Anda di halaman 1dari 5

LEMBAR TUGAS MANDIRI

Pokok Bahasan : Tugas mandiri EEP

Nama : Kahlil Gibran


NPM : 1706029552
Kelas : KD-5

Mengenali Budaya Sendiri

Deskripsi tentang kebiasaan / kepercayaan


Kedua orang tua saya berasal dari Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Bisa dikatakan, bahwa daerah
tersebut masih sangat pedesaan dan jauh dari berbagai kehidupan modern. Disana, masyarakat memiliki
stigma dan sudah menjadi kepercayaan umum bahwa obat-obatan dan vaksin adalah senyawa kimia yang
berbahaya sehingga masyarakat cenderung menjauhi berbagai segala kebutuhan hidup, tidak hanya obat-
obatan dan vaksin, yang bukan berasal dari tempat lokal. Hal ini mempersulit dalam mengedarkan obat
dan meningkatkan kepatuhan akan penggunaan obat jangka panjang, seperti antibiotik yang perlu
dihabiskan, obat diabetes, dan obat anti tuberkulosis.
Akibat stigma akan penggunaan obat sebagai bahan kimia, masyarakat di perkampungan Pandeglang
memilih untuk mencari bahan alami. Salah satu contoh pengobatan tersebut adalah penggunaan daun
singkong untuk mengobati luka terbuka atau sobek. Hal ini dilakukan dengan memilih daun yang sudah
tua dan dikunyah hingga halus yang kemudian di tempel dan diperas ke tempat yang terluka hingga
kering. Selain itu, digunakan juga cairan yang berasal dari cangkang siput untuk membersihkan luka
akibat tergores benda tajam. Caranya, dengan menghancurkan cangkang siput yang hidup lalu membaluri
cairan ke tempat yang tergores dan mengeluarkan darah. Hal yang sama juga dapat diberikan dengan
daun pucuk pelepah pepaya dan daun pumpurutan.
Selain luka, pada orang yang mengalami mimisan atau epistaksis, digunakan juga daun sirih yang
dipelintir hingga seperti membentuk rokok dan dimasukan ke lubang hidung yang berdarah, lalu orang

1
tersebut juga diperintahkan untuk menanggak agar darah tidak terbuang. Setelah sekiranya 1 jam setelah
darah berhenti mengalir keluar, daun tersebut kemudian dan dibuang.
Daun lain juga dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit lain. Daun pucuk jambu batu juga biasa
digunakan untuk mengobati sakit perut seperti diare, konstipasi, atau lambung panas akibat iritasi.
Caranya dengan memetik daun 4-5 buah yang kemudian ditumbuh dan dilarutkan dalam air panas yang
kemudian diminum.
Disana juga percaya bahwa minum madu yang ditambahkan dengan telur kuning dengan membuang
putih telur dapat menambah stamina. Ini biasa digunakan bagi para petani dan peternak setelah bekerja
seharian diluar rumah. Caranya dengan mangambil madu langsung dari sarangnya dan menyaring telur
untuk diambil bagian kuningnya.
Hal yang terbilang cukup berbahaya adalah pola pemberian pada anak. Disana, bayi yang baru berumur
2 bulan sudah diberikan asupan selain dari air susu ibu. Biasanya, orang tua akan mengindikasikan bayi
menangis dengan rasa lapar. Lalu, orang tua disana biasanya akan membuat campuran nasi tim (nasi yang
digerus dengan halus) dan pisang rebus yang dihaluskan. Makanan tesebut bukanlah pengganti asi,
melainkan pemberian beriringan dengan asi.
Diperkampungan juga masih kental akan kepercayaan terhadap orang orang yang dibilang pintar.
Biasanya orang-orang yang memiliki penyakit atau rasa sakit berkepanjangan akan datang ke orang pintar
tersebut dan diberi air putih sehingga bertambahlah sifat mujarab. Air tersebut hakikatnya hanyalah
sebuah air mineral biasa yang dibacakan mantra-mantra tertentu atau istilah masyarakat tersebut
di”jampe-jampe”.
Dalam kecantikan, masyarakat disana juga masih banyak yang percaya akan aura-aura kecantikan, seperti
kecantikan dari dalam (inner beauty). Biasanya, para gadis yang sedang ingin meningkatkan perhatian
terhadap laki-laki atau ingin melamar pekerjaan akan datang ke tempat pasang susuk. Penyedia layanan
pasang susuk biasanya bersifat turun menurun dari orang tua. Pasang susuk dilakukan dengan
memasukan susuk yang terbuat dari perak, emas, maupun berlian tergantung harga dan tingkat pancaran
kecantikan yang ingin ditampakan. Hal ini cukup lumrah karena setiap gadis disana berlomba-lomba
ingin terlihat cantik dan mendapat pekerjaan agar dapat hidup dengan layak.

