bagian – bagian dari tubuhnya dengan
bagian – bagian dari tubuh orang lain
 Pasien menceritakan kemampuan untuk memisahkan diri dari lingkungannya
dengan menghentikannya ekolalia ( mengulangi kata – kata yang didengar )
dan ekoparaksia ( meniru gerakan – gerakan yang dilihatnya )
Intervensi
 Fungsi pada hubungan satu – satu dengan anak
 Rasional : interaksi pasien perawat meningkatkan pembentukan data
kepercayaan
 Membantu anak untuk mengetahui hal – hal yang terpisah selama kegiatan –
kegiatan perawatan diri, seperti berpakaian dan makanan
 Rasional : kegiatan – kegiatan ini dapat meningkatkan kewaspadaan
anda terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain

20
 Jelaskan dan bantu anak dalam menyebutkan bagian – bagian tubuhnya
 Rasional : kegiatan – kegiatan ini dapat meningkatkan kepada anak
terhadap diri sebagai sesuatu yang terpisah dari orang lain
 Tingkatkan kontak fisik secara bertahap demi tahap, menggunakan sentuhan
untuk menjelaskan perbedaan – perbedaan antara pasien dengan perawat.
Berhati – hati sentuhan dengan kepercayaan anak telah terbentuk
 Rasional : bila gerak isyarat ini dapat diinteprestasikan sebagai suatu
ancaman oleh pasien
 Tingkatkan upaya anak untuk mempelajari bagian – bagian dari batas – batas
tubuh dengan menggunakan cermin dan lukisan serta gambar – gambar dari
anak
 Rasional : dapat memberikan gambaran tentang bentuk tubuh dan
gambaran diri pada anak secara cepat

21
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Kasus
Ada An. A berusia 6 tahun datang ke rumah sakit perawat melakukan pengkajian
didapatkan hasil orang tua mengatakan mempunyai anak pertama yang autisme, An. A
adalah anak ketiga. An. A mengalami keterlambatan berbicara jika ingin sesuatu, ia
menarik baju orang tua nya sambil menunjuk yang ia inginkan. Saat bermain bila
didekati akan menjauh dan senang menyendiri. Jika dipanggil namanya anak kurang
merespon.
B. DATA FOKUS
1. Data Subjektif :
- Orang tua mengatakaan mempunyai anak pertama yang autisme
- An. A adalah anak ketiga
2. Data Objektif :
- Mengalami keterlambatan berbicara jika anak ingin sesuatu ia menarik baju
orang tua nya sambil menunjuk yang ia inginkan.
- Saat bermain didekati akan menjauh dan senang menyendiri
- Jika dipanggil namanya anak kurang respon
C. ANALISA DATA
Data Etiologi Masalah Keperawatan
DS : Perubahan Gangguan komunikasi
- Orang tua mengatakan Neuromuskuler verbal
mempunyai anak
pertama yang autisme
DO :
- Mengalami
keterlambatan
berbicara jika anak
ingin sesuatu ia
menarik baju orang

22
tua nya sambil
menunjuk yang ia
inginkan
DS : - Hambatan perkembangan Gangguan intraksi sosial
DO :
- Saat bermain didekati
akan menjauh dan
senang menyendiri

DS : - Tidak terpenuhi Gangguan identitas diri


DO : perkembangan
- Jika dipanggil
namanya anak kurang
respon

D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan komunikasi verbal b.d Perubahan Neuromuskuler
2. Gangguan intraksi sosial b.d Hambatan perkembangan
3. Gangguan identitas diri b.d Tidak terpenuhi perkembangan

E. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Dx Intervensi Keperawatan Rasional
1.  Libatkan keluarga untuk membantu  Keluarga berpartisipasi dalam
memahami informasi dari pasien proses penyembuhan
 Dengarkan setiap ucapan pasien dengan  Mengurangi kecemasan dan
penuh perhatian kebingungan saat
 Gunakan kata – kata yang sederhana dan berkomunikasi
pendek dalam berkomunikasi dengan  Memenuhi kebutuhan pasien
pasien saat komunikasi

23
2.  Identifikasi penyebab kurangnya  Untuk mengetahui penyebab
keterampilan sosial kurangnya keterampilan sosial
 Beri umpan balik positif ( mis. Pujian )  Saat diberikan reinforcement
terhadap kemampuan sosialisasi akan membuat tingkat
 Motivasi untuk berlatih keterampilan sosialisasi klien semakin baik
sosial dan menghilangkan sikap
menutup diri
 Memberikan dukungan terhadap
pasien sehingga pasien dapat
berinteraksi

3.  Monitor perubahan orientasi  Untuk mengetahui perubahan


 Perkenalkan nama saat memulai interaksi orientasi
 Orientasikan orang, tempat, dan waktu  Untuk mengetahui identitas
anak
 Untuk mengetahui orang,
tempat dan waktu

24
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Autisme adalah gangguan spectrum autisme ( autism spectrum disorder ASD ),
juga disebut gangguan perkembangan pervasive, yang memiiki awitan pada masa bayi atau
masa kanak – kanak awal. Satu dari 150 anak terkena gangguan spekrum autisme ( Inglese,
2009 ). Spectrum gangguan autisme memiliki rentang dari ringan. (mis, sindrom Asperger)
hingga berat. Perilaku autistic dapat ditemukan pertama kali pada masa bayi karena
keterlambatan perkebangan antara usia 12 sampai 36 bulan ketika anak mengalami
regresiatau kehilangan keterampilan yang diperlukan sebelumnya. Kekhawatiran orang tua
mengenai perkembangan dapat menjadi indicator sensitiof perkembangan autisme.
Autisme adalah adanya gangguan dalam bidang interaksi social, komunikasi,
perilaku, emosi, dan pola bermain, gangguan sensoris dan perkembangan keterlambatan
atau tidak normal.

25
DAFTAR PUSTAKA

26

Anda mungkin juga menyukai