Anda di halaman 1dari 12

PRAKTIKUM AUDIO VIDEO

TONE CONTROL

DI SUSUN OLEH:
Agung Novrionandes
NIM : 19065077

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


TEKNIK ELEKTRONIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
A. TUJUAN
Setelah praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu :
1. erakit rangkaian tone control (Pengatur Nada) dan power Amplifier
2. Mengetahui fungsi rangkaian Tone Control pada system audio
3. Mengetahui karakteristik kerja rangkaian tone control pada system audio
4. Melihat respon frekuensi dan penguatan yang dapat dilakukan oleh rangkaian tone
control.

B. ALAT DAN BAHAN


Alat dan bahan yang dibutuhkan pada praktikum kali ini adalah :
1. Osiloskop Dual Beam = 1 set
2. Multimeter = 1 set
3. AFG = 1 set
4. Kit power amplifier+tone control = 1 set
5. Loudspeaker = 1 buah
6. Kabel listrik = secukupnya
7. Audio Player = 1 set

C. TEORI PENDUKUNG
Rangkaian penguat audio yang baik yaitu rangkaian yang mampu memperkuatkan sinyal
pada range frekuensi audio yaitu frekuensi 20 Hz sampai 20 KHz dan pada saat melakukan
penguatan tanpa terjadinya cacat dengan nois yang sekecil mungkin. Range frekuensi ini juga
tergantung dari kemampuan dari loudspeaker. Jika loudspeaker bekerja pada frekuensi Full
Range (20 Hz-20 Khz) ini sangat baik sekali, karena akan di dapat nada yang dinamis pada
frekuensi Full Range. Tapi jika hanya frekuensi tertentu saja yang mampu di reproduksi oleh
loudspeaker, maka penggunaan tone control memungkinkan untuk membatasi frekuensi
tertentu.
Tone control merupakan rangkaian pengatur nada yang terdiri dari rangkaian filter, yaitu
Low Pass Filter (LPF) dan High Pass Filter (HPF) maupun Band Pass Filter. Sebelum sinyal
dikuatkan oleh rangkaian Power Amplifier, rangkaian tone control bekerja dengan mengatur
nada yang akan dilewatkan pada rangkaian power amplifier, sehingga akan didapatkan nada
sesuai dengan respon frekuensi pada loudspeaker dan akan didapatkan hasil (suara) pada
loudspeaker yang sesuai dengan keinginan pengguna.

Gambar 1. Blok Rangkaian Audio Amplifier Sederhana


D. LANGKAH KERJA PRAKTIKUM
1. Lengkapilah peralatan dan bahan praktikum yang akan digunakan, periksa terlebih
dahulu peralatan dan pastikan komponen dalam keadaan baik dan bekerja.
2. Rakitlah rangkaian power amplifier dan tone control, sesuaikan dengan skema
rangkaian seperti pada gambar dibawah, kemudian berikan tegangan dan hidupkan
rangkaian sehingga output power amplifier menghasilkan bunyi saat input disentuh
dengan tangan.

3. Atur pengaturan nada volume, Bass dan trable pada posisi tengah
4. Hubungkan AFG pada bagian input rangkaian amplifier serta hubungkan ke channel 1
osiloskop dan output pada channel 2 pada osiloskop.
5. Atur input AFG pada posisi 1 KHz dengan amplitude sebesar 50 mVp-p, berapa
tegangan output yang dihasilkan? …………….. Vp-p, dan tentukan juga beda fase =
……………

(Gambarkan bentul sinyal)


6. Atur volume hingga menghasilkan sinyal output yang dapat terbaca dan tidak cacat
…………… Vp-p. berapa besar penguatan dari rangkaian yang anda gunakan adalah
…….Db
7. Ulangi langkah 6, aturlah posisi tone control dan ukur tegangan output (volume dan
amplitude AFG tidak dirubah). Isilah table pengamatan.

