Anda di halaman 1dari 15

BAB 4

IKLIM SEBAGAI FAKTOR MODIFIKASI

Ukuran iklim tidak bisa menentukan tingkat dan keragaman bentuk rumah, tapi iklim
adalah aspek penting yang mendorong pembentukan rumah itu sendiri, dan
mempunyai pengaruh pada bentuk yang ingin diciptakan. Ini juga bisa dipengaruhi
oleh lemahnya teknologi dan sistem kontrol lingkungan yang terbatas, dimana orang
tidak dapat mendominasi alam tapi harus beradaptasi.
Pengaruh faktor iklim tergantung pada tekanan dan kekuatannya, dimana
tingkatannya bisa tidak terukur. Oleh karena itu, perlu digunakan skala iklim. Konsep
ini akan dijelaskan lebih lanjut, dengan perbandingan kondisi bahwa penduduk Laut
Selatan mempunyai beberapa pilihan yang lebih banyak daripada Eskimo meskipun
mereka juga mempunyai beberapa pilihan.
Aspek penting yang perlu diteliti adalah perkembangan keahlian yang dimiliki
oleh masyarakat primitif dan petani dalam menghadapi masalah iklim, dan
kemampuan mereka untuk menggunakan sumberdaya minimum guna menghasilkan
kenyamanan maksimum. (solusi anti-iklim tidak digunakan disini). Orang harus
mempunyai pengetahuan dan diskriminasi dalam memilih tempat dan bahan yang
disesuaikan dengan iklim mikro lokal, dan dalam lingkup keluarga petani, dapat
mengadaptasi model tradisional dalam kondisi seperti ini. Kebutuhan tradisional
untuk tempat dan bentuk yang kadangkala mempunyai rasionalisasi iklim sering
bersifat rigid atau kaku, dan tidak melibatkan langkah penyesuaian model pada
kebutuhan lokal spesifik, meskipun dalam lingkup keluarga petani.
E.B.White menyatakan :
Saya pesimis dengan ras manusia karena terlalu pintar untuk kepentingannya
sendiri. Cara kita terhadap alam adalah dengan mengacaukannya menjadi bagian
kecil. Kita bisa bertahan dengan lebih baik jika kita mendukung segala akomodasi
kita di planet ini dan memandangnya secara apresiatif, skeptif dan ditaktorial.
Selain menekankan pada aktivitas manusia terhadap kepentingan dan
sumberdaya hidup lainnya, ini juga memperhatikan kepentingan iklim dengan
penggunaan bangunan. Dalam hal ini, bangunan dikatakan sebagai sarana kontrol
thermal – dengan memperhatikan bahaya yang mengisolasi variabel tunggal.
Sebuah pandangan bahwa tidak ada area di US yang tidak membutuhkan AC
menunjukkan bahwa kita cenderung mengacuhkan iklim. Solusi modern terhadap
masalah iklim sering tidak berjalan semestinya, dan rumah kita sering dipenuhi
dengan berbagai sarana mekanis yang kadangkala melebihi biaya pembuatan
bangunan itu sendiri. Kenyamanan yang tercipta dari sarana ini masih bersifat
problematik, dan bisa menghasilkan bahaya tersembunyi khususnya pada lingkungan
yang seragam dan sangat terkontrol, dimana orang tidak bisa begitu saja mengontrol
lingkungan. Kinerja thermal yang tidak bagus pada banyak bangunan tanpa
memperhatikan sarana mekanis yang digunakan menunjukkan bahwa kita tidak dapat
mengacuhkan lingkungan fisik, dan bahwa kita sering meremehkan pengaruhnya
terhadap kota dan bangunan.

1
Masyarakat primitif dan pra industri tidak bisa dikatakan memiliki sikap
seperti ini, karena masih kurangnya teknologi yang bisa membuat mereka mampu
mengacuhkan iklim dalam desainnya. Dalam sikapnya terhadap alam, masih
diragukan bahwa mereka menggunakan sarana tersebut jika mereka bisa
menyesuaikan diri dengan lingkungan. Karena itu, kalangan primitif, atau dalam
tingkatan yang di bawah petani, sering dihadapkan dengan tugas membuat tempat
tinggal untuk berbagai tingkatan kondisi iklim. Untuk kenyamanan kehidupannya
(untuk bertahan), mereka harus menciptakan, dengan bahan dan teknologi yang
sangat terbatas, bangunan yang bisa merespon segala bentuk iklim. Ini masih bisa
diragukan bahwa, jika kita mempertimbangkan pengaruh lingkungan dan kelayakan
sumberdaya, masalah yang dihadapi orang Eskimo adalah berbeda dengan yang
dihadapi pihak yang terlibat dalam desain ruang kapsul. Meski begitu, perbedaannya
sangat kecil daripada yang dibayangkan orang.
Pembangun dan tenaga ahli telah berupaya memecahkan masalah ini dengan
melakukan kolaborasi dengan alam. Karena banyaknya masalah yang muncul ketika
muncul tekanan alam yang keras – pertimbangan yang tidak digunakan oleh arsitek
yang mendesain untuk orang lain – maka bangunan didesain sebagai tempat tinggal
alami untuk melindungi dan membantu cara hidup, apapun caranya. Louis Kahn
setelah datang dari Afrika menyatakan :
Saya melihat banyak gubuk yang didirikan suku asli. Bentuknya sama, dan semua
bisa ditinggali. Tidak ada arsitek. Saya berpikir bahwa begitu pintarnya orang
memecahkan masalah matahari, hujan, dan angin.
Orang primitif sering membangun lebih bijaksana daripada kita, dan
mengikuti prinsip desain yang kita acuhkan dan malah membebani biaya yang besar.
Kita tidak perlu bersikap romantis terhadap bangunan. Dengan banyaknya standar
ukuran, kenyamanan, keamanan, dan permanen, bentuk aktual dari bangunan malah
semakin tidak sesuai, dan bisa menghasilkan bangunan yang tidak sehat dan tidak
higienis. Prinsipnya, dan dalam beberapa kasus tertentu, ada pada nilainya, seperti
sebagai upaya memecahkan masalah iklim, dan itu harus menjadi konsekuensi bentuk
yang penting.

