Anda di halaman 1dari 30

RESUME KEPEMIMPINAN

“GAYA KEPEMIMPINAN”
Dosen Pengampu : Mochamad Hanafi, M.Si.

HALAMAN SAMPUL

Disusun Oleh :

Hilda Carolina (17802244004)

Anggi Annisya Yomara (17802241005)

Ima Cahyani (17802244007)

Yuniar Rahmawati (17802244008)

PENDIDIKAN ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2019
A. TEORI MANAJERIAL GRID
a. Konsep Dasar
Teori manajerial Grid – The Managerial Grid Theory – mula-mula
dikembangkan oleh Robert Rogers Blake bersama Jane Srygle Mouton
(1954) kemudian disempurnakan oleh Robert R. Blake dan Anne Adams
McCanse (1991).
Teori kepemimpinan Grid Robert Rogers Blake dan Anne Adams
McCanse menggunakan dua istilah yaitu leadership style atau gaya
kepemimpinan dan management style atau gaya manajemen. Kedua istilah
tersebut dipakai dengan konotasi pengertian yang sama yaitu pola perilaku
kepemimpinan atau pola perilaku manajemen.
Teori kepemimpinan menurut Blake dan McCanse ada 3 yaitu:
- R1 (Resource) atau sumber-sumber adalah kontribusi orang sebagai
individual dalam kepemimpinan.
- R2 (Relationship) atau hubungan adalah interaksi antara resource dengan
result yang berhadapan satu sama lain.
- R3 (Result) atau hasil adalah realisasi dari interaksi tim kerja dan
problem solving. Result dapat diukur sebagai adanya bukti
produktivitas, keuntungan, kreatifitas dan inovasi, penjualan dan
layanan.
Teori kepemimpinan Grid disusun berdasarkan asumsi bahwa
kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh dua dimensi utama yaitu
concern for people atau memperhatikan orang dan concern for result
(production) atau memperhatikan hasil (produksi).

- Memperhatikan orang yaitu seberapa tinggi manajer/pemimpin


memperhatikan dan membantu bawahannya atau pengikutnya dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Indikator dari dimensi ini yaitu:
 Derajat komitmen menyelesaikan suatu pekerjaan yang menjadi
tanggungjawabnya.
 Pertanggungjawaban lebih berdasarkan kepada kepercayaan
 Percaya diri pada nilai individual
 Mengembangkan dan mempertahankan kondisi kerja
 Mempertahankan kesamaan upah dan benefit
 Hubungan baik dengan rekan kerja
- Memperhatikan hasil (produksi) yaitu seberapa tinggi
manajer/pemimpin memperhatikan pencapaian produksi atau hasil.
Indikator dari dimensi ini adalah:
 Perhatian terhadap kualitas dan kuantitas produksi
 Jumlah penelitian dan pengembangan untuk menciptakan
produk baru
 Beban kerja dan efisiensi dalam proses produksi
Dimensi-dimensi ini tidak ada dalam buku Blake dan Mouton (1954).
Teori kepemimpinan Grid lebih rumit jika dibandingkan dengan teori gaya
kepemimpinan lainnya. Untuk memudahkan para peneliti, ketujuh dimensi
baru antara lain:

