Anda di halaman 1dari 3

Praktikum Perkembangan Hewan

SUPEROVULASI
Dinda Fadhilah Belahusna, 1810421037, Biologi A

Superovulasi atau sering juga disebut multipleovulasi adalah sebagai salah satu upaya meningkatkan
efisien reproduksi, terutama terhadap hewan yang secara alami tergolong beranak tunggal. Istilah
superovulasi lebih populer dari pada multipleovulasi. Pada multipleovulasi cenderung mengacu hanya
pada arti kwantitas atau jumlah yang lebih banyak. Sedangkan superovulasi dapat meliputi kedua
pengertian, yaitu kwantitas dan kwalitas atau lebih baik dan lebih banyak. (Yatim, 1994). Dengan
pengertian bahwa dalam program superovulasi sekaligus melakukan seleksi, memilih hanya terhadap
hewan yang mempunyai nilai genetis superior (dijadikan induk donor) yang dilipat gandakan jumlah
sel telurnya setiap kali peristiwa ovulasi. Kemudian dilakukan inseminasi buatan IB (fertilisasi in vivo)
sehingga diperoleh embrio dengan kwalitas unggul dan jumlah lebih banyak, yang selanjutnya di
cangkok (ditransfer embrio, TE) pada induk-induk resipien (Djuhanda, 198). Pada teori masa lalu
gelombang folikuler diperkirakan terjadi pada pertengahan siklus birahi yang sekaligus pertengahan
fase luteal, yaitu berkisar antara hari ke 9 sampai ke 12 mengacu pada lamanya siklus birahi sapi yang
rata-rata 21 hari (18-24 hari). Hari-hari antara 9-12 itulah yang sementara ini diyakini sebagai hari-hari
baik untuk melaksanakan program superovulasi, yang hasilnya ternyata juga tidak pasti atau bersifat
untung-untungn. Pada penelitian terbaru ternyata gelombang folikuer tidak selalu terjadi pada
pertengahan siklus birahi dan pertengahan fase luteal sebagaimana keyakinan selama ini. Lebih dari itu
gelombang folikuler juga tidak hanya terjadi satu kali saja. Tergantung fertilitas masing-masing
individu, pada sapi terdapat tiga pada gelombang folikuler, yaitu masing-masing satu, dua atau tiga
gelombang folikuler. (Machmudin, 2008).
Praktikum Perkembangan Hewan tentang Superovulasi ini dilakukan pada Hari Kamis, 27
Februari 2020, Pukul 14.00 WIB di Laboratorium Pendidikan II, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah mikroskop, object glass, cover glass, jarum suntik dan baskom. Bahan yang digunakan pada
praktikum ini adalah 10 ekor Fejervarya sp. jantan dewasa dan tiga Fejervarya sp. betina dewasa.
Adapun cara kerja yaitu disediakan katak betina donor dan resepien, sebaiknya dipakai paling kurang 2
ekor katak yang benar-benar dlam kondisi optimal dan siapkan larutan Holtfreter. Katak jantan
didecapitasi dengan memotong melintang dibelakang selaput thympani. Buang rahang bawah dan
balikkan kepala sehingga atap rongga mulut menghadap kita lalu buang kulit rongga mulut. Buat 2
potongan mulai dari rongga otak hingga dasar bola mata, angkat tulang dasar tengkorak, sehingga otak
ventrakl akan kelihatan. Tentukan otak belakang, infundibulum dan hipofisa akan mulai dikenali
karena warna berbeda dari warna otak, kemerahan atau kekuningan. Ambil hipofisa katak lain,
masukkan dalam larutan yang sama sehingga hipofisa yang dibutuhkan terpenuhi. Injeksi hipofisa
dengan jarum suntik ke dalam rongga peritoneal posterolateral, lakukan hati-hati, sehingga tidak
mengenai organ visera. Tempatkan katak dalam wadah yang berisi air, biarkan telur dikeluarkan secara
spontan dalam waktu 24 jam.
Dari percobaan didapatkan hasil bahwa katak betina mengalami superovulasi dengan
mengeluarkan telur dua kali lipat lebih banyak dari pada pengeluaran telur biasanya. Hal tersebut
terjadi karena penyuntikan hipofisis pada katak betina. Kelenjar pituitari berperan dalam sekresi FSH
dan LH. FSH diangkut oleh kelenjar pituitari anterior oleh darah ke ovarium, dimana ia akan
mempengaruhi perkembangan folikel mensekresikan estrogen/hormone seksual wanita dan
menghasilkan sebuah oosit sekunder yang lepas (berupa sel telur matang), proses ini disebut ovulasi.
Hifofisa atau kelenjar pituitari adalah sebuah kelenjar endokrin yang menghasilkan sejumlah hormon
dengan fungsi dalam mengatur metabolisme, pertumbuhan dan reproduksi.ahli endokrinologi menyebut
hifofisa sebagai master of gland atau pusat dari endrikonologi, karena dapat mengatur ritme atau irama
aktivias-aktivitas kelenjar endokrin lainnya (Adnan, 2008). Superovulasi dapat diinduksi secara buatan
melalui pemberian hormon gonadotropin eksogen (berasal dari luar tubuh), misalnya Follicle
Stimulating Hormon (FSH) dan Pregnant Mare Serum Gonadotropine (PMSG). Pemberian hormon
tersebut dengan dosis tertentu akan menstimulasi proses pertumbuhan, perkembangan, pematangan dan
ovulasi dari sejumlah besar folikel pada katak (Lopez, 2005).
Berdasarkan dari percobaan, maka dapat kesimpulan bahwa superovulasi itu pengeluaran telur
dalam kondisi yang lebih cepat dari keadaan awal. Dengan bantuan hipofisa lain maka akan
mempengaruhi kerja gonad supaya mengalami perkembangan ovarium. Karena hipofisa itu menambah
kandungan hormon FSH dan LH. Kelenjar pituitari menghasilkan hormon yang dapat merangsang
gonad untuk menghasilkan sel kelamin.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan, 2008. Perkembangan Hewan. Jurusan Biologi FMIPA UNM. Makassar:


Djuhanda, Tatang. 1981. Embriologi Perbandingan. Armico. Bandung.
Lopez.A, Veiga., Bulnes A., Gonzales et al. 2005. Causes, characteristics and consequences of
anovulatory follicles in superovulated sheep. Domestic Animal endocrinology Feb; 30 (2); 76-
78.
Machmudin, Dadang dan tim. 2008. Embriologi Hewan. Biologi FMIPA UPI. Bandung.
Yatim, Wildan. 1976. Embriologi. Tarsito : Bandung.

LAMPIRAN
Percobaan Keterangan

 kelenjar pituatari berwarna putih,


dengan bentuk seperti ginjal dan
ukurannya sangat kecil. Kelenjar
tersebut dibawah kranium,

Gambar 1. Fejervarya sp. jantan


 penyuntikan pada bagian
abdomen dari katak betina di
suntikkan cairan pituatari

Gambar 2: penyuntikan cairan hipofisis pada


Fejervarya sp. betina

 Katak tersebut dibiarkan selama


24 jam, setelah itu melangkah
pada tahap berikutnya yaitu
stripping.

Gambar 3: Fejervarya sp. betina dibiarkan


selama 24 jam

 tahap stripping dimana setelah


dilakukan terdapat telur-telur yang
siap untuk dibuahi,

Gambar 4: Telur Fejervarya sp.

Anda mungkin juga menyukai