Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Saya panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-
Nya kepada Saya, sehingga saya bisa selesaikan makalah Pendidikan Al-Quran

Makalah ilmiah ini sudah selesai saya susun dengan maksimal dengan bantuan pertolongan dari
berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu saya
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang sudah ikut berkontribusi didalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, saya menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata sempurna baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, saya terbuka untuk menerima
segala masukan dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga kami bisa
melakukan perbaikan sehingga menjadi makalah yang baik dan benar.

Akhir kata saya meminta semoga makalah Pendidikan Al-Quran ini bisa memberi manfaat
ataupun inpirasi pada pembaca.

                                                Banjarmasin, Oktober 2018

                                                                                                   Penyusun

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………….………………………………… 1
DAFTAR ISI …………………….………………………………....2

 A. Muqaddimah ….…….…………………………..………………….. 3
 B. Teks Ayat Dan Terjemahannya…………………………..………….. 3
 C. Kajian Kosa Kata……………………………………………………... 3

1. Tafsir Al Maraghi……………………………………………….. 3
2. Tafsir Jalalain…………………………………………………… 4
3. Tafsir Al Misbah………………………………………………… 4
 D. Asbab Al-Nuzul Dan Munasabah Surat……………………………… 6

1. Asbab Al-Nuzul…………………………………………………. 6
2. Hubungan Surat Al-ikhlas Dengan Surat Al-Falaq……………... 7
 E. Syarh Dan Penjelasan………………………………………………… 7
 F. Hikmah……………………………………………………………….. 9
 Cerita Nabi Ibrahim…………………………………………………….. 9
 Cerita Nabi Ibrahim As Mencari Tuhan Kemudian Menemukan Allah… 10
 Nabi Ibrahim Melihat Bukti Kekuasaan Allah…………………………... 11

2
A.    MUQADDIMAH
Surat ini terdiri atas 4 ayat, termasuk golongan surat-surat Makkiyyah, diturunkan sesudah
surat An Nass. Dinamakan “Al Ikhlas” karena surat ini sepenuhnya menegaskan kemurnian ke
esaan Allah S.W.T.
      Pokok –pokok isinya :
1.      Penegasan tentang kemurnian ke esaan Allah S.W.T.
2.      Menolak segala macam kemusyrikan.
3.      Menerangkan bahwa tidak ada sesuatu yang menyamaiNya.

B.     TEKS AYAT DAN TERJEMAHANNYA


‫بِس ِْم هَّللا ِ الرَّحْ َم ٰـ ِن ال َّر ِحيم‬
٤﴿ ‫﴾ َولَ ْم يَ ُكن لَّهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬٣﴿ ‫﴾ لَ ْم يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬٢﴿ ‫ص َم ُد‬
َّ ‫﴾ هَّللا ُ ال‬١﴿ ‫﴾قُلْ ه َُو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬
Artinya:
1.      Katakanlah: Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2.      Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3.      Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan.
4.      Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan dia.

C.    KAJIAN KOSA KATA


1.      Tafsir Al Maraghi
‫َأ َح ٌد‬
            Ahadun: satu, tidak banyak. Zat-nya satu. Allah tidak terdiri dari unsur-unsur kebendaan
yang beraneka ragam, dan bukan terdiri dari bahan pokok lainnya.
َّ ‫اَل‬
‫ص َمد‬
As-Samad: yang selalu menjadi tempat bergantung ketika dalam keadaan yang penting
(tempat meminta). Seperti yang dikatakan seorang penyair:

َّ ‫بِ َع ْم ِر َو ْب ِن َم ْسعُوْ ٍد َوبِال َّسيِّ ِدااِل‬  ‫لَقَ ْد بَ َك َرالنَّا ِعى بِ َحي ِْربَنِى اَ َس ْد‬
‫ص َم ْـد‬
3
“orang yang tertimpa musibah itu, secara dini telah menemui orang yang paling baik kalangan
Bani Asad, yakni Amr Ibnu Mas’ud, seorang pemimpin dan tempat diminta pertolongan”
ْ ‫اَ ْل ُك‬ & ‫اَ ْل ُم َكافِى‬
  ‫ف ُء‬
                        Yang menyamai-Nya, dalam hal kemampuan dan kekuasaan-Nya.

