Anda di halaman 1dari 18

DEPARTEMEN ILMU PATOLOGI KLINIK REFERAT

FAKULTAS KEDOKTERAN JULI 2019


UNIVERSITAS HASANUDDIN
REFERAT GOLONGAN DARAH MAYOR DAN MINOR

DISUSUN OLEH:
Suandih Zulkarnain C014 182 017
Eri Abdillah C014 182 054
Dewi Rifkah C014 182 131
Ismi Nuranggraeni Guntur C014 182 142
Mar’atus Sholehah C014 182 143
SAMPUL

RESIDEN PEMBIMBING:

dr. Faigah Aprilia Sy.

SUPERVISOR PEMBIMBING:

dr. Rachmawati Muhiddin,Sp.PK(K)

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK


DEPARTEMEN ILMU PATOLOGI KLINIK
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
HALAMAN PENGESAHAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa:


Nama:
1. Suandih Zulkarnain C014 182 017
2. Eri Abdillah C014 182 054
3. Dewi Rifkah C014 182 131
4. Ismi Nuranggraeni Guntur C014 182 142
5. Mar’atus Sholehah C014 182 143

Judul Referat: GOLONGAN DARAH MAYOR DAN MINOR

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada


Departemen Ilmu Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin.

Makassar, Juli 2019

Supervisor Pembimbing, Residen Pembimbing,

dr. Rachmawati Muhiddin,Sp.PK(K) dr. Faigah Aprilia Sy.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................. ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iii

BAB I....................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN....................................................................................................1

BAB II......................................................................................................................2

TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................2

A. Golongan Darah.................................................................................................. 2

B. Golongan Darah Mayor.......................................................................................3

1. ABO............................................................................................................. 3

2. Rh................................................................................................................. 5

C. Golongan Darah Minor........................................................................................8

1. MNS............................................................................................................. 8

2. P....................................................................................................................8

3. Lutheran....................................................................................................... 9

4. Kell...............................................................................................................9

5. Kidd............................................................................................................10

6. Lewis.......................................................................................................... 11

7. Duffy.......................................................................................................... 12

BAB III...................................................................................................................13

RINGKASAN........................................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

Darah membentuk sekitar 8% dari berat tubuh total dan memiliki


volume rerata 5 liter pada wanita dan 5,5 liter pada pria. Darah terdiri dari tiga
jenis elemen selular khusus, eritrosit (sel darah merah), leukosit (sel darah
putih), dan trombosit (keeping darah), yang membentuk suspensi dalam cairan
kompleks plasma. Dalam plasma darah dijumpai senyawa kimia yang disebut
dengan aglutinin. Sedangkan dalam sel darah merah terdapat senyawa yang
disebut aglutinogen. (1)

Sel darah terdiri dari 99% sel adalah eritrosit, maka hematokrit, atau
packed cell volume, pada dasarnya mencerminkan persentase eritrosit dalam
volume darah total. Leukosit dan trombosit, yang tidak berwarna dan kurang
padat dibandingkan eritrosit, termampatkan dalam suatu lapisan tipis berwarna
krim yang dinamai “buffy coat”, di atas kolom sel darah merah, Lapisan ini
membentuk kurang dari 1% volume darah total.(1)

Dalam plasma darah dijumpai senyawa kimia yang disebut dengan


aglutinin. Aglutinin disebut juga antibodi yaitu senyawa kimia yang berperan
dalam menjalankan fungsi sistem kekebalan tubuh. Aglutinin berupa
sekumpulan senyawa yang terbentuk di dalam darah akibat infeksi bakteri yang
dapat menyebabkan penggumpalan bersama bakteri itu. Sedangkan dalam sel
darah merah terdapat senyawa yang disebut aglutinogen. Aglutinogen disebut
juga antigen. Antigen sendiri diartikan sebagai senyawa kimia yang dapat
merangsang aktifnya sistem kekebalan tubuh. Dalam kehidupan kita antigen
bisa diartikan sebagai senyawa kimia yang dapat menyebabkan penyakit.(1)

Istilah "golongan darah" mengacu pada seluruh sistem golongan darah


yang terdiri dari antigen sel darah merah yang dikendalikan oleh serangkaian
gen yang dapat bersifat alelik atau terkait sangat erat pada kromosom yang
sama.(2)

