Referat Anestesi Kelompok 2
Referat Anestesi Kelompok 2
Nyeri kanker
PRESENTAN
Pembimbing :
KEPANITERAAN KLINIK
2019
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Referat Kepaniteraan
Klinik Ilmu Mata RSUD M.Natsir dengan judul Nyeri kanker ini dengan sebaik-baiknya.
Adapun tujuan dari penyusunan Referat ini adalah untuk memenuhi tugas
kepaniteraan klinik di RSUD M.Natsir. Selain itu, penyusunan Referat ini juga bertujuan agar
penulis lebih memahami tentang Nyeri kanker
Dalam penulisan Referat ini, penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terimakasih kepada dr. Ade Ariade, Sp.An selaku pembimbing yang telah memberikan
arahan dalam penyusunan referat ini.
Kritik dan saran membangun tentu sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan dan
perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, semoga referat ini dapat bermanfaat bagi
mahasiswa kedokteran dalam memecahkan masalah tentang Nyeri kanker.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Tujuan .................................................................................................................................... 4
1.2.1 Tujuan Umum ........................................................................................................................ 4
1.2.2 Tujuan Khusus ....................................................................................................................... 4
1.3 Metode Penulisan .................................................................................................................. 5
BAB II .................................................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................ 6
2.1 Nyeri Kanker ............................................................................................................................. 6
2.2 Patofisiologi Nyeri ..................................................................................................................... 6
2.3 Tipe-tipe Nyeri .......................................................................................................................... 7
2.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Nyeri ................................................................................ 7
2.5 Penilaian Tingkat Nyeri Pada Kanker .................................................................................... 8
2.5.1 Analog Visual Scale dan Numerical Rating Scale. .................................................................... 8
2.6 Penanganan Nyeri Kanker ....................................................................................................... 9
2.7 Cara Pemilihan Obat untuk Penatalaksanaan Nyeri Kanker ............................................ 12
BAB III ................................................................................................................................................. 14
KESIMPULAN ..................................................................................................................................... 14
Daftar Pustaka ....................................................................................................................................... 15
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker merupakan suatu tumor atau neoplasma yang terdiri dari tumor jinak dan tumor
ganas. Tumor secara umum diartikan sebagai suatu penyakit yang berbentuk benjolan atau
pembengkakan yang bersifat abnormal didalam tubuh. Salah satu gejala pada penderita
kanker adalah nyeri yang dapat bersifat ringan, sedang sampai menjadi berat. Hal ini juga
yang menjadi gejala yang paling ditakuti pasien karena menjadi faktor utama dalam
mengalami penurunan kualitas hidupnya. Sebagian besar pasien kanker akan mengalami
gangguan perasaan nyeri dalam perjalanan hidupnya.
Nyeri kanker merupakan komplikasi kanker yang paling sering ditemui pada pasien
kanker. Frekuensinya sekitar 30-50% pada pasien yang sedang menjalani terapi dan
meningkat hingga 70-90% pada kanker tahap lanjut. Oleh karena sifat nyerinya yang bisa
memberat secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama, maka pasien dapat
mengalami gangguan tidur dan nafsu makan hingga depresi. Tak heran bahwa nyeri kanker
sangat ditakuti penderitanya dan merupakan salah satu target pada terapi kanker secara
keseluruhan. National Comprehensive Cancer Network (NCCN) dalam Panduan Nyeri
Kanker 2016 menyatakan bahwa kesintasan penderita berhubungan erat dengan manajemen
gejala kanker yang baik, termasuk manajemen nyeri kanker, dalam meningkatkan kualitas
hidup.
1.2 Tujuan
4
- Mengetahui penilaian tingkat nyeri pada kanker
- Mengetahui penanganan nyeri pada kanker
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
akan menyebabkan hambatan pengeluaran mediator di perifer, sehingga akan
menghambat penghantaran impuls nyeri ke otak.
