Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB II
MISREPRESENTATION DALAM KONTRAK
PADA FASE PRA KONTRAKTUAL
A. Misrepresentation
1. Pengertian Misrepresentation
adalah suatu kondisi di mana satu pihak dalam kontrak membuat pernyataan palsu
tentang suatu fakta kepada pihak lain yang bergantung padanya. Pihak yang
menerima pernyataan palsu bisa menuntut ganti rugi atas kerugian mereka. 36
Sebagai contoh misalnya kontak baku yang dirancang oleh sepihak, sudah
Keuntungan yang dimaksud dalam hal ini adalah keuntungan yang meliputi
efesiensi biaya, waktu dan tenaga dan juga penyelesaian cepat. Kontrak baku juga
34
Nugroho, Aris Setyo, Penerapan Asas Itikad Baik Pada Fase Pra Kontraktual Dalam
Hukum Common Law dan Civil Law. (Jakarta: Jurnal Repertorium Fakultas Hukum, Program
Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Edisi 1 Januari – Juni , 2014), hal. 75
35
http://kamuslengkap.com/kamus/inggris-indonesia/arti-kata/misrepresentation
dikunjungi terakhir pada 7 Oktober 2015, pukul 09:00 Wib.
36
http://kamusbisnis.com/arti/misrepresentasi/ , dikunjungii terakhir pada 3 Oktober
2015, pukul 12:00 Wib. Dalam Kamus Bisnis ini mengartikan bahwa kontrak adalah adalah
sebuah kesepakatan yang melibatkan tanggung jawab bersama dari dua pihak atau lebih,
sedangkan yang dimaksud dengan ganti rugi (legal remedy) adalah cara pemenuhan atau
kompensasi hak oleh pengadilan yang diberikan kepada satu pihak yang menderita kerugian oleh
pihak lain yang melakukan kelalaian atau kesalahan sehingga menyebabkan kerugian tersebut.
20
tersebut;
yaitu pernyataan yang salah tersebut harus mengakibatkan kerugian bagi salah
satu pihak. Pernyataan tersebut merupakan fakta yang amat penting yang
Kontrak baku dewasa ini memang sering digunakan dalam praktek bisnis
di masyarakat, dimana kontrak baku tersebut sering terjadi tanpa proses negosiasi
yang seimbang diantara para pihak, sering terjadinya kekeliruan dalam pemaham,
terjadi dengan cara pihak yang satu telah menyiapkan syarat-syarat baku dalam
suatu formulir perjanjian yang sudah dicetak dan kemudian diberikan kepada
37
Marianne M. Jennings, Business: It’s Legal, Ethical, and Global Enviroment,
(Manson: Thoomson West, 2006), hal. 549.
38
Ibid, hal. 548.
pihak lainnya untuk diterima dan disetujui dengan hampir tidak memberikan
kebebasan sama sekali kepada pihak lainnya untuk melakukan negosiasi atas
1. Kontrak baku sepihak yaitu kontrak yang isinya ditentukan oleh pihak yang
2. Kontrak baku timbal balik yaitu kontrak baku yang isinya ditentukan oleh
kedua pihak, pihak-pihaknya terdiri dari pihak majikan dan pihak lainnya
3. Kontrak baku yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu kontrak baku yang
tertentu;
antara lain :
1. Menurut Sutan Remy Sjahdeni bahwa suatu kontrak baku adalah kontrak
oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak mempunyai
39
Sri Gambir Melati Hatta, op. Cit, hal. 146.
harga, jumlah, warna, tempat, waktu, dan beberapa hal lainnya yang spesifik
2. Menurut Mariam Darus, bahwa suatu kontrak baku adalah kontrak yang
yang menjadi tolok ukur yang dipakai sebagai patokan atau pedoman bagi
Yang dibakukan dalam kontrak baku adalah meliputi model, rumusan dan
ukuran. 42
4. Menurut Munir Fuady, bahwa kontrak baku adalah suatu kontrak tertulis
yang dibuat hanya oleh satu pihak dalam kontrak tersebut, bahkan sering
formulir tertentu oleh salah satu pihak, yang dalam hal ini ketika kotrak
40
Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak Dan Perlindungan Yang Seimbang
Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank Di Indonesia, (Jakarta: Institut Bankir Indonesia,
1993), hal. 66.
