Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN TUTORIAL

BLOK 19 MODUL 1 "REKAM MEDIK "

Kelompok 1

Tutor: drg. Dhita Noviantika

Ketua: Deana Fricia

Sekretaris Papan: Anita Surya Ananda

Sekretaris Meja : Zakiya Chaleda Zia

Nama Anggota:

Laura Jasanddes Monalisa

Mumtaz Sonia Azmir Sarathul Fitriani

Ummul Aulia

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS ANDALAS
2017

MODUL 1

REKAM MEDIK

SKENARIO 1

“GIGI KU TONGGOS”

Fadil (11 tahun) bersama ibunya datang ke klinik dokter gigi untuk konsultasi
mengenai keadaan gigi depan atas yang terlihat maju.

Dokter gigi melakukan anamnesa, menanyakan riwayat gigi keluarganya dan


diketahui susunan gigi ayah dan ibunya normal. Hasil pemeriksaan intra oral gigi permanen
telah erupsi kecuali molar dua dan molar tiga. Terdapat diastema antara gigi 11 dan 21,
overjet 6,2 mm dan overbite 4 mm, relasi gigi molar atas dan molar bawah normal. Dokter
gigimencetak maksila dan mandibula Fadil.

Dokter gigi juga melakukan foto intra oral dan ekstra oral lalu merujuk Fadil
kebagian radiologi untuk rontgen foto panoramic dan sefalometri.

Ibu Fadil bingung dengan anjuran dokter gigi karena menyangka kasus anaknya
sangat parah. Bagaimana saudara mengatasi kebingungan ibu Fadil?

I. Terminologi
1. Overjet : jarak horizontal antara insisal gigi insisivus sentral rahang atas
terhadap bidang labial gigi insisivus sentral rahang bawah .
2. Overbite : jarak vertikal antar insisal edge gigi insisivus sentral rahang
bawah sampai insisal edge gigi insisivus sentral rahang atas .
3. Panoramic : foto rontgen yang memperlihatkan seluruh gambaran
lengkung gigi maksila dan mandbula termasuk struktur gigi dan jaringan
pendukungnya.
4. Sefalometri : foto rontgen yang diambil dari antero-posterior yang
memperlihatkan keseluruhan hubungan struktur maksila dan mandibula.
5. Rekam Medik : berkas yang berisi catatan pasien berupa anamnesa, hasil
pemeriksaan klinis dan tindakan yang dilakukan.

II. Identifikasi Masalah


1. Apa penyebab dari keadaan Fadil?
2. Apa perbedaan anamnesa umu dengan anamnesa untuk perawatan orthodonti?
3. Apa saja yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan intra oral ?
4. Apakah ada pemeriksaan lain selain pemriksaan intra oral, ekstra oral dan foto
rontgen?
5. Apa fungsi dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah ?
6. Apa kegunaan analisa foto intra oral dan ekstra oral ?
7. Apa langkah standar yang dilakukan dalam menganalisa rencana perawatan?
8. Apa kegunaan foto panormik dan sefalometri?
9. Apa klasifikasi maloklusi yang dialami Fadil?
10. Apa pertimbangan dalam perawatan Fadil ?

III. Analisa Masalah


1. Penyebab dari kondisi yang dialami Fadil diantaranya:
- Keturunan
- Kebiasaan buruk seperti menggigit jari, menghisap dot.
- Malposisi gigi
- Kehilangan gigi
- Gigi insisivus lateral kecil
- Sering meletakkan lidah dipalatum

2. Perbedaan anamnesa umum dan anamnesa ortho:


- Anamnesa Umum : CC, PI, PDH, PMH, FH, SH
- Anamnesa Ortho: sama seperti anamnesa umum, namun lebih
memperhatikan hal-hal seperti kebiasaan buruk, riwayat pencabutan gigi,
riwayat kehilagan gigi dan penyebab lainnya. Juga diperhatikan profil muka,
kesimetrisan muka, tambalan dan karies gigi.
3. Pada pemeriksaan intra oral yang perlu dipehatikan diantaranya:
- kesehatan gigi seperti jumlah gigi, tambalan, karies, atrisi
- lengkung gigi
- TMJ
- Oklusi statis
- Midline
- Oklusi fungsional
- Curve of spee
- Bentuk lengkung gigi
- OH
- Lidah
- Jaingan lunak
- palatum
4. Analisa lain yang perlu dilakukan adalah analisa fungsional.
5. Fungsi dari pencetakan rahang adalah :
- Sebagai pedoman bentuk gigi pasien
- Untuk mengukur ruang yang ada
- Untuk mnegetahui lengkung rahang pasien
- Sebagai evaluasi setelah dilakukan perawatan
- Evaluasi setelah perawatan
- Mengetahui malposisi dan malrelasi
- Menganalisa ukuran gigi
- Mengukur curve of spee
- Rekam medik
- Model studi untuk menjelaskan kondisi pasien
- Menentukan diagnosa dan pemeriksaan klinis
6. Kegunaan analisan intra oral dan ekstra oral adalah :
- Menentukan tipe wajah
- Menentukan profil wajah
- Menentukan kesimetrisan wajah
- Menganalisa kondisi bibi dan lidah pasien
7. Langkah standar yang dilakukan dalam menganalisa rencana perawatan
- Analisis umum : anamnesa
- Analisis lokal : pemeriksaan Intra Oral dan Ekstra Ora
- Analisis fungsional : path of clossure, deviasi mandibula
- Analisis model
- Analisis sefalometri

