Artinya:
“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak
(pula) mereka bersedih hati.” (QS. Yunus: 62).
ّ berada sesudah huruf-huruf berikut ini:2[4]
Apabila إن
a. Huruf tanbih (peringatan) seperti َ(اَﻻIngatlah).
b. Huruf iftihah (permulaan) seperti َاَﻻdan (ا َ ﱠماadapun).
c. Huruf tahdhidh (dorongan) seperti ( َهﻼﱠsudikah, maukah).
d. Huruf rad’ (larangan) seperti ( ﻧَﻌَ ْﻢya) dan ( َﻻtidak).
Maka hamzahnya wajib dibaca kasrah, karena ّ masih dihukumi berada dipermulaan
إن
ّ wajib dibaca kasrah apabila berada sesudah حتى ( حتى البتداثية
kalimat. Begitu pula hamzah إن
permulaan) dan jumlah ايتداثيةatau (استئنا فيةpermulaan).
Misalnya:
Lafal Arti
ض زَ ْيدٌ َحتﱠى اﻧّهﻢ ﻻيرجوﻧه
َ َم ِر Zaid sakit sehingga mereka tidak mengharapnya.
Dan sedikit hartanya, hingga mereka tidak
َوقَ ﱠل َمالُهُ َحتﱠى اﻧِّهﻢ ﻻيك ّلموﻧه
membicarakannya.
ّ
2. إنberada sesudah lafal (حيتdi mana).
Misalnya:
س حيث ا ِّن الﻌلﻢ موجود
ْ اِجْ ِل: Duduklah di mana sesungguhnya ilmu berada.
3. ّ
إنberada sesudah ِ(ذْاpada waktu).
Misalnya:
جئتك اِذْا ﱠِن الشمس تطلع : Saya datang kepadamu ketika matahari itu terbit.
ّ
4. إنberada di awal jumlah yang menjadi صلة الموصول
Contohnya:3[5]
- جاءالذى اﻧه مجتهد: Telah datang orang yang bersungguh-sungguh.
- Firman Allah SWT:
. . .
Artinya:
Contoh:
Artinya:
“Demi Al-Qur’an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul.” (QS.
Yasin: 1-3).
ّ
6. إنberada َ . Seperti firman Allah SWT:
sesudah lafal yang musytaq dari قولyang tidak bermakna ظ ﱠن
Artinya:
“Perkara Isa : Sesungguhnya aku ini hamba Allah. (QS. Maryam: 30)
َ , maka إن
Dan apabila bermakna ظ ﱠن ّ yang berada sesudahnya wajib dibaca fathah hamzahnya,
ّ dita’wil mashdar menjadiمفول به
karena lafal sesudah إن
Contoh:
Artinya:
Misalnya:
(جاءرج ٌل اﻧه فاضلDatang seorang laki-laki yang mulia).
ّ
9. إنberada dipermulaan jumlah yang menjadi pemula ()استئنافية. Seperti lafal: فﻼن أتى اسأت اليه اﻧّه
ّ ع ُﻢ
ُ ير
(لكاذبSi anu mengira bahwa sesungguhnya saya berbuat jelek kepadanya. Sesungguhnya dia
adalah berbohong).
Misalnya:
- (علت اﻧك لمجتهدSaya mengerti sesungguhnya kamu benar-benar orang-orang yang tekun).
Artinya:
“. . . Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar rasul-Nya dan Allah
mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta. (QS. Al-
Munafiqun: 1)
11. ّ
إنbersama lafal sesudahnya berstatus sebagai ﺧبرdari isi ‘ain اسﻢ عين
Misalnya:
Artinya:
Hamzah ا َ ﱠنwajib di baca fathah apabila lafal sesudah ا َ ﱠنwajib dita’wil dengan mashdar
marfu’, mashdar manshub atau dengan mashdar majrur. Yaitu berada disebelas tempat:
1. Yang wajib dibaca fathah hamzahnya karena dita’wil dengan mashdar marfu’ ada 5 tempat
yaitu:5[7]
Misalnya:
- ٌ (بلغنى اﻧك مجتهدTelah sampai kepadaku bahwa sesungguhnya kamu orang yang rajin).
Artinya:
“Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab
(Al-Qur’an) . . .”. (QS. Al-Ankabut: 51).
