PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Prevalensi anemia pada remaja putri sampai saat ini masih cukup tinggi. Menurut
WHO prevalensi anemia dunai berkisar 40-88% yang mana presentase tersebut masih
menunjukkan tingginya prevalensi. Menurut data hasil Riskesdas tahun 2013 prevalensi
anemia di Indonesia yaitu 21,7 % dengan penderita anemia berumur 5-14 tahun sebesar
26,4% dan 18,4% pada penderita berumur 15-24 tahun (Kemenkes RI, 2014).
Berdasarkan kategori penderita pada data survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun
2012 menyatakan bahwa prevalensi anemia di Indonesia yang paling tinggi terjadi pada
remaja putri usia 10-18 tahun sebesar 57,1% dibandingkan kelompok usia lainnya.
Menurut Kementrian Kesehatan bahwa wanita mempunyai risiko terkena anemia paling
tinggi trutama pada remaja putri (Kemenkes RI, 2013). Selain itu, remaja putri dalam
rentang usia sebelum 17 tahun masih dalam masa awal haid dimana selama tahun
pertama atau tahun kedua dari menarche, siklus wanita seringkali tidak teratur.
Secara umum faktor utama yang menyebabkan tingginya prevalensi anemia gizi
adalah perdarahan yang mengakibatkan tubuh kehilangan banyak sel darah merah seperti
wasir, investasi cacing dan menstruasi. Anemia gizi juga dapat disebabkan oleh
kurangnya produksi sel darah merah dimana produksi sel darah merah akan terganggu
apabila makanan yang dikonsumsi kurang mengandung zat gizi terutama zat-zat gizi
penting. Anemia gizi yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia gizi
besi. Terjadinya anemia gizi besi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaraya
kurangnya kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari, penyerapan zat besi dari
makanan yang sangat rendah, adanya parasit di dalam tubuh dan kebutuhan zat besi yang
meningkat akibat pertumbuhan dimana bayi, anak-anak dan remaja membutuhkan zat
besi lebih banyak.
Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia
dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami
menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan
asupan zat besi yang lebih banyak.
Untuk mencegah munculnya kasus anemia pada remaja di wilayah kerja Puskesmas.
Puskesmas salah satu hal yang dilakukan adalah pembagian suplemen tablet tambah
darah bagi remaja putri. Tujuan pembagian tablet tambah darah adalah mempersiapkan
generasi remaja putri agar saat hamil memiliki gizi yang baik. Sehingga diharapkan dapat
memutus siklus kekurangan gizi antar generasi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, Puskesmas Duren membuat inovasi kegiatan ‘Si
Jari Hati’ (Generasi Remaja Putri Sehat Tanpa Anemi)
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2019, tentang
Standar Teknis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal
Bidang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun Tahun 2013 tentang Angka Kecukupan
Gizi yang dianjurkan Bagi Bangsa Indonesia.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya Perbaikan Gizi.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 88 Tahun 2014 tentang Standar Tablet Tambah
Darah Bagi Wanita Usia Subur dan Ibu Hamil
C. Tujuan
Tujuan pelaksanaan kegiatan inovatif ‘Si Jari Hati’ adalah sebagai berikut :
1. Menekan munculnya kasus anemi pada remaja putri di wilayah kerja Puskesmas
Duren
2. Meningkatkan kesadaran bagi lintas sektor mengenai masalah anemia.
3. Meningkatkan pemahaman mengenai anemia bagi remaja putri dan masyarakat
D. Sasaran
Sasaran kegiatan ini adalah remaja putri di wilayah kerja Puskesmas Duren.
E. Hasil yang diharapkan
1. Menekan munculnya kasus anemia di wilayah kerja Puskesmas Duren
2. Terwujudnya peningkatan pemahaman bagi lintas sektor tentang dampak anemi
3. Terwujudnya kesadaran untuk lintas sektor dalam pemberian sumplementasi tablet
tambah darah.
F. Manfaat
1. Menekan kasus anemi di wilayah kerja Puskesmas Duren
2. Meningkatkan pemahaman dan kesadaran mengenai pemberian tablet tambah darah
BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN
GENERASI REMAJA PUTRI SEHAT TANPA ANEMI
Waktu
No Indikator
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Pembentukan Tim
Inovasi
2 Penetapan
Program Inovasi
3 Pembuatan KAK
4 Komitmen
Linprog & Linsek
5 Validasi data
6 Pembagian tablet
tambah darah
7 Monitoring dan
Evaluasi
8 Advokasi
D. Metode
Pelaksanaan kegiatan inovatif ‘Si Jari Hati’ dilakukan dengan menggunakan metode
telaah dokumen, observasi dan wawancara.
BAB III
HASIL PELAKSANAAN
GENERASI REMAJA PUTRI SEHAT TANPA ANEMI
No Masalah Pemecahan
1. Waktu pelaksanaan pendistribusian - Menghubungi lintas program dan lintas
berbenturan dengan kegiatan sektor yang bersangkutan dengan kegiatan
lainnya 3-5 hari sebelumnya
- Mengatur jadwal ulang kegiatan
2. Saaat melakukan advokasi dengan - Mengatur jadwal ulang kunjungan ke lintas
lintas sektor tidak sesuai sasaran sektor
D. Tindak Lanjut
Tindak lanjut pelaksanaan kegiatan inovasi ‘Si Jari Hati’ adalah sebagai berikut :
1. Advokasi ke lintas sektor
2. Sosialisasi pentingnya tablet tambah darah bagi remaja putri
3. Melakukan validasi data dan pelacakan
LAMPIRAN
FOTO-FOTO KEGIATAN