“WUDHU”
Disusunoleh
Kelompok 3
Nadya (202021027)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wudhu merupakan kunci kita ketika kita akan melaksanakan shalat maupun
ibadah yang ada ketentuan bersih dari hadast. Wudhu kita mempengaruhi sah
tidaknya shalat kita. Tidak hanya shalat kita tetapi semua amalan ibadah yang
membutuhkan suatu keadaan suci dari hadats kecil, semua kuncinya adalah wudhu.
B. Rumusan Masalah
PEMBAHASAN
A. Wudhu
Wudhu menurut bahasa berasal dari kata wadha’ah yang berarti kebersihan
dan kecerahan. Didalam Al-Majmu’, kata wudhu dengan men-dhamah kan wawu
(wudhu) adalah perbuatan wudhu dan jika wawu tersebut di-fathah kan (wadhu)
berarti air untuk wudhu.
a. QS Al-Maidah: 6
Allah tidak akan menerima shalat seseorang tanpa bersuci dan tidak akan
menerima sedekah dari cara yang curang. (HR Nasa’i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan
Ahmad)
Dari Humran r.a.bahwa Utsman r.a. meminta dibawakan seember air, kemudian
beliau mencuci kedua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur-kumur,
kemudian memasukkan air kehidung, kemudian mengeluarkannya. Lalu, beliau
membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangannya yang kanan hingga
siku tiga kali, kemudian tangan yang kiri demikian juga, kemudian mengusap
kepalanya, kemudian mencuci kaki kanannya hingga mata kaki tiga kali, kemudian
kaki kiri sedemikian juga, kemudian beliau berkata, “Aku telah melihat Rasulullah
saw. Berwudhu sebagaimana wudhu ku ini” (HR Muttafaq’alaih)
d. Berkumur-kumur.
j. Mencuci kedua kaki hingga mata kaki disertai dengan menyela jari-jari kaki.
Adapun hal-hal yang termasuk dalam rukun wudhu adalah sebagai berikut:
a. Niat.
b. Membasuh wajah.
f. Tertib.
1. Niat
”sesungguhnya amal itu bergantung pada niat nya dan setiap orang mendapat kan
apa yang di niat kanny,,,,”(HR Bukhari dan muslim)
Syehku islam ibnu taymiyah mengatakan bahwa niat adalah amalan hati,
bukan amalan lisan. Oleh karena itu, seseorang yang mempunyai niat akan
melaksanakan ibadah mahdhah, seperti salat, puasa dan zakat cukup niat di dalam
hati, tidak perlu di ucap kan dengan lisan. Disamping itu, kedudukan ibadah
mahdhah sangat penting dalam kehidupan seorang muslim sehingga harus di
perhatikan contoh atau teladan yang di berikan Rasulullah saw, dan para sahabat
nya.
Dalam hal ini sebagai amalan hati bukan amalan lisan, tidak
ditemukan satu keterangan pun yang menyebut kan bahwa Rasulullah saw, dan
para sahabat nya melafalkan niat ketika akan beribadah, Dengan demikian, jika
niat itu di syariat kan oleh Allah, tentu sudah di jelaskan pula melalui lisan Rasul
Nya.
Sebagai mana telah di jelaskan bahwa air yang terdiri atas beberapa macam,
diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Air mutlak
air mutlak adalah air yang mempunyai hukum suci dan menyucikan. Disebut
demikian karena air mutlak secara materinya adalah suci dan dapat di pergunakan
untuk bersuci.
b. Air musta’mal
air musta’mal adalah air yang telah di pakai oleh orang yang berwudhu atau mandi.
Dikalangan ulama, air musta’mal statusnya menjadi perbedaan pendapat.
c. Air mudhaf
Air mudhaf adalah air yang di hasilkan dari perasan buah atau sejenisnya,
seperti air semangka, jeruk dan timun atau air yang mutlak yang di campur dengan
sesuatu yang lain, seperti gula, kopi, dan teh sehingga kita tidak biasa menyebut
nya air saja, tetapi harus di sebut pula sesuatu tambahan tersebut.