8. Kegunaan foto panormik dan sefalometri


- Melihat keadaan gigi geligi
- Melihat struktur jaringan periodontal
- Menetukan rencana perawatan
- Membantu diagnosa
- Mempelajari skeletal
-
9. Klassifikasi klas I tipe 2 dewey
10. Pertimbangan dalam perawatan Fadil
- Usia
- Kondisi umum
- Kondisi intra oral dan ekstra oral
- Sikap kooperatif
IV. Skema

Fadil (11 tahun)

Cc: gigi depan terlihat maju

Anamnesa: Intra oral: Melakukan Foto intra Pemeriksaan


riwayat gigi -gigi permanen sudah pencetakan oral dan radiologis
keluaga, gigi ayah erupsi kecuai gigi M2 maksila dan ekstra oral (panoramic dan
dan gigi ibu dan M3 mandibula sefalometri)
normal -diastema gigi 11 dan
12
-overjet 6,2mm
-overbite 4mm
-relasi M1 atas dan
M1 bawah normal

REKAM MEDIK

Anamnesa Analisa Pemeriksaan Analisa


Orthodonti Fungsional Ekstra Oral Radiologi

Analisa Analisa
Umum Pemeriksaan Model
Intra Oral
V. Tujuan Pembelajaran / Learning Objectives

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang anamensa Orthodonti


2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang anamnesa umum dalam
perawatan orthodonti
3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa fungsional dalam
perawatan orthodonti
4. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan intra oral
dalam perawatan orthodonti
5. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang pemeriksaan ekstra oral
dalam perawatan orthodonti
6. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa model dalam
perawatan orthodonti
7. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang analisa radiografi dalam
perawatan orthodonti
VI. Kumpulan Informasi

1. ANAMENSA ORTHODONTI

Diagnosis ortodonti : suatu studi dan interpretasi data klinik untuk menetapkan ada
tidaknya maloklusi dalam perawatan ortodonti. Menurut Moyers ( 1988 ) diagnosis
ortodonti: adalah perkiraan yang sistematis, bersifat sementara ,akurat yang ditujukan
untuk penentuan problema klinis dan perencanaan perawatan. Menurut Houston dkk (
1992 ) , tujuan pemeriksaan pasien adalah untuk merekam informasi yang berkaitan
dengan keadaan maloklusi sebagai dasar untuk menentukan penyebabnya.

Biasanya pada bagian awal suatu status pasien tercantum nama, kelamin, umur,
dan alamat pasien. Jenis kelamin dan umur pasien selain sebagai identitas pasien juga
sebagai data yang berkaitan dengan pertumbuh-kembangan dentomaksilofasial
pasien, misalnya perubahan fase gigi geligi dari sulung ke permane. Pada anamnesa
ortodonti ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mengetahui etiologi
terjadinya maloklusi pada saat melakukan anamnesa pada pasien.

- Keluhan utama pasien, biasanya tentang keadaan susunan giginya yang


dirasakan kurang baik sehingga mengganggu estetik dentofasial dan memengaruhi
status sosial serta fungsi pengunyahannya.

- Keadaan Sosial, Riwayat Kesehatan Pasien dan Keluarga

Maloklusi merupakan penyimpangan dari proses pertumbuhkembangan normal,


bukan merupakan penyakit. Meskipun demikian perlu dilakukan pemeriksaan
medis. Beberapa pertanyaan yang bisa diajukan seputar pengalaman trauma pada
muka/ kepala, masalah jantung, diabetes, artritis, dan tonsil.

- Bentuk Skelet
Sheldon, seorang antropologis menggolongkan bentuk skelet berdasarkan
jaringan dominan yang memengaruhi bentuk skelet
- Ektomorfik: seorang yang langsing, sedikit jaringan otot/ lemak
- Endomorfik: seorang yang pendek, otot kurang berkembang, lapisan lemak
tebal
- Mesomorfik: seorang yang berotot

- Ciri Keluarga
Suatu keadaan dapat dikategorikan sebagai ciri keluarga bila keadaan ini selalu
berulang pada suatu keluarga secara turun-temurun.
- Kelainan Endokrin
Kelainan endokrin yang terjadi pralahir dapat menyebabkan percepatan atau
hambatan pertumbuhan muka, memengaruhi derajat pematangan tulang,
penutupan sutura, resorpsi akar gigi sulung, dan erupsi gigi permanen. Membran
periodontal dan gusi sangat sensitif terhadap beberapa disfungsi endokrin (dapat
berakibat langsung ke gigi)