2.      Tafsir Jalalain

a.     ‫قُلْ ه َُو هَّللا ُ َأ َح ٌد‬    (katakanlah: “dia-lah Allah yang Mahaesa”)


Lafaz Allah adalah khabar dari lafaz Huwa, sedangkan lafaz Ahadun adalah Badal dari lafaz
Allah, atau khabar kedua dari lafaz Huwa.
َّ ‫هَّللا ُ ال‬   (Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu) lafaz ayat ini
b.     ‫ص َم ُد‬
terdiri dari Mubtada dan Khabar; artinya, Dia adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala
sesuatu untuk selama-lamanya.
c.       ‫لَ ْم يَلِـ ْد‬        (Dia tiada beranak) karena tiada yang menyamai-Nya - ‫ َولَ ْم يُولَـ ْد‬ (dan tiada pula
diperanakan) karena mustahil hal ini terjadi bagi-Nya.
d.     ‫ولَ ْم يَ ُكن لَّهُ ُكفُ ًوا َأ َح ٌد‬ 
َ (Dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia) atau yang sebanding
dengan-Nya, lafaz Lahu berta’alluq kepada lafaz Kufuwan. Lafaz Lahu ini didahulukan karena
dialah yang menjadi subjek penafian; kemudian lafaz Ahadun diakhirkan letaknya padahal ia
sebagai isim dari lafaz Yakun, sedangkan Khabar yang seharusnya berada di akhir
mendahuluinya; demikian itu karena demi menjaga Fashilah atau kesamaan bunyi pada  akhir
ayat.

3.      Tafsir Al Misbah
Ayat 1
                Kata ( ْ‫)قُل‬  qul/katakanlah membuktikan bahwa Nabi Muhammad SAW.
Menyampaikan segala sesuatu yang diterimanya dari ayat-ayat al-Qur’an yang disampaikan oleh
Malaikat Jibril AS. Seandainya ada sesuatu yang disembunyikan atau tidak disampaikannya,
yang paling wajar untuk itu adalah semacam kata qul/ini.

4
          Kata (‫)هُو‬ huwa biasa di terjemahkan Dia. Kata ini bila digunakan dalam redaksi
semacam bunyi ayat pertama ini, ia berfungsi untuk menunjukan betapa penting kandungan
redaksi berikutnya, yakni: Allahu Ahad. Kata (‫)هُ َو‬ huwa disini dinamai dhamir asy-sya’n atau al
qishshah atau al-hal.
            Menurut Mutawalli asy-Sya’rawi, Allah adalah gaib, tetapi kegaiban-Nya itu mencapai
tingkat syahadatl nyata melalui ciptaan-Nya. Dengan demikian, jika anda berkata Huwa/Dia,
ketika itu juga anda bagaikan berkata bahwa al-Hal(keadaan) yang sebenarnya adalah Allah
Maha Esa-baik anda mengesakan-Nya maupun tidak.
          Kata (‫)هللا‬ Allah adalah nama bagi suatu Wujud Mutlak, yang berhak disembah, pencipta,
pemelihara, dan pengatur seluruh jagat raya. Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa yang di sembah dan
diikuti segala perintah-Nya. Para pakar bahasa berbeda pendapat tentang kata ini. Ada yang
menyatakan bahwa ia adalah nama yang tidak terambil dari satu akar kata tertentu, da nada juga
yang mengatakan bahwa ia terambil dari kata ((‫اله‬ aliha yang berarti mengherankan,
menakjubkan karena setiap perbuatan-Nya sendiri, bila akan dibahas hakikat-Nya akan
mengherankan pembahasnya. Ada juga yang berpendapat bahwa kata illah ilah yang terambil
dari akar kata yang berarti ditaati karena ilah atau Tuhan selalu ditaati.
                 Apapun asal katanya, yang jelas Allah menunjuk kepada Tuhan yang Wajib Wujud-
Nya itu, berbeda dengan kata (‫)االه‬ ilah yang menunjuk kepada siapa saja yang dipertuhan, baik
itu Allah maupun selain-Nya, seperti Matahari yang di sembah oleh umat tertentu atau hawa
nafsu yang diikuti dan diperuntutkan kehendaknya oleh para pendurhaka itu (baca QS. Al-
Furqan[25]:43).
           Kata (‫)اَ َحد‬ ahadl esa terambil dari akar kata ( (‫وحــدة‬wahdah/ kesatuan  seperti juga
َ َ‫)ا‬ ahad bisa berfungsi sebagai nama dan bisa juga
kata((‫واحد‬ wahid yang berarti satu. Kata (‫حد‬
sebagai sifat bagi sesuatu. Apabila ia berkedudukan sebagai sifat, ia hanya digunakan untuk

