Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Sabua Vol.3, No.

1: 58-63, Mei 2011 ISSN 2085-7020

TINJAUAN

PEMAHAMAN TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA


DAN TINJAUAN TERHADAP KEBIJAKAN DAN PERATURAN TERKAIT

Linda Tondobala

Staf pengajar Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sam Ratulangi

PENDAHULUAN dipastikan akan terjadi, seperti tsunami yang


Seperti telah diketahui bersama bahwa diakibatkan oleh pergeseran lempeng-lempeng
berbagai daerah di Sulawesi merupakan wilayah batuan bumi di bagian barat dan selatan
yang sangat rentan terhadap aspek kebencanaan, Indonesia.
dikarenakan kondisi geografis dan geologi Kondisi-kondisi ini menyebabkan
wilayah. Pulau Sulawesi memiliki topografi diperlukannya sumber data yang baru dan akurat
yang sangat bervariasi dan cenderung curam. terkait kondisi kebencanaan di Pulau Sulawesi,
Wilayah Sulawesi dikepung oleh lempeng guna penyelenggaraan penataan ruang wilayah
Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Sewaktu- nasional khususnya wilayah pulau sulawesi yang
waktu lempeng ini akan bergeser patah dilakukan secara komprehensif, holistik,
menimbulkan gempa bumi. Selanjutnya jika terkoordinasi, terpadu, efektif, dan efisien dengan
terjadi tumbukan antar lempeng tektonik dapat berbasiskan mitigasi bencana. Berkaitan dengan
menghasilkan tsunami. Catatan dari Direktorat hal tersebut di atas, maka perlu adanya
Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi pemahaman terkait dengan Kawasan Rawan
(DVMBG) Departemen Energi dan Sumber Bencana di Pulau Sulawesi.
Daya Mineral menunjukan bahwa ada 28
wilayah di Indonesia yang dinyatakan rawan PENATAAN RUANG DAN MITIGASI
gempa dan tsunami. Di antaranya Sulut, Sulteng BENCANA
dan Sulsel. Amanat Undang-Undang No.26 Tahun
Selain dikepung oleh lempeng tektonik, 2007 tentang Penataan Ruang, menekankan
Sulawesi juga merupakan jalur The Pasific Ring bahwa secara garis besar penyelenggaraan
of Fire (Cincin Api Pasifik), yang merupakan penataan ruang diharapkan (1) dapat
jalur rangkaian gunung api aktif di dunia. mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil
Indonesia memiliki gunung berapi dengan guna dan berdaya guna serta mampu mendukung
jumlah kurang lebih 240 buah, di mana hampir pengelolaan lingkungan hidup yang
70 di antaranya masih aktif dan sebagian besar berkelanjutan; (2) tidak terjadi pemborosan
berada di wilayah Timur. pemanfaatan ruang; dan (3) tidak menyebabkan
Kejadian alam yang mendatangkan bencana ada terjadinya penurunan kualitas ruang. Dengan
yang bisa diduga dan ada yang sukar/memang demikian tentunya penataan ruang dalam
tidak bisa diduga kapan terjadinya. Walaupun mempertimbangkan potensi, kondisi,
dalam perhitungan geologi, kejadian itu permasalahan, prospek suatu daerah dan

@Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)


Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik – Universitas Sam Ratulangi Manado
Mei 2011
59 L. TONDOBALA

berbagai tantangan yang dihadapi termasuk pula basis dalam mengembangkan dan mengelola
memperhatikan daerah rawan bencana sebagai suatu daerah.

Gambar 1. Cincin Api Dunia

Penataan Ruang
Penataan ruang dapat menjalankan peran Patut digaris bawahi bahwa
penting dalam penetapan rencana pemanfaatan sesungguhnya penyelenggaraan penataan ruang
ruang yang aman dari dampak bencana alam. adalah sama dengan usaha mitigasi bencana.
Karena setidaknya dalam penataan ruang sudah Dalam konteks identifikasi kawasan
dimunculkan kriteria lokasi rawan bencana alam rawan bencana, maka hal ini merupakan upaya
dan sebaran lokasi kawasan kritis dan kawasan mendukung penataan ruang dengan memberikan
yang beresiko bencana. Penataan Ruang dapat informasi yang berkaitan dengan kerentanan
meminimalisasi dampak bencana karena premis wilayah terhadap bencana sehingga resiko
penataan ruang adalah keseimbangan lingkungan bencana dapat dicermati dan diantisipasi dalam
hidup. Atau dapat dikatakan, pemanfaatan suatu pola ruang. Dengan kata lain, identifikasi
kawasan untuk berbagai kegiatan disesuaikan kawasan rawan bencana berguna untuk
dengan kemampuan daya dukung menentukan struktur ruang dan pola ruang suatu
lingkungannya. wilayah.