- Tonsil
Bila tonsil dalam keadaan radang, dorsum lidah dapat menekan tonsil tersebut.
untuk menghindar keadaan ini mandibula secara refleks diturunkan, gigi tidak
kontak sehingga terdapat ruangan yang lebih luas untuk lidah dan biasanya terjadi
perdorongan lidah kedepan saat menelan.
- Trauma Dental : Riwayat mengenai trauma yang pernah terjadi pada gigi, muka,
dan rahang. Trauma gigi sulung dapat merusak bentuk gigi tetap, serta perubahan
tempat erupsi gigi tetap terganggu. Selain itu apabila pulpa gigi sulung mati,
maka resorpsi akar gigi sulung tidak terjadi sehingga gigi sulung persistensi dan
mengakibatkan posisi gigi tetap terganggu.
- Kebiasaan Buruk : Kebiasaan yang berhubungan dengan kelainan gigi dan
rahang.Menghisap ibu jari/ jari lain ataupun menggigit bibir, menyebabkan gigi
protusive dan open bite. Gunakan alat plat orto dengan cangkolan adam dan labial
bow. Bernafas memalui mulut, menyebabkan maksila tidak berkembang, rahang
atas crowding, palatum tinggi dan sempit sehingga timbul gingivitis karena plak
menumpuk. Hilangkan penyebab dengan oral screen. Menggigit bibir/ jari/ kuku,
menyebabkan open bite, cheek biting, open bite posterior. Gunakan lip bumper.
Mendorong lidah, menyebabkan gigi protusive dan open bite. Gunakan plat
lingual rahang bawah, berikan jarum kecil dengan pangkal bulat kecil.
Berat ringannya suatu maloklusi yang disebabkan kebiasaan buruk tergantung
pada umur dimulainya, intensitas, lamanya, dan frekuensi kebiasaan buruk
dilakukan.

2. ANAMNESA UMUM DALAM PERAWATAN ORTHODONTI

 Nama Pasien : Sebagai panggilan agar kita mengenal pasien dengan baik.
Pasien senang dipanggil nama. Sebagai sarana yang berhubungan dengan
pengarsipan baik status maupun model pasien. Sebagai identitas dan
keakraban antara operator dengan pasien.
 Jenis Kelamin : Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan dan
perkembangan antara laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui
prognosis keberhasilan perawatan.
 Tanggal Lahir / Umur : Penting untuk menentukan perawatan ortodonti.
Untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan.Untuk mengetahui suatu
maloklusi bersifat sementara atau tetap.
 Alamat : Untuk memudahkan komunikasi. Untuk memudahkan
menghubungi pasien kembali dalam perawatan ortodonti.
 Nama dan Pekerjaan Orangtua : Untuk mengetahui status ekonomi pasien
yang ikut berperan dalam keberhasilan perawatan.
 Sekolah : Untuk mengetahui tingkat pendidikan dan pemehaman pasien
tentang perawatan ortodonti sehingga memudahkan penyampaian informasi
 Kesehatan Umum Pasien : Keadaan kesehatan umum pasien yang penting
dketahui untuk mendapatkan hasil perawatan baik. Dapat mengetahui
sampai dimana pengaruhnya terhadap etiologi yang menimbulkan
gangguan pada pertumbuhan dan perkembangan rahang dan erupsi gigi.
 Riwayat Penyakit : Penyakit yang pernah atau sedang diderita/ gejala
sistemik/ riwayat pengobatan/ kebiasaan dan lingkungan keluarga
(lingkungan pekerjaan, riwayat penyakit keluarga). Hal ini dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, seperti pada penyakit
yang menimbulkan demam tinggi. Faktor-faktor yang mempengaruhi ialah
intensitas penyakit dan umur saat penyakit diderita.
 Keluhan Utama : Keluhan/ masalah kesehatan gigi dan mulut yang
menyebabkan pasien datang ke dokter gigi. Masalah yang sangat
menganggu pasien sehingga mendorong pasien untuk datang berobat dan
ingin dirawat oleh dokter gigi, apakah gangguan pengunyahan, bicara, atau
estetik.
 Perawatan Rumah Sakit : Perawatan yang pernah/ sedang dilakukan di
rumah sakit .
 Operasi : Riwayat operasi yang pernah dilakukan.
 Kelainan Congenital : Kelainan penyakit bawaan sejak lahir yang
berhubungan dengan morfologi gigi dan rahang.
 Penggunaan Obat : Riwayat obat yang pernah/ sedang digunakan dan
alergi terhadap golongan obat tertentu.

