Anda di halaman 1dari 16

1.

Bagaimana tiga komponen utama dalam proses pembelajaran berinteraksi,


dan jelaskan menggunakan beberapa dasar teori untuk menjelaskan interaksi
antara ketiga komponen utama tersebut
Jawaban:
Berikut adalah penjelasan interaksi di antara tiga komponen utama dalam proses
pembelajaran menurut beberapa teori:
1) Teori behavioristik
Menurut teori behavioristik, belajar adalah perubahan tingkah laku
sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang
dianggap telah belajar sesuatu apabila ia mampu menunjukkan perubahan
tingkah laku. Dengan kata lain, pembelajaran merupakan bentuk perubahan yang
dialami siswa dalam hal kemampuannya untuk bertingkah laku dengan cara
yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon. Menurut teori ini
dalam belajar yang terpenting adalah input yang berupa stimulus dan output
yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan oleh guru kepada
siswa, sedangkan respon adalah berupa reaksi atau tanggapan siswa terhadap
stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Menurut teori ini yang terpenting
adalah masuk atau input yang berupa stimulus dan keluaran atau output yang
berupa respon. Sedangkan apa yang terjadi di antara stimulus dan respon
dianggap tidak penting diperhatikan karena tidak bisa diamati. Faktor lain yang
juga dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan
(reinforcement). Penguatan adalah apa saja yang dapat memperkuat timbulnya
respon. Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan
semakin kuat. Begitu juga bila penguatan dikurangi (negative reinforcement)
responpun akan tetap dikuatkan.
Jadi kesimpulannya menurut teori behavioristik ini, komponen
utama dalam proses pembelajaran terdiri dari stimulator (guru),
responden (siswa), dan faktor penguatan. Interaksi dalam pembelajaran
terjadi ketika guru memberikan stimulus kepada siswa, kemudian siswa
memberikan respon berupa reaksi atau tanggapan terhadap stimulus yang
diberikan oleh guru. Bila penguatan (apa saja yang dapat memperkuat
timbulnya respon) ditambahkan makan tentunya respon dari siswa akan
semakin kuat dan sebaliknya.

2) Teori belajar kognitif


Menurut teori belajar kognitif, belajar merupakan suatu proses internal
yang mencakup ingatan, retensi, pengolahan informasi, informasi dan aspek
kejiwaan lainnya dengan kata lain belajar merupakan aktifitas yang melibatkan
proses berpikir yang sangat komplek. Proses belajar atau proses pembelajaran
terjadi antara lain mencakup pengaturan stimulus yang diterima dan
menyesuaikan dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki dan terbentuk
didalam pikiran seseorang berdasarkan pemahaman dan pengalaman-
pengalaman sebelumnya (Budiningsih, 2004). Berbeda dengan teori belajar
behavioristik, teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar dari pada
hasil belajarnya. Para penganut teori ini mengatakan bahwa belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon saja tetapi belajar merupakan
suatu perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak selalu dapat terlihat
sebagai tingkah laku yang tampak, dengan demikian teori belajar kognitif sering
juga disebut model perceptual. Model belajar kognitif mengatakan bahwa
tingkah laku seseorang ditentukan oleh persepsi serta pemahamannya tentang
situasi yang berhubungan dengan tujuan belajarnya.
Jadi kesimpulannya menurut teori belajar kognitif, komponen
utama dalam proses pembelajaran terdiri dari stimulator (guru),
responden (siswa), serta persepsi awal siswa. Interaksi yang terjadi dalam
pembelajara terjadi ketika stimulus yang diberikan oleh guru diterima oleh
siswa, kemudian siswa tersebut menyesuaikan stimulus tersebut dengan
struktur kognitif (dalam hal ini persepsi awal siswa) yang sudah dimiliki
dan terbentuk dalam pikirannya sehingga mengakibtkan perubahan
persepsi dan pemahaman.