َ َ‫)ا‬ ahad berfungsi sebagai sifat


Allah SWT. semata. Dalam ayat yang ditafsirkan ini, kata (‫حد‬
Allah SWT. dalam arti bahwa Allah memiliki sifat tersendiri yang tidak dimiliki oleh selain-Nya.
Ayat 2
            Kata (‫)الصمد‬
َ  ash-samad  terambil dari kata kerja (‫)صمد‬ shamada yang berarti menuju.
Ash- shamad adalah kata jadian yang berarti yang dituju.

5
            Kata (‫)الصـــــــمد‬
َ  ash-samad  berbentuk ma’rifah (definite) yakni dihiasi
oleh alif dan lamberbeda dengan ahad berbentuk nakirah (indefinite). Ini menurut Ibn Taimiyah,
karena kata ahadtidak digunakan dalam kedudukannya sebagai sifat (adjektif) kecuali terhadap
Allah sehingga di sini tidak perlu dihiasi dengan alif dan lam berbeda dengan kata ash-shamad.
Yang digunakan terhadap Allah, manusia dan atau apapun.
Ayat 3
            Kata (‫)يلد‬ yalid/beranak dan (‫)يولد‬ yulad/diperanakan terambil dari kata (

‫)ولد‬ waladayang digunakan Al Qur’an untuk menggambarkan hubungan keturunan sehingga


kata (‫)والد‬walid, misalnya, berarti ayah dan yang dimaksud adalah ayah kandung, (

‫)ولد‬ walad adalah anak kandung, (‫)والدة‬ walidah adalah ibu kandung, demikian seterusnya. Ini


berbeda dengan kata (‫)اب‬ab yang bisa berarti ayah kandung atau ayah angkat.
            Beranak atau diperanakan menjadikan adanya sesuatu yang keluar darinya dan ini
mengantar terbaginya zat Tuhan, bertentangan dengan arti ahad serta bertentangan dengan
hakikat sifat-sifat Allah. Di sisi lain, anak dan ayah merupakan jenis yang sama, sedangkan
Allah tiada sesuatu pun yang seperti-Nya (laisa ka-mitslihi syai’), baik dalam benak maupun
dalam kenyataan, sehingga pasti Dia tidak mungkin melahirkan atau dilahirkan.
            Kata (‫)لم‬ lam digunakan untuk menafikan sesuatu yang telah lalu, kata tersebut
digunakan karena selama ini telah beredar kepercayaan bahwa Tuhan beranak dan diperanakan.
Nah, untuk meluruskan kekeliruan itu, yang paling tepat digunakan adalah redaksi yang
menafikan sesuatu yang lalu. Seakan-akan ayat ini menyatakan: “kepercayaan kalian keliru,
Allah tidak beranak dan diperanakan.
Ayat 4
            Kata (‫)كفوا‬ kufuwan terambil dari kata (‫)كفو‬ kufu: yakni sama.

D.    ASBAB AL-NUZUL DAN MUNASABAH SURAT


1.      Asbab Al-Nuzul
Ad-Dahaq meriwayatkan bahwa kaum musyrik pernah mengutus Amir ibnu Tufail
menghadap Rasulullah SAW. Amir mengatakan kepada nabi atas nama mereka. “Engkau telah

6
memecahkan tongkat(persatuan) kami, dan engkau telah mencaci tuhan-tuhan kami. Engkau juga
telah menentang agama nenek moyangmu sendiri.
      Jika engkau merasa miskin, maka kami akan jadikan engkau seorang kaya raya. Dan jika
engkau gila, kami akan mengobati. Dan jika engkau mencintai seorang wanita, maka kami akan
nikahkan dengannya”. Kemudian nabi SAW. menjawab, “Aku tidak miskin, tidak gila dan tidak
mencintai wanita. Aku adalah Rasulullah. Aku mengajak kalian dari penyembahan berhala
kepada menyembah Allah”. Kemudian mereka mengutus Amir sekali lagi. Mereka berpesan
kepada Amir, “Katakanlah kepada Muhammad; jelaskanlah Tuhan yang disembahnya! Apakah
terbuat dari emas atau perak?” kemudian Allah menurunkan surat ini. QS.Al Ikhlas ayat 1-4.
2.      Hubungan Surat Al Ikhlas Dengan Surat Al Falaq
Surat Al Ikhlas menegaskan kemurnian keesaan Allah SWT., sedangkan surat Al Falaq
memerintahkan agar semata-mata kepada-Nya-lah orang memohon perlindungan dari segala
macam kejahatan.