3. ANALISA FUNGSIONAL DALAM PERAWATAN ORTHODONTI


Freeway space

Freeway space adalah jarak inter-oklusal pada saat mandibula dalam


keadaan posisi istirahat. Adapun cara pengukurannya adalah penderita didudukkan
dalam posisi istirahat. Kemudian ditarik garis yang menghubungkan antaa titik
diujung hidung dan ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya, kemudian penderita
dalam keadaan oklusi sentris, kemudian ditarik garis yang menghubungkan antara
titik di ujung hidung dan di ujung dagu dan dihitung berapa jaraknya. Nilai FWS
= jarak pada saat posisi istirahat dikurangi jarak pada saat oklusi sentris. Nilai
normal menurut Houston (1989) = 2 – 3 mm. Nilai FWS perlu diketahui dan dapat
digunakan sebagai panduan untuk melakukan atau pemberian gigit diposterior
sehubungan dengan adanya gigitan terbalik anterior. Apabila FWS lebih besar dari
pada tumpang gigit maka tidak perlu diberi peninggian gigit posterior. Sedangkan
bila FWS lebih kecil dari pada tumpang gigit maka perlu diberi peninggian gigit
posterior.
Pola penutupan rahang
Path of closure adalah gerakan mandibula dari posisi istirahat menuju
oklusi sentris. Path Of Closure dikatakan normal apabila gerakan mandibula ke
atas, ke muka dan belakang. Bagian otot yang bekerja pada mandibula dalam
keadaan relaksasi dan kondili mandibula pada possii retrusi pada fosa glenoidalis.
Sedangkan yang tidak normal apabila terdapat deviasi mandibula dan
displacement mandibula.
Idealnya path of closure dari posisi istirahat ke posisi oklusal maksimum berupa
gerakan engsel sederhana melewati freeway space sebesar 2-3 mm. Ada 2 macam
perkecualian path of closure yang bisa dilihat yaitu deviasi mandibula dan
displacement mandibula.
Perlu dibedakan antara deviasi mandibula dan displacement mandibula karena
perawatannya berbeda. Deviasi biasanya tidak menyebabkan rasa sakit, keausan
pada gigi atau rusaknya jaringan periodontal. Displacement mandibula pada
jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya ketiga hal di atas.
 Deviasi Mandibula
Keadaan ini berhubungan dengan posisi keadaan mandibula. Bila
mandibula dalam posisi kebiasaan, maka jarak antaroklusal akan
bertambah sedangkan kondili terletak lebih maju di dalam fosa glenoides.
Arah path of closure adalah ke atas dan ke belakang akan tetapi bila gigi
telah mencapai oklusi mandibula terletak dalam relasi sentrik.
 Displacement Mandibula
Displacement dapat terjadi dalam jurusan sagital dan transversal. Kontak
premature dapat menyebabkan displacement mandibula untuk
mendapatkan hubungan antartonjol gigi yang maksimum. Dalam jangka
panjang displacement dapat terjadi selama pertumbuhan gigi. Dalam
beberapa keadaan displacement terjadi pada fase gigi sulung, kemudian
pada saat gigi permanen erupsi gigi tersebut akan diarahkan oleh kekuatan
otot ke letak yang memperparah terjadinya displacement. Displacement
dapat terjadi pada usia lanjut karena gigi yang maju dan tidak terkontrol
yang disebabkan karena hilangnya posterior akibat pencabutan.
Displacement dalam jurusan transversal sering berhubungan dengan
adanya gigitan silang posterior. Bila lengkung geligi atas dan bawah sama
lebarnya, suatu displacement mandibula ke transversal diperlukan untuk
mencapai posisi oklusi maksimum. Bila haltersebut terjadi maka akan
didapatkan relasi gigitan silang gigi posterior pada satu sisi. Displacement
ke transversal tidak berhubungan dengan bertambahnya jarak antaroklusal.
Adanya gigitan silang unilateral gigi posterior yang disertai adanya garis
median atas dan bawah yang tidak segaris akan menimbulkan dugaan
adanya displacement ke transversal. Keadaan ini perlu diperiksa dengan
seksama dengan memperhatikan pasien pada saat menutup mandibula dari
posisi istirahat ke posisi oklusi. Keadaan yang perlu diperhatukan adalah
letak garis median baik pada possisi istirahat maupun pada posisi oklusi.
Bila terdapat gigitan silang unilateral pada keadaan ini, perlu dilakukan
ekspansi regio posterior rahang atas ke arah transversal. Tidak semua
gigitan silang unilateral berhubungan dengan dispacement. Kadang-
kadang didapatkan asimetri rahang atas dan bawah. Bila tidak terdapat
displacement tetapi terdapat gigitan silang unilateral maka perlu
dipertimbangkan apakah perlu dirawat atau tidaknya. Displacement ke
arah sagital dapat terjadi karena adanya kontak prematur pada daerah
insisiv. Pada keadaan ini biasanya daidapatkan over closure mandibula.
Pada kasusu kelas III ringan terdapat gigitan edge to edge pada insisivi,
mandibula bergeser ke anterior untuk mendapatkan oklusi di daerah bukal
Displacement ke posterior kadang juga dapat terjadi. Perlu diperhatikan
perbedaan displacement mandibula ke posterior yang sering terjadi pada
relasi inisisivi kelas II dengan displacement ke posterior pada pasien
dengan gigi yang masih lengkap. Displacement ke posterior sering terjadi
pada pasien yang kehilangan gigi posterior.
Cara pemeriksaan path of closure adalah penderita didudukkan pada posisi
istirahat. Dilihat posisi garis mediannya, penderita diinstruksikan uktuk oklusi
sentris dari posisi istirahat dan dilihat kembali posisi garis mediannya. Apabila
posisi garis median pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris tidak terdapat
pergeseran berarti tidak ada gangguan path of closure dan apabila posisi garis
media pada saat posisi istirahat menuju oklusi sentris terdapat pergeseran berarti
terdapat gangguan path of closure.
TMJ
Pada panduan umum bila pergerakan mandibula normal berarti fungsinya
tidak terganggu, sebaliknya bila pergerakan mandibula terbatas biasanya
menunjukkan adanya masalah fungsi. Oleh karena itu satu indikator penting
tentang sendi temporomandibulaadalah lebar pembukaan maksimal, yang pada
keadaan normal berkisar 35-40 mm, 7 mm gerakan ke lateral dan 6 mm ke depan.
Palpasi pada otot pengunyahan dan sendi temporomandibula merupakan bagian
pemeriksaan rutin dan perlu dicatat tanda-tanda adanya masalah pada sendi
temporomandibula, misalnya adanya rasa sakit pada sendi, suara dan keterbatasan
pembukaan Cara pemeriksaaanya adalah penderita didudukkan pada posisi
istirahat, diletakkan kedua jari telunjuk operator dibagian luar meatus accuticus
externus kiri dan kanan penderita dan penderita diinstruksikan untuk membuka
dan menutup mulutnya. Apabila tidak terasa adanya krepitasi saat palpasi bagian
luar meatus accustucus evternus atau bunyi clicking pada saat mandibula memb
uka dan menutup mulut berarti pola pergerakan TMJ normal.

