Makalah Ibadah Maliyah
Makalah Ibadah Maliyah
PENDAHULUAN
Ibadah harta (ibadah maliyah) merupakan investasi amal yang tidak akan
berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia, yang
dikenal dengan Amal Jariyah. Harta yang dititipkan kepada manusia harus
dijadikan sebagai bekal kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong
seseorang untuk lebih banyak beribadah kepada-Nya. Harta yang dijadikan
sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang bermanfaat dan akan
membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang bersangkutan. Dan
kewajiban syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara menggunakan
harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT. Pelaksanaan tugas ibadah
kepada Allah tidak hanya diwujudkan dalam bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga
harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta. Investasi amal yang tidak akan
berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan sudah meninggal dunia adalah
harta yang disumbangkan untuk amal jariah. Ibadah maliah atau ibadah dengan
harta termasuk bagian penting dalam syari’at Islam. Dalam rukun Islam pun
nampak bahwa rukun yang lima itu terdiri dari ruknul qalbi, ruknul badani dan
ruknul mali.
1.3 TUJUAN
1. Agar pembaca mengetahui maksud dari urgensi dalam ibadah maliyah
2. Agar pembaca mengetahui hikmah dari ibadah maliyah
3. Agar pembaca mengetahui makna spiritual dari ibadah maliah
Ibadah maliah sangat penting dilihat dari berbagai segi, antara lain:
Artinya :
[659]. Maksudnya: zakat itu menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati mereka dan
memperkembangkan harta benda mereka.
Tercantum dalam Qs. Al Baqarah : 40 dan 43 dan dalam Qs. Maryam : 30-31
[44]. Yang dimaksud ialah: shalat berjama'ah dan dapat pula diartikan: Tunduklah kepada
perintah-perintah Allah bersama-sama orang-orang yang tunduk.
[41]. Israil adalah sebutan bagi Nabi Ya'qub. Bani Israil adalah turunan Nabi Ya'qub; sekarang
terkenal dengan bangsa Yahudi.
[42]. Janji Bani Israil kepada Tuhan ialah: bahwa mereka akan menyembah Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, serta beriman kepada Rasul-Rasul-nya di
antaranya Nabi Muhammad s.a.w. sebagaimana yang tersebut di dalamTaurat.
Dalam Al-Qur'anil karim, zakat dan shalat banyak sekali dijadikan dalam satu
ayat. Jadi artinya digandengkan. Ini menunjukkan bahwa urgensi zakat sama
dengan urgensi shalat. Abu Bakar Shiddiq yang biasanya kebijakan-kebijakannya
selalu lunak, pada saat ada kasus sejumlah umat Islam yang rajin shalat tetapi
tidak mau membayar zakat, kontan beliau melakukan sebuah sikap yang sangat
keras dengan sumpah, "Demi Allah. Saksikan oleh kalian, demi Allah, saya akan
berperang dengan orang-orang yang sudah rajin shalat, tetapi tidak mau
1. Pembersih Harta
Bagi si kaya, sesuai dengan fungsinya, sebagai pembersih harta, selain juga
pembersih hati tuthohhiruhum watuzaqqiihim bihaa. Jadi dengan berzakat,
harta itu menjadi bersih dari hak-hak orang lain yang dititipkan oleh Allah
kepada orang kaya.
2. Pembersih Hati
Membersihkan hati dari penyakit tamak, rakus, kikir, dan serta penyakit-
penyakit hati lainnya. Jadi zakat memiliki satu kekuatan transformatif dalam
menyuburkan sifat-sifat kebaikan dalam hati muzakki.
Harta yang dititipkan Allah kepada manusia harus dijadikan sebagai bekal
beribadah kepada Allah SWT. Banyak harta, harus mendorong seseorang untuk
lebih banyak beribadah kepada-Nya.
Harta yang dijadikan sebagai bekal dan sarana ibadah, berarti harta yang
bermanfaat dan akan membuahkan berkah kepada harta dan kehidupan yang
bersangkutan. Kewajiban syukur atas nikmat harta harus dibuktikan dengan cara
menggunakan harta tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT.
Pelaksanaan tugas ibadah kepada Allah tidak hanya diwujudkan dalam
bentuk ibadah fisik saja, tetapi juga harus diwujudkan dalam bentuk ibadah harta.
Investasi amal yang tidak akan berhenti pahalanya, walaupun yang bersangkutan
sudah meninggal dunia adalah harta yang disumbangkan untuk amal jariah.
Ibadah maliah atau ibadah dengan harta termasuk bagian penting dalam syari’at
Islam.
Ibadah maliyah, seperti zakat, dan lai-lain termasuk ibadah ijtima’i, yaitu
ibadah yang dilaksanakan dalam rangka memenuhi kebutuhan sosial
kemasyarakatan.
Ibadah maliyah memiliki fungsi sosial, dengan memberikan zakat atau
infaq dan lainnya kepada fakir miskin bisa menjaga keseimbangan hidup atau
kesenjangan dan menghindari ketidak adilan sosial. Memupuk rasa kasih sayang
dan kecintaan orang kaya (aghniya) kepada yang tidak memiliki harta sehingga
terjalin keterpaduan antara orang miskin dan orang kaya, karena kalau telah
QS. ArRuum:39;
dalam al Qur’an surat at Taubah [9]: 103, misalnya secara tegas dikatakan
bahwa:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui “.
Ayat tersebut mengandung spirit filantropi dalam Islam. Dua nilai penting
yang terkandung dalam spirit ayat filantropi di atas adalah bahwa zakat dan selalu
mengandung dimensi ganda. Dimensi kesalehan individual tercermin
dalam tazkiyat an nufus dalam zakat(penyucian dan pembersihan diri dan harta)
pada satu sisi, dan refleksi kesalehan sosial pada sisi lain seperti empati dan
solidaritas pada sisi yang lain.
Zakat sebagai media tazkiyat an nufus dalam konteks di atas diungkapkan
dalam dua istilah yaitu membersihkan dan menyucikan. Membersihkan dalam
Dijadikan indah dalam pandangan manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini,
yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di
dunia, dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga).
7
[186]. Yang dimaksud dengan binatang ternak di sini ialah binatang-binatang yang termasuk
jenis unta, lembu, kambing dan biri-biri.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa apa yang merupakan perintah
Allah selalu membawakan berkah dan hikmah. Manusia tidak akan pernah lepas
dari harta, karena harta merupakan kebutuhan bagi manusia. Dengan harta
manusia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sifatnya primer, sekunder
atau tertier. Selain untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup, dengan harta
manusia bisa beribadah kepada Allah. Harta menjadi alat bagi seseorang untuk
mengabdikan dirinya kepada Allah. Ibadah (harta) maliyah memberikan pengaruh
baik bagi pemberi dan penerimanya. Harta yang lebih dari keperluan yang pokok
bila tidak di belanjakan pada jalan-jalan kebaikan, maka kosonglah ia dari hikmah
dan terlepaslah ia dari maksud dijadikannya sebagai barang yang memberi
manfaat. Maka Allah yang Maha Hakim melimpahkan harta, juga menyuruh ntuk
dikeluarkan sebagiannya untuk kepentingan orang-orang yang membutuhkannya,
yaitu dengan cara mengeluarkan zakat.