Skala Iklim
Orang akan menghadapi masalah desain dengan iklim ketika dia meninggalkan area
dimana tidak ada tempat yang cocok untuk ditinggali atau berlindung dari iklim, dan
meninggalkan tempat tinggal seperti gua di area yang kurang begitu nyaman. Dalam
hal ini, rumah adalah sebuah kontainer yang tujuan utamanya adalah untuk ditinggali
dan melindungi penghuninya dan isinya dari hewan dan musuh manusia dan tekanan
alam yang dikenal sebagai cuaca. Ini adalah sarana yang membebaskan manusia
untuk melakukan aktivitas lain, yaitu dengan menciptakan lingkungan yang sesuai,
melindungi mereka dari pengaruh sekitar yang tidak diinginkan.
Kebutuhan akan tempat tinggal beragam menurut kekuatan tekanan yang
perlu dikendalikan, dan skala iklim adalah konsep untuk menentukan kebutuhan
pengendalian tersebut. Skala ini, jika digambarkan, adalah bertingkat dari kebutuhan

2
tanpa tempat tinggal sama sekali, atau pada lahan klimatik sendiri, sampai area
dengan kebutuhan maksimum akan tempat tinggal. Solusi dari masing-masing
tingkatan akan menghasilkan jumlah perlindungan maksimum terkait dengan
sumberdaya teknologi dan kebutuhan definisi sosial. Semakin kuat tekanan iklim,
semakin terbatas dan mutlak bentuk tempat tinggal, dan kurangnya variasi dari
bentuk yang dinamakan sebagai “fungsionalisme iklim murni”. Karena itu, pilihan
bentuk sangat sedikit. Meski begitu, kritisme tetap tidak membatasi pilihan.
Meskipun musim dingin di area pegunungan berarti mengharuskan orang dan hewan
menghabiskan waktunya di dalam ruangan, bentuk tempat tinggal yang spesifik
dibentuk dengan beberapa pilihan tertentu.
Diharapkan nantinya bisa ditemukan solusi yang berpengaruh kuat pada area
dimana terdapat iklim paling keras dan lingkungan fisik yang paling sulit. Contoh
paling umum dari ini adalah Arctic (daerah lingkar kutub), khususnya Igloo raksasa di
lingkar kutub Amerika Utara, gurun pasir, khususnya rumah batu dan lumpur pada
area gurun di Dunia Lama dan Baru, dan area tropika basah, dengan solusi klasik
lantai bertingkat, atap lebar, dan tanpa dinding. Ini perlu dipahami, tapi tetap dalam
konteks yang lebih luas. Sejumlah contoh diperlukan untuk memperlihatkan sifat
deliberatif solusi, kesiapan terhadap kebutuhan dan respon, dan keberadaan solusi
anti iklim.
Pembangun dengan kondisi yang sulit menggunakan pengetahuan bentuk,
material, dan iklim mikro area. Mereka mengetahui resapan, refleksi, dan
karakteristik lain dari material lokal guna menghasilkan kenyamanan maksimum dan
resistansi terhadap hujan dan salju. Pengetahuan akurat dari pembangun tentang iklim
mikro diperlihatkan dengan pertimbangan bahwa mereka mempelajari kondisi untuk
orientasi yang terbaik, meskipun kita sering melihat beberapa contoh bangunan yang
ditentukan dengan pertimbangan kosmologis daripada iklim. Untuk itu, mereka harus
mempelajari tempat dalam semua bentuk kondisi cuaca dan pada waktu setiap
harinya, mempertimbangkan pola angin lokal, lokasi lembab atau kabut, letak panas
dan teduh dan hubungannya dengan musim, pergerakan udara panas dan dingin, dan
selanjutnya membangun rumah menyesuaikan itu. Dalam deskripsi Karen Blixen,
orang Afrika membangun rumahnya disesuaikan dengan angin, matahari, dan
keteduhan selain bentuk topographinya. Dalam hal ini, tiap rumah berada dalam
bentuk dan tipe yang sama, sedangkan pada petani Eropa, meskipun tiap rumah pada
dasarnya sama, ada variasi dalam modelnya.
Pembangun bekerja dalam ekonomi yang sulit, sumberdaya material, energi,
dan teknologi yang sangat terbatas, dan marjin kesalahan dan sampah yang kecil, tapi
hasilnya memperlihatkan level kinerja yang tinggi meskipun dinilai berdasarkan
teknologi modern. Ini juga berlaku bagi pemukim awal dalam negara baru yang
bekerja dalam kondisi yang sama. Meskipun para imigran sering membawa bentuk
pemukiman yang menghadapi ketidaksesuaian iklim, adaptasi terhadap iklim baru
akhirnya pun dapat dilakukan. Salahsatu contoh adalah penambahan lebar atap dan
pembentukan beranda. Ini terjadi di Quebec, dimana lebar atap yang kecil secara
bertahap ditambah dan menjadi beranda dan penahan salju, dan tempat duduk juga

3
berubah. Di Lousiana, beranda yang sama juga dibentuk dan jendela diperbesar,
sedangkan di Australia, perubahan juga kurang lebih sama (gambar 4.1). Beranda
menyediakan tempat untuk duduk dan tidur di antara bagian luar dan bagian dalam
(meski ketika hujan), meneduhi dinding dan jendela, dan memberikan kemungkinan
penerusan ventilasi rumah selama hujan deras.
Rumah pemukim awal di Australia, Amerika Serikat, atau Mexico, adalah
solusi yang terbukti sukses, lebih mendekati kepada perilaku pembangun primitif
daripada kalangan sekarang ini, dan bangunan terbukti lebih sukses, terkait dengan
musim, daripada bangunan yang baru di area yang sama. Untuk memahami ini, hanya
perlu membandingkan rumah awal New England yang kecil dan berorientasi
sempurna, dengan lapisan jalan menuju gudang dan toko, bentuk Amerika Selatan
yang sejuk dan dipenuhi tanaman, dan bentuk Australia yang kurang lebih sama, dan
rumah dan haciendas Mexico dan perumahan Amerika Serikat Barat Daya yang
berdinding tebal dan patio terpusat, dengan sejumlah rumah yang dibangun
disekitarnya pada masa sekarang.
Semua solusi primitif dan vernakular memperlihatkan keragaman desain
terkait dengan kondisi yang mempengaruhi sekelompok orang yang hidup di satu
area, begitu juga dengan interpretasi buadya dan simbolik kondisi tersebut dan
definisi kenyamanan. Rumah bukanlah solusi individu, tapi solusi kelompok terhadap
sebuah budaya dan responnya terhadap karakteristik wilayah – iklim umum dan iklim
mikro, bahan, dan topographi. Interaksi semua faktor tersebut akan mempermudah
penjelasan solusi yang sejauh ribuan mil dan tahun, dan perbedaan antara solusi
dalam kondisi dan area yang sama.