4. PEMERIKSAAN INTRA ORAL DALAM PERAWATAN ORTHODONTI

Pemeriksaan intraoral dilakukan dengan mengamati :


 Kebersihan mulut (oral hygiene / OH) : baik / cukup / jelek
Ini dapat ditetapkan dengan Indeks OHIS, pasien yang kebersihan mulutnya jelek
kemungkinan besar kebersihan mulutnya akan lebih jelek lagi selama perawatan
dilakukan , oleh karena itu motivasi kebersihan mulut perlu diberikan sebelum
perawatan ortodontik dilakukan.
 Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :
o Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
o Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi
permukaan oklusal gigi-gigi bawah.
o Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual
mahkota gigi (tongue of identation)
o Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
 Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang (kontraksi)
biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan berlebihan
(distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah lebar. Jika ada kelainan lainnya
seperti adanya peradangan, tumor, torus, palatoschisis,dll. Dicatat.
 Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy
Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival indeks (GI)
15
 Mucosa : normal / inflamasi / kelainan lainnya
Pasien dengan oral hygiene yang jelek biasanya mempunyai gingiva dan mucosa
yang inflamasi dan hypertropy.
 Frenulum labii superior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
 Frenulum labii inferior : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
 Frenulum lingualis : normal / tinggi / rendah , tebal / tipis
Pemeriksaan frenulum dilakukan untuk mengetahui posisi perlekatannya
(insersio) pada marginal gingiva serta ketebalannya, apakah akan mengganggu
pengucapan kata-kata tertentu dan apakah akan mengganggu pemakaian plat
ortodontik yang akan dipasang.
 Tonsila palatina : normal / inflamasi / hypertrophy
 Tonsila lingualis : normal / inflamasi / hypertrophy
 Tonsila pharengea : normal / inflamasi / hypertrophy
Apakah ada amandel yang membengkak? Dilakukan pemeriksaan dengan
menekan lidah pasien dengan kaca mulut, jika dicurigai adanya kelaianan yang
serius pasien dikonsulkan ke dokter ahli THT sebelum dipasangi alat ortodontik.
 Bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah : Parabola / Setengahn elips /
Trapeziod / U-form / V-form / Setengah lingkaran
 Pemeriksaan gigi geligi :
o Rumus gigi : Periksa elemen gigi apa saja yang ada pada pasien. Tulislah
rumus gigi sesuai dengan gigi yang sudah erupsi dan beri keterangan.
o Apel gigi : Periksa gigi-gigi yang telah mengalami perawatan dan gigi
yang tidak normal atau telah mengalami perawatan.

5. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL DALAM PERAWATAN ORTHODONTI

A. Bentuk Kepala
Bentuk kepala ada 3, yaitu (Rahardjo, 2011):
- Dolikosefalik: panjang, sempit (indeks ≤ 0,75)
- Mesosefalik: bentuk rata-rata (indeks 0,76-0,79)
- Brakisefalik: lebar dan pendek (indeks ≥ 0,80)
a. Pola Mesosefalik Pola ini sering dikaitkan dengan kelas I oklusi karena pasien
ini ditandai dengan hubungan maksila dan mandibula relatif normal yang
menghasilkan keseimbangan wajah yang baik.
b. Pola dolichosefalik
Pola ini biasanya dengan wajah panjang dan otot lemah karena kecendrungan
untuk pertumbuhan vertikal. Oklusi molar sering kelas I variasi divisi 1.
c. Pola Brachisefalik
Wajah pendek dan lebar, mandibula persegi. Pasien dengan pola brachysefalik
sering dikaitkan dengan kelas II, divisi II maloklusi. Pertumbuhan mandibula
pasien ini ke depan
daripada ke bawah. Akibatnya, pasien biasanya menunjukan overbite anterior
berlebihan dan
dagu yang kuat.
B. Simetri Wajah
Asimetri akan mudah dikenali bila dilihat dari depan muka pasien, dapat dikenali
asimetri rahang terhadap muka secara keseluruhan. Penyebab tidak simetri:
- Variasi biologis
- Patologis
- Kelainan kongenital