41
Sri Gambir Melati Hatta, Beli Sewa Sebagai Perjanjian Tak Bernama : Pandangan
Masyarakat Dan Sikap Mahkamah Agung Indonesia (Bandung: Alumni, 2000), hal. 146.
42
Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan
(Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 1992), hal. 9.
sudah dibuat oleh salah satu pihak tersebut, sehingga biasanya kontrak baku
istilah yang sering digunakan untuk kontrak baku, antara lain 46:
43
Munir Fuady, Hukum Kontrak (Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis) Buku Kedua
(Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 2003), hal. 76. (Selanjutnya disebut dengan Munir Fuady III).
44
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis (Bandung: Alumni, 1994), hal. 47.
45
Ibid, ...hal 47
46
Munir Fuady III, op. Cit, hal. 75.
diberikan oleh pengusaha. Adapun ciri-ciri dari kontrak baku antara lain : 47
1. Bentuknya Tertulis
baku dibuat secara tertulis berupa akta otentik atau akta di bawah tangan.
kata-kata atau susunan kalimat yang teratur dan rapi. Jika huruf yang
digunakan berbentuk kecil danisinya sangat padat serta sulit dibaca dalam
waktu yang sangat singkat maka hal ini merupakan kerugian bagi
konsumen.
Format kontrak meliputi model, rumusan dan ukuran. Format ini dibakukan,
47
Abdulkadir Muhammad, op. Cit, hal. 2.
dapat diganti, diubah, atau dibuat dengan cara lain karena telah dicetak.
Model kontrak dapat berupa blanko naskah kontrak lengkap, atau blanko
kontrak dapat dibuat secara rinci dengan menggunakan nomor atau pasal-
konsumen sulit atau tidak memahaminya dalam waktu yang singkat. Hal ini
pengusaha yang membebaskan diri dari tanggung jawab sulit diterima oleh
pengusaha dapat diketahui melalui format kontrak yang siap pakai, dimana
tersebut.
menolak kontrak.
5. Penyelesaian Sengketa
Dalam kontrak baku, syarat baku biasanya dimuat lengkap dalam naskah
perjanjian, atau ditulis sebagai lampiran yang tidak terpisah atau merupakan
satu kesatuan dengan formulir kontrak atau ditulis dalam dokumen bukti
kontrak.
Permasalahan yang kerap terjadi saat ini adalah bahwa sering terjadinya
objek dalam suatu kontrak pada fase pra kontraktual, dan hal ini sering terjadi
pada kontrak baku. Sehinga perlu juga diketahui bahwa terdapat tiga aspek yang
1. Aspek Hukum
Secara yuridis, masalah ini dapat diselesaikan melalui Pasal 1338 ayat (1)
KUH Perdata yang menyatakan bahwa perjanjian yang dibuat dengan sah
Konsekwensinya terdapat pada Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata yang
dibuat dengan sah itu. Keterikatan para pihak dapat dibuktikan dengan
2. Aspek Kemasyarakatan
48
Abdulkadir Muhammad, op. Cit, hal. 26.
3. Aspek Ekonomi
dan juga yang menentang kontrak baku, adapun beberapa ahli hukum yang
berdasarkan fiksi tentang adanya kemauan dan kepercayaan (fictie van wil
diri ke dalam kontrak baku tersebut. Jika salah satu pihak menerima
dokumen kontrak tersebut, berarti pihak tersebut secara sukarela setuju pada
baku karena dia sudah menandatangani kontrak tersebut, sehingga dia harus
kepada isi dari kontrak tersebut. Jadi setiap orang yang menandatangani
dimana jika ada seseorang yang membubuhkan tanda tangan pada formulir
49
Munir Fuady, op. Cit, hal. 86.
diketahui isinya.
Namun terdapat pula beberapa ahli hukum yang memberikan kritik yang
particuliere wetgever).
ini dikehidupan sehari-hari yang tanpa disadari pihak yang membutuhkan tidak
50
Ibid, hal. 86.