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Golongan Darah
Istilah "golongan darah" mengacu pada seluruh sistem golongan darah
yang terdiri dari antigen sel darah merah yang dikendalikan oleh serangkaian
gen yang dapat bersifat alelik atau terkait sangat erat pada kromosom yang
sama. Karl Landsteiner telah dikreditkan untuk penemuan sistem golongan
darah ABO pada tahun 1900. Penelitiannya tentang serologi identifikasi
golongan darah utama seperti jenis O, A, dan B, pengujian kompatibilitas, dan
selanjutnya praktik transfusi. Sejak penemuan Landsteiner (1901) sampai
sekarang, telah ditemukan lebih dari 100 antigen golongan darah dalam eritrosit.
Untuk kegunaan praktek, klinis yang terpenting hanya sistem golongan darah
ABO dan Rh.(2)
Saat ini, 33 sistem golongan darah yang mewakili lebih dari 300 antigen
terdaftar oleh International Society of Blood Transfusion. Sebagian besar dari
mereka telah dikloning dan diurutkan. Gen-gen dari sistem golongan darah ini
adalah autosomal, kecuali XG dan XK yang ditularkan X, dan MIC2 yang ada
pada kromosom X dan Y. Antigen dapat menjadi protein integral di mana
polimorfisme terletak pada variasi urutan asam amino (mis., Rhesus [Rh], Kell),
glikoprotein atau glikolipid (mis., ABO). Beberapa kelompok penting
disebutkan di sini.

GaTabel 2.1 Kelompok Golongan Darah


(Sumber : Rath G, Mitra R, Mishra N. Blood groups systems.2014)

2
Transfusi darah yang pertama kali dicoba dari orang ke orang dicoba,
timbul aglutinasi dan hemolisis sel darah merah secara cepat atau lambat, yang
menimbulkan reaksi transfusi yang khas dan kadang-kadang menyebabkan
kematian. Segera setelah itu, ditemukan bahwa darah dari orang yang berbeda
mempunyai sifat antigen dan imunitas yang berbeda pula, sehingga antibodi
dalam plasma darah seseorang akan bereaksi dengan antigen pada permukaan
sel darah merah orang lain yang golongan darahnya berbeda.(3)
Terdapat dua golongan antigen yang jauh lebih sering menimbulkan
reaksi transfusi darah daripada golongan lainnya. Golongan ini dinamakan
sistem antigen O-A-B dan sistem Rh.(3)

B. Golongan Darah Mayor


1. ABO
Antigen A dan B (Aglutinogen) dua antigen tipe A dan tipe B
terdapat pada permukaan sel darah merah pada sebagian besar populasi.
Antigen-antigen inilah (yang disebut juga aglutinogen karena mereka
seringkali menyebabkan aglutinasi sel darah) yang menyebabkan reaksi
transfusi. Karena antigen-antigen ini diturunkan, orang dapat tidak
mempunyai antigen tersebut di dalam selnya, atau hanya satu, atau sekaligus
mempunyai keduanya.(3)
Pada transfusi darah dari orang ke orang, donor darah dan darah
resipien normalnya diklasifikasikan ke dalam empat tipe O-A-B utama,
bergantung pada ada atau tidaknya kedua aglutinogen, yaitu aglutinogen A
dan B.
1. Golongan darah 0 = bila tidak terdapat aglutinogen A ataupun B
2. Golongan darah A = bila hanya terdapat aglutinogen A
3. Golongan darah B = bila hanya terdapat aglutinogen B
4. Golongan darah AB = bila terdapat aglutinogen A dan B
Bila tidak terdapat aglutinogen tipe A dalam sel darah merah
seseorang, maka dalam plasmanya akan terbentuk antibodi yang dikenal
sebagai aglutinin anti-A. Demikian pula, bila tidak terdapat aglutinogen tipe
B di dalam sel darah merah, maka dalam plasmanya terbentuk antibodi yang

3
dikenal sebagai aglutinin anti-B. Golongan darah 0, meskipun tidak
mengandung aglutinogen, mengandung aglutinin anti-A dan anti-B;
golongan darah A mengandung aglutinogen tipe A dan aglutinin anti-B; dan
golongan darah B mengandung aglutinogen tipe B dan aglutinin anti-A.
Akhirnya, golongan darah AB mengandung kedua aglutinogen A dan B
tetapi tidak mengandung aglutinin sama sekali.(3,8)

