Anda di halaman 1dari 102

LAPORAN MANAJEMEN UNIT DAN ASUHAN

DI PANTI SOSIAL YAYASAN PEMBINA DAN ASUHAN


BUNDA WISMA LANSIA J. SOENARTI NASUTION
GEGERKALONG BANDUNG

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Profesi Ners pada Stase
Keperawatan Gerontik

Disusun Oleh :
Anne Mayliani Hidayat Laras Ayu Ningtyas
Annisa Suci Utami Marisa Mar’atus Sholihah
Aulia Citra Agriyono Nurul Siti Farida
Delli Nurilah Sari Reina Patriana
Dewi Sintia Risnowati Saepul Hidayat
Faaizah Nurul Haqi Siska Yan Hermana
Hari Heryadi Vici Triyunita S.
Intan Pandini

PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XXXVIII


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii


DAFTAR TABEL ................................................................................................ iii
BAB I Pendahuluan ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ..........................................................................................3
1.2.1 Tujuan Umum .....................................................................................3
1.2.2 Tujuan Khusus.....................................................................................3
1.3 Metode Penulisan .........................................................................................3
BAB II Kajian Situasi Manajemen Keperawatan Yayasan Pembinaan Dan
Asuhan Bunda Wisma Lansia J. Soenarti Nasution ..........................................4
2.1 Kajian Situasi YPAB Wisma Lansia J. Soenarti Nasution ..........................4
2.1.1 Profil dan Sejarah YPAB Wisma Lansia J. Soenarti Nasution...........4
2.1.2 Visi dan Misi YPAB Wisma Lansia J. Soenarti Nasution ..................4
2.1.3 Dasar Hukum ......................................................................................4
2.2 Kajian Situasi Manajemen YPAB Wisma Lansia J. Soenarti Nasution
Berdasarkan Karakteristik ............................................................................5
2.2.1 Karakteristik Unit ...............................................................................5
2.3 Analisis Terhadap Klien ...............................................................................7
2.4 Analisis Terhadap Unit ...............................................................................18
2.5 International Patient Safety Goals (IPSG) .................................................21
2.6 Sumber Daya Kekuatan Kerja (Manajemen Unit) .....................................23
2.6.1 Manusia .............................................................................................23
2.6.2 Non Manusia .....................................................................................25
2.7 Lingkungan Kerja .......................................................................................28
2.7.1 Lingkungan Fisik...............................................................................28
2.7.2 Lingkungan Non-fisik .......................................................................30
BAB III Analisa Data Dan Perencanaan ...........................................................31
3.1 Analisis SWOT ..........................................................................................31
BAB IV Planning of Action..................................................................................66
4.1 Planning of Action .......................................................................................66
4.2 Implementasi dan Evaluasi Manejemen Panti Werdha J. Soenarti
Nasution .....................................................................................................70
4.3 Rencana Kegiatan .......................................................................................78
BAB V Penutup ....................................................................................................91
5.1 Simpulan.....................................................................................................91
5.2 Saran ...........................................................................................................93
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................94
LAMPIRAN ..........................................................................................................97

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Karakteristik Demografi Lansia ...............................................................7


Tabel 2.2 Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan .....................8
Tabel 2.3 Karakteristik Lansia Berdasarkan Activity Daily Living (ADL)...........10
Tabel 2.4 Karakteristik Lansia Berdasarkan Psikososial-Spiritual ........................12
Tabel 2.5 Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Tambahan
(Status Fungsional, Depresi, Nutrisi dan Kesepian) ..............................13
Tabel 2.6 Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Tambahan
(Status Fungsional, Depresi, Nutrisi dan Kesepian) .............................16
Tabel 2.7 Masalah Keperawatan ............................................................................21
Tabel 2.8 Daftar Nama Pegawai Wisma J. Soenarti Nasution ...............................24
Tabel 2.9 Kondisi Sarana di PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti Nasution”
Periode 15 Februari 2020 .......................................................................25
Tabel 2.10 Kondisi Sarana di PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti Nasution”
Periode 15 Februari 2020 .....................................................................26
Tabel 2.11 Dokumentasi di YPAB Wisma Lansia “J. Soenarti Nasution”
Periode 23 Mei 2019 - 14 Februari 2020 .............................................27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia merupakan makhluk yang bertumbuh dalam rentang
kehidupannya seraya dengan bertambahnya waktu yang berjalan dan
melewati beberapa fase pertumbuhan, mulai pada fase bayi hingga lansia
(lanjut usia). Populasi lansia menjadi salah satu indikator dalam
keberhasilan pencapaian pembangunan manusia secara global maupun
nasional. Dalam waktu hampir lima decade, persentase lansia Indonesia
meningkat sekitar dua kali lipat (1971-2019) yakni menjadi 9,6% (25 juta)
dengan jumlah lansia perempuan lebih banyak dibandingkan dengan lansia
laki-laki.(Badan Pusar Statistik, 2019).
Menurut Departemen Sosial RI (2004), lansia merupakan seseorang yang
telah memasuki usia 60 tahun keatas. Proses menua yang dialami oleh lansia
merupakan hukum alam yang tidak dapat dihindari ataupun dicegah. Pada
fase lansia, fungsi dari fisiologis dan psikologis manusia kembali menurun
seperti layaknya pada fase bayi. Hal tersebut berdampak pada perubahan
yang dialami oleh lansia, seperti perubahan fisik/biologis, psikologis, sosial
dan spiritualnya. Pada aspek perubahan fisik atau biologis, lansia menjadi
memiliki kecenderungan untuk memiliki masalah kesehatan seperti
gangguan pengelihatan dan pendengaran, tekanan darah tinggi, diabetes
mellitus, gangguan jantung dan gangguan paru-paru. Selain itu, pada aspek
perubahan psikologis, lansia menjadi memiliki kecenderungan untuk
memiliki masalah gangguan daya ingat (demensia), gangguan proses
berpikir, gangguan perilaku, serta masalah psikologis seperti harga diri
rendah hingga kesepian.
Gangguan memori atau daya ingat kerap dialami oleh lansia. Hal tersebut
dikarenakan menurunnya fungsi kognitif pada lansia yang dalam hal ini
adalah daya ingatnya. Menurut Padila (2013 (dalam Hanafi (2014)), lansia
cenderung memiliki gangguan daya ingat karena semakin bertambahnya
umur manusia, terjadi pula proses penuaan secara generatif yang dapat

1
2

berdampak pada perubahan yang dialami lansia, diantaranya yaitu


perubahan pada fungsi kognitifnya. Perubahan yang terjadi pada fungsi
kognitif mempengaruhi memori, IQ (Intelegent Quocient), kemampuan
belajar, kemampuan pemahaman, pemecahan masalah, pengambilan
keputusan, kebijakan dan kinerja.
Selain itu, lansia juga sering mengalami kesepian. Hal tersebut sesuai
dengan yang dikatakan oleh Marini (2009), bahwa lansia memiliki
kecenderungan untuk mengalami kesepian karena anak-anak tumbuh dan
berkembang mandiri serta meninggalkan rumah dan hidup terpisah dengan
orang tua. Selain itu, kesepian meningkat ketika pasangan dari lansia
tersebut meninggal dunia. Kesepian juga dapat terjadi pada kondisi saat
lansia berada atau tinggal di panti werdha atau panti jompo.
Berdasarkan hasil kajian situasi yang telah dilakukan pada tanggal 14-17
Februari 2020, didapatkan data 25 orang lansia tinggal di PSTW YPAB
Wisma Lansia J. Soenarti Nasution. Namun, pada tanggal 19 Februari 2020
salah satu lansia diserahkan kembali ke Dinas Sosial Cirebon, sehingga
jumlah lansia yang berada di PSTW YPAB Wisma Lansia J. Soenarti
Nasution menjadi berjumlah 24 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan
salah satu pengurus panti, bahwa pernah ada kejadian salah satu lansia pergi
meninggalkan panti dan tidak tahu alamat maupun nama panti untuk pulang.
Sehingga lansia tersebut diantarkan oleh Satpol Pamong Praja dengan
mengunjungi Panti Werdha yang berada di Kota Bandung. Hasil kajian lain
yang didapatkan yaitu lansia yang berada di Panti Werdha Asuhan Bunda
dapat bepergian sendiri tanpa adanya pendamping. Sehingga dapat
menimbulkan resiko kejadian yang tidak diinginkan pada lansia.
Hal tersebut melatarbelakangi pentingnya standar dalam keselamatan
lansia yang berada di Panti Werdha Asuhan Bunda. Berdasarkan hasil
kajian, sebelumnya lansia yang berada di PSTW YPAB Wisma Lansia J.
Soenarti Nasution sudah pernah diberikan kalung dan ID Card yang dapat
digunakan oleh lansia sebagai bentuk identitas lansia yang mencakup nama,
nama panti dan juga alamat. Namun, kalung dan ID Card yang seharusnya
digunakan sebagai alat identitas lansia kurang efektif digunakan.
3

Berangkat dari fenomena atau kejadian tersebut, pengelolaan lansia yang


baik perlu untuk dilakukan di PSTW YPAB Wisma Lansia J. Soenarti
Nasution guna mengoptimalisasi pelayanan. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan guna meningkatkan kualitas asuhan yaitu melalui peran aktif
perawat dalam mengoptimalkan manajemen asuhan keperawatan yang
sesuai dengan visi dan misi Panti Sosial Tresna Werdha.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Setelah melakukan praktik keperawatan gerontik di Panti Sosial
Tresna Werdha J. Soenarti Nasution, mahasiswa diharapkan dapat
melakukan
manajemen unit dan manajemen asuhan keperawatan yang sesuai
dengan teori dan konsep ilmu keperawatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian situasi di Panti Panti Sosial Tresna Werdha
J. Soenarti Nasution yang digunakan sebagai dasar untuk membuat
rencana strategis dan operasional terkait manajemen unit
b. Menyusun rencana strategis dan operasional terkait manajemen
asuhan keperawatan dengan arahan penanggung jawab unit
c. Mengorganisasikan pelayanan asuhan sesuai dengan kondisi unit
d. Melakukan manajemen dengan pelolaan petugas panti
e. Memberikan pengarahan manajemen organisasional
f. Melakukan fungsi kontrol dan evaluasi terhadap program

1.3 Metode Penulisan


Metode yang digunakan pada penulisan makalah ini adalah metode
pendekatan observasi dan wawancara pada pengurus Panti Sosial Tresna
Werdha J. Soenarti Nasution.
BAB II
KAJIAN SITUASI MANAJEMEN KEPERAWATAN YAYASAN
PEMBINAAN DAN ASUHAN BUNDA WISMA LANSIA
J. SOENARTI NASUTION

2.1 Kajian Situasi YPAB Wisma Lansia J. Soenarti Nasution


2.1.1 Profil dan Sejarah YPAB Wisma Lansia J. Soenarti Nasution
Nama Yayasan/Orsos : Yayasan Pembinaan dan Asuhan Bunda
Nama Panti Sosial : Wisma Lansia J. Soenarti Nasution
Tahun Berdiri : 6 April 1978
Alamat Panti : Jl. Pak Gatot 1 No. 20 Gegerkalong,
Bandung 40153
Kapasitas Tampung : 25 Orang

2.1.2 Visi dan Misi YPAB Wisma Lansia J. Soenarti Nasution


Visi
“Terwujudnya usaha kesejahteraan sosial yang lebih aspiratif dan
akomodatif bagi anak dan lansia khususnya di bidang pendidikan,
kesehatan dan jaminan sosial“.
Misi
a. Mendirikan/menyelenggarakan panti-panti penampungan
b. Memberikan beasiswa bagi anak yang tidak mampu
c. Mendirikan / menyelenggarakan sekolah-sekolah dalam bidang
pendidikan
d. Mendirikan/menyelenggarakan klinik-klinik atau rumah sakit dalam
bidang kesehatan dan lain-lain.

2.1.3 Dasar Hukum


1. Yayasan Pembinaan & Asuhan Bunda didirikan dengan akte Notaris
Yosanti Anggraeni Gunawan SH Nomor 3 tertanggal 6 April 1978
dan diperbaharui dengan Akte Notaris Dida Regya,SH.,M kn Nomor
4 tertanggal 22 Juni 2009

4
5

2. SK MENKUMHAM RI Nomor AHU-2845.AH.01.04 tahun 2009


3. SK Menteri Sosial RI Nomor : 18/HUK/KM/V1983 tentang
pemberian ijin untuk menyelenggarakan usaha penyantunan anak
terlantar di daerah Jawa Barat.
4. SK Gubernur Jawa Barat No. 466.4/Kep.233-Dinsos/2010 tentang
Izin pelaksanaan Pengangkatan Anak
5. Surat Penetapan Terdaftar sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial
(LKS) dari Dinas Sosial dan Penanggulangan Kemiskinan Kota
Bandung Nomor : 062/979 – Dinsospenkem (daftar ulang satu tahun
sekali)
6. Penetapan Ulang Terdaftar sebagai Lembaga Kesejahteraan Sosial
(LKS) dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat Nomor :
062/5847/PPSKS/85/2018 (daftar ulang 3 tahun sekali)

2.2 Kajian Situasi Manajemen YPAB Wisma Lansia J. Soenarti Nasution


Berdasarkan Karakteristik
2.2.1 Karakteristik Unit
1. Sifat Kekaryaan Panti
a. Fokus Telaah
Fokus telaah di PSTW Wisma Lansia J.Soenarti Nasution yaitu
memberikan pelayanan lansia dukungan untuk hidup mandiri,
memberikan kesejahteraan, dan memberikan perlindungan sosial.
Karakteristik lansia di PSTW yaitu lansia dengan jenis kelamin laki-
laki dan perempuan berusia minimal 60 tahun, sehat jasmani dan
rohani, dapat mengurus diri sendiri, dan tidak memiliki penyakit
menular.
b. Lingkup Garapan
Lingkup garapan di PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution
yaitu upaya pelayanan sosial bagi lansia, jaminan hidup seperti
makanan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan fisik maupun mental,
pengisian waktu luang, bimbingan sosial, sehingga lansia dapat
menikmati hari tuanya dengan damai. Selain sebagai upaya pelayanan
6

bagi lansia, PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution juga dijadikan


sarana pendidikan dan penelitian dalam bidang asuhan dengan
karakteristik lanjut usia.
c. Basis Intervensi
Pada PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution memiliki basis
intervensi pada pengurus yaitu ketidaktahuan, ketidakmauan, dan
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan lanjut usia dalam upaya
meningkatkan kualitas pemberian asuhan kepada lanjut usia.
2. Model Layanan
Pada PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution ini berfokus pada lansia
untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh lansia. Pelayanan
dilakukan oleh masing-masing pengurus spesialis makanan, pakaian,
kebersihan wisma, dan kesehatan. Pelayanan kesehatan dasar dilakukan
oleh pengurus panti bagian kesehatan dan untuk kesehatan lebih lanjut
berkolaborasi dengan pihak Puskesmas, Fisioterapi, atau Rumah Sakit
terdekat. Selain ada petugas panti, ada dua orang lansia yang membawa
asisten pribadi ke panti untuk membantu kegiatan sehari-hari.
3. Letak Ruangan
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti berada di Komplek Perumahan Angkatan
Darat, Jalan Pak Gatot No. 20 Gegerkalong Bandung. Pada Wisma Lansia
terdapat taman di halaman Wisma dan bangunannya pun kokoh. Pada
Wisma Lansia terdapat 6 kamar di lantai 2 dan 6 kamar di lantai 1.
Kamar lantai 2 terdiri dari satu kamar dan toilet untuk satu orang,
sedangkan kamar lantai 1 dihuni oleh tiga orang dalam satu kamar.
Fasilitas toilet di wisma lantai 1, 3 toilet dan kursi yang berjajar
didepan kamar lansia. Di bagian depan wisma terdapat lahan untuk lansia
melakukan olahraga bersama dan untuk berkebun. Terdapat meja makan
bersama, dapur bersama, dan ruangan mushola. Selain itu, di ruang
makan terdapat tempat duduk yang dilengkapi televisi tempat lansia untuk
bersantai dan terdapat ruangan kesehatan yang dilengkapi dengan tempat
tidur lansia dan lemari obat-obatan dasar.
7

4. Kapasitas Unit Ruangan


Ruangan PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution terdapat 6 kamar
tidur yang di dalamnya terdapat toilet di dalam kamar untuk lansia yang
bayar VIP yaitu berada di wisma atas. Sedangkan wisma bagian bawah
terdapat 6 kamar tidur untuk 18 orang, setiap kamar ditempati oleh 3
lansia, kamar 1 sampai kamar 3 ditempati oleh lansia wanita dan kamar 4
sampai kamar 6 ditempati oleh lansia laki- laki, setiap 2 kamar di wisma
bawah diselingi 1 toilet bersama. Terdapat satu tempat tidur kosong yaitu
berada di kamar nomor 1. Kapasitas ruangan Wisma Lansia ini sudah
mencukupi.