C. Tipe Wajah
- Leptoprosop (muka sempit): kepala dolikosefalik membentuk muka
yang sempit, panjang, dan potrusif (Rahardjo, 2011).
- Euriprosop (muka lebar): kepala brakisefalik menentukan muka yang
lebih datar, kurang protusif (Rahardjo, 2011).
- Mesoprosop: muka yang sedang antara leptoprosop dan euriprosop

D. Tipe Profil
Tujuan pemeriksaan profil:
- Menentukan posisi rahang dalam jurusan sagital
- Evaluasi bibir dan letak insisivi
- Evaluasi proporsi wajah dan sudut mandibula
Tipe profil dibagi 3 :
- Lurus
- Cembung: mengarah ke maloklusi kelas II
- Cekung: mengarah ke maloklusi kelas III
Profil wajah diperiksa dengan melihat pasien dari samping. Profil wajah
membantu dalam mendiagnosis penyimpangan dalam hubungan
maksilamandibula. Profil diilai dengan menggabungkan dua garis berikut:
- Garis yang terhubung dari dahi dan jaringan lunak titik A (titik terdalam di
lengkung bibir atas)
- Garis yang menghubungkan titik A dan jaringan lunka pogonion (titik paling
anterior dagu)
Berdasarkan hubungan diantara dua garis, ada 3 jenis profil yaitu:
- Straight profil (profil lurus): Dua garis membentuk garis lurus
- Convex profil (profil cembung): Dua garis membentuk sudut cekung terhadap
jaringan. Jenis profil ini terjadi sebagai akibat maksila prognatik atau mandibula
retrognatik seperti yang terlihat dalam kelas II, divisi 1 maloklusi.
- Concave profil (profil cekung): Dua garis membentuk sudut cembung terhadap
jaringan. Tipe ini dikaitkan dengan mandibula prognasi atau maksila retrognasi
seperti dalam kelas III maloklusi.

Penentuan wajah pasien adalah penting dalam prediksi pertumbuhan serta dalam
rencana perawatan. Oleh karena itu salah satu penilaian pertama yang diperlukan
untuk diagnosis kraniofasial akurat adalah klasifikasi dari tipe wajah pasien.
5. Bibir
Bila bibir cukup panjang untuk dapat mencapai kontak bibir atas tanpa kontraksi
otot pada saat madibula dalam keadaan istirahat disebut bibir yang kompeten. Bila
diperlukan kontraksi otot untuk mencapai kontak bibir atas dan bawah saat pada
saat mandibula dalam keadaan istirahat dinamakan bibir yang tidak kompeten.
6. Fungsi Bicara
Terdapat hubungan maloklusi dengan kelainan bicara tetapi karena adanya
mekanisme adaptasi, pasien dengan maloklusi parah masih dapat berbicara tanpa
gangguan.
6. ANALISA MODEL DALAM PERAWATAN ORTHODONTI

Analisis mode lstudi merupakan salah satu sumber informasi penting


untuk menentukan diagnosis ortodonti. Diagnosis yang menyeluruh akan
menentukan kelengkapan rencanaperawatan.
Rencana perawatan yang lengkap dan akurat akan menetukan keberhasilan
pereawatan. Selain menggunakan model studi, analisis juga menggunakan alat
bantu lain, sepertialat bantu ukur, gambaran radiografisdantabel perkiraan.
Analisis dapat dilakukan secara manual maupun menggunakan
sistemkomputerisasi, dengankelebihan dan kekurangan masing-masing. Ada
berbaga ianalisis yang dapat digunakan, namun analisis mana yang akan dipilih
sangat bergantung pada kasus.