Gambar 2 Mitigasi Bencana dan Penyelenggaraan Penataan Ruang


PEMAHAMAN TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA… 60

Kawasan Rawan Bencana dan Mitigasi Aktivitas-aktivitas ini yang harus dilakukan
Bencana Pulau Sulawesi terlebih dahulu dalam rangka menunjang
Yang dimaksud dengan kawasan rawan kegiatan perencanaan pembangunan daerah dan
bencana adalah suatu wilayah yang memiliki tata ruang yang berwawasan “mitigasi bencana”.
kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, RTR Pulau Sulawesi
budaya, politik, ekonomi, dan teknologi yang Dalam RTR Pulau Sulawesi
untuk jangka waktu tertentu tidak dapat atau dicantumkan dalam pasal 27 huruf d yaitu,
tidak mampu mencegah, meredam, mencapai Strategi pengelolaan ruang pada kawasan rawan
kesiapan, sehingga mengurangi kemampuan bencana lingkungan yang merupakan upaya
untuk menanggapi dampak buruk bahaya untuk :
tertentu. Oleh karena itu, penyelenggaraan a. Mengurangi resiko gangguan dan ancaman
penataan ruang secara keseluruhan haruslah langsung maupun tidak langsung dari
merupakan upaya intervensi terhadap kerentanan terjadinya bencana lingkungan;
wilayah dan meningkatkan kondisi ketahanan b. Melindungi aset-aset sosial ekonomi
ruang wilayah terhadap kemungkinan adanya masyarakat yang berupa
bahaya yang terjadi. prasarana,permukiman, dan kawasan
budidaya dari gangguan dan ancaman
Mitigasi merupakan titik tolak utama dari bencanalingkungan;
manajemen penanggulangan bencana. Dengan c. Menyelenggarakan tindakan preventif dalam
mitigasi dilakukan usaha-usaha untuk penanganan bencana alam berdasarkan siklus
menurunkan dan/atau meringankan bencana melalui upaya mitigasi bencana,
dampak/korban yang disebabkan oleh suatu pengawasan terhadap pelaksanaan rencana
bencana pada jiwa manusia, harta benda, dan tata ruang, kesiapsiagaan masyarakat yang
lingkungan. Mitigasi juga merupakan tindakan berada di kawasan rawan bencana, tanggap
pencegahan bencana. Pencegahan bencana adalah darurat, pemulihan dan pembangunan
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk kembali pasca bencana;
mengurangi atau menghilangkan risiko d. Menyiapkan peta bencana lingkungan perlu
bencana,baik melalui pengurangan ancaman dijadikan acuan dalam pengembangan
bencana maupun kerentanan pihak yang terancam wilayah provinsi, kabupaten, dan kota;
bencana. Identifikasi kawasan rawan bencana e. Melakukan penelitian dengan tingkat
merupakan salah satu kegiatan dalam mitigasi kedalaman yang lebih rinci dalam rangka
bencana. Karena dalam kegiatan identifikasi penetapan kawasan rawan bencana
kawasan rawan bencana dilakukan : lingkungan dan wilayah pengaruhnya.
- Identifikasi sumber bencana dan Indikasi program pengelolaan ruang pada
memetakannya, terutama di wilayah dan/atau kawasan rawan bencana lingkungan
kawasanyang sudah menunjukan ciri-ciri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 huruf d
perkotaan dan/atau terbangun. meliputi :
- Mengklasifikasikan kawasan-kawasan yang a. Pengendalian perkembangan kota-kota dan
berpeluang terkena bencana berdasarkan jenis kawasan-kawasan budidaya dari bencana
dan tingkat besar/kecilnya ancaman bencana gempa bumi terutama di wilayah tengah
dan dampak bencana yang ditimbulkan Pulau Sulawesi yakni pada kawasan antara
(tipologi bahaya). kota Pinrang – Polewali - Mamasa, Mamuju –
- Menginformasikan tingkat kerentanan Majene - Tana Toraja – Enrekang - Luwu di
wilayah terhadap masing-masing tipologi Sulawesi Selatan, kota Poso-Palu-Teluk
bahaya. Tomini di Sulawesi Tengah; pada kawasan
61 L. TONDOBALA