1. Penyelesaian konflik (Conflict solving). Dalam proses kepemimpinan


sering terjadi konflik. Konflik dapat disruptif atau destruktif dan
konstruktif tergantung pada bagaimana memenejnya.
2. Inisiatif adalah upaya untuk memulai suatu aktivitas yang belum terjadi,
dan menghentikan sesuatu yang sedang terjadi atau mengubah arah dan
sifat upayanya.
3. Penelitian, memungkinkan pemimpin memperoleh fakta dan data.
Kualitas penelitian tergantung pada kercermatan dan ketelitian.
4. Advokasi adalah mengambil suatu posisi, mengemukakan pendapat,
sikap dan keyakinan.
5. Kritik, menunjukan eksaminasi dan reksaminasi aktivitas-aktivitas.
Merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi aktivitas pencapaian
tujuan.
6. Motivasi yaitu dimensi yang menjelaskan motivasi apa yang mendorong
orang mempergunakan gaya kepemimpinan tertentu.
7. Pembuatan keputusan, dalam kepemimpinan melalui pembuatan
keputusan sumber-sumber diterapkan untuk kinerja. Pembuatan
keputusan terdiri dari beberapa bentuk:
- pembuatan keputusan solo atau individual, dimana pemimpin
merupakan pengambil keputusan tunggal tanpa dibantu orang lain.
- Pendelegasian tanggung jawab kepada satu atau lebih individual atau
tim kerja, dimana sumber-sumber yang tersedia dipergunakan untuk
membuat keputsan dan melaksanakan keputusan.
b. Gaya Manjemen 1,9 : Country Club Management (Manajemen Klub
Pedesaaan)
Blake dan McCanse melukiskan gaya kepemimpinan ini sebagai gaya
Don’t worry be happy atau padanannya pada Bahasi Indonesia: Alon-alon
asal kelakon. Indikator dari gaya kepemimpinan ini adalah:
- Perhatian terhadap orang (pegawai) tinggi
- Perhatian terhadap produksi rendah
- Orang merupakan unsur pertama produktivitas
- Memerhatikan kebutuhan personal atau sosial orang
- Berupaya menyenangkan orang
- Berupaya meningkatkan moral orang
- Ramah
- Berupaya meningkatkan kesetiakawanan dan persahabatan
1. Motivasi
- Indikator motivasi positif (+) gaya manjemen 1,9 adalah:
 Dorongan untuk menyenangkan orang
 Sensitif terhadap apa yang dipikirkan dan dikatakan orang
 Merasa aman jika terjadi hubungan positif
- Indikator motivasi negatif (-) gaya manajemen 1,9 adalah:
 Takut atas penolakan orang
 Sensitif terhadap kritik
 Merasa menyesal jika melakukan kesalahan
2. Penyelesaian konflik, indikator penyelesaian konflik gaya
manajemen 1,9 adalah:
 Membenci konflik
 Berupaya menghindari konflik
 Daripada menghadapi konflik lebih baik mengikuti pendapat
orang
 Memengaruhi pihak-pihak yang berkonflik dan membiarkan
mereka menciptakan solusi
3. Inisiatif, indikator inisiatif gaya manajemen 1,9 adalah:
 Menghargai inisiatif orang lain
 Keinginan untuk merespon agar mendapat persetujuan orang
 Mengambil inisiatif yang menyenangkan orang
4. Penelitian, indikator penelitian gaya manajemen 1,9 adalah:
 Ingin mengetahui banyak agar lebih dekat dengan orang
 Penelitian untuk mengetahui apa yang diinginkan dan
dibutuhkan orang
5. Advokasi, indikator advokasi gaya manajemen 1,9 adalah:
 Tidak melakukan advokasi pada masalah yang kontroversial
 Menolak mengambil keputusan yang membuat orang tidak
menyenangkan
6. Pembuatan keputusan, indikator pembuatan keputusan gaya
manajemen 1,9 adalah:
 Membuat keputusan sendiri
 Orang lain diikutsertakan dalam pembuatan keputusan
 Orang harus mematuhi dan melaksanakan keputusan
7. Kritik, indikator kritik gaya manajemen 1,9 adalah:
 Menghindari menunjukan kelemahan seseorang
 Mohon maaf jika anak buah tidak puas
 Memuji apa yang dilakukan orang
c. Gaya Manajemen 9+9 Paternalistic Management (manajemen
paternalistik)
Gaya manajemen paternalistik mempunyai indikator sebagai berikut:
- Orang yang loyal diberi imbalan
- Orang yang tidak loyal diberi hukuman
- Memuji dan mengkritik tindakan orang dalam waktu yang bersamaan
- Mendelegasikan pekerjaan tapi tidak memberikan otonomi
1. Motivasi, indikator motivasi gaya kepemimpinan 9+9 adalah:
 Keinginan untuk dihormati
 Ketakutan untuk penolakan
 Keinginan untuk dipuji dengan memberikan benefit, pengalaman,
konseling dan arahan
2. Penyelesaian konflik, indikator penyelesaian konflik gaya
kepemimpinan 9+9 adalah:
 Menyelesaikan masalah sebelum terjadinya konflik
 Menciptakan atmosfer yang menyenangkan untuk menghindari
konflik
 Memonitor moril orang secara ketat
3. Inisiatif, indikator inisiatif gaya kepemimpinan 9+9 adalah:
 Pemimpin mengambil inisiatif penuh
 Mendidik bawahan agar dapat mengikuti petunjuk
 Menghindari aktivitas yang dapat menghilangkan rasa hormat
4. Penelitian, indikator penelitian gaya kepemimpinan 9+9 adalah:
 Meneliti untuk memastikan apakah aktivitas berlangsung sesuai
dengan apa yang diharapkan
 Meminta laporan pelaksanaan tugas secara terus menerus
5. Advokasi, indikator advokasi gaya kepemimpinan 9+9 adalah:
 Pegawai harus mematuhi perintah dan aturan
 Pegawai tidak boleh menyimpang dari ketentuan
 Pemimpin menolak membuat keputusan yang berisiko tidsk aman
6. Pembuatan keputusan, indikator pembuatan keputusan gaya
kepemimpinan 9+9 adalah:
 Pemimpin pengambil keputusan tunggal
 Para pegawai hanya melaksanakan tugas apa yang ditentukan
pemimpin
 Pemimpin menggunakan pelatihan, konseling agar bawahannya
melaksanakan tugasnya dengan baik.
7. Kritik, indikator kritik gaya kepemimpinan 9+9 adalah:
 Pemimpin paternalistik bangga akan apa yang diajarkan sesuatu
yang sempurna
 Pemimpin can do no wrong
 Pemimpin paling tahu dan tidak mungkin belajar dari bawahan
d. Gaya Manajemen 1,1 Improperished Management (Manajemen
Memelaratkan)
Gaya manajemen ini adalah:
- Perhatian terhadap orang rendah
- Perhatian terhadap pekerjaan rendah
- Pegawai bekerja sekedar memenuhi ketentuan minimal organisasi
- Pegawai bekerja sekedar agar tidak dipecat
- Pemimpin terima beres

1. Motivasi, indikator motivasi gaya menejemen 1,1 adalah:


 Ketakutan untuk dipecat
 Dorongan untuk berpartisipasi dan mengembangkan diri
minimal
 Menyembunyikan ketidakpuasan
2. Penyelesaian konflik, indikator penyelesaian konflik gaya
menejemen 1,1 adalah:
 Relatif tidak mau melihat terjadinya konflik
 Membiarkan terjadinya konflik
3. Inisiatif, indikator inisiatif gaya menejemen 1,1 adalah:
 Membiarkan kegiatan berjalan sendiri
 Menggunakan berbagai alasan untuk tidak mengambil
inisiatif
4. Penelitian, indikator penelitian gaya menejemen 1,1 adalah:
 Keingintahuannya rendah
 Pengetahuannya mengenai tugas rendah
 Tidak terinformasi secara tercukupi
5. Advokasi, indikator advokasi gaya menejemen 1,1 adalah:
 Berhati-hati dalam menjawab pertanyaan
 Berupaya menghindari mengambil posisi
6. Pembuatan keputusan, indikator pembuatan keputusan gaya
menejemen 1,1 adalah:
 Mengelak tanggung jawab membuat keputusan
 Mendelegasi tugas sebanyak mungkin kebawah
7. Kritik, indikator kritik gaya menejemen 1,1 adalah:
 Menejer tidak pernah mengkritik bawahan
 Jika bawahannya meminta balikan pelaksanaan tugasnya,
jawabannya sangat dangkal dan kurang bermutu
e. Gaya Manjemen 5,5 Middle Of The Road Management (Manajemen di
tengah jalan)
Indikator gaya manajemen tengah jalan adalah:
- Hanya mendorong produktivitas para pegawai sedang dan
memperhatikan perilaku dan keinginan mereka
- Tidak terlalu memaksa orang untuk mempertahankan moril mereka
- Menggunakan peraturan give and take
- Berupaya meningkatkan kepuasan melalui aktivitas sosial

