Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

AKSES VASKULER DAN CARA PEMELIHARAANNYA


PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK

Hari : Kamis
Tanggal : 28 November 2019
Waktu : 20 Menit
Tempat : Ruang Hemodialisa RSUD Waled Cirebon
Sasaran : Pasien & Keluarga
Topik kegiatan : Akses vaskuler dan cara pemeliharaannya pada pasien GGK

A. Latar Belakang

Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis” artinya
pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan darah dari zat-zat
sampah, melalui proses penyaringan diluar tubuh. Hemodialisis menggunakan
menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis. Hemodialisis dikenal secara awam
dengan istilah “cuci darah”.
Hemodialisa adalah suatu cara untuk mengeluarkan toksin atau racun dan zat-zat
yang tidak diperlukan melalui mesin hemodialisa. Pada penderita normal fungsi itu
dilakukan oleh ginjal yang mengeluarkannya melalui urine. Pada penderita gagal ginjal
fungsi itu digantikan oleh mesin hemodialisa. Darah pada penderita gagal ginjal
dikeluarkan dan dimasukkan kedalam mesin HD melalui suatu saluran menuju dialiser.
Didalam dialiser darah melalui suatu fiber yang akan mengeluarkan sampah dan toksin
serta cairan yang berlebih. Mesin kemudian mengembalikan darah melalui saluran yang
berbeda kedalam tubuh penderita.
Akses vaskuler untuk hemodialisa adalah jalur untuk mempertahankan
kehidupan pada penderita End Stage Renal Disease (ESRD) atau Gagal Ginjal Kronik,
karena penderita gagal ginjal memerlukan hemodialisa yang dalam pengertian awam
kita kenal sebagai cuci darah terus menerus. Kecuali jika penderita menjalani
transplantasi ginjal.
Akses vaskuler memungkinkan darah mengalir dalam jumlah besar dan terus
menerus kedalam mesin selama proses hemodialisa berlangsung. Pada pembuluh darah
vena normal tidak mungkin hal ini terjadi karena pembuluh akan kolaps pada saat darah
ditarik melalui mesin. Untuk itu diperlukan pembuatan akses vaskuler yang
memungkinkan proses hemodialisa dilakukan.
Akses vaskuler penderita gagal ginjal harusnya dibuat beberapa bulam sebelum
penderita jatuh kedalam gagal ginjal kronik. Akses vaskuler untuk hemodialisa ada dua
macam. Akses vaskuler jangka lama yang kadang-kadang sering disebut akses vaskuler
permanen dan akses vaskuler sementara.

A. Tujuan
1. Tujuan instruksional umum
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 20 menit diharapkan peserta
mengetahui tentang akses vaskuler dan cara pemeliharaannya
2. Tujuan instruksional khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan diharapkan sasaran penyuluhan mampu:
a. Memahami dan mampu akses vaskuler hemodialisis
b. Mampu memahami permasalahan akses vaskuler dan penanggulangan
c. Mampu melakukan pemeliharaan akses vaskuler agar bertahan lama

B. Manfaat
1. Meningkatkan pengetahuan pasien terkait permasalahan akses vaskuler dan
penanggulangan
2. Meningkatkan pemeliharaan akses vaskuler agar bertahan lama

C. Metode
Ceramah dan Diskusi

D. Materi
( Terlampir )
E. Media / Alat
Leaflet

F. Jadwal Pelaksanaan
Proses Tindakan Waktu
Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta
Pendahuluan a. Memberikan salam, Memperhatikan 2dmenit
memperkenalkan diri, dan menjawab salam a
membuka penyuluhan n
b. Menjelaskan materi secara
umum dan manfaat bagi Memperhatikan
pasien dan keluarga
c. Menjelaskan tentang TIU dan
TIK Memperhatikan
Penyajian a. menjelaskan akses vaskuler Memperhatikan dan 10
hemodialisis memberi tanggapan menit
1) Menanyakan kepada
sasaran mengenai materi Memperhatikan
yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama
jawaban yang diberikan
Memberikan
pertanyaan
b. menjelaskan permasalahan Memperhatikan dan
akses vaskuler dan memberi tanggapan
penanggulangan Memperhatikan
1) Menanyakan kepada
sasaran mengenai materi
yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama Memberikan
jawaban yang diberikan pertanyaan

c. menjelaskan pemeliharaan Memperhatikan dan


akses vaskuler agar bertahan memberi tanggapan
lama
1) Menanyakan kepada Memperhatikan
sasaran mengenai materi
yang baru disampaikan
2) Mendiskusikan bersama
jawaban yang diberikan Memberikan
pertanyaan
Penutup a. Menutup pertemuan dengan Memperhatikan 3 menit
memberi kesimpulan dari
materi yang disampaikan
b. Mengajukan pertanyaan
kepada Memberikan saran
pasien dan keluarga pasien
dengan hemodialisa

