“GAYA KEPEMIMPINAN”
Dosen Pengampu : Mochamad Hanafi, M.Si.
HALAMAN SAMPUL
Disusun Oleh :
FAKULTAS EKONOMI
2019
A. TEORI MANAJERIAL GRID
a. Konsep Dasar
Teori manajerial Grid – The Managerial Grid Theory – mula-mula
dikembangkan oleh Robert Rogers Blake bersama Jane Srygle Mouton
(1954) kemudian disempurnakan oleh Robert R. Blake dan Anne Adams
McCanse (1991).
Teori kepemimpinan Grid Robert Rogers Blake dan Anne Adams
McCanse menggunakan dua istilah yaitu leadership style atau gaya
kepemimpinan dan management style atau gaya manajemen. Kedua istilah
tersebut dipakai dengan konotasi pengertian yang sama yaitu pola perilaku
kepemimpinan atau pola perilaku manajemen.
Teori kepemimpinan menurut Blake dan McCanse ada 3 yaitu:
- R1 (Resource) atau sumber-sumber adalah kontribusi orang sebagai
individual dalam kepemimpinan.
- R2 (Relationship) atau hubungan adalah interaksi antara resource dengan
result yang berhadapan satu sama lain.
- R3 (Result) atau hasil adalah realisasi dari interaksi tim kerja dan
problem solving. Result dapat diukur sebagai adanya bukti
produktivitas, keuntungan, kreatifitas dan inovasi, penjualan dan
layanan.
Teori kepemimpinan Grid disusun berdasarkan asumsi bahwa
kepemimpinan seorang pemimpin ditentukan oleh dua dimensi utama yaitu
concern for people atau memperhatikan orang dan concern for result
(production) atau memperhatikan hasil (produksi).
1) Konsep Dasar
1) Konsep Dasar
2) Gaya Kepemimpinan
Kinerja: Buruk
LPC Rendah Perilaku: Sopan Perilaku: Tegang, Perilaku: Direktif,
dan mendukung terfokus pada tugas. terfokus pada tugas.
1. Konsep dasar
Teori kepemimpinan situasional berdasarkan asumsi atau pola pikir
sebagai berikut:
(1) Tidak ada satu cara terbaik untuk mempengaruhi orang
(2) Perilaku kepemimpinan yang efektif ditentukan oleh interaksi 3
faktor utama yaitu:
a) Perilaku tugas, yaitu seberapa besar pemimpin menentukan
tugas dan kewajiban pengikut individu atau kelompok yang
meliputi 5W+1H.
b) Perilaku hubungan, yaitu seberapa jauh pemimpin
menentukan komunikasi yang mencakup mendengarkan,
memfasilitasi, dan perilaku mendukung.
c) Kesiapan pengikut.
2. Taksonomi Gaya Kepemimpinan
Terdapat empat gaya kepemimpinan atau perilaku pemimpin, yaitu
telling, selling, participating, dan delegating. Berikut diuraikan
keempat gata kepemimpinan atau perilaku pemimpin.
a). Style 1 (S1) Gaya kepemimpinan telling (memberi tahu)
Gaya kepemimpinan telling merupakan gaya kepemimpinan
memberitahu dimana pemimpin memberikan intruksi khusus
dan mensupervisi ketat kinerja para pengikutnya.
b). Style 2 (S2) Gaya kepemimpinan selling (memjual)
Pada gaya kepemimpinan menjual, seorang pemimpin
menjelaskan keputusan dan memberikan peluang untuk
menjelaskan klatifikasi tugas kepada para pengikut.
c). Style 3 (S3) Gaya kepemimpinan participating
Dalam gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin berbagi
tentang ide-ide dengan para pengikut dan memfasilitasi
pembuatan keputusan.
d). Stylr 4 (S4) Gaya kepemimpinan delegating (delegasi)
Dalam gaya kepemimpinan ini pemimpin memberikan tanggung
jawab dan pembuatan keputusan serta pelaksanaan aktivitas
kepada pengikut-pengikutnya.
3. Kesiapan Pengikut
Menurut Harsey, Blanchard, dan Johnson Kesiapan pengikut adalah
sampai seberapa besar seorang pengikut menunjukkan kemampuan dan
kemauan melaksanakan tugas dan kewajiban yang dilimpahkan.
Kesiapan seseorang dalam melaksanakan tugas khusus dapat berbeda-
beda tergantung pada tugas yang dilimpahkan. Kesiapan pengikut terdiri
dari 2 (dua) komponen yaitu:
a). Kemampuan (Ability) pengikut.
Adalah pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang
dimiliki oleh individu atau kelompok untuk melaksanakan tugas
tertentu.
b). Kemauan (Willingness) pengikut.
Adalah sampai seberapa besar individu atau kelompok
mempunyai rasa percaya diri, komitmen, dan motivasi untuk
melakukan tugas tertentu.
Green (1975), lin (1976), pelly dan robert (1978), tseng (1978), hsu
(1980), tartell (1984), dan huang (1984) telah menunjukkan bahwa gaya
kepemimpina berorientasi kepada hubungn menghasilkan kepuasan
kerja para pegawai dan efektivitas kepemimpinan. Gaya kepimpimpina
tinggi terhadap pekerjaan membawa ke arah kepuasan kerja.