E. ANALISA DAN HASIL PRAKTIKUM ( dengan cara mengulangi langkah 6 )


1. Vin = 3,2 x 50 mV = 160 mVp-p
Vo = 5,4 x 2 = 10,8 Vp-p
Penguatan = 20 log Vo / Vi
= 20 log 67,5
= 20 x 1,83
= 36,6 dB
2. TABEL PENGAMATAN
a. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Minimum, High = Minimum
Frekuensi Input Besar Tegangan output/Vo Keterangan
(Vo = 100 mVp- (Signal Pada Speaker)
p)
100 Hz 0,5 V CACAT
250 Hz 1,1 V TIDAK
CACAT
500 Hz 2,9 V TIDAK
CACAT

750 Hz 3,6 V TIDAK


CACAT
1000 Hz 3,8 V TIDAK
CACAT
1500 Hz 3,6 V TIDAK
CACAT
2000 Hz 3,4 V TIDAK
CACAT
5000 Hz 1,8 V TIDAK
CACAT

10000 Hz 0,9 V TIDAK


CACAT
15000 Hz 0,48 V TIDAK
CACAT
20000 Hz 0,28 V TIDAK
CACAT

c. Kondisi Potensio Tone control, Bass = Min, High = Tengah


Frekuensi Input Besar Tegangan output/Vo Keterangan
(Vo = 100 mVp- (Signal Pada Speaker)
p)
100 Hz 0,4 V CACAT
250 Hz 1,5 V TIDAK
CACAT
500 Hz 3,2 V TIDAK
CACAT
750 Hz 4,4 V TIDAK
CACAT
1000 Hz 5,2 V TIDAK
CACAT
1500 Hz 6,8 V TIDAK
CACAT
2000 Hz 7,2 V TIDAK
CACAT
5000 Hz 7,6 V TIDAK
CACAT
10000 Hz 7,2 V TIDAK
CACAT

15000 Hz 6V TIDAK
CACAT
20000 Hz 5,2 V TIDAK
CACAT
d. Kondisi potensio Tone Control, Bass = Tengah, High = Min
Frekuensi Input Besar Tegangan output/Vo Keterangan
(Vo = 100 mVp- (Signal Pada Speaker)
p)
100 Hz 3,4 V CACAT
250 Hz 4V TIDAK
CACAT
500 Hz 4,4 V TIDAK
CACAT

750 Hz 4,6 V TIDAK


CACAT
1000 Hz 4,7 V TIDAK
CACAT
1500 Hz 4,3 V TIDAK
CACAT
2000 Hz 3,9 V TIDAK
CACAT
5000 Hz 3,1 V TIDAK
CACAT
10000 Hz 2,9 V TIDAK
CACAT
15000 Hz 1,7 V TIDAK
CACAT
20000 Hz 1,5 V TIDAK
CACAT

e. Kondisi potensio Tone Control, Bass = Tengah, High = tengah


Frekuensi Input Besar Tegangan output/Vo Keterangan
(Vo = 100 mVp- (Signal Pada Speaker)
p)

100 Hz 5,8 V CACAT


250 Hz 6,6 V TIDAK
CACAT
500 Hz 7,4 V TIDAK
CACAT
750 Hz 9,2 V TIDAK
CACAT

1000 Hz 11,2 V CACAT


1500 Hz 11,2 V CACAT
2000 Hz 11,2 V CACAT
5000 Hz 11,2 V CACAT
10000 Hz 11,2 V CACAT
15000 Hz 7,2 V TIDAK
CACAT
20000 Hz 6V TIDAK
CACAT

f. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Min, High = Max


Frekuensi Input Besar Tegangan output/Vo Keterangan
(Vo = 100 mVp- (Signal Pada Speaker)
p)
100 Hz 0,76 V CACAT
250 Hz 3 V TIDAK
CACAT
500 Hz 7,6 V TIDAK
CACAT
750 Hz 12 V CACAT
1000 Hz 11 V CACAT

1500 Hz 11 V CACAT
2000 Hz 11,5 V CACAT
5000 Hz 11,5 V CACAT
10000 Hz 11,5 V CACAT
15000 Hz 11,5 V CACAT
20000 Hz 11,5 V CACAT
g. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Max, High = Min
Frekuensi Input Besar Tegangan output/Vo Keterangan
(Vo = 100 mVp- (Signal Pada Speaker)
p)
100 Hz 12 V CACAT
250 Hz 12 V CACAT
500 Hz 12 V CACAT
750 Hz 12 V CACAT
1000 Hz 12 V CACAT