antara Pantai Toli-Toli dan Limboto; dan dan Indikasi program pengelolaan ruang pada
pada kawasanDanau Tondano di Sulawesi kawasan rawan bencana. Pasal-pasal ini
Utara; mengindikasikan pentingnya kegiatan
b. Pengendalian perkembangan kota-kota dan Identifikasi kawasan rawan bencana di Pulau
kawasan-kawasan budidaya dari bencana sulawesi sebagai bagian dalam kegiatan tata
alam Tsunami terutama di daerah pesisir ruang meliputi perencanaan dan pengendalian.
barat Sulawesi Selatan yang meliputi
kawasan antara Pinrang – Polewali - Majene - PERATURAN-PERATURAN TERKAIT
Mamuju; kawasan pesisir barat Sulawesi SEBAGAI ACUAN NORMATIF
Tengah meliputi Teluk Palu, Donggala, dan Beberapa peraturan terkait dapat dipakai sebagai
Tolitoli; kawasan pesisir utara Sulawesi Utara referensi:
meliputi kawasan Sangihe-Talaud dan a. UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
kawasan sepanjang Manado – Amurang – Ruang
Inobonto – Bintauna ; serta kawasan pesisir Undang -Undang ini membuat terobosan
selatan Sulawesi Tenggara; sangat mendasar dengan menyatakan dalam
c. Pengendalian perkembangan kota-kota dan konsideran “menimbang” bahwa penataan ruang
kawasan-kawasan budidaya dari bencana seharusnya berbasis mitigasi bencana. Amanat
letusan gunung api di sekitar 18 gunung api Undang-Undang No.26 Tahun 2007 tentang
yang terdapat di Pulau Sulawesi yang Penataan Ruang menekankan bahwa secara garis
meliputi gunung api pada sekitar kawasan besar dalam penyelenggaraan penataan ruang
Kepulauan Sangihe- Talaud, Kota Bitung, diharapkan :
Kota Tomohon, kota-kota di kawasan - Dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang
Minahasa dan Minahasa Selatan, kepulauan berhasil guna dan berdaya guna serta mampu
Una-Una, dan Kabupaten Bolaang mendukung pengelolaan lingkungan hidup
Mongondow; yang berkelanjutan;
d. Pengendalian perkembangan kota-kota dan - Tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang;
kawasan-kawasan budidaya dari bencana - Tidak menyebabkan terjadinya penurunan
gerakan tanah atau longsor terutama di lereng kualitas ruang.
kaki Gunung Lompobatang bagian utara, Dengan demikian tentunya Penataan
Luwu, Mamuju, Tana Toraja, Enrekang, Ruang dalam mempertimbangkan potensi,
Polewali, Mamasa, Majene, Sidenreng- kondisi, permasalahan, prospek suatu daerah dan
Rappang, Soppeng, Barru, Sinjai, Bone; berbagai tantangan yang dihadapi termasuk pula
Tomohon di sekitar Gunung Lokon; memperhatikan daerah rawan bencana sebagai
Airmadidi di sekitar Gunung Api Klabat; dan basis dalam mengembangkan dan mengelola
di bagian selatan antara Gunung Soputan dan suatu daerah.
Danau Tondano;
e. Pengendalian perkembangan kota-kota dan b. UU No 24 Tahun 2007 Tentang
kawasan-kawasan budidaya dari bencana Penanggulangan Bencana
kenaikan muka air laut terutama di kawasan Dalam undang-undang ini selain definisi
pesisir Barat Sulawesi Selatan serta di bencana yang disebutkan lebih komprehensif
kawasan pesisir Utara dan Selatan Sulawesi juga diatur pengelolaan dan kelembagaan di
Utara. tingkat pusat sampai daerah beserta pembagian
Ada dua pasal penting tentang kawasan tanggung jawabnya.
rawan bencana dicantumkan dalam RTR Pulau Termasuk dalam komponen utama di dalam
Sulawesi yaitu yang berkaitan dengan strategi rencana aksi dalam Undang-Undang
pengelolaan ruang pada kawasan rawan bencana Penanggulangan Bencana yaitu, melakukan
PEMAHAMAN TENTANG KAWASAN RAWAN BENCANA… 62