Tabel 2.2 Sistem Golongan Darah ABO


(Sumber : Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 6th ed.
Pendit BU, editor. Jakarta: EGC; 2011)
Penentuan Genetik terhadap Aglutinogen. Dua gen, salah satunya
terdapat di setiap kromosom dan dua kromosom yang berpasangan,
menentukan golongan darah O-A-B. Gen-gen tersebut dapat mengandung
salah satu dari ketiga antigen, namun hanya satu tipe saja yang terdapat di
setiap kromosom dari dua kromosom: tipe O, tipe A, atau tipe B. Gen tipe O
tidak berfungsi atau hampir tidak berfungsi, sehingga gen tipe ini
menghasilkan aglutinogen tipe O yang tidak bermakna pada sel. Sebaliknya,
gen tipe A dan B menghasilkan aglutinogen yang kuat pada sel.(3)

Enam kemungkinan kombinasi dari gen-gen ini, yaitu 00, OA, OB,
AA, BB, dan AB. Kombinasi gen-gen ini dikenal sebagai genotip, dan setiap
orang memiliki salah satu dari ke-enam genotip tersebut. Orang dengan
genotip 00 tidak menghasilkan aglutinogen, dan karena itu, golongan

4
darahnya adalah O. Orang dengan genotip OA atau AA menghasilkan
aglutinogen tipe A, dan karena itu, mempunyai golongan darah A. Genotip
OB dan BB menghasilkan golongan darah B, dan genotip AB menghasilkan
golongan darah AB.(3)

Tabel 2.3 Golongan Darah dengan Genotip Serta Unsur Pokok


Aglutinogen dan Aglutininnya
(Sumber : Hall JE, Guyton AC. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran. 12th ed. Schmitt W, editor. USA: Elsevier; 2011)

2. Rh
Bersama dengan sistem golongan darah O-A-B, sistem Rh juga
penting dalam transfusi darah. Perbedaan utama antara sistem O-A-B dan
sistem Rh adalah sebagai berikut: Pada sistem O-A-B, aglutinin
bertanggung jawab atas timbulnya reaksi transfusi yang terjadi secara
spontan, sedangkan pada sistem Rh, reaksi aglutinin spontan hampir tak
penah terjadi.(3)

Rhesus positif (rh positif) adalah seseorang yang mempunyai rh-


antigen pada eritrositnya sedang Rhesus negatif (rh negatif) adalah
seseorang yang tidak mempunyai rh-antigen pada eritrositnya. Antigen
pada manusia tersebut dinamakan antigen-D, dan merupakan antigen yang
berperan penting dalam transfusi. Tidak seperti pada A-B-O sistem dimana
seseorang yang tidak mempunyai antigen A/B akan mempunyai antibodi
yang berlawanan dalam plasmanya, maka pada sistem Rhesus
pembentukan antibodi hampir selalu oleh suatu eksposure apakah itu dari
transfusi atau kehamilan. Sistem golongan darah Rhesus merupakan
antigen yang terkuat bila dibandingkan dengan sistem golongan darah
lainnya. Dengan pemberian darah Rhesus positif (D+) satu kali saja