E.     SYARH DAN PENJELASAN


            katakanlah (hai Muhammad) kepada orang yang bertanya kepadamu mengenai sifat
Tuhan, “Allah itu Esa. Maha Suci dari bilangan dan susunan. Sebab, jika zat itu berbilang, maka
berarti Tuhan membutuhkan semua bentuk kumpulan tersebut, sedang Allah tidak membutuhkan
semua bentuk kumpulan tersebut, sedang Allah tidak membutuhkan sesuatu apa pun.
            Allah-lah yang menjadi tempat bergantung semua hamba-hamba-Nya, dan mereka juga
menghadapkan dirinya kepada-Nya untuk meminta agar permintaan mereka itu dikabulkan tanpa
perantara atau koneksi. Dengan demikian, tampak salahlah akidah kaum musyrik Arab yang
mengharuskan adanya perantara atau koneksi ketika minta kepada Tuhan. Juga tampak salah 
akidah agama-agama lain yang mempunyai kedudukan khusus di sisi Tuhan, yaitu mereka
diangkat khusus untuk menjadi perantara antara dengan Tuhan dalam memenuhi kehendak
mereka. Karenanya, mereka minta kepada para perantara baik masih hidup atau sudah mati
dengan khusyu’ dan merendahkan diri. Mereka ziarah ke kubur-kubur para perantara itu, seperti
khusyunya mereka menghadap tuhan, bahkan lebih takut dibanding takutnya kepada Tuhan.
            Maha suci Allah dari mempunyai anak. Ayat ini merupakan jawaban terhadap kaum
musyrik Arab yang mempunyai dugaan bahwa malaikat itu adalah anak perempuan Allah. Juga

7
merupakan bantahan untuk orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa Al Masih itu anak
Allah.
            Bacalah ayat-ayat berikut ini:

َ ‫اَاَل اِنَّ ُح ْـم ِّم ْن اِ ْف ِك ِح ْـم لَيَقُوْ ل ُو ْن‬. َ‫اَ ْم َخلَ ْقن َْاال َم ِلع َكةَاِنَاثًا َّوهُْـم َشا ِه ُدوْ ن‬, َ‫َات َولَ ُح ُم ْالبَنُوْ ن‬
‫ولَ َدهللاُـ َواِنَّ ُح ْم‬: ُ ‫فَا ْستَ ْفتِ ِح ْم اَلِ َربِّكَ ْالبَن‬
َ‫لَك ِذبُوْ ن‬
            “Tanyakanlah (ya Muhammad) kepada mereka (orang-orang kafir Makkah), ‘apakah
untuk Tuhanmu anak-anak perempuan dan untuk mereka anak laki-laki, atau apakah kami
menciptakan malaikat-malaikat berupa perempuan dan mereka menyaksikan-Nya? Ketahuilah
bahwa sesungguhnya mereka dengan kebohongannya benar-benar mengatakan, ‘Allah beranak’.
Dan sesungguhnya mereka benar-benar orang yang berdusta”. [As-Saffat,37:149-152].
            (Tidak diperanakan). Sebab, jika Allah itu diperanakan, berarti sama dengan selain Allah.
Berarti Allah itu tadinya tidak ada menjadi ada. Maha Suci Allah dari semuanya itu.
            Diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, ia mengatakan bahwa tafsir ayat ini ialah; Allah tidak
melahirkan seperti Maryam. Dan tidak dilahirkan seperti Isa dan ‘Uzair.
            Ayat ini merupakan jawaban terhadapan keyainan kaum Nasrani yang mengatakan bahwa
Isa Al Masih adalah anak Allah. Juga merupakan bantahan terhadap keyakinan kaum Yahudi
yang mengatakan bahwa ‘Uzair adalah anak Allah.
            Tidak ada yang menyamai Allah. Ayat ini merupakan jawaban terhadap keyakinan orang-
orang yang bodoh; yang beranggapan bahwa Allah itu ada yang menyamai-Nya dalam seluruh
perbuatan-Nya. Keyakinan seperti ini juga dianut oleh kaum musyrik Arab yang mengatakan
bahwa para malaikat itu adalah sekutu Allah.
            Kesimpulan: surat ini mengandung sanggahan terhadap keyakinan kaum musyrik dengan
seluruh aneka keyakinannya Allah mensucikan diri-Nya dari berbagai sifat yang menjadi
keyakinan kaum musrik melalui firman-Nya “Allahu Ahad”.
            Allah juga mensucikan diri-Nya dari segala bentuk kebutuhan dengan firman-Nya
“Allahus-Samad”. Allah juga mensucikan diri-Nya dari hal-hal yang baru (dilahirkan) dan
berawal mula melalui firman-Nya “Lam Yalid”. Allah mensucikan diri-Nya pula dari segala
bentuk rupa yang sejenis atau serupa dengan-Nya melalui firman-Nya “Wa Lam Yulad”. Allah
juga mensucikan diri dari adanya sekutu melalui firman-Nya “Lam Yakun Lahu Kufuwan 
Ahad”.
            Maha suci Allah dari perkataan orang-orang zalim.