2.3 Analisis Terhadap Klien


a. Karakteristik Demografi Lansia
Tabel 2.1 Karakteristik Demografi Lansia
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Kelompok Usia
45-59 tahun 1 4,2
60-74 tahun 8 33,3
75-90 tahun 13 54,2
>90 tahun 2 8,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 14 58,3
Perempuan 10 41,7
Suku
Sunda 11 45,8
Jawa 9 37,5
Batak 1 4,2
Betawi 0 0
Lainnya 12,5 12,5
Agama
Islam 21 87,5
Kristen 2 8,3
Hindu 0 0
Budha 1 4,2
Lainnya 0 0
Pendidikan
Tidak Sekolah 4 16,7
SD 6 25,0
SMP 1 4,2
SMA 4 16,7
Perguruan Tinggi 9 37,5
8

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)

Pernikahan
Belum Menikah 9 37,5
Menikah 2 8,3
Cerai Mati 10 41,7
Cerai Hidup 3 12,5

Berdasarkan Tabel 2.1 karakteristik lansia yang tinggal di Panti YPAB


hampir sebagian besar merupakan lansia berusia 75-90 tahun (54,2%) dan
hampir sebagian besar merupakan lansia berjenis kelamin laki-laki (58,3).
Hampir setengahnya dari lansia merupakan lansia dengan suku Sunda
(45,8%) dan hampir setengahnya merupakan lansia dengan tingkat
pendidikan Perguruan Tinggi (37,5%). Karakteristik lansia yang tinggal di
Panti YPAB hampir setengahnya merupakan lansia dengan status cerai mati
(41,7%) dan sebagian besar merupakan lansia dengan beragama Islam
(87,5%).

b. Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan


Tabel 2.2 Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Tekanan Darah
Normal 2 8,3
Prehipertensi 16 66,7
Hipertensi Stage I 5 20,8
Hipertensi Stage II 1 4,2
Heart Rate
Bradikardi 0 0
Normal 23 95,8
Takikardi 1 4,2
Respiratory Rate
Bradipnea 0 0
Normal 24 100
Takipnea 0 0
Suhu
Hipotermi 11 45,8
Normal 13 54,2
Hipertermi 0 0
9

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)

Indeks Massa Tubuh


Underweight 1 4,2
Normal 19 79,2
Overweight 2 8,3
Obesitas I 2 8,3
Obesitas II 0 0
Jumlah Gigi
Masih lengkap 0 0
Sudah tidak 23 95,8
lengkap
Pakai gigi palsu 1 4,2
Mukosa Bibir
Tidak Kering 19 79,2
Kering 5 20,8
Sariawan
Ada 0 0
Tidak Ada 24 100
Obstruksi Saluran
Napas
Ada 0 0
Tidak Ada 24 100
Sesak Napas
Ada 0 0
Tidak Ada 24 100
Batuk
Ada 0 0
Tidak Ada 24 100
Bunyi Napas
Normal 23 95,8
Abnormal 1 4,2
Pergerakan Dada
Simetris 23 95,8
Tidak Simetris 1 4,2
Penggunaan Otot
Bantu Napas
Ada 0 0
Tidak Ada 24 100
Riwayat Penyakit
Tidak Ada 7 29,2
Hipertensi 7 29,2
Diabetes Melitus 1 4,2
Rematik 0 0
Lainnya 9 37,5
Riwayat Merokok
Tidak merokok 12 50,0
10

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Pernah, tapi sudah 9 37,5
berhenti
Masih merokok 3 12,5
Berdasarkan tabel 2.2 karakteristik lansia berdasarkan pemeriksaan
fisik pada lansia yang berada di Panti YPAB menurut Tekanan Darah
hampir sebagian besar lansia berada dalam batas normal (66,7%), menurut
heart rate lansia sebagian besar berada dalam batas normal (95,8%),
sedangkan berdasarkan respiratory rate semua lansia dalam batas normal
(100%), dan berdasarkan suhu hampir setengahnya lansia dalam batas
normal (54,2%). Berdasarkan Index Masa Tubuh hampir sebagian besar
lansia berada dalam batas normal (79,2%), untuk jumlah gigi lansia
sebagian besar sudah tidak lengkap (95,8%), berdasarkan mukosa bibir
hampir semua lansia berada dalam kategori tidak kering atau lembab
(79,2%). Sedangkan berdasarkan kategori sariawan, obstruksi saluran nafas,
sesak nafas, nafas dan batuk semua lansia dalam batas normal (100%).
Berdasarkan bunyi nafas dan pergerakan dada hampir sebagian besar normal
(95,8%),menurut kategori riwayat penyakit yang paling tinggi dalam
kategori lainnya (37,5%), danmenurut riwayat merokok lansia hampir
setengahnya berada pada tidak pernah merokok (50,0%).

c. Karakteristik Lansia Berdasarkan Activity Daily Living (ADL)


Tabel 2.3 Karakteristik Lansia Berdasarkan Activity Daily Living
(ADL)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Tidur Malam
1-3 jam 2 8,3
4-6 jam 10 41,7
7-9 jam 12 50
>9 jam 0 0
Tidur Siang
1-2 jam 22 91,7
3-4 jam 2 8,3
>4 jam 0 0
Gangguan Tidur
Ada 10 41,7
Tidak Ada 14 58,3
Frekuensi Makan
11

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


1 kali sehari 0 0
2 kali sehari 1 4,2
3 kali sehari 23 95,8
> 3 kali sehari 0 0

Frekuensi BAB
1 kali sehari 18 75,0
2 kali sehari 5 20,8
> 2 kali sehari 1 4,2
Konsistensi BAB
Lembek 21 87,5
Keras 3 12,5
Cair 0 0
Warna BAB
Kuning 24 100
Hitam 0 0
Warna lainnya 0 0
Frekuensi BAK
2-3 kali perhari 2 8,3
4-5 kali perhari 12 50,0
> 5 kali perhari 10 41,7
Warna BAK
Kuning jernih 23 95,8
Kuning pekat 1 4,2
Frekuensi Mandi
Tidak 1 4,2
1 kali perhari 10 41,7
2 kali perhari 12 50,0
> 2 kali perhari 1 4,2
Keramas
Tidak 0 0
1-2 kali perminggu 14 58,3
1 kali perhari 5 20,8
> 2 kali perminggu 5 20,8
Sikat Gigi
Tidak 3 12,5
1 kali perhari 4 16,7
2 kali perhari 17 70,8
Ganti Pakaian
Ya 21 87,5
Tidak 3 12,5
Aktivitas Rekreasi
Menonton TV 12 50,0
Membaca buku 4 16,7
Mengobrol dengan 7 29,2
teman
12

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Lainnya 1 4,2
Jenis Olahraga
Senam 20 83,3
Jalan Kaki 1 4,2
Lain-lain 3 12,5

Frekuensi Olahraga
Rutin 19 79,2
Jarang 3 12,5
Tidak Pernah 2 8,3

Berdasarkan tabel 2.3 karakteristik lansia berdasarkan Activity Daily


Living (ADL) lansiayang berada di Panti YPAB lansia menurut jam tidur
malam hampir setengahnya lansia tidur malam sekitar 7-9 jam perhari
(50%), sedangkan menurut jam tidur siang lansia hampir sebagian besar
tidur siang sebanyak 1-2 jam perhari (91,7%), dan menurut gangguan tidur
lansia hampir setengahnya tidak ada pada gangguan tidur (58,3%).
Berdasarkan frekuensi makan lansia hampir sebagian besar 3 kali makan
sehari (95,8%). Sedangkan berdasarkan frekuensi BAB sebagian besar
lansia berada dalam1 kali BAB perhari (75,0%), konsistensi BAB lansia
hampir sebagian besar berkonsistensi lembek (87,5%), dengan warna BAB
semua lansia berwarna kuning (100%). Berdasarkan frekuensi BAK lansia
hampir setengahnya lansia 4-5 kali BAK perhari (50,0%), dan menurut
warna BAK lansia hampir sebagian besar berwarna kuning jernih (95,8%).
Pada kategori frekuensi mandi lansia sering mandi 2 kali perhari (50,0%),
keramas lansia 1-2 kali perhari (58,3%), sikat gigi 2 kali perhari (70,8%),
dan lansia sering mengganti pakaian (87,5%). Sedangkan menurut kategori
aktivitas rekreasi yang biasa lansia lakukan yaitu sebagian besar menonton
tv (50,0%), menurut jenis olahragayang dilakukan lansia yaitu senam
(83,3%), dan menurut frekuensi olahraga lansia dilakukan secara rutin
(79,2%).

d. Karakteristik Lansia Berdasarkan Psikososial-Spiritual


Tabel 2.4 Karakteristik Lansia Berdasarkan Psikososial-Spiritual
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
13

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Persepsi Kematian
Menerima Kematian 24 100
Takut terhadap 0 0
kematian
Dukungan Lingkungan
Sangat mendukung 18 75
Tidak ada dukungan 6 25
Kegiatan Keagamaan
Selalu mengikuti 14 58,3
kegiatan keagamaan
dan ibadah
Kadang-kadang 6 25
mengikuti kegiatan
keagamaan dan
ibadah
Tidak pernah 4 16,7
mengikuti kegiatan
keagamaan dan
ibadah
Status Emosional
Masalah emosional 12 50,0
positif
Tidak ada masalah 12 50,0
emosional

Berdasarkan Tabel 2.4 karakteristik lansia berdasarkan psikososial-


spiritual lansia yang berada di Panti YPAB berdasarkan kategori persepsi
kematian lansia semua lansia berada pada menerima kematian (100%),
sedangkan menurut dukungan keluarga sebagian besar lansia berada dalam
hasil sangat mendukung (75%), menurut kegiatan keagamaan lansia hampir
sebagian besar sering selalu mengikuti kegiatan keagamaan (58,3%), dan
menurut kategori status emosional hampir seimbang antara masalah
emosional positif dan tidak ada masalah emosional (50,0%)

e. Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Tambahan (Status


Fungsional, Depresi, Nutrisi dan Kesepian)
Tabel 2.5 Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Tambahan
(Status Fungsional, Depresi, Nutrisi dan Kesepian)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Bartel Index
14

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Mandiri 14 58,3
Ketergantungan 10 41,7
sebagian
Ketergantungan total 0 0
SPMSQ
Fungsi intelektual 16 66,7
utuh
Kerusakan intelektual 2 8,3
ringan
Kerusakan intelektual 6 25,0
sedang
Kerusakan intelektual 0 0
berat
3MS
Normal 15 62,5
Demensia sedang 7 29,2
Demensia berat 2 8,3
GDS-15
Normal 3 12,5
Depresi ringan 12 50,0
Depresi sedang 9 37,05
Depresi berat 0
Keseimbangan
Resiko jatuh rendah 10 41,7
Resiko jatuh sedang 4 16,7
Resiko jatuh tinggi 10 41,7
MNA
Normal 19 79,2
Berisiko Malnutrisi 4 16,7
Malnutrisi 1 4,2
Katz Indeks
A 18 75,0
B 2 8,3
C 2 8,3
D 0 0
E 1 4,2
F 0 0
G 1 4,2
O 0 0
MMSE
Aspek kognitif dan 13 54,2
fungsi mental baik
Kerusakan aspek 9 37,5
fungsi mental ringan
Terdapat kerusakan 2 8,3
aspek fungsi mental
berat
15

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


Berg Balance Scale
(BBS)
Perlu menggunakan 6 25,0
kursi roda
Perlu menggunakan 7 29,2
alat bantu jalan
seperti tongkat, kruk,
walker
Mandiri dan tidak 11 45,8
memerlukan alat
bantu
MFS
Tidak berisiko 9 37,5
Risiko rendah 6 25,0
Risiko tinggi 6 37,5
Aktivitas Groningen
17 10 41,7
23 1 4,2
25 1 4,2
27 1 4,2
30 2 8,3
37 1 4,2
45 2 8,3
46 1 4,2
47 2 8,3
48 1 4,2
55 1 4,2
67 1 4,2

Berdasarkan Tabel 2.5 karakteristik lansia berdasarkan pemeriksaan


tambahan (status fungsional, depresi, nutrisi dan kesepian) lansia yang
berada di Panti YPAB menurut kategori Bartel Index hampir setengahnya
lansia berada dalam hasil mandiri (58,3%), menurut kategori SPMSQ
hampir sebagian besar lansia berada dalam fungsi intelektual utuh (66,7%),
sedangkan menurut kategori 3MS hampir setengahnya berada dalam batas
normal (62,5%), dan berdasarkan kategori GDS-15 hasil terbesar adalah
pada kategori depresi ringan. Berdasarkan kategori keseimbangan antara
resiko jatuh ringan dan resikojatuh tinggi hasilnya sama (41,7%), menurut
kategori MNA sebagian besar lansia dalam kategori normal (79,2%),
sedangkan menurut Katz Indeks hasil tertinggi yaitu kategori A (100%), dan
kategori MMSE hampir setengahnya lansia berada dalam kategori aspek
16

kognitif dan fungsi mental baik (54,2%). Berdasarkan kategori Berg


Balance Scale (BBS) hampir setengahnya lansia dalamkategori mandiri dan
tidak memerlukan alat bantu, sedangkan menurut kategori MFS lansia
dalam kategori hasil tertinggi yaitu tidak beresiko (37,5%), dan dalam
kategori Aktivitas Groningen hasil tertinggi yaitu pada skor 17 (41,7%).
f. Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Tambahan (Status
Fungsional, Depresi, Nutrisi dan Kesepian)
Tabel 2.6 Karakteristik Lansia Berdasarkan Pemeriksaan Tambahan
(Status Fungsional, Depresi, Nutrisi dan Kesepian)
Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)
Bartel Index
Mandiri 14 58,3
Ketergantungan 10 41,7
sebagian
Ketergantungan total 0 0
SPMSQ
Fungsi intelektual 16 66,7
utuh
Kerusakan intelektual 2 8,3
ringan
Kerusakan intelektual 6 25,0
sedang
Kerusakan intelektual 0 0
berat
3MS
Normal 15 62,5
Demensia sedang 7 29,2
Demensia berat 2 8,3
GDS-15
Normal 3 12,5
Depresi ringan 12 50,0
Depresi sedang 9 37,05
Depresi berat 0
Keseimbangan
Resiko jatuh rendah 10 41,7
Resiko jatuh sedang 4 16,7
Resiko jatuh tinggi 10 41,7
MNA
Normal 19 79,2
Berisiko Malnutrisi 4 16,7
Malnutrisi 1 4,2
Katz Indeks
A 18 75,0
B 2 8,3
17

Karakteristik Frekuensi (f) Persentase (%)


C 2 8,3
D 0 0
E 1 4,2
F 0 0
G 1 4,2
O 0 0

MMSE
Aspek kognitif dan 13 54,2
fungsi mental baik
Kerusakan aspek 9 37,5
fungsi mental ringan
Terdapat kerusakan 2 8,3
aspek fungsi mental
berat
Berg Balance Scale
(BBS)
Perlu menggunakan 6 25,0
kursi roda
Perlu menggunakan 7 29,2
alat bantu jalan
seperti tongkat, kruk,
walker
Mandiri dan tidak 11 45,8
memerlukan alat
bantu
MFS
Tidak berisiko 9 37,5
Risiko rendah 6 25,0
Risiko tinggi 6 37,5
Aktivitas Groningen
17 10 41,7
23 1 4,2
25 1 4,2
27 1 4,2
30 2 8,3
37 1 4,2
45 2 8,3
46 1 4,2
47 2 8,3
48 1 4,2
55 1 4,2
67 1 4,2

Berdasarkan Tabel 2.5 karakteristik lansia berdasarkan pemeriksaan


tambahan (status fungsional, depresi, nutrisi dan kesepian) lansia yang
18

berada di Panti YPAB menurut kategori Bartel Index hampir setengahnya


lansia berada dalam hasil mandiri (58,3%), menurut kategori SPMSQ
hampir sebagian besar lansia berada dalam fungsi intelektual utuh (66,7%),
sedangkan menurut kategori 3MS hampir setengahnya berada dalam batas
normal (62,5%), dan berdasarkan kategori GDS-15 hasil terbesar adalah
pada kategori depresi ringan. Berdasarkan kategori keseimbangan antara
resiko jatuh ringan dan resikojatuh tinggi hasilnya sama (41,7%), menurut
kategori MNA sebagian besar lansia dalam kategori normal (79,2%),
sedangkan menurut Katz Indeks hasil tertinggi yaitu kategori A (100%), dan
kategori MMSE hampir setengahnya lansia berada dalam kategori aspek
kognitif dan fungsi mental baik (54,2%). Berdasarkan kategori Berg
Balance Scale (BBS) hampir setengahnya lansia dalamkategori mandiri dan
tidak memerlukan alat bantu, sedangkan menurut kategori MFS lansia
dalam kategori hasil tertinggi yaitu tidak beresiko (37,5%), dan dalam
kategori Aktivitas Groningen hasil tertinggi yaitu pada skor 17 (41,7%).

2.4 Analisis Terhadap Unit


a. Flow of Care
1. Alur Penerimaan Lansia
Alur penerimaan lansia, awalnya keluarga melakukan pendaftaran ke
panti, sebelum lansia diterima terlebih dahulu pengurus panti
melakukan screening berupa pemeriksaan keluarga (mampu/tidak
mampu) dan menanyakan kebiasaan lansia pada keluarga. Setelah
screening dilakukan, kemudian dilakukan pertemuan antara pengurus
panti dan keluarga lansia untuk mendiskusikan apakah lansia dapat
diterima di panti ataukah tidak. Namun bagi lansia yang dibawa oleh Dinas
Sosial, maka screening dilakukan ke pihak Dinas Sosial yang membawa lansia
ke panti. Apabila lansia diterima maka lansia tersebut dilakukan uji coba
selama 3 bulan. Selama 3 bulan lansia akan dilihat dapat beradaptasi
dengan baik di lingkungan panti ataukah tidak. Selain itu dilihat juga
apakah selama 3 bulan lansia dapat mengikuti peraturan panti yang
telah ditentukan ataukah tidak. Apabila lansia tidak dapat beradaptasi
19

dan lansia melanggar peraturan yang telah ditentukan maka lansia


tersebut akan dipulangkan ke keluarganya atau dipindahkan ke PSTW
lain, hal ini berlaku untuk yang di bawa oleh keluarganya maupun yang
di bawa oleh dinas sosial.
20

2. Alur Tindakan
Hasil wawancara dan kajian situasi pada tanggal 15 Februari 2020
didapatkan hasil bahwa setiap jam 06.00 WIB lansia akan melakukan
sarapan di ruang makan akan tetapi ada beberapa lansia yang di wisma
atas memilih untuk di antar ke kamar sehingga makanan nya pun di
dalam kamar. Makan pagi, siang dan sore akan disiapkan oleh petugas
bagian memasak. Setelah sarapan selesai lansia akan dibawa ke
halaman panti untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan : tekanan darah
dan terkadang juga dilakukan pemeriksaan gula darah. Setelah semua
lansia di periksa tekanan darahnya selanjutnya lansia melakukan senam
atau jalan-jalan keliling komplek. Senam yang biasa dilakukan adalah
senam untuk persendian dan senam hipertensi yang biasanya di pimpin
oleh ibu panti, relawan/mahasiswa setiap hari kamis dan sabtu. Setelah
senam lansia biasanya berjemur di teras. Lansia makan siang pada jam
11.30 WIB, setelah makan siang lansia tidur siang. Apabila terdapat
lansia yang tidak tidur siang, maka lansia tersebut akan bermain dengan
mahasiswa yang sedang praktik. Namun apabila tidak terdapat
mahasiswa yang praktik maka lansia akan menonton tv atau
menyibukan dirinya dengan kegiatan yang mereka inginkan. Lansia
akan makan sore pada pukul 17.00 WIB. Setelah makan sore lansia
diperbolehkan untuk menonton tv atau melakukan kegiatan yang di
inginkannya. Jam 21.00 WIB lansia akan diminta masuk ke kamar
untuk tidur malam.
3. Alur Pengelolaan
Hasil kajian situasi pada tanggal 15 Februari 2020 dalam melakukan
alur pengelolaan lansia, tindakan yang dilakukan oleh petugas panti
belum sesuai berdasarkan Bhartel Indeks. Berdasarkan hasil pengkajian
terdapat lansia yang memiliki ketergantungan sebagian dimana makan,
BAK, BAB, menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan
mandi harus dibantu. Akan tetapi pengurus panti tidak selalu membantu
lansia tersebut. Terutama untuk malam hari. Hal tersebut dikarenakan
hanya ada 2 petugas panti yang berjaga di panti dan petugas panti tidak
21

selalu memantau lansia tersebut.


