Anda di halaman 1dari 2

Nama : Anindhitya Andriani

NPM : 1906329713

KEGESITAN DALAM KEPEMIMPINAN:

JATUH BANGUN PERJALANAN STARBUCKS

Dalam usaha untuk bertahan dalam persaingan bisnis global, perusahaan diharuskan
untuk memiliki keunggulan kompetitif dan kemampuan untuk mempertahankan keunggulan
kompetitif tersebut. Pada pembahasan sebelumnya terkait era keunggulan sementara
menunjukkan bahwa setiap perusahaan dapat mengalami kegagalan jika tidak waspada dan
menolak untuk terbuka pada perubahan. Namun hal yang perlu diperhatikan adalah perusahaan
harus menerima perubahan dengan tetap memegang nilai-nilai (Core Value) yang mendasari
berdirinya perusahaan tersebut. Hal ini dinilai penting agar membantu perusahaan untuk tetap
terarah dalam mencapai visi dan misinya, serta dalam implementasi AFI perusahaan.

Menurut Rothaermel (2019), manajemen proses strategi terdiri dari formulasi strategi
dan implementasinya. Baik formulasi dan implementasi strategi, keduanya menekankan
bagaimana eksekusi strategi menentukan kesuksesan perusahaan dalam menemukan
keunggulan kompetitifnya. Penerapan kombinasi kedua aspek strategi ini membagi perusahaan
menjadi 3 (tiga) tingkat, yaitu tingkat korporat, tingkat bisnis, dan tingkat fungsional. Pada
tingkat teratas, yaitu tingkat korporat, manajemen tingkat atas menentukan di pasar atau
industri mana perusahaan akan bersaing. Pada satu tingkat di bawahnya, yaitu tingkat bisnis,
merupakan titngkat manajemen yang menentukan strategi apa yang dapat dilakukan oleh
perusahaan untuk bersaing. Sementara itu pada tingkat paling rendah, yaitu tingkat fungsional,
merupakan tingkat dimana implementasi strategi terjadi. Untuk menjalankan strategi proses
dengan efektif, perusahaan membutuhkan kepemimpinan yang gesit seperti yang telah
dilakukan oleh Howard Schultz, CEO Starbucks.

Starbucks mengalami kesuksesan berkat keunikannya yang memberikan pengalaman


konsumen yang berbeda dibandingkan kompetitornya. Namun setelah Schultz pensiun dan
seiring dengan perkembangan persaingan yang terjadi di sekitar lingkungan bisnisnya,
Starbucks mengikuti perubahan selera konsumen dan meningkatkan target jangka panjangnya
dengan melakukan ekspansi besar-besaran. Namun hal tersebut justru membawa Starbucks
menuju masa suram. Starbucks mengalami perubahan hingga ke nilai-nilai dasarnya dan

1
Nama : Anindhitya Andriani
NPM : 1906329713
meninggalkan keunikannya untuk mengikuti perubahan lingkungan bisnisnya. Pada kasus
Starbucks, kesalahan terletak pada kesalahan manajemen proses strategi yang diterapkan.

Keunikan Starbucks dan kesuksesannya. Pada masa kepemimpinan Schultz,


Starbucks mampu mengimplementasikan strategi proses yang didasarkan pada analisis dampak
pemangku kepentingan (Stakeholder Impact Analysis). Starbucks mampu menawarkan
keunikan dari aspek pengalaman konsumen untuk meraih pangsa pasarnya. Starbucks mampu
menyadari hal yang dicari dan dibutuhkan oleh konsumen sehingga Starbucks menjadi brand
yang memiliki nilai tersendiri bagi konsumen.

Kesalahan yang membawa Starbucks ke masa suram dengan hilangnya


keunikannya pada pertengahan tahun 2000-an. Kesalahan Starbucks adalah melewatkan
analisis dampak pemangku kepentingan (Stakeholder Impact Analysis) dalam menerapkan
perubahan pada tingkat fungsionalnya. Sementara itu, menurut Rothaermel (2019) analisis
dampak pemangku kepentingan dinilai sangat penting dimana analisis ini dapat berguna
sebagai alat pengambil keputusan agar perusahaan mampu untuk menemukan dan
memprioritaskan kebutuhan dari setiap pemangku kepentingan yang dalam kasus Starbucks.
Starbucks terlalu terfokus pada perubahan lingkungan bisnisnya dan kompetitornya dan
melupakan kebutuhan pemangku kepentingan yang paling utamanya, yaitu konsumen.
Starbucks melupakan keunikan yang dicari oleh konsumen.

Kesuksesan strategi yang dilakukan oleh Howard Schultz sebagai pemimpin strategis
untuk menciptakan kembali keunikan Starbucks setelah kembalinya Schultz pada tahun
2008. Berdasarkan artikel “Leadership Agility” yang ditulis oleh Horney (2010), kegesitan
kepemimpinan dapat ditingkatkan melalui pemahaman apa saja yang dibutuhkan oleh seorang
pemimpin untuk bertahan di lingkungan VUCA (Volatility, Uncertainty, Compexity, dan
Ambiguity) agar perusahaan yang dipimpinnya dapat siap dalam menghadapi perubahan yang
akan terjadi. Szhultz sebagai seorang pemimpin strategis mampu memanfaatkan setiap sarana
dan celah kesempatan dalam kesempitan yang dialami oleh Starbucks. Berdasarkan penerapan
karakteristik kegesitan dalam kepemimpinan yang dilakukan oleh Schultz dapat dianggap
sudah berada di tingkat eksekutif, yaitu dimana seorang pemimpin mampu membangun
kembali keunggulan kompetitif Starbucks dengan menerapkan kembali nilai dasar Starbucks
dan membawa kembali Starbucks ke masa jayanya.

Anda mungkin juga menyukai