! Laporan Gerontik - Gelombang 1, PPN 38 - Asuhan Bunda (Gegerkalong) - 1
! Laporan Gerontik - Gelombang 1, PPN 38 - Asuhan Bunda (Gegerkalong) - 1
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Program Profesi Ners pada Stase
Keperawatan Gerontik
Disusun Oleh :
Anne Mayliani Hidayat Laras Ayu Ningtyas
Annisa Suci Utami Marisa Mar’atus Sholihah
Aulia Citra Agriyono Nurul Siti Farida
Delli Nurilah Sari Reina Patriana
Dewi Sintia Risnowati Saepul Hidayat
Faaizah Nurul Haqi Siska Yan Hermana
Hari Heryadi Vici Triyunita S.
Intan Pandini
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
4
5
Pernikahan
Belum Menikah 9 37,5
Menikah 2 8,3
Cerai Mati 10 41,7
Cerai Hidup 3 12,5
Frekuensi BAB
1 kali sehari 18 75,0
2 kali sehari 5 20,8
> 2 kali sehari 1 4,2
Konsistensi BAB
Lembek 21 87,5
Keras 3 12,5
Cair 0 0
Warna BAB
Kuning 24 100
Hitam 0 0
Warna lainnya 0 0
Frekuensi BAK
2-3 kali perhari 2 8,3
4-5 kali perhari 12 50,0
> 5 kali perhari 10 41,7
Warna BAK
Kuning jernih 23 95,8
Kuning pekat 1 4,2
Frekuensi Mandi
Tidak 1 4,2
1 kali perhari 10 41,7
2 kali perhari 12 50,0
> 2 kali perhari 1 4,2
Keramas
Tidak 0 0
1-2 kali perminggu 14 58,3
1 kali perhari 5 20,8
> 2 kali perminggu 5 20,8
Sikat Gigi
Tidak 3 12,5
1 kali perhari 4 16,7
2 kali perhari 17 70,8
Ganti Pakaian
Ya 21 87,5
Tidak 3 12,5
Aktivitas Rekreasi
Menonton TV 12 50,0
Membaca buku 4 16,7
Mengobrol dengan 7 29,2
teman
12
Frekuensi Olahraga
Rutin 19 79,2
Jarang 3 12,5
Tidak Pernah 2 8,3
MMSE
Aspek kognitif dan 13 54,2
fungsi mental baik
Kerusakan aspek 9 37,5
fungsi mental ringan
Terdapat kerusakan 2 8,3
aspek fungsi mental
berat
Berg Balance Scale
(BBS)
Perlu menggunakan 6 25,0
kursi roda
Perlu menggunakan 7 29,2
alat bantu jalan
seperti tongkat, kruk,
walker
Mandiri dan tidak 11 45,8
memerlukan alat
bantu
MFS
Tidak berisiko 9 37,5
Risiko rendah 6 25,0
Risiko tinggi 6 37,5
Aktivitas Groningen
17 10 41,7
23 1 4,2
25 1 4,2
27 1 4,2
30 2 8,3
37 1 4,2
45 2 8,3
46 1 4,2
47 2 8,3
48 1 4,2
55 1 4,2
67 1 4,2
2. Alur Tindakan
Hasil wawancara dan kajian situasi pada tanggal 15 Februari 2020
didapatkan hasil bahwa setiap jam 06.00 WIB lansia akan melakukan
sarapan di ruang makan akan tetapi ada beberapa lansia yang di wisma
atas memilih untuk di antar ke kamar sehingga makanan nya pun di
dalam kamar. Makan pagi, siang dan sore akan disiapkan oleh petugas
bagian memasak. Setelah sarapan selesai lansia akan dibawa ke
halaman panti untuk dilakukan pemeriksaan kesehatan : tekanan darah
dan terkadang juga dilakukan pemeriksaan gula darah. Setelah semua
lansia di periksa tekanan darahnya selanjutnya lansia melakukan senam
atau jalan-jalan keliling komplek. Senam yang biasa dilakukan adalah
senam untuk persendian dan senam hipertensi yang biasanya di pimpin
oleh ibu panti, relawan/mahasiswa setiap hari kamis dan sabtu. Setelah
senam lansia biasanya berjemur di teras. Lansia makan siang pada jam
11.30 WIB, setelah makan siang lansia tidur siang. Apabila terdapat
lansia yang tidak tidur siang, maka lansia tersebut akan bermain dengan
mahasiswa yang sedang praktik. Namun apabila tidak terdapat
mahasiswa yang praktik maka lansia akan menonton tv atau
menyibukan dirinya dengan kegiatan yang mereka inginkan. Lansia
akan makan sore pada pukul 17.00 WIB. Setelah makan sore lansia
diperbolehkan untuk menonton tv atau melakukan kegiatan yang di
inginkannya. Jam 21.00 WIB lansia akan diminta masuk ke kamar
untuk tidur malam.
3. Alur Pengelolaan
Hasil kajian situasi pada tanggal 15 Februari 2020 dalam melakukan
alur pengelolaan lansia, tindakan yang dilakukan oleh petugas panti
belum sesuai berdasarkan Bhartel Indeks. Berdasarkan hasil pengkajian
terdapat lansia yang memiliki ketergantungan sebagian dimana makan,
BAK, BAB, menggunakan pakaian, pergi ke toilet, berpindah dan
mandi harus dibantu. Akan tetapi pengurus panti tidak selalu membantu
lansia tersebut. Terutama untuk malam hari. Hal tersebut dikarenakan
hanya ada 2 petugas panti yang berjaga di panti dan petugas panti tidak
21
Ketua
Ibu Sri Soedarsono
Wakil Ketua
Ibu S. Roediono
Bendahara Sekretaris
Ibu Dra. Marda Ibu Dr. Ir. Woerjantari
Administrasi/ Keuangan
Ibu Iin Inda M
Pekerja Sosial
Ibu Dra. Hastuti
Profesional
Anwar
Direktur RSKG
Bapak Musabar
Ibu Dr. Qania M.
Bidang Adopsi
2. Tenaga Pegawai
Tenaga kerja di Wisma J. Soenarti Nasution berjumlah 7 orang yang
terbagi ke dalam beberapa bagian atau divisi, yaitu:
I. Bagian Kesehatan : 1 orang
II. Bagian Dapur : 1 orang
III. Bagian Kebersihan : 2 orang
IV. Bagian Cuci : 1 orang
V. Bagian Kebun dan Keamanan : 1 orang
VI. Bagian Asrama : 1 orang
Adapun secara lebih rinci karakteristik tenaga kerja di Wisma J. Soenarti
Nasution yaitu sebagai berikut :
Tabel 2.8 Daftar Nama Pegawai Wisma J. Soenarti Nasution
3. Kualifikasi Staf
Berdasarkan wawancara tidak terdapat kualifikasi khusus untuk pekerja
di Wisma J. Soenarti Nasution. Pekerja hanya diwajibkan untuk
menguasai bidang yang ditempatinya.
4. Pelatihan
Berdasarkan wawancara dengan pengurus panti, terdapat satu orang staff
yang mengikuti pelatihan untuk manajemen panti. Sehingga sebagian
besar petugas panti tidak memiliki pelatihan terkait dengan pengelolaan
lansia dan manajemen panti.
5. Pembagian Shift
Tidak terdapat pembagian shift kerja di Wisma J. Soenarti Nasution.
Seluruh staff bekerja mulai pukul 6 pagi sampai pukul 4 sore, kecuali ibu
asrama bagian keamanan yang 24 jam penuh berada di panti.
25
dilangit-langit.
5. Pintu, Jendela dan Pecahayaan
Pintu wisma menggunakan pintu kayu dengan keadaan masih kokoh.
Namun, cara membuka pintu setiap masih membuka kedalam,
seharusnya pintu membuka keluar atau pintu geser hal ini berdasarkan
apabila ada kejadian bencana seperti gempa bumi, kebakaran atau ada
lansia yang pingsan dan terjatuh dapat memudahkan dalam proses
evakuasi.
6. Koridor
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution menpunyai koridor yang
telah menggunakan handrail yang berfunsi untuk membantu aktivitas
dari semua lansia yang ada di PSTW Wisma Lansia untuk
meminimalisir resiko jatuh pada lansia.
7. Administrasi
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution mempunyai ruanga
administrasi yang berada di lantai 2, lokasi untuk penempatan ruang
administrasi sudah sangat tepat, tetapi untuk administrasi penunjang
untuk lansia seperti buku status belum lengkap dan masih sebagian.
8. Dapur
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution mempunyai 2 dapur yang
terdiri dari lantai 1 dan lantai 2. namun yang sering digunakan oleh
sebagian lansia yaitu dapur lantai 1. Dalam kebersihan dapur tampak
sudah cukup terawat dan sangat rapih, lokasi untuk peralatan dapur
seperti alat masak cukup sudah rapih dengan tersimpan baik pada
tempat peralatannya.