Solusi Non Material


Selain solusi iklim yang bisa dianalisa pada orientasi, struktur, bentuk tatanan, dan
bahan, ada sejumlah cara lain. Salahsatunya, yang masih melibatkan penggunaan
bahan, dapat dipandang dari kondisi perubahan tempat tinggal pada waktu yang
berbeda selama tahun iklim, yang berlawanan dengan perubahan karakter non iklim,
atau anti iklim. Dalam kasus tertentu, keputusan untuk menggunakan metode
alternatif pemecahan masalah ini dipicu oleh kepentingan sosial, meskipun,
contohnya, pada orang Eskimo, perubahan tipe tempat tinggal dipengaruhi oleh
kelayakan bahan selama musim berbeda dan perubahan iklim.
Pada orang Indian Paiute, tempat tinggal musim dingin berupa struktur
konikal dengan lubang perapian dan asap di bagian tengah, menggunakan kerangka
kayu Juniper dan lapisan kulit kayu atau galah pohon willow yang dilapisi dengan
semak kering atau tikar rumput atau ilalang. Pemukiman musim dingin ini juga
mempunyai rumah peristirahatan (sweat house), yang juga menjadi rumah pertemuan
para pria dan anak muda dan merupakan bagian paling penting dari pemukiman.
Selama musim panas, pemukiman ini biasanya dirubah menjadi tempat teduh persegi
tanpa dinding, dengan atap datar yang didukung oleh empat galah, atau, yang lebih
umum, tonggak penyaring angin yang sirkular atau setengah sirkular, dan tikar atau

4
kesetan sehingga pasir bisa ditahan di bagian luar. Di bagian dalam, terdapat tempat
perapian dan tempat tidur di dekat dinding.
Para penggembala di Siberia dan Asia Tengah sering menggunakan solusi tipe
ini. Beberapa orang menggunakan tenda konikal, sama seperti tepees di Amerika
Utara, di setiap tahun, tapi mengalami perubahan pada lapisan penutup di musim
dingin, yaitu dengan menumpuk sebagian salju di atas tenda untuk memberi
kehangatan yang lebih besar, atau untuk teduhan di musim panas. (ini seperti solusi
suku Mongol Yurt, dimana jumlah lapisan kulit penutup tenda sering berubah
tergantung musim). Dalam kasus lain, variasi antara tempat tinggal musim panas dan
musim dingin adalah lebih besar, dimana tenda digunakan selama musim panas dan
tempat tinggal lubang sedalam beberapa kaki, yang ditutupi dengan kayu dan lapisan
rumput, untuk musim dingin.
Pola pemukiman suku Kazakh di Asia Tengah juga dipengaruhi oleh iklim. Di
musim panas, padang rumput tidak akan bertahan lama, dibutuhkan perpindahan, dan
pemukiman tenda mulai dipindahkan ke lereng bukit. Di musim dingin, perlindungan
dari lingkungan dingin dan angin yang keras dihasilkan dari kerapatan pemukiman.
Karena perlindungan adalah hal yang penting bagi ternak daripada manusia,
pemukiman sering ditempatkan di lereng sungai yang curam dan dilindungi oleh
hutan kayu. Tenda tetap diletakkan di sepanjang lereng meskipun nantinya padang
rumput tumbuh kembali.
Solusi lain di area Asia Tengah adalah mengganti tenda musim panas dengan
gubuk batu, kayu, atau tanah rumput, tergantung areanya. Ini bisa berbentuk
rectangular dan setengah lubang, dengan dinding setebal tiga kaki, atap tebal, dan
jendela membran untuk hewan. Perapian berada di dekat bagian depan, dan tempat
hewan yang baru lahir diletakkan di sekitar perapian. Tempat memasak dan tidur di
bagian belakang. Di samping hunian utama adalah gubuk lain untuk hewan yang
lebih lemah, dan sebagai gudang penyimpanan. Kelompok pemukiman tersebut
dikelilingi oleh dinding tinggi dari tanah rumput atau ilalang, dimana atap ilalang
tipis pada bagian dalam akan melindungi ternak dari cuaca. Bentuk dasar pemukiman
bisa juga ditentukan dari kebutuhan ternak.

Metode Studi
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mempelajari pengaruh iklim terhadap
bentuk rumah. Ini dapat mengacu pada beberapa tipe iklim – kering panas, lembab
panas, kontinental, temperal, artik – dan menetapkan solusi dari masing-masing iklim
berdasarkan kebutuhan, bentuk, dan bahan. Posisi berbagai tipe rumah di skala iklim
bisa digunakan sebagai acuan, dan orang kemudian bisa mempertimbangkan
bagaimana beberapa variabel iklim berkombinasi dengan tipe iklim yang terpilih.
Iklim, karena mempengaruhi kenyamanan manusia, merupakan hasil
temperatur udara, kelembaban, radiasi – termasuk cahaya – pergerakan udara, dan
presipitasi. Untuk menghasilkan kenyamanan, faktor ini perlu diketahui dan
diarahkan dengan cara sedemikian rupa untuk menghasilkan keseimbangan antara
stimuli lingkungan sehingga tidak akan kekurangan atau kelebihan panas, atau

5
mendapatkan tekanan berlebih dari variabel lain, meskipun pada kasus tertentu
tekanan tersebut diinginkan. Terkait dengan iklim, sebuah bangunan perlu merespon
panas, dingin, tanah, dan radiasi langit, angin, dan tekanan lain, dan bagian bangunan
harus menjadi sarana pengontrol lingkungan.
Disini dilakukan penentuan solusi terhadap berbagai tekanan lingkungan di
area yang berbeda, daripada penggunaan metode yang lebih tradisional yang
menggambarkan “mekanisme klasik kontrol thermal” pada daerah iklim.

Variabel Iklim Dan Respon Terhadapnya


Variabel berikut perlu diperhatikan :
Temperatur Panas – kering dan lembab; dingin
Kelembaban Rendah, tinggi
Angin Diinginkan atau tidak diinginkan, dan diperlukan atau tidak
diperlukan.
Hujan Sering terjadi, dan pertimbangan iklim seperti itu
diperlihatkan dengan perlunya penutup atau ventilasi
khususnya dalam area panas atau kering.
Radiasi dan cahaya Diinginkan atau tidak diinginkan, dan diperlukan atau tidak
diperlukan.

Tatanan pemukiman bisa dilakukan berdasarkan skala iklim dan tingkatannya, dan
sekaligus memperkirakan responnya sehingga bisa ditentukan bentuk, bahan, dan
sarana.