G. Setting Tempat

Keterangan :
: Penyuluh
: Observer
: Peserta
H. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Pasien dan keluarga pasien dengan hemodialisa berada di tempat
pertemuan
b. Penyelenggaraan pendidikan kesehatan mengenai akses vaskuler dan
pemeliharaannya pada pasien hemodialisa dilaksanakan di ruang
hemodialisa RSUD Waled
c. Pengorganisasian penyelenggaraan kegiatan dilakukan sebelum
pelaksanaan.
2. Evaluasi Proses
a. Pasien dan keluarga pasien dengan hemodialisa antusias terhadap kegiatan
yang dilakukan.
b. Pasien dan keluarga pasien dengan hemodialisa berpartisipasi dalam
kegiatan dengan mengajukan dan menjawab pertanyaan dengan benar.
c.
3. Evaluasi Hasil
a. Pasien dan keluarga pasien dengan hemodialisa memahami materi yang
telah disampaikan.
b. Kegiatan pendidikan kesehatan mengenai akses vaskuler dan
pemeliharaannya pada pasien hemodialisa berhasil dilaksanakan sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai.
MATERI

A. Akses Vaskuler Hemodialisis

Akses vaskuler adalah istilah yang berarti jalan untuk memudahkan


mengeluarkan darah dari pembuluhnya untuk keperluan tertentu, dalam kasu gagal
ginjal terminal adalah untuk proses hemodialisis.
Untuk melakukan hemodialis intermitten jangka panjang, maka perlu ada jalan
masuk kedalam sistem vaskuler penderita. Darah harus keluar dan masuk tubuh
penderita dengan kecepatan 200 sampai 400 ml/menit. Teknik akses vaskuler
diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Akses Vaskuler Eksternal (sementara)
a. Pirau Arterivenosa/Shunt External/AV Shunt Scribner
Shunt Scribner dibuat dengan memasang selang silastic dengan ujung
teflon yang sesuai ke dalam arteri radialis dan vena sefalika pada
pergelangan tangan atau ke dalam arteri tibialis posterior dan vena
saphenousus pada pergelangan kaki. Bila shunt ingin digunakan, maka
selang silastic dihubungkan secara langsung dengan selang darah dan
mesin dialisa, jika tidak digunakan maka selang dihubungkan dengan
konektor teflon. Adapun kerugian karena pemakaian shunt Scribner
adalah trombosis, mudah tercabut dan perdarahan. Karena banyaknya
kekurangan shunt Scribner tersebut, maka shunt ini sekarang sudah
jarang dipakai untuk hemodialisis.
c. Catheter Double Lumen (CDL)
CDL adalah sebuah alat yang terbuat dari bahan plastic PVC yang
mempunyai 2 cabang, selang merah (arteri) untuk keluarnya darah dari
tubuh ke mesin dan selang biru (vena) untuk masuknya darah dari mesin
ke tubuh (Allen R Nissesnson, dkk, 2004)

Lokasi penusukan kateter dobel lumen dapat dilakukan dibeberapa


tempat yaitu:

1) Vena Femoralis
Pengertian kateter femoralis menurut Hartigan (dalam
Lancester, 1992) adalah pemasangan kanul kateter secara
perkutaneous pada vena femoralis. Kateter dimasukkan ke dalam
vena femoralis yang terletak di bawah ligamen inguinalis.
Pemasangan kateter femoral lebih mudah daripada
pemasangan pada kateter subclavia atau jugularis internal dan
umumnya memberikan akses lebih cepat pada sirkulasi. Panjang
kateter femoral sedikitnya 19 cm sehingga ujung kateter terletak di
vena cava inferior.
Gutch, Stoner dan Corea (1999) mengatakan bahwa indikasi
pemasangan kateter femoral adalah pada pasien dengan PGTA
dimana akses vaskular lainnya mengalami sumbatan karena bekuan
darah tetapi memerlukan HD segera atau pada pasien yang
mengalami stenosis pada vena subclavian. Sedangkan kontraindikasi
pemasangan keteter femoral adalah pada pasien yang mengalami
thrombosis ileofemoral yang dapat menimbulkan resiko emboli
(Lancester, 1992).
Komplikasi yang umumnya terjadi adalah hematoma, emboli,
thrombosis vena ileofemoralis, fistula arteriovenousus, perdarahan
peritoneal akibat perforasi vena atau tusukan yang menembus arteri
femoralis serta infeksi (Gutch, Stoner & Corea, 1999). Tingginya
angka kejadian infeksi tersebut, maka pemakaian kateter femoral
tidak lebih dari 7 hari.