Pada keganasan, nyeri yang disebabkan oleh aktivasi nosiseptor disebut nyeri
nosiseptif; sedangkan nyeri yang ditimbulkan oleh gangguan pada system saraf
disebut nyeri neuropatik. Nyeri nosiseptif terjadi akibat kerusakan jaringan yang
potensial yang dapat disebabkan oleh penekanan langsung tumor, trauma, inflamasi,
atau infiltrasi ke jaringan yang sehat dan dapat berupa nyeri somatik maupun viseral.
Nyeri somatik terjadi akibat terkenanya struktur tulang dan otot, bersifat tajam,
berdenyut, serta terlokalisasi dengan jelas. Nyeri viseral adalah nyeri nosiseptif yang
disebabkan oleh penarikan, distensi, atau inflamasi pada organ dalam toraks dan
abdomen. Nyeri visceral bersifat difus, tidak teralokalisasi, dan dideskripsikan sebagai
tegang atau kejang disertai rasa mual dan muntah.
2.3 Tipe-tipe Nyeri
1) Nyeri Nociceptive.
Nyeri Nociceptive merupakan nyeri yang distimulasi oleh reseptor nyeri. Nyeri jenis
ini biasanya berasal dari respon yang terjadi akibat kerusakan pada tubuh. Pengobatan
Nyeri Nociceptive dapat menggunakan golongan analgesik biasa atau yang sudah
umum seperti parasetamol, NSAID, atau golongan opioid.
2) Nyeri Neuropathic.
Nyeri Neuropathic disebabkan karena adanya luka atau disfungsi sistem saraf. Nyeri
jenis ini tidak dapat diobati dengan analgetik yang biasa, sehingga obat-obat yang
sering digunakan seperti antidepresan, antikonvulsan, dan beberapa golongan obat
lain. Nyeri Neuropathic juga biasa disebabkan karena tekanan atau infiltrasi saraf oleh
kanker.
2.4 Faktor-faktor yang Menyebabkan Nyeri
Faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab dari timbulnya nyeri
kanker pada umumnya adalah :
1) Nyeri yang disebabkan langsung oleh tumor yang menyebabkan kompresi
saraf sentral maupun perifer.
2) Nyeri akibat pengobatan kanker seperti kemoterapi menyebabkan neuropati
dan nekrosis jaringan menimbulkan nyeri.
3) Nyeri yang tidak berhubungan dengan tumor biasanya tergantung kondisi
pasien yang mengalami distensi lambung, infeksi, nyeri musculoskeletal.
7
2.5 Penilaian Tingkat Nyeri Pada Kanker
Pengelolaan nyeri kanker tergantung pada penilaian yang komprehensif dalam
mengenali gejala untuk mengetahui fenomena dan patogenesis, menilai hubungan
antara nyeri dan penyakit, dan menjelaskan pengaruh nyeri dan kondisi penyerta lain
terhadap kualitas hidup pasien. Penilaian ini memerlukan penggunaan penamaan yang
terstandarisasi dan pendekatan yang mengeksplorasi berbagai dimensi nyeri dan
berbagai tampilan lain dari kanker. Karena nyeri merupakan keluhan subjektif, maka
laporan langsung dari pasien merupakan gold standard untuk melakukan penilaian.
Informasi yang diperoleh dari pasien harus mencakup: kondisi saat ini (onset, pola,
dan perjalanan penyakit); lokasi (lokasi primer dan pola penyebaran nyeri); beratnya
(biasanya diukur dengan verbal rating scale, misal, ringan, sedang sampai berat, atau
dengan skala numerik 0- 10); kualitas; dan faktor-faktor yang memperberat atau
meringankan nyeri. Karakteristik-karakteristik ini, dikombinasikan dengan informasi
yang diperoleh dari pemeriksaan fisik dan review pemeriksaan laboratorium dan
pencitraan, biasanya menunjukkan sindroma nyeri tertentu, memperjelas luasnya
penyakit dan hubungan antara nyeri dengan lesi tertentu, dan memungkinkan untuk
menyimpulkan patofisiologi nyeri tersebut. Informasi ini mempengaruhi keputusan
untuk melakukan penilaian lebih lanjut atau untuk memilih terapi spesifik tertentu.