1500 Hz 12 V CACAT
2000 Hz 8,8 V TIDAK
CACAT
5000 Hz 3,6 V TIDAK
CACAT
10000 Hz 1,75 V TIDAK
CACAT
15000 Hz 1V TIDAK
CACAT
20000 Hz 0,6 V TIDAK
CACAT

h. Kondisi Potensio Tone Control, Bass=Tengah, High=Max


Frekuensi Input Besar Tegangan output/Vo Keterangan
(Vo = 100 mVp- (Signal Pada Speaker)
p)
100 Hz 6,8 V TIDAK
CACAT

250 Hz 7,6 V TIDAK


CACAT
500 Hz 8,8 V TIDAK
CACAT
750 Hz 11 V TIDAK
CACAT
1000 Hz 11 V CACAT
1500 Hz 11,5 V CACAT

2000 Hz 11,5 V CACAT


5000 Hz 11,5 V CACAT
10000 Hz 11,5 V CACAT
15000 Hz 11,5 V CACAT
20000 Hz 11,5 V CACAT

i. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Max, High= Tengah


Frekuensi Input Besar Tegangan output/Vo Keterangan
(Vo = 100 mVp- (Signal Pada Speaker)
p)

100 Hz 13 V CACAT
250 Hz 11,5 V CACAT
500 Hz 11,5 V CACAT
750 Hz 11,5 V CACAT
1000 Hz 11,5 V CACAT
1500 Hz 11,5 V CACAT
2000 Hz 11,5 V CACAT
5000 Hz 11,5 V CACAT
10000 Hz 11,5 V CACAT
15000 Hz 11 V TIDAK
CACAT

20000 Hz 9V TIDAK
CACAT

j. Kondisi Potensio Tone Control, Bass = Max, High = Max


Frekuensi Input Besar Tegangan output/Vo Keterangan
(Vo = 100 mVp- (Signal Pada Speaker)
p)
100 Hz 13 V CACAT
250 Hz 11,5 V CACAT
500 Hz 11,5 V CACAT
750 Hz 11,5 V CACAT

1000 Hz 11,5 V CACAT


1500 Hz 11,5 V CACAT
2000 Hz 11,5 V CACAT
5000 Hz 11,5 V CACAT
10000 Hz 11,5 V CACAT
15000 Hz 11,5 V CACAT
20000 Hz 11,5 V CACAT

F. EVALUASI/PENGAYAAN
1. Apa yang terjadi pada saat posisi Volume rangkaian amplifier pada posisi maksimum
?
JAWAB : sinyal yang dihasilkan jika pada posisi maksimum , terjadinya noise atau
sinyal cacat yg di akibatkan perbandingan yang tidak seimbang antara sinyal input
dengan output .
2. Cari dan jelaskan fungsi-dari peralatan-peralatan Filter audio yang ada disekitar anda
dan tuliskan fungsinya
JAWAB:
o Equalizer adalah Rangkaian yang mampu mengatur rentang frekuensi tertentu
dan membiarkan yang lain tetap utuh.
o Crossover Audio adalah kelas elektronik filter yang digunakan pada aplikasi
audio. Kebanyakan loudspeaker driver standar tidak bisa mencakup spektrum
audio keseluruhan dari frekuensi rendah ke frekuensi tinggi dengan volume
relatif bisa diterima serta kurangnya distorsi menjadikan sebagian besar sistem
speaker hi-fi menggunakan kombinasi dari beberapa pengeras suara maupun
driver, masing mewakili sebuah band frekuensi yang berbeda. Crossover split
sinyal audio menjadi gelombang frekuensi yang terpisah yang mampu secara
terpisah dialihkan ke loudspeaker dioptimalkan terhadap band-band.
o Audio mixer adalah perangkat elektronik untuk menggabungkan ( juga disebut
" pencampuran " ) , routing, dan mengubah tingkat , timbre dan / atau
dinamika sinyal audio. Mixer A dapat mencampur sinyal analog atau digital ,
tergantung pada jenis mixer . Sinyal yang dimodifikasi ( tegangan atau sampel
digital ) dijumlahkan untuk menghasilkan sinyal output gabungan .
Filter adalah suatu rangkaian yang digunakan untuk membuang tegangan output
pada frekuensi tertentu. Untuk merancang rangkaian filter dapat digunakan komponen
pasif (R,L,C) dan komponen aktif (Op-Amp, transistor
Pada dasarnya filter dapat dikelompokkan berdasarkan response (tanggapan) frekuensinya
menjadi 4 jenis:
a. Dua jenis filter yang paling penting adalah low-pass filter (LPF) dan high-pass filter
(HPF). LPF memungkinkan frekuensi dibawah cut frequency lewat, dengan kata lain
frekuensi diatas cut frequency berkurang secara progresif hingga ke titik dimana
menjadi tidak relevan lagi. HPF melakukan hal yang sama seperti LPF tetapi
sebaliknya, yaitu hanya melewatkan frekuensi tinggi.