5
sebanyak ± 0,1 ml secara parenteral pada individu yang mempunyai
golongan darah Rhesus negatif (D-), walaupun golongan darah A-B-O nya
sama sudah dapat menimbulkan anti Rhesus positif (anti-D).(9,10)
Terdapat enam tipe antigen Rh yang biasa, salah satunya disebut
faktor Rh. Tipe-tipe ini ditandai dengan C, D, E, c, d dan e. Orang yang
memiliki antigen C tidak mempunyai antigen c, tetapi orang yang
kehilangan antigen C selalu mempunyai antigen c. Keadaan ini sama
halnya untuk antigen D-d dan E-e. Juga, akibat cara penurunan faktor-
faktor ini, maka setiap orang hanya mempunyai satu dari ketiga pasang
antigen tersebut. Tipe antigen D dijumpai secara luas di masyarakat dan
bersifat lebih antigenik daripada antigen Rh lain. Oleh karena itu,
seseorang yang mempunyai tipe antigen ini dikatakan Rh-positif,
sedangkan mereka yang tidak mempunyai tipe antigen D dikatakan Rh-
negatif. Meskipun demikian, perlu diperhatikan bahwa bahkan pada orang-
orang dengan Rh-negatif, beberapa antigen Rh lainnya masih dapat
menimbulkan reaksi transfusi, walaupun biasanya jauh lebih ringan. Kira-
kira 85 persen dari seluruh orang kulit putih adalah Rh-positif dan 15
persennya Rh- negatif. Pada orang kulit hitam Amerika, persentase Rh
positifnya kira-kira 95%, sedangkan pada orang kulit hitam afrika,
didapatkan persentase 100%.(3)
Pembentukan Aglutinin Anti-Rh. Bila sel darah merah yang
mengandung faktor Rh disuntikkan ke tubuh orang yang darahnya tidak
memiliki faktor Rh yaitu ke orang dengan Rh negatif perlahan-lahan akan
terbentuk aglutinin anti-Rh, yang akan mencapai konsentrasi maksimum
aglutinin kira-kira 2 sampai 4 bulan kemudian. Respons imun ini terjadi
lebih hebat pada beberapa orang tertentu dibandingkan orang lain. Dengan
pajanan faktor Rh berulang kali, orang dengan Rh-negatif akhirnya
menjadi sangat "tersensitisasi" terhadap faktor Rh.(3,10)
Setiap individu mendapatkan satu copy kromosom dari bapak dan
ibu. Pada contoh berikut digambarkan bahwa anak tersebut menerima R1
dari ibu dan R2 dari ayah. Jenis Ag Rh yang diekspresikan adalah

6
kombinasi gen yang ia terima dari kedua orangtuanya, seperti terlihat pada
Gambar 2.2 berikut ini. (7)

Gambar 2.1 Pewarisan Ag Rh dari kedua orangtua kepada anaknya

Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa alel Rh bersifat kodominan.


Pada contoh ini (Gambar 2.1), anak yang mempunyai alel RHCe dan
RHcE, maka keempat alel tersebut diekspresikan.(7)
Ilustrasi pola pewarisan Rh juga dapat digambarkan berdasarkan
ada tidaknya Ag D. Individu Rh positif mempunyai genotip DD dan Dd.
Individu Rh negatif mempunyai genotip dd. Jika Ibu bergolongan darah
Rh positif (heterozygot) dan ayah Rh positif (heterozygot), maka salah
satu anaknya bergolongan darah Rh positif (homozygot / DD). Berikut
adalah gambar pola pewarisan Rh yang lebih sederhana. (7)

7
Tabel 2.4. Pola pewarisan Rh dari orangtua dengan Rh+
(heterozygot)

C. Golongan Darah Minor


1. MNS(7)
Sistem golongan darah MNS ditemukan di tahun 1927 oleh
Landsteiner dan Levine. Sistem golongan darah ini mempunyai Ag dengan
jumlah cukup banyak, yaitu 46 Ag. Sistem ini merupakan perpaduan alel
yang bersifat kodominan, yaitu MN dan Ss. Jenis Ag yang umum dikenal
adalah : M, N, S, s, U. Ag MN berada di protein membran sel darah merah ;
glycophorin A (GPA) dan Ag Ss berada di glycophorin B (GPB). Fenotip
sistem golongan darah MNS yaitu :M+N-S+s-, M+N-S-s+, M+N+S+s-,
M+N+S+s+, M+N+S-s+, M-N+S+s-, M-N+S+s-, M-N+S+s+, M-N+S-s+,
M+N-S-s-, M+N+S-s-, M-N+S-s-.
Anti-M dan anti-N merupakan coldAb, dengan jenis IgM yang lebih
banyak dibanding IgG, dan jarang menimbulkan reaksi hemolitik. Anti-S , s
dan U dapat menstimulus terjadinya reaksi hemolitik pada transfusi, sehingga
Ab ini merupakan jenis Ab yang bermakna klinis.
Sistem golongan darah yang terdiri atas Ag dan Ab yang bermakna
klinis, maksudnya adalah jenis Ab tersebut dapat menyebabkan reaksi
hemolitik pada pasien transfusi maupun pada bayi baru lahir.
2. P(7)
Sistem golongan darah P pertama kali ditemukan oleh Landsteiner
dan Levine pada tahun 1927. Mereka menemukan Ag ini, setelah melakukan