identifikasi, asesmen, dan pemantauan terhadap a. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan
resiko bencana dan pemantauan terhadap Letusan Gunung Berapi dan Kawasan
berbagai resiko benacna dan meningkatkan Rawan Gempa Bumi
kemampuan deteksi dini. Salah satu fokus dalam b. Pedoman Penataan Ruang Kawasan
dalam penanggulangan bencana yang Bencana Longsor
dicantumkan dalam undang-undang ini adalah c. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan
penguatan Penataan Ruang. Dalam hal ini berarti Bencana Banjir
bahwa domain pengelolaan dampak bencana d. Pedoman Penataan Ruang Kawasan Rawan
sesungguhnya tidak hanya bergerak pada segi Tsunami
penaggulangan saja (ex post), melainkan harus
pula memasukkan segi antisipasi (ex ante). Pedoman-pedoman ini diatur dengan Peraturan
Menteri pekerjaan Umum No.21, 22, 23 dan 24
c. Lampiran Perturan Menteri No 33 Tahun 2007
Tahun 2006 Tentang Mitigasi Bencana
Ada empat hal penting dalam mitigasi SPESIFIKASI DALAM KAJIAN
bencana, yaitu : KAWASAN61 RAWAN BENCANA:
1) Tersedia informasi dan peta kawasan rawan PEMETAAN DAN GIS
bencana untuk tiap jenis bencana; Kajian kawasan rawan bencana harus
2) Sosialisasi untuk meningkatkan pemahaman didukung peta-peta. Peta yang dimaksud adalah
dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi peta sebagai data/informasi yang akan dipakai
bencana, karena bermukim di daerah rawan sebagai peta dasar, peta tematik dalam kajian
bencana; (dengan teknik GIS) yang dilakukan sebagai
3) Mengetahui apa yang perlu dilakukan dan hasil akhir pekerjaan. Dimana dalam pemetaan
dihindari, serta mengetahui cara memakai sumber peta dari Bakosurtanal dan
penyelamatan diri jika bencana timbul, dan GTL (Geologi dan Tata Lingkungan) Bandung
4) Pengaturan dan penataan kawasan rawan dengan skala 1:50.000 didukung ground check
bencana untukmengurangi ancaman bencana. untuk memahami dengan baik kondisi eksisting
Berbagai potensi bencana diuraikan dalam dari aspek-aspek yang akan diteliti. juga peta
Pedoman ini : Citra Satelit skala 1:5000 untuk kawasan yang
1) Bencana Banjir akan diprioritaskan penangannya.
2) Bencana Longsor Mitigasi bencana menjadi sangat
3) Bencana letusan Gunung Api signifikan dikelola dengan baik dengan bantuan
4) Bencana Gempa Bumi Citra Satelit. Aplikasi Citra Satelit dalam peta
5) Bencana Tsunami sebagai hasil penelitian akan membantu
6) Bencana Kebakaran kelengkapan penyajian informasi lapangan
7) Bencana Kekeringan berkaitan dengan historis kebencanaan, sebaran
8) Bencana Angin Siklon Tropis dan deliniasi, luasan, tipologi, klasifikasi, jenis
9) Bencana Wabah Penyakit dan indeks kawasan rawan bencana.
10) Bencana Kegagalan Teknologi
11) Bencana Konflik DAFTAR PUSTAKA
Dalam hal Penelitian Identifikasi Kawasan Andi Oetomo, Penataan Ruang Berbasis Mitigasi
Rawan Bencana dikhususkan pada Kawasan Bencana, dalam Buletin Tata Ruang, Edisi
Rawan Bencana Geologi. Untuk itu beberapa Mei-Juli 2007, BKTRN, Jakarta
Pedoman dapat dipakai sebagai literatur yaitu: B. A. Herbowo, Perencanaan dan Perancangan
Tata Ruang Wilayah Rentan Bencana
63 L. TONDOBALA

Tsunami dalam Buletin Tata Ruang, edisi


Januari-Februari 2005, BKTRN, Jakarta
Soesastro, Hadi, Jacob Oetama, Indonesia Abad
XXI di tengah Kepungan Perubahan
Global, Harian Kompas, Jakarta
UU No 24 tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana
Permendagri No 33 tahun 2006, Pedoman dan
Mitigasi Bencana
Permen PU No 21 tahun 2007, Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Bencana
Longsor
Permen PU No 22 tahun 2007, Pedoman
Penataan Ruang Kawasan Letusan
Gunung Api dan Kawasan Rawan
Bencana Gempa Bumi.

ISSN 2085-7020

Anda mungkin juga menyukai