8
  
F.     HIKMAH
            Dengan mempelajari tafsir surat Al Ikhlas ini kita dapat  memahami bahwasannya Allah
SWT. adalah Dzat yang Maha Sempurna lagi Maha Kuasa tiada Tuhan selain Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah serta Allah SWT.  tidak beranak ataupun diperanakan dengan
kata lain Allah SWT. hanya satu dan tidak berwujud.

Cerita Nabi Ibrahim

Nabi ibrahim as adalah putera dari Aaazar (tarih) bin tahur bin saruj rau’ bin falij bin Aaabir bin
syalih bin arfakhsyad bin saam bin nuh as. Ayahnya adalah pembuat patung untuk sesembahan.
Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama “Faddam Aram” dalam kerajaan “Babylon” yang pada
waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama “Namrud bin kan’aan”, Beliau adalah seorang
rasul Allah yang diutus kepada satu kaum di negeri irak yang dikuasai oleh raja Namrud.

Cerita Nabi Ibrahim – Menurut buku kisah-kisah 25 nabi dan mukjizatnya, Kerajaan babylon
pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan
serba kecukupan sandan maupun pangan serta sarana prasarana yang menjadi keperluan
pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka berada ditingkat
jahiliyah. Mereka tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah mengaruniakan mereka
dengan segela kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah patung-patung
yang mereka pahaht sendiri dari batu batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.

Raja mereka namrud bin kan’aan menjalankan tampuk pemerintahan dengan tangan besi dan
kekuasaan mutlah tanpa adanya undang-undang. Semua kehendaknya harus terlaksana dan
segala perintahnya merupakan undang-undangn yang tidak dapat dilanggar atau ditawar.
Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup berlebih-lebihan yang
ia nikmati lama kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Dia
merupakan seorang raja yang kejam. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya

9
sebagai Tuhan. Ia berpikir jika rakyatnya mau dan rela menyembah patung-patung yang terbuat
dari batu yang tidak dapat memberikan manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka,
mengapa bukan dia saja yang disembah sebagai Tuhan. Dia yang dapat berbicara, dapat
mendegarn dan dapat berpikir, dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka
dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat mengubah orang miskin
menjadi kaya dan orang yang hinda di hina menjadi orang yang mulia. Di samping itu, ia adalah
raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.

Cerita Nabi ibrahim As Mencari Tuhan kemudian Menemukan Allah

Ketika Nabi ibrahim as masih anak-anak, dia dapat merasakan kesesatan kaummnya yang
menyembah berhala. Lalu Nabi ibrahim merenung dan berfikir, siapa kah Tuhan yang
sebenarnya? Pada suatu malam, nabi ibrahim as kagum akan bintang-bintang yang ada di langit.
Ia menganggap bahwa itu adalah Tuhan. Namun kemudian ia kecewa ternyata bulan lebih besar
dari pada bintang. Ia menganggap pula bahwa bulan adalah Tuhannya yang sebenarnya. Namun
ketika menjelang pagi Nabi ibrahim terkejut karena bintang dan rembulan yang semalam
diyakini sebagai Tuhan ternyata lenyap dari pandangan. Nabi Ibrahim as pun kecewa lagi.