1. Motivasi, indikator motivasi gaya manajemen di tengah jalan


adalah:
 Dorongan memerlukan pertemanan untuk mengetahui
perkembangan organisasi
 Memperbolehkan kontribusi kretifitas
2. Penyelesaian konflik, indikator penyelesaian konflik gaya
manajemen di tengah jalan adalah:
 Konflik tidak dapat dielakan, manajer harus
menyelesaikannya
 Menciptakan win and win solution
 Menciptakan kompromi
3. Inisiatif, indikator inisiatif gaya manajemen di tengah jalan adalah:
 Ide inovatif harus diterima oleh seluruh pegawai
 Inisiatif dilakukan sesuai kebijakan dan praktik organisasi
4. Penelitian, indikator penelitian gaya manajemen di tengah jalan
adalah:
 Menghindari penelitian yang mengarah ke konflik
 Informasi diperoleh melalui canel komunikasi informal
5. Advokasi, indikator advokasi gaya manajemen di tengah jalan
adalah:
 Tidak mau membela sesuatu yang beresiko
 Akan mendukung pendapat umum
6. Pembuatan keputusan, indikator pembuatan keputusan gaya
manajemen di tengah jalan adalah:
 Pembuatan keputusan berdasarkan pengalaman masalalu
 Mendelegasi tanggung jawab berdasarkan persamaan
7. Kritik, indikator kritik gaya manajemen di tengah jalan adalah:
 Kritik mengemukakan kebaikan dan kelemahan
 Kritik dikemukakan secara langsung dan berhadapan
f. Opportunity Management (gaya manjemen oportunistik)
Indikator dari gaya manajemen ini adalah:
- Menggunakan berbagai gaya manajemen untuk mencapai tujuan
- Manajer lebih mencari peluang untuk diri sendiri
- Menyesuaikan gaya menejemen sesuai dengan kondisi
- Menggunakan gaya menejemen apa saja yang dapat mempengaruhi
orang
1. Motivasi, indikator motivasi gaya manajemen oportunistik adalah:
 Doorngan untuk barada di puncak
 Doorngan untuk mencari peluang
2. Penyelesaian konflik, indikator penyelesaian konflik gaya
manajemen oportunistik adalah:
 Jika mungkin menghindari konflik
 Konflik menimbulkan solusi kalah dan menang
3. Inisiatif, indikator inisiatif gaya manajemen oportunistik adalah:
 Inisiatif diarahkan untuk mencapai tujuan
 Sangat berhati-hati dalam mengambil inisiatif
4. Penelitian, indikator penelitian gaya manajemen oportunistik
adalah:
 Informasi diperlukan untuk mencapai peluang
 Manajer harus mengetahui informasi apa saja yang terjadi di
organisasi
5. Advokasi, indikator advokasi gaya manajemen oportunistik adalah:
 Mendiagnosis sebelumnya untuk menentukan perilaku uang
mungkin dapa mencapai tujuan
 Untuk membela atasan oportunis akan melakukan apa saja
yang menguntungkan
g. Gaya Manajemen 9,9. Team Management (Manajemen Tim)
Gaya Manajemen Tim berupaya mengembangkan produksi semaksimal
mungkin melalui suatu tim orang yang melibatkan diri saling tergantung
melalui tujuan bersama. Para anggota tim saling percaya, saling
membaantu, dan saling menghormati satu sama lain. Gaya manajemen ini
merupakan gaya terbaik dari ketujuh gaya manajemen dalam sistem Grid.
Dengan mempergunakan gaya manajemen ini produktivitas dapat dicapai
secara maksimal dan kepuasan anggota organisasi juga maksimal. Indikator
dari gaya manajemen ini adalah :

 Perhatian terhadap orang tinggi


 Perhatian terhadap produksi tinggi
 Menganggap tidak ada ada perbedaan antara tujuan organisasi dan
kebutuhan oraang
 Anggota tim mempunyai hak untuk menyatakan pendapat kepada tim
 Kepemimpinan manajer menentukan keterlibatan anggota tim dalam
mencapai tujuan organisasi
 Produksi maksimal dapat dicapai dengan menggiatkan anggota tim dan
memerhatikan kebutuhan sepenuhnya
h. Gaya Manajemen 9,1. Authority-Compliance Management (Manajemen
Kepatuhan pada Otoritas)
Gaya manajemen 9,1 mempunyai karakteristik perhatian terhadap
produksi tinggi dan perhatian terhadap kebutuhan orang rendah. Asumsi
Gaya Manajemen Kepatuhan pada Otoritas adanya kontradiksi aantara
kebutuhan organisasi dengan kebutuhan para anggota organisasi. Oleh
karena itu, anggota organisasi dikorbankan untuk meningkatkan
produktivitas. Tujuan produktivitas hanya akan tercapai jika orang dikontrol
dan diarahkan ke arah yang meyakinkan mereka untuk menyelesaikan
tugas. Indikator dari Gaya Manajemen Grid 9,1 adalah :

 Perhatian terhadap produksi tinggi


 Perhatian terhadap orang rendah
 Terjadi kontradiksi antara kebutuhan organisasi dengan kebutuhan para
anggota organisasi
 Pekerjaan diatur sedemikian rupa sehingga menghilangkan kebutuhan
anggota organisasi untuk berpikir
 Para anggota organisasi diperintahkan agar hasil dicapai tanpa
membuang waktu untuk menyelesaikan konflik
B. Teori Kepemimpinan Kontinjensi
Teori kepemimpinan kontijen disusun berdasarkan asumsi bahwa agar
efektif pemimpin harus mampu mengubah perilakunya menyesuaikan
dengan karakteristik para pengikutnya dan situasi lingkungan di mana
kepemimpinan berlangsung. Dengan kata lain, kepemimpinan tergantung
atau kontinjen pada pengikut yang dipimpinnya dan situasi lingkungan di
mana kepemimpinan terjadi. Istilah kepemimpinan kontijensi sama dengan
istilah kepemimpinan situasional yang memfokuskan bahwa
kepemimpinan harus menyesuaikan dengan karakteristik para pengikut
yang dipimpin. Istilah kepemimpinan kontijensi dipopulerkan oleh Fred E.
Fiedler (1976) sedangkan istilah kepemimpinan situasional dipopulerkan
oleh Paul Hersey dan Keneth Blanchard (1970). di bawah ini dibahas
sejumlah teori kepemimpinan kontingensi atau kepemimpinan situasional :

a. Teori Kontinum Perilaku Pemimpin (Continum of Leader Behavior


Theory)
Robert tannembaum dan Warren h schmidt (1958) mengemukakan teori
continuum perilaku pemimpin. Menurut teori ini perilaku pemimpin
ditentukan oleh continuum empat faktor.

1. Perilaku berorientasi tugas atau task oriented. Yaitu berapa besar


pemimpin memusatkan perhatiannya kepada tugas yang harus
diselesaikan dan menghasilkan produksi yang ditargetkan.
2. Perilaku berorientasi hubungan atau relationship-oriented. Yaitu
berapa besar pemimpin memerhatikan hubungan dengannya dengan
para pengikutnya.
3. Jumlah otoritas yang dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi
para pengikutnya.
4. Jumlah kebebasan yang dimiliki para pengikut dalam melaksanakan
tugasnya.
Berdasarkan keempat dimensi tersebut, Tanenbaum dan Schmid
mengemukakan 7 pola perilaku pemimpin. Pemimpin memilih salah satu
dari kontinum pola perilaku kepemimpinan tergantung kekuasaan di antara
pemimpin dan situasi.

b. Teori Gaya Kepemimpinan Berbagi Kekuasaan

1) Konsep Dasar

Terpengaruh oleh pemikiran tanenbaum dan Schmidt (1958) Wirawan


(2003) mengembangkan teori gaya kepemimpinan berbagai kekuaaan (lihat
Gambar 71). Asumsi dari teori berbagi kekuasaan adalah :

1) Kekuasaan merupakan bahan mentah kepemimpinan.


Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi sedangkan kekuasaan
adalah potensi untuk mempengaruhi. Untuk dapat memimpin
seseorang pemimpin harus mempunyai kekuasaan. Tanpa
mempunyai kekuasaan pemimpin tidak dapat mempengaruhi para
pengikutnya.
2) Kepemimpinan merupakan interaksi kekuasaan. Kepemimpinan
merupakan interaksi kekuasaan antara pemimpin dan pengikut.
dalam interaksi umumnya kekuasaan pemimpin lebih besar daripada
kekuasaan pengikut. Dalam interaksi umumnya kekuasaan
pemimpin lebih besar daripada kekuasaan pengikut,akan tetapi
untuk jenis kekuasaan tertentu sering kekuasaan pengikut lebih
besar daripada kekuasaan pemimpin. misalnya dalam suatu
organisasi sering seorang bawahan pendidikan dan pengalaman
kerjanya lebih tinggi daripada atasannya. Kekuasaan personal
bawahannya lebih tinggi daripada kekuasaan personal
pemimpinnya.

3) Kebebasan menggunakan kekuasaan. Dalam organisasi kebebasan


pemimpin dan pengikut untuk menggunakan kekuasaan berbeda
satu sama lain.dalam suatu organisasi ada ketentuan yang memberi
kesempatan pada para pengikut untuk mempergunakan kekuasaan
nya tinggi misalnya dalam organisasi DPR. para anggotanya bebas
untuk menggunakan kekuasaan nya sedangkan ketua DPR hanya
merupakan speaker yang mengalir di nasi proses pembuatan
keputusan. di organisasi militer kebebasan para anggotanya untuk
menggunakan kekuasaan sangat terbatas. Komandan dapat
dikatakan mempunyai kekuasaan mutlak.di perusahaan kekuasaan
para pakar unit kerja penelitian dan pengembangan mempunyai
kebebasan untuk menggunakan kekuasaan keahliannya dalam
menciptakan produk baru.

Kebebasan pemimpin dalam menggunakan kekuasaannya


merupakan kontinum dari rendah sampai tinggi. Kebebasan
pengikut untuk menggunakan kekuasaannya didefinisikan sebagai
hak pengikut.
4) Situasi kepemimpinan. Kepemimpinan berlangsung dalam altar
situasi kepemimpinan yang beragam. situasi kepemimpinan
mempengaruhi pola perilaku pemimpin dalam memimpin para
pengikutnya. Situasi kepemimpinan misalnya keadaan darurat dan
kualitas para pengikut.jika suatu kepemimpinan darurat dan tugas
harus dilaksanakan dengan cepat dan sedang terjadi konflik maka
gaya kepemimpinan yang cocok adalah otokratik.jika kualitas para
pengikut rendah maka dipergunakan gaya kepemimpinan
paternalistik.
2) Klasifikasi Gaya Kepemimpinan

Berdasarkan ketiga Asumsi tersebut, wirawan mengemukakan ada 5


pola perilaku pemimpin (gaya kepemimpinan) dalam memimpin para
pengikutnya yaitu otokratik, paternalistik, partisipatif, demokratis dan
pemimpin terima beres.

1) Gaya otokratik. Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin


mempunyai kekuasaan mutlak sedangkan para pengikut tidak
mempunyai kebebasan untuk menggunakan kekuasaannya.
indikatornya adalah yang pertama semua pembuatan keputusan
kebijakan dan pelaksanaan aktivitas operasional sepenuhnya
dilakukan oleh pemimpin; visi dan misi organisasi ditentukan oleh
pemimpin; pemimpin mempunyai wewenang untuk menghukum
bawahan yang tidak mematuhi perintah; kreativitas dan inovasi para
pengikut rendah.
2) Gaya kepemimpinan paternalistik. Dalam gaya kepemimpinan
paternalistik pemimpin dianggap sebagai orang tua dan pengikut
sebagai anak-anak yang perlu dibimbing ke arah kedewasaan.
Indikator dari gaya kepemimpinan ini adalah pengikut
melaksanakan keputusan berdasarkan petunjuk atasan; pemimpin
mangga para pengikutnya sebagai anak-anak yang belum dewasa
dan perlu dibimbing secara terus-menerus; hubungan antara
pemimpin dapat dalam bentuk mentor.
3) Gaya kepemimpinan partisipatif. Gaya kepemimpinan partisipatif
merupakan gaya yang terletak di tengah-tengah dimana jumlah
kekuasaan dan kebebasan untuk menggunakan kekuasaan pemimpin
dan para pengikut sama besar. pemimpin dan para pengikutnya
harus berpartisipasi secara aktif dalam menyusun perencanaan
pelaksanaan dan mengevaluasi hasilnya. gaya kepemimpinan ini
dapat disebut sebagai gaya kepemimpinan gotong royong,
pemimpin dan para pengikutnya sama-sama menggotong dan sama-
sama merongrong kegiatan dan hasilnya. Indikator dari gaya
kepemimpinan ini adalah jumlah kekuasaan dan kebebasan
menggunakan pemimpin dan pengikut sama besar, pemimpin
menentukan visi misi tujuan dan strategi organisasi dengan bantuan
para pengikutnya, pembuatan keputusan mengenai kebijakan dan
aktivitas pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh pemimpin bersama-
sama dengan para pengikutnya, kreativitas dan inovasi para pengikut
sedang.
4) Gaya kepemimpinan demokratik. Dalam gaya kepemimpinan
demokratik jumlah kekuasaan dan kebebasan untuk
menggunakannya para pengikut lebih besar daripada pemimpin
mereka. Pemimpin tidak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan
para pengikutnya. Indikator kepemimpinan demokratis adalah
sebagai berikut : Para pengikut mempunyai kekuasaan lebih besar
daripada pemimpinnya; proses pembuatan keputusan dilakukan
melalui musyawarah dan voting, pemimpin dan pengikut menyusun
rencana kegiatan yang dilaksanakan para pengikut di bawah
koordinasi pemimpin.
5) Gaya kepemimpinan pemimpin terima beres / free rein atau laissez
faire. Dalam gaya kepemimpinan ini bukan berarti kepemimpinan
tanpa pemimpin, pemimpin tetap ada dan diperlukan akan tetapi
peranannya minimal. Gaya kepemimpinan ini misalnya banyak
dilakukan pada lembaga teknologi tinggi contohnya adalah NASA.
indikator dari gaya kepemimpinan ini adalah jumlah kekuasaan dan
kebebasan pemimpin untuk menggunakan rendah ; pembuatan
keputusan diserahkan sepenuhnya kepada para pengikut di bawah
pemimpin;kreativitas dan inovasi para pengikut sangat menentukan
pencapaian tujuan organisasi.