Temperatur – Panas Kering. Area kering dan panas sering dikarakterkan dengan suhu
siang hari yang tinggi dan suhu malam hari yang rendah dan tidak nyaman. Dalam
kondisi fluktuatif, jalur masuk hunian ditahan dengan lapisan yang memungkinkan
untuk memperlambat penetrasi panas. Ini bisa berupa bahan penyerap panas yang
tinggi, semacam bata atau pise, lumpur, batu, dan berbagai kombinasi yang akan
“menurunkan panas”, menyerap panas pada siang hari dan meradiasikannya pada
malam hari. Cara lain adalah dengan membentuk geometri yang memberikan volume
maksimum dengan area permukaan minimum pada panas, dengan pemadatan mutual,
yang memberikan teduhan, dan mengurangi area yang menghadap matahari sekaligus
meningkatkan jumlah kelompok bangunan, sehingga meningkatkan perlambatan
penetrasi panasnya (gambar 4.2). Peningkatan panas bisa dicegah dengan
memisahkan tempat memasak, dan itu sering dilakukan di luar rumah, atau dengan
mengurangi jumlah dan ukuran jendela dan menempatkan setinggi mungkin untuk
mengurangi radiasi tanah, atau mengecat rumah dengan warna putih atau beberapa
warna cerah untuk merefleksikan pemanasan maksimum, atau mengecilkan ventilasi
selama waktu panas di siang hari.
Sarana lain untuk meningkatkan peredam panas hunian adalah dengan
menggunakan peredam panas tidak terbatas dari bumi atau tanah. Tempat tinggal bisa
dibangun dengan menghadap lereng, seperti di Amerika Serikat bagian barat daya,

6
Tunisia bagian selatan, di Lembah Loire, dan Perancis selatan. Bangunan bisa dibuat
di dalam tanah seperti di Siwa, Mesir. Sekitar 10 juta orang di Shansi dan area lain di
China hidup di dalam tanah. Di Israel, bisa ditemukan desa bawah tanah yang
berumur 5000 tahun yang lalu. Contoh lainnya adalah perumahan opal para
penambang, kebun bawah tanah di Fresno, California, dan perumahan Matmata di
Sahara. Di contoh terakhir ini, setiap ruangannya berada di bawah tanah setidaknya
setebal 30 kaki, dan peredam panasnya, sebagai pengaruhnya, tidak terbatas, dan
rumah menjadi lebih dingin daripada bangunan di permukaan tanah. (gambar 4.3)
Ketika malam hari menjadi hangat, orang di area kering dan panas akan tidur
di atap atau di halaman, sedangkan ketika dingin, mereka tidur di dalam. Australian
Building Research Station memberikan rekomendasi kepada area kering dan panas
untuk meningkatkan peredaman panas di siang hari (sehingga sebagian besar rumah
modern dibangun terlalu rendah), dan peredaman panas yang rendah di malam hari.
Ini seperti solusi tradisional, seperti di daerah Punjab. Perumahan disana, dengan
dinding lumpur yang tebal dan sedikit ventilasi, dibangun sebagai upaya untuk
berlindung dari matahari, sehingga interior menjadi hangat dan gelap di malam hari.
Atap atau halaman berdinding digunakan sebagai tempat aktivitas selama malam hari
dan malam yang hangat, dan bagian dalam selama kondisi dingin. Tidur di bagian
luar – baik di atap, di halaman, atau di beranda bungalow yang teduh pada rumah
orang kaya – adalah hal biasa di sana. Banyak rumah mempunyai dua dapur, satu di
bagian dalam untuk keperluan musim dingin dan satu di luar untuk keperluan musim
panas. Karena kebanyakan orang bekerja di ladang, maka kehidupan musim panas
dilakukan di bagian luar, dan rumah menjadi tempat penyimpanan daripada sebagai
hunian. Meski begitu, jika ini digunakan selama siang hari, rumah akan menjadi
sangat nyaman.
Halaman juga berguna untuk mengurangi kondisi panas dan kering, dan
mempunyai implikasi iklim sekaligus sebagai sarana pengaruh sosial dan psikologis.
Halaman juga memberikan proteksi terhadap badai pasir. Bila ditunjang dengan
tanaman dan air, dan diberi teduhan, maka ini bisa berlaku sebagai pendingin dan
merubah iklim mikro dengan mengurangi suhu tanah dan radiasi, dan dengan
menghasilkan penguapan. Penggunaan tanaman hijau dan air di halaman juga akan
memberikan pengaruh kesejukan dan pendinginan psikologis di area kering panas,
dan mendorong terjadinya aktivitas kehidupan di bagian luar. Bila menggunakan
halaman yang teduh yang dihubungkan dengan halaman yang terbuka dan panas,
dimana udara panas akan meningkat, udara dingin bisa dialirkan dari halaman teduh
ke halaman panas dengan hubungan beberapa ruangan.
Jika halaman dibuat tinggi, seperti bangunan tinggi di Hadhramaut, Arabia
Selatan, dan ventilasi silang diletakkan di bagian atas dengan ditunjang slot sebagai
proyeksi dari cerobong asap, dan karena itu dibuatlah beberapa lubang pelepasan dan
beberapa ventilasi silang. Metode ini mempunyai beberapa varian lokal di seluruh
bagian Arabia.
Bila dikaitkan dengan bahan yang digunakan, bisa dipertanyakan apakah
dinding besar dibentuk untuk tujuan deliberatif, atau hanya sekadar penyesuaian dari