8
percobaan dengan menyuntikkan sel darah merah manusia ke dalam kelinci.
Ag P ditemukan pada 79% ras kulit putih.
Jenis Ag pada sistem golongan darah P adalah P1dan P2. Individu
yang tidak mempunyai Ag P1, disebut dengan P2.
Anti-P1 umumnya merupakan tipe IgM (cold Ab) yang bereaksi
optimal pada suhu 40C, tapi terkadang dapat juga dideteksi pada suhu 370C
dan dapat mengikat komplemen.
3. Lutheran(7)
Ab terhadap Ag Lutheran pertama kali ditemukan pada tahun 1946.
Ab berasal dari serum pasien yang telah mendapat banyak transfusi darah
dan serum tersebut dapat mengaglutinasi 8% dari sampel yang disediakan.
Sistem Lutheran terdiri atas empat pasang Ag (Lua/Lub, Lu6/Lu9,
Lu8/Lu14, Aua/Aub) dan 10 jenis Ag independen. Jenis Ag Lua dan Lub
merupakan Ag yang utama. Fenotipnya adalah : Lu(a+b-), Lu(a+b+), Lu(a-
b+), Lu(a-b-). Ag Lutheran merupakan produk dari gen LU.
Anti Lua umumnya merupakan jenis Ab IgM, dan Lub umumnya
adalah tipe IgG. Kedua jenis Ab ini dilaporkan dapat menyebabkan reaksi
transfusi tunda. Jenis IgG pada Ag Lutheran umumnya adalah tipe reaksi
lemah / weak dan belum pernah ada insiden HDN karena anti Lutheran.
4. Kell(7)
Sistem golongan darah Kell ditemukan pada tahun 1946. Jenis Ag
dan Ab ini ditemukan pada kasus hemolitik bayi baru lahir. Ibu mempunyai
Ab yang menyerang sel darah merah bayi yang dikandungnya. Jenis Ag
tersebut diberi nama Ag K. Tiga tahun kemudian, ditemukan Ag k yang
diidentifilkasi dari sampel yang berasal dari penderita dengan kasus
hemolitik bayi baru lahir. Pada awalnya, diketahui hanya terdapat 2 jenis Ag
pada sistem golongan darah Kell, namun berdasarkan beberapa kasus
hemolitik yang terjadi, telah diidentifikasi 28 jenis Ag pada sistem Kell.
Ag Kell berasal dari lokus KEL di kromosom 7. Ag Kell merupakan
Ag yang sangat imunogenik (merangsang respon imun) setelah Ag ABO dan
Rh. Jenis Ag yang umum dikenal adalah : K dan k, Kpa dan Kpb, Jsa dan Jsb.
Fenotip dari sistem golongan darah Kell adalah : K-k+, K+k+, K+k-,

9
Kp(a+b-), Kp(a-b+), Kp(a+b+), Js(a+b-), Js(a-b+), Js(a+b+). Umumnya,
pada suatu populasi, Ag k lebih banyak dibandingkan Ag K.
Ag Kpa dan Kpb merupakan perpaduan dari dua alel kodominan pada
sistem golongan darah Kell. Individu dengan Ag Kpb lebih banyak
dibandingkan individu dengan Kpa. Pada Ag Jsa dan Jsb, diketahui bahwa
lebih banyak individu dengan Jsb dibandingkan Jsa. Ag Jsa banyak ditemukan
pada orang Afrika.
Anti K dan anti k merupakan jenis Ab IgG yang bereaksi optimal
pada suhu 370 C. Ab ini bermakna klinis, karena dapat menyebabkan reaksi
hemolitik yang cukup parah. Anti Kpa, anti Kpb, anti Jsa dan anti Jsb
mempunyai angka insiden yang lebih rendah dibandingkan anti K. Angka
insiden terhadap jenis Ab tertentu , tergantung kepada frekuensi jenis Ag
negatif pada pasien dan frekuensi jenis Ag positif pada donor. Anti Kell juga
dapat menyebabkan reaksi hemolitik pada bayi baru lahir. Hal ini
dikarenakan adanya anti Kell yang menyerang sel darah bayi yang berasal
dari ibu yang mengandungnya. Ibu mempunyai anti Kell karena adanya
paparan Ag Kell dari riwayat transfusi darah atau dari kehamilan sebelumnya.
5. Kidd
Sistem golongan darah antigen Kidd (juga dikenal sebagai antigen Jk )
ada pada membran sel darah merah dan ginjal dan membantu menentukan
jenis darah seseorang. Antigen Jk ditemukan pada protein yang bertanggung
jawab untuk transportasi urea dalam sel darah merah dan ginjal. Sistem
golongan darah Kidd ditemukan pada tahun 1951 dan terdiri dari 3 antigen
yakni, Jka (JK1), Jkb (JK2) dan JK3. Jka dan Jkb adalah polimorfik dalam
sebagian besar populasi dan didefinisikan oleh dua alel kodominan autosom.
Jk3 ditemukan pada semua sel darah merah yang membawa Jka atau Jkb.(4)
Antigen JK telah terdeteksi pada RBC janin sejak usia kehamilan 7 -
11 minggu dan sepenuhnya berkembang saat lahir. Antibodi JK bisa sulit
dideteksi dengan pengujian aglutinasi langsung dan umumnya memerlukan
penambahan globulin antihuman setelah masa inkubasi yang hangat.(5)
Golongan darah Kidd dapat membuat reaksi transfusi hemolitik akut
yang umum pada semua antigen golongan darah yang relevan secara klinis,