Macam-macam analisis pada geligi tetap antara lainuntuk melihat


hubungan geligi atas dan bawah, kesimetrisan lengkung gigi dalam arah sagital
dan transversal, dan analisis untuk melihat perbedaan ukuran antara lengkunggigi
dengan rahang antara lain Nance Lundstrom, Bolton, Howes, Pont, dandiagnostic
setup.
Analisis untuk geligi campuran antara lain Analisis gambaran radiografis,
Moyers, dan Tanaka-Johnston.
Keakuratan analisis bergantung pada hasil cetakan model studi, alat-alat
bantu yang digunakan saat pengukuran, penguasaan teknik analisis, dan pemilihan
teknik analisis yang tepat untuk setiap kasus.
Analisis model studi adalah penilaian tiga dimensi terhadap gigi geligi
pada rahang atas maupunrahang bawah,serta penilaian terhadap hubungan
oklusalnya. Kedudukan gigi pada rahang maupun hubungannyadengan geligi pada
rahang lawan dinilai dalam arah sagital, transversal, dan vertikal.
Macam-macam Analisis Model Studi
Analisis model studi secara umum dilakukan dalam tiga dimensi yaitu dalam arah
sagital, transversal, dan vertikal.
 Penilaian dalam arah sagital antara lain meliputi: hubungan molar pertama,
kaninus, dan insisif tetap, yaitu maloklusi kelas I, kelas II, atau kelas III
Angle; ukuran overjet, prognati atau retrognati maksila maupun
mandibula, dan crossbite anterior.
 Penilaian dalam arah transversal antara lain meliputi: pergeseran garis
median,asimetri wajah, asimetri lengkung gigi, dan crossbiteposterior.
 Penilaian dalam arah vertikal antara lain meliputi: ukuran overbite,
deepbite, openbite anterior maupun posterior, dan ketinggian palatum.
 Analisis Bolton
Bolton mempelajari pengaruh perbedaan ukuran gigi rahang bawah
terhadap ukuran gigi rahang atas dengan keadaan oklusinya. Rasio yang
diperoleh membantu dalam mempertimbangkan hubungan overbite dan
overjet yang mungkin akan tercapai setelah perawatan selesai, pengaruh
pencabutan pada oklusi posterior dan hubungan insisif, serta oklusi yang
tidak tepat karena ukuran gigi yang tidak sesuai.
Rasio keseluruhan diperoleh dengan cara menghitung:

jumlah lebar 12 gigi rahang bawah x100


jumlah 12 gigi rahang atas

Rasio keseluruhan sebesar 91,3 berarti sesuai dengan analisis Bolton, yang
akan menghasilkan hubungan overbite dan overjet yang ideal.
Jika rasio keseluruhan lebih dari 91,3 maka kesalahan
 Analisis Howes
Howes memikirkan suatu rumusan untuk mengetahui apakah basis apikal
cukup untuk memuat gigi geligi pasien. Panjang lengkung gigi (Tooth
Material/ TM) adalah jumlah lebar mesiodistal gigi dari molar pertama kiri
sampai dengan molar pertama kanan. Lebarlengkung basal premolar atau
fosa kanina (Premolar Basal Arch Width/ PMBAW) merupakan diameter
basis apikal dari model gigi pada apeks gigi premolar pertama, yang
diukur menggunakan jangka sorong atau jangka berujung runcing.
Rasio diperoleh dari membagi:

Howes percaya bahwa dalam keadaan normalperbandingan


PMBAW dengan TM kira kira sama dengan 44%, perbandingan
inimenunjukkan bahwa basis apikal cukup lebar untuk menampung s emua
gigi.
Bila perbandingan antara PMBAW dan TM kurang dari 37%
berarti terjadi kekurangan lengkung basal sehingga perlu pencabutan gigi
premolar.
Bila lebar basal premolar lebih besar dari lebar lengkung puncak premolar,
maka dapat dilakukan ekspansi premolar.
Analisis Howes berguna pada saat menentukan rencana perawatan
dimana terdapat masalah kekurangan basis apikal dan untuk memutuskan
apakah akan dilakukan: (1) pencabutan gigi, (2) memperluas lengkung gigi
atau (3) ekspansi palatal.
7. RADIOGRAFI DALAM PERAWATAN ORTHODONTI

Analisa chepalometri
Sefalometrik adalah ilmu yang mempelajari pengukuran-pengukuran yang bersifat
kuantitatif terhadap bagian-bagian tertentu dari kepala untuk mendapatkan informasi
tentang pola kraniofasial.

Manfaat sefalometri radiografik adalah:


 Mempelajari pertumbuhan dan perkembangan kraniofasial. Dengan
membandingkan sefalogram-sefalogram yang diambil dalam interval waktu
yang berbeda, untuk mengetahui arah pertumbuhan dan perkembangan
kraniofasial.
 Diagnosis atau analisis kelainan kraniofasial. Untuk mengetahui faktor-faktor
penyebab maloklusi (seperti ketidak seimbangan struktur tulang muka).
 Mempelajari tipe fasial. 3Relasi rahang dan posisi gigi-gigi berhubungan erat
dengan tipe fasial.
Ada 2 hal penting yaitu :
(1) posisi maksila dalam arah antero-posterior terhadap kranium dan
(2) relasi mandibula terhadap maksila, sehingga akan mempengaruhi bentuk
profil : cembung, lurus atau cekung.
 Merencanakan perawatan ortodontik. Analisis dan diagnosis yang didasarkan
pada perhitungan-perhitungan sefalometrik dapat diprakirakan hasil
perawatan ortodontik yang dilakukan.
 Evaluasi kasus-kasus yang telah dirawat. Dengan membandingkan
sefalogram yang diambil sebelum, sewaktu dan sesudah perawatan
ortodontik.
 Analisis fungsional. Fungsi gerakan mandibula dapat diketahui dengan
membandingkan posisi kondilus pada sefalogram yang dibuat pada waktu
mulut terbuka dan posisi istirahat.
 Penelitian