7
bahan yang digunakan, seperti batu dan lumpur, yang mendorong dibentuknya
struktur dinding besar. Di beberapa area, meski begitu, bahan lain, seperti kayu
palem, juga digunakan, dan tempat teduh terbuka juga dibangun tanpa menggunakan
atap lumpur yang besar. Contoh, gubuk orang Ashanti di Afrika menjadi bukti
penggunaan deliberatif dinding dan atap yang besar karena alasan iklim. Gubuk ini
menggunakan kerangka tulang kayu sekaligus akar dan rantingnya, dan bagian
atasnya menggunakan lapisan lumpur dengan tujuan kontrol iklim, sehingga
strukturnya tidak diperhatikan. Dindingnya, kebanyakan sangat besar dan dari
konstruksi lumpur tebal, karena strukturnya adalah dinding tirai dan tidak berlapis.
(Gambar 4.4). Solusi ini tidak bisa mengacuhkan iklim, meskipun aspek sosial dari
Arab juga mempengaruhi solusi. Pertimbangan iklim cenderung digunakan karena
bila diperhatikan bahwa gubuk Ashanti yang berada di area yang lebih ekstrim
mempunyai dinding lebih tebal untuk meningkatkan peredaman panas, dan dibangun
menghadap lereng. Sedangkan di area menengah, dimana variasi suhunya rendah,
massa dinding dikurangi dengan menggabungkan lumpur dengan sejumlah serat
tumbuhan.
Pertanyaan yang sama juga muncul sehubungan dengan tatanan tersebut, atau
penggunaan bangunan yang padat. Apakah komposisi tersebut dimaksudkan untuk
mengurangi area yang menghadap ke matahari dan meningkatkan teduhan, dan untuk
mempertahankan nilai lahan, memperkuat kebutuhan pertahanan, dan sebagainya?
Tujuan ini memainkan sebuah peran, baik untuk kebutuhan sosial dan keluarga, tapi
juga untuk menghasilkan teduhan seperti di California selatan dimana semua
pemukiman menggunakan Yokut untuk sarana teduhan (gambar 4.5). Kondisi lainnya
adalah dengan penggunaan atap ganda, seperti yang digunakan Massa di Cameroon,
di dataran Bauchi di Nigeria, dan di India (gambar 4.6) seperti halnya dengan dinding
ganda di New Caledonia.
Atap ganda mempunyai empat fungsi :
1. Atap meneduhi air dan melindungi lumpur selama musim hujan.
2. Atap berlapis meneduhi atap lumpur dari pancaran sinar matahari, mencegah
peningkatan panas dan mengurangi pemanasan rumah.
3. Ruang udara menghasilkan insulasi selama siang hari yang panas, dan peredam
panas dari lumpur akan menurunkan suhu siang hari.
4. Lumpur akan menyimpan panas untuk malam hari yang dingin, dan atap akan
menyimpan panas untuk malam hari yang panjang lalu mengurangi panas dengan
tekanan udara luar yang dingin.

Atap sendiri bisa memiliki struktur yang cukup kuat, dan bahkan sebagai pelindung
dari hujan, tapi lumpur sering digunakan sebagai komponen thermal, dan kombinasi
dengan atap akan menjadi efektif. Ada juga komponen iklim seperti penggunaan
beranda, atau penutup jendela, tapi pilihan solusi ini masih disesuaikan dengan
budaya sekitarnya.

8
Temperatur – Panas Lembab. Area panas lembab dikarakterkan dengan hujan besar,
kelembaban yang tinggi, suhu menegah dengan variasi musim atau harian
yang rendah, dan radiasi yang intensif. Respon yang dibutuhkan adalah
teduhan maksimum dan peredaman panas minimum. Penyimpanan panas
tidak menguntungkan bila ada sedikit variasi suhu, dan konstruksi yang
besar akan menghambat ventilasi maksimum, dimana ini adakah kebutuhan
utama untuk mengurangi panas dari bangunan. Kebutuhan bangunan, yang
berlawanan dengan kondisi panas kering, adalah tipe bangunan terbuka dan
peredaman panas yang rendah yang ditunjang oleh ventilasi silang
maksimum, dan geometri sempit yang panjang dan terpisah sejauh mungkin,
dengan dinding minimum (gambar 4.7).
Kebutuhan akan kondisi terbuka akan menghasilkan masalah privasi,
khususnya privasi akustik. Budaya yang menekankan keterbukaan seringkali
memberi toleransi kepada level kebisingan yang sangat tinggi dan menerima privasi
akustik yang minimum, seperti di Singapura, atau mengembangkan kontrol sosialnya,
seperti di Yagua. (Ini juga menghasilkan masalah cahaya). Kebutuhan akan
keterbukaan diwujudkan dalam perluasan lantai, dan di Malaya atau seperti orang
Yagua, contohnya, menggunakan lantai potongan bambu, yang digabungkan dengan
rumah panggung, sehingga udara bisa mengalir dari bawah. Tempat tidur gantung,
yang sering digunakan sebagai tempat tidur, juga memudahkan aliran udara dari
bawah, dan ketika berayun, udara mengalir melewati tubuh tanpa harus melakukan
apa-apa. Buaian atau tempat tidur gantung, tidak seperti matras, yang dapat secara
cepat mengerut, kurang mempunyai peradaman panas.
Solusi tradisional menjadi bahasan studi klimatologi terbaru. Atap menjadi
elemen dominan pada rumah, dan karena itu, penggunaan atap besar, parasol yang
tahan air, lereng atap yang curam dimaksudkan untuk melindungi dari hujan deras,
atap berlapis untuk melindungi radiasi matahari, dan massa minimum untuk
menghindari peningkatan panas dan pemantulan panas. Ini juga dimaksudkan untuk
menghindari masalah kondensasi, karenanya atap dibuat seperti bisa “bernapas”.
Jarak gantung yang dalam merupakan perlindungan terhadap matahari dan hujan, dan
juga menghasilkan ventilasi selama hujan. Lantai juga dinaikkan, bukan hanya untuk
alasan religius tapi juga untuk mempermudah lewatnya angin, untuk perlindungan
terhadap banjir, dan sebagai pertahanan terhadap serangga dan hewan yang besar.
Contoh dari ini adalah rumah Seminole di Florida, dengan lantainya dibuat tiga kaki
di atas tanah, menggunakan atap jerami, dan samping yang terbuka dengan hanya
ditutup kulit kayu (gambar 4.8). Rumah dengan tipe ini jauh lebih nyaman daripada
rumah kayu, bata, atau batu dengan atap tipis.
Pemukiman Yagua mempunyai elemen yang sama dengan perumahan
Melanesia. Keduanya tidak memerlukan dinding, dan penutupnya hanya berupa
anyaman daun kelapa, atau dinding terbuka penutup anyaman tulang daun kelapa.
Contoh paling ekstrim dari tipe solusi ini adalah rumah minimum di Colombia, yang
hanya menggunakan kerangka atap rumput dan menggunakan elemen tempat tidur
gantung, sejumlah keranjang penyimpanan, kantong, dan sebagainya (gambar 4.9).