10
antigen JK terkenal karena menyebabkan reaksi transfusi hemolitik yang
tertunda karena respons anamnestik yang kuat yang ditunjukkan oleh
antibodi yang diarahkan pada antigen JK. Fenotip JK-null sangat jarang
terjadi pada sebagian besar kelompok etnis, tetapi secara klinis signifikan
karena kemampuan mereka dengan fenotipe JK-null untuk menghasilkan
antibodi yang diarahkan terhadap antigen Jk3 insiden tinggi. Antibodi anti-
Jk3 berperilaku sesuai dengan anti-Jka atau anti-Jkb yang memiliki
kemampuan untuk menyebabkan reaksi hemolitik akut dan tertunda.
Antibodi terhadap salah satu dari 3 antigen JK juga bisa menjadi penyebab
penyakit hemolitik janin dan bayi baru lahir, meskipun ini umumnya
ringan.(6)
6. Lewis(7)
Sistem golongan darah Lewis ditemukan pada tahun 1946 oleh
Mourant, dengan jenis Ag-nya adalah : Lea, leb. Ag Lewis, sesungguhnya
bukanlah Ag yang terdapat di membran sel darah merah, melainkan Ag
tersebut diserap oleh sel darah merah dari plasma darah. Ada tidaknya Ag
Lewis ditentukan oleh gen yang terdapat pada 3 lokus yang berbeda, yaitu :
1. Gen H (FUT 1) -> menentukan ada tidaknya substan H (merupakan
prekursor dari Ag A dan B).
2. Gen Se (FUT 2) -> menentukan ada tidaknya kemungkinan Ag A, B dan H
dengan status sekretor.
3. Gen Le (FUT 3) -> memproduksi enzim fukosiltransferase yang
mengkatalis perpindahan gugus gula di prekursor H untuk membentuk Lea
dan Leb.
Ketika terdapat gen H dan gen Se, maka akan menghasilkan substan
H yang terdapat di plasma. Substan H kemudian diubah menjadi Ag Leb.
Berdasarkan reaksi antara gen H, gen Se dan gen Le, maka terdapat empat
jenis fenotip yang dihasilkan, yaitu :
1. Le (a+b-) -> terdapat di individu dengan status ABH-nonsekretor,
sehingga hanya Ag Lea yang diproduksi.
2. Le (a-b+) ->terdapat di individu dengan status ABH-sekretor, sehingga
hanya Ag Leb yang terdeteksi di sel darah merah.