Dari contoh tersebut sering adanya temuan hukum bahwa pihak yang
penawaran. Hal demikian juga tidak terlepas dari perilaku pelaku usaha dan
pengguna jasa atau barang. Alhasil, kontrak perjanjian berat sebelah dan sangat
Sedangkan akibat hukum yang akan terjadi baru disadari pada saat tahapan
a. Ganti rugi karena wanprestasi (Pasal 1240 s.d. 1252 KUH Perdata): ganti
rugi yang dibebankan kepada debitur yang tidak memenuhi isi perjanjian
yang telah dibuat antara kreditur dengan debitur. Pembebanan ganti rugi ini
atas perintah pengadilan setelah melalui proses somasi minimal tiga kali.
b. Ganti rugi karena perbuatan melawan ( Pasal 1365 KUH Perdata): ganti rugi
pihak yang dirugikannya. Ganti rugi ini timbul karena adanya kesalahan,
Penipuan dan wanprestasi sering terjadi dalam dunia hukum, kedua hal
tersebut memang memiliki akibat yang sama, yaitu menimbulkan kerugian pada
salah satu pihak. Namun, sering salah menerapkan suatu peristiwa hukum.
hukum perdata. Hukum pidana dapat identik dengan hubungan antara kepentingan
mengarah pada hubungan kepentingan warga negara satu dengan yang lain.
Pidana (selanjutnya disebut KUH Pidana) Pasal 378 yang mana ketentuan pada
2. Menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum (unsur
subjektif)
yang sebagaimana yang dimaksud di atas dapat dipidana penjara paling lama
52
http://www.hukum123.com/penipuan-atau-wanprestasi/ dikunjungi terakhir pada 12
Oktober 2015, pukul 09:05 Wib.
empat tahun. Sedangkan wanprestasi adalah kelalaian dari pihak dalam memeuhi
Bila Pernyataan yang keluar tidak sama dengan kehendak yang sebenarnya
1) Teori Kehendak, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi
53
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat di Indonesia (Jakarta: Sinar
Grafika, 2006), hal. 30. (selanjutnya disebut dengan Salim HS III)
54
Salim HS, Perkembangan Hukum Kontrak Innominaat Di Indonesia, Op. Cit, hal. 30.
2) Teori Pernyataan, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi
3) Teori Kepercayaan, menurut teori ini yang menentukan apakah telah terjadi
kontrak atau belum adalah pernyataan seseorang yang secara objektif dapat
dipercaya.
terjadi pada fase pra kontraktual, bukan pada fase kontrak maupun fase post
suatu kontrak, hanya dampak hukum yang akan ditemukan pada fase post
bisnis para pelaku bisnis semakin disadari pentingnya. Hampir dapat dipastikan
bahwa tidak ada satu aktivitas bisnis yang mempertemukan pelaku bisnis dalam
mempunyai daya jangkau yang sangat luas, dalam arti menjangkau sangat luas
sebagai jembatan aktivitas bisnis yang menghubungkan hak dan kewajiban dari
Kebebasan berkontrak dalam hal ini dapat diartikan bahwa seseorang bebas untuk
mengadakan perjanjian, bebas mengenai apa yang diperjanjikan, dan bebas pula
kontrak yang adil dan seimbang pula bagi para pihak. Namun demikian dalam
praktik masih banyak ditemukan model kontrak standar (kontrak baku) yang
cenderung dianggap berat sebelah, tidak seimbang, tidak adil. Dalam hal ini
berhadapan dua kekuatan yang tidak seimbang, antara pihak yang mempunyai
skill) dengan pihak yang lemah bargaining position-nya. Dengan demikian pihak
yang lemah bargaining position-nya hanya sekedar menerima segala isi kontrak
dengan terpaksa (taken for granted), sebab apabila ia mencoba menawar dengan
yang dibutuhkan. Jadi, hanya ada dua alternatif pilihan bagi pihak yang lemah
1. Pengertian Kontrak
bahasa Belanda) dalam pengertian yang lebih luas sering dinamakan juga dengan
istilah perjanjian. Kontrak adalah peristiwa di mana dua orang atau lebih saling
berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perbuatan tertentu, biasanya
55
Agus Yudha Hernoko, Op. Cit, hal 2.
56
Ibid, hal. 2.
secara tertulis. Para pihak yang bersepakat mengenai hal-hal yang diperjanjikan,
demikian, kontrak dapat menimbulkan hak dan kewajiban bagi para pihak yang
membuat kontrak tersebut, karena itu kontrak yang mereka buat adalah sumber
prakontraktual merupakan tahap awal sebelum kontrak disepakati oleh para pihak.
d. Negosiasi
hukum umum yang telah berlaku universal dan telah tertuang dalam pasal 1338
K.U.H.Perdata yaitu :
57
Abdul R. Saliman, Hukum Bisnis Untuk Perusahaan “Teori dan Contoh Kasus”,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2005), hal. 45.
