Anda di halaman 1dari 4

ARTIKEL

ARBA'IN NAWAWI

HADITS 23
BERSUCI ASAL-ASALAN MENGAKIBATKAN SHOLAT SIA-SIA

OLEH:

MUH.MIFTAHUL ICHSAN

70100119018

FARMASI A1

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

ROMANG POLONG – GOWA

2019
HADITS ARBAIN NAWAWIYAH
BERSUCI ASAL-ASALAN MENGAKIBATKAN SHOLAT
SIA-SIA

‫الحديث الثالث والعشرون‬


‫ قال رسول هللا صلى هللا عليه‬: ‫ األشعري رضي هللا عنه قال‬-‫عن أبي مالك –الحارث بن عاصم‬
‫وسلم – الطهور شطر اإليمان والحمد هلل تمأل الميزان وسبحان هللا والحمد هلل تمأل ما بين السماء‬
‫واألرض والصالة نور والصدقة برهان والصبر ضياء والقران حجة لك أو عليك كل الناس‬
‫” رواه مسلم‬- ‫يغدو فبائع نفسه فمعتقها أو ُموبقها‬

Terjemahan:

Dari Abu Malik, Al Harits bin Al Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Telah bersabda
Rasulullah ‘ : ‫ﷺ‬Suci itu sebagian dari iman, (bacaan) alhamdulillaah memenuhi timbangan,
(bacaan) subhaanallaah dan alhamdulillaah keduanya memenuhi ruang yang ada di antara langit
dan bumi. Shalat itu adalah nur, shadaqah adalah pembela, sabar adalah cahaya, dan Al-Qur’an
menjadi pembela kamu atau musuh kamu. Setiap manusia bekerja, lalu dia menjual dirinya,
kemudian pekerjaan itu dapat menyelamatkannya atau mencelakakannya”.[Muslim no. 223].

Kasus Hadits
ISLAM memberi perhatian yang sangat besar secara khusus terhadap bersuci (thaharah).
Ia bahkan menjadi syarat utama sebelum melakukan berbagai aktivitas ibadah tertentu seperti
shalat yang dikerjakan sehari-hari. Bersuci merupakan perintah agama yang lebih tinggi dari
sekadar bersih-bersih. Sebab, tak setiap yang sudah bersih itu suci. Thaharah terbagi menjadi dua,
yakni bersuci dari najis dan bersuci dari hadats yang dilakukan dengan wudhu (untuk hadats kecil)
dan mandi (untuk hadats besar) atau tayamum dalam kondisi tak ada air. Namun demikian, meski
sudah diatur sedemikian rupa, tidak sedikit kaum muslim yang masih bermasalah dan belum
memahami pentingnya thaharah (bersuci) dan melaksanakannya dengan benar, sesuai tuntunan
syariat.
Demikian antara lain disampaikan Tgk H. Adnan Ali S.Pd.I, Sekretaris Dewan
Kemakmuran Masjid Aceh (DKMA) Kota Banda Aceh, saat mengisi pengajian rutin Kaukus
Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI) di Rumoh Aceh Kupi Luwak, Jeulingke, Rabu (7/3)
malam. “Bersuci dari najis/kotoran dan hadats merupakan syarat sahnya ibadah khususnya shalat
kita, karena itu harus diperhatikan. Namun menyingkirkan najis ini jangan asal-asalan, tapi harus
didasari dengan ilmu dari Alquran dan Sunnah,” ujar Tgk Aadnan Dijelaskannya, thaharah
merupakan masalah penting dalam agama dan merupakan pangkal pokok dari ibadah yang menjadi
peyongsong bagi manusia dalam menghubungkan diri dengan Allah saat beribadah. Hal juga
ditegaskan Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 222 yang artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri”.

Selain itu juga thaharah merupakan salah satu syarat sahnya ibadah shalat. Hal ini sesuai
dengan Hadits Rasulullah yang artinya : “Allah tidak menerima shalat yang tidak dengan bersuci”.
“Karenanya, jangan sampai ibadah shalat yang kita kerjakan selama ini menjadi sia-sia karena
akibat dari bersuci asal-asalan. Coba kita periksa lagi diri kita masing-masing soal bersuci dari
najis dan hadats lewat mandi wajib (junub) dan wudhuk,” terangnya Tgk Adnan yang sehari-hari
menjadi penyuluh agama pada Kanwil Kemenag Aceh ini. Ia menjelaskan, thaharah haqiqi, yaitu
suci pakaian, badan, dan tempat shalat dari najis ataupun thaharah hukmi, yaitu suci anggota
wudhu dari hadats, dan suci seluruh anggota zahir dari junub sebab ia menjadi syarat yang tetap
bagi sahnya shalat.

“Meskipun hadats dan junub bukanlah najis yang dapat dilihat, tetapi ia tetap merupakan
najis yang menyebabkan tempat yang terkena olehnya menjadi kotor. Karenanya, untuk
menyucikannya, maka perlu mandi,” terang Tgk Adnan yang juga pengurus Masjid Al-Furqan
Beurawe ini. Ditambahkannya, mandi junub ini adalah termasuk dari perkara syarat sahnya shalat
kita, sehingga bila kita tidak mengerjakannya dengan cara yang benar maka mandi junub kita itu
tidak dianggap sah sehingga masih belum lepas dari hadats besar. Akibatnya shalat kita dianggap
tidak sah bila kita menunaikannya dalam keadaan belum bersih dari hadats besar dan kecil.
Sedangkan mandi junub yang benar itu ialah mandi junub yang dilakukan dengan mengamalkan
car-cara mandi junub yang diajarkan oleh Rasulullah.
Karena menunaikan mandi junub itu adalah termasuk ibadah kepada Allah, maka
disamping harus dilakukan dengan ikhlas karena Allah semata, juga harus pula dilaksanakan
dengan cara dituntunkan oleh Rasulullah “Niatnya mandi wajib haruslah benar, kita juga harus
meratakan air ketika mandi janabat ke seluruh tubuh dengan penuh kehati-hatian sehingga
dilakukan penyiraman air ke tubuh kita itu berkali-kali, hingga kita yakin rata. Termasuk ke lubang
anus harus masuk air dengan cara sedikit mengedan, jika air tidak masuk ke tempat pertemuan
lubang pembuangan, maka tidak sah mandi junub kita, makanya harus hati-hati dan jangan
sembarangan,” tegasnya. Pada kesempatan pengajian KWPSI tersebut, Tgk Adnan Ali juga
menyampaikan beberapa hal penting dalam pelaksanaan shalat berjamaah, terutama bagi makmum
yang mengikuti imam, haruslah punya ilmu yang cukup. “Makmum itu juga harus punya ilmu
ketika ikut imam. Makmum itu terbagi tiga, yaitu makmum Masbuq (makmum yang ketinggalan
rakaat akibat bacaan), makmum Muwafiq (makmum yang bertepatan) dan makmum uzur
(ketinggalan karena gerakan),” sebutnya.

Anda mungkin juga menyukai