Oleh:
Pranajaya SIP.,M.Hum
pranajaya@yarsi.ac.id
prana44uu2@gmail.com
082138602782
I. PENDAHULUAN
Perencanaan gedung yang baik akan menghasilkan tempat kerja yang efisien, nyaman dan
menyenangkan bagi staf perpustakaan maupun bagi pengunjung (Sulistyo-Basuki,1991). Oleh
karena itu dalam meerencanakan gdung yang baik diperlukan pemahaman tentang keperluan
pemakai serta obyek dan fungsi perpustakaan. Harus dapat dihindari terjadinya kekeliruan dalam
perencanaan sehingga tidak akan terjadi kerugian yang sangat besar. Apalagi jika dana yang
tersedia untuk membangun perpustakaan tidak besar atau terbatas. Jika dicermati tidak semua
pengunjung perpustakaan datang ke perpustakaan hanya untuk mencari informasi . Adakalanya
mereka datang ke perpustakaan karena perpustakaan merupakan tempat yang nyaman (Martina
dan Farida 2011, hlm.9.34). Dari pernyataan tersebut di atas dapat dilihat bahwa salah satu
faktor yang membuat pengunjung terdorong untuk berkunjung ke perpustakaan adalah
tersedianya tempat yang representatif. Oleh karena itu tidaklah salah kalau kita hendak
membangun perpustakaan maka faktor bangunan atau gedungnya harus direncanakan
sedemikian rupa. Apalagi ternyata perpustakaan juga dapat mempengaruhi lingkungan dan
memberikan kontribusi terhadap para pengunjungnya. The design will set the tone for the
environment and the ethos of the facility and will contribute to the total library experience of all
users and staff (Khan 3009,p.xiii). Menurut Latimer dan Niegaard dalam Khan (2009), entah
mengapa pengelola perpustakaan, perencana, dan arsitek tampaknya terpaku pada perpustakaan
yang didominasi buku klasik dan memiliki masalah besar mendefinisikan ulang perpustakaan
untuk zaman elektronik. Perpustakaan di abad modern seperti sekarang ini sudah barang tentu
berbeda dengan perpustakaan pada masa lalu. Di abad ke 21 perpustakaan sudah terlihat
memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang menghasilkan pelayanan yang
lebih canggih lagi. Perpustakaan masa kini adalah perpustakaan yang tidak lagi berbasis
informasi dalam bentuk cetak dan buku.
Dewasa ini perpustakaan sudah berubah dan melakukan ekspansi serta meningkatkan
layanan berikut fasilitasnya dalam rangka meraih pengguna lebih banyak lagi daripada
sebelumnya. However, libraries of the 21th century are no longer simply repositories for print-
based materials and books. They have changed and expanded, libraries now provide an
increasing range of sevices and facilities, using a multitude of media to reach a more diverse
audience than ever before (Khan 2009, p.xii). Dapat dikatakan bahwa perencanaan sebuah
gedung perpustakaan merupakan hal yang kompleks dan penuh tantangan. Saat ini walaupun
kata perpustakaan masih merupakan sebuah merek (brand image) yang sangat kuat, akan tetapi
banyak lembaga informasi yang menggunakan berbagai istilah baru untuk sebutan perpustakaan.
Misalnya ada yang menyebutkan perpustakaan dengan nama-nama sebagai berikut
Tabel 1 : Istilah-istilah lain dari perpustakaan
No Nama
1 Learning Resource Center ( Pusat Sumber Belajar)
2 Information Centre (Pusat Informasi)
3 Learning Mall (Mal Belajar)
4 Knowledge Centre/Place (Pusat/Tempat Ilmu Pengetahuan)
5 Multimedia Centre (Pusat Multimedia)
6 Idea Store (Toko/Pusat ide/gagasan)
7 Book Bar (Bar Buku)
8 Cultural Centre (Pusat Kebudayaan) (Khan 2009, p.xiv)
Namun keseluruhan sebutan atau nama tersebut di atas pada pokoknya adalah menunjuk ke
istilah perpustakaan.