4. Discharge Planning
Hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 15 Februari 2020
didapatkan hasil bahwa terdapat catatan lansia apabila lansia tersebut
pulang ke rumah atau dipindahkan ke PSTW lain dan meninggal.
5. Pemenuhan KDM
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 15-17 Februari 2020
terdapat 3 masalah yang ditemukan di PSTW Asuhan Bunda yaitu
IPSG (International Patient Safety Goals), pemenuhan gizi seimbang,
ketidakefektifan asuhan resiko kesepian. Rencana yang akan
dilaksanakan diantaranya adalah :
Tabel 2.7 Masalah Keperawatan

Masalah Keperawatan Deskripsi


Ketidakefektifan IPSG Pada ketidakefektifan IPSG dibagi menjadi 3
(International Patient Safety yaitu gelang ID card, pengawasan petugas
Goals) terhadap keefektifan minum obat, dan cuci
tangan untuk pengurangan resiko infeksi.
Pemenuhan gizi seimbang Pada pemenuhan gizi seimbang akan
dibuatkan menu untuk 1 bulan penuh, dan
menyarankan panti agar menyediakan
tempat makan yang diberi sekat untuk setiap
lansia.
Ketidakefektifan asuhan resiko Melakukan kegiatan terjadwal : games, jalan
kesepian bersama, main congklak, menonton bersama,
melukis.

2.5 International Patient Safety Goals (IPSG)


1. Ketepatan identifikasi lansia
Berdasarkan hasil kajian situasi dan wawancara di PSTW Wisma Lansia “J.
Soenarti Nasution” pada hari sabtu, 15 Februari 2020 didapatkan
identifikasi pada lansia di PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti Nasution”
belum optimal, diantaranya yaitu sudah ada kartu identitas (ID card) tetapi
banyak lansia yang tidak membawa ketika hendak bepergian ke luar dan
ada juga lansia baru yang belum mempunyai ID card. Buku catatan
kesehatan lansia hanya mencakup tanda-tanda vital saja, tidak adanya
catatan perkembangan khusus pada masing-masing lansia sehingga tidak
22

dapat terpantau perkembangan kesehatannya. Sehingga tidak sesuai dengan


ketentuan International Patient Safety Goals (IPSG).
2. Pengawasan obat yang perlu kewaspadaan tinggi
Hasil kajian situasi dan wawancara di PSTW Wisma Lansia
“J. Soenarti Nasution” pada hari Sabtu, 15 Februari 2020 didapatkan data
pemberian obat untuk lansia semua obat diberikan sesuai jadwal pemberian.
Namun tidak adanya pengawasan dari petugas panti untuk memastikan obat
itu diminum oleh lansia atau tidak. Hal ini berdampak kepada tingkat
kepatuhan lansia minum obat berkurang ditandai dengan ditemukan
beberapa obat yang ada di saku lansia, di bawah bantal. Berdasarkan hasil
wawancara dengan salah satu petugas kesehatan yang bertugas di PSTW
Wisma Lansia “J. Soenarti Nasution” mengatakan bahwa belum adanya
penyuluhan terkait dengan pengolaan obat 6B (Benar obat, Benar lansia,
Benar dosis, Benar rute pemberian, Benar waktu, Benar Dokumentasi).
Tidak terdapat standar operasional prosedur (SOP) dalam pengelolaan
lansia yang sakit atau membutuhkan terapi farmakologi.
3. Pengurangan resiko infeksi terkait dengan pelayanan kesehatan
Berdasarkan hasil observasi untuk resiko infeksi didapatkan hasil bahwa
tidakadanya sabun di setiap wastafel. Ditemukan juga saat lansia sakit, lansia
tersebut tidak menggunakan masker untuk pencegahan penularan dan dari pihak
panti tidak memfasilitasi masker tersebut.
23

2.6 Sumber Daya Kekuatan Kerja (Manajemen Unit)


2.6.1 Manusia
1. Struktur Organisasi

Ketua
Ibu Sri Soedarsono

Wakil Ketua
Ibu S. Roediono

Bendahara Sekretaris
Ibu Dra. Marda Ibu Dr. Ir. Woerjantari

Administrasi/ Keuangan
Ibu Iin Inda M

Bidang Anak Bidang Lansia

Kepala Pondok Penanggung Jawab

Ibu Hj. Sardjimi, S. Bapak HR. Goenadi


Amd
Kepala Biro Ibu Asrama
Konsultasi dan
Pengangkatan Anak Ibu Hermin

Pekerja Sosial
Ibu Dra. Hastuti
Profesional
Anwar
Direktur RSKG
Bapak Musabar
Ibu Dr. Qania M.

Ibu Kepala Pondok

Ibu Hj. Sarmiji

Bidang Adopsi

Ibu Besty Mutia, S.H


24

2. Tenaga Pegawai
Tenaga kerja di Wisma J. Soenarti Nasution berjumlah 7 orang yang
terbagi ke dalam beberapa bagian atau divisi, yaitu:
I. Bagian Kesehatan : 1 orang
II. Bagian Dapur : 1 orang
III. Bagian Kebersihan : 2 orang
IV. Bagian Cuci : 1 orang
V. Bagian Kebun dan Keamanan : 1 orang
VI. Bagian Asrama : 1 orang
Adapun secara lebih rinci karakteristik tenaga kerja di Wisma J. Soenarti
Nasution yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.8 Daftar Nama Pegawai Wisma J. Soenarti Nasution

Nama Jenis Kelamin Pendidikan


Ibu Yeti Perempuan SMA
Ibu Teti Perempuan SMA
Ibu Maryati Perempuan SD
Ibu Surti Perempuan SMP
Pak Maman Laki-laki SD
Pak Dedi Laki-laki SD
Ibu Hermin Perempuan SPSA

3. Kualifikasi Staf
Berdasarkan wawancara tidak terdapat kualifikasi khusus untuk pekerja
di Wisma J. Soenarti Nasution. Pekerja hanya diwajibkan untuk
menguasai bidang yang ditempatinya.
4. Pelatihan
Berdasarkan wawancara dengan pengurus panti, terdapat satu orang staff
yang mengikuti pelatihan untuk manajemen panti. Sehingga sebagian
besar petugas panti tidak memiliki pelatihan terkait dengan pengelolaan
lansia dan manajemen panti.
5. Pembagian Shift
Tidak terdapat pembagian shift kerja di Wisma J. Soenarti Nasution.
Seluruh staff bekerja mulai pukul 6 pagi sampai pukul 4 sore, kecuali ibu
asrama bagian keamanan yang 24 jam penuh berada di panti.
25

2.6.2 Non Manusia


1. Metode
Metode penugasan yang diterapkan di PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti
Nasution” adalah metode Tim. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu
Asrama di PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti Nasution” metode tim ini
dilakukan setiap harinya meliputi bagian kesehatan, kebersihan, dapur,
cuci, kebun dan keamanan, serta asrama. Namun, di dalam waktu
kerjanya semua petugas sosial di PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti
Nasution” saling membantu pekerjaan petugas lainnya.
2. Material
I. Kondisi Sarana
Tabel 2.9 Kondisi Sarana di PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti
Nasution” Periode 15 Februari 2020
No. Uraian Keterangan Jumlah
1. Kamar
Ranjang risbang Ada 24 Buah
Kasur busa Ada 24 Buah
Meja kecil Ada 24 Buah
Lemari pakaian Ada 24 Buah
Rak handuk Ada 18 Buah
Rak makanan Ada 12 Buah
Toilet Ada 6 Buah
Handrail Ada Setiap koridor
2. Ruang Tengah
Kursi Ada 1 Set
Tong Sampah Ada 2 Buah
Wastapel Ada 1 Buah
Meja Ada 1 Buah
Galon Ada 1 Buah
Dispenser Ada 1 Buah
3. Ruang Makan
Meja makan Ada 5 Buah
Kursi Ada 20 Buah
Televisi Ada 1 Buah
Kulkas Ada 1 Buah
Lemari Ada 1 Buah
4. Ruang Ibadah
Mushola Ada
Tempat wudhu Ada 1 Buah
26

No. Uraian Keterangan Jumlah


5. Ruangan Kesehatan Ada
6. Halaman/Taman Ada
7. Ruang Penerimaan/ Ada
Registrasi
8. Tempat Olahraga; Ada
jalan
untuk rheumatic
9. Ruang Pekerja Sosial Ada
11. Gudang Ada
12. Aula Ada
Meja Ada
Televisi Ada
Radio Ada
Layar infokus Ada
13. Ruang Cuci Ada
14. Ruang Dapur Ada
15. Ruang Perpustakaan Tidak ada

Tabel 2.10 Kondisi Sarana di PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti


Nasution” Periode 15 Februari 2020
No Material Keterangan Jumlah
Bahan dan alat Habis Pakai
Kapas Ada ½ pax
Handscoon Ada 1 pax
Masker Ada 1 pax
Obat-obatan (General) Ada 1 pax dari
resep dokter
Media penkes Ada 7 media
Alcohol Ada 1 buah
sabun Tidak ada
Handscrub Tidak ada
Betadine Ada 3 buah
Bahan tidak habis pakai
Box Obat P3K Ada 1 buah
Bed/Branker Ada 1 buah
Meja Ada 1 buah
Kursi Ada 3 buah
Alat pengukur tinggi badan ada 1 buah
Timbangan Ada 2 buah
Tensimeter Ada 1 buah
Stetoskop ada 1 buah
Thermometer Tidak ada
Tempat sampah medis Ada 1 buah
27

No Material Keterangan Jumlah


Tempat sampah non medis Ada 1 buah
Tempat sampah farmasi Tidak ada
o Kursi roda Ada 6 Buah
Loker obat untuk tiap lansia Tidak ada
Botol obat kecil untuk tiap lansia Ada 6 Buah
Bengkok Tidak ada
Koridor Ada 2 buah
Handrail Ada 15 buah
Ramp atau tanjakan akses manula Ada 2 buah
Karpet anti slip Ada Pada setiap
kamar mandi
Kursi dengan pegangan Ada 13 buah

Tabel 2.11 Dokumentasi di YPAB Wisma Lansia “J. Soenarti


Nasution” Periode 23 Mei 2019 - 14 Februari 2020
No Uraian Keterangan Catatan
1 Identitas Lansia Belum Lansia di wisma ada yang
Lengkap punya dan ada yang tidak
punya kartu Identitas (ID
card) namun di kartu
identitas tidak terdapat
data-data lansia
2 Pengkajian Ada Pengkajian hanya ada
pengkajian awal klien
yaitu identitas tanpa
keluhan utama, riwayat
penyakit dan tidak ada
pengkajian pemeriksaan
fisik
3 Catatan Tidak Ada Tidak ada lembar
perkembangan, integrasi
Catatan integrasi,
Catatan evaluasi
4 Catatan Informasi Tidak Ada
Situasi resiko tinggi
5 Catatan intruksi Ada Dokter selalu datang 1
/visite dokter bulan sekali untuk
melihat kondisi kesehatan
lansia
6 Catatan obat Ada Setiap pasien yang
(Pengobatan) mengalami pengobatan
Kartu obat mempunya kartu
pengobatan
7 Dokumentasi dan Tidak ada
Pendidikan
28

No Uraian Keterangan Catatan


Kesehatan
2.7 Lingkungan Kerja
2.7.1 Lingkungan Fisik
1. Ruangan
Bangunan PSTW Wisma Lansia J.Soenarti Nasution terdiri dari 3
lantai yaitu lantai 1 terdiri dari 6 kamar lansia, 1 kamar lansia terdiri 3
tempat tidur dan 2 toilet untuk semua pasien yang berada di lantai 1,
satu kamar tidur pegawai, ruang berkumpul dan menonton TV untuk
lansia yang berada di depan kamar tidur lansia, ruang makan dan ruang
untuk menonton TV, mushola, ruang dapur serta ruang kesehatan.
Sementara untuk lantai dua terdiri dari 6 kamar tidur yang ditempati
dengan 1 kamar 1 lansia, setiap 1 kamar mempunyai fasilitas kursi,
meja, tempat tidur, lemari, toilet dan tempat gantungan pakaian. Untuk
bagian rungan tengah terdiri dari ruang administrasi, ruang aula
serbaguna yang digunakan untuk tempat pertemuan dan penerimaan
mahasiswa yang akan melakukan praktik, satu kamar mandi untuk
pegawai dan dapur. Sedangkan lantai 3 terdiri dari ruang untuk
menyetrika, tempat mencuci baju dan menjemur serta kamar tidur untuk
kepala panti.
2. Lantai
Semua lantai di ruaagan dalam PSTW Wisma Lansia J.Soenarti
Nasution dari lantai bawah dan atas menggunakan keramik yang khusus
buat lansia yang terjaga kebersihannya dan nyaman serta aman untuk
lansia
3. Dinding
Seluruh dinding ruangan di PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution
merupakan dinding tembok permanen yang terpelihara, hal ini dapat
terlihat dari tidak terdapat adanya jamur di setiap dinding- dinding kamar
lansia baik dalam yang di lantai 1 maupun lantai 2.
4. Langit-langit
Semua langit-langit ruangan terbuat dari bahan beton dan terawat
dengan baik, tidak terdapat jamur maupun kotoran yang menempel
29

dilangit-langit.
5. Pintu, Jendela dan Pecahayaan
Pintu wisma menggunakan pintu kayu dengan keadaan masih kokoh.
Namun, cara membuka pintu setiap masih membuka kedalam,
seharusnya pintu membuka keluar atau pintu geser hal ini berdasarkan
apabila ada kejadian bencana seperti gempa bumi, kebakaran atau ada
lansia yang pingsan dan terjatuh dapat memudahkan dalam proses
evakuasi.
6. Koridor
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution menpunyai koridor yang
telah menggunakan handrail yang berfunsi untuk membantu aktivitas
dari semua lansia yang ada di PSTW Wisma Lansia untuk
meminimalisir resiko jatuh pada lansia.
7. Administrasi
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution mempunyai ruanga
administrasi yang berada di lantai 2, lokasi untuk penempatan ruang
administrasi sudah sangat tepat, tetapi untuk administrasi penunjang
untuk lansia seperti buku status belum lengkap dan masih sebagian.
8. Dapur
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution mempunyai 2 dapur yang
terdiri dari lantai 1 dan lantai 2. namun yang sering digunakan oleh
sebagian lansia yaitu dapur lantai 1. Dalam kebersihan dapur tampak
sudah cukup terawat dan sangat rapih, lokasi untuk peralatan dapur
seperti alat masak cukup sudah rapih dengan tersimpan baik pada
tempat peralatannya.
9. Ruang Perawatan
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution mempunyai ruangan
kesehatan yang berada sebelah kiri lantai 1 yang bersebelahan dengan
ruang makan dan dapur. Alat-alat yang terdapat di ruang kesehatan
sudah cukup, akan tetapi ada sebagian kelengkapan yang masih kurang
seperti peralatan untuk pasien menyimpan obat.
10. Gudang
30

PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution mempunyai gudang yang


berada di lantai 1 yang masih bersebelahan dengan tangga,
pengguanaan gudang berfungsi untuk menyimpan bahan-bahan
kebutuhan sehari-hari.
11. Ruang Peralatan
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution belum ada ruangan yang
dapat digunakan untuk penyimpanan peralatan seperti alat-alat
kebersihan. Untuk penyimpanan alat-alat kebersihan sering disimpan
dalam lemari-lemari yang tidak digunakan atau di simpan di dekat
tembok.
12. Denah Ruangan

2.7.2 Lingkungan Non-fisik

1 Hubungan Pekerja dengan Pekerja


Semua hubungan pekerja yang berada di PSTW Wisma Lansia J.
Soenarti Nasution tampak terlihat kompak dan saling membantu satu
sama lainnya dan tidak ada masalah.
2 Hubungan Pekerja dengan Lansia
Semua hubungan pekerja dengan lansia terjalin dengan baik. Hal
tersebut dapat terlihat dari keakraban lansia ke pekerja ataupun
sebaliknya.
BAB III
ANALISA DATA DAN PERENCANAAN