Pemimpin dapat menggunakan satu atau lebih gaya kepemimpinan


tergantung pada kualitas para pengikut dan situasi lingkungan
kepemimpinan ketika proses kepemimpinan terjadi. misalnya jika para
pengikut merupakan orang yang berpendidikan tinggi dan mempunyai
pengalaman panjang maka gaya kepemimpinan otokratik tidak dapat
diterapkan. jika pengikut orang yang kualitasnya rendah biangkerok dan
malas pemimpin harus melakukan menerapkan gaya kepemimpinan
otokratik dan gaya kepemimpinan paternalistik.

Gaya Keunggulan Kelemahan


Kepemimpinan
Otokratik 1. Cocok dipergunakan 1. Jika pemimpin tidak bijak
untuk para pengikut dapat melanggar hak asasi
berkualitas rendah, malas, para pengikut
biang kerok, tak mau
melaksanakan perintah
2. Untuk situasi darurat 2. Berakibat kepuasan kerja
situasi tidak stabil konflik pengikut rendah
destruktif dan memerlukan
pembuatan keputusan cepat
3. Jika dipergunakan dengan 3. Menimbulkan stres kerja
kompensasi dan lingkungan para pengikut
kerja baik dapat
meningkatkan kinerja para
pengikut
Gaya Keunggulan Kelemahan
Kepemimpinan
4. Pengikut dapat menjadi
pasif Masa bodoh dan yes
man
5. Tidak ada upaya
pemimpin untuk
memberdayakan para
pengikut
6. Jika dipergunakan secara
tidak terukur dapat
menurunkan kinerja para
pengikut
Paternalistik 1. Cocok untuk organisasi 1. Jika pemimpin terlalu
dengan hubungan kerja dominan dapat menimbulkan
mentor dan protege : ewuh pakewuh, yes men dan
lembaga pendidikan rendahnya kreativitas dan
pesantren organisasi inovasi para pengikut
teknologi tinggi
2. Dalam sistem sosial yang 2. Pemimpin menganggap
menggunakan kepemimpinan para pengikut sebagai anak-
karismatik dan kekuasaan anak yang harus selalu
keahlian dibimbing dan diberi
petunjuk
3. Para pengikut dapat
menganggap pemimpin can
do no wrong
Partisipatif 1. Cocok untuk organisasi 1. Tidak cocok jika para
dimana pemimpinnya pengikut berkualitas rendah
berupaya memberdayakan dan pasif
para pengikutnya
Gaya Keunggulan Kelemahan
Kepemimpinan
2. Menciptakan tim kerja 2. Tidak cocok dalam situasi
pemimpin dan para pengikut darurat dan kritis
yang kohesif
3. Menghasilkan kepuasan 3. Memerlukan pengertian
kerja tinggi bagi para dan kesabaran pemimpin
pengikut
4. Pembuatan keputusan
dapat lambat
Demokratik 1. Cocok untuk situasi 1. Memerlukan kualitas
normal pengikut tinggi
2. Menciptakan tim kerja 2. Jika pengikut tidak
tinggi berkualitas dapat
menimbulkan anarkis
3. Menghasilkan kepuasan 3. Memerlukan peraturan
kerja para pengikut tinggi yang mengatur hak dan
kewajiban pemimpin dan
pengikut serta bagaimana
berinteraksi satu sama lain

4. Jika para pengikut 4. Pemimpin dan pengikut


berkualitas menghasilkan harus memahami dan
kinerja tinggi menerapkan prinsip-prinsip
demokratis jika tidak akan
terjadi anarkis
Pemimpin 1. Cocok untuk para 1. Tidak cocok untuk para
terima beres pengikut dengan kemampuan pengikut dengan kemampuan
dan kompetensi tinggi dan kematangan kerja rendah
2. Memberdayakan pengikut 2. Jika pemimpin lemah,
rentan akan terjadi
penyalahgunaan oleh para
Gaya Keunggulan Kelemahan
Kepemimpinan
3. Meningkatkan motivasi
dan kepuasan kerja
4. Meningkatkan kreativitas
dan inovasi pengikut
5. Otonomi merancang
melaksanakan dan
mengevaluasi aktivitas
6. Meningkatkan kinerja
pengikut dan organisasi

C. Leadership match Concept

1) Konsep Dasar

Teori model kontingensi efektivitas pemimpin dikembangkan oleh Fred


E Fiedler (1976). teori ini berdasarkan studi yang dimulai tahun 1951 dan
menjadi salah satu teori yang diteliti secara intensif oleh para pakar, teori ini
menyatakan bahwa kesuksesan seorang pemimpin tergantung (contingent) pada
dua faktor sebagai berikut

(1) Cara tipikal pemimpin berinteraksi dengan anggota kelompok yang


dipimpinnya - misalnya gaya kepemimpinan.
(2) Kontrol situasi, yaitu tinggi rendahnya pemimpin mempunyai kontrol
atas situasi - misalnya mengontrol kelompok, tugas dan hasilnya.
Teori Fiedler ini kemudian dikembangkan menjadi Leader Match
Concept Theory ( Teori Konsep Kecocokan Pemimpin) yang dikembangkan
oleh Fred E Fiedler dan Martin M. Chemers (1984).

2) Gaya Kepemimpinan

Menurut kedua teoritisi kepemimpinan ini gaya kepemimpinan adalah


tinggi rendahnya hubungan antara seseorang dengan teman sekerjanya dengan
siapa ia paling tidak ingin bekerja atau Least Prefered Coworker (LPC).
Berdasarkan hasil tes LPC skill pemimpin dapat dikelompokkan menjadi tiga
yaitu :

(1) Pemimpin termotivasi hubungan (Relationship motivated leaders).