9
Meski begitu, ada area yang tidak menggunakan solusi seperti ini. Pemukiman
Maya adalah rumah batu yang tanpa jendela dengan iklim lembab dan panas,
sedangkan rumah Jepang tidak menggunakan desain yang efektif. Di berbagai area
yang berbeda, prinsip kondisi optimal bisa berbeda, karena itu bentuk spesifiknya
juga berbeda. Di Haiti, contohnya, perumahan menggunakan dinding padat dan pintu
gaya Perancis yang besar untuk ventilasinyas, atau menggunakan dinding bambu,
dimana penghuninya meninggikan atap rumahnya dan memudahkan ventilasi dan
mengurangi udara panas.
Di pemukiman Muslim seperti di Pakistan dan India Utara, dimana kebutuhan
privasi visual menjadi begitu penting karena adab kesopanan terhadap wanita, dan
untuk menghasilkan ventilasi guna mengurangi panas yang lembab, digunakanlah
penutup yang bisa dibuka (“Jali”). Ini akan menghasilkan teduhan dan privasi kepada
wanita sekaligus menghasilkan ventilasi silang yang efektif. Dalam area yang sama,
dimana panas lembab hanya terjadi musiman, penggunaan langit-langit yang setinggi
15 – 20 kaki pada rumah akan menghasilkan udara sejuk di malam yang panas,
selama musim kering, dan lalu, menyerap udara sejuk tersebut untuk siang hari. Ini
akan mempunyai pengaruh minimum selama musim panas lembab bila digabungkan
dengan penggunaan ventilasi silang, tapi ini bukan cara yang baik untuk musim
dingin, karena ruangan akan sulit menghasilkan panas.

Temperatur – Dingin. Ada beberapa ukuran dingin, dan variasi intensitas dan
durasinya, tapi prinsip untuk menghasilkan kehangatan tetap sama dan
seperti halnya pada kondisi panas kering. Prinsip aplikasinya sama, tapi
sumber panasnya berbeda, yaitu lebih mengacu pada bagian dalam daripada
bagian luar, dan upaya untuk menghentikan aliran panas adalah dengan arah
yang berbeda, yaitu dari luar. Upaya untuk menghasilkan panas pada tempat
tinggal melibatkan elemen tungku yang besar di bagian tengah rumah,
pemanasan dari peralatan masak, dan pemanasan dari berkumpulnya orang
dan hewan. Kurangnya panas bisa dicegah dengan penggunaan tatanan yang
kompaktif, dengan area permukaan minimum yang menghadap ke luar,
bahan besar dengan peredaman insulasi yang baik, dan pencegahan
tembusnya udara. Salju, insulator yang sangat bagus, seringkali ditumpuk
berlapis-lapis di atas atap, dan karena itu mempengaruhi bentuk, ukuran, dan
kekuatan atap. Perbedaannya dari area panas kering adalah kebutuhan untuk
menerima radiasi matahari sebanyak mungkin, karena itu digunakan warna
gelap. Meski begitu, kebutuhan seperti ini tidak diimbangi dengan
kebutuhan teduhan dari angin dan mengurangi area yang terkena hawa
dingin, dan karena itu sering digunakan tatanan pengelompokan kompaktif
dan tatanan subteranian atau semiteranian.
Dalam memecahkan masalah ini, bisa ditekankan pada solusi Igloo atau solusi
dari orang Eskimo lainnya. Kebutuhan berlindung dari hawa dingin yang stabil dan
kuat, dan dari tekanan angin yang tinggi, mendorong dibuatnya Igloo, yang dibangun
dengan salju kering, tapi hanya digunakan oleh Eskimo Tengah. Eskimo Greenland

10
dan Alaska membangun rumah musim dinginnya dari batu dan tanah rumput, dan
menggunakan Igloo hanya sebagai tempat tinggal sewaktu malam ketika sedang
berburu. Upaya ini dimaksudkan utuk menghasilkan resistansi minimum terhadap
angin, dan memberikan volume maksimum dengan area permukaan minimum.
Hemisphere dari Igloo bisa menghasilkan kondisi tersebut, dan bisa menghasilkan
panas secara efisien dengan ditunjang lampu minyak, atau titik sumber radian panas
dimana hemisphere akan mempermudah fokusnya pada bagian tengah.
Perkembangan Igloo bisa menghasilkan bermacam-macam bentuk, dan yang
paling menonjol adalah lantai yang berada di atas pintu masuk. Tipe ini tidak
melibatkan berbagai saluran angin, dan karena udara hangat meningkat dan udara
dingin dikurangi, orang yang berada di dalam tetap menghuni area yang lebih hangat.
Selama musim panas, digunakan tempat tinggal semi-bawah tanah dengan tatanan
yang mirip dengan Igloo. Dindingnya dari batu atau bata dengan tinggi sekitar lima
sampai enam kaki, dengan jalur masuk yang sempit di bawah tanah, dan lantainya
berada di level yang lebih tinggi daripada pintu masuk. Rafter dari tulang ikan paus
atau kayu ditutup dua lapisan kulit anjing laut dan lumut sehingga menghasilkan
panel sandwich yang efektif.
Kebutuhan solusi untuk hawa dingin sepertinya sama dengan solusi orang
Ashanti. Orang Yakut di Siberia, seperti halnya Eskimo, menggunakan konstruksi
kerangka kayu, yang dilapisi dengan kayu dan kemudian lapisan bata yang besar
(gambar 4.10). Ini akan menahan angin dan lebih hangat daripada kabin kayu, yang
sering mempunyai celah dan sulit menahan angin, tapi strukturnya masih perlu
dipertanyakan dan disesuaikan dengan iklim.
Rumah batu Irlandia, yang rendah dan yang sejajar dengan tanah, juga
menjadi respon baik terhadap hawa dingin dan aliran angin, dan variasinya tetap sama
di berbagai tempat. Petani di Swiss memelihara ternaknya di dalam rumah, sehingga
menghasilkan panas tambahan dan sekaligus memudahkan untuk mengalirkan hawa
dingin kepada ternak pada musim salju tanpa harus keluar rumah, meskipun untuk ini
bisa menggunakan jalur penutup – seperti petani di New England.
Pembangunan jalan arcade di kota utara Jepang memperlihatkan pentingnya
sirkulasi dingin dan mempengaruhi tatanan pemukiman. Jalur bawah tanah antara
Igloo orang Eskimo merupakan solusi yang sama di area kering panas, contohnya,
seperti terowongan bawah tanah Matmata dan jalan teduhan di kota Arab.
Selama musim salju yang dingin, udara bisa menjadi lembab, dan dengan
adanya suhu yang sangat rendah, ini menghasilkan masalah untuk pengeringan
pakaian dan bahan lainnya. Ini juga menjadi masalah dalam area tropis lembab, tapi
ini bisa dipecahkan dengan penggunaan bagian luar dan rumah yang terbuka
keseluruhan. Di area dingin, solusi ini tidak memungkinkan karena akan terlalu
dingin jika membuka rumah keseluruhan, dimana bagian luar tidak bisa digunakan,
dan di berbagai tempat, kebutuhan akan privasi akan mengurangi penggunaan tipe
rumah terbuka. Karena itu, kita sering menemukan ruang pengering dekat tungku
besar, atau tempat pengeringan dan loteng terbuka, contohnya, di Savoie, Perancis,
yang menggunakan balok setinggi 12 kaki untuk mengeringkan baju dan sayuran.