3.1 Analisis SWOT


Berdasarkan hasil identifikasi kajian situasi terkait dengan faktor
internal meliputi kekuatan atau dan kelemahan atau weakness juga faktor
internal meliputi peluang atau opportunity dan ancaman atau threat yang
berpengaruh terhadap pencapaian visi misi Yayasan Pembinaan Asuhan
Bunda Wisma Lansia “J. Soenarti Nasution” sebagai berikut :
Tabel 3.1 Analisa Data SWOT
No. Strength Item Skor Bobot Total
1. Man Petugas panti mendampingi lansia, 4 0,08 0,32
terdapat 2 pekerja yang jaga 24
jam dan pekerja lainnya dinas
hingga pukul 16.00 WIB
PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti 4 0,08 0,32
Nasution” memiliki satu orang
petugas yang bertanggung jawab
di bidang kesehatan dan telah
mengikuti pelatihan
pendampingan lansia
Petugas panti memiliki 4 0,08 0,32
pengalaman kerja minimal 2
tahun dalam mengelola PSTW
Wisma Lansia “J Soenarti
Nasution”
2. Material PSTW Wisma Lansia “J Soenarti 4 0,08 0,32
Nasution” memiliki prasarana
penunjang kesehatan yang terdiri
dari ruang perawatan yang
didalamnya terdapat lemari obat,
box obat, obat-obatan, media
pendidikan kesehatan, meja,
kursi, bed pasien, buku, stetoskop,
spigmomanometer, alat pengukur
tinggi badan, alat pemeriksaan
glukosa, kolesterol dan asam urat,
serta timbangan. Selain itu,
terdapat prasarana penunjang
olahraga (misal : terapi jalan
untuk lansia dengan rheumatic,

31
No. Strength Item Skor Bobot Total
ramp

32
33

No. Strength Item Skor Bobot Total


atau akses manula/cacat. Selain
itu, petugas sudah memastikan
lingkungan yang dapat menjaga
keseimbangan dan mencegah
jatuh pada lansia handrail,
pencahayaan yang cukup, keset
anti slip disetiap depan kamar
dan kamar mandi lansia, serta
lantai yang selalu dipastikan tidak
licin.
PSTW Wisma Lansia “J. 4 0,08 0,32
Soenarti Nasution” memiliki
sarana penunjang untuk
meningkatkan kreatifitas lansia
seperti mesin jahit, speaker untuk
mendengarkan musik atau
melakukan senam pagi, televisi,
infokus,
dan taman
Terdapat prasarana administratif 4 0,08 0,32
meliputi meja penerima tamu.
3. Metode Terdapat kegiatan rutin harian 4 0,08 0,32
berupa senam otak dan senam
hipertensi untuk lansia, serta
dilakukan pemeriksan tekanan
darah setiap hari.
Terdapat penanggung jawab 4 0,08 0,32
untuk seluruh lansia dengan
ketergantungan sebagian
Lansia di PSTW Wisma Lansia “J. 4 0,08 0,32
Soenarti Nasution” makan 3x/hari
PSTW Wisma Lansia “J Soenarti 4 0,08 0,32
Nasution” bekerjasama dengan
Puskesmas dan mendapat
kunjungan dokter umum rutin
1x/bulan
Metode pemberian obat 4 0,08 0,32
disesuaikan dengan waktu makan
lansia. Namun tidak ada petugas
yang memastikan obat diminum
sesuai jadwal
4. Machine Tersedia telepon sebagai sarana 3 0,12 0,36
komunikasi dan koordinasi
dengan pihak PSTW Wisma
Lansia “J Soenarti Nasution”
Total 1 3,88
34

No. Weakness Item Skor Bobot Total


1. Man Rasio jumlah petugas panti tidak 4 0,04 0,16
sebanding dengan jumlah lansia.
Penanggung jawab di Bidang
Kesehatan hanya 1 orang
menangani 24 lansia dan hanya
2 petugas sosial yang tinggal 24
jam di PST Wisma Lansia “J.
Soenarti Nasution untuk
mendampingi dan membantu
kebutuhan dasar para lansia
Tidak ada petugas panti 4 0,04 0,16
dengan latar belakang pendidikan
formal perawat
Tidak adanya pembagian shift 4 0,04 0,16
kerja, seluruh staff bekerja mulai
pukul 06.00 WIB s/d 16.00 WIB.
Kecuali 1 petugas sosial dan
1 petugas panti yang
bertanggung jawab bagian
keamanan yang berada dipanti
selama 24 jam
Tidak ada ahli gizi yang bertugas 4 0,04 0,16
untuk mengelola menu makanan
lansia
16 lansia dengan nilai SPMSQ 3 0,03 0,09
berada dalam kategori kerusakan
intelektual utuh, atau 2 lansia
berada dalam kategori kerusakan
intelektual ringan, dan 6 lansia
dengan kategori kerusakan
intelektual sedang.
2 lansia dengan nilai MMSE 3 0,03 0,09
berada di kategori kerusakan
aspek fungsi mental berat dan 9
lansia dengan nilai MMSE berada
dalam kategori kerusakan aspek
fungsi mental ringan
Hambatan memori menjadi 4 0,04 0,16
masalah terbesar kedua sebanyak
7 dari 24 lansia mengalami
masalah keperawatan hambatan
memori di PSTW Wisma
Lansia J Soenarti Nasution
35

No. Weakness Item Skor Bobot Total


1 lansia yang memiliki kategori 4 0,04 0,16
IMT underweight < 18 IMT dan
2 orang lansia memiliki kategori
overweight
16 dari 24 lansia memiliki tekanan 4 0,04 0,16
darah dengan kategori pre
hipertensi dan 6 dari 24 lansia
memiliki tekanan darah dengan
kategori pre hipertensi
Tingkat nutrisi berdasarkan 4 0,04 0,16
kuesioner MNA diperoleh hasil
1 lansia (4,2%) mengalami
malnutrisi, 4 lansia (16,7%)
berisiko malnutrisi, dan 19
lansia (79,2%) berada dalam
kategori nutrisi normal.
Tingkat kesepian berdasarkan 4 0,04 0,16
kuesioner Loneleness diperoleh
hasil 15 (62,5%) lansia
mengalami kesepian rendah, 4
(16,7%) lansia mengalami
kesepian sedang, dan 5 (20,8%)
lansia tidak mengalami kesepian
Sebagian besar lansia tidak 4 0,04 0,16
melakukan cuci tangan 6
langkah sebelum dan sesudah
makan
Penyuluhan tentang cuci tangan 4 0,04 0,16
6 langkah sudah pernah
diberikan namun semua lansia
lupa sehingga cuci tangan tidak
dilaksanakan dengan benar
2. Material Salah satu petugas panti 4 0,04 0,16
menyatakan bahwa lansia pernah
dibuatkan identitas tanda
pengenal yang dapat digunakan
saat lansia melakukan aktivitas
diluar panti, namun
pelaksanaannya tidak efektif
karena saat lansia pergi keluar
panti lansia biasanya menyimpan
id cardnya, selain itu program
pembuatan kartu identitas lansia
juga tidak dilanjutkan sehingga
lansia yang baru masuk tidak
memiliki kartu identitas.
36

No. Weakness Item Skor Bobot Total


Buku catatan lansia hanya 4 0,04 0,16
mencakup tanda-tanda vital, tidak
ada buku catatan perkembangan
pada masing-masing lansia
Tidak tersedianya loker obat 4 0,04 0,16
untuk masing-masing lansia yang
membutuhkan terapi farmakologi.
Obat lansia terdapat dikamar
masing-masing lansia
Tidak tersedianya sarana dan 4 0,04 0,16
prasarana untuk cuci tangan
seperti sabun atau handrub
dikamar mandi lansia dan tempat
cuci tangan (wastafel)
3. Metode Petugas panti tidak melakukan 4 0,04 0,16
pengawasan ketat hingga obat
diminum oleh lansia sesuai
dengan prinsip 6B untuk lansia
yang mempunyai pengobatan
farmakologi. Sehingga tingkat
kepatuhan lansia minum obat
berkurang ditandai dengan
beberapa kotak obat dikamar
lansia masih ditemukan dengan
tanggal pemberian obat sudah
lewat waktu pemberian
Tidak terdapat standar 4 0,04 0,16
operasional prosedur (SOP)
dalam pengelolaan lansia yang
sakit atau membutuhkan terapi
Farmakologi
Sebagian besar petugas panti tidak 4 0,04 0,16
memiliki pelatihan terkait
dengan pengelolaan lansia
Petugas panti belum menerapkan 4 0,04 0,16
prinsip- prinsip diet seimbangan
untuk lansia seperti jenis yang
makanan dimasak santan, tinggi
lemak dan protein, tinggi purin,
tinggi gula, kacang melinjo
disetiap memasak sayur asam.
Tidak terdapat modifikasi menu
setiap harinya, menu untuk
sarapan pagi, makan siang, dan
makan malam menggunakan jenis
makanan yang sama.
37

No. Weakness Item Skor Bobot Total


Belum adanya penyuluhan terkait 4 0,04 0,16
dengan pengolaan obat 6 B
(Benar pasien, Benar dosis, Benar
rute pemberian, Benar obat,
Benar waktu pemberian, Benar
Dokumentasi).
Pernah diadakan penyuluhan 4 0,04 0,16
terkait dengan gizi diet seimbang
lansia namun belum terlaksana
dengan baik
Tidak adanya pengawasan saat 4 0,04 0,16
lansia makan, lansia dengan
penyakit tertentu seperti hipertensi
dapat secara bebas menambahkan
bumbu/penyedap/kecap yang
berada disetiap meja makan yang
sebenarnya bumbu/penyedap/kecap
tersebut ditujukan untuk lansia yang
tidak memiliki penyakit tertentu
Belum beragamnya aktivitas yang 0,0 0,04 0,16
dilakukan lansia di panti, jadwal 4
kegiatan harian lansia sudah dibuat
namun dalam pelaksanaannya
kegiatan yang rutin dilaksanakan
hanya tepusat pada kegiatan pagi
seperti senam/terapi namun setelah
kegiatan tersebut tidak ada
kegiatan lain yang dilakukan lansia
sehingga lansia banyak yang hanya
beristirahat dikamar, tidak
bersosialisasi
4. Machine Telepon tersedia namun kegunaan 2 0,02 0,04
nomer telepon hanya dapat
menjadi sarana komunikasi dan
koordinasi pihak panti dengan
keluarga ataupun dinas sosial.
Karena lansia mudah lupa,
sehingga nomer telepon yang
tidak dicantumkan sebagai
identitas di ID Card lansia tidak
dapat dijadikan sebagai salah satu
pencegahan atau koordinasi
dengan pihak panti jika terjadi
sesuatu kejadian luar
biasa dilingkungan luar panti
TOTAL 1 3,9
38
39

No. Opportunity Item Skor Bobot Total


1. Man Setiap tahun terdapat mahasiswa 4 0,3 1,2
yang menjalankan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) di PSTW
Wisma Lansia “J Soenarti
Nasution” sebagai contoh
sekarang ini yang sedang
melaksanakan praktik adalah
mahasiswa keperawatan Unpad
2. Money Mendapat dana subsidi silang 4 0,3 1,2
pemerintah, Bantuan Yayasan
Dharmais, sumbangan dari
masyarakat baik secara kolektif
maupun perorangan, usaha
pengurus, penitipan lansia
mampu, penitipan anak balita,
dan usaha-usaha
lain.
3. Metode Menjalin hubungan kerjasama 4 0,3 1,2
dengan pihak puskesmas
sehingga dapat berkontribusi
dalam pemantauan kesehatan
lansia
Total 1 3,6

No. Threat Item Skor Bobot Total


1. Metode Kesulitan mendapat informasi jika 3 0,5 1,5
lansia mengalami kejadian luar
biasa di luar lingkungan panti

Keluarga yang membawa 2 0,5 1


makanan untuk lansia jika
makanan tersebut tidak sesuai
dengan diet yang dianjurkan
terutam untuk lansia dengan
hipertensi, asam urat, dan DM
Total 1 2,5

39
40

Tabel 3.2 Rekapitulasi Perhitungan Kekuatan atau Strength, Kelemahaan


atau Weakness, Peluang atau Opportunity, dan Ancaman atau Threat dari
beberapa faktor dan sub faktor yang didapatkan berdasrkan Analisis
SWOT, Februari Tahun 2020.

No Uraian Total
1. Internal
Strength 3,88
Weakness 3,9
Jadi S – W -0,02
2. Eksternal
Opportunity 3,6
Threat 2,5
Jadi, O – T 1,1

O
3,6

Kuadran III Kuadran I


1

W
3,9 S
3,88
-3 -2 -1 1 2 3

-1
Kuadran IV Kuadran II

T
2,5

Berdasarkan hasil analisis SWOT diatas menunjukkan bahwa manajemen PSTW


Wisma Lansia “J. Soenarti Nasution” berada pada kuadran III. Posisi ini
menunjukkan bahwa PSTW Wisma Lansia “J. Soenarti Nasution” merupakan
organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang
diberikan adalah ubah strategi (turn around), artinya organisasi disarankan untuk
merubah strategi sebelumnya. Sebab strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk
dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

40
41

Walaupun memiliki peluang yang sangat besar, organisasi ini menghadapi


beberapa kendala atau kelemahann internal sehingga perlu meminimalkan
masalah-masalah internal orgaanisasi, sehingga dapat merebut peluang yang lebih
baik

41
No Aktual Ideal Analisis Masalah
1 Data Objektif : ID Bracelet : ID Bracelet : Ketidakefektifan
- Rasio jumlah petugas panti tidak Penyakit degeneratif yang sering 7 dari 17 lansia di YPAB Pelaksanaan
sebanding dengan jumlah lansia. muncul pada lansia adalah Wisma Lansia “J Soenarti International
Penanggung jawab di Bidang demensia. Demensia merupakan Nasution” memiliki masalah Patient
Kesehatan hanya 1 orang kondisi hilangnya kemampuan kesehatan demensia. Safety Goals
menangani 24 lansia dan hanya 2 intelektual yang menghalangi Penggunaan aksesoris sebagai (IPSG) ;
petugas sosial yang tinggal 24 jam di hubungan sosial serta identitas seperti gelang dan ID Identifikasi
Panti yang mendampingi dan menghambat fungsi dalam Card penting untuk proses pasien,
membantu kebutuhan dasar lansia. menjalani kehidupan sehari-hari. identifikasi lansia yang Kewaspadaan
- 16 lansia dengan nilai SPMSQ Demensia berpengaruh terhadap mengalami demensia. obat, dan
berada dalam kategori kerusakan kelakuan, cara berpikir, dan Penerapan aksesoris identitas Penurunan risiko
intelektual utuh, atau 2 lansia berada kemampuan melakukan merupakan program Aging infeksi
dalam kategori kerusakan intelektual pekerjaan normal. Tanda khas Well in The Information
ringan, dan 6 lansia dengan kategori demensia adalah menurunnya Society atau program kemajuan
kerusakan intelektual sedang. fungsi kognitif atau kemampuan tekhnologi yang memiliki
- 2 lansia dengan nilai MMSE berada mengenali. Orang yang fungsi sebagai pemantau
di kategori kerusakan aspek fungsi menderita demensia tidak kegiatan outdoor maupun
mental berat dan 9 lansia dengan mampu mengenali wajah indoor sehari-hari serta
nilai MMSE berada dalam kategori maupun tempat yang pernah pemberi informasi pada orang
kerusakan aspek fungsi mental mereka kunjungi sehingga yang berada di sekitar lansia
ringan. mereka dapat tersesat sewaktu- (Angelini, 2013). Selain itu,
- Hambatan memori menjadi masalah waktu di lingkungan mereka Demings (2017) menyatakan
terbesar kedua sebanyak 7 dari 24 maupun area yang jauh dari bahwa gelang identitas dapat
lansia mengalami masalah tempat tinggal mereka. Perilaku mengembalikan penderita

42
No Aktual Ideal Analisis Masalah
keperawatan hambatan memori di tersebut dapat membahayakan demensia dengan aman akibat
PSTW Wisma Lansia J Soenarti individu, mengancam jiwa, dan tersesat karena berkeliaran di
Nasution. menimbulkan stress bagi lingkungan luar. Namun,
- Tidak ada identitas tanda pengenal pengasuh (Dennings, 2017). berdasarkan wawancara dan
lansia yang dapat digunakan saat Penggunaan aksesoris sebagai hasil kajian situasi pada
lansia melakukan aktivitas diluar identitas seperti gelang dan ID tanggal 15 Februari 2020 di
panti. Card penting untuk proses YPAB Wisma Lansia “J
- Tidak semua lansia memiliki kartu identifikasi lansia yang Soenarti Nasution”, lansia
identitas (ID card) untuk digunakan mengalami demensia. Penerapan belum menggunakan aksesoris
di pelayanan kesehatan. aksesoris identitas merupakan identitas baik berupa ID Card
- Buku status lansia hanya mencakup program Aging Well in The maupun gelang identitas.
pengkajian awal saat penerimaan Information Society (Angelini, Sebelumnya, lansia pernah
lansia, tidak ada buku status lansia 2013). Program tersebut dibuatkan kartu identitas
terintegrasi sebagai catatan berfungsi sebagai pemantau sebagai petunjuk bagi orang
perkembangan lansia. Buku status kegiatan indoor maupun outdoor yang menemukan jika ia
lansia juga diketahui disimpan di serta pemberi informasi pada tersesat. Namun, penggunaan
kantor pusat sehingga tidak dapat orang yang berada di sekitar kartu identitas dirasa tidak
diakses oleh keluarga ataupun lansia. Standarisasi efektif karena sampai waktu
mahasiswa yang akan melakukan pengidentifikasian minimal dilakukan kajian situasi, lansia
praktik dan melanjutkan asuhan memuat dua informasi yaitu tidak tampak menggunakan
terhadap lansia. nama dan tanggal lahir (WHO, kartu identitas tersebut.
- Tidak adanya bukti fisik catatan 2017). Sedangkan standarisasi Pengurus panti mengantakan
lansia sebagai laporan discharge pengidentifikasian pada lansia bahwa pernah terdapat lansia
planning saat lansia pulang dan dapat dilengkapi dengan nama yang pingsan saat melakukan
kembali ke keluarganya, meninggal, panjang, alamat, tanggal lahir, kegiatan di luar. Dengan