2) Vena Subclavia
Kateter double lumen dimasukkan melalui midclavicula
dengan tujuan kateter tersebut dapat sampai ke suprasternal. Kateter
vena subclavikula lebih aman dan nyaman digunakan untuk akses
vascular sementara dibandingkan kateter vena femoral, dan tidak
mengharuskan pasien dirawat di rumah sakit. Hal ini disebabkan
karena rendahnya resiko terjadi infeksi dan dapat dipakai selama 6-8
minggu kecuali ada komplikasi, seperti pneumotoraks, stenosis vena
subklavikula, dan menghalangi akses pembuluh darah di lengan
ipsilateral oleh karena itu pemasangannya memerlukan operator
yang terlatih daripada pemasangan pada kateter femoral. Dengan
adanya komplikasi ini maka kateter vena subklavikula ini sebaiknya
dihindari dari pasien yang mengalami fistula akibat hemodialisa.
3) Vena Jugularis Internal
Kateter dimasukkan pada kulit dengan sudut 200 dari sagital,
dua jari di bawah clavicula, antara sternum dan kepala clavicula dari
otot sternocleidomastoideus. Pemakaian kateter jugularis internal
lebih aman dan nyaman. Dapat digunakan beberapa minggu dan
pasien tidak perlu di rawat di rumah sakit. Kateter jugularis internal
memiliki resiko lebih kecil terjadi pneumothoraks daripada
subclavian dan lebih kecil terjadi thrombosis. Oliver, Callery,
Thorpe, Schwab & Churchill (2000) mengatakan bahwa dari 318
pemakaian kateter pada lokasi tusukan yang baru, terjadi bakteremia
5,4% setelah pemakaian lebih dari 3 minggu pada kateter jugularis
internal.
2. Akses Vaskuler Internal (permanen)
a. AV Shunt atau AV Fistula
AV Shunt adalah penyambungan pembuluh darah vena dan
arteri dengan tujuan untuk memperbesar aliran darah vena supaya dapat
digunakan untuk keperluan hemodialisis.
Keuntungan pemakaian AV Shunt dapat digunakan untuk waktu
beberapa tahun, sedikit terjadi infeksi, aliran darahnya tinggi dan
memiliki sedikit komplikasi seperti thrombosis. Sedangkan kerugiannya
adalah memerlukan waktu cukup lama sekitar 6 bulan atau lebih sampai
fistula siap dipakai dan dapat gagal karena fistula tidak matur atau karena
gangguan masalah kesehatan lainnya.

Teknik penyambungan atau anatomosis pada AV Shunt adalah sebagai


berikut:

1) Side to End adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan


pembuluh darah vena yang dipotong dengan sisi pembuluh darah
arteri.
2) Side to side adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan
sisi pembuluh darah vena dengan sisi pembuluh darah arteri.

3) End to End adalah teknik penyambungan dengan menyambungkan


pembuluh darah vena yang dipotong dengan pembuluh darah arteri
yang juga di potong.

4) End to side adalah teknik penyambungan dengan


menyambungkan pembuluh darah arteri yang dipotong dengan
sisi pembuluh darah vena.
Teknik penyambungan side to end merupakan teknik yang
tersering dilakukan karena aliran darah vena yang menuju ke
jantung adalah yang terbesar volumenya dan mencegah terjadinya
hipertensi vena selain itu teknik ini juga dapat mencegah
pembengkakan.

