Oleh:
Husnul Hatima
105501111422
Pembimbing:
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah,
kesehatan dan kesempatan-Nya sehingga referat dengan judul “Idiopathic
Trombocytopenic Purpura” ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW, sang pembelajar sejati yang
memberikan pedoman hidup yang sesungguhnya.
Pada kesempatan ini, secara khusus penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dosen pembimbing, dr. A. Arwinny
Asmasary, Sp. A. yang telah memberikan petunjuk, arahan dan nasehat yang
sangat berharga dalam penyusunan sampai dengan selesainya referat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya masih banyak terdapat kelemahan dan
kekurangan dalam penyusunan referat ini, baik dari isi maupun penulisannya.
Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan demi
penyempurnaan referat ini.
Demikian, semoga refarat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan
penulis secara khususnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Penulis
i
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN..........................................................................ii
KATA PENGANTAR................................................................................ iii
DAFTAR ISI................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................1
Latar belakang................................................................................................ 1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2
Definisi Idiopathic Trombocytopenic Purpura.............................................. 2
Anatomi dan Fisiologi Wajah ....................................................................... 2
Epidemiologi Bell’s Palsy ............................................................................ 8
Etiologi Bell’s Palsy ..................................................................................... 8
Gejala Klinis Bell’s Palsy ............................................................................. 9
Patofisiologi Bell’s Palsy .............................................................................. 9
Diagnosis Bell’s Palsy ................................................................................. 11
Diagnosis Banding Bell’s Palsy .................................................................. 13
Penatalaksanaan Bell’s Palsy ...................................................................... 13
Komplikasi Bell’s Palsy .............................................................................. 16
Prognosis Bell’s Palsy ................................................................................. 16
BAB III KESMIPULAN........................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Trombosit adalah kepingan darah terkecil dari sel darah. Sel ini
berbentuk bulat oval atau gepeng tidak berinti dan mempunyai struktur
mirip piringan dengan diameter antara 1 sampai 4 mikron dan volume antara
7- 8 fl. Trombosit dihasilkan dari pecahan fragmen megakariosit, suatu sel
muda di dalam sumsum tulang dimana setiap megakariosit menghasilkan
3000 – 4000 trombosit. Trombosit beredar di dalam sirkulasi darah antara 7
iv
– 10 hari. Rentang hidup trombosit dari differensiasi stem sel sampai
dihasilkan trombosit memerlukan waktu sekitar 10 hari (Kiswari, 2014).
Nilai rujukan trombosit berkisar antara 150.000 – 400.000/ ul darah.
v
berdasarkan gambaran klinis adanya gejala dan atau tanda perdarahan,
disertai penurunan jumlah trombosit (trombositopenia). Pemeriksaan
laboratorium lainnya dapat membantu menyingkirkan kemungkin- an
penyebab trombositopenia yang lain. Meskipun ITP pada anak umumnya
bersifat akut, dan biasanya membaik dengan sendirinya dalam beberapa
minggu sampai beberapa bulan, namun sejak seperempat abad yang lalu
terdapat perbedaan pendapat di antara para ahli tentang pemberian
prednison secara rutin pada penderita ITP. Dengan diperkenalkannya
beberapa pengobatan baru akhir-akhir ini, semakin meramaikan perbedaan
pendapat tersebut. Permasalahan dalam tata laksana ITP adalah apakah
seharusnya pada semua penderita ITP, terutama anak-anak perlu
diberikan pengobatan. Pada sebagian pasien, meskipun telah
mendapatkan pengobatan tetap tidak membaik sampai lebih dari 6 bulan
dan mengalami perjalanan penyakit menjadi ITP kronis(3).
vi
Pada ITP kronis mungkin telah terjadi gangguan dalam regulasi sistem imun seperti
pada penyakit otoimun lainnya, yang berakibat terbentuknya antibodi spesifik
terhadap trombosit. Saat ini telah diidentifikasi beberapa jenis glikoprotein
permukaan trombosit pada ITP, di antaranya GP IIb- IIa, GP Ib, dan GP V. Namun
bagaimana antibodi antitrombosit meningkat pada ITP, perbedaan secara pasti
patofisiologi ITP akut dan kronis, serta komponen yang terlibat dalam
regulasinya masih belum diketahui. Hal tersebut di atas menjelaskan mengapa
beberapa cara pengobatan terbaru yang digunakan dalam penatalaksanaan ITP
memiliki efektifitas terbatas, dikarenakan mereka gagal mencapai target spesifik jalur
imunologis yang bertanggung jawab pada perubahan produksi dan destruksi
trombosit(3).
vii
seperti IL-2 dan IFN-Ύ. Pasien ITP memiliki risiko tromboemboli
disebabkan peningkatan antiphospholipid antibodies (APLA) (Kistangari
and McCrae, 2013a)(6).