8
2.6 Penanganan Nyeri Kanker
Tujuan keseluruhan untuk pengobatan nyeri adalah mengurangi nyeri sebesar-
besarnya dengan kemungkinan efek samping paling kecil. Obat adalah bentuk
pengendalian nyeri yang paling sering digunakan. Obat analgesik secara konvensional
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, analgesik non-opioid, analgesik opioid, dan
analgesik adjuvan.
1) Opioid
Menurut hasil penelitian di Journal of Pain and Symptom Management, opioid
lebih sering digunakan dan dalam dosis yang tinggi pada penderita kanker yang
mengalami nyeri neuropatik. Opioid analgesik yang sering digunakan adalah
Tramadol, Oxycodone, Methadone, Morphine, Fentanyl. Morfin oral telah diberikan
dengan aman selama puluhan tahun dalam dosis yang proporsional. Opiod dianggap
sangat sesuai untuk mencapai keberhasilan pengendalian rasa nyeri pada pasien
dengan penyakit stadium lanjut, dan penyakit terminal. Opioid sering digunakan
untuk mengobati nyeri sedang hingga berat. Pada penggunaan opioid, konstipasi
9
adalah efek samping yang paling umum dijumpai (34%, diikuti oleh kantuk (29%),
mual (27%), pusing (22%), muntah (12%).
2) Adjuvan
Farmakoterapi untuk nyeri neuropatik umumnya melibatkan penggunaan
antidepresan atau antikonvulsan. Analgesik adjuvan yang paling efektif digunakan
sebagai pengobatan lini pertama untuk nyeri neuropatik yaitu termasuk antidepresan
trisiklik (misalnya amitriptilin, nortriptilin, dll), kanal kalsium α2-d ligan
antikonvulsan (gabapentin dan pregabalin), dan penghambat reuptake serotonin-
norepinefrin (misalnya venlafaxine, duloxetine, dll). Analgesik adjuvan sering
dikombinasikan dengan opioid ketika nyeri neuropatik refrakter atau berat. Obat
antikonvulsan, gabapentin dan pregabalin juga telah digunakan sebagai tambahan
analgesik untuk menatalaksana nyeri neuropatik.
Obat ini diduga memiliki profil farmakokinetik yang lebih baik, termasuk
bioavailabilitas yang lebih baik dan pencapaian tingkat obat terapeutik yang lebih
cepat. Kunci antara sistem saraf pusat dan perifer adalah kemampuan dari pembukaan
kanal kalsium dan reaksi terhadap potensial aksi di saraf perifer serta pelepasan
neurotransmitter seperti glutamat dan substansi P pada reseptor di saraf spinalis
sehingga rasa nyeri dapat di transfer ke otak Gabapentin dan pregabalin efektif pada
pasien yang mengalami nyeri, terutama pada nyeri neuropatik. Gabapentin maupun
pregabalin menstimulasi aktivitas dari kanal kalsium, yaitu dengan cara menempel
dengan subunit alpha 2 delta pada kanal tersebut. karenanya, gabapentin ataupun
pregabalin mencegah kanal berpindah ke sisi aktif pada membran tempat
dilepaskannya neurotransmitter.
Pada nyeri tulang yang diinduksi oleh kanker, peneliti melaporkan bahwa
penggunaan gabapentin dapat menurunkan intensitas nyeri serta mengurangi respon
hipereksitabilitas pada kornu dorsal. Menurut penelitian dari British Journal of Pain,
penggunaan gabapentin yang dikombinasikan dengan opioid mampu mengurang
kejadian opioid induced hiperalgesia pada pasien yang diterapi opioid dalam jangka
waktu lama. Pusing, sedasi, edema perifer, mual, dan efek samping antikolinergik
lain, dapat terjadi dengan pengobatan antidepresan dan antikonvulsan yang digunakan
terutama untuk manajemen nyeri neuropatik.