Termasuk hamzahnya ا َ ﱠنwajib dibaca fathah ialah ketika ا َ ﱠنberada sesudah َل ْوdan َمامصدرية. Karena
lafal sesudah ا َ ﱠنdita’wil dengan mashdar marfu’ yang berkedudukan sebagai فَا ِع ْلdari فﻌلyang
dibuang, yakni َ(ث َ َبتtetap).
Contoh:
- لَ ْو: (لَ ْواﻧك اجتهدتلكان ﺧيرالكSeandainya kamu sungguh rajin maka sungguh kerajinan itu lebih
baik bagimu).
Artinya:
“Sesungguhnya kalau mereka beriman dan bertakwa, (niscaya mereka akan mendapat pahala),
dan sesungguhnya pahala dari sisi Allah adalah lebih baik, kalau mereka mengetahui.” (QS. Al-
Baqarah: 103).
Huruf lam pada lafal لمﺜوبةadalah lam jawab, dan jumlah sesudahnya menjadi jawabnya لو.
- ماMashdarnya zharfiyah:
Ucapan mereka : (ﻻاكلمه ماان حراءمكاﻧهSaya tak berbicara kepadanya selagi Hara’ (gunung di Mekah)
masih menjadi tempatnya).
Misalnya:
- منصرف
ٌ (علﻢ اﻧكSudah diketahui bahwa sesungguhnya kamu orang yang sedang pergi).
Artinya:
Contoh:
ٌ
- ٌ (حسن اﻧك مجتهدAdalah baik bahwasanya kamu tekun)
Taqdirnya : حسن اجتهادك
Artinya:
“Dan sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)-Nya bahwa kamu melihat bumi itu kering tandus . .
.”. (QS. Fushshilat: 39).
(lafal من اياتهjar wa majrur sebagai ﺧيرمقدّمdan lafal sesudah ا ّ ﱠنdita’wil mashdar marfu’ menjadi
مبتداءمؤﺧر.
d. ا ّ ﱠنdan lafal sesudahnya menempati tempatnya ﺧبرdari isim maknan ()اسﻢ مﻌنىyang menjadi مبتداء
atau اسﻢnya ا ّ ﱠن.
Misalnya:
- Mubtada’: (حسبك اﻧك كري ٌﻢCukup bagimu bahwasanya kamu adalah orang yang mulia).
- Isimnya : ى اﻧك فاض ٌل ّ (Sesungguhnya menjadi dugaanku bahwasanya kamu orang yang
ّ ان ظن
utama).
Apabila مبتداءyang dipasang ﺧبرitu berupa isim dzat اسﻢ عين, maka hamzahnya ا ّ ﱠنwajib dibaca
kasrah sebagaimana contoh-contoh yang sudah lewat. Karena ucapan : (ﺧلي ٌل أﻧهُ كري ٌﻢKhalid adalah
sungguh orang yang mulia) kalau dibaca fathah hamzahnya, maka ta’wilnya : ُ(ﺧليل كر ُمهKhalidnya
mulianya), maka menjadi tidak sempurna artinya.
e. اّ ﱠنdan lafal sesudahnya sebagai ٍ(تابعٍ لمرفوعisim yang mengikuti kepada isim yang dibaca rafa’)
yang berkedudukan menjadi (مﻌطوفisim yang di’athafkan) atau menjadi بدل.
Contoh badal:
(يﻌجبنى سﻌيد ٌاﻧه مجتهدSa’id mengherankan saya bahwasannya ia orang yang rajid)
2. ا َ ﱠنyang wajib dibaca fathah hamzahnya karena dita’wil dengan mashdar manshub ada di tiga
tempat, yaitu:6[8]
Contoh:
b. Apabila ا َ ﱠنdan lafal sesudahnya berfungsi sebagai ﺧبرdari كانdan saudara-saudaranya yang اسﻢ
nya terdiri dari isim makna (bukan isim dzat).
Misalnya:
(كنَ على ايَقينى اﻧك ت َ ْتبع الحقTelah menjadi keyakinanku bahwasanya kamu mengikuti kebenaran).
Taqdirnya: (كان على اتباعك الحقAdalah pengetahuanku bahwa aku mengikuti kebenaran)
c. ا َ ّنdan lafal sesudahnya sebagai (تابع لمنصوبisim yang mengikuti kepada isim yang dibaca nasab)
dengan kedudukan sebagai ‘ataf atau sebagai badal.
Contoh:
Sebagai athof ()عطﻒ
- (علمتُ بجيئَك َواَ ﱠﻧكَ منصرفSaya mengetahui kedatanganku dan bahwasanya kamu pergi).