(Farid, 2012 :
viii
2. Tidak ditemukannya hepatosplenomegali dan limfadenopati
3. Memberikan respon positif pada pemberian terapi klasik ITP
(Autoimunoglobulin Intravena, anti-D intravena dan pemberian steroid)
(8)
ix
1.7 Penatalaksanaan Idiopathic Thrombocytopenic Purpura (ITP)
Penatalaksanaan Pasien anak yang baru didiagnosis ITP dan tidak memiliki
gejala perdarahan atau perdarahan ringan (misalnya perdarahan kulit) tidak
membutuhkan terapi spesifik dan disarankan istirahat total (bed rest). Pasien
dewasa yang baru terdiagnosis ITP dengan jumlah trombosit di bawah 30 x 109 /
L membutuhkan terapi walaupun tanpa perdarahan mukosa (Neunert et al., 2011).
Angka morbiditas dan mortalitas pasien dewasa meningkat sehingga
membutuhkan tatalaksana yang lebih kompleks dibandingkan pasien anak. Hal ini
karena banyak pasien ITP dewasa berkembang menjadi kasus kronis dan risiko
perdarahan menjadi lebih besar (Neunert et al., 2011).
x
Pada ITP sekunder yang berhubungan dengan HIV, terapi antiviral dapat
langsung diberikan; terapi ITP jika diperlukan adalah IVIg, kortikosteroid, dan
anti-D imunoglobulin (Neunert et al., 2011). Pada ITP primer, terapi lini pertama
terdiri dari kortikosteroid, IVIg, dan IV anti-D, sedangkan terapi lini kedua terdiri
dari splenektomi dan tindakan medis lain (Kistangari,2011). Kortikosteroid oral
menjadi pilihan utama karena efek samping tidak parah, dan tidak membutuhkan
infus intravena;4 terdiri dari dua regimen, yaitu prednison dan deksametason
(Neunert, 2017). Terapi prednison standar dengan dosis 1-2 mg/kgBB/hari,
diberikan hingga terlihat respons, kemudian dosis dapat diturunkan (tapered off)
(McCRAE, 2011). Deksametason diberikan per oral 40 mg/hari selama 4 hari
berturut-turut dan dapat diulang hingga 3 siklus; dosis tersebut adalah dosis tinggi.
Pada penelitian Wei Y, et al, pengobatan ITP dewasa yang baru terdiagnosis lebih
menguntungkan dengan deksametason dosis tinggi dibandingkan dengan
prednison (Wei et al., 2016). Pada penelitian tersebut, keuntungan yang didapat
adalah berkurangnya gejala perdarahan terutama pada stadium awal ITP dan dosis
tinggi deksametason setara dengan pemberian prednison konvensional sehingga
dapat mengurangi efek samping penggunaan steroid jangka lama (Wei et al.,
2016). Immunoglobulin Intravena (IVIg) dapat digunakan jika membutuhkan
peningkatan trombosit secara cepat, terutama pada kasus perdarahan yang
mengancam jiwa (Neunert, 2017). Dosis IVIg adalah 0,8 – 1,0 g/kgBB dosis
tunggal.
Prognosis Secara keseluruhan prognosis dari ITP bervariasi, sangat berbeda untuk
tiap individu dan tidak ada cara untuk memprediksi perjalanan penyakit (Aert et al.,
2011). Orang dewasa lebih mungkin mengalami ITP kronis dan kesembuhan spontan
xi
jarang terjadi. Namun, banyak pasien ITP dewasa mengalami penyakit ringan dan stabil
yang tidak memerlukan pengobatan (Aert et al., 2011). Sebaliknya, ITP biasanya akut
pada anak-anak, terutama pada mereka yang berusia di bawah 10 tahun, dengan
pemulihan yang diamati pada sebagian besar kasus bahkan setelah beberapa minggu
hingga bulan trombositopenia parah (Aert et al., 2011). Sekitar 80% anak akan pulih
secara spontan dalam 6 bulan dengan atau tanpa menerima pengobatan (Aert et al., 2011).
Namun, sekitar 15-20% anak-anak akan menjadi ITP kronis. (Aert et al., 2011).
Pasien ITP yang memberikan respon terhadap terapi, maka angka kematian sama
dengan populasi umum (tidak ada peningkatan mortalitas). (Aert et al., 2011) Di antara
mereka yang tidak merespon dalam beberapa tahun pertama menerima terapi, terdapat
risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi. Kematian jarang terjadi, tetapi
memiliki kemungkinan sebesar 3% per tahun pada pasien ITP refrakter dan biasanya
terkait dengan perdarahan atau infeksi intrakranial (Aert et al., 2011)(6).
xii
DAFTAR PUSTAKA
xiii