3) Non Opioid Analgesik
Karena sifat kompleks dan etiologi nyeri kanker, agen farmakoterapi
digunakan sebagai bagian dari rejimen pengobatan. Nonopioid, seperti acetaminophen
10
dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID), dapat digunakan untuk nyeri ringan
sampai sedang.30 Acetaminophen (paracetamol) adalah analgesik nonopioid yang
umum digunakan dengan profil keamanan dan tolerabilitas yang mapan. Meskipun
analgesia yang optimal untuk nyeri post-operatif dan kronis sedang sampai berat tidak
dapat dicapai dengan menggunakan obat ini saja, ketika diberikan sebagai bagian dari
pendekatan yang 'seimbang', dalam kombinasi dengan anestesi lokal dan NSAID,
acetaminophen dapat menghasilkan penurunan yang signifikan persyaratan opioid.
Tinjauan sistematis dari literatur peer-review menegaskan bahwa penggunaan
kombinasi yang mengandung acetaminophen dan NSAIDs dapat meningkatkan efek
analgesik dari salah satu obat saja. Meskipun acetaminophen IV telah banyak
digunakan di Eropa selama bertahun-tahun, itu hanya disetujui oleh Food And Drug
Administration AS pada tahun 2010 dan penerimaannya telah diperlambat karena
biaya tinggi dibandingkan dengan acetaminophen oral dan rektal. IV acetaminophen
mencapai konsentrasi plasma puncak dalam ~15 menit dibandingkan dengan 45–50
menit dan 3-4 jam setelah pemberian oral dan rektal, masing-masing, menghasilkan
onset efek analgesik dalam ~5 menit (dengan durasi kerja hingga 4 jam ). Namun,
studi perbandingan baru-baru ini menunjukkan bahwa NSAID adalah analgesik yang
lebih efektif daripada asetaminofen IV untuk mengobati nyeri akut.
Kualitas hidup adalah salah satu masalah paling penting di stadium terminal
kanker. Nyeri kanker sering kali tidak teratasi dengan baik. Pengetahuan dan sumber
daya yang cukup juga tersedia untuk mengelola rasa sakit pada sekitar 90% dari
individu dengan nyeri kanker. Perawatan medis yang aman dan efektif untuk berbagai
jenis nyeri kronis juga telah tersedia. Namun studi terbaru menunjukkan bahwa
banyak jenis nyeri (misalnya, nyeri pasca operasi, nyeri kanker,) dan populasi pasien
(misalnya, pasien usia lanjut, anak-anak, minoritas,) yang masih belum ditangani
dengan baik. Nyeri yang kronis seperti pada cancer pain biasanya mempengaruhi
fungsi fisiologis berupa bertambahnya penderitaan dan menurunnya kualitas hidup
seseorang.
Pasien dengan kanker bersifat polisimtomatik. Nyeri neuropatik, seperti
banyak bentuk lain dari nyeri kronis, sering memiliki efek negatif pada kualitas hidup
penderita kanker, yang mengakibatkan gangguan signifikan kualitas hidup secara
global pada pasien. Nyeri adalah salah satu gejala yang paling merugikan pada pasien
yang melakukan perawatan rumah sakit. Sebuah studi berbasis populasi didapatkan,
75% pasien mengalami nyeri yang terjadi di semua tahap kanker, dan 70% dari pasien
11
ini mengalami nyeri sedang hingga berat (skala penilaian numerik [NRS]> 4).
Beberapa penelitian lain yang mencakup populasi kanker dari berbagai wilayah
geografis dan ras etnik juga melaporkan hasil yang sama, dan semua hasil
menunjukkan pentingnya intensitas dan durasi nyeri kanker pada pasien. Hal ini
umumnya dipahami bahwa ada hubungan timbal balik antara nyeri kanker. dan
kualitas hidup, seseorang dapat memperburuk yang lain, membentuk lingkaran setan
antara nyeri kanker dan kualitas hidup.