Artinya:
“Hai Bani Isra’il, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah
pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat.” (QS. Al-Baqarah: 47).
- ِ ُسنُ ال ُخل
Sebagai badal ()بدل: ق َ (اﺧترمتُ ﺧالداﻧه َحSaya menghormati Khalid, sesungguhnya dia bagus
budi pekertinya).
Ta’willnya: (اِحْ ت ََر ْمتُ ﺧَا ِلدًا حسنَ ﺧلقهSaya menghormati Khalid, yakni kebaikan akhlaqnya).
Artinya:
“Dan (ingatlah), ketika Allah menjanjikan kepadamu bahwa salah satu dari dua golongan (yang
kamu hadapi) adalah untukmu . . .”. (QS. Al-Anfal: 7).
3. ا َ ﱠنyang wajib dibaca fathah hamzahnya karena dita’wil dengan mashdar majrur ada di tiga tempat,
yaitu:
a. Apabila ا َ ﱠنberada sesudah huruf jar, maka lafal yang berada setelah ا َ ﱠنdita’wil mashdar yang
diajarkan oleh huruf jar tersebut.
Contoh:
Artinya:
“Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dialah yang hak . . . .” (QS. Al-Hajj: 6).
Misalnya:
- ( جئت قبل اَ ﱠن اشمس تطال ُعSaya sudah datang sebelum matahari terbit).
“. . . sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang
kamu ucapkan.” (QS. Adz-Dzariyat: 23).
c. ا َ ﱠنdan lafal sesudahnya adalah sebagai (تا بع لمجرورisim yang mengikuti kepada yang dibaca
majrur), baik selaku ma’thuf ()مﻌطوفatau badal ()بدل.
Contoh ma’thu ()مﻌطوف: (سررت من ادب ﺧليل واﻧه عا قلSaya disenangi dengan budi pekerti Khalil dan
bahwasanya yang berakal)
Taqdirnya: (سررت من ادب ﺧليل وعقلهSaya senang dengan budi pekerti Khalil dan akalnya).
(عجبت مته اﻧه مهملSaya heran kepadanya, yakni dia itu orang yang lalai).
Taqdirnya: (عجبتُ منه اهمالهSaya heran kepadanya yakni akan kelalaiannya).7[9]
BAB III
PENUTUP
Simpulan:
ّ
1. إنberada di awal kalimat, baik secara hakiki maupun hukmi.
ّ
2. إنberada sesudah lafal (حيتdi mana).
ّ
3. إنberada sesudah ِ(ذْاpada waktu).
ّ
4. إنberada di awal jumlah yang menjadi صلة الموصول
ّ
6. إنberada َ .
sesudah lafal yang musytaq dari قولyang tidak bermakna ظ ﱠن
1. Yang wajib dibaca fathah hamzahnya karena dita’wil dengan mashdar marfu’ ada 5 tempat yaitu:
- اّ ﱠنdan lafal sesudahnya menempati tempatnya ﺧبرdari isim maknan ()اسﻢ مﻌنىyang menjadi مبتداء
atau اسﻢnya ا ّ ﱠن.
- اّ ﱠنdan lafal sesudahnya sebagai ٍ(تابعٍ لمرفوعisim yang mengikuti kepada isim yang dibaca rafa’)
yang berkedudukan menjadi (مﻌطوفisim yang di’athafkan) atau menjadi بدل.
2. اَ ﱠنyang wajib dibaca fathah hamzahnya karena dita’wil dengan mashdar manshub ada di tiga
tempat, yaitu:
- Apabila ا َ ﱠنdan lafal sesudahnya berfungsi sebagai ﺧبرdari كانdan saudara-saudaranya yang اسﻢ
nya terdiri dari isim makna (bukan isim dzat).
- اَ ّنdan lafal sesudahnya sebagai (تابع لمنصوبisim yang mengikuti kepada isim yang dibaca nasab)
dengan kedudukan sebagai ‘ataf atau sebagai badal.
3. ا َ ﱠنyang wajib dibaca fathah hamzahnya karena dita’wil dengan mashdar majrur ada di tiga tempat,
yaitu:
- Apabila ا َ ﱠنberada sesudah huruf jar, maka lafal yang berada setelah ا َ ﱠنdita’wil mashdar yang
diajarkan oleh huruf jar tersebut.