43
No Aktual Ideal Analisis Masalah
maupun dirujuk ke pelayanan lain. nomer telepon yang bisa kejadian tersebut, pengadaan
Bukti catatan klien masuk dan dihubungi, dan foto yang akurat gelang identitas sangat penting
meninggal hanya terdapat di white (Ministry, 2017). Dengan untuk mencegah terjadinya
board. adanya gelang identitas, lansia bahaya dan ancaman jiwa pada
- Tidak tersedianya loker obat untuk yang tersesat karena menderita lansia yang berada jauh dari
masing-masing lansia yang demensia dapat kembali ke lingkungan tempat tinggal
membutuhkan terapi farmakologi. tempat tinggalnya dengan aman karena tersesat.
Obat lansia terdapat dikamar (Demings, 2017).
masing-masing lansia.
- Tidak tersedianya buku catatan Cuci Tangan : Cuci Tangan :
nama obat dan jadwal minum obat Mencuci tangan dengan sabun Berdasarkan hasil kajian
masing-masing lansia merupakan salah satu cara paling situasi, lansia di YPAB Wisma
- Petugas panti tidak efektif untuk mencegah Lansia “J Soenarti Nasution”
melakukan pengawasan ketat hingga terjadinya penularan penyakit. tidak pernah cuci tangan
obat diminum oleh lansia sesuai Cuci tangan pakai sabun dengan 6 langkah sesuai
dengan prinsip 6B untuk lansia (CTPS) adalah salah satu anjuran World Health
yang mempunyai pengobatan indikator output dari strategi Organization (WHO). Padahal
farmakologi nasional Sanitasi Total Berbasis cara mencuci tangan yang
- Tidak terdapat standar operasional Masyarakat (STBM). Dalam benar adalah: 1) Lakukan
prosedur (SOP) dalam pengelolaan STBM, setiap rumah tangga gerakan tangan, mulai dari
lansia yang sakit atau membutuhkan serta sarana pelayanan umum meratakan sabun dengan kedua
terapi farmakologi dalam suatu komunitas (seperti telapak tangan. Kedua
- Sebagian besar petugas panti tidak kantor, rumah makan, pasar, punggung telapak tangan
memiliki pelatihan terkait sekolah, puskesmas, terminal) saling menumpuk secara
dengan pengelolaan lansia tersedia fasilitas cuci tangan bergantian; 2) Bersihkan

44
No Aktual Ideal Analisis Masalah
- Belum adanya pengawasan untuk (sabun, air, sarana cuci tangan),telapak tangan dan sela-sela
lansia yang membutuhkan terapi sehingga setiap orang dapat jari seperti gerakan menyilang;
farmakologi, sehingga tingkat mencuci tangan dengan benar 3) Bersihkan ujung-ujung kuku
kepatuhan lansia minum obat (Kementerian Kesehatan RI, bergantian pada telapak
berkurang ditandai dengan beberapa 2014). Salah satu upaya yang tangan; 4) Bersihkan ibu jari
kotak obat dikamar lansia masih dapat dilakukan untuksecara bergantian; 5) Posisikan
ditemukan dengan tanggal meningkatkan pelaksanaan jari-jari tangan mengerucut dan
pemberian obat sudah lewat waktu CTPS yaitu dengan melakukan putar kedalam beralaskan
pemberian promosi kesehatan. Berdasarkan telapak tangan secara
- Pemberian obat untuk lansia semua hasil penelitian yang dilakukan bergantian; 6) Bilas tangan
obat yang dimiliki oleh lansia Kurniatillah (2017), terdapat dengan air yang mengalir.
berada dikamar lansia masing- pengaruh pemberian penyuluhan Setelah itu, tutup keran air
masing, sehingga tidak dapat dengan PHBS mengenai cuci tanganmenggunakan siku atau siku,
pasti diminum oleh lansia pakai sabun terhadapbukan dengan jari karena jari
khususnya dengan masalah pengetahuan, sikap, dan praktik yang telah selesai kita cuci
gangguan memori atau demensia cuci tangan pakai sabun. pada prinsipnya bersih.
- Belum adanya penyuluhan terkait Lakukan semua prosedur diatas
dengan pengolaan obat 6 B (Benar Media promosi kesehatan sangat selama 40 – 60 detik (WHO,
pasien, Benar dosis, Benar rute berperan dalam perubahan 2009).
pemberian, Benar obat, Benar waktu perilaku seseorang. Salah satu
pemberian, Benar Dokumentasi) media promosi kesehatan adalah Cuci tangan 6 langkah dengan
- Tidak tersedianya sarana dan audio visual. Menurut Ruby et al sabun merupakan salah satu
prasarana untuk cuci tangan seperti (2015), metode audio visual cara paling efektif untuk
sabun atau handrub dikamar mandi berpengaruh terhadap mencegah terjadinya penularan
lansia dan tempat cuci tangan pelaksanaan CTPS. Perubahan penyakit. Namun, di YPAB

45
No Aktual Ideal Analisis Masalah
(wastafel) perilaku dapat ditingkatkan Wisma Lansia “J Soenarti
- Berdasarkan hasil observasi melalui metode pembelajaran Nasution” belum terdapat hand
kegiatan makan pada tanggal 18 bernyanyi dengan musik rub yang diletakkan di setiap
Februari 2020 diperoleh data (Septiarani et al, 2017). Selain sudut ruangan maupun dekat
sebagian besar lansia tidak itu, terapi musik adalah kegiatan wastafel cuci tangan.
melakukan cuci tangan 6 langkah rekreasi yang apabila dilakukan
sebelum dan sesudah makan secara teratur dapat membantu Selain itu, pendidikan
Data Subjektif: menjaga kapasitas kognitif dan kesehatan pada lansia
- Berdasarkan hasil wawancara pada emosional lansia yang mengenai langkah-langkah
petugas panti pada tanggal 15 mengalami penurunan daya cuci tangan sangat dibutuhkan
Februari 2020 menyatakan tidak ada ingat. karena berdasarkan penelitian
petugas panti dengan latar belakang yang dilakukan Kurniatillah
pendidikan formal perawat Secara psikologis, musik (2017), terdapat pengaruh
- Berdasarkan hasill wawancara pada memiliki peran penting dalam pemberian penyuluhan PHBS
petugas panti pada tanggal 15 pengaturan komunikasi, emosi, mengenai cuci tangan pakai
Februari 2020, menyatakan tidak dan interaksi sosial. Kegiatan sabun terhadap pengetahuan,
adanya pembagian shift kerja, mendengarkan musik, bernyanyi sikap, dan praktik cuci tangan
seluruh staff bekerja mulai pukul dan menari mampu pakai sabun. Metode
06.00 WIB s/d 16.00 WIB. Kecuali berkontribusi dalam pembelajaran yang dapat
1 petugas sosial dan 1 petugas meningkatkan kesejahteraan dilakukan adalah dengan
panti yang bertanggung jawab emosional, mengurangi isolasi senam cuci tangan. Senam cuci
bagian keamanan yang berada sosial, serta mempertahankan tangan dipilih karena senam
dipanti selama 24 jam kompetensi. Mendengarkan melibatkan musik di setiap
- Berdasarkan hasil wawancara pada musik untuk sementara waktu gerakannya. Menurut Särkämo
tanggal 15 Februari 2020 pada salah dapat meningkatkan daya ingat et al (2013), mendengarkan

46
No Aktual Ideal Analisis Masalah
satu petugas panti menyatakan rasio dan perhatian (Särkämo et al, musik dapat meningkatkan
jumlah petugas panti tidak 2013). Mendengarkan musik daya ingat dan perhatian. Hal
sebanding dengan jumlah lansia. dapat mengaktivitasi sistem tersebut disebabkan karena
Penanggung jawab di Bidang saraf yang saling berhubungan musik melibatkan jaringan otak
Kesehatan hanya 1 orang pada daerah subkortikal dan yang sangat luas dari frontal,
menangani 24 lansia dan hanya 2 medial seperti nukleus parietal, temporal, cerebellar,
petugas sosial yang tinggal 24 jam accumbens, amygdala, girus dan area otak
di PSTW Wisma Lansia “J singulatus, daerah ventral limbik/paralimbik yang
Soenarti Nasution” untuk tegmental, dan korteks berhubungan dengan banyak
mendampingi dan membantu orbitofrontal (Koelsch et al, proses perseptual, kognitif,
kebutuhan dasar para lansia 2015). Adanya hubungan saraf motorik, dan emosional di otak
- Berdasarkan hasil wawancara pada antara musik, memori, dan (Koelsch et al, 2015).
salah satu petugas panti menyatakan emosi dapat menjelaskan
bahwa penggunaan kalung identitas mengapa musik dapat Selain mengajarkan langkah
pernah disediakan untuk lansia, membangkitkan ingatan dan cuci tangan dengan senam,
namun tidak efektif karena lansia emosi lansia yang mengalami dibutuhkan juga media yang
tidak menggunakan kalung tersebut penurunan daya ingat. Hal dapat membantu lansia
ketika melakukan aktivitas di luar tersebut dikarenakan musik mengingat kembali langkah-
panti melibatkan jaringan otak yang langkah cuci tangan. Namun,
- Berdasarkan hasil pengkajian sangat luas dari frontal, parietal, di YPAB Wisma Lansia “J
kepada lansia pada tanggal 18 temporal, cerebellar, dan area Soenarti Nasution” belum
Februari 2020 saat akan dilakukan otak limbik/paralimbik yang terdapat poster yang
senam cuci tangan, salah satu lansia berhubungan dengan banyak menjelaskannya, sehingga
mengatakan penyuluhan tentang proses perseptual, kognitif, dibutuhkan pengadaan poster
cuci tangan 6 langkah sudah pernah motorik, dan emosional di otak untuk membantu lansia

47
No Aktual Ideal Analisis Masalah
diberikan namun banyak lansia yang (Koelsch et al, 2015). mengingat setiap langkah cuci
lupa sehingga cuci tangan tidak tangan.
dilaksanakan dengan benar
Maka, berdasarkan seluruh
komponen kebutuhan cuci
tangan, dapat dibuat
kesimpulan bahwa lansia di
YPAB Wisma Lansia “J
Soenarti Nasution” butuh
diberi pendidikan kesehatan
mengenai senam cuci tangan.
Sedangkan untuk pengadaan
fasilitas, panti butuh
menyediakan hand rub dan
poster langkah-langkah cuci
tangan.

Pendidikan Kesehatan
mengenai Pengawas Minum
Obat kepada Pihak Panti dan Pendidikan Kesehatan
Pentingnya Minum Obat mengenai Pengawas Minum
kepada Lansia : Obat kepada Pihak Panti dan
Untuk menjamin keteraturan Pentingnya Minum Obat
pengobatan, diperlukan seorang kepada Lansia :
PMO (Pengawas Minum Obat). Pendidikan kesehatan

48
No Aktual Ideal Analisis Masalah
Sebaiknya PMO adalah petugas ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan, misalnya Bidan di hasil terapi dengan
Desa, Perawat, Pekarya, memaksimalkan penggunaan
Sanitarian, Juru Immunisasi, dan obat-obatan yang tepat
lain lain. Namun, bila tidak ada (Rantucci, 2007). Manfaat
petugas kesehatan yang dari pendidikan kesehatan
memungkinkan, PMO dapat adalah meningkatkan
berasal dari kader kesehatan. kepatuhan pasien dalam
Tugas seorang PMO adalah penggunaan obat, sehingga
mengawasi lansia agar menelan angka kematian dan kerugian
obat secara teratur sampai dapat ditekan (Schnipper,
selesai pengobatan dan 2006).
memberikan dorongan kepada
lansia agar mau berobat teratur. Setelah melakukan observasi di
Namun, keberhasilan suatu Panti “J Soenarti Nasution”
pengobatan tidak hanya terdapat beberapa hal yang
dipengaruhi oleh kualitas menurut kelompok kami masih
pelayanan kesehatan, sikap dan perlu ditingkatkan. Salah
keterampilan petugasnya, sikap satunya yaitu terkait
dan pola hidup pasien beserta manajemen pengobatan yang
keluarganya, tetapi juga sudah terlaksana namun belum
dipengaruhi oleh kepatuhan optimal.
lansia terhadap pengobatannya. Penatalaksanaan tersebut
Hasil terapi tidak akan mencapai terlihat saat seorang lansia
tingkat optimal tanpa adanya yang memiliki penyakit kronis

49
No Aktual Ideal Analisis Masalah
kesadaran dari pasien itu sendiri, dan harus minum obat
bahkan dapat menyebabkan mendapat pengawasan belum
kegagalan terapi, serta dapat optimal saat minum obat
pula menimbulkan komplikasi sehingga lansia tersebut resiko
yang sangat merugikan dan pada tidak meminum obat karena
akhirnya dapat berakibat fatal lupa.
(Hussar, 1995).
Dari beberapa kejadian
Berbagai penelitian tersebut, kelompok kami
menunjukkan bahwa kepatuhan membuat rencana pelaksanaan
pasien pada pengobatan penyakit dengan membuat acara
yang bersifat kronis pada pendidikan kesehatan kepada
umumnya rendah. Penelitian lansia mengenai pentingnya
yang melibatkan pasien berobat kepatuhan minum obat serta
jalan menunjukkan bahwa lebih pendidikan kesehatan kepada
dari 70% pasien tidak minum pihak panti mengenai
obat sesuai dengan dosis yang pentingnya Pengawasan
seharusnya (Basuki, 2009). Minum Obat.
Menurut laporan WHO pada
tahun 2003, kepatuhan rata-rata
pasien pada terapi jangka
panjang terhadap penyakit
kronis di negara maju hanya
sebesar 50%, sedangkan di
negara berkembang, jumlah

50
No Aktual Ideal Analisis Masalah
tersebut bahkan lebih rendah
(Asti, 2006).

Ketidakpahaman pasien terhadap


terapi yang sedang dijalaninya
akan meningkatkan
ketidakpatuhan pasien dalam
mengkonsumsi obatnya (Sitorus,
2010). Faktor tersebut akibat
dari kurangnya informasi dan
komunikasi antara tenaga
kesehatan dengan pasien.
Biasanya karena kurangnya
informasi mengenai hal-hal di
atas, maka pasien melakukan
self-regulation terhadap terapi
obat yang diterimanya (Anonim,
2007).

Salah satu upaya untuk


meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap pengobatannya saat ini
adalah dengan melakukan
konseling/pendkes kepada
pasien. Dengan begitu dapat

51
No Aktual Ideal Analisis Masalah
mengubah pengetahuan dan
kepatuhan pasien. Dalam hal ini
seseorang yang paling dekat
harus berinteraksi dengan pasien
dengan komunikasi yang efektif
untuk memberikan pengertian
ataupun pengetahuan tentang
obat dan penyakit. Pengetahuan
yang dimilikinya diharapkan
dapat menjadi titik tolak
perubahan sikap dan gaya hidup
pasien yang pada akhirnya akan
merubah perilakunya serta dapat
meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan yang
dijalaninya. (Siregar, 2006).
2 Data Objektif: Dalam upaya mencegah Salah satu perubahan fungsi Ketidakefektifan
- Berdasarrkan hasil pengkajian IMT terjadinya kekurangan gizi, akibat efek penuaan adalah Manajemen Gizi
diperoleh hasil 1 orang lansia maka lansia perlu penurunan nafsu makan. Nafsu Seimbang pada
memiliki kategori IMT mengkonsumsi seluruh makanan makan lansia cenderung Lansia
underweight < 18, dan 2 orang yang diberikan atau menekan kurang bahkan lansia rentan
lansia memiliki kategori sisa makanan. Faktor yang mengalami anoreksia. Oleh
overweight. berpengaruh terhadap sisa sebab itu, makanan yang
- Berdasarkan hasil pengkajian makanan salah satunya adalah bergizi dan bervariasi sesuai
nutrisi menggunakan kuesioner nafsu makan dan persepsi makan kebutuhan harus diberikan

52
No Aktual Ideal Analisis Masalah
MNA diperoleh hasil 1 lansia yang dapat dipengaruhi oleh kepada lansia.
(4,2%) mengalami malnutrisi, 4 keadaan atau kondisi pasien
lansia (16,7%) berisiko malnutrisi, (Depkes, 2013). Sedangkan Penyebab lansia tidak nafsu
dan 19 lansia (79,2%) berada dalam faktor yang berpengaruh makan bahkan merasa lapar
kategori nutrisi normal. terhadap sisa makanan di dapat disebabkan oleh berbagai
- Petugas panti belum menerapkan antaranya alat saji makan. perubahan alami yang terjadi
prinsip- prinsip diet seimbangan Menurut Nuryati (2008), pada tubuh ketika proses
untuk lansia seperti jenis yang penggunaan dan pemilihan alat penuaan, perubahan tersebut
makanan dimasak santan, tinggi makan yang tepat dalam antara lain (Tamtomo, 2016):
lemak dan protein, tinggi purin, penyusunan makanan dapat - Penurunan kadar hormon
tinggi gula, kacang melinjo disetiap memengaruhi penampilan tertentu yang memengaruhi
memasak sayur asam. Tidak makanan yang disajikan. nafsu makan.
terdapat modifikasi menu setiap Makanan yang akan disajikan - Menurunnya kemampuan
harinya, menu untuk sarapan pagi, sebaiknya memiliki cita rasa metabolisme dalam tubuh.
makan siang, dan makan malam yang memberikan kepuasan bagi - Lansia sulit mencium aroma
menggunakan jenis makanan yang konsumen. Cita rasa makanan dan merasakan makanan
sama. ditimbulkan oleh adanya karena penurunan fungsi
- Berdasarkan hasil pengukuran rangsangan terhadap berbagai saraf.
tekanan darah diketahui bahwa 16 indra dalam tubuh manusia, - Jumlah air liur berkurang
dari 24 lansia memiliki tekanan terutama indra penglihatan, sehingga makanan sulit
darah dengan kategori pre penciuman, dan perasa. dicerna.
hipertensi dan 6 dari 24 lansia Makanan yang memiliki cita - Terdapat disfagia atau
memiliki tekanan darah dengan rasa yang tinggi adalah makanan kondisi sulit menelan.
kategori pre hipertensi yang disajikan dengan menarik, - Jumlah asam lambung yang
- Tidak adanya pengawasan saat menyebarkan bau yang sedap, berkurang.