11
Kelembaban. Kelembaban yang rendah dan tinggi mempunyai pengaruh yang sama
dengan tipe panas karena baik suhu dan kelembaban sama-sama menjadi ukuran
kenyamanan. Ketika kelembaban berlaku tinggi, jarang sekali bisa dikurangi dengan
sarana non mekanis, dan ventilasi digunakan untuk memudahkan pengurangan panas
dalam rumah. Ketika kelembaban menjadi rendah, air dan sayuran bisa digunakan
untuk meningkatkan kelembaban, begitu juga dengan sarana pelembab yang sering
melibatkan pembasahan air pada tikar rumput yang digantungkan di jendela, atau
tembikar berongga, seperti yang ditemukan di rumah tradisional di India dan Mesir.

Angin. Angin juga dikaitkan dengan temperatur, dan kecepatan angin, kelembaban,
dan temperatur, semuanya termasuk dalam konsep temperatur efektif, yang digunakan
sebagai ukuran kenyamanan. Kebutuhan akan kenyamanan menghasilkan
penggunaan atau tidak melibatkan angin. Ketika dingin, atau sangat kering, angin
sangat diinginkan, atau ketika panas dan lembab, angin menjadi kebutuhan utama.
Sarana paling primitif dalam mengontrol angin adalah dengan pemecah angin,
yang ditemukan di sejumlah area – pada suku Aborigin di Australia, yang
menggunakan pemecah angin dari cabang pohon dan kulit kanguru, pada suku
Semang di Malaya (gambar 4.11) dan Indian Amerika. Tenda orang Arab juga
menggunakan backstrip, yang bisa dipindahkan sedemikian rupa sehingga bisa
menahan atau mengarahkan angin, dan di Melanesia, orang Samoa, dan orang
Khoisan di Afrika Selatan, menggunakan panel dinding yang bisa direndahkan,
dinaikkan, atau diputar untuk menghasilkan posisi berbeda untuk menahan angin atau
memasukkan angin. Karena lebih mudah mengarahkan angin daripada mencegah
angin, maka perlu adanya pertimbangan lebih mendalam. Sebagai perbandingan,
rumah orang Jepang dan dinding New Mexico, atau rumah Yagua dan rumah Arab,
bisa dilihat perbedaan dasra dari langkah pengarahan atau penahanan angin.
Area dengan masalah yang sangat ekstrim memperlihatkan penggunaan solusi
yang tegas. Baik orang Eskimo dan Mongol hidup di area dengan angin yang keras,
khususnya selama musim dingin, dan baik Igloo dan Yurt menjadi solusi yang bagus
(khususnya Igloo) terkait dengan hemisphere-nya, dan ini menjadi suatu keuntungan
bagi mereka (gambar 4.12). Ukuran solusi serupa juga digunakan penggembala di
Asia Tengah dalam menentukan tempat berlindung dan tempat tinggal. Eskimo
menggunakan pertimbangan tertentu dalam memilih tempat tinggal, dan memilih area
yang paling terlindungi, seperti Igloo yang menghadap pantai (karena laut menjadi
sumber utama makanan) dan terletak di bagian teduh lereng bukit. (gambar 4.13).
Jalur masuk ke dalam Igloo adalah lewat terowongan yang dibuat untuk
mencegah angin masuk. Satu pintu utama digunakan untuk kelompok penghuni yang
kemudian dihubungkan oleh jalur interior, sehingga menghasilkan penahan angin
yang lebih efektif. Terowongan tersebut ditunjang ruang transisional dimana udara
akan diendapkan dan lantai yang ditingkatkan akan mempermudah penghindaran dari
angin. Jalur masuk mungkin bisa sejajar dengan arah angin, yang memudahkan
penghindaran angin langsung, atau bisa pada sisi penahan angin, yang ditunjang

12
dengan dinding blok salju, karena jika penahan hanya di letakkan pada timbunan
salju, kekuatannya masih kurang.
Angin di tepee Indian Plain dikontrol dengan sarana dua proyeksi, lidah atau
telinga, yang didukung oleh dua pole besar yang dimasukkan ke dalam kantung.
Kantung bisa diperlebar, dengan mengatur pole, sehingga bisa mengarahkan udara
dan melewatkan angin ketika cuaca normal, atau disempitkan untuk menahan angin
da nhujan, atau untuk menahan panas di malam hari (gambar 4.15).
Di Normandia, dimana angin juga menjadi masalah, rumah pertanian
menggunakan atap dari ilalang, yang diatur sedemikian rupa sehingga menyerupai
lambung kapal terbalik, dan bagian haluannya menghadap angin, yaitu bagian barat,
dan bagian buritannya terbuka ke bagian yang tenang, yaitu bagian timur yang teduh
(gambar 4.16).
Di area lainnya, rumah diletakkan untuk menghindari atau memaksimalkan
angin. Solusi semacam ini bisa dilihat di Kanada, di Mexico, dimana pemilihan
tempat disesuaikan dengan Hukum Indian atau tradisi, seperti di Irlandia dan di
Tristan da Cunha, dimana rumah batu berada di setengah bawah tanah untuk
menghindari badai. Provence, yang merupakan area hangat, sering diterpa angin
dingin dari utara – Mistral. Rumah-rumah ditempatkan di lubang sehingga dinding
bagian utara mempunyai tinggi satu tingkat dan bisa menggunakan sejumlah ventilasi
atau bahkan tidak sama sekali, sedangkan dinding bagian selatan mempunyai tinggi
dua tingkat dan mempunyai banyak jendela yang dilindungi dengan penutup, karena
ada sejumlah pohon teduh di sekitarnya (gambar 4.17). Serambi terbuka juga
digunakan di bawah pohon teduh. Kondisi pemilihan tempat serupa juga berlaku di
Swiss (gambar 4.18).
Gudang di Oregon juga menggunakan cara yang sama – kemiringan atap yang
panjang menghadap angin, dengan atap yang sangat rendah. Pada musim dingin,
ruang diisi dengan tumpukan jerami atau alfalfa untuk melapisi lapisan salju, yang
juga digunakan untuk melapisi atap. Dinding bagian selatan dicat merah gelap untuk
menyerap sinar matahari, dan panas dari hewan dan insulasi salju akan menjaga
gudang agar tetap hangat.
Pole angin, yang diletakkan di bagian depan rumah dan memecah tekanan
angin, sering digunakan di Swiss (gambar 4.19). Di area lainnya, pemecah angin bisa
ditanam di bagian depan rumah dan di sekeliling rumah. Kelompok pohon bisa
menjadi sangat dominan pada lahan yang seperti ini, dan juga berfungsi sebagai
penanda rumah dalam lahan yang datar.