Perpustakaan di zaman sekarang mau tidak mau, suka tidak suka harus mampu mengikuti
perkembangan jika ingin tetap bertahan atau hidup. Setidaknya perpustakaan di masa kini harus
mampu menghadapi tantangan perkembangan di bidang teknologi infomasi dan komunikasi
TIK). Seperti diketahui bahwa bahwa ada beberapa jenis perpustakaan. Mengutip Khan (2009,
p.3) dikatakan bahwa perpustakaan terdiri dari beberapa jenis seperti di berikut :
Tabel: 2. Typed of Library and their key feature (adapted from Edwards with Khan, 2008)
No Main Types of Key Feature
Library
2 Public library Collections - books and other media – primarily for loan, but
also reference
Computer for public use (people’s network)
Family history material
Local an community information
Often integrated with other ‘cultural’ buildings
Wide range of customer base
Demikian beberapa jenis perpustakaan disertai dengan ciri-ciri utama yang dimiliki oleh masing-
masing jenis perpustakaan. Selanjutnya perencana pembangunan gedung perpustakaan harus bisa
mengakomodasikan semua ciri tersebut ke dalam bangunan gedung perpustakaan yang akan
didirikan. Jadi jelaslah bahwa peran gedung perpustakaan termasuk penataan ruangan-
ruangannya adalah sangat penting. Di dalam merencanakan gedung perpustakaan hal seperti
diuraikan di muka perlu untuk diperhatikan. Walau bagaimanapun fisik sebuah perpustakaan
adalah sangat dibutuhkan oleh penggunanya. The physical ‘presence’ of a library has great
importance for its users (Chowdhury et.al. 2008, p.35).
Menurut Khan (2009, p.6), perencanaan sebuah gedung perpustakaan akan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu :
Adanya perubahan dari analog atau manual kepada digital atau elektronik seperti disebut pada
faktor no dua di atas mengharuskan kita memikirkan berbagai perubahan dalam hal perencanaan
gedung perpustakaan. However, the shift from a purely print-based library collection to one of
mixed media, particularly those delivered electronically has profound implications for library
design (Khan 2009, p.6-7). Seperti telah dijelaskan di muka, sebagai akibat dari perkembangan
zaman, yaitu terjadinya perubahan dalam hal manajemen perpustakaan, dari semula didominasi
dengan materi-materi cetak kepada materi digital atau elektronik, maka dengan sendirinya
pengaruh perubahan tersebut juga terasa dalam berbagai aspek dari proses perencanaan gedung
perpustakaan. Khan (2009, 0.7) mengatakan bahwa seorang perencana perpustakaan (library
planner) perlu mempertimbangkan berbagai faktor ketika ingin merancang perpustakaan.
Adapun faktor-faktor tersebut adalah :
Role of reading and relaxation areas in an ICT library (Peran area membaca dan
relaksasi dalam perpustakaan TIK)
The function of silence in a library dedicated to team based learning (Fungsi keheningan
di perpustakaan yang didedikasikan untuk pembelajaran berbasis tim)
The balance of provision between social space and study space (Keseimbangan
ketersediaan antara ruang sosial dan ruang belajar)
The concept of separate rooms as opposed to a large open space for digital interaction
(Konsep ruang terpisah sebagai lawan dari ruang terbuka besar untuk interaksi digital)
Selain itu sejak terjadinya perubahan dalam hal penyampaian informasi menjadi lebih
modern, maka beberapa aspek perpustakaan yang tradisional; juga akan terpengaruh. Berikut
adalah beberapa aspek yang dimaksud menurut Khan (2009, p.7)
Aspecs of Library
No Traditional Modern
1 Hierarchical design and circulation Open-plan design and circulation (Desain
(Desain dan sirkulasi hierarkis) dan sirkulasi rencana terbuka
2 Imposing steps and entrance (Memaksakan Street-level retail entrance (Pintu masuk ritel
langkah dan pintu masuk tingkat jalanan)
3 Domes and rotunda (Kubah dan Rotunda) Atriums and top-floor cafes (Atrium dan kafe
lantai atas)
4 Restricted access to books Open access to books and othe material
5 Temple of knowledge The ‘living room’ in the city
6 Intitutional furniture Domestic or club furniture
7 Stand-alone building Shared space with other services
8 Librarians as knowledge custodians Librarian as knowledge navigators
9 Child free Child friendly
10 Galleries amd mezzanines Escalators and lifts
11 Individual study carrels Seminar rooms and computer suites
Perbedaan lain antara rancangan tata ruang (layout) perpustakaan tradisional dengan perpustakaan
modern adalah aspek pencahayaan alam (natural light) dan pandangan (view). Khan (2009, p.8)
menggambarkan hal tersebut di atas dengan membuat diagram sebagai berikut :
Gambar 1 :
Perubahan Tata Ruang perpustakaan dari tradisional ke modern
Knowledge
Knowledge
Dalam merencanakan gedung perpustakaan yang baru perlu dipertimbangkan beberapa
aspek untuk disertakan :
Disebut gedung perpustakaan karena merupakan bangunan besar dan permanen, terpisah
dari gedung lain dan memang diperuntukkan untuk seluruh kegiatan sebuah perpustakaan. Jika
relatif kecil dan hanya menempati sebagian gedung atau hanya sebuah bangunan (penggunaan
ruang kelas), maka disebut ruang perpustakaan. Beberapa orang terlibat dalam proyek
pembangunan gedung perpustakaan yang baru. Menurut Khan (2009,p43) orang-orang tersebut
antara laian:
1. Arsitek
2. Tim desain (anggota-anggota inti dalam tim ini selain arsitek bekerja secara individual
maka arsitek juga masuk dalam tim inti bersama dengan engineers, juga konsultan
keuangan)
3. Pustakawan, orang ini beraksi sebagai klien. Seyogyanya orang ini ada dalam penunjukan
personalia karena pustakawan kaya pengalaman dan mampu menterjemahkan
pengalamannya mengenai kebutuhan perpustakaan dalam bentuk instruksi tertulis.