53
No Aktual Ideal Analisis Masalah
lansia makan, lansia dengan dan memberikan rasa yang lezat. - Gerakan peristaltik usus yang
penyakit tertentu seperti hipertensi lambat dalam mencerna
dapat secara bebas menambahkan Hubungan penampilan makanan makanan.
bumbu/penyedap/kecap yang terhadap sisa makanan - Kemampuan penyerapan zat
berada disetiap meja makan yang ditentukan oleh: 1) Warna gizi menurun.
sebenarnya bumbu/penyedap/kecap makanan yang disajikan dan
tersebut ditujukan untuk lansia penggunaan alat saji makanan, Segala perubahan yang
yang tidak memiliki penyakit karena alat makan yang bagus disebutkan di atas secara
tertentu akan memberikan efek terhadap otomatis membuat nafsu
Data Subjektif: warna makanan yang lebih makan lansia berkurang. Maka,
- Berdasarkan hasil wawancara cerah; 2) Makanan yang harus ada pengaturan makan
pada petugas panti pada tanggal disajikan dibentuk atau dibuat yang tepat supaya lansia tidak
16 Februari 2020 menyatakan menarik; 3) Porsi makanan mengalami penurunan berat
bahwa tidak ada ahli gizi yang disesuaikan proporsinya antara badan yang drastis dan
betugas untuk mengelola menu makanan pokok, lauk hewani, kekurangan zat gizi.
makanan lansia lauk nabati, dan sayuran serta
- Berdasarkan hasil wawancara buah seimbang sehingga tidak Kebutuhan energi akan
dengan petugas panti pada terlihat ada jenis makanan yang menurun seiring dengan
tanggal 16 Februari 2020 pernah porsinya terlalu sedikit berjalannya usia. Dalam Angka
diadakan penyuluhan terkait (Alzubaidy, Budiningsari, Kecukupan Gizi Bangsa
dengan gizi diet seimbang lansia Setyowati 2009). Indonesia, kebutuhan energi
namun belum terlaksana dengan akan berkurang 70-100 kalori
baik. Menurut Health, Social Services setiap penambahan 10 tahun.
And Public Safety (2015) dalam Kecukupan energi lansia per
Care Standars for Nursing hari adalah:

54
No Aktual Ideal Analisis Masalah
Home, penyesuaian kebutuhan - Pria = usia 50-64 tahun
nutrisi lansia harus berdasarkan adalah 2300 kalori,
panduan gizi seimbang lansia sedangkan usia 58-80 tahun
yang meliputi: adalah 1900 kalori.
- Skrining nutrisi secara teratur - Wanita = usia 50-64 tahun
oleh petugas panti untuk adalah 1900 kalori dan usia
mengidentifikasi lansia yang 58-80 tahun adalah 1550
beresiko kekurangan gizi. kalori.
Lansia yang memiliki risiko
kekurangan gizi harus Sedangkan zat gizi yang
dilakukan rencana perawatan dibutuhkan untuk lansia yaitu :
gizi. Karbohidrat
- Makanan yang diberikan Karbohidrat merupakan
kepada lansia harus bervariasi sumber energi utama bagi
dan bergizi sesuai dengan tubuh. Kebutuhan karbohidrat
kebutuhan makanan individu, untuk lansia adalah 45-65
serta memenuhi syarat persen dari total kebutuhan
ketentuan agama dan budaya energi harian. Contoh sumber
lansia. karbohidrat yaitu nasi, roti,
- Lansia dilibatkan oleh petugas kentang, sagu, sereal, pasta,
panti dalam pencatatan menu singkong, dan makanan pokok
makanan dan minuman. lainnya.
- Pemberian bubur secara
terpisah sebaiknya dilakukan Protein
kepada lansia mengalami Protein sangat penting bagi

55
No Aktual Ideal Analisis Masalah
kesulitan mengunyah dan lansia untuk menunjang proses
menelan. regenerasi sel dan menjaga
- Makanan disajikan dalam porsi kekebalan tubuh lansia.
yang sesuai, menarik dalam Kebutuhan protein lansia per
hal rasa, tekstur dan harinya adalah 10-35 persen
penampilan. dari total kebutuhan energi.
- Terdapat fasilitas toilet untuk Contoh sumber protein hewani
mencuci tangan sebelum dan yaitu daging, ikan, dan telur.
sesudah makan. Sedangkan protein nabati bisa
- Lansia diposisikan dengan berasal dari kacang-kacangan.
benar untuk menghindari Lemak
risiko tersedak. Lemak digunakan sebagai
- Harus terdapat catatan sumber energi jangka panjang,
mengenai makanan dan menimbulkan rasa kenyang
minuman yang dikonsumsi setelah makan, dan membantu
jika lansia tidak makan atau mengangkut vitamin A,D, E, K
makan berlebihan. Semua ke seluruh tubuh.
kejadian tersebut, didiskusikan Asupan lemak pada dibatasi
dan dilaporkan kepada fasilitas sekitar 20-35 persen per hari,
pelayanan kesehatan dengan batas asupan lemak
khususnya ahli gizi. jenuh kurang dari 10 persen.
- Menu makan diputar selama Jenis lemak yang harus
siklus tiga minggu dan direvisi dihindari adalah lemak jenuh,
setidaknya enam bulanan seperti mentega dan gajih pada
untuk menghindari kebosanan. daging sapi maupun kulit

56
No Aktual Ideal Analisis Masalah
ayam. Kolesterol juga perlu
dibatasi di bawah 300 mg.
Asupan lemak omega 3 jiga
harus diperhatikan. Kebutuhan
omega 3 lansia adalah sebesar
1,6 gram (AKG, 2013).

Vitamin dan Mineral


Vitamin menempati fungsi
vital dalam metabolisme tubuh,
sedangkan mineral merupakan
unsur pelengkap yang
membantu dalam proses
pertumbuhan dan
perkembangan di dalam tubuh.
Contoh sumber vitamin adalah
sayur-sayuran, buah-buahan,
air mineral, dll.

Berdasarkan hasil kajian,


ditemukan data bahwa banyak
lansia di YPAB Wisma Lansia
“J Soenarti Nasution” yang
merasa kurang nafsu makan
karena pemberian makanan

57
No Aktual Ideal Analisis Masalah
yang kurang bervariasi. Selain
itu, pelaksaan pemberian gizi
seimbang pada lansia belum
optimal walaupun sudah
pernah diadakan penyuluhan
terkait kondisi tersebut
sehingga perlu adanya contoh
menu makanan bergizi dan
bervariasi yang dapat diikuti
oleh pihak panti. Selain itu,
tempat makan lansia sebaiknya
diganti oleh plato agar jumlah
porsi yang dihindangkan dapat
lebih mudah disesuaikan
mengikuti bentuk dalam plato.

3 Data objektif: Melukis: Melukis: Ketidakefektifan


- Belum beragamnya aktivitas yang Masalah psikologis yang paling Berdasarkan hasil pengkajian Manajemen
dilakukan lansia di panti, jadwal banyak dialami oleh lansia instrument loneliness, Asuhan Risiko
kegiatan harian lansia sudah adalah kesepian (loneliness). didapatkan data bahwa dari 24 Kesepian pada
dibuat namun dalam Kesepian merupakan suatu lansia, 62,5% mengalami Lansia.
pelaksanaannya kegiatan yang keadaan emosional yang kesepian rendah. Berdasarkan
rutin dilaksanakan hanya tepusat ditandai oleh adanya perasaan hal tersebut, maka perlu
pada kegiatan pagi seperti tidak puas dan terasing akibat adanya tindakan preventif dan
senam/terapi namun setelah adanya kesenjangan antara kuratif untuk mengatasinya.

58
No Aktual Ideal Analisis Masalah
kegiatan tersebut tidak ada hubungan sosial yang diinginkan Sedangkan pada hasil
kegiatan lain yang dilakukan dengan hubungan sosial yang pengkajian tanggal 15 Februari
lansia sehingga lansia banyak dimiliki (Brehm & Perlman, 2020, didapatkan data bahwa
yang hanya beristirahat dikamar, 2002). Masalah kesepian lebih masalah keperawatan risiko
tidakbersosialisasi sering terjadi pada lansia yang kesepian belum dilakukan
- Pemanfaatannya sarana tinggal di Panti Werdha akibat intervensi dan implementasi
penunjang untuk meningkatkan berpisah dengan keluarga, yang optimal untuk
kreatifitas lansia namun belum terlebih ketika keluarga tidak menyelesaikannya.
maksimal mampu merawat lansia. Pada
- Berdasarkan hasil pengkajian akhirnya, hal tersebut Seseorang yang menyatakan
tingkat kesepian lansia menyebabkan mereka harus dirinya kesepian biasanya
menggunakan kuesioner tinggal di panti werdha. Keadaan cenderung menilai dirinya
loneleness diperoleh hasil 15 ini dapat menambah perasaan sebagai individu yang tidak
(62,5%) lansia mengalami kesepian yang mereka alami dan berharga, tidak diperhatikan,
kesepian rendah, 4 (16,7%) lansia menimbulkan perasaan hampa dan tidak dicintai. Kesepian
mengalami kesepian sedang, dan (Herliawati et al, 2014). merupakan keadaan
5 (20,8%) lansia tidak mengalami menyakitkan dan akan muncul
kesepian Rasa kesepian akan semakin jika seseorang merasa tersisih
Data subjektif: terasa oleh lansia yang dari kelompoknya, tidak
- Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya adalah seseorang diperhatikan oleh orang-orang
pada tanggal 15 Februari 2020 yang aktif mengikuti berbagai disekitarnya, tidak ada
pada salah satu petugas panti kegiatan yang berhubungan seseorang tempat berbagi rasa
menyatakan rasio jumlah petugas dengan orang banyak (Hurlock, dan pengalaman, terisolasi dari
panti tidak sebanding dengan 2000). Oleh karena itu, salah lingkungan, dan tidak
jumlah lansia. Penanggung jawab satu cara untuk mencegah dan mempunyai pilihan

59
No Aktual Ideal Analisis Masalah
di Bidang Kesehatan hanya 1 mengatasi kesepian pada lansia (Suardiman, 2011).
orang menangani 24 lansia dan adalah dengan mengadakan
hanya 2 petugas sosial yang kegiatan yang dapat mengisi Terdapat berbagai macam
tinggal 24 jam di PSTW Wisma waktu luang. terapi yang dapat dilakukan
Lansia “J Soenarti Nasution” Kegiatan yang dilakukan lansia untuk meningkatkan
untuk mendampingi dan idealnya dilakukan di dalam menurunkan risiko kesepian.
membantu kebutuhan dasar para maupun di luar ruangan, seperti Multi intervensi seperti terapi
lansia sehingga petugas panti menekuni kegemaran, melatih reminiscence, aktivitas fisik
tidak dapat setiap waktu dapat keterampilan, mengikuti dan permainan/kerajinan dapat
melaksanakan kegiatan/aktifitas kegiatan keagamaan, menonton dilakukan kepada lansia untuk
bersama lansia TV, dan berolah raga. Kegiatan menurunkan risiko kesepian.
yang bervariasi ini menyebabkan Barfarazi et al. (2018)
lansia bisa menikmati masa menunjukan bahwa terapi
tuanya dan tidak merasa bosan melukis dapat meningkatkan
serta kesepian. Dengan kebahagiaan pada lansia.
melakukan kegiatan di waktu Selain itu, terapi melukis juga
luang, lansia umumnya akan mampu mengurangi tingkat
merasa bahagia. Salah satu stress pada lansia (Setiana et
kegiatan yang dapat dilakukan al, 2017). Saat seseorang
lansia di tengah waktu senggang melakukan kegiatan dengan
adalah melukis. Kegiatan hati tenang dan senang, tubuh
melukis bagi lansia tidak terpicu untuk mengeluarkan
menekankan pada keindahan hormon endorphin yang dapat
karya yang dihasilkan, tetapi meningkatkan perasaan
lebih pada menumbuhkan rasa nyaman dan tenang sehingga

60
No Aktual Ideal Analisis Masalah
senang, mandiri, dan percaya otot-otot tubuh yang awalnya
diri (Febriyanti dan Suryanto, tegang akan mengendur
2017). (Mumpuni dan Wulandari,
2010).

Dengan demikian, pelaksanaan


terapi melukis dapat dilakukan
untuk mengurangi risiko
kesepian pada lansia dan
meningkatkan kebahagiaan.

Mendengarkan Musik sambil Mendengarkan Musik sambil


Bernyanyi : Bernyanyi Bersama :
Mendengarkan musik dapat Berdasarkan hasil kajian
mempengaruhi pandangan situasi, lansia di YPAB Wisma
seseorang terhadap suatu hal. Lansia “J Soenarti Nasution”
Musik dapat membangkitkan sudah memiliki jadwal
ingatan dan pengalaman masa bernyanyi bersama di papan
lalu yang memiliki peran penting jadwal kegiatan namun
bagi mereka, dan dapat merubah aktivitas ini belum terlaksana
tingkat emosional pendengarnya. secara optimal. Padahal musik
Terapi musik berpotensi untuk dapat membangkitkan ingatan
memperbaiki keadaan mood dan pengalaman masa lalu
pendengar dan mengurangi yang memiliki peran penting
gejala depresi (The Joanna bagi mereka, dan dapat

61
No Aktual Ideal Analisis Masalah
Briggs Institute, 2011). Terapi merubah tingkat emosional
musik merupakan keterampilan pendengarnya. Terapi musik
yang diberikan oleh terapis yang berpotensi untuk memperbaiki
berpengalaman dan bersertifikasi keadaan mood pendengar dan
dalam bidang ini untuk mengurangi gejala depresi (The
mempromosikan, memelihara, Joanna Briggs Institute, 2011).
dan memulihkan mental, fisik, Dengan demikian, kegiatan
emosional, dan kesehatan bernyanyi sambil
(Canadian Association for Music mendengarkan musik bersama
Therapy. 2011). Terapi musik perlu diadakan untuk
merupakan salah satu terapi menurunkan risiko kesepian
komplementer yang sedang pada lansia.
dikembangkan untuk mengatasi
kesepian pada lansia. Selain itu,
terapi musik sendiri memiliki
beberapa kelebihan seperti
mudah untuk dilakukan, efisien,
dan tidak membahayakan lansia
dari segi kesehatan fisik. Terapi
musik dilakukan dengan
kegiatan yang telah terjadwal
sebelumnya sebanyak 5 sesi
pertemuan yang terdiri dari
bernyanyi, berjoget, dan
mendengarkan lagu. Selain itu,

62
No Aktual Ideal Analisis Masalah
pemandu terapi musik sebaiknya
adalah terapis yang berusia lebih
muda karena generasi muda
yang penuh semangat akan
membimbing lansia dalam
membangkitkan mood,
meningkatkan rasa bahagia, serta
meningkatkan konsentrasi dan
motivasi sehingga vitalitas dan
komunikasi sosial lansia
perlahan-lahan akan ikut
mengalami perbaikan (Trappe,
2012).
Menonton :
Salah satu terapi non Menonton :
farmakologi yang dapat Berdasarkan hasil kajian
dilakukan untuk mengatasi situasi, lansia di YPAB Wisma
kesepian adalah menonton film Lansia “J Soenarti Nasution”
komedi bersama.. Terapi Humor sudah memiliki jadwal
(Humor Therapy) adalah terapi menonton komedi bersama di
yang menggunakan humor papan jadwal kegiatan namun
sebagai bahan terapinya, untuk aktivitas ini belum terlaksana
mengurangi rasa sakit fisik atau secara optimal. Padahal Terapi
emosional dan stres. Terapi menonton film humor dapat
humor mengurangi ketegangan membuat lansia menjadi lebih

63
No Aktual Ideal Analisis Masalah
otot dan saraf, memperlancar rileks dan bahagia. Perasaan
peredaran darah, mendorong bahagia disebabkan karena
relaksasi dan menurunkan pelepasan hormon endorphin
tekanan darah tinggi, serta yang bekerja untuk mencegah
mengurangi stres dan pelepasan kortisol penyebab
meningkatakan mood (Tse. stres. Pemberian terapi ini
Mimi, dkk. 2010). Terapi humor dapat diberikan secara kontinu
dapat dilakukan dengan untuk menghibur lansia agar
menggunakan berbagai jenis tidak kesepian dan menambah
media humor seperti membaca harapan hidup pada lansia.
buku lucu, film lucu, kaset video
CD, dan lain – lain
(Wiese,2011). Terapi humor
dengan cara menonton video Kegiatan-kegiatan yang telah
humor lucu dapat dilakukan direncanakan untuk
selama 30-45 menit per hari/ mengurangi kesepian pada
Terapi menonton film humor lansia dapat dimasukkan ke
dapat membuat lansia menjadi dalam timeline kegiatan
lebih rileks dan bahagia. sehingga pelaksaan kegiatan
Perasaan bahagia disebabkan dapat lebih terjadwal.
karena pelepasan hormon
endorphin yang bekerja untuk
mencegah pelepasan kortisol
penyebab stres. Pemberian terapi
ini dapat diberikan secara

64
No Aktual Ideal Analisis Masalah
kontinu untuk menghibur lansia
agar tidak kesepian dan
menambah harapan hidup pada
lansia.