Hujan. Pengaruh utama dari hujan adalah pada konstruksi rumah. Dalam area kering,
penadahan hujan dan pencegahan hujan dari penguapan adalah pertimbangan penting,
seperti di beberapa pulau di Karibia, dimana menggunakan penampung air di bawah
rumah. Di Trulli, Italia, penampung air bisa dicapai dari rumah dengan mudah dan
menghasilkan pengaruh pendingin terhadap rumah dan memudahkan pelembaban.
Di area lembab dan panas, serambi atau beranda yang luas dengan jendela
yang terbuka sebagai ventilasi ketika hujan, menjadi elemen modifikasi bentuk iklim

13
yang sangat penting. Beberapa suku di Natal, Afrika Selatan, menggunakan hujan
untuk membantu mengontrol respon cuaca terhadap rumah. Mereka membangun
rumah dengan kerangka ringan yang dilapisi tikar tenun. Tenunan tersebut digunakan
pada cuaca kering, dimana menghasilkan pergerakan angin lewat sela-selanya, tapi
serat tenun bisa mengembang di cuaca dingin, dan menghasilkan membran penahan
angin dan air.

Radiasi dan Cahaya. Radiasi dan cahaya tidak begitu diinginkan di area panas, dan
berbagai sarana digunakan untuk menghindarinya. Di area dingin, khususnya di
musim dingin, cahaya dan radiasi adalah unsur yang diinginkan, dan meskipun
ventilasi besar bisa menciptakan masalah kedinginan dan pengurangan panas, tatanan
ventilasi semacam itu tetap digunakan, contohnya, di Belanda dan Norwegia. Eskimo
juga menggunakan jendela es atau kulit yang langsung menghadap ke arah matahari
musim dingin, dan ketika musim panas yang panjang, mereka menggunakan tenda
gelap untuk menghindari cahaya.
Di area yang kering dan panas, radiasi langsung dari matahari perlu dihindari
bagaimanapun caranya. Ini adalah masalah pilihan, karena ketika kebutuhan
pencegahan cahaya berlebih sudah diputuskan – dan definisi “berlebih” bisa beragam
– ada sejumlah solusi yang memungkinkan, dan tiap budaya akan memecahkan
masalah dengan caranya sendiri. Untuk solusinya bisa menggunakan ventilasi yang
kecil dan tidak banyak, seperti di Afrika Utara, atau dengan jendela berukuran
tertentu dengan penutup berwarna gelap, seperti di Spanyol dan Italia, atau dengan
emperan yang luas, dinding minimum, dan bahan gelap seperti perumahan Yagua,
atau dengan beranda yang lebar seperti di Louisiana atau Australia (sekarang diganti
dengan jendela bergambar). Beranda atau serambi bisa didesain sedemikian rupa
untuk memasukkan sinar musim dingin yang rendah, dan sekaligus mencegah sinar
matahari musim panas yang cenderung tinggi, seperti di Jepang, Aden, Zanzibar, dan
Yunani Kuno.
Komponen penting lainnya di area kering dan panas adalah radiasi tanah,
yang dapat menjadi sumber utama dari pemantulan dan panas khususnya di area yang
tidak ada lapisan vegetatif. Ventilasi diletakkan setinggi mungkin untuk menghindari
itu, atau teduhan arcade digunakan di sekeliling rumah, meskipun ini adalah cara
yang sulit. Di beberapa area, pohon tanpa daun ditanam, karena daunnya gugur di
musim dingin, maka pohon menyerap sinar matahari. Pohon ini juga akan
mendinginkan tatanan rumah lewat proses transpirasi, penguapan, peneduhan, dan
refleksi. Kondisi eksternal semacam itu bisa memudahkan penggunaan bentuk
geometrik yang menghadap matahari tanpa harus melibatkan refleksi yang
menyilaukan. Upaya untuk itu kadangkala dilakukan dengan memberikan teduhan
untuk keseluruhan pemukiman, seperti di California Selatan, dan teduhan di jalan dan
pasar seperti di Spanyol, Jepang, negara Arab, dan Afrika Utara. Pembentukan
bayangan akan menarik perhatian orang untuk menuju tempat tersebut, dan
pemukiman tradisional dibangun dengan pikiran seperti itu.

14
Masalah cahaya di area tropik lembab adalah lebih buruk daripada masalah
matahari penuh di area gurun. Langit yang putih menghasilkan sinar yang tidak
teratur, dan ini menjadi alasan digunakannya dinding yang berongga dan bisa
ditembus angin daripada tidak mempunyai dinding sama sekali. Alasan lain adalah
privasi. Dinding vertikal dari anyaman bambu, seperti di Malaya, menghasilkan
kualitas cukup bagus sebagai penahan cahaya dan mengurangi penetrasi cahaya. Ini
juga berlaku sama dengan penggunaan penutup berongga seperti di India, Pakistan,
dan di area lain. Selain menjadi ventilasi atau memberikan privasi bagi para wanita
yang dapat melihat keluar tanpa terlihat, penutup juga mengurangi sinar dengan
mengurangi kesilauan cahaya dari langit dan tanah. Kisi-kisi yang digunakan orang
Sewun di Hadhramaut dan negara Arab lainnya, dan beranda dengan teduhan ringan
dan kisi-kisi, di Zanzibar, mempunyai fungsi yang sama, dan di Zanzibar digunakan
sebagai teduhan jalan penghubung rumah. Di beberapa rumah Malaya, penggunaan
beranda lebar dan serambi yang rendah akan menghasilkan perlindungan dari
silaunya sinar dari atas atau dari matahari atau sewaktu hujan. Penggunaan ventilasi
silang dan langit-langit berwarna putih menghasilkan distribusi cahaya yang bagus
(gambar 4.20).

15

Anda mungkin juga menyukai