58
Salim HS, Perancangan Kontrak dan Memorandum od Understanding (MoU),
(Jakarta:Sinar Grafika, 2008), hal. 54. (selanjutnya disebut dengan Salim HS II)
59
Ibid, hal. 54.
mengingat dalam negosiasi terjadi perukaran pendapat antara para pihak untuk
praktontraktual antara lain adalah nota kesepahaman atau yang biasa disebut
dibedakan dari segi teoritis dan praktis. Secara Teoritis, dokumen MoU tidak
mengikat secara hukum agar mengikat secara hukum harus dilanjuti dengan
perjanjian. 60
MoU menjadi dua yaitu hanya mengikat secara moral karena harus dilanjuti
perjanjian. 61
60
Hikmahanto Juwana, Hukum Ekonomi dan Hukum Internasionak (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hal. 123.
61
Ibid, hal. 123.
62
Bryan A. Garner, Black’s Law Dictionary 8th edition (West Texas: Thomson, 1999), hal. 347.
Dalam dalam hal ini tahapan prakontraktual dilaksanakan untuk membatasi para pihak yang telah
Untuk dapat menyusun suatu kontrak bisnis yang baik diperlukan adanya
sebagai terjemahan dari bahasa inggris yaitu “contract” adalah yang paling
modern, paling luas dan paling lazim digunakan, termasuk pemakaiannya dalam
dunia bisnis. 64
terdapat didalam KUH Perdata ataupun kontrak diluar KUH Perdata (innominaat)
yaitu sistem Common Law dan Civil Law. Seringkali prinsip-prinsip hukum yang
dianut diantara kedua sistem hukum berbeda satu dengan lainnya. Dalam sistem
hukum Civil Law yang dianut di Indonesia mengutamakan prinsip hukum tertulis
Perdata dan Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dengan syarat sahnya kontrak
seperti yang tertuang dalam pasal 1320 KUH Perdata, dimana kontrak cenderung
umum dan implisit serta lemah dari segi kemampuan konsep dan teknik.
negosiasi.
mengadakan persetujuan untuk dapat membuat persetujuan lain yang sebanding dengan pihak
ketiga.
63
Ricardo Simanjuntak, Teknik Perancangan Kontrak Bisnis (Jakarta: PT. Gramedia,
2006), hal. 27.
64
Munir Fuady I, Op. Cit, hal. 9.
menawar diantara para pihak. Negosiasi kontrak adalah satu dialog yang
pihak. Didalam hubungan hukum tersebut terdapat pihak yang berhak meminta
prestasi, serta terdapat pihak yang wajib melakukan prestasi. Sehingga hubungan
hukum diantara para pihak baru muncul setelah para pihak telah mengadakan
hukum adalah hubungan antara dua subyek hukum atau lebih dimana hak dan
kewajiban disatu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak lain. 65
kondisi :
3) Terdapat kesalahan.
65
Surojo Wignojodiputro, Pengantar Ilmu Hukum (Jakarta: Gunung Agung, 1983), hal.
38.
MoU atau LoI, yang dibuat sebagai perwujudan dari kesepahaman, itikad atau niat
para pihak sebelum memasuki tahap kontraktual. MoU adalah kesepahaman akan
suatu hal tertentu antara para pihak untuk kemudian dinegosiasikan lagi melalui
kontrak yang sah atas suatu materi yang bersifat informal atau persyaratan yang
atau kesepakatan pemikiran dari para pihak yang dikehendaki oleh keduanya
untuk mengikat.
Hingga saat ini tidak dikenal pengaturan khusus tentang MoU. Hanya saja,
merujuk dari definisi dan pengertian di atas, dimana MoU tidak lain adalah
saling pengertian diantara para pihak sebelum perjanjian dibuat. Isi dari
menekankan status letter of Intent yaitu sebagai berikut :“a letter of intent is not
meant to be binding and does not hinder the parties from bargaining with the
third party. Bussines people typically mean not to be bound by a letter of intent
66
Erman Rajagukguk, Kontrak Dagang Internasional dalam Praktik di Indonesia
(Jakarta: Universitas Indonesia, 1994), hal. 4.
berkaitan dengan terjadinya kontrak adalah kasus di Jerman Barat (Koln) pada
tahun 1856. Sebuah Firma Oppenheim & Co telah mengirimkan kawat kepada
Komisioner Weiler untuk membeli surat sero. Dalam kawat tersebut ada
kekeliruan, Weiler menerima pesan seakan-akan untuk menjual surat sero tersebut
yang tidak pasti. Teori persesuaian kehendak saat ini telah banyak ditinggalkan
sampai dengan pasal 1328 KUH Perdata “tiada sepakat yang sah apabil
atau penipuan”.