Pemimpin termotivasi hubungan atau LPG tinggi (High LPC) yaitu
pemimpin-pemimpin yang mendapat skor 73 atau lebih ketika
mengikuti tes LPC scale. Pemimpin tipe ini menekankan
kepemimpinannya pada hubungan personal yang baik dengan para
pengikutnya. Ia sangat memperhatikan apa yang dipikirkan dan
dirasakan oleh para pengikutnya, di tempat kerja ia mendorong para
pengikutnya untuk berpartisipasi dalam membuat keputusan dan
mendorong mereka kreatif dalam menyelesaikan problem.
(2) Pemimpin Sosioindependen. Pemimpin sosial independen adalah
pemimpin yang mendapatkan skor tengah (middle LPC score) yaitu
mereka yang memperoleh skor 65 - 72 dalam tes LBC Scale. pemimpin
jenis ini agak terpisah dan kurang berpengaruh apa yang dipikirkan para
pengikutnya. Iya lebih fleksibel dan banyak belajar dari pengalamannya.
Iya mempergunakan kemampuannya dalam berbagai kondisi dan
situasi.
(3) Pemimpin termotivasi tugas. Pemimpin termotivasi tugas ialah para
pemimpin dengan skor LPG rendah, yaitu mendapatkan skor 64 atau
kurang dalam tes LPC scale. Pemimpin jenis ini menemukan buka
puasanya dari menyelesaikan tugasnya. Iya mempunyai percaya diri dari
prestasi nyata dari hubungan baik dengan orang lain. Ia merasa senang
jika dapat bekerja dengan pedoman dan standar prosedur operasi yang
jelas. Jika panduan kerja tak ada pemimpin berupaya membuatnya.
3) Situasi Kepemimpinan

Dasar untuk mengklasifikasi situasi kepemimpinan adalah sampai


seberapa tinggi situasi menyediakan pemimpin pengaruh. sampai seberapa
tinggi pemimpin dapat memprediksi dan menentukan apa yang akan dilakukan
oleh kelompok, dan keluaran apa dari tindakan mereka dan keputusan yang
akan terjadi. pemimpin dapat memprediksi dengan kepastian tinggi dan
kepastian apa yang akan terjadi jika ia menginginkan sesuatu dilakukan.
Ada tiga komponen yang menentukan kontrol dan pengaruh dalam suatu situasi:

(1) Hubungan antara pemimpin dan pengikut. Yaitu sampai seberapa


besar pengikut atau anggota kelompok mendukung dan loyal kepada
pemimpin. Hubungan antara pemimpin dan pengikut ditentukan oleh
dua hal, yaitu :
a) dukungan para pengikut terhadap pemimpinnya
b) hubungan di antara para pengikut, termasuk perbedaan pendapat
dan konflik.
(2) Struktur tugas. Yaitu sampai seberapa rinci tugas menyatakan tujuan,
prosedur dan pedoman khusus untuk melaksanakan tugas.
(3) Kekuasaan posisional. sampai seberapa besar posisi atau jabatan
memberikan otoritas atau wewenang kepada pemimpin untuk
memberikan imbalan dan menghukum pengikut atau bawahannya.

Jenis Kontrol Situasi Kontrol Situasi Kontrol Situasi


Pemimpin Tinggi Sedang Rendah
LPC Tinggi Perilaku: Agak Perilaku: Sopan, Perilaku: Khawatir,
otokratik, terbuka dan tentatif, sangat
menyendiri dan partisipatif. memperhatikan
terpusat. hubungan interpersonal.
Tampaknya Kinerja : Baik
memerhatikan Kinerja: Buruk
tugas.

Kinerja: Buruk
LPC Rendah Perilaku: Sopan Perilaku: Tegang, Perilaku: Direktif,
dan mendukung terfokus pada tugas. terfokus pada tugas.

Kinerja: Baik Kinerja: Buruk Kinerja: Relatif bagus.


Teori Dasar Kepemimpinan Situasional

1. Konsep dasar
Teori kepemimpinan situasional berdasarkan asumsi atau pola pikir
sebagai berikut:
(1) Tidak ada satu cara terbaik untuk mempengaruhi orang
(2) Perilaku kepemimpinan yang efektif ditentukan oleh interaksi 3
faktor utama yaitu:
a) Perilaku tugas, yaitu seberapa besar pemimpin menentukan
tugas dan kewajiban pengikut individu atau kelompok yang
meliputi 5W+1H.
b) Perilaku hubungan, yaitu seberapa jauh pemimpin
menentukan komunikasi yang mencakup mendengarkan,
memfasilitasi, dan perilaku mendukung.
c) Kesiapan pengikut.
2. Taksonomi Gaya Kepemimpinan
Terdapat empat gaya kepemimpinan atau perilaku pemimpin, yaitu
telling, selling, participating, dan delegating. Berikut diuraikan
keempat gata kepemimpinan atau perilaku pemimpin.
a). Style 1 (S1) Gaya kepemimpinan telling (memberi tahu)
Gaya kepemimpinan telling merupakan gaya kepemimpinan
memberitahu dimana pemimpin memberikan intruksi khusus
dan mensupervisi ketat kinerja para pengikutnya.
b). Style 2 (S2) Gaya kepemimpinan selling (memjual)
Pada gaya kepemimpinan menjual, seorang pemimpin
menjelaskan keputusan dan memberikan peluang untuk
menjelaskan klatifikasi tugas kepada para pengikut.
c). Style 3 (S3) Gaya kepemimpinan participating
Dalam gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin berbagi
tentang ide-ide dengan para pengikut dan memfasilitasi
pembuatan keputusan.
d). Stylr 4 (S4) Gaya kepemimpinan delegating (delegasi)
Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin memberikan tanggung
jawab dan pembuatan keputusan serta pelaksanaan aktivitas
kepada pengikut-pengikutnya.
3. Kesiapan Pengikut
Menurut Harsey, Blanchard, dan Johnson Kesiapan pengikut adalah
sampai seberapa besar seorang pengikut menunjukkan kemampuan dan
kemauan melaksanakan tugas dan kewajiban yang dilimpahkan.
Kesiapan seseorang dalam melaksanakan tugas khusus dapat berbeda-
beda tergantung pada tugas yang dilimpahkan. Kesiapan pengikut terdiri
dari 2 (dua) komponen yaitu:
a). Kemampuan (Ability) pengikut.
Adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
dimiliki oleh individu atau kelompok untuk melaksanakan tugas
tertentu.
b). Kemauan (Willingness) pengikut.
Adalah sampai seberapa besar individu atau kelompok
mempunyai rasa percaya diri, komitmen, dan motivasi untuk
melakukan tugas tertentu.