3) Teori belajar humanisme


Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya. Tujuan utama guru adalah
membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-
masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik
dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Dalam teori belajar humanistik, proses pembelajaran dianggap berhasil jika si
pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses
belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri
dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar
dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Pendekatan humanistik menganggap siswa sebagai a whole person atau orang
sebagai suatu kesatuan. Dengan kata lain, pembelajaran tidak hanya
mengajarkan materi atau bahan ajar yang menjadi sasaran, tetapi juga membantu
siswa mengembangkan diri mereka sebagai manusia.
Pendekatan humanistik mengutamakan peranan siswa dan berorientasi
pada kebutuhan. Menurut pendekatan ini, materi atau bahan ajar harus dilihat
sebagai suatu totalitas yang melibatkan orang secara utuh, bukan sekedar sebagai
sesuatu yang intelektual semata-mata. Seperti halnya guru, siswa adalah manusia
yang mempunyai kebutuhan emosional, spritual, maupun intelektual. Siswa
hendaknya dapat membantu dirinya dalam proses belajar mengajar. Siswa bukan
sekedar penerima ilmu yang pasif.
Jadi kesimpulannya menurut teori belajar Humanisme, komponen
utama dalam proses pembelajaran terdiri dari guru, siswa, serta bahan
ajar. Interaksi yang terjadi dalam pembelajara terjadi ketika guru
membantu siswa untuk mengembangkan diri, mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik serta membantu dalam mewujudkan potensi-
potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam proses pembelajaran guru
menggunakan bahan ajar yang totalitasnya elibatkan orang secara utuh,
bukan sekedar sebagai sesuatu yang intelektual semata-mata
Berdasarkan ketiga teori diatas dapat disimpulkan bahwa, terdapat tiga
komponen utama dalam proses pembelajaran, yaitu guru, siswa dan bahan ajar. Dalam
proses pembelajaran terjadi transformasi ilmu (bahan ajar) dari pengajar kepada
pembelajar (siswa) dan dari hasil transformasi tersebut siswa memperoleh pengalaman
belajar. Guru memberikan stimulus kepada siswa, stimulusnya bisa berupa apa saja
yang dapat memperkuat timbulnya respon siswa atau berupa bahan ajar yang disusun
bukan hanya untuk memberikan pengetahuan kepada siswa, melainkan juga untuk
menamakan nilai-nilai yang harus siswa miliki dalam kehidupannya. Keluasan maupun
kedalaman bahan ajar (materi pembelajaran) disesuiakan dengan perkembangan siswa
sehingga mudah untuk dipahami. Hasil dari proses pembelajaran tersebut diharapkan
memberikan perubahan pada struktur kognitif (dalam hal ini persepsi awal siswa) yang
sudah dimiliki dan terbentuk dalam pikiran siswa, sehingga mengakibatkan perubahan
persepsi dan pemahaman siswa. Perubahan tersebut diharapkan dapat membantu siswa
untuk mengembangkan dirinya, mengenal dirnya sebagai manusia yang unik serta
membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya.
Interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran melibatkan beberapa
askep. Pertama, aspek psikologi, dimana guru perlu mempertimbangkan kondisi, situasi,
kemampuanm dan perlu mempertimbangkan psikologis siswa ketika mengajar. Inilah
yang disebut art of teaching. Seni mengajar bukan hanya tentang bagaima guru
mengajar di kelas, akan tetapi guru juga harus mampu berinteraksi, berkomunikasi, dan
menyampaikan materi kepada siswa dengan mudah, menyenangkan dan yang paling
utama adalah bagaimana materi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh
siswa . Kedua, aspek komunikasi. Komunikasi antara guru dan siswa merupakan
jembatan transfer ilmu dari guru kepada siswa menggunakan berbagai strategi dan
model pembelajaran. Dalam menununjang tercapainya pembelajaran yang maksimal
diperlukan.
Dalam proses pembelajaran guru dan siswa melakukan pergantian aktivitas,
artinya terdapat waktu untuk guru berperan aktif dan sebaliknya dengan siswa. Maka
dari itu, guru harus pandai menempatkan diri dan bisa berpindah atau berganti berbagai
peran selama di kelas. Dengan kata lain bahwa dalam proses pembelajaran terdapat
interaksi antara siswa dan guru. Interaksi yang terjadi antara guru dan siswa itu harus
adil, yakni ada komunikasi yang timbal balik di antara keduanya, baik secara langsung
maupun tidak langsung atau melalui media. Siswa jangan selalu dianggap sebagi subjek
belajar yang tidak tahu apa-apa. Ia memiliki latar belakang, minat dan kebutuhan, serta
kemampuan yang berbeda. Untuk itu, harus ada interaksi dua arah antara siswa dan
guru, sehingga membuat siswa menjadi aktif selama proses belajar mengajar. Hal ini
sesuai dengan yang dinyatakan Miarso (2007) bahwa proses pembelajaran harus
didasarkan pada prinsip terjadinya interaksi secara optimal antara peserta didik dengan
pendidik, peserta didik sendiri, serta peserta didik dengan aneka sumber belajar
termasuk lingkungan. Berikut adalah bagan yang mengambarkan ketiga komponen
pembelajaran yang saling berhubungan dan saling berpengaruh satu sama lain.