Gambar . Low-pass filter dan high-pass filter


b. HPF digunakan untuk mengeliminasi getaran frekuensi rendah seperti yang dihasilkan
oleh suara langkah kaki musisi yang terekam oleh mikrofon, atau background noise
dari AC (air conditioning). LPF digunakan untuk mengeliminasi suara putaran atau
noise frekuensi tinggi.
c. Filter lolos pita (band pass filter), frekuensi dari w1 radian/detik sampai w2
radian/detik adalah dilewatkan, sementara frekuensi lain ditolak.
Sebuah band-passfilter merupakan perangkat yang melewati frekuensi dalam kisaran
tertentu dan menolak (attenuates) frekuensi di luar kisaran tersebut. Contoh
dari analog elektronik band pass filter adalah sirkuit RLC (a resistor-induktor-
kapasitor sirkuit). Filter ini juga dapat dibuat dengan menggabungkan -pass filter
rendah dengan –pass filter tinggi .
d. Filter stop band, berkebalikan dengan filter lolos pita, frekuensi dari w1 radian/detik
sampai w2 radian/detik adalah ditolak, sementara frekuensi lain diteruskan.

G. KESIMPULAN
1. Rangkaian Tone Control merupakan salah satu jenis pengatur suara atau nada aktif
pada sistem audio. Pada dasarnya tone control atau pengatur nada berfungsi untuk
mengatur penguatan level nada bass dan level nada treble. Nada bass adalah sinyal
audio pada frekuensi rendah sedangkan nada treble merupakan sinyal audio pada
frekuensi tinggi.
2. Rangkaian Tone Control sederhana memiliki output yang bisa di bilang cukup bagus
dan bersih. Sinyal suara yang di hasilkan dari input sebelumnya sudah di atur oleh
potensiometer dan kemudian di kuatkan oleh bagian op = amp menggunakan
transistor yang kemudian di kopling oleh kapasitor yang outputnya akan di atur lagi
pada bagian control.
3. Tone Control yang memiliki 4 transistor terbagi dalam 3 bagian utama yaitu bagian
penguat depan, bagian pengatur nada (tone control) dan bagian penguat akhir. Pada
bagian depan dapat di bangun menggunakan 2 transistor yang di susun dalam penguat
2 tingkat. Kemudian bagian pengatur nada di bangun menggunakan sistem pengatur
nada baxandal yang dapat mengontrol nada rendah atau nada tinggi. Kemudian bagian
akhir di gunakan penguat 2 tingkat yang di bangun menggunakan transistor.
4. Rangkaian tone control baxandal merupakan rangkaian penguat dengan jaringan
umpan balik (feedback) dan rangkaian filter aktif. Rangkaian baxandal hanya
tergantung dari pengaturan potensiometer bass. Batas pengaturan maksimum
potensiometer bass merupakan maksimum boost (penguatan maksimal bass) dan batas
pengaturan minimum potensiometer bass merupakan maksimum cut (pelemahan
maksimum).
5. Pada saat frekuensi nada bass meningkat, maka akan memberikan efek pada resistor
samapai kapasitor sehingga tidak lagi memberikan efek atau respon pada rangkaian.
Sehingga frekuensi di atas tidak di pengaruhi oleh posisi potensiometer bass pada
maksimum boos dan cut atau di biarkan flat. Untuk nada treble, pada akhir frekuensi
tinggi audio kapasitor bertindak seakan short circuit. Maka penguatan akan di atur
oleh potensiometer treble.

Anda mungkin juga menyukai