Berdasarkan dua komponen kesiapan di atas, pengikut dapat


dikelompokkan menjadi 4 level sebagai berikut:

(1) Kesiapan Readiness 1 – Kesiapan Rendah - unable and unwilling


or unsecure.
Keadaan dimana pengikut merasa tidak mampu, tidak mau atau
merasa tidak percaya diri untuk melakukan tugas yang diberikan
kepadanya. Atau dapat juga pengikut merasa tidak mampu dan
tidak percaya diri untuk melaksanakan tugasnya. Berikut
indikatornya:
 Tidak melakukan tugas pada level yang dapat diterima
 Merasa terintimidasi oleh tugas yang diterima
 Tidak jelas mengenai arah tugas
 Penundaan melaksanakan tugas
 Mengajukan sejumlah pertanyaan mengenai tugas
 Menghindari tugas
 Menjadi tidak enak untuk melaksanakan tugas
 Memerlukan pemimpin untuk mengarahkan dan
memotivasi dalam melaksanakan tugas
(2) Kesiapan Readiness 2 - kesiapan sedang – unable but willing or
confident.
Pengikut tidak mampu namun memiliki kemauan atau rasa
percaya diri untuk melaksanakan tugas yang diterimanya.
Berikut merupakan indikatornya:
 Kemampuan untuk melaksanakan tugas sedang
 Punya keinginan dan senang melakukan tugasnya
 Mau menerima petunjuk dan masukan
 Tertarik dan responsive untuk melaksanakan tugas
 Penuh perhatian terhadap tugas
 Mau melaksanakan tugas baru
 Melakukan pekerjaan dengan trial and error
(3) Kesiapan Readiness 3 – kesiapan sedang – able but unwilling.
Keadaan dimana pengikut memiliki kemampuan namun tidak
memiliki kemauan untuk melaksanakan tugas. Atau dapat juga
pengikut memiliki kemampuan namun tidak percaya diri untuk
melaksanakan tugas. Berikut indikatornya:
 Telah menujukkan pengetahuan, kemampuan, dan
keterampilan dalam melaksanakan tugas
 Tampak ragu-ragu untuk menyelesaikan atau mengambil
langkah berikutnya dalam melaksanakan tugas
 Kelihatan takut, ragu, kaget, dan bingung dalam
menghadapi tugas
 Tampak masa bodoh untuk melaksanakan tugas
 Sering meminta balikan
 Pengikut mengarahkan diri sendiri
(4) Kesiapan Readiness 4 – kesiapan tinggi – able and willing
Pengikut mempunyai kemampuan dan kemauan, atau
kepercayaan diri untuk melaksanakan tugasnya. Berikut
merupakan indikatornya:
 Membuat atasan selalu terinformasi tentang kemajuan
pelaksanaan tugas
 Mempergunakan sumber-sumber organisasi yang efisien
 Bertanggung jawab dan berorientasi pada hasil
 Berbagi ide kreatif dan inovatif
 Melaksanakan dengan standar tinggi
 Mampu membuat keputusan yang efektif dan efisien
mengenai tugas
 Berbagi cerita informasi baik dan buruk
 Dapat menyelesaikan tugas tepat waktu atau lebih cepat
 Pengikut mengarahkan diri sendiri.

Indikator-indikator di atas penting untuk diketahui oleh


pemimpin sebagai dasar untuk menganalisis dan memahami
situasi pengikutnya sehingga dapat menentukan gaya
kepemimpinan yang cocok untuk diterapkan kepada
pengikutnya.

4. Memilih Gaya Kepemimpinan yang Tepat


Di dalam sebuah organisasi yang terdapat beberapa orang yang hendak
bekerja sama, tentu perlu adanya seorang pemimpin yang bisa
mempengaruhi pengikut untuk mencapai tujuan. Agar kepemimpinan
efektif maka seorang pemimpin perlu menyesuaikan gaya
kepemimpinannya sesuai dengan kesiapan pengikut. Berikut merupakan
gaya kepemimpinan dan ketepatan penggunaannya:
a). Gaya Kepemimpinan – telling (memberi tahu)
Gaya ini cocok diterapkan untuk pemimpin para pengikut
dengan kesiapan Readiness 1. Berikut perilaku yang dapat
pemimpin lakukan untuk memimpin pengikut R1:
 Memberikan petunjuk secara rinci dan jelas mengenai
tugas yang harus dikerjaan meliputi (5W+1H)
 Mendefinisikan secara operasional peran pengikut
 Komunikasi sebagian besar satu arah
 Pemimpin yang membuat keputusan
 Supervisi ketat dan meminta pertanggunjawaban
pengikut
 Intruksi secara bertingkat
 KISS (Keep It Simple and Spesifik)

Namun apabila pengikut masih merasa tidak mampu dan tidak


mau makan pemimpin dapat mengatasinya dengan cara:

 Secara langsung menyatakan fakta-fakta khusus


 Secara positif menguatkan
 Mempertimbangkan konsekuensi untuk pengikut yang
tidak melakukan tugas
 Mempertahankan level emosi terkontrol

Apabila pengikut merasa tidak mampu dan tidak percaya diri


maka pemimpin dapat berperilaku:

 Menyediakan informasi tentang tugas dalam jumlah


yang dapat dicerna
 Memastikan tidak membuat pengikut kacau
 Mengurangi ketakutan dan kesalahan
 Memberi bantuan langkah demi langkah
 Memfokuskan pada perintah
b). Gaya Kepemimpinan Selling (Menjual)
Gaya ini cocok untuk diterapkan pada readiness 2. Perilaku
pemimpin yang diperlukan diantaranya:
 Menyediakan petunjuk mengenai 5W+1H tugas dan
perintah yang harus dilakukan pengikut
 Pemimpin membuat keputusan dan menjelaskan
keputusan serta memungkinkan peluang untuk
klarifikasi
 Melakukan dialog dua arah
 Menjelaskan peran para pengikut
 Mengajukan pertanyaan untuk mengidentifikasi level
kemampuan
 Memperkuat perkembangan kecil
c). Gaya kepemimpinan Participating
Gaya kepemimpinan participating cocok untuk dipergunakan
memimpin pengikut readiness 3.perilaku pemimpin yang
diperlukan diantaranya:
 Membagi tanggung jawab untuk membuat keputusan
dengan para pengikut
 Memenuhi kebutuhan rasa ingin tahu para pengikut
 Memfokuskan kegiata untuk mencapai hasil
 Mengikutsertakan pengikut dalam konsekuensi tugas
untuk meningkatkan komitmen dan motivasi
 Menggabungkan perbuatan keputusan pemimpin dan
pengikut
 Menentukan langkah-langkah berikutnya
 Memberikan dorongan dan dukungan
 Mendiskusikan ketakutan para pengikut
 Mendorong untuk memberikan masukan
 Secara aktif mendengarkan apa yang dikemukakan para
pengikut
d). Gaya Kepemimpinan Delegating
Gaya kepemimpinan ini cocok untuk pengikut R4 dimana
pengikut mampu dan mau serta percaya diri melaksanakan
tugasnya. Perilaku pemimpin untuk para pengikut dengan
kualitas ini adalah
 Mendengar untuk mengevaluasi dan aktivitas
 Mendelegasikan tugas dan aktivitas
 Pengikut membuat keputusan
 Mendorong kebebasan untuk mengambil risiko
 Supervisi longgar
 Memonitor aktivitas
 Memperkuat hasil
 Selalu mudah dihubungi
 Memberikan dukungan dengan menyediakan sumber
5. Teknik Menentukan Perilaku Pemimpin
Gaya kepemimpinan yang cocok untuk dipakai pemim[in dalam situasi
tertentu perlu diambil sejumlah keputusan dengan menjawab sejumlah
pertanyaan ini
a). Objektif
Apa yang ingin dicapai?. Seorang pemimpin harus menentukan
bidang aktivitas apa yang dilakukan para pengikut yang akan
dipengaruhi
b). Apa kesiapan pengikut?
c). Tindakan kepemimpinan apa yang harus diambil?
d). Apakah hasil intervensi kepemimpinan yang diharapkan?
e). Tindak lanjut apa saja, jika ada, apa yang diperlukan?
6. Keefektivitasan Pemimpinan
Kepemimpinan dimulai dengan upaya mempengaruhi para pengikutnya
yang dapat sukses dan dapat juga tidak sukses. Kesuksesan merupakan
kontinum dari sangat sukses sampai sangat tidak sukses. Sedangkan
efektivitas merupakan tingkat keadaan sukses dari tidak efektif sampai
efektif. Keefektivan pemimpin tergantung seberapa tepat gaya
kepemimpinan pemimpin terhadap situasi. Jika gaya kepemimpinan
cocok dengan situasi, maka gaya kepemimpinan tersebut dianggap
efektif. Namun jika tidak cocok maka disebut tidak efektif.
7. Efektivitas kepemimpinan
Yukl (1994) mengemukakan bahwa efektivitas, seperti kepemimpinan,
didefinisikan secara beda oleh para peneliti. Sebagian besar dari mereka
mengemukakan hasil yang diproduksi oleh para pegawai yang
dipengaruhi oleh perilaku pemimpinan sebagai indikator dalam
asesmen dari efektivits kepemimpinan, termasuk kepuasan pegawai
dengan atasannya, identitas dengan objektif organisasi perkembangan
pegawai dan kesehatan psikologi.

Efektivitas tidak ditentukan oleh pemimpin sendiri melainkan melalui


banyak variabel yaitu B+2s=LE. [belief+skill+situational
variable=leadership effectiveness] –
kepercayaanketerampilan+variabel situasional= efektivitas
kepemimpinan merupakan model yang ideal.

Pengertian dimensi-dimensi efektivitas kepemimpinan dekemukakan


oleh berbagai teori yaitu:

Teori Kepemimpinan Dimensi Efektivitas Organisasi


Fiedler (1967) Pengukuran objektif keinerja
organisasi yang sesungguhnya
Raddin (1970) Pemimpin mencapai suatu tujuan
dalam kapasitasnya
House (1971) 1. motivasi para pegawai. 2. Kepuasan
kerja para pegawai. 3. Penerimaan
pegawai terhadap atasannya.
Vroom & Yetton (1973) 1. kualitas keputusan. 2. Apakah
keputusan diterima pegawai atau tidak.
Dansereau Graen & Haga (1975) 1. kinerja kerja. 2. Kepuasan kerja. 3.
Tingkat pindah kerja (turn over rate)
Hersey & Blanchard (1982) Penyesuaian gaya kepemimpinan
kepada kematangan para pegawai
Yukl (1994) 1. sampai seberapa tinggi pemimpin
mencapai objektif. 2. Sikap bawahan
terhadap pemimpin. 3. Pengukuran
kontribusi pemimpin kepada aktivitas
kelompok melalui bawahannya.
Berdasarkan analisa tersebut efektivitas kepemimpinan meninjukkan
kepada pencapaian kewajiban suatu organisasi. Oleh sebab itu,
pengukuran dipengaruhi oleh konteks, gaya kemempimpinan, kepuasan
komunikasi, dan faktor-faktor lain.

8. Hubungan antara gaya kemimpinan dan efektivitas kepemimpinan

Green (1975), lin (1976), pelly dan robert (1978), tseng (1978), hsu
(1980), tartell (1984), dan huang (1984) telah menunjukkan bahwa gaya
kepemimpina berorientasi kepada hubungn menghasilkan kepuasan
kerja para pegawai dan efektivitas kepemimpinan. Gaya kepimpimpina
tinggi terhadap pekerjaan membawa ke arah kepuasan kerja.

Hubungan antara kepuasan komunikasi dan efektivitas kepemimpinan

Downs dan hazen (1977) menemukan bahwa kepuasan komunikasi dan


kepuasan kerja berkorelasi secara tinggi juga (nicholson) membuktikan
dari sampel studi pegawai sekolah menengah bahwa terdapat korelasi
signifikan antara kepuasan komunikasi dan kepuasan kerja. Jones
(1981) menemukan tujuh dari depalam dimasi kepuasan komunikasi
dan kepuasan berkorelasi terhadap keseluruhan kepuasan kerja.
Simpson (1988) mengemukakan bahwa kepuasan keomunikasi dan
kepuasan kerja berkorelasi dengan gaji sebagai kunci. (potpin) meneliti
sejumlah organisasi yang berbeda sebagai subjek dan menyimpulkan
bahwa kepuasan komunikasi dan komitmen organisasi secara
signifikan berkorelasi. Sedangkan peneliti chen (1995) menemukan
dalam studinya terdapat korelasi positif dan signifikan antara kepuasan
komunikasi para pegawai dan koitmen organisasi, seperti telah
dikemukakan dalam studi sebelumnya, terdapat korelasi positif dan
signifikan antara kepuasan komunikasi dan kepuasan kerja. Karena itu
disimpulkan bahwa komunikasi harus ditingkatkan untuk
meningkatkan kepuasan komunikasi dan efektivitas kepemimpinan.

Anda mungkin juga menyukai