GURU

Pengolahan
Interaksi
Bahan Ajar
PBM

SISWA BAHAN AJAR

Belajar mandiri
Gambar 1 Tiga Komponen Utama Proses Belajar Mengajar
2. Jelaskan kelebihan dan kekurangan dari Four Steps Teaching Material
Development (4S TMD) bandingkan dengan teori pengembangan bahan ajar
yang lainnya.
Jawaban:
 Kelebihan bahan ajar Four Steps Teaching Material Development (4S TMD)
dibandingkan dengan teori pengembangan bahan ajar lainnya, antara lain:
a. Bahan ajar yang akan di kembangkan dengan 4S TMD didasarkan pada tuntutan
kurikulum sebagai panduan dalam menetapkan pokok bahasan topik tema dan
ruang lingkup bahan ajar, Sedangkan bahan ajar yang dikembangan dengan
pengembangan ASSURE atau ADDIE hanya di kembangkan berdasarkan tujuan
pembelajaran serta bagaimana peserta didik belajar.
b. Bahan ajar 4S TMD sekuensi atau urutan materi sesuai dengan urutan konsep
yang harus di ajarkan karena ada tahap strukturisasi. Dimana pada tahap materi-
materi distrukturisasi secara didaktis, sesuai dengan karakteristik struktur bahan
ajar sehingga siswa mengetahui benar-benar bagaimana hubungan satu konsep
dengan konsep lainnya, serta mengetahui posisi konsep tersebut pada struktur
bahan ajar tersebut. Tanpa tahapan strukturisasi ini, proses pembelajaran akan
mengalami kesalahan yang sangat fatal. Sedangkan bahan ajar yang
dikembangan dengan pengembangan ASSURE atau ADDIE tidak ada tahap
strukturi sehingga ada kemungkinan materi yang disusun tidak sekuensi atau
tidak sesuai dengan urutan konsep yang harus diajarkan sehingga mungkin siswa
akan keselutian dalam mempelajari bahan ajar tersebut
c. Prinsip penyampaian materi dalam bahan hajar 4S TMD disampaikan dari
simpel menuju kepada yang kompleks, dari yang konkret ke yang abstrak
sehingga bahan ajar yang di buat di kemas secara spesfik sesuai dengan
karakteristik masing-masing konsep, sehingga guru dapat memilih strategi
pembelajaran yang sesuai.Sedangkan bahan ajar yang dikembangan dengan
pengembangan ASSURE atau ADDIE tidak ada tahap karakterisasi, maka
penulis bahan ajar ini bisa saja tidak menyampaikan materi dalam tiga aspek
yang perlu untuk siswa ketahui yakni, makrosopis, submisroskopi dan
simbolikik.
d. Bahan ajar 4S TMD lebih mudah di pamahi siswa karena tahap reduksi didaktif
yakni penguran tingkat kesulitan bahan ajar telah dilakukan dengan
mempertimbagnkan aspek psikologi dan keilmuan agar dapat di paham
pembelajaran dengan sangat mudah. Sedangkan bahan ajar yang dikembangan
dengan pengembangan ASSURE atau ADDIE hanya berfokus pada apakah