- ا َ ﱠنdan lafal sesudahnya adalah sebagai (تا بع لمجرورisim yang mengikuti kepada yang dibaca
majrur), baik selaku ma’thuf ()مﻌطوفatau badal ()بدل.
Inna dan sejenisnya merupakan salah satu dari sekian awamil yang masuk pada mubtada
dan khabar, dan mengubah kedudukan lafaz dan pengertiannya dari pengertian semula. Oleh
karena itu, awamil tersebut juga dinamakan “nawasikh”, artinya yang menghapus atau
mengubah hukum / pengertian jumlah dari asalnya.
Adapun yang dimaksud inna dan sejenisnya ini adalah enam huruf yang mencakup: إن,
أن, لﻜﻦ, ﻛﺄن, ليﺖ, لﻌﻞ.Keenam jenis huruf tersebut merupakan kelompok kata yang merubah
bunyi mubtada’ yang semula marfu’ menjadi manshub, sekaligus tetap mempertahankan khabar
pada keadaan semula, yaitu marfu’. ( ﻞ ﻗَﺎﺋٌِﻢ ِ ِ
ٌ ) إ ﱠن َر ُﺟﻼً ﻗَﺎﺋ ٌﻢ → َر ُﺟJadi, inna dan sejenisnya tersebut
me-nashab-kan isim yang semula mubtada dan me-rafa’-kan khabar yang semula marfu’ oleh
mubtada. Oleh karena itu pula maka isim kalimat yang dimasukinya disebut dengan isim-nya
inna dan khabar kalimat tersebut adalah khabar inna. Jenis dan fungsi inna tersebut secara lebih
rinci dapat dilihat sebagai berikut:
1. إن: Sesungguhnya
2. أن : Sesungguhnya, bahwasanya.
إنdan أن, keduanya berfungsi sebagai huruf ta’kid ()الﺘﺄﻛيد, ﺗقﻮﻳة اﳌﻌﲎ ﰲ ذﻫﻦ الﺴﺎﻣﻊ,yakni
untuk menguatkan atau meyakinkan, dengan catatan bahwa إنbisa terletak di awal atau di
tengah kalimat, sedangkan أنpasti terletak di tengah kalimat. Contoh: ﻣﺴﻌﻮدا ﻏﲏﱞ
ً إنdan
ٌﻣﺴﻌﻮدا ﻓقﲑ
ً ﺑلﻐﲏ أن.
3. لﻜﻦ : Akan tetapi, tapi, namun; kata ini berfungsi sebagai istidrak ( )إﺳﺘدراك, ﺗﻌقيد الﻜﻼم ﺑﺮﻓﻊ ﻣﺎ
ﻳﺘﻮﻫﻢ ﺷﺒﻮﺗه او نﻔيه,yakni untuk menyusulkan keterangan atau “menyangkal” pernyataan
sebelumnya. Oleh karenanya, pasti ada pernyataan atau kalimat sebelumnya. Contoh: ﻗﺎم ﻋلﻲ
لﻜﻦ ﻣﺴﻌﻮدأ ﻋﻢ.
4. ﻛﺄن : Seolah-olah, seakan-akan; berfungsi sebagai tasybih ( ) الﺘﺸﺒيه, ﻣﺸﺎرﻛة أﻣﺮ ﻷم ﰲ اﳌﻌﲎ, yakni
untuk menyerupakan sesuatu dengan sesuatu yang lain. Contoh: ﻳدا اﺳ ٌد
ً ﻛﺄن ز.
5. ليﺖ : Semoga, kiranya, mudah-mudahan atau barangkali; berfungsi sebagai tamanny ( ) الﺘﻤﲏ, ﻃلﺐ
ﻣﻼ ﻃﻬﻢ ﻓيه او ﻣﺎ ﻓيه ﻋﺴﺮ,yakni untuk mengharapkan sesuatu yang tidak mungkin atau sulit dicapai.
Contoh: ﻳدا ذﻛﻲ
ٌ ً ليﺖ ز.
6. لﻌﻞ : Semoga, mudah-mudahan atau agar; berfungsi sebagai tarajjiy atau tawaqqu’ ( ) الﱰﺟﻲ, ﻃلﺐ اﻷﻣﺮ
اﶈﺒﻮب او اﻹﺷﻔﺎق ﰲ اﳌﻜﺮوﻩ, yakni untuk mengharapkan sesuatu yang mungkin atau mudah dicapai,
atau menharapkan terjadinya sesuatu yang disukai atau tidak terjadinya sesuatu yang tidak
dikehendaki. Contoh: ﻗﺎدم لﻌﻞ
ٌ َ اﳊﺒيﺐatau ﻫﺎلﻚ
ٌ لﻌﻞ زﻳدا.