65
BAB IV
PLANNING OF ACTION

4.1 Planning of Action


Tabel 4.1 POA Rumah Panti Sosial Tresna Werdha Wisma Lansia J.Soenarti Nasution Bandung
Hasil Strategi Penanggung
Rencana Metode Pihak
Analisis Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tanggal Jawab
Kegiatan dan Media Terkait
SWOT Masalah Kegiatan
Ketidakefektifan Tujuan - Diskusi Tanya Pihak Petugas 20/02/ Faaizah
Pelaksanaan jangka dengan jawab panti panti 2020
International panjang : pihak panti YPAB J.
Patient Safety - Tersedianya terkait Soenarti
Goals (IPSG) ; gelang dengan
Identifikasi identitas pengadaan
pasien, yang gelang
Kewaspadaan dilengkapi identitas
obat, dan dengan yang
Penurunan risiko nama lansia, dilengkapi
infeksi
nama panti dengan
dan nomer nama
telepon lansia,
panti untuk nama
semua panti, dan
lansia di nomor
YPAB J. telepon
Soenarti yang bisa
Nasution dihubungi

66
Hasil Strategi Penanggung
Rencana Metode Pihak
Analisis Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tanggal Jawab
Kegiatan dan Media Terkait
SWOT Masalah Kegiatan
- Kebiasaan - Diskusi Ceramah, Pihak Petugas 22/02/ Laras
cuci tangan dengan pihak tanya jawab panti panti 2020
yang baik dan panti YPAB J.
benar mengenai Soenarti
- Persamaan pengadaan
persepsi sabun cuci
berkaitan tangan,
dengan pengadaan
pengawasan poster
minum obat langkah cuci
lansia tangan di
- Kepatuhan setiap
lansia dalam wastafel
mengonsumsi - Pendidikan Demonstrasi Lansia Petugas 18/02/2020 Marisa
obat kesehatan dengan panti
Tujuan jangka mengenai 6 media poster YPAB J.
pendek : langkah cuci Soenarti
- Lansia dapat tangan
mempraktikan kepada lansia
langkah- - Diskusi Ceramah, Pihak Petugas 22/02/2020 Delli
langkah cuci dengan pihak tanya jawab panti panti
tangan panti YPAB J.
- Petugas panti mengenai Soenarti
dapat sosialisasi
mengawasi kepada
lansia dalam petugas

67
meminum untuk
obat pengawasan
- Peningkatan lansia dalam
kepatuhan mengonsumsi
lansia dalam obat
mengonsumsi - Pendidikan Ceramah dan Lansia Petugas 22/02/2020 Dewi
obat kesehatan tanya jawab panti
mengenai dengan YPAB J.
kepatuhan media Soenarti
meminum powerpoint
dan leaflet
obat kepada
lansia yang
mengonsumsi
Ketidakefektifan Tujuan Diskusi dengan Tanya Pihak Petugas 22/02/2020 Siska, Hari
manajemen : Jangka pihak panti jawab panti panti
pemenuhan gizi Pendek : mengenai YPAB
seimbang Terlaksananya menu makan Wisma
persamaan untuk lansia Lansia
persepsi untuk Diskusi tentang J.Soenarti
pengawasan perlunya Nasution
dan menu gizi pengawasan
yang seimbang bumbu (garam)
untuk lansia terutama pada
penderita
hipertensi
Diskusi tempat
makan yang
ada sekatnya
Ketidakefektifan Tujuan jangka Melakukan Demonstrasi Lansia Petugas 17 Feb Anne
asuhan risiko panjang : kegiatan harian dan praktik panti 2020

68
kesepian Lansia tidak yaitu : Jalan YPAB J.
merasa pagi keliling Soenarti
kesepian komplek
Melakukan 18 Feb Delli
Tujuan jangka kegiatan harian 2020
pendek : yaitu : senam
Terlaksananya cuci tangan
kegiatan harian Melakukan 19 Feb Nurul
untuk mengisi kegiatan 2020
waktu luang bulanan yaitu
dan pengajian
meningkatkan Melakukan 20 Feb Aulia
aktivitas harian kegiatan harian 2020
lansia yaitu : senam
otak dan games
Melakukan 21 Feb Suci
kegiatan harian 2020
yaitu : Melukis
Melakukan 22 Feb Vici
kegiatan harian 2020
yaitu : karoke
dan nonton
bareng

69
4.2 Implementasi dan Evaluasi Manejemen Panti Werdha J. Soenarti Nasution
Tabel 4.2 Implementasi dan Evaluasi
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
1. Ketidakefektifan 1. Mendiskusikan Sabtu, Belum terlaksana
Pelaksanaan dengan pihak 22/02/2020
International panti terkait
Patient Safety dengan
Goals (IPSG) ; pengadaan
Identifikasi gelang identitas
pasien, yang dilengkapi
Kewaspadaan dengan nama
obat, dan lansia, nama
Penurunan risiko panti, dan nomor
infeksi telepon yang
bisa dihubungi.
2. Mendiskusikan Sabtu, Belum terlaksana
dengan pihak 22/02/2020
panti mengenai
pengadaan sabun
cuci tangan,
pengadaan
poster langkah
cuci tangan di
setiap wastafel
3. Memberikan Selasa, Terlaksana Setelah dilakukan Pelaksaan senam Melanjutkan
pendidikan 18/02/2020 pendidikan cuci tangan senam cuci tangan
kesehatan kesehatan berlangsung setiap hari agar
mengenai 6 mengenai 6 dengan baik, lansia lansia dapat

70
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
langkah cuci langkah cuci dapat mengikuti mengingat
tangan dan tangan dengan langkah-langkah langkah-langkah
demonstrasi lansia di YPAB yang diberikan dan cuci tangan tanpa
senam cuci Wisma Lansia “J. lansia yang diinstruksikan
tangan yang Soenarti mengikuti senam kembali.
diiringi musik di Nasution”, lansia cuci tangan
YPAB J. mengatakan dapat sebanyak 15 orang.
Soenarti mengetahui
Nasution langkah-langkah
cuci tangan dan
lansia mampu
mengikuti senam
cuci tangan yang
diberikan
4. Mendiskusikan Sabtu, Belum terlaksana
dengan pihak 22/02/2020
panti mengenai
sosialisasi
kepada petugas
untuk
pengawasan
lansia dalam
mengonsumsi
obat
5. Melakukan Minggu, Terlaksana Kegiatan Lansia yang Setelah
pendidikan 23/02/2020 pendidikan mengikuti dilakukan
kesehatan kesehatan kegiatan tersebut pendidikan
mengenai terlaksana sebanyak 18 kesehatan,
kepatuhan

71
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
meminum obat dengan baik. orang dari 24 perawat
kepada lansia Lansia mengikuti lansia. Setelah menganjurkan
yang kegiatan diberikan pihak panti untuk
mengonsumsi pendidikan evaluasi pada tetap
obat secara rutin kesehatan akhir sesi memberikan
tersebut secara pendidikan pengawasan
antusias. Dalam kesehatan, lansia dalam minum
kegiatan mampu obat pada lansia.
pendidikan menjawab Selain itu,
kesehatan pertanyaan yang catatan minum
tersebut, terdapat diberikan. Lansia obat lansia juga
5 lansia yang yang mengikuti perlu dibuat
mengajukan kegiatan tersebut untuk
pertanyaan mengatakan mengetahui
kepada senang dan apakah lansia
presentator. berterima kasih sudah minum
karena obat sesuai
mendapatkan jadwalnya atau
ilmu baru tentang belum.
pentingnya
kepatuhan
minum obat.

2. Ketidakefektifan 1. Mendiskusikan Sabtu, Belum terlaksana


Manajemen Gizi dengan pihak 22/02/2020
Seimbang pada panti mengenai
Lansia menu makan

72
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
untuk lansia
2. Mendiskusikan Sabtu, Belum terlaksana
tentang perlunya 22/02/2020
pengawasan
bumbu (Garam)
terutama pada
penderita
hipertensi
3. Mendisukusikan Sabtu, Belum terlaksana
penggunaan 22/02/2020
tempat makan
stainless yang
ada penyekat
diantaranya
3. Ketidakefektifan 1. Melakukan Senin, Terlaksana Kegiatan jalan Lansia yang Melakukan follow
Manajemen aktivitas pagi 17/02/2020 sampai dapat mengikuti jalan up dan evaluasi
Asuhan Risiko dengan berjalan- terlaksana dengan pagi sebanyak 10 mengenai berjalan-
Kesepian pada jalan keliling baik. Lansia yang lansia, seluruh jalan keliling
Lansia. komplek dengan mengikuti jalan lansia mengatakan komplek sebagai
lansia yang ingin santai tampak senang mengikuti salah satu upaya
mengikuti antusias. Dalam jalan pagi. untuk mengurangi
perjalanan, rasa bosan dan
beristirahat di kesepian yang
salah satu taman di dirasakan lansia di
dalam komplek. YPAB J. Soenarti
Nasution
2. Melakukan Rabu, Terlaksana Kegiatan pengajian Lansia yang Melakukan follow
pengajian 19/02/2020 dapat terlaksana mengikuti kegiatan up dan evaluasi
bersama lansia, sebagian besar pengajian mengenai kegiatan

73
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
petugas panti lansia mengikuti sebanyak 22 orang. pengajian rutin
dan ibu-ibu yang pengajian. Lansia Mahasiswa yang sebagai upaya
ada di wilayah tampak mendampingi 5 untuk
panti yang rutin memperhatikan isi orang. Sebagian meningkatkan
diadakan tiap 1 ceramah meskipun lansia mengatakan spiritualitas lansia
bulan sekali. sebagian lansia ngantuk dan dan risiko kesepian
Pengajian mengalami mengatakan tidak yang dirasakan
bersama dengan gangguan kedengaran pada lansia YPAB J.
lansia dan ibu- penurunan proses ceramah. Soenarti Nasution
ibu pengajian pendengaran. Sebagian lansia
disekitar wilayah mengatakan
panti. pengajian dapat
meningkatkan
spiritual dan
keimanan lansia
yang ada di panti.
3. Melakukan Kamis, Terlaksana Saat diakukan Lansia yang Kegiatan bermain
kegiatan 20/02/2020 kegiatan bermain, mengikuti dapat dilakukan
bermain dengan lansia tampak permainan setiap hari untuk
cara antusias dan sebanyak 13 orang. mengurangi rasa
menggilirkan mampu megikuti Seluruh lansia jenuh dan dapat
bola diiringi instruksi yang tampak antusia digunakan sebagai
musik, diberikan dan dengan permainan. cara untuk
memperkenalkan dapat menyebutkan meningkatkan rasa
diri, salah satu kebersamaan dan
memperkenalkan temannya serta kegiatan bermain
teman, dan mendeskripsikan dapat dimodifikasi
mendeskripsikan orang tersebut, dengan permainan
teman. permainan lain agar kegiatan

74
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
berlangsung bermain dapat
dengan baik dan bervariasi.
lancar.
4. Melakukan Kamis, Terlaksana Pada saat Lansia yang Senam otak
senam otak 20/02/2020 dilakukan senam mengikuti senam dilakukan setiap
setelah senam otak, lansia tampak otak sebanyak 12 hari setelah sesi
pagi antusias. Masing- lansia, 7 senam pagi
masing mahasiswa diantaranya dapat dilakukan.
ikut membantu mengikuti senam
lansia dalam lansia dengan baik,
mengikuti gerakan sedangkan 5
senam otak. lainnya mengalami
keterlambatan atau
bahkan tidak bisa
mengikuti sama
sekali.
5. Melakukan Jumat, Terlaksana Kegiatan jumat Lansia yang Kegiatan jumat
jumat bersih 21/02/2020 bersih dapat mengikuti kegiatan bersih dapat terus
dengan terlaksana dengan tersebut sebanyak dilanjutkan
membersihkan baik. Lansia 6 orang dari 24 misalnya dalam
area taman mengikuti kegiatan lansia. Lansia yang sebulan 1 kali
bersama lansia jumat bersih mengikuti kegiatan supaya dapat
dengan tersebut meningkatkan
membersihkan dan mengatakan puas aktivitas lansia
merapikan taman dan senang karena selama di panti dan
di depan panti. taman di menambah
Tidak semua lansia halamannya keakraban sesama
ikut mencabut menjadi bersih dan lansia
rumput dan rapih.

75
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
memotong
tanaman yang
sudah layu, namun
menyesuaian
dengan
kemampuan lansia
tersebut.
6. Melakukan Jumat, Terlaksana Pada saat Lansia yang Kegiatan melukis
terapi okupasi: 21/02/2020 dilakukan terapi mengikuti terapi dapat ditambahkan
melukis bersama melukis, lansia melukis sebanyak ke dalam daftar
lansia di YPAB yang mengganggap 12 orang. Delapan kegiatan yang
J. Soenarti dirinya mampu di antaranya dapat dapat dilakukan
Nasution menggambar mengikuti kegiatan lansia sehari-hari
tampak antusias dengan baik, untuk membantu
mengikuti kegiatan sedangkan 4 lansia mengurangi
dan menceritakan lainnya mengalami rasa bosan dan
gambarnya. kesulitan untuk kesepian. Kegiatan
Namun, lansia mengikuti seluruh ini dapat
yang mengganggap sesi karena 1 orang membantu
dirinya tidak mengalami meningkatkan
mampu hambatan kebahagian
menggambar pendengaran, 1 terutama kepada
tampak orang tidak mampu lansia yang
kebingungan untuk melihat, 1 orang memiliki
memulai tiba-tiba merasa kegemaran
menggambar. pusing, dan 1 melukis.
Selama orang enggan
berlangsungnya mengikuti
kegiatan, setiap kegiatan.

76
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
lansia ditemani
oleh satu
mahasiswa.
Kegiatan berjalan
dengan lancar.
7. Melakukan Sabtu, Belum terlaksana
kegiatan rekreasi 22/02/2020
dengan
menonton film
bersama

77
78

4.3 Rencana Kegiatan


A. Sosialisasi Pengawasan Obat
1. Nama Kegiatan
Sosialisasi Pengawasan Obat
2. Latar Belakang Masalah
Pengawas minum obat adalah seseorang yang ditunjuk dan dipercaya
untuk mengawasi dan memantau penderita hipertensi dalam meminum
obatnya secara teratur dan tuntas, karena mengingat pengobatan
hipertensi yang relatif lama yaitu harus rutin sehingga membuat penderita
bosan dalam mengkonsumsi obat. Hipertensi merupakan suatu kondisi
darah seseorang yang berada diatas batas normal yaitu 120/90 mmHg.
Pada penelitian (Nurhidayat, 2017) menyatkan pasien yang tidak patuh
meminum obat pada akhirnya akan diikuti dengan berhentinya pasien
untuk mengkonsumsi obat. Ketidakpatuhan obat dapat dilihat terkait
dengan dosis, cara minum obat, waktu minum obat dan periode obat yang
tidak sesuai dengan aturan. Untuk itu diperlukan seseorang terutama
petugas panti yang selalu mengawasi dan memberi motivasi pada
penderita supaya obatnya diminum secara teratur dan tuntas terutama
pada lansia, dukungan keluarga atau petugas panti sangat penting bagi
individu sehingga individu akan memiliki perasaan yang kuat bahwa
individu tersebut dihargai dan dicintai.
Peran yang harus dilakukan oleh pengawas minum obat yaitu :
Menyiapkan obat-obat yang akan diminum oleh penderita terutama
memantau benar obat, meningkatkan waktu pemeriksaan obat (memantau
dosis obat) dan waktu minum obat (memantau benar jadwal pemberian
obat), menjaga saat penderita minum obat atau memantau benar cara
pemberian obat, mengingatkan penderita mengambil obat pada saat obat
habis (Nurhidayat, 2017).
Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 15 Februari 2020 dari
26,3% lansia mempunyai tekanan darah tinggi dan lepas dari pengawasan
79

panti dalam minum obat sehingga dari hasil observasi ataupun


wawancara sebagian lansia tidak meminum obatnya dan cendrung
dibuang atau lupa meminumnya.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilakukan sosialisasi terhadap pengurus panti tentang
pentingnya pengawasan minum obat, pengurus panti memahami
pentingnya dalam mengawasi lansia meminum obat antihipertensi.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan sosialisasi bersama pengurus panti di yayasan
pengurus panti asuhan bunda mampu :
1. Menyebutkan pentingnya mengawasi lansia dalam minum obat
2. Pengurus panti melakukan pengawasan minum obat terhadap lansia
4. Strategi
Kolaborasi aktif antara penanggung jawab pengurus panti, ibu asrama
untuk pelaksanaan waktu sosialisasi.
5. Kegiatan
a. Tahap Pra Pelaksanaan
1. Melakukan wawancara terhadap pengurus panti yayasan asuhan
bunda dalam pemberian obat.
2. Melakukan pengumpulan data terhadap lansia yang menerima dan
yang harus minum obat.
3. Melakukan entry data kedalam Ms. Excel dari hasil pengkajian
4. Melakukan analisa data hasil pengkajian
5. Menyusun planning of action
6. Melakukan koordinasi kepada pihak pengurus yayasan pembinaan
asuhan bunda, ibu asrama dan pegawai panti lainnya untuk
membicaran waktu pelaksanaan sosialisasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Hari/Tanggal :
80

Waktu :
Tempat :

RUNDOWN KEGIATAN SOSIALISASI DI YAYASAN PEMBINAAN


ASUHAN BUNDA
Waktu :
Tempat :
Penanggungjawab :
81

B. Pendidikan Kesehatan : Pentingnya Kepatuhan Minum Obat Pada


Lansia
1. Nama Kegiatan
Pendidikan Kesehatan : Pentingnya Kepatuhan Minum Obat Pada Lansia
2. Latar Belakang Masalah
Kepatuhan obat sering menjadi masalah pada lansia, terutama pada
penggunaan obat-obat yang bersifat jangka panjang karena penyakit
kronis. Masalahnya biasanya adalah faktor lupa, bingung cara minumnya
karena obatnya terlalu banyak, dan bosan minum obat.
Prinsip pengobatan pada lansia adalah start go slow, yaitu dimulai
dengan dosis serendah mungkin dan intensitas sekecil mungkin. Pada
lansia cenderung terjadi penurunan fungsi ginjal ringan. Ginjal
merupakan organ yang berperan dalam pengeluaran zat sisa metabolisme
dari tubuh melalui proses penaringan (filtrasi glomerulus).
Penurunan fungsi ginjal berpengaruh pada proses pengeluaran obat
dari dalam tubuh. Perlambatan aliran darah ginjal dan penurunan laju
penyaringan oleh ginjal membuat obat dan metabolitnya cennderung
terakumulasi dalam darah, sehingga dapat memperpanjang waktu tinggal
obat dalam tubuh dan durasi efek obat tersebut.
Batasan fungsi ginjal yang mengharuskan penyesuaian dosis obat
tergantung apakah obat tersebut dieliminasi seluruhnya lewat ginjal atau
sebagian dimetabolisme dan seberapa besar toksisitasnya. Pada obat yang
lebih toksik dengan batas keamanan yang sempit, sebaiknya digunakan
regimen dosis berdasarkan kondisi atau fungsi ginjal.
Untuk itu, ketika akan menggunakan obat, baik obat dengan resep
dokter maupun obat bebas/bebas terbatas yang diperoleh sendiri, ada
beberapa hal yang perlu diketahui dan jika perlu ditanyakan kepada
pelayan kesehatanan, agar obat-obat yang diminum bisa bekerja secara
optimal dan mencapai hasil yang diharapkan.
82