Instruksi tertulis ini penting artinya bagi perencanaan dan desain gedung (Sulistyo-Basuki,
1991, hlm. 303)
4 Sponsor proyek, adalah sponsor yang dianggap benar-benar bisa mewakili pustakawan,
misal direktur layanan kebudayaan atau wakil rektor universitas. Seberapapun besarnya
proyek gedung perpustakaan ini maka orang tersebut haruslah merupakan
komunikator yang baik
cerdas
pengambil keputusan yang berpikiran tajam
memiliki motivasi tinggi
5. Manajer proyek
6. Konsultan keuangan atau pembiayaan
7. Konsultan-konsultan khusus lainnya
8. Manajer fasilitas seperti keamanan, kebersihan pengiriman dan berbagai kegiatan lainnya
yang mendukung penggunaan gedung
9. Administrator, orang yang menjamin lancar dan mulusnya administrasi proyek.
10. Staf perencana atau surveyor
11. Staf keuangan, staf ini berurusan dengan masalah-masalah pembayaran (payments) Yang
berhubungan dengan proyek gedung perpustakaan.
12. Staf Legal, dalam hubungan ini kegiatan yang ada adlah tentang kontrak dan melakukan
pendekatan-pendekatan dengan kementerian yang terkait.
2. Perabot Perpustakaan
Yang satu ini merupakan sarana pendukung atau perlengkapan perpustakaan antara lain:
d) Papan pameran
e) Rak Majalah
i) Lemari Arsip
3. Peralatan Perpustakaan
Merupakan barang-barang yang diperlukan secara langsung untuk pekerjaan sehari-hari antara
lain:
4. Ruang Sirkulasi dengan rincian 15 %-20 % untuk area umum atau public, dan 20 %-25 %
untuk area staf atau pegawai (Khan, 2009, p.16)
5. Untuk Perpustakaan yang besar keberadaan café merupakan fasilitas yang diinginkan.
6. Space yang tersedia hendaknya memungkinkan untuk layanan-layanan mekanis seperti untuk
elevator (tangga jalan), ventilasi, perawatan, tempat penyimpanan untuk peralatan kebersihan
(IFLA dalam Khan, 2009, p.16)
Sementara itu dari hasil penelitian Edwards dan Fisher dalam Khan (2009, p.16) ditawarkan
beberapa konsep terkait perencanaan gedung sebagai berikut:
1. Perpustakaan merupakan bangunan atau gedung yang merekatkan komunitas dari berbagai
jenis, misal masyarakat kota, desa, akademik maupun professional.
2. Perpustakaan merupakan tempat pertemuan oleh karenanya harus dapat didesain lebih
welcome dan mengakomodasi non pengguna (non readers)
6. Sebagai lembaga, perpustakaan merupakan elemen yang esensial dalam hubungannya dengan
pengayaan intelektual, merupakan mitra termasuk museum dan galeri. Ketiganya adalah pada
mana terjadi tranformasi budaya
Beberapa kriteria yang harus dipenuhi agar pemanfaatan lokasi bisa semaksimal mungkin maka
beberapa hal perlu diperhatikan, antara lain:
1. Ruang Koleksi, satu rak lima susun dengan lebar 100 cm bisa menampung 115-116 buku, dan
jarak antara rak 100-110 cm
2. Ruang Baca, ruang ini idealnya terpisah dengan ruang koleksi dengan luas yang cukup.
3. Ruang Pengolahan, umumnya setiap petugas yang berada di ruangan ini memerlukan 2,5 m2.
4. Ruang Sirkulasi, digunakan untuk melayanani pinjam kembali koleksi, minimum terdapat
meja sirkulasi dan perlengkapannya
PEMBAGIAN RUANGAN MENURUT FUNGSI
AREA KOLEKSI
AREA PENGGUNA
- area peminjaman
- area katalog
- area fotokopi
- area pameran
AREA STAF/PEGAWAI
- area makan
BENTUK RUANG
Disarankan bentuk ruang adalah bentuk bujursangkar, bentuk ini fleksibel dan mudah dalam
pengaturan perabot dan rak buku.