Lalu muncul pula matahari yang bersinar lebih terang dan besar. Ia mengganggap bahwa
matahari itula Tuhannya. Sekali lagi Nabi Ibrahim as kecewa karena matahari juga hilang karena
malam tiba. Akhirnya nabi ibrahim as mengetahui bahwa ALlah adalah satu-satunya Tuhan yang
berhak disembah.

Ayah Nabi Ibrahim as adalah seseorang yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung.
Nabi Ibrahim as sebagai calon rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran
kepada kaumnya, jauh jauh telah diilhami akal sehat dan fikiran tajam serta kesadaran bahwa apa
yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah pebuatan yang sesat yang
menandakan kebodohan dan bahwa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah
perbuatan mungkar yang harus diberantas dan diperangi agar mereka kembali kepada
persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang MAha Esa, Tuhan pencipta
alam semesta ini.

10
Semasa remajanya, nabi ibrahim as sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-
patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya
ia tidak bersemangat untuk menjajajakn baran-barang itu.

Nabi Ibrahim melihat bukti kekuasaan Allah

Nabi ibrahim yang sudah berketatapan hati hendak memerangi syirik dan persembahan berhala
yang terjadi  dalam masyarakat kaumnya ingin lebih dahulu mempertebalkan iman dan
keyakinannya, menentramkan hatinya serta membersihkannya dari keragu-raguan yang mungkin
sesekali mengganggu pikirannya degan memohon kepada Allah agar diperlihatkan kepadanya
bagaimana Dia menghidupkan kembali makhluk-makhluk yang sudah mati. Berserulah ia kepada
ALlah : “Ya Tuhanku! Tunjukkanlah kepadaku bagaimana engkau mengidupkan makhluk-
makhluk yang sudah mati.” Allah menjawab seruannya dengan berfirman : Tidaklah engkau
beriman dan percaya kepada kekuasaan-Ku ? “Nabi Ibrahim menjawab  : “Benar, wahai
Tuhanku, aku telah beriman dan  percaya pada Mu dan kepada kekuasaan-Mu, namun aku ingin
sekali melihat itu dengan mata kepalaku sendiri, agar aku dapat mendapat ketentraman dan
ketenangan dan hatiku dan agar kami menjadi tebal dan kukuh keyakinanku kepada-Mu dan
kepada kekuasaan Mu.

Allah mengabulkan permohonan Nabi Ibrahim as lalu diperintahkanlah ia menangkap empat


ekor burung lalu setelah memperhatikan dan meneliti bagian tubuh-tubuh burung itu,
memotongnya menjadi berkeping-keping mencampur baurkan kemudian tubuh burung yang
sudah hancur luluh dan bercampur baur itu diletakkan di atas puncak setiap bukti dari empat 
bukit yang letakknya berjauhan satu dari yang lain.

Setelah dikerjakan apa yang telah diisyaratkan oleh Allah itu, diperintahkanlah Nabi Ibrahim as
memangil burung-burung yang telah terkoyak koyak tubuhnya dan terpisah jauh tiap-tiap bagian
tubuh burung dari bagian yang lain.

Dengan izin Allah dan kuasa-Nya datanglah beterbangan empat ekor burung itu dalam keadaan
utuh bernyawa seperti sediakala begitu mendengar seruan dan panggilan nabi ibrahim as
kepadanya lalu hinggaplah empat burung yang hidup kembali itu didepannya, dilihat dengan
mata kepalanya sendiri bagaimana Allah Yang Maha Berkuasa dapat menghidupkan kembali

11
makhluk-Nya yang sudah mati sebagaimana Dia menciptakannya dari sesuatu yang tidak. Dan
dengan demikian tercapailah apa yang diinginkan oleh Nabi Ibrahim as untuk menetramkan
hatinya dan menghilangkan kemungkinan ada keraguan di dalam iman dan keyakinannya, bahwa
kekuasaan dan kehendak Allah tidak ada sesuatu pun di langit atau di bumi yang dapat
menghalangi atau menentangnya dan hanya kata “kun” yang difirmankan oleh-Nya maka
terjadilah akan apa yang dikehendakinya “Fayakun”.

12
REFERENSI

Al-Mahalliy, Jalaluddin., dan Jalaluddin As-Suyuthi.(2013). Terjemahan Tafsir Jalalain Berikut


Asbaabun Nuzuul Jilid 4. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Mustafa, Ahmad.(1933). Terjemah Tafsir Al-Maragi Jilid 30. Semarang: Karya Toha Putra.

13

Anda mungkin juga menyukai