Kecakapan para pihak diatur dalam ketentuan pasal 1329 sampai dengan
67
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ua
ct=8&ved=0CB8QFjAAahUKEwipzrSam9_IAhVEipQKHTIGCmQ&url=http%3A%2F%2Ftutie
kretno.dosen.narotama.ac.id%2Ffiles%2F2011%2F10%2FHUKUM-
PERIKATAN.doc&usg=AFQjCNEai5NWZmmNYVpW7tInpDvaS-88Sw&sig2=9J1nEiWOn-
o1lfLbVnJ06Q&bvm=bv.105841590,d.dGo dikunjungi terakhir pada 10 Oktober 2015, pukul
19:05 Wib.
tidak cakap”.
suatu perjanjian”
Ketentuan yang mengatur tentang suatu sebab yang halal tercantum dalam
ketertiban umum”
Asas bukanlah suatu norma hukum yang konkrit, tetapi sebagai dasar-
dasar umum atau petunjuk bagi hukum yang berlaku. Jadi merupakan dasar atau
menuraikan syarat sahnya suatu kontrak, pasal ini secara tersirat memberikan
68
Agus Yudha Hernoko, Op. Cit, hal. 19.
merupakan suatu syarat sahnya suatu kontrak dengan tanpa mengabaikan asas
mengenai nilai-nilai etis, moral, dan sosial masyarakat. Beberapa asas dapat
dituangkan menjadi hukum positif, contohnya saja asas itikad baik yang tertuang
terhadap seseorang untuk secara bebas dalam beberapa hal yang berkaitan
undangan.
69
Ahmadi Miru, Hukum Kontrak dan Perancangan Kontrak (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2007), hal. 4. Perlu diketahui bahwa maksud bebas disini tidak berarti tidak terbatas.
Terdapat beberapa pembatasan yang diberikan oleh pasal-pasal KUH Perdata terhadap asas ini
yang membuat asas ini merupakan asas tidak tak terbatas. Yaitu dibatasi oleh pasal 1320,
mengenai syarat sahnya kontrak,dimana sebuah kontrak haruslah memenuhi unsur-unsur yang
terdapat dalam pasal ini , kebebasan berkontrak dibatasi pula oleh pasal 1337 yaitu para pihak
bebas untuk dapat membuat kontrak apabila tidak dilarang oleh undang-undang dan tidak
bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.
b) Asas Konsensualisme
antara para pihak, maka lahirlah sebuah kontrak, walaupun kontrak tersebut
belum dilaksanakan. 70
secara bebas tidak boleh terdapat unsur cacat kehendak, antara lain : 71
a. Kekhilafan/kekeliruan/kesesatan
b. Paksaan/dwang
c. Penipuan/bedrag
70
Perhatikan Pasal 1320 KUH Perdata ayat (1), yaitu kesepakatan telah lahir cukup
dengan adanya kata sepakat saja, yang ditekankan disini adalah penyesuaian kehendak (meeting of
mind). Hal ini berlaku dalam hukum kontrak Anglo Saxon atau Common Law System dan Civil
Law System. Dalam hukum Anglo Amerika titik tolaknya adalah bahwa penyesuaian kehendak
tercapai melalui penawaran (offer) dan penerimaan (acceptance). Dalam Civil Law System, para
pakar banyak membahas teori tentang kapan lahirnya kesepakatan, namun dalam Common Law
System masalah lahirnya kesepakatan didasarkan pada penyelesaian praktis dan pragmatis.
71
Handri Raharjo, Hukum Perjanjian Di Indonesia (Jakarta: Pustaka Yustisia, 2009), hal.
49.