Air muta najjis adalah air yang tercampur dengan najis sehingga salah satu
indicator air, yakni warna, rasa, dan bau (aroma) berubah menjadi warna, rasa, atau
bau najis.
Dari macam-macam air tersebut sehingga minuman sprite, coca cola, teh, susu,
kopi dan semacam nya termasuk dalam air suci yang tidak bisa di pakai bersuci.
Hal ini di karena kan pada dasarnya air tersebut adalah suci yang tercampur dengan
benda yang suci. Dikarenakan percampuran itu, menjadikan air tersebut menjadi
tidak bisa di pakai untuk bersuci. Sebagaimana pengertian air mudhaf di atas
bahwa air yang tercampur dengan benda yang suci berubah nama di ikuti nama
benda yang mencampuri nya, seperti sebutan air susu dan air teh.
Segala sesuatu yang keluar dari salah satu kemaluan. Contohnya seperti
kencing, buang air besar, madzi, wadi, mani, maupun kentut. Dari Abu Hurairah
yang mengutip perkataan Rasulullah SAW
Artinya: "Allah tidak menerima sholat salah seorang kamu bila berhadats sampai
ia berwudhu." (HR Bukhari).
Namun, ada pengecualian mengenai hal ini. Lendir yang keluar dari kemaluan
perempuan secara terus menerus dan bertambah banyak saat kelelahan atau
berjalan dan hamil maka hal itu tidak membatalkan wudhunya.
Kedua, bagi Mazhab Maliki dan Syafi'i berpendapat wudhu tidak batal karena
muntah. Hal ini sesuai dengan contoh Rasulullah SAW pernah muntah dan tidak
mengambil air wudhu.
3. Hilang Kesadaran
Hilang akal, baik karena gila, pingsan, mabuk, atau disebabkan oleh obat-
obatan, baik sedikit maupun banyak. Diketahui dari buku Fikih Sunnah Wanita
karya Abu Malik Kamal ibnu Sayyid Salim, kondisi ini disebut lebih berat
dibandingkan dengan tidur.
4. Tidur Lelap
Abu Malik Kamal ibn Sayyid Salim menafsirkan hadits di atas sebagai tidur yang
lelap. Dengan kata lain, tidur yang tidak menyisakan kesadaran dan tidak
merasakan apa-apa maupun menangkap suara di sekelilingnya, sehingga tidak
merasakan apapun ketika ada sesuatu yang keluar darinya.
5. Menyentuh Kemaluan
Menyentuh kemaluan tanpa ada batas, baik itu kemaluan sendiri atau
kemaluan orang lain, adalah hal yang membatalkan wudhu. Dalam hadits riwayat
Ahmad dan Ibnu Hibban, Rasulullah SAW bersabda,
Perlu dicatat, bagi perempuan yang tidak sengaja menyentuh kemaluan dengan
penghalang, seperti kain atau sebagainya maka hal itu tidak membatalkan wudhu.
Berikut juga perempuan yang menyentuh kemaluan bayinya.
6. Tertawa Terbahak-bahak
Tertawa terbahak-bahak ketika sholat. Menurut Mazhab Hanafi, tertawa
dalam sholat dapat membatalkan wudhu. Pasalnya, perbuatan ini bertentangan
dengan keadaan sedang bermunajat kepada Allah SWT. Namun, masih ada
perbedaan pendapat mengenai hal ini. Ada pendapat yang menyebut hal ini tidak
membatalkan wudhu karena lemahnya dalil yang ada. Melainkan, ada dalil dari
sahabat nabi yang dianggap lebih kuat derajatnya menyebutkan bahwa orang yang
tertawa hanya perlu mengulangi salat (HR Bukhari). Dalam artian, tidak perlu
mengulangi wudhunya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Refleksi