b. AV Graft
AV Graft adalah suatu tindakan pembedahan dengan
menempatkan graft polytetrafluoroethylene (PRFE) pada lengan bawah
atau lengan atas (arteri brachialis ke vena basilica proksimal).
Keuntungannya graft ini dapat dipakai dalam waktu lebih kurang 3
minggu untuk bias dipakai. Kerugiannya dapat terjadi thrombosis dan
infeksi lebih tinggi daripada pemakaian AV Shunt. Akhir-akhir ini di
temukan bahwa graft PTFE dilakukan pada dinding dada (arteri aksilaris
ke vena aksilaris atau arteri aksilaris ke vena jugularis) atau pada paha
(arteri femoralis ke vena femoralis).
B. Permasalahan Akses Vaskuler dan Penanggulangan Masalah
1. Permasalahan Akses Vaskuler
Akses vaskuler dapat menyebabkan masalah yang memerlukan
tindakan bahkan pembedahan. Masalah yang paling sering adalah sumbatan
dan infeksi. Infeksi terjadi akibat migrasi mikroorganisme dari kulit pasien
melalui lokasi tusukan kateter dan turun kepermukaan luar kateter atau dari
kateter yang terkontaminasi selama prosedur. Sedangkan trombosis dapat
terjadi setelah pemasangan kateter karena kesalahan teknik.
Dan yang paling sedikit masalahnya adalah AV Fistula. Walaupun
demikian bukan berarti AV fistula tidak mempunyai masalah. AV graft paling
sering bermasalah dalam bentuk sumbatan oleh bekuan darah dan trombus
serta infeksi. Umur AV graft ini biasanya jauh lebih pendek dibandingkan
AV fistula. Jika terjadi infeksi AV graft harus segera dibuang.
Kateter vena sering bermasalah akibat infeksi ataupun sumbatan oleh
bekuan darah. Pada kateter tunneled dapat diberikan antibiotika untuk
mengatasi infeksi sementara pada kateter non tunneled harus segera diganti.
Pada pemakaian kateter subclavia lebih sering terjadi stenosis vena sentral.
2. Penanggulangan Masalah
a. Stenosis Vena Sentral
Penderita biasanya datang dengan keluhan akses tidak dapat
digunakan, tangan bengkak dan kemerahan. Kadang kadang bisa juga
kronik dan penderita datang dengan keluhan pembuluh darah dilengan
menonjol pada beberapa tempat dan jika selesai hemodialisa darah susah
berhenti. Sumbatan biasanya akibat tusukan bekas akses HD didaerah
leher dan dada yang menyempit.Untuk mengatasi masalah ini dilakukan
venografi untuk mengetahui lokasi sumbatan dan jika memungkinkan
dilakukan venoplasti.
b. Pseudoaneurisma
Terjadi benjolan merah dan jika pecah terjadi perdarahan hebat. Ini
adalah suatu kondisi emergensi, karena perdarahan biasanya berat. Pada
kasus ini biasanya dilakukan operasi untuk penutupan pseudoaneurisma.
c. Stenosis Draining Vein
Biasanya penderita datang dengan keluhan akses nya mulai
mengalami masalah dengan mesin. Pada waktu penarikan, darah yang
dapat ditarik tidak mencukupi. Pada kondisi ini dilakukan venografi dan
kalau perlu dilakukan venoplasti.

C. Pemeliharaan Akses Vaskuler Agar Bertahan Lama


1. Kontrol teratur baik kepada nefrologis maupun kepada spesialis bedah
vaskular untuk memastikan akses hemodialisanya tidak bermasalah.
2. Akses harus dijaga tetap bersih.
3. Pastikan bahwa akses digunakan hanya untuk hemodialisa
4. Periksa getaran (thrill) pada akses setiap hari, segera kedokter spesialis bedah
vaskular jika thrill menghilang.
5. Perhatikan tanda infeksi seperti bengkak, mengkilat, kemerahan, ada nanah
6. Tidak boleh mengukur tekanan darah pada lengan yang digunakan untuk
akses HD
7. Jangan menggunakan pakaian ketat dan jam tangan pada lengan yang
digunakan sebagai akses.
8. Jangan sampai tangan yang digunakan sebagai akses tertimpa badan bahkan
bantal pada saat tidur.
9. Jangan mengangkat beban berat dengan menggunakan lengan akses
DAFTAR PUSTAKA

Barader, Mary. 2008. Klien Gangguan Ginjal. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Carpenito-Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Doengoes, Marylin, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Ed. 3. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Muttaqin, Arif. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Perkemihan. Jakarta:


Penerbit Salemba Medika.

Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Price, Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi Ed. 6. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.

Oliver, Callery, Thorpe, Schwab & Churchill (2000, Risk of Bacteremia from
temporary hemodialysis catheter by site of insertion and duration of use : a
prospective study, http://www.nature.com,

Anda mungkin juga menyukai