9. Ruang Perawatan
PSTW Wisma Lansia J. Soenarti Nasution mempunyai ruangan
kesehatan yang berada sebelah kiri lantai 1 yang bersebelahan dengan
ruang makan dan dapur. Alat-alat yang terdapat di ruang kesehatan
sudah cukup, akan tetapi ada sebagian kelengkapan yang masih kurang
seperti peralatan untuk pasien menyimpan obat.
10. Gudang
30
31
No. Strength Item Skor Bobot Total
ramp
32
33
39
40
No Uraian Total
1. Internal
Strength 3,88
Weakness 3,9
Jadi S – W -0,02
2. Eksternal
Opportunity 3,6
Threat 2,5
Jadi, O – T 1,1
O
3,6
W
3,9 S
3,88
-3 -2 -1 1 2 3
-1
Kuadran IV Kuadran II
T
2,5
40
41
41
No Aktual Ideal Analisis Masalah
1 Data Objektif : ID Bracelet : ID Bracelet : Ketidakefektifan
- Rasio jumlah petugas panti tidak Penyakit degeneratif yang sering 7 dari 17 lansia di YPAB Pelaksanaan
sebanding dengan jumlah lansia. muncul pada lansia adalah Wisma Lansia “J Soenarti International
Penanggung jawab di Bidang demensia. Demensia merupakan Nasution” memiliki masalah Patient
Kesehatan hanya 1 orang kondisi hilangnya kemampuan kesehatan demensia. Safety Goals
menangani 24 lansia dan hanya 2 intelektual yang menghalangi Penggunaan aksesoris sebagai (IPSG) ;
petugas sosial yang tinggal 24 jam di hubungan sosial serta identitas seperti gelang dan ID Identifikasi
Panti yang mendampingi dan menghambat fungsi dalam Card penting untuk proses pasien,
membantu kebutuhan dasar lansia. menjalani kehidupan sehari-hari. identifikasi lansia yang Kewaspadaan
- 16 lansia dengan nilai SPMSQ Demensia berpengaruh terhadap mengalami demensia. obat, dan
berada dalam kategori kerusakan kelakuan, cara berpikir, dan Penerapan aksesoris identitas Penurunan risiko
intelektual utuh, atau 2 lansia berada kemampuan melakukan merupakan program Aging infeksi
dalam kategori kerusakan intelektual pekerjaan normal. Tanda khas Well in The Information
ringan, dan 6 lansia dengan kategori demensia adalah menurunnya Society atau program kemajuan
kerusakan intelektual sedang. fungsi kognitif atau kemampuan tekhnologi yang memiliki
- 2 lansia dengan nilai MMSE berada mengenali. Orang yang fungsi sebagai pemantau
di kategori kerusakan aspek fungsi menderita demensia tidak kegiatan outdoor maupun
mental berat dan 9 lansia dengan mampu mengenali wajah indoor sehari-hari serta
nilai MMSE berada dalam kategori maupun tempat yang pernah pemberi informasi pada orang
kerusakan aspek fungsi mental mereka kunjungi sehingga yang berada di sekitar lansia
ringan. mereka dapat tersesat sewaktu- (Angelini, 2013). Selain itu,
- Hambatan memori menjadi masalah waktu di lingkungan mereka Demings (2017) menyatakan
terbesar kedua sebanyak 7 dari 24 maupun area yang jauh dari bahwa gelang identitas dapat
lansia mengalami masalah tempat tinggal mereka. Perilaku mengembalikan penderita
42
No Aktual Ideal Analisis Masalah
keperawatan hambatan memori di tersebut dapat membahayakan demensia dengan aman akibat
PSTW Wisma Lansia J Soenarti individu, mengancam jiwa, dan tersesat karena berkeliaran di
Nasution. menimbulkan stress bagi lingkungan luar. Namun,
- Tidak ada identitas tanda pengenal pengasuh (Dennings, 2017). berdasarkan wawancara dan
lansia yang dapat digunakan saat Penggunaan aksesoris sebagai hasil kajian situasi pada
lansia melakukan aktivitas diluar identitas seperti gelang dan ID tanggal 15 Februari 2020 di
panti. Card penting untuk proses YPAB Wisma Lansia “J
- Tidak semua lansia memiliki kartu identifikasi lansia yang Soenarti Nasution”, lansia
identitas (ID card) untuk digunakan mengalami demensia. Penerapan belum menggunakan aksesoris
di pelayanan kesehatan. aksesoris identitas merupakan identitas baik berupa ID Card
- Buku status lansia hanya mencakup program Aging Well in The maupun gelang identitas.
pengkajian awal saat penerimaan Information Society (Angelini, Sebelumnya, lansia pernah
lansia, tidak ada buku status lansia 2013). Program tersebut dibuatkan kartu identitas
terintegrasi sebagai catatan berfungsi sebagai pemantau sebagai petunjuk bagi orang
perkembangan lansia. Buku status kegiatan indoor maupun outdoor yang menemukan jika ia
lansia juga diketahui disimpan di serta pemberi informasi pada tersesat. Namun, penggunaan
kantor pusat sehingga tidak dapat orang yang berada di sekitar kartu identitas dirasa tidak
diakses oleh keluarga ataupun lansia. Standarisasi efektif karena sampai waktu
mahasiswa yang akan melakukan pengidentifikasian minimal dilakukan kajian situasi, lansia
praktik dan melanjutkan asuhan memuat dua informasi yaitu tidak tampak menggunakan
terhadap lansia. nama dan tanggal lahir (WHO, kartu identitas tersebut.
- Tidak adanya bukti fisik catatan 2017). Sedangkan standarisasi Pengurus panti mengantakan
lansia sebagai laporan discharge pengidentifikasian pada lansia bahwa pernah terdapat lansia
planning saat lansia pulang dan dapat dilengkapi dengan nama yang pingsan saat melakukan
kembali ke keluarganya, meninggal, panjang, alamat, tanggal lahir, kegiatan di luar. Dengan
43
No Aktual Ideal Analisis Masalah
maupun dirujuk ke pelayanan lain. nomer telepon yang bisa kejadian tersebut, pengadaan
Bukti catatan klien masuk dan dihubungi, dan foto yang akurat gelang identitas sangat penting
meninggal hanya terdapat di white (Ministry, 2017). Dengan untuk mencegah terjadinya
board. adanya gelang identitas, lansia bahaya dan ancaman jiwa pada
- Tidak tersedianya loker obat untuk yang tersesat karena menderita lansia yang berada jauh dari
masing-masing lansia yang demensia dapat kembali ke lingkungan tempat tinggal
membutuhkan terapi farmakologi. tempat tinggalnya dengan aman karena tersesat.
Obat lansia terdapat dikamar (Demings, 2017).
masing-masing lansia.
- Tidak tersedianya buku catatan Cuci Tangan : Cuci Tangan :
nama obat dan jadwal minum obat Mencuci tangan dengan sabun Berdasarkan hasil kajian
masing-masing lansia merupakan salah satu cara paling situasi, lansia di YPAB Wisma
- Petugas panti tidak efektif untuk mencegah Lansia “J Soenarti Nasution”
melakukan pengawasan ketat hingga terjadinya penularan penyakit. tidak pernah cuci tangan
obat diminum oleh lansia sesuai Cuci tangan pakai sabun dengan 6 langkah sesuai
dengan prinsip 6B untuk lansia (CTPS) adalah salah satu anjuran World Health
yang mempunyai pengobatan indikator output dari strategi Organization (WHO). Padahal
farmakologi nasional Sanitasi Total Berbasis cara mencuci tangan yang
- Tidak terdapat standar operasional Masyarakat (STBM). Dalam benar adalah: 1) Lakukan
prosedur (SOP) dalam pengelolaan STBM, setiap rumah tangga gerakan tangan, mulai dari
lansia yang sakit atau membutuhkan serta sarana pelayanan umum meratakan sabun dengan kedua
terapi farmakologi dalam suatu komunitas (seperti telapak tangan. Kedua
- Sebagian besar petugas panti tidak kantor, rumah makan, pasar, punggung telapak tangan
memiliki pelatihan terkait sekolah, puskesmas, terminal) saling menumpuk secara
dengan pengelolaan lansia tersedia fasilitas cuci tangan bergantian; 2) Bersihkan
44
No Aktual Ideal Analisis Masalah
- Belum adanya pengawasan untuk (sabun, air, sarana cuci tangan),telapak tangan dan sela-sela
lansia yang membutuhkan terapi sehingga setiap orang dapat jari seperti gerakan menyilang;
farmakologi, sehingga tingkat mencuci tangan dengan benar 3) Bersihkan ujung-ujung kuku
kepatuhan lansia minum obat (Kementerian Kesehatan RI, bergantian pada telapak
berkurang ditandai dengan beberapa 2014). Salah satu upaya yang tangan; 4) Bersihkan ibu jari
kotak obat dikamar lansia masih dapat dilakukan untuksecara bergantian; 5) Posisikan
ditemukan dengan tanggal meningkatkan pelaksanaan jari-jari tangan mengerucut dan
pemberian obat sudah lewat waktu CTPS yaitu dengan melakukan putar kedalam beralaskan
pemberian promosi kesehatan. Berdasarkan telapak tangan secara
- Pemberian obat untuk lansia semua hasil penelitian yang dilakukan bergantian; 6) Bilas tangan
obat yang dimiliki oleh lansia Kurniatillah (2017), terdapat dengan air yang mengalir.
berada dikamar lansia masing- pengaruh pemberian penyuluhan Setelah itu, tutup keran air
masing, sehingga tidak dapat dengan PHBS mengenai cuci tanganmenggunakan siku atau siku,
pasti diminum oleh lansia pakai sabun terhadapbukan dengan jari karena jari
khususnya dengan masalah pengetahuan, sikap, dan praktik yang telah selesai kita cuci
gangguan memori atau demensia cuci tangan pakai sabun. pada prinsipnya bersih.
- Belum adanya penyuluhan terkait Lakukan semua prosedur diatas
dengan pengolaan obat 6 B (Benar Media promosi kesehatan sangat selama 40 – 60 detik (WHO,
pasien, Benar dosis, Benar rute berperan dalam perubahan 2009).
pemberian, Benar obat, Benar waktu perilaku seseorang. Salah satu
pemberian, Benar Dokumentasi) media promosi kesehatan adalah Cuci tangan 6 langkah dengan
- Tidak tersedianya sarana dan audio visual. Menurut Ruby et al sabun merupakan salah satu
prasarana untuk cuci tangan seperti (2015), metode audio visual cara paling efektif untuk
sabun atau handrub dikamar mandi berpengaruh terhadap mencegah terjadinya penularan
lansia dan tempat cuci tangan pelaksanaan CTPS. Perubahan penyakit. Namun, di YPAB
45
No Aktual Ideal Analisis Masalah
(wastafel) perilaku dapat ditingkatkan Wisma Lansia “J Soenarti
- Berdasarkan hasil observasi melalui metode pembelajaran Nasution” belum terdapat hand
kegiatan makan pada tanggal 18 bernyanyi dengan musik rub yang diletakkan di setiap
Februari 2020 diperoleh data (Septiarani et al, 2017). Selain sudut ruangan maupun dekat
sebagian besar lansia tidak itu, terapi musik adalah kegiatan wastafel cuci tangan.
melakukan cuci tangan 6 langkah rekreasi yang apabila dilakukan
sebelum dan sesudah makan secara teratur dapat membantu Selain itu, pendidikan
Data Subjektif: menjaga kapasitas kognitif dan kesehatan pada lansia
- Berdasarkan hasil wawancara pada emosional lansia yang mengenai langkah-langkah
petugas panti pada tanggal 15 mengalami penurunan daya cuci tangan sangat dibutuhkan
Februari 2020 menyatakan tidak ada ingat. karena berdasarkan penelitian
petugas panti dengan latar belakang yang dilakukan Kurniatillah
pendidikan formal perawat Secara psikologis, musik (2017), terdapat pengaruh
- Berdasarkan hasill wawancara pada memiliki peran penting dalam pemberian penyuluhan PHBS
petugas panti pada tanggal 15 pengaturan komunikasi, emosi, mengenai cuci tangan pakai
Februari 2020, menyatakan tidak dan interaksi sosial. Kegiatan sabun terhadap pengetahuan,
adanya pembagian shift kerja, mendengarkan musik, bernyanyi sikap, dan praktik cuci tangan
seluruh staff bekerja mulai pukul dan menari mampu pakai sabun. Metode
06.00 WIB s/d 16.00 WIB. Kecuali berkontribusi dalam pembelajaran yang dapat
1 petugas sosial dan 1 petugas meningkatkan kesejahteraan dilakukan adalah dengan
panti yang bertanggung jawab emosional, mengurangi isolasi senam cuci tangan. Senam cuci
bagian keamanan yang berada sosial, serta mempertahankan tangan dipilih karena senam
dipanti selama 24 jam kompetensi. Mendengarkan melibatkan musik di setiap
- Berdasarkan hasil wawancara pada musik untuk sementara waktu gerakannya. Menurut Särkämo
tanggal 15 Februari 2020 pada salah dapat meningkatkan daya ingat et al (2013), mendengarkan
46
No Aktual Ideal Analisis Masalah
satu petugas panti menyatakan rasio dan perhatian (Särkämo et al, musik dapat meningkatkan
jumlah petugas panti tidak 2013). Mendengarkan musik daya ingat dan perhatian. Hal
sebanding dengan jumlah lansia. dapat mengaktivitasi sistem tersebut disebabkan karena
Penanggung jawab di Bidang saraf yang saling berhubungan musik melibatkan jaringan otak
Kesehatan hanya 1 orang pada daerah subkortikal dan yang sangat luas dari frontal,
menangani 24 lansia dan hanya 2 medial seperti nukleus parietal, temporal, cerebellar,
petugas sosial yang tinggal 24 jam accumbens, amygdala, girus dan area otak
di PSTW Wisma Lansia “J singulatus, daerah ventral limbik/paralimbik yang
Soenarti Nasution” untuk tegmental, dan korteks berhubungan dengan banyak
mendampingi dan membantu orbitofrontal (Koelsch et al, proses perseptual, kognitif,
kebutuhan dasar para lansia 2015). Adanya hubungan saraf motorik, dan emosional di otak
- Berdasarkan hasil wawancara pada antara musik, memori, dan (Koelsch et al, 2015).
salah satu petugas panti menyatakan emosi dapat menjelaskan
bahwa penggunaan kalung identitas mengapa musik dapat Selain mengajarkan langkah
pernah disediakan untuk lansia, membangkitkan ingatan dan cuci tangan dengan senam,
namun tidak efektif karena lansia emosi lansia yang mengalami dibutuhkan juga media yang
tidak menggunakan kalung tersebut penurunan daya ingat. Hal dapat membantu lansia
ketika melakukan aktivitas di luar tersebut dikarenakan musik mengingat kembali langkah-
panti melibatkan jaringan otak yang langkah cuci tangan. Namun,
- Berdasarkan hasil pengkajian sangat luas dari frontal, parietal, di YPAB Wisma Lansia “J
kepada lansia pada tanggal 18 temporal, cerebellar, dan area Soenarti Nasution” belum
Februari 2020 saat akan dilakukan otak limbik/paralimbik yang terdapat poster yang
senam cuci tangan, salah satu lansia berhubungan dengan banyak menjelaskannya, sehingga
mengatakan penyuluhan tentang proses perseptual, kognitif, dibutuhkan pengadaan poster
cuci tangan 6 langkah sudah pernah motorik, dan emosional di otak untuk membantu lansia
47
No Aktual Ideal Analisis Masalah
diberikan namun banyak lansia yang (Koelsch et al, 2015). mengingat setiap langkah cuci
lupa sehingga cuci tangan tidak tangan.
dilaksanakan dengan benar
Maka, berdasarkan seluruh
komponen kebutuhan cuci
tangan, dapat dibuat
kesimpulan bahwa lansia di
YPAB Wisma Lansia “J
Soenarti Nasution” butuh
diberi pendidikan kesehatan
mengenai senam cuci tangan.
Sedangkan untuk pengadaan
fasilitas, panti butuh
menyediakan hand rub dan
poster langkah-langkah cuci
tangan.
Pendidikan Kesehatan
mengenai Pengawas Minum
Obat kepada Pihak Panti dan Pendidikan Kesehatan
Pentingnya Minum Obat mengenai Pengawas Minum
kepada Lansia : Obat kepada Pihak Panti dan
Untuk menjamin keteraturan Pentingnya Minum Obat
pengobatan, diperlukan seorang kepada Lansia :
PMO (Pengawas Minum Obat). Pendidikan kesehatan
48
No Aktual Ideal Analisis Masalah
Sebaiknya PMO adalah petugas ditujukan untuk meningkatkan
kesehatan, misalnya Bidan di hasil terapi dengan
Desa, Perawat, Pekarya, memaksimalkan penggunaan
Sanitarian, Juru Immunisasi, dan obat-obatan yang tepat
lain lain. Namun, bila tidak ada (Rantucci, 2007). Manfaat
petugas kesehatan yang dari pendidikan kesehatan
memungkinkan, PMO dapat adalah meningkatkan
berasal dari kader kesehatan. kepatuhan pasien dalam
Tugas seorang PMO adalah penggunaan obat, sehingga
mengawasi lansia agar menelan angka kematian dan kerugian
obat secara teratur sampai dapat ditekan (Schnipper,
selesai pengobatan dan 2006).
memberikan dorongan kepada
lansia agar mau berobat teratur. Setelah melakukan observasi di
Namun, keberhasilan suatu Panti “J Soenarti Nasution”
pengobatan tidak hanya terdapat beberapa hal yang
dipengaruhi oleh kualitas menurut kelompok kami masih
pelayanan kesehatan, sikap dan perlu ditingkatkan. Salah
keterampilan petugasnya, sikap satunya yaitu terkait
dan pola hidup pasien beserta manajemen pengobatan yang
keluarganya, tetapi juga sudah terlaksana namun belum
dipengaruhi oleh kepatuhan optimal.
lansia terhadap pengobatannya. Penatalaksanaan tersebut
Hasil terapi tidak akan mencapai terlihat saat seorang lansia
tingkat optimal tanpa adanya yang memiliki penyakit kronis
49
No Aktual Ideal Analisis Masalah
kesadaran dari pasien itu sendiri, dan harus minum obat
bahkan dapat menyebabkan mendapat pengawasan belum
kegagalan terapi, serta dapat optimal saat minum obat
pula menimbulkan komplikasi sehingga lansia tersebut resiko
yang sangat merugikan dan pada tidak meminum obat karena
akhirnya dapat berakibat fatal lupa.
(Hussar, 1995).
Dari beberapa kejadian
Berbagai penelitian tersebut, kelompok kami
menunjukkan bahwa kepatuhan membuat rencana pelaksanaan
pasien pada pengobatan penyakit dengan membuat acara
yang bersifat kronis pada pendidikan kesehatan kepada
umumnya rendah. Penelitian lansia mengenai pentingnya
yang melibatkan pasien berobat kepatuhan minum obat serta
jalan menunjukkan bahwa lebih pendidikan kesehatan kepada
dari 70% pasien tidak minum pihak panti mengenai
obat sesuai dengan dosis yang pentingnya Pengawasan
seharusnya (Basuki, 2009). Minum Obat.
Menurut laporan WHO pada
tahun 2003, kepatuhan rata-rata
pasien pada terapi jangka
panjang terhadap penyakit
kronis di negara maju hanya
sebesar 50%, sedangkan di
negara berkembang, jumlah
50
No Aktual Ideal Analisis Masalah
tersebut bahkan lebih rendah
(Asti, 2006).
51
No Aktual Ideal Analisis Masalah
mengubah pengetahuan dan
kepatuhan pasien. Dalam hal ini
seseorang yang paling dekat
harus berinteraksi dengan pasien
dengan komunikasi yang efektif
untuk memberikan pengertian
ataupun pengetahuan tentang
obat dan penyakit. Pengetahuan
yang dimilikinya diharapkan
dapat menjadi titik tolak
perubahan sikap dan gaya hidup
pasien yang pada akhirnya akan
merubah perilakunya serta dapat
meningkatkan kepatuhan pasien
terhadap pengobatan yang
dijalaninya. (Siregar, 2006).
2 Data Objektif: Dalam upaya mencegah Salah satu perubahan fungsi Ketidakefektifan
- Berdasarrkan hasil pengkajian IMT terjadinya kekurangan gizi, akibat efek penuaan adalah Manajemen Gizi
diperoleh hasil 1 orang lansia maka lansia perlu penurunan nafsu makan. Nafsu Seimbang pada
memiliki kategori IMT mengkonsumsi seluruh makanan makan lansia cenderung Lansia
underweight < 18, dan 2 orang yang diberikan atau menekan kurang bahkan lansia rentan
lansia memiliki kategori sisa makanan. Faktor yang mengalami anoreksia. Oleh
overweight. berpengaruh terhadap sisa sebab itu, makanan yang
- Berdasarkan hasil pengkajian makanan salah satunya adalah bergizi dan bervariasi sesuai
nutrisi menggunakan kuesioner nafsu makan dan persepsi makan kebutuhan harus diberikan
52
No Aktual Ideal Analisis Masalah
MNA diperoleh hasil 1 lansia yang dapat dipengaruhi oleh kepada lansia.
(4,2%) mengalami malnutrisi, 4 keadaan atau kondisi pasien
lansia (16,7%) berisiko malnutrisi, (Depkes, 2013). Sedangkan Penyebab lansia tidak nafsu
dan 19 lansia (79,2%) berada dalam faktor yang berpengaruh makan bahkan merasa lapar
kategori nutrisi normal. terhadap sisa makanan di dapat disebabkan oleh berbagai
- Petugas panti belum menerapkan antaranya alat saji makan. perubahan alami yang terjadi
prinsip- prinsip diet seimbangan Menurut Nuryati (2008), pada tubuh ketika proses
untuk lansia seperti jenis yang penggunaan dan pemilihan alat penuaan, perubahan tersebut
makanan dimasak santan, tinggi makan yang tepat dalam antara lain (Tamtomo, 2016):
lemak dan protein, tinggi purin, penyusunan makanan dapat - Penurunan kadar hormon
tinggi gula, kacang melinjo disetiap memengaruhi penampilan tertentu yang memengaruhi
memasak sayur asam. Tidak makanan yang disajikan. nafsu makan.
terdapat modifikasi menu setiap Makanan yang akan disajikan - Menurunnya kemampuan
harinya, menu untuk sarapan pagi, sebaiknya memiliki cita rasa metabolisme dalam tubuh.
makan siang, dan makan malam yang memberikan kepuasan bagi - Lansia sulit mencium aroma
menggunakan jenis makanan yang konsumen. Cita rasa makanan dan merasakan makanan
sama. ditimbulkan oleh adanya karena penurunan fungsi
- Berdasarkan hasil pengukuran rangsangan terhadap berbagai saraf.
tekanan darah diketahui bahwa 16 indra dalam tubuh manusia, - Jumlah air liur berkurang
dari 24 lansia memiliki tekanan terutama indra penglihatan, sehingga makanan sulit
darah dengan kategori pre penciuman, dan perasa. dicerna.
hipertensi dan 6 dari 24 lansia Makanan yang memiliki cita - Terdapat disfagia atau
memiliki tekanan darah dengan rasa yang tinggi adalah makanan kondisi sulit menelan.
kategori pre hipertensi yang disajikan dengan menarik, - Jumlah asam lambung yang
- Tidak adanya pengawasan saat menyebarkan bau yang sedap, berkurang.
53
No Aktual Ideal Analisis Masalah
lansia makan, lansia dengan dan memberikan rasa yang lezat. - Gerakan peristaltik usus yang
penyakit tertentu seperti hipertensi lambat dalam mencerna
dapat secara bebas menambahkan Hubungan penampilan makanan makanan.
bumbu/penyedap/kecap yang terhadap sisa makanan - Kemampuan penyerapan zat
berada disetiap meja makan yang ditentukan oleh: 1) Warna gizi menurun.
sebenarnya bumbu/penyedap/kecap makanan yang disajikan dan
tersebut ditujukan untuk lansia penggunaan alat saji makanan, Segala perubahan yang
yang tidak memiliki penyakit karena alat makan yang bagus disebutkan di atas secara
tertentu akan memberikan efek terhadap otomatis membuat nafsu
Data Subjektif: warna makanan yang lebih makan lansia berkurang. Maka,
- Berdasarkan hasil wawancara cerah; 2) Makanan yang harus ada pengaturan makan
pada petugas panti pada tanggal disajikan dibentuk atau dibuat yang tepat supaya lansia tidak
16 Februari 2020 menyatakan menarik; 3) Porsi makanan mengalami penurunan berat
bahwa tidak ada ahli gizi yang disesuaikan proporsinya antara badan yang drastis dan
betugas untuk mengelola menu makanan pokok, lauk hewani, kekurangan zat gizi.
makanan lansia lauk nabati, dan sayuran serta
- Berdasarkan hasil wawancara buah seimbang sehingga tidak Kebutuhan energi akan
dengan petugas panti pada terlihat ada jenis makanan yang menurun seiring dengan
tanggal 16 Februari 2020 pernah porsinya terlalu sedikit berjalannya usia. Dalam Angka
diadakan penyuluhan terkait (Alzubaidy, Budiningsari, Kecukupan Gizi Bangsa
dengan gizi diet seimbang lansia Setyowati 2009). Indonesia, kebutuhan energi
namun belum terlaksana dengan akan berkurang 70-100 kalori
baik. Menurut Health, Social Services setiap penambahan 10 tahun.
And Public Safety (2015) dalam Kecukupan energi lansia per
Care Standars for Nursing hari adalah:
54
No Aktual Ideal Analisis Masalah
Home, penyesuaian kebutuhan - Pria = usia 50-64 tahun
nutrisi lansia harus berdasarkan adalah 2300 kalori,
panduan gizi seimbang lansia sedangkan usia 58-80 tahun
yang meliputi: adalah 1900 kalori.
- Skrining nutrisi secara teratur - Wanita = usia 50-64 tahun
oleh petugas panti untuk adalah 1900 kalori dan usia
mengidentifikasi lansia yang 58-80 tahun adalah 1550
beresiko kekurangan gizi. kalori.
Lansia yang memiliki risiko
kekurangan gizi harus Sedangkan zat gizi yang
dilakukan rencana perawatan dibutuhkan untuk lansia yaitu :
gizi. Karbohidrat
- Makanan yang diberikan Karbohidrat merupakan
kepada lansia harus bervariasi sumber energi utama bagi
dan bergizi sesuai dengan tubuh. Kebutuhan karbohidrat
kebutuhan makanan individu, untuk lansia adalah 45-65
serta memenuhi syarat persen dari total kebutuhan
ketentuan agama dan budaya energi harian. Contoh sumber
lansia. karbohidrat yaitu nasi, roti,
- Lansia dilibatkan oleh petugas kentang, sagu, sereal, pasta,
panti dalam pencatatan menu singkong, dan makanan pokok
makanan dan minuman. lainnya.
- Pemberian bubur secara
terpisah sebaiknya dilakukan Protein
kepada lansia mengalami Protein sangat penting bagi
55
No Aktual Ideal Analisis Masalah
kesulitan mengunyah dan lansia untuk menunjang proses
menelan. regenerasi sel dan menjaga
- Makanan disajikan dalam porsi kekebalan tubuh lansia.
yang sesuai, menarik dalam Kebutuhan protein lansia per
hal rasa, tekstur dan harinya adalah 10-35 persen
penampilan. dari total kebutuhan energi.
- Terdapat fasilitas toilet untuk Contoh sumber protein hewani
mencuci tangan sebelum dan yaitu daging, ikan, dan telur.
sesudah makan. Sedangkan protein nabati bisa
- Lansia diposisikan dengan berasal dari kacang-kacangan.
benar untuk menghindari Lemak
risiko tersedak. Lemak digunakan sebagai
- Harus terdapat catatan sumber energi jangka panjang,
mengenai makanan dan menimbulkan rasa kenyang
minuman yang dikonsumsi setelah makan, dan membantu
jika lansia tidak makan atau mengangkut vitamin A,D, E, K
makan berlebihan. Semua ke seluruh tubuh.
kejadian tersebut, didiskusikan Asupan lemak pada dibatasi
dan dilaporkan kepada fasilitas sekitar 20-35 persen per hari,
pelayanan kesehatan dengan batas asupan lemak
khususnya ahli gizi. jenuh kurang dari 10 persen.
- Menu makan diputar selama Jenis lemak yang harus
siklus tiga minggu dan direvisi dihindari adalah lemak jenuh,
setidaknya enam bulanan seperti mentega dan gajih pada
untuk menghindari kebosanan. daging sapi maupun kulit
56
No Aktual Ideal Analisis Masalah
ayam. Kolesterol juga perlu
dibatasi di bawah 300 mg.
Asupan lemak omega 3 jiga
harus diperhatikan. Kebutuhan
omega 3 lansia adalah sebesar
1,6 gram (AKG, 2013).
57
No Aktual Ideal Analisis Masalah
yang kurang bervariasi. Selain
itu, pelaksaan pemberian gizi
seimbang pada lansia belum
optimal walaupun sudah
pernah diadakan penyuluhan
terkait kondisi tersebut
sehingga perlu adanya contoh
menu makanan bergizi dan
bervariasi yang dapat diikuti
oleh pihak panti. Selain itu,
tempat makan lansia sebaiknya
diganti oleh plato agar jumlah
porsi yang dihindangkan dapat
lebih mudah disesuaikan
mengikuti bentuk dalam plato.
58
No Aktual Ideal Analisis Masalah
kegiatan tersebut tidak ada hubungan sosial yang diinginkan Sedangkan pada hasil
kegiatan lain yang dilakukan dengan hubungan sosial yang pengkajian tanggal 15 Februari
lansia sehingga lansia banyak dimiliki (Brehm & Perlman, 2020, didapatkan data bahwa
yang hanya beristirahat dikamar, 2002). Masalah kesepian lebih masalah keperawatan risiko
tidakbersosialisasi sering terjadi pada lansia yang kesepian belum dilakukan
- Pemanfaatannya sarana tinggal di Panti Werdha akibat intervensi dan implementasi
penunjang untuk meningkatkan berpisah dengan keluarga, yang optimal untuk
kreatifitas lansia namun belum terlebih ketika keluarga tidak menyelesaikannya.
maksimal mampu merawat lansia. Pada
- Berdasarkan hasil pengkajian akhirnya, hal tersebut Seseorang yang menyatakan
tingkat kesepian lansia menyebabkan mereka harus dirinya kesepian biasanya
menggunakan kuesioner tinggal di panti werdha. Keadaan cenderung menilai dirinya
loneleness diperoleh hasil 15 ini dapat menambah perasaan sebagai individu yang tidak
(62,5%) lansia mengalami kesepian yang mereka alami dan berharga, tidak diperhatikan,
kesepian rendah, 4 (16,7%) lansia menimbulkan perasaan hampa dan tidak dicintai. Kesepian
mengalami kesepian sedang, dan (Herliawati et al, 2014). merupakan keadaan
5 (20,8%) lansia tidak mengalami menyakitkan dan akan muncul
kesepian Rasa kesepian akan semakin jika seseorang merasa tersisih
Data subjektif: terasa oleh lansia yang dari kelompoknya, tidak
- Berdasarkan hasil wawancara sebelumnya adalah seseorang diperhatikan oleh orang-orang
pada tanggal 15 Februari 2020 yang aktif mengikuti berbagai disekitarnya, tidak ada
pada salah satu petugas panti kegiatan yang berhubungan seseorang tempat berbagi rasa
menyatakan rasio jumlah petugas dengan orang banyak (Hurlock, dan pengalaman, terisolasi dari
panti tidak sebanding dengan 2000). Oleh karena itu, salah lingkungan, dan tidak
jumlah lansia. Penanggung jawab satu cara untuk mencegah dan mempunyai pilihan
59
No Aktual Ideal Analisis Masalah
di Bidang Kesehatan hanya 1 mengatasi kesepian pada lansia (Suardiman, 2011).
orang menangani 24 lansia dan adalah dengan mengadakan
hanya 2 petugas sosial yang kegiatan yang dapat mengisi Terdapat berbagai macam
tinggal 24 jam di PSTW Wisma waktu luang. terapi yang dapat dilakukan
Lansia “J Soenarti Nasution” Kegiatan yang dilakukan lansia untuk meningkatkan
untuk mendampingi dan idealnya dilakukan di dalam menurunkan risiko kesepian.
membantu kebutuhan dasar para maupun di luar ruangan, seperti Multi intervensi seperti terapi
lansia sehingga petugas panti menekuni kegemaran, melatih reminiscence, aktivitas fisik
tidak dapat setiap waktu dapat keterampilan, mengikuti dan permainan/kerajinan dapat
melaksanakan kegiatan/aktifitas kegiatan keagamaan, menonton dilakukan kepada lansia untuk
bersama lansia TV, dan berolah raga. Kegiatan menurunkan risiko kesepian.
yang bervariasi ini menyebabkan Barfarazi et al. (2018)
lansia bisa menikmati masa menunjukan bahwa terapi
tuanya dan tidak merasa bosan melukis dapat meningkatkan
serta kesepian. Dengan kebahagiaan pada lansia.
melakukan kegiatan di waktu Selain itu, terapi melukis juga
luang, lansia umumnya akan mampu mengurangi tingkat
merasa bahagia. Salah satu stress pada lansia (Setiana et
kegiatan yang dapat dilakukan al, 2017). Saat seseorang
lansia di tengah waktu senggang melakukan kegiatan dengan
adalah melukis. Kegiatan hati tenang dan senang, tubuh
melukis bagi lansia tidak terpicu untuk mengeluarkan
menekankan pada keindahan hormon endorphin yang dapat
karya yang dihasilkan, tetapi meningkatkan perasaan
lebih pada menumbuhkan rasa nyaman dan tenang sehingga
60
No Aktual Ideal Analisis Masalah
senang, mandiri, dan percaya otot-otot tubuh yang awalnya
diri (Febriyanti dan Suryanto, tegang akan mengendur
2017). (Mumpuni dan Wulandari,
2010).
61
No Aktual Ideal Analisis Masalah
Briggs Institute, 2011). Terapi merubah tingkat emosional
musik merupakan keterampilan pendengarnya. Terapi musik
yang diberikan oleh terapis yang berpotensi untuk memperbaiki
berpengalaman dan bersertifikasi keadaan mood pendengar dan
dalam bidang ini untuk mengurangi gejala depresi (The
mempromosikan, memelihara, Joanna Briggs Institute, 2011).
dan memulihkan mental, fisik, Dengan demikian, kegiatan
emosional, dan kesehatan bernyanyi sambil
(Canadian Association for Music mendengarkan musik bersama
Therapy. 2011). Terapi musik perlu diadakan untuk
merupakan salah satu terapi menurunkan risiko kesepian
komplementer yang sedang pada lansia.
dikembangkan untuk mengatasi
kesepian pada lansia. Selain itu,
terapi musik sendiri memiliki
beberapa kelebihan seperti
mudah untuk dilakukan, efisien,
dan tidak membahayakan lansia
dari segi kesehatan fisik. Terapi
musik dilakukan dengan
kegiatan yang telah terjadwal
sebelumnya sebanyak 5 sesi
pertemuan yang terdiri dari
bernyanyi, berjoget, dan
mendengarkan lagu. Selain itu,
62
No Aktual Ideal Analisis Masalah
pemandu terapi musik sebaiknya
adalah terapis yang berusia lebih
muda karena generasi muda
yang penuh semangat akan
membimbing lansia dalam
membangkitkan mood,
meningkatkan rasa bahagia, serta
meningkatkan konsentrasi dan
motivasi sehingga vitalitas dan
komunikasi sosial lansia
perlahan-lahan akan ikut
mengalami perbaikan (Trappe,
2012).
Menonton :
Salah satu terapi non Menonton :
farmakologi yang dapat Berdasarkan hasil kajian
dilakukan untuk mengatasi situasi, lansia di YPAB Wisma
kesepian adalah menonton film Lansia “J Soenarti Nasution”
komedi bersama.. Terapi Humor sudah memiliki jadwal
(Humor Therapy) adalah terapi menonton komedi bersama di
yang menggunakan humor papan jadwal kegiatan namun
sebagai bahan terapinya, untuk aktivitas ini belum terlaksana
mengurangi rasa sakit fisik atau secara optimal. Padahal Terapi
emosional dan stres. Terapi menonton film humor dapat
humor mengurangi ketegangan membuat lansia menjadi lebih
63
No Aktual Ideal Analisis Masalah
otot dan saraf, memperlancar rileks dan bahagia. Perasaan
peredaran darah, mendorong bahagia disebabkan karena
relaksasi dan menurunkan pelepasan hormon endorphin
tekanan darah tinggi, serta yang bekerja untuk mencegah
mengurangi stres dan pelepasan kortisol penyebab
meningkatakan mood (Tse. stres. Pemberian terapi ini
Mimi, dkk. 2010). Terapi humor dapat diberikan secara kontinu
dapat dilakukan dengan untuk menghibur lansia agar
menggunakan berbagai jenis tidak kesepian dan menambah
media humor seperti membaca harapan hidup pada lansia.
buku lucu, film lucu, kaset video
CD, dan lain – lain
(Wiese,2011). Terapi humor
dengan cara menonton video Kegiatan-kegiatan yang telah
humor lucu dapat dilakukan direncanakan untuk
selama 30-45 menit per hari/ mengurangi kesepian pada
Terapi menonton film humor lansia dapat dimasukkan ke
dapat membuat lansia menjadi dalam timeline kegiatan
lebih rileks dan bahagia. sehingga pelaksaan kegiatan
Perasaan bahagia disebabkan dapat lebih terjadwal.
karena pelepasan hormon
endorphin yang bekerja untuk
mencegah pelepasan kortisol
penyebab stres. Pemberian terapi
ini dapat diberikan secara
64
No Aktual Ideal Analisis Masalah
kontinu untuk menghibur lansia
agar tidak kesepian dan
menambah harapan hidup pada
lansia.
65
BAB IV
PLANNING OF ACTION
66
Hasil Strategi Penanggung
Rencana Metode Pihak
Analisis Masalah Pemecahan Tujuan Sasaran Tanggal Jawab
Kegiatan dan Media Terkait
SWOT Masalah Kegiatan
- Kebiasaan - Diskusi Ceramah, Pihak Petugas 22/02/ Laras
cuci tangan dengan pihak tanya jawab panti panti 2020
yang baik dan panti YPAB J.
benar mengenai Soenarti
- Persamaan pengadaan
persepsi sabun cuci
berkaitan tangan,
dengan pengadaan
pengawasan poster
minum obat langkah cuci
lansia tangan di
- Kepatuhan setiap
lansia dalam wastafel
mengonsumsi - Pendidikan Demonstrasi Lansia Petugas 18/02/2020 Marisa
obat kesehatan dengan panti
Tujuan jangka mengenai 6 media poster YPAB J.
pendek : langkah cuci Soenarti
- Lansia dapat tangan
mempraktikan kepada lansia
langkah- - Diskusi Ceramah, Pihak Petugas 22/02/2020 Delli
langkah cuci dengan pihak tanya jawab panti panti
tangan panti YPAB J.
- Petugas panti mengenai Soenarti
dapat sosialisasi
mengawasi kepada
lansia dalam petugas
67
meminum untuk
obat pengawasan
- Peningkatan lansia dalam
kepatuhan mengonsumsi
lansia dalam obat
mengonsumsi - Pendidikan Ceramah dan Lansia Petugas 22/02/2020 Dewi
obat kesehatan tanya jawab panti
mengenai dengan YPAB J.
kepatuhan media Soenarti
meminum powerpoint
dan leaflet
obat kepada
lansia yang
mengonsumsi
Ketidakefektifan Tujuan Diskusi dengan Tanya Pihak Petugas 22/02/2020 Siska, Hari
manajemen : Jangka pihak panti jawab panti panti
pemenuhan gizi Pendek : mengenai YPAB
seimbang Terlaksananya menu makan Wisma
persamaan untuk lansia Lansia
persepsi untuk Diskusi tentang J.Soenarti
pengawasan perlunya Nasution
dan menu gizi pengawasan
yang seimbang bumbu (garam)
untuk lansia terutama pada
penderita
hipertensi
Diskusi tempat
makan yang
ada sekatnya
Ketidakefektifan Tujuan jangka Melakukan Demonstrasi Lansia Petugas 17 Feb Anne
asuhan risiko panjang : kegiatan harian dan praktik panti 2020
68
kesepian Lansia tidak yaitu : Jalan YPAB J.
merasa pagi keliling Soenarti
kesepian komplek
Melakukan 18 Feb Delli
Tujuan jangka kegiatan harian 2020
pendek : yaitu : senam
Terlaksananya cuci tangan
kegiatan harian Melakukan 19 Feb Nurul
untuk mengisi kegiatan 2020
waktu luang bulanan yaitu
dan pengajian
meningkatkan Melakukan 20 Feb Aulia
aktivitas harian kegiatan harian 2020
lansia yaitu : senam
otak dan games
Melakukan 21 Feb Suci
kegiatan harian 2020
yaitu : Melukis
Melakukan 22 Feb Vici
kegiatan harian 2020
yaitu : karoke
dan nonton
bareng
69
4.2 Implementasi dan Evaluasi Manejemen Panti Werdha J. Soenarti Nasution
Tabel 4.2 Implementasi dan Evaluasi
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
1. Ketidakefektifan 1. Mendiskusikan Sabtu, Belum terlaksana
Pelaksanaan dengan pihak 22/02/2020
International panti terkait
Patient Safety dengan
Goals (IPSG) ; pengadaan
Identifikasi gelang identitas
pasien, yang dilengkapi
Kewaspadaan dengan nama
obat, dan lansia, nama
Penurunan risiko panti, dan nomor
infeksi telepon yang
bisa dihubungi.
2. Mendiskusikan Sabtu, Belum terlaksana
dengan pihak 22/02/2020
panti mengenai
pengadaan sabun
cuci tangan,
pengadaan
poster langkah
cuci tangan di
setiap wastafel
3. Memberikan Selasa, Terlaksana Setelah dilakukan Pelaksaan senam Melanjutkan
pendidikan 18/02/2020 pendidikan cuci tangan senam cuci tangan
kesehatan kesehatan berlangsung setiap hari agar
mengenai 6 mengenai 6 dengan baik, lansia lansia dapat
70
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
langkah cuci langkah cuci dapat mengikuti mengingat
tangan dan tangan dengan langkah-langkah langkah-langkah
demonstrasi lansia di YPAB yang diberikan dan cuci tangan tanpa
senam cuci Wisma Lansia “J. lansia yang diinstruksikan
tangan yang Soenarti mengikuti senam kembali.
diiringi musik di Nasution”, lansia cuci tangan
YPAB J. mengatakan dapat sebanyak 15 orang.
Soenarti mengetahui
Nasution langkah-langkah
cuci tangan dan
lansia mampu
mengikuti senam
cuci tangan yang
diberikan
4. Mendiskusikan Sabtu, Belum terlaksana
dengan pihak 22/02/2020
panti mengenai
sosialisasi
kepada petugas
untuk
pengawasan
lansia dalam
mengonsumsi
obat
5. Melakukan Minggu, Terlaksana Kegiatan Lansia yang Setelah
pendidikan 23/02/2020 pendidikan mengikuti dilakukan
kesehatan kesehatan kegiatan tersebut pendidikan
mengenai terlaksana sebanyak 18 kesehatan,
kepatuhan
71
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
meminum obat dengan baik. orang dari 24 perawat
kepada lansia Lansia mengikuti lansia. Setelah menganjurkan
yang kegiatan diberikan pihak panti untuk
mengonsumsi pendidikan evaluasi pada tetap
obat secara rutin kesehatan akhir sesi memberikan
tersebut secara pendidikan pengawasan
antusias. Dalam kesehatan, lansia dalam minum
kegiatan mampu obat pada lansia.
pendidikan menjawab Selain itu,
kesehatan pertanyaan yang catatan minum
tersebut, terdapat diberikan. Lansia obat lansia juga
5 lansia yang yang mengikuti perlu dibuat
mengajukan kegiatan tersebut untuk
pertanyaan mengatakan mengetahui
kepada senang dan apakah lansia
presentator. berterima kasih sudah minum
karena obat sesuai
mendapatkan jadwalnya atau
ilmu baru tentang belum.
pentingnya
kepatuhan
minum obat.
72
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
untuk lansia
2. Mendiskusikan Sabtu, Belum terlaksana
tentang perlunya 22/02/2020
pengawasan
bumbu (Garam)
terutama pada
penderita
hipertensi
3. Mendisukusikan Sabtu, Belum terlaksana
penggunaan 22/02/2020
tempat makan
stainless yang
ada penyekat
diantaranya
3. Ketidakefektifan 1. Melakukan Senin, Terlaksana Kegiatan jalan Lansia yang Melakukan follow
Manajemen aktivitas pagi 17/02/2020 sampai dapat mengikuti jalan up dan evaluasi
Asuhan Risiko dengan berjalan- terlaksana dengan pagi sebanyak 10 mengenai berjalan-
Kesepian pada jalan keliling baik. Lansia yang lansia, seluruh jalan keliling
Lansia. komplek dengan mengikuti jalan lansia mengatakan komplek sebagai
lansia yang ingin santai tampak senang mengikuti salah satu upaya
mengikuti antusias. Dalam jalan pagi. untuk mengurangi
perjalanan, rasa bosan dan
beristirahat di kesepian yang
salah satu taman di dirasakan lansia di
dalam komplek. YPAB J. Soenarti
Nasution
2. Melakukan Rabu, Terlaksana Kegiatan pengajian Lansia yang Melakukan follow
pengajian 19/02/2020 dapat terlaksana mengikuti kegiatan up dan evaluasi
bersama lansia, sebagian besar pengajian mengenai kegiatan
73
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
petugas panti lansia mengikuti sebanyak 22 orang. pengajian rutin
dan ibu-ibu yang pengajian. Lansia Mahasiswa yang sebagai upaya
ada di wilayah tampak mendampingi 5 untuk
panti yang rutin memperhatikan isi orang. Sebagian meningkatkan
diadakan tiap 1 ceramah meskipun lansia mengatakan spiritualitas lansia
bulan sekali. sebagian lansia ngantuk dan dan risiko kesepian
Pengajian mengalami mengatakan tidak yang dirasakan
bersama dengan gangguan kedengaran pada lansia YPAB J.
lansia dan ibu- penurunan proses ceramah. Soenarti Nasution
ibu pengajian pendengaran. Sebagian lansia
disekitar wilayah mengatakan
panti. pengajian dapat
meningkatkan
spiritual dan
keimanan lansia
yang ada di panti.
3. Melakukan Kamis, Terlaksana Saat diakukan Lansia yang Kegiatan bermain
kegiatan 20/02/2020 kegiatan bermain, mengikuti dapat dilakukan
bermain dengan lansia tampak permainan setiap hari untuk
cara antusias dan sebanyak 13 orang. mengurangi rasa
menggilirkan mampu megikuti Seluruh lansia jenuh dan dapat
bola diiringi instruksi yang tampak antusia digunakan sebagai
musik, diberikan dan dengan permainan. cara untuk
memperkenalkan dapat menyebutkan meningkatkan rasa
diri, salah satu kebersamaan dan
memperkenalkan temannya serta kegiatan bermain
teman, dan mendeskripsikan dapat dimodifikasi
mendeskripsikan orang tersebut, dengan permainan
teman. permainan lain agar kegiatan
74
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
berlangsung bermain dapat
dengan baik dan bervariasi.
lancar.
4. Melakukan Kamis, Terlaksana Pada saat Lansia yang Senam otak
senam otak 20/02/2020 dilakukan senam mengikuti senam dilakukan setiap
setelah senam otak, lansia tampak otak sebanyak 12 hari setelah sesi
pagi antusias. Masing- lansia, 7 senam pagi
masing mahasiswa diantaranya dapat dilakukan.
ikut membantu mengikuti senam
lansia dalam lansia dengan baik,
mengikuti gerakan sedangkan 5
senam otak. lainnya mengalami
keterlambatan atau
bahkan tidak bisa
mengikuti sama
sekali.
5. Melakukan Jumat, Terlaksana Kegiatan jumat Lansia yang Kegiatan jumat
jumat bersih 21/02/2020 bersih dapat mengikuti kegiatan bersih dapat terus
dengan terlaksana dengan tersebut sebanyak dilanjutkan
membersihkan baik. Lansia 6 orang dari 24 misalnya dalam
area taman mengikuti kegiatan lansia. Lansia yang sebulan 1 kali
bersama lansia jumat bersih mengikuti kegiatan supaya dapat
dengan tersebut meningkatkan
membersihkan dan mengatakan puas aktivitas lansia
merapikan taman dan senang karena selama di panti dan
di depan panti. taman di menambah
Tidak semua lansia halamannya keakraban sesama
ikut mencabut menjadi bersih dan lansia
rumput dan rapih.
75
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
memotong
tanaman yang
sudah layu, namun
menyesuaian
dengan
kemampuan lansia
tersebut.
6. Melakukan Jumat, Terlaksana Pada saat Lansia yang Kegiatan melukis
terapi okupasi: 21/02/2020 dilakukan terapi mengikuti terapi dapat ditambahkan
melukis bersama melukis, lansia melukis sebanyak ke dalam daftar
lansia di YPAB yang mengganggap 12 orang. Delapan kegiatan yang
J. Soenarti dirinya mampu di antaranya dapat dapat dilakukan
Nasution menggambar mengikuti kegiatan lansia sehari-hari
tampak antusias dengan baik, untuk membantu
mengikuti kegiatan sedangkan 4 lansia mengurangi
dan menceritakan lainnya mengalami rasa bosan dan
gambarnya. kesulitan untuk kesepian. Kegiatan
Namun, lansia mengikuti seluruh ini dapat
yang mengganggap sesi karena 1 orang membantu
dirinya tidak mengalami meningkatkan
mampu hambatan kebahagian
menggambar pendengaran, 1 terutama kepada
tampak orang tidak mampu lansia yang
kebingungan untuk melihat, 1 orang memiliki
memulai tiba-tiba merasa kegemaran
menggambar. pusing, dan 1 melukis.
Selama orang enggan
berlangsungnya mengikuti
kegiatan, setiap kegiatan.
76
Evaluasi Rencana Tindak
No Masalah Implementasi Waktu
Keterlaksanaan Evaluasi proses Evaluasi hasil Lanjut
lansia ditemani
oleh satu
mahasiswa.
Kegiatan berjalan
dengan lancar.
7. Melakukan Sabtu, Belum terlaksana
kegiatan rekreasi 22/02/2020
dengan
menonton film
bersama
77
78
Waktu :
Tempat :
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan pendidikan kesehatan terkait pentingnya
kepatuhan dalam meminum obat pada lansia diharapkan lansia dapat
mengetahui pentingnya kepatuhan meminum obat.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan kegiatan pendidikan kesehatan kepada lansia di
Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda, lansia mampu :
1. Menyebutkan pentingnya kepatuhan minum obat
2. Menyebutkan hal-hal yang harus dipertahatikan agar obat dapat
bekerja secara optimal
4. Strategi
Kolaborasi aktif bersama lansia untuk pelaksanaan waktu pendidikan
kesehatan.
5. Kegiatan
a. Tahap Pra Pelaksanaan
1. Melakukan kontrak waktu akan dilaksanakan pendidikan kesehatan
kepada lansia.
2. Melakukan pre-test mengenai pentingnya kepatuhan minum obat
pada lansia.
b. Tahap Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan kegiatan
Penanggung
Waktu Durasi Kegiatan
Jawab
21-02- a. Pendidikan kesehatan Reina, Anne,
2020 5’ mengenai pentingnya Nurul
kepatuhan dalam minum
obat dan hal hal yang harus
diperhatikan saat minum
obat
5’ b. Pembukaan oleh MC
15’ c. Pre-test terkait pentingnya
kepatuhan minum obat dan
83
Penanggung
Waktu Durasi Kegiatan
Jawab
hal hal yang harus
diperhatikan saat minum
obat
5’ d. Melaksanakan pendidikan
kesehatan mengenai
pentingnya kepatuhan dalam
minum obat dan hal hal yang
harus diperhatikan saat
minum obat
5’ e. Melakukan post test terkait
pentingnya kepatuhan
minum obat dan hal hal yang
harus diperhatikan saat
minum obat
f. Penutup
21-02- 30’ Penyediaan tempat khusus Reina, Anne,
2020 untuk untuk penyimpanan obat Nurul
dan label identitas lansia.
c. Pasca Pelaksanaan
1. Evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya
kepatuhan dalam minum obat dan hal hal yang harus diperhatikan
saat minum obat
2. Pendokumentasian selama pelaksanaan kegiatan
3. Membuat laporan
6. Indikator Output/Outcome
Diharapkan petugas panti dan lansia dapat memahami mengenai
pentingnya kepatuhan dalam minum obat dan hal hal yang harus
diperhatikan saat minum obat.
7. Evaluasi
Mengevaluasi jalannya kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya
kepatuhan dalam minum obat dan hal hal yang harus diperhatikan saat
minum obat.
a. Proses
84
tersedianya sabun cuci tangan. Sehingga, senam cuci tangan dirasa perlu
dilakukan untuk mencegah penyakit dan mencegah resiko infeksi.
3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan senam cuci tangan pada lansia diharapkan lansia
dapat mengetahui cara cuci tangan yang benar.
b. Tujuan Khusus
Setelah dilaksanakan kegiatan senam cuci tangan kepada lansia di
Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda, lansia mampu :
1. Menyebutkan pentingnya mencuci tangan
2. Menyebutkan mempraktikan kembali langkah cuci tangan
3. Menerapkan cuci tangan yang benar setiap hari
4. Strategi
Pemberian materi dilaksanakan dengan metode demonstrasi melalui
senam cuci tangan dan diiringi oleh musik.
5. Kegiatan
a. Tahap Pra Pelaksanaan
1. Melakukan kontrak waktu akan dilaksanakan senam pagi kepada
lansia.
2. Melakukan pre-test terkait langkah cuci tangan sebelum
dilaksanakan senam cuci tangan.
b. Tahap Pelaksanaan
Jadwal pelaksanaan kegiatan
Penanggung
Waktu Durasi Kegiatan
Jawab
18-02-2020 Senan cuci tangan Marisa, Delli
5’ 1. Pre test terkait langkah
cuci tangan sebelum
dilaksanakan senam
cuci tangan
10’ 2. Melaksanakan kegiatan
senam cuci tangan
bersama lansia
88
Penanggung
Waktu Durasi Kegiatan
Jawab
5’ 3. Post test terkait
langkah cuci tangan
setelah dilaksanakan
senam cuci tangan.
5’ 4. Penutup
c. Pasca Pelaksanaan
1. Evaluasi kegiatan pendidikan kesehatan mengenai pentingnya cuci
tangan
2. Pendokumentasian selama pelaksanaan kegiatan
3. Membuat laporan
6. Indikator Output/Outcome
Diharapkan petugas panti dan lansia dapat mempraktekan cuci tangan.
7. Evaluasi
Mengevaluasi jalannya kegiatan penyuluhan mengenai pentingnya cuci
tangan.
a. Proses
1. Berjalannya kegiatan sesuai dengan rundown yang telah disusun.
2. Lansia mengikuti gerakan senam cuci tangan.
3. Lansia tampak memahami dan antusias mempraktekan cuci tangan.
b. Hasil
1. Penyuluhan mengenai pentingnya cuci tangan
2. Lansia menyebutkan dan mempraktekan langkah-langkah cuci
tangan
8. Penanggungjawab
Ketua Pelaksana :
9. Waktu : 18 Februari 2020
10. Tempat
Yayasan Pembinaan Asuhan Bunda (Panti Werdha J. Soenarto
Nasution)
89
90
11. Pembiayaan
Dana Mahasiswa
12. Standar Kegiatan
a. Pra Pelaksanaan
1. Membuat laporan pre planning.
2. Melakukan pre test terkait langkah cuci tangan sebelum
dilaksanakan senam cuci tangan.
b. Pelaksanaan
1. Melakukan pre test terkait langkah cuci tangan sebelum
dilaksanakan senam cuci tangan.
2. Melaksanakan kegiatan senam cuci tangan bersama lansia
3. Post test terkait langkah cuci tangan setelah dilaksanakan senam
cuci tangan.
c. Pasca Pelaksanaan
1. Evaluasi pelaksaan kegiatan senam cuci tangan
2. Mendokumentasikan hasil kegiatan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Laju pertumbuhan penduduk terus bertambah dari tahun ke tahun, begitu
pula dengan kelompok usia lanjut. Menurut Kemenkes (2017), di Indonesia
diperkirakan pada tahun 2020 terdapat 27,08 juta jiwa penduduk usia lanjut
atau lansia. Lansia ada yang tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha atau PSTW
ada pula yang tinggal di rumah. Lansia yang tinggal di PSTW memiliki alasan
tersendiri untuk tinggal di PSTW. PSTW Yayasan Pembinaan dan Asuhan
Bunda Wisma Lansia J. Soenarti Nasution merupakan salah satu panti werdha
yang berada di Kota Bandung.
Kajian situasi dan wawancara dengan salah satu petugas panti yang telah
dilakukan pada tanggal 14-17 Februari 2020, didapatkan hasil bahwa pernah
terdapat fenomena/kejadian salah satu lansia pergi meninggalkan panti dan
tidak tahu alamat maupun nama panti untuk pulang. Sehingga lansia tersebut
diantarkan oleh Satpol Pamong Praja dengan mengunjungi Panti Werdha yang
berada di Kota Bandung. Tidak adanya identitas yang melekat atau dibawa oleh
lansia, menjadi kesulitan bagi petugas atau orang lain yang menemukan lansia
tersebut. Oleh karena itu, perlu adanya optimalisasi pelayanan panti dengan
melakukan manajemen yang tepat bagi lansia.
Berdasarkan hasil kajian situasi dan wawancara yang telah dilakukan
tersebut, ditegakkan tiga diagnosa antara lain : ketidakefektifan pelaksanaan
International Patient Safety Goals / IPSG (identitas, pengawasan minum obat
dan cuci tangan), pemenuhan gizi seimbang, dan ketidakefektfan asuhan resiko
kesepian.
Intervensi yang dilakukan atau direncanakan untuk ketiga diagnosa
tersebut, telah dikoordinasikan dengan pihak pengurus panti yakni mengenai
gelang identitas, pengaturan menu makan seimbang dan penggunaan garam,
91
dan
92
93
Angelini, L. (2013). Designing a Desirable Smart Bracelet for Older Adults, 425–
433.
Department of Health, Social Services and Public Safety. 2015. Care Standars for
Nursing Home.
Fajarwanti, F., Setyowati, S., Tifauzah, N., & Tifauzah, N. (2017). Pengaruh
Modifikasi Alat Saji Makanan Terhadap Sisa Makanan Diit Nasi Biasa pada
Pasien Kelas III di RSUD Wonosari (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Yogyakarta).
Indira, Arti. 2018. Panduan Lengkap Menjaga Gizi Lansia. Jakarta: Hello Sehat.
94
95
Marini, L., & Hayati, S. (2009). Pengaruh Dukungan Sosial Terhadap Kesepian
Pada Lansia di Perkumpulan Lansia Habibi dan Habibah.
Ruby, D., Tafwidhah, Y., & Hidayah, M. (2015). Pengaruh Pendidikan Kesehatan
dengan Metode Audiovisual Terhadap Pelaksanaan Cuci Tangan Pakai Sabun
pada Anak Usia Prasekolah Di TK Al Adabiy Kota Pontianak. Jurnal Proners, 3
(1) –14.
Septiarani, N., Rahmayanti, S., & M. Budi Santoso, M. (2017). Pengaruh Metode
Pembelajaran Bernyanyi Terhadap Pelaksanaan Cuci Tangan Pada Anak
Usia Prasekolah Di RA Baiturrahim Cibeber Cimahi Tahun 2017. Jurnal
Kesehatan Kartika, 12 (2), 37 – 47.
97
1. Timeline Kegiatan
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
17 18 19 20 21 22 23
Impleme Implemen Implemen Implemen Impleme Implemen Libur
ntasi dan tasi dan tasi dan tasi dan ntasi dan tasi dan
evaluasi: evaluasi: evaluasi: evaluasi: evaluasi: evaluasi:
- Jalan - Pendidik - Pengajian - Senam - Senam - Senam
pagi an rutin otak dan cuci cuci
keliling kesehata bersama permain- tangan tangan
komplek n6 lansia an (PJ: (PJ: (PJ:
bersama langkah dan ibu- Reina) Marissa) Delli)
lansia cuci ibu - Senam - Senam - Senam
tangan pengajian cuci otak otak
(PJ : - Senam disekitar tangan (PJ: (PJ:
Anne) cuci YPAB J. (PJ: Intan) Saepul)
tangan Soenarti Delli) - Jumat - Menonto
bersih n film
(PJ : (PJ : (PJ: bersama
Delli, Nurul) Dewi) (PJ:
Marissa) - Terapi Vici)
okupasi: - Melanjut
melukis kan
(PJ: diskusi
Suci) dengan
- Diskusi pihak
dengan panti
pihak (PJ :
panti Faaizah.
(PJ : Laras.
Faaizah Siska,
Laras, Pak
Siska, Hari)
Pak
Hari)
24 25 26
Impleme Persiapan Seminar
ntasi dan seminar akhir
evaluasi: manajeme
- Diskusi n asuhan
dengan
Pak
Soegan
di
PJ :
Senin Selasa Rabu Kamis Jum’at Sabtu Minggu
Aulia