Sarana dan prasarana non fisik, misal kenyamanan ruangan, tata ruang, suhu ruangan,
ventilasi udara, pencahayaan (Krisma, 2014)
Dalam hubungannya dengan akreditasi bagi perpustakaan perguruan tinggi sarana dan prasarana
di perpustakaan merupakan salah satu komponen yang dinilai (Lihat gambar 1)
Gambar 1 :
Komponen yang dinilai versi Perpustakaan Nasional
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana merupakan komponen yang dinilai
ketika akreditasi untuk perpustakaan perguruan tinggi. Lebih lanjut dijelaskan oleh Sulistyo-
Basuki (2013) bahwa versi Perpusnas sangat lengkap, mencakup antara lain:
rak buku
rak jurnal/kliping
multimedua
buku referens
locker
filing cabinet
papan pengumuman
meja sirkulasi
kursi baca
kursi tamu
Scanner (pemindai)
perangkat multimedia
Televisi
AC (≥ 2 buah).
Sementara itu Versi BAN-PT tidak menyebutkan keberadaan sarana dan prasarana; mungkin
diasumsikan bahwa setiap perpustakaan PT pasti sudah memiliki semuanya sehingga tidak perlu
dirinci.
Gambar 2 :
Peralatan dan Perlengkapan yang Dibutuhkan di masing-masing Ruangan
Perpustakaan dapat disediakan di tingkat universitas, fakultas, dan program studi, sepanjang
memenuhi standar sesuai dengan jumlah sivitas akademika yang
menggunakannya.
c. Rasio luas ruang perpustakaan adalah 0,2 m2 per mahasiswa satuan pendidikan tersebut,
dengan luas total minimum 200 m2 dan lebar minimum 8 m.
d. Ruang perpustakaan terletak di tempat yang strategis dalam kampus sehingga mudah dicapai
dan memperhatikan pemakai berkebutuhan khusus.
Gambar 3 :
Jenis, Rasio, dan deskripsi Sarana Ruang Perpustakaan
Ruang Perpustakaan
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2007
tentang Standar Sarana dan Prasarana untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI),
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), dan Sekolah Menengah
Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA).
a. Ruang perpustakaan berfungsi sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh
informasi dari berbagai jenis bahan pustaka dengan membaca,mengamati, mendengar, dan
sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan.
b. Luas minimum ruang perpustakaan sama dengan luas satu ruang kelas. Lebar minimum ruang
perpustakaan 5 m.
c. Ruang perpustakaan dilengkapi jendela untuk memberi pencahayaan yang memadai untuk
membaca buku.
Tabel 2.6
Jenis, Rasio, dan Deskripsi Sarana Ruang Perpustakaan No Jenis Rasio Deskripsi
RANCANGAN STANDAR NASIONAL TENTANG SARANA DAN PRASARANA
PERPUSTAKAAN DALAM SEBUAH DISKUSI YANG DISPONSORI ANTARA LAIN
OLEH ISIIPI
Dalam sebuah diskusi yang berlangsung pada tanggal 16-18 Nopember di Bandung yang
membahas tentang standar nasional perpustakaan, bab tentang sarana prasana ada dalam Bab 3
yang redaksinya sebagai berikut:
Pasal 12
DAFTAR PUSTAKA
Akreditasi Perpustakaan Perguruan Tinggi. https://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/10/27/akreditasi-
perpustakaan-perguruan-tinggi/ diakses 6 April 2018.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2011. Rancangan Standar Sarana dan Prasarana
Pendidikan Tinggi Program Pascasarjana dan Profesi.BSN, Jakarta.
Building a 21 str Century Library : Libraries in the Digital Age. 2008.
diakses 28 January 2013. http://mynewlibrary.org/building-a-21-century-library
Khan, Ayub, 2009. Better by Design: An Introduction to Planning and Designing a New
Library Building. Facet Publishing, London.
Malaque III, Isidoro R., 2008. Reconfiguring the Library Landscape : strategies in Defining
Library Architecture, Philippine Women University, Davao City.
Martini, Nina Ariyani & Farida, Ida 2011, Psikologi Perpustakaan, Universitas Terbuka,
Jakarta.
Mutia, Fitri. 2012. Sarana dan Prasarana Ruang Perpustakaan sebagai Asfek Kekuatan dalam
Mengembangkan Perpustakaan. http://fitri-m-a-fisip.web.unair.ac.id/artikel_detail-70031-
Artikel-Sarana diakses 6 April 201