Asas ini disebut dengan asas kepastian hukum, asas ini berhubungan
ini berkaitan dengan daya mengikatnya suatu kontrak. Hal ini dapat
dilihat dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang menyatakan
yang lebih menonjol adalah asas pacta sund servanda yang berkaitan
a. Negosiasi
c. Studi Kelayakan
d. Negosiasi (lanjutan)
2) Kontrak
b. Perbaikan naskah
d. Penandatanganan
3) Pascakontrak
a. Pelaksanaan
b. Penafsiran
c. Penyelesaian sengketa
72
Peter Mahmud Marzuki, Batas-Batas Kebebasan Berkontrak (Jakarta: Jurnal Yuridika,
Volume 18 No. 3, 2003), hal. 195.
73
Marbun, B. N, Membuat Perjanjian yang Aman dan Sesuai Hukum (Jakarta: Puspa
Swara, 2009), hal. 13.
comparable agreement with someone else” 74 Jadi dalam hal ini tahapan
persetujuan untuk dapat membuat persetujuan lain yang sebanding dengan pihak
ketiga.
Dalam setiap proses negosiasi kontrak sasaran atau tujuan para pihak
sebenarnya adalah satu yaitu mencapai kata sepakat. Menurut Anthony Klok dan
kompetitif. 75
bagaimana pandai bernegosiasi namun juga bargaining position dari para pihak.
yang yang sangat penting terutama dalam melaksanakan prinsip itikad baik dan
74
Bryan A. Gardner, Black’s Law Dictionary, (Minesota: St. Paul, Seventh Edition,
1999), hal. 347.
75
Imam Syaukani & A. Ahsin Thohari, Dasar-Dasar Politik Hukum (Jakarta: 2004), hal.
54.
76
Rudi Prasetya, Analisa Hukum Ekonomi Terhadap Kontrak Dalam Menyongsong Era
Globalisasi (Jakarta: Jurnal Hukum Bisnis, Volume 2, 1997), hal. 21.
transaksi jujur (good faith and fair dealing). Pasal 2.15 UPICCs (Unidroit
sebagai berikut :
Salah satu bentuk kewajiban para pihak dalam bernegosiasi dan menyusun
kontrak harus berperilaku sesuai dengan itikad baik. Negosiasi dalam tahap
prakontraktual tidak boleh dilakukan dengan itikad buruk. Hal ini menjadi
Pada fase pra kontrak, seluruh kesepakatan para pihak yang telah
disepakati dan akan dituangkan dalam bentuk kontrak lazimnya karena adanya
proses negosiasi, musyawarah sehingga tercapai kata mufakat. Pada fase pra
kontrak sangat besar potensi terjadinya misrepresentation dari para pihak dalam
memaparkan dan menuangkan maksud dan tujuan mereka kepada pihak lain.
perbedaan pernyataan dan kehendak pada proses pra kontrak dan proses kontrak.
Sebagaimana diketahui, bahwa kontrak juga dibedakan menjadi dua macam, yaitu
kontrak tertulis dan kontrak lisan. 77 Perjanjian tertulis adalah suatu perjanjian
77
Salim HS, III, Op. Cit., hal. 32.
yang dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan. Sedangkan perjanjian lisan
adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam wujud lisan. 78
ketiga. Dengan kata lain, jika perjanjian tersebut disangkal oleh pihak ketiga
maka para pihak atau salah satu pihak dari perjanjian tersebut, berkewajiban
2. Perjanjian dengan saksi Notaris untuk melegalisir tanda tangan para pihak.
satu pihak mungkin saja menyangkal isi perjanjian. Namun, pihak yang
penyangkalannya.
3. Perjanjian yang dibuat di hadapan dan oleh Notaris dalam bentuk akta
notariel. Akta Notariel adalah akta yang dibuat di hadapan dan di muka
pejabat yang berwenang untuk itu. Pejabat yang berwenang untuk itu adalah
Notaris, Camat, PPAT, dan lain-lain. Jenis dokumen ini merupakan alat
78
Ibid, hal. 33.
bukti yang sempurna bagi para pihak yang bersangkutan maupun pihak
ketiga.
secara peka disadari oleh para pihak lainnya, maka para pihak tidak menyetujui
kontrak tersebut dengan membubuhi tanda tangan. Disini jika diperhatikan lebih
misrepresentation pada fase pra kontrak, akibat hukumnya akan terbit pasca fase
kontrak, yaitu pada fase post kontraktual yang tidak terlepas apakah akibat