2.7 Cara Pemilihan Obat untuk Penatalaksanaan Nyeri Kanker
Penatalaksanaan nyeri kanker berdasarkan Guidelines dari National
Comprehensive Cancer Network (NCCN) tahun 2008 dengan cara menentukan
diagnosis terlebih dahulu untuk nyeri yang dirasakan oleh pasien. Cara melihat nyeri
kanker dengan melihat pengukuran intensitas nyeri, meminta pasien mendeskripsikan
nyeri. Jika tidak ada nyeri pasien tidak mendapat obat analgetika golongan opioid dan
apabila pada keadaan nyeri tidak terkontrol harus segera dilakukan evaluasi. Apabila
pasien mendapatkan analgetika opioid maka diberikan pada pasien yang mempunyai
skala nyeri 1-3 atau 4-10. Hal ini digunakan untuk mengatisipasi kejadian nyeri dan
kecemasannya. Berdasarkan gambar 4 pemilihan obat golongan opoid untuk
penatalaksanaan nyeri pada pasien kanker berdasarkan National Comprehensive
Cancer Network (NCCN) tahun 2008 adalah untuk nyeri kanker ringan (1-3)
diberikan NSAID atau paracetamol tanpa opioid. Untuk nyeri kanker sedang (4-6)
diberikan opioid aksi cepat dengan peningkatan dosis. Dan untuk nyeri kanker berat
(7-10) diberikan opioid aksi cepat dengan peningkatan dosis. Pada nyeri ringan,
sedang dan berat dilihat respon nyerinya hilang, berkurang atau bertambah pada
pemakaian opioid aksi cepat. Sehingga perlu dilakukan evaluasi kembali selama 24
jam pada pasien untuk melihat keberhasilan terapi. Pada tiap terapi nyeri juga
dibutuhkan dukungan psikososial, edukasi pasien dan keluarga, serta terapi non
farmakologi.
12
13
BAB III
KESIMPULAN
Nyeri kanker merupakan komplikasi kanker yang paling sering ditemui pada pasien
kanker. Frekuensinya sekitar 30-50% pada pasien yang sedang menjalani terapi dan
meningkat hingga 70-90% pada kanker tahap lanjut. Pentingnya pengelolaan nyeri sebagai
bagian dari perawatan rutin pada kanker telah ditekankan secara luas oleh WHO (World
Health Organization ), organisasi profesional internasional dan nasional, dan instansi
pemerintahan. Pengelolaan nyeri kanker tergantung pada penilaian yang komprehensif
dalam mengenali gejala untuk mengetahui fenomena dan patogenesis, menilai hubungan
antara nyeri dan penyakit, dan menjelaskan pengaruh nyeri dan kondisi penyerta lain
terhadap kualitas hidup pasien. Kualitas hidup adalah salah satu masalah paling penting di
stadium terminal kanker. Nyeri kanker sering kali tidak teratasi dengan baik. Pengetahuan
dan sumber daya yang cukup juga tersedia untuk mengelola rasa sakit pada sekitar 90%
dari individu dengan nyeri kanker.
14
Daftar Pustaka
1. Riyanto Henry. Nyeri Kanker. Buku Ajar Neurologi. Departemen Neurologi. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. RSCM. Jakarta. 2017.
2. Widyastuti, Tomé-Pires C, Miró J, Subiyanto P, Sitorus R, Sabri L, et al. Data dan
Informasi Kesehatan Situasi Penyakit Kanker. J Keperawatan Indones.
2012;7(1):432–57.
3. Sylvia A. Prince LMW. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit. 6th ed.
Jakarta: EGC; 2015.
4. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. 22nd ed. Jakarta: EGC; 2013. p.147.
5. Ramadhani A, Jatmiko H. Perubahan Hemodinamik pada pasien post operative yang
diberi paracetamol untuk menghilangkan nyeri. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro. 2014
6. Hertanti NS, Setiyarini S, Kristanti MS, Haryani. Pengaruh Self-Selected Individual
Music Therapy (SeLIMuT) terhadap Tingkat Nyeri Pasien Kanker Paliatif di RSUP
Dr. Sardjito, Yogyakarta. Indonesia Journal of Cancer. 2015;9(2):159–65. Available
from:http//www.indonesianjournalofcancer.or.idejournalindex.phpijocarticleview381.
15