3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan pendidikan kesehatan terkait pentingnya
kepatuhan dalam meminum obat pada lansia diharapkan lansia dapat
mengetahui pentingnya kepatuhan meminum obat.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan kepada lansia di
Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda, lansia mampu :
1. Menyebutkan pentingnya kepatuhan minum obat
2. Menyebutkan hal-hal yang harus dipertahatikan agar obat dapat
bekerja secara optimal
4. Strategi
Kolaborasi aktif bersama lansia untuk pelaksanaan waktu pendidikan
kesehatan.
5. Kegiatan
a. Tahap Pra Pelaksanaan
1. Melakukan kontrak waktu akan dilaksanakan pendidikan kesehatan
kepada lansia.
2. Melakukan pre-test mengenai pentingnya kepatuhan minum obat
pada lansia.
b. Tahap Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan kegiatan
Penanggung
Waktu Durasi Kegiatan
Jawab
21-02- a. Pendidikan kesehatan Reina, Anne,
2020 5’ mengenai pentingnya Nurul
kepatuhan dalam minum
obat dan hal hal yang harus
diperhatikan saat minum
obat
5’ b. Pembukaan oleh MC
15’ c. Pre-test terkait pentingnya
kepatuhan minum obat dan
83

Penanggung
Waktu Durasi Kegiatan
Jawab
hal hal yang harus
diperhatikan saat minum
obat
5’ d. Melaksanakan pendidikan
kesehatan mengenai
pentingnya kepatuhan dalam
minum obat dan hal hal yang
harus diperhatikan saat
minum obat
5’ e. Melakukan post test terkait
pentingnya kepatuhan
minum obat dan hal hal yang
harus diperhatikan saat
minum obat
f. Penutup
21-02- 30’ Penyediaan tempat khusus Reina, Anne,
2020 untuk untuk penyimpanan obat Nurul
dan label identitas lansia.

c. Pasca Pelaksanaan
1. Evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya
kepatuhan dalam minum obat dan hal hal yang harus diperhatikan
saat minum obat
2. Pendokumentasian selama pelaksanaan kegiatan
3. Membuat laporan
6. Indikator Output/Outcome
Diharapkan petugas panti dan lansia dapat memahami mengenai
pentingnya kepatuhan dalam minum obat dan hal hal yang harus
diperhatikan saat minum obat.
7. Evaluasi
Mengevaluasi jalannya kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya
kepatuhan dalam minum obat dan hal hal yang harus diperhatikan saat
minum obat.
a. Proses
84

1. Berjalannya kegiatan sesuai dengan rundown yang telah disusun.


2. Lansia tampak memahami dan aktif bertanya.
b. Hasil
1. Penyuluhan mengenai pentingnya kepatuhan obat dan hal hal yang
harus diperhatikan saat minum obat.
2. Petugas dan lansia menyatakan memahami mengenai pentingnya
kepatuhan obat dan hal hal yang harus diperhatikan saat minum
obat.
8. Penanggungjawab
Ketua Pelaksana :
9. Waktu
22 Februari 2020
10. Tempat
Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (Panti Werdha J. Soenarto
Nasution)
11. Pembiayaan
Dana Mahasiswa
12. Standar Kegiatan
a. Pra Pelaksanaan
1. Membuat laporan pre planning.
2. Melakukan kolaborasi dan perizinan diadakannya penyuluhan
pentingnya kepatuhan obat dan hal hal yang harus diperhatikan saat
minum obat dan pentingnya kepatuhan obat dan hal hal yang harus
diperhatikan saat minum obat.
3. Melakukan pre test mengenai pentingnya kepatuhan obat dan hal
hal yang harus diperhatikan saat minum obat.
b. Pelaksanaan
1. Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya kepatuhan obat yang
harus diperhatikan saat minum obat.
85

2. Melakukan penyuluhan mengenai hal-hal harus dipertahatikan agar


obat dapat bekerja secara optimal
3. Melakukan post test.
c. Pasca Pelaksanaan
1. Evaluasi pelaksaan kegiatan pendidikan kesehatan.
2. Mendokumentasikan hasil kegiatan.
86

C. Pendidikan Kesehatan : Cuci Tangan


1. Nama Kegiatan
Senam Cuci Tangan
2. Latar Belakang Masalah
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi
dengan membersihkan tangan dan jari jemari menggunakan air dan sabun
oleh manusia untuk menjadi bersih dan memutuuskan mata rantai kuman.
Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya
pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi
agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari
satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung, ataupun kontak
tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti handuk,
gelas).
Tangan yang bersentuhan langsung dengan kotoran manusia dan
binatang, ataupu cairan tubuh lain seperti ingus dan makanan/minuman
yang terkontaminasi saat tidak dicuci dengan sabun dapat memindahkan
bakteri virus dan parasit pada orang lain yang tidak sadar bahwa dirinya
sedang ditularkan.
Di tempat-tempat dimana mencuci tangan merupakan praktik umum
yang dilakukan sehari-hari, dan banyak terdapat sabun dan air bersih,
orang tidak menyadari untuk mencucui tangannya dengan sabun. Sebuah
penelitian di Inggris mengungkapkan bahwa hanya separuh orang yang
benar-benar mencucui tangannya setelah membuang hajat besar/kecil.
Salah satu upaya efektif menjaga kebersiihan adalah dengan mencuci
tangan. Manfaat mencuci tangan salah satunya adalah mencuci tangan
dapat dilakukan dengan sederhana, dapat mencegah penularan penyakit,
dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit seperti diare, dan dapat
menghilangkan kuman dan bakteri yang menempel di tangan.
Berdasarkan hasil wawancara dengan lansia di Yayasan Asuhan
Bunda, lansia tidak mengetahui langkah-langkah cuci tangan dan belum
87

tersedianya sabun cuci tangan. Sehingga, senam cuci tangan dirasa perlu
dilakukan untuk mencegah penyakit dan mencegah resiko infeksi.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan senam cuci tangan pada lansia diharapkan lansia
dapat mengetahui cara cuci tangan yang benar.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan kegiatan senam cuci tangan kepada lansia di
Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda, lansia mampu :
1. Menyebutkan pentingnya mencuci tangan
2. Menyebutkan mempraktikan kembali langkah cuci tangan
3. Menerapkan cuci tangan yang benar setiap hari
4. Strategi
Pemberian materi dilaksanakan dengan metode demonstrasi melalui
senam cuci tangan dan diiringi oleh musik.
5. Kegiatan
a. Tahap Pra Pelaksanaan
1. Melakukan kontrak waktu akan dilaksanakan senam pagi kepada
lansia.
2. Melakukan pre-test terkait langkah cuci tangan sebelum
dilaksanakan senam cuci tangan.
b. Tahap Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan kegiatan
Penanggung
Waktu Durasi Kegiatan
Jawab
18-02-2020 Senan cuci tangan Marisa, Delli
5’ 1. Pre test terkait langkah
cuci tangan sebelum
dilaksanakan senam
cuci tangan
10’ 2. Melaksanakan kegiatan
senam cuci tangan
bersama lansia
88

Penanggung
Waktu Durasi Kegiatan
Jawab
5’ 3. Post test terkait
langkah cuci tangan
setelah dilaksanakan
senam cuci tangan.
5’ 4. Penutup

c. Pasca Pelaksanaan
1. Evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya cuci
tangan
2. Pendokumentasian selama pelaksanaan kegiatan
3. Membuat laporan
6. Indikator Output/Outcome
Diharapkan petugas panti dan lansia dapat mempraktekan cuci tangan.
7. Evaluasi
Mengevaluasi jalannya kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya cuci
tangan.
a. Proses
1. Berjalannya kegiatan sesuai dengan rundown yang telah disusun.
2. Lansia mengikuti gerakan senam cuci tangan.
3. Lansia tampak memahami dan antusias mempraktekan cuci tangan.
b. Hasil
1. Penyuluhan mengenai pentingnya cuci tangan
2. Lansia menyebutkan dan mempraktekan langkah-langkah cuci
tangan
8. Penanggungjawab
Ketua Pelaksana :
9. Waktu : 18 Februari 2020
10. Tempat
Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (Panti Werdha J. Soenarto
Nasution)
89
90

11. Pembiayaan
Dana Mahasiswa
12. Standar Kegiatan
a. Pra Pelaksanaan
1. Membuat laporan pre planning.
2. Melakukan pre test terkait langkah cuci tangan sebelum
dilaksanakan senam cuci tangan.
b. Pelaksanaan
1. Melakukan pre test terkait langkah cuci tangan sebelum
dilaksanakan senam cuci tangan.
2. Melaksanakan kegiatan senam cuci tangan bersama lansia
3. Post test terkait langkah cuci tangan setelah dilaksanakan senam
cuci tangan.
c. Pasca Pelaksanaan
1. Evaluasi pelaksaan kegiatan senam cuci tangan
2. Mendokumentasikan hasil kegiatan.
BAB V
PENUTUP

5.1 Simpulan
Laju pertumbuhan penduduk terus bertambah dari tahun ke tahun, begitu
pula dengan kelompok usia lanjut. Menurut Kemenkes (2017), di Indonesia
diperkirakan pada tahun 2020 terdapat 27,08 juta jiwa penduduk usia lanjut
atau lansia. Lansia ada yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha atau PSTW
ada pula yang tinggal di rumah. Lansia yang tinggal di PSTW memiliki alasan
tersendiri untuk tinggal di PSTW. PSTW Yayasan Pembinaan dan Asuhan
Bunda Wisma Lansia J. Soenarti Nasution merupakan salah satu panti werdha
yang berada di Kota Bandung.
Kajian situasi dan wawancara dengan salah satu petugas panti yang telah
dilakukan pada tanggal 14-17 Februari 2020, didapatkan hasil bahwa pernah
terdapat fenomena/kejadian salah satu lansia pergi meninggalkan panti dan
tidak tahu alamat maupun nama panti untuk pulang. Sehingga lansia tersebut
diantarkan oleh Satpol Pamong Praja dengan mengunjungi Panti Werdha yang
berada di Kota Bandung. Tidak adanya identitas yang melekat atau dibawa oleh
lansia, menjadi kesulitan bagi petugas atau orang lain yang menemukan lansia
tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya optimalisasi pelayanan panti dengan
melakukan manajemen yang tepat bagi lansia.
Berdasarkan hasil kajian situasi dan wawancara yang telah dilakukan
tersebut, ditegakkan tiga diagnosa antara lain : ketidakefektifan pelaksanaan
International Patient Safety Goals / IPSG (identitas, pengawasan minum obat
dan cuci tangan), pemenuhan gizi seimbang, dan ketidakefektfan asuhan resiko
kesepian.
Intervensi yang dilakukan atau direncanakan untuk ketiga diagnosa
tersebut, telah dikoordinasikan dengan pihak pengurus panti yakni mengenai
gelang identitas, pengaturan menu makan seimbang dan penggunaan garam,

91
dan

92
93

pengawasan minum obat lansia.


5.2 Saran
Bagi pihak Yayasan Pembinaan dan Asuhan Bunda Wisma J. Soenarti
Nasution: Melanjutkan intervensi yang telah dilakukan (penggunaan gelang
identitas, pengaturan menu makan seimbang yang disesuaikan dengan menu
diit lansia, pengaturan penggunaan garam bagi lansia dengan hipertensi,
pengawasan 6 benar pemberian obat, pelaksanaan kegiatan harian guna
mengurangi rasa kesepian yang dialami lansia)
DAFTAR PUSTAKA

Afifah, H. N. (2014). Efektifitas Terapi Musik Terhadap Penurunan Skor Depresi


Pada Lansia di UPT Panti Sosial Tresna Werdha Mulia Dharma Kabupaten
Kubu Raya. Jurnal ProNers, 1(1).

Angelini, L. (2013). Designing a Desirable Smart Bracelet for Older Adults, 425–
433.

Azizah, N. (2018). Perbedaan Sisa Makanan Berdasarkan Penggunaan Alat Saji


Makan pada Pasien Kanker dengan Program Kemoterapi di RSUP dr Kariadi
Semarang (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Semarang).

Demings, S. J. L. (2017). Identification Bracelet Programs. Mental Health


Association of Central Florida, 1749.

Department of Health, Social Services and Public Safety. 2015. Care Standars for
Nursing Home.

Fajarwanti, F., Setyowati, S., Tifauzah, N., & Tifauzah, N. (2017). Pengaruh
Modifikasi Alat Saji Makanan Terhadap Sisa Makanan Diit Nasi Biasa pada
Pasien Kelas III di RSUD Wonosari (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).

Hanafi, A. (2014). Pengaruh Terapi Brain Gym Terhadap Peningkatan Fungsi


Kognitif Pada Lanjut Usia Di Posyandu Lanjut Usia Desa Pucang Kartasura.

Indira, Arti. 2018. Panduan Lengkap Menjaga Gizi Lansia. Jakarta: Hello Sehat.

Kementerian Kesehatan RI. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.
Jakarta.

94
95

Koelsch, S. (2015). Musik-evoked emotions: principles, brain correlates, and


implications for therapy. Annals of the New York Academy of Sciences. 2015;
1337(1):193–201.

Kurniatilla, N. (2017). Pengaruh Penyuluhan PHBS Tentang Cuci Tangan Pakai


Sabun Terhadap Pengetahuan, Sikap dan Praktik Siswa Kelas V SDN Taman
Kota Serang. Faletehan Health Journal, 4 (3), 153 – 157.

Lailatushifah, S. N. F. (2012). Kepatuhan pasien yang menderita penyakit kronis


dalam mengkonsumsi obat harian. Dipetik 6 November 2012: fpsi.
mercubuana-yogya. ac. id/wp-content/.../Noor-Kepatuhan... pdf.

Marini, L., & Hayati, S. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian
Pada Lansia di Perkumpulan Lansia Habibi dan Habibah.

Padang, D. M. D., & Ramadona, A. (2011). Pengaruh Konseling Obat Terhadap


Kepatuhan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Poliklinik Khusus Rumah Sakit
Umum Pusat.

Ruby, D., Tafwidhah, Y., & Hidayah, M. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Metode Audiovisual Terhadap Pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun
pada Anak Usia Prasekolah Di TK Al Adabiy Kota Pontianak. Jurnal Proners, 3
(1) –14.

Särkämö T, Tervaniemi M, Laitinen S, LicPhil, Numminen A, Kurki M, Rantanen P.


(2013). Cognitive, emotional, and social benefits of regular musical activities in
early dementia: randomized controlled study. The Gerontologist. 2013;
54(4):634–650.

Septiarani, N., Rahmayanti, S., & M. Budi Santoso, M. (2017). Pengaruh Metode
Pembelajaran Bernyanyi Terhadap Pelaksanaan Cuci Tangan Pada Anak
Usia Prasekolah Di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan Kartika, 12 (2), 37 – 47.

Simanjuntak, K. (2017). Pemberdayaan Penurunan Depresi Lansia di Panti Werdha


dengan Metode Terapi Komplementer” Humor”. JPM (Jurnal Pengabdian
96

Masyakat) Ruwa Jurai, 3(1), 45-51.

Suryani, N. M., Wirasuta, I. M. A. G., & Susanti, N. M. P. (2013). Pengaruh


konseling obat dalam home care terhadap kepatuhan pasien diabetes melitus
tipe 2 dengan komplikasi hipertensi. Jurnal Farmasi Udayana.

World Health Organization. (2017). Patient Identification. Patient Safety Solutions,


1(May).

Ministry, S. (2017). Patient Safety Alert 17/18-01: Correct Patient Identification


Prior to Any Care Interaction, 1(May 2007).
LAMPIRAN

97
1. Timeline Kegiatan
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
17 18 19 20 21 22 23
Impleme Implemen Implemen Implemen Impleme Implemen Libur
ntasi dan tasi dan tasi dan tasi dan ntasi dan tasi dan
evaluasi: evaluasi: evaluasi: evaluasi: evaluasi: evaluasi:
- Jalan - Pendidik - Pengajian - Senam - Senam - Senam
pagi an rutin otak dan cuci cuci
keliling kesehata bersama permain- tangan tangan
komplek n6 lansia an (PJ: (PJ: (PJ:
bersama langkah dan ibu- Reina) Marissa) Delli)
lansia cuci ibu - Senam - Senam - Senam
tangan pengajian cuci otak otak
(PJ : - Senam disekitar tangan (PJ: (PJ:
Anne) cuci YPAB J. (PJ: Intan) Saepul)
tangan Soenarti Delli) - Jumat - Menonto
bersih n film
(PJ : (PJ : (PJ: bersama
Delli, Nurul) Dewi) (PJ:
Marissa) - Terapi Vici)
okupasi: - Melanjut
melukis kan
(PJ: diskusi
Suci) dengan
- Diskusi pihak
dengan panti
pihak (PJ :
panti Faaizah.
(PJ : Laras.
Faaizah Siska,
Laras, Pak
Siska, Hari)
Pak
Hari)
24 25 26
Impleme Persiapan Seminar
ntasi dan seminar akhir
evaluasi: manajeme
- Diskusi n asuhan
dengan
Pak
Soegan
di
PJ :
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
Aulia

Anda mungkin juga menyukai