11
3. Le (a+b+) -> terdapat di individu dengan status ABH-sekretor. Ag Lea dan
Leb dapat terdeteksi di sel darah merah.
4. Le (a-b-) -> sel darah merah tidak mempunyai Ag Lewis.
Ab Lewis (anti lea dan leb) umumnya adalah bentuk IgM. Ab jenis ini
biasanya terdapat pada individu dengan fenotip Le (a-b-). Ab Lewis
mempunyai karakteristik reaksi optimal pada suhu di bawah 370 C, sehingga
bisa dikatakan bahwa Ab Lewis kurang bermakna klinis.
7. Duffy(7)
Sistem golongan darah Duffy ditemukan pada tahun 1950 oleh
Cutbush dan tim. Golongan darah tersebut berasal dari pasien pria penderita
hemofilia yang menerima transfusi darah dalam jumlah banyak dan pasien
tersebut memproduksi anti-Fya. Satu tahun kemudian, anti-Fyb ditemukan di
serum wanita yang telah melahirkan beberapa anak. Jenis Ag lainnya, yaitu
FY3, FY4, FY5 dan FY6 ditemukan 20 tahun kemudian, tetapi hanya Ag
FY3 yang bermakna klinis.
Jenis Ag utama pada sistem golongan darah Duffy adalah Fya dan Fyb.
Ag tersebut berasal dari dua alel kodominan pada gen Duffy (FY) di
kromosom1. Gen Duffy juga mengkode glikoprotein yang diekspresikan
pada organ lain, seperti : otak, ginjal, limpa, hati dan paru-paru.
Fenotip pada sistim golongan darah Duffy adalah : Fy(a+b-),
Fy(a+b+), Fy(a-b+), Fy(a-b-). Ekspresi homozygot dari gen Fy yang
menghasilkan fenotip Fy(a-b-) telah dibuktikan resisten dari infeksi malaria,
jenis Plasmodium vivax dan Plasmodium knowlesi. Hal tersebut merupakan
keuntungan pada individu yang hidup di daerah endemis malaria. Umumnya,
jenis fenotip ini terdapat pada ras kulit hitam.
Anti-Fya dan anti-Fyb merupakan jenis Ab IgG yang dapat
terstimulasi melalui proses transfusi maupun kehamilan. Ab Duffy lainnya,
seperti Fy3 dan Fy5 juga berasal dari reaksi transfusi.

12
BAB III

RINGKASAN

Selain golongan darah ABO dan Rh, masih terdapat beberapa jenis
golongan darah lainnya yang penting untuk dipelajari terkait dengan reaksi
yang dihasilkan karena transfusi darah ataupun kehamilan. Seperti diketahui,
bahwa membran sel darah terdiri atas berbagai macam molekul protein,
karbohidrat maupun lemak. Molekul permukaan sel ini dapat berperan sebagai
Ag dengan merangsang respon imun jika ditransfer ke individu lain. Protein /
Ag membran sel darah diturunkan secara genetik, dan ada yang memberikan
fungsi spesifik pada sel darah, seperti : Ag Rh yang berfungsi untuk
mempertahankan integritas sel darah merah. Golongan darah minor yang
dikenal yakni MNS, P, Lutheran, Kell, Kidd, Lewis dan Duffy.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel Ke Sistem. 6th ed. Pendit BU,

editor. Jakarta: EGC; 2011. 421 p.

2. Rath G, Mitra R, Mishra N. Blood groups systems. Indian J Anaesth

[Internet]. 2014;58(5):524. Available from:

http://www.ijaweb.org/text.asp?2014/58/5/524/144645

3. Hall JE, Guyton AC. Guyton dan Hall Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.

12th ed. Schmitt W, editor. USA: Elsevier; 2011. 445-448 p.

4. Reid ME, Lomas‐Francis C, Olsson ML: The blood group antigen

factsbook, 3 edn. London: Academic Press; 2012

5. Daniels G: Human Blood Groups, ed 3. Wiley‐Blackwell, Hoboken, NJ,

2013.

6. Lawicki S, Covin RB, Powers AA.The Kidd (JK) Blood Group

System.Transfus Med Rev. 2017 Jul;31(3):165-172

7. Maharani E Ayu, Noviar Ganjar. Imunohematologi dan Bank Darah.

Edisi tahun 2018. Kemenkes RI; Agustus 2018.

8. Wu O, Bayoumi N, Vickers MA, Clark P. ABO(H) blood groups and

vascular disease: A systematic review and meta-analysis. J Thromb

Haemost. 2008;6(1):62–9.

9. Avent ND, Reid ME. The Rh blood group system: a review. Blood

[Internet]. 2000;95(2):375–87. Available from:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10627438

10. Westhoff CM. The Rh blood group system in review: A new face for

the next decade. Transfusion. 2004;44(11):1663–73.

14
15

Anda mungkin juga menyukai