Alat :
Alat-alat dasar yang digunakan untuk menghasilkan suatu sefalogram terdiri dari
sefalostat atau sefalometer, tabung sinar tembus dan pemegang kaset beserta kaset
yang berisi film dan layar pengintensif (intensifying screen).
Pemegang kaset dapat diatur sedemikian rupa agar diperoleh gambar yang tajam.
Layar pengintensif digunakan untuk mengurangi jumlah penyinaran yang tidak
diperlukan.
Bagian dari sefalometer yang diletakkan pada telinga (ear rod) dapat digerakkan
sehingga mudah disesuaikan dengan lebar kepala pasien. Tabung sinar harus dapat
menghasilkan tegangan yang cukup tinggi (90 KvP) guna menembus jaringan keras
dan dapat menggambarkan dengan jelas jaringan keras dan lunak.
Dikenal 2 macam sefalometer, yaitu:
a. Broadbent-Bolton, digunakan 2 tabung sinar X dan 2 pemegang kaset,
sehingga objek tidak perlu bergerak atau berubah apabila akan dibuat
penyinaran/proyeksi lateral atau antero-posterior.
b. Higley, terdiri dari 1 tabung sinar X, 1 pemegang kaset dan sefalometernya
dapat berputar sedemikian rupa sehingga objek dapat diatur dalam beberapa
macam proyeksi yang diperlukan. Sefalometer modern pada umumnya adalah
jenis ini yaitu Rotating
Kelemahan sefalometrik
 Kesalahan sefalometer
Kesalahan sefalometer meliputi:
o Kesalahan dalam pembuatan sefalogram. Kesalahan yang sering
dilakukan yaitu posisi subjek tidak benar, waktu penyinaran tidak
cukup, penentuan jarak sagital-film tidak tepat. Kesalahan ini dapat
diatasi dengan pengalaman dan teknik pemotretan yang benar.
o Pembesaran dan distorsi. Makin besar jarak sumber sinar X terhadap
film maka semakin sejajar arah sinar X sehingga distorsi dan
pembesaran semakin kecil. Makin dekat jarak film terhadap objek
semakin kecil terjadi pembesaran. Hal ini dapat dikurangi dengan
menggunakan teknik pemotretan yang benar.
 Kesalahan penapakan dan metode yang digunakan
o Kesalahan penapakan pada umumnya disebabkan karena kurang
terlatih atau kurangnya pengetahuan tentang anatomi atau referensi
sefalometrik. Hal ini dapat diatasi dengan latihan-latihan dan
pengalaman.
o Kesalahan metode yang digunakan pada umumnya karena
pengukuran 3 dimensi menjadi 2 dimensi, kesalahan interpretasi
perubahan akibat pertumbuhan dan perawatan.
Analisa Panoramik
Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran
tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan
mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal
dari detail anatomi pada sisi kontralateral.
Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan
gigi ditemukan dalam satu film.
Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram dan
menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran
mencakup seluruh gigi dan rahang dengandosis radiasi yang rendah.
Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam penegakan
diagnosa diantaranya seperti:
 Adanya lesi tulang atau ukuran dari posisi gigi terpendam yang
menghalangi gambaran pada intra-oral.
 Melihat tulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.
 Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan. Foto
rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan
 Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan
gigi atau benih gigi.
 Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula.
 Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height

Teknik dan Posisi pengambilan gambar panoramik :


Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya.
Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan
dapat dirangkum meliputi:
Persiapan Alat:
1) Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah dimasukkan
kedalam tempatnya.
2) Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.
3) Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.
4) Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau turunkan
tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien dapat
diposisikan.
5) Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah dilakukan.
Persiapan pasien
1) Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting,
aksesoris rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.
2) Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien
dan jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.
3) Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak
ada yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.
4) Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk
memegang handel agar tetap seimbang.
5) Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka
bersentuhan pada tempat dagu.
6) Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.
7) Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke
palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.
8) Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu
dalam saat penyinaran.
Persiapan Operator :
1) Operator memakai pakaian pelindung.
2) Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari
sumber x-ray ketika waktu penyinaran.
3) Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk memastikan
tidak ada pergerakan.
4) Matikan alat setelah selesai digunakan dan kembalikan letak posisi kepala
pada tempatnya.
5) Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.
Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi
1) Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan
parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.
2) Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung
harus radiopaque.
3) Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter. Ketebalan
filter bergantung pada tegangan operasi dari peralatan sinar x. Tegangan
mencapai 70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5
mm untuk kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp.

VII. Daftar Pustaka

1. Rahardjo Pambudi. 2011. Diagnosis Ortodontik. Surabaya : Airlanggan University Press


Rahardjo Pambudi. 2012. Ortodonti Dasar. Ed 2. Surabaya : Airlanggan University Press

2. Foster,T.D. 1993. Buku Ajar Ortodonsi, edisi 3. Jakarta : EGC


3. Bhalajhi Sundaresa Iyyer. Orthodontics the Art and Science. 3rd Ed. New Delhi :
Arya (MEDI) Publishing House. 2006

4. Profit WR, and Fields, HW. 2000. Contemporary Orthodontics, ed.3. Mosby,
Philladelpia,

5. Rakosi, T., dkk. Color Atlas of Dental Medicine, Orthodontic-Diagnosis. Edisi I. Germany:
Thieme Medical Publishers. 1993.

Anda mungkin juga menyukai