Inna atau sejenisnya merupakan ‘amil (penyebab) lain terjadinya perubahan pada jumlah
ismiyyah yang terdiri dari mubtada’ dan khabar. Perubahan yang terjadi apabila inna atau
sejenisnya memasuki mubtada’ dan khabar yaitu:
1. Kalimah isim yang semula berkedudukan sebagai mubtada’ berubah kedudukannya menjadi isim
inna atau sejenisnya, dan kata yang semula berkedudukan sebagai khabar berubah menjadi
khabar inna atau yang sejenisnya.
2. ﺗنﺼيﺐ اﻻﺳﻢ وﺗﺮﻓﻊ اﳋﱪ, inna atau yang sejenisnya itu me-nashab-kan isim-nya dan me-rafa’-kan
khabar-nya. Maksudnya, sebagaimana telah diketahui bahwa mubtada’ dan khabar harus dibaca
rafa’ ( )ﻣﺮﻓﻮع, maka ketika kedudukannya berubah, akan terjadi perubahan sebagai berikut: isim
inna atau sejenisnya harus dibaca nashab ( )ﻣنﺼﻮب, sedangkan khabar inna atau yang sejenisnya
tetap harus dibaca rafa’ ( ) ﻣﺮﻓﻮع.
Isim inna atau yang sejenisnya terkadang berupa isim zhahir dan adakalanya berupa isim
dhamir, dan khabar inna atau yang sejenisnya terkadang berupa kalimah isim (khabar mufrad),
adakalanya berupa jumlah ismiyyah atau jumlah fi’liyyah dan terkadang pula berupa jar-majrur.
Setiap kalimah isim yang berkedudukan sebagai isim inna atau yang sejenisnya berupa
isim zhahir, maka tanda nashab-nya tergantung pada bentuk kalimah-nya. Begitupula setiap
kalimah isim yang berkedudukan sebagai khabar inna atau yang sejenisnya berupa isim zhahir,
maka tanda rafa’-nya tergantung pula pada bentuk kalimah-nya.
ﺧﱪ إن اﺳﻢ إن
Bentuk إن اﳋﱪ اﳌﺒﺘدأ
ﻣﺮﻓﻮع ﻣنﺼﻮب
Mufrad ﻏﻔﻮر
ٌ َﷲ إن ﻏﻔﻮر
ٌ ُﷲ
Mufrad ٌﻛﺮﳝة َالﻌﺎﺑدة
إن ٌﻛﺮﳝة ٌالﻌﺎﺑدة
إن
ُﻛﺮﻣﺎء الﻌﺒﺎد
َ ُﻛﺮﻣﺎء الﻌﺒﺎد
ُ
Jama’ taksir إن
ﻛﺮﳝﺎت ِالﻌﺎﺑدات ﻛﺮﳝﺎت
ٌ الﻌﺎﺑدات
ٌ ُ
Jama’ muannats
ٌﻛﺮﱘ ﻣﻮﺳﻰ
َ إن ٌﻛﺮﱘ ﻣﻮﺳﻰ
َ
Maqshur ٌﻛﺮﱘ القﺎﺿﻲ
َ
إن
ٌﻛﺮﱘ القﺎﺿﻰ
ْ
Manqush ِ
ﻛﺮﳝﺎن الﻌﺎﺑدﻳ ِﻦ إن ِ
ﻛﺮﳝﺎن ِ
الﻌﺎﺑدان
ِ
ﻛﺮﳝﺘﺎن ِ الﻌﺎﺑدﺗ
ﲔ ِ
ﻛﺮﳝﺘﺎن الﻌﺎﺑد ِن
Mutsanna
ﻛﺮﳝﻮ َن الﻌﺎﺑدﻳﻦ إن ﻛﺮﳝﻮ َن الﻌﺎﺑدو َن
َ
Jama’ mudzakkar ذو ﻋل ٍﻢ ﲪﺎك إن ذو ﻋل ٍﻢ ﲪﻮك
َ اﺧﻮ ا ﺑﻜ ٍﺮ َ اﺧﻮ اﺑﻮ ﺑﻜ ٍﺮ
Asma’ khamsah