Latar belakang munculnya budaya / kepercayaan


Stigma akan hubungan obat dengan senyawa kimia tersebar dari informasi masyarakat lokal. Biasanya,
informasi tersebut dimulai dari seorang tokoh yang dipandang tinggi oleh masyarakat tersebut dengan

2
memberikan argumen tidak mendasar dan rasa takut yang membuat masyarakat paranoid akan konsumsi
obat. Pendapat yang diberikan kian menakutkan dan memperingati akan bahaya penggunaan obat
tersebut termasuk vaksin. Contohnya, pendapat mengenai bahwa penggunaan obat lebih banyak
bahayanya dibandingkan dengan manfaatnya ataupun ketidakbergunaan vaksin karena banyak
masyarakat yang hidup sehat tanpa dilakukan vaksin. Ditambah, keterbatasan teknologi, media, maupun
akses penyuluhan yang dapat memberikan informasi akan manfaat obat dan vaksin membuat stigma ini
lebih terisolasi dan tidak terbantahkan. Terlebih, masyarakat sebagai individu manusia lebih peka
terhadap isu-isu yang buruk meskipun seharusnya bermanfaat.
Mengenai penggunaan daun dan siput sebagai pengobatan terhadap luka, hal ini dapat terjadi karena
terdapatnya tabib-tabib ataupun mantri yang memang mendapatkan ilmu atau kebiasaan tersebut secara
turun menurun. Selain itu, masyarakat juga cenderung mengikuti apa yang dilakukan orang tua sebagai
bagian pembelajaran hidup untuk memanfaatkan segala yang tersedia di alam. Sehingga, masyarakat
cenderung mengikuti tanpa bertanya alasan dibalik tindakan tersebut.
Penggunaan susuk dan air putih mujarab sudah merambah pada kepercayaan masyarakat selain dari
faktor agama. Biasanya, susuk dapat menyebar dari testimoni gadis yang sukses dalam melamar kerja
atau menjadi terlihat lebih cantik. Banyak teman sebayanya yang merasa mendapat rekomendasi untuk
memasang susuk agar terlihat lebih cantik juga. Ditambah, promosi dari penyedia layanan pasang susuk
yang cukup gencar. Akibatnya, penyedia layanan susuk ini menjadi sangat laris di pasaran masyarakat
yang masih percaya berkenaan dengan hal-hal tersebut.
Berkenaan air mujarab, hal ini dapat terjadi pada masyarakat yang menokohkan sesorang yang dikatakan
memiliki kemampuan dalam hal perdukunan, meskipun tidak dipungkiri lagi bahwa masyarakat takut
terhadap dukun. Karena itu, orang yang memiliki kemampuan membuat air menjadi mujarab ini tidak
melabeli dirinya dengan dukun atau perdukunan terselubung.

Evaluasi terkait budaya / kepercayaan


Penggunaan siput sawah sebagai pengobatan tentu sangat berisiko terkena berbagai penyakit akibat
parasit. Tidak diketahui apakah daerah tersebut memiliki endemik yang tinggi atau tidak. Penyakit akibat
siput termasuk angiostrongyliasis, clonorchiasis, fascioliasis, fasciolopsiasis, opisthorchiasis,
paragonimiasis dan schistosomiasis, Terlebih, cairan siput ini diberikan pada luka yang terbuka sehingga
lebih mudah memasukan parasit ke dalam tubuh.1

3
Tidak terdapat penelitian yang tegas mengenai manfaat dari daun singkong dalam pengobatan luka.
Penggunaan daun sirih sebagai penutup epistaksis juga tidak ditemukan penelitian yang menunjang.
Dapat dipungkiri bahwa penggunaan daun sebagai pengobatan lebih bersifat sugestif sehingga individu
merasa lebih baik karena mengikuti arahan dari orang yang dipercayainya. Namun, menagak atau
menengok ke atas bukanlah pengobatan epistaksis yang tepat. Hal ini dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya infeksi.2
Pemasangan susuk dan minum air mujarab tentulah tidak didasarkan ilmu pengetahuan. Hal ini lebih
terkait dengan kepercayaan akan hal diluar nalar. Kepercayaan berarti mempercayai sesuatu tanpa
menanyakan alasan secara logis atau bagaimananya.3

Menjelaskan masalah/situasi terkait hubungan dokter-pasien


Perilaku dokter jika ditemukan berbagai kasus diatas tentulah harus bersikap sepatutnya dan tidak
tergesa-gesa ingin meluruskan berbagai hal. Sesuatu yang telah dipercayai masyarakat tentunya tidak
dapat diubah hanya dengan satu argumen dan satu arah. Edukasi terhadap pasien yang telah memiliki
kepercayaan turun menurun harus memiliki strategi tertentu agar masyarakat dapat menerima. Dokter
harus memaklumi pada awalnya karena keadaan tersebut tidak terjadi hanya karena kemauan masyarakat,
tetapi juga karena keterbatasan teknologi, media, dan edukasi yang menyebabkan masyarakat tidak
terjangkau pengetahuan akan kesehatan modern. Dokter dapat terlebih dahulu membaurkan diri ke
masyarakat agar lebih diterima dan dipercaya. Setelah mendapatkan rasa percaya dari masyarakat,
barulah dokter dapat memberikan edukasi dan bantahan terhadap budaya setempat. Hal ini dapat dimulai
dengan memberikan argumen pada petinggi atau tokoh di sutatu masyarakat.

Referensi
1. Lu X-T, Gu Q-Y, Limpanont Y, Song L-G, Wu Z-D, Okanurak K, et al. Snail-borne parasitic
diseases: an update on global epidemiological distribution, transmission interruption and control
methods. Infectious Diseases of Poverty. 2018Sep;7(1).
2. Beck R, Sorge M, Schneider A, Dietz A. Current Approaches to Epistaxis Treatment in Primary and
Secondary Care. Deutsches Aerzteblatt Online. 2018Aug;
3. Seitz RJ, Paloutzian RF, Angel H-F. Processes of believing: Where do they come from? What are
they good for? F1000Research. 2017;5:2573.

4
5

Anda mungkin juga menyukai