Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fajar Dwi Agung

Nim : 821419123

Kelas : C-S1 Farmasi 2019

TUGAS II PENETRASI KEBUDAYAAN

1. Pengertian Penetrasi Kebudayaan

Pengertian Penetrasi

Kata penetrasi dalam Bahasa Inggris penetration berasal dari kata Latin penetrare,
yang menggabungkan penes (“inside“) dan intrare (“to enter“). Kata tersebut paling sering
diartikan dengan menembus untuk menggambarkan masuk atau meresap. Penetrasi juga
dapat berarti menguraikan atau memahami.

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia

Penterasi artinya penembusan, penerobosan, atau perembesan. Contohnya yaitu


‘penetrasi kebudayaan luar mempengaruhi daerah itu’.

Yang dimaksud dengan penetrasi kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu


kebudayaan ke kebudayaan lainnya atau penetrasi dapat diartikan sebagai masuknya unsur-
unsur kebudayaan asing secara paksa, sehingga dapat merusak kebudayaan lama yang di
datangi. Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara:

 Penetration pasipique

Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh


kebudayaan Hindu dan Islam ke Indonesia. Penerimaan kedua macam kebudayaan tersebut
tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya masyarakat setempat.
Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan hilangnya unsur-unsur asli budaya
masyarakat.

 Penetration violante

Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya,


masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan
sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam
masyarakat.

Jika kebudayaan baru yang masuk seimbang dengan kebudayaan setempat yang sudah
ada, maka masing-masing kebudayaan hampir tidak mengalami perubahan atau tidak saling
mempengaruhi satu sama lain, inilah yang dinamakan dengan hubungan simbiotik.

Contoh Penterasi Kebudayaan

Selain untuk konteks yang berkaitan dengan kebudayaan, kata penetrasi dapat
diaplikasikan dalam berbagai konteks yang lainnya. Berikut ini contoh penggunaan kata
penetrasi, diantaranya yaitu:

 Budaya
Penetrasi kebudayaan berarti masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke dalam
kebudayaan lain. Dapat dikatakan juga bahwa penetrasi budaya adalah penggabungan budaya
dan bahasa lain ke dalam budaya dan bahasa yang dimiliki masyarakat. Dalam studi ini,
contohnya berfokus pada budaya Barat yang menembus budaya negara-negara lainnya.

 Pasar

Sofyan Assauri berpendapat bahwa penetrasi pasar ialah usaha perusahaan untuk
meingkatkan penjualannya atas produk dan pasar yang telah tersedia melalui usaha-usaha
pemasaran yang lebih agresif.

Penetrasi pasar mengacu pada keberhasilan penjualan produk atau layanan di pasar
tertentu. Ini diukur dengan jumlah volume penjualan barang atau jasa yang ada dibandingkan
dengan total target pasar untuk produk atau layanan tersebut. Penetrasi pasar adalah kunci
untuk strategi pertumbuhan bisnis yang berasal dari Matriks Ansoff (Richardson, M., &
Evans, C. (2007).

2. Pengaruh Kebudayaan yang terjadi di lingkungan

Budaya yang dikembangkan oleh manusia akan berimplikasi pada lingkungan tempat
kebudayaan itu berkembang. Suatu kebudayaan memancarkan suatu ciri khas dari
masyarakatnya yang tampak dari luar, artinya orang asing. Dengan menganalisis pengaruh
akibat budaya terhadap lingkungan seseorang dapat mengetahui, mengapa suatu lingkungan
tertentu akan berbeda dengan lingkungan lainnya dan menghasilkan kebudayaan yang
berbeda pula.

Usaha untuk menjelaskan perilaku manusia sebagai perilaku budaya dalam kaidah
dengan lingkungannya, terlebih lagi perspektif lintas budaya akan mengandung banyak
variable yang saling berhubungan dalam keseluruhan sistem terbuka. Pendekatan yang saling
berhubungan dengan psikologi lingkungan adalah pendekatan sistem yang melihat rangkaian
sistemik antara beberapa subsistem yang ada dalam melihat kenyataan lingkungan total yang
melingkupi satuan budaya yang ada.

Beberapa variable yang berhubungan dengan masalah kebudayaan dan lingkungan


sebagai berikut:
1. Physical Environment, menunjuk pada lingkungan natural, seperti temperature, curah
hujan, iklim, wilayah geografis, flora, dan fauna.
2. Cultural Social Environment, meliputi aspek – aspek kebudayaan beserta proses
sosialisasi seperti: norma – norma, adat istiadat, dan nilai – nilai.
3. Environmental Orientation and Representation, mengacu pada persepsi dan
kepercayaan kognitif yang berbeda – beda pada setiap masyarakat mengenai
lingkungannya.
4. Environment Behavior and Process, meliputi bagaimana masyarakat menggunakan
lingkungan dalam hubungan sosial.
5. Out Carries Product, meliputi hasil tindakan manusia seperti membangun rumah,
komunitas, kota beserta usaha – usaha manusia dalam memodifikasi lingkungan fisik
seperti budaya pertanian, dan iklim.
Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan yang berlaku dan
dikembangkan dalam lingkungan tertentu berimplikasi terhadap pola tata laku, norma, nilai
dan aspek kehidupan lainnya yang akan menjadi ciri khas suatu masyarakat dengan
masyarakat lainnya.

3. Perbedaan antara Difusi Kebudayaan dan Asimilasi Kebudayaan disertai


contohnya
 Difusi adalah penyebaran unsur-unsur kebudayaan dari satu lingkup kebudayaan ke
lingkup kebudayaan lainnya.
 Asimilasi adalah pembauran dua kebudayaan yang disertai dengan hilangnya ciri khas
kebudayaan asli sehingga membentuk kebudayaan baru.

a. Difusi (Penyebaran)

Difusi adalah suatu proses menyebarnya unsur-unsur kebudayaan dari satu kelompok
ke kelompok lainnya atau dari satu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Difusi dinyatakan sebagai proses penyebaran atau perembesan suatu unsur
kebudayaan dari satu pihak kepada pihak lain. W.A. Haviland menyatakan bahwa difusi
adalah penyebaran kebiasaan atau adat istiadat dari kebudayaan satu kepada kebudayaan lain.
Proses difusi berlangsung menggunakan teknik meniru atau imitasi. Meniru lebih mudah
daripada menciptakan sendiri, terutama tentang hal-hal yang baru.

Beberapa contoh proses terjadinya difusi, di antaranya sebagai berikut.

1. Unsur-unsur budaya timur dan barat yang masuk ke Indonesia dilakukan dengan
teknik meniru. Misalnya, penyebaran agama Islam melalui media perdagangan,
berikut cara berdagang yang jujur, dan model pakaian yang digunakan, lambat laun
ditiru oleh masyarakat.
2. Cara berpakaian para pejabat kolonial Belanda ditiru oleh penguasa pribumi.
3. Cara orang Minangkabau membuka warung nasi dan cara orang Jawa membuka
warung tegal.
4. Cara makan yang dilakukan orang Eropa dengan menggunakan sendok ditiru oleh
orang Indonesia.

b. Pembauran (Asimilasi)

Pembauran merupakan padanan kata dari istilah asimilation; merupakan proses


perubahan kebudayaan secara total akibat membaurnya dua kebudayaan atau lebih sehingga
ciri-ciri kebudayaan yang asli atau lama tidak tampak lagi. Menurut Koentjaraningrat,
pembauran adalah suatu proses sosial yang terjadi pada berbagai golongan manusia dengan
latar kebudayaan yang berbeda. Setelah mereka bergaul dengan intensif, sifat khas dari unsur-
unsur kebudayaan masing-masing berubah menjadi unsur kebudayaan campuran.

Proses pembauran baru dapat berlangsung jika ada persyaratan tertentu yang
mendukung berlangsungnya proses tersebut. Harsojo menyatakan bahwa dalam pembauran
dipengaruhi oleh beberapa faktor, di antaranya sebagai berikut.
1. Faktor Pendorong Asimilasi
a) Toleransi adalah saling menghargai dan membiarkan perbedaan di antara setiap
pendukung kebudayaan yang saling melengkapi sehingga mereka akan saling
membutuhkan.
b) Simpati adalah kontak yang dilakukan dengan masyarakat lainnya didasari oleh rasa
saling menghargai dan menghormati. Misalnya dengan saling menghargai orang asing
dan kebudayaan nya serta saling mengakui kelemahan dan kelebihannya akan
mendekatkan masyarakat yang menjadi pendukung kebudayaan-kebudayaan tersebut.
c) Adanya sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di dalam masyarakat. Misalnya
dapat diwujudkan dalam kesempatan untuk menjalani pendidikan yang sama bagi
golongan-golongan minoritas, pemeliharaan kesehatan, atau penggunaan tempat-
tempat rekreasi.
d) Adanya perkawinan campuran (amalgamasi). Perkawinan campuran dapat terjadi di
antara dua kebudayaan yang berbeda, baik dari asal suku bangsa maupun tingkat
sosial ekonomi.
e) Adanya persamaan unsur-unsur kebudayaan yang terdapat dalam setiap kebudayaan
menyebabkan masyarakat pendukungnya merasa lebih dekat satu dengan yang
lainnya.

2. Faktor Penghambat Asimilasi


a) Fanatisme dan prasangka, melahirkan sikap takut terhadap kebudayaan lain yang
umumnya terjadi di antara masyarakat yang merasa rendah (inferior) dalam
menghadapi kebudayaan luar yang lebih tinggi (superior). Contohnya, suku-suku
bangsa terasing seperti orang Kubu di Sumatra, orang Baduy di Jawa Barat, dan suku-
suku terasing di Irian/Papua. Prasangka yang timbul itu membuat mereka menutup
diri terhadap masuknya budaya baru.
b) Kurangnya pengetahuan kebudayaan yang menyebabkan sikap toleransi dan simpati
yang kurang berkembang antara suku bangsa.
c) Perasaan superioritas yang besar pada individu-individu dari satu kebudayaan
terhadap kebudayaan masyarakat lain. Contohnya, antara masyarakat kolonial dan
masyarakat pribumi sehingga integrasi yang terjalin antara yang menjajah dan yang
dijajah tidak berkembang.
d) Terisolasinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam masyarakat yang akan
berakibat pada tidak adanya kebebasan untuk bergaul dengan masyarakat luar.
Sebaliknya, orang luar kurang memahami kebudayaan masyarakat tersebut sehingga
menimbulkan prasangka yang dapat menghalangi berlangsungnya proses pembauran.
e) Adanya in-group yang kuat. In-group feeling, artinya suatu perasaan yang kuat sekali
bahwa individu terikat pada kelompok dan kebudayaan kelompok yang bersangkutan.
Misalnya, golongan minoritas Arab dan Tionghoa di Indonesia yang memperlihatkan
perbedaan-perbedaan yang tajam dengan orang Indonesia asli. Pelaksanaan pergantian
nama orang Tionghoa dengan nama Indonesia tidak banyak membawa hasil untuk
mengintegrasikan mereka ke dalam masyarakat Indonesia jika in-group feeling tidak
diatasi lebih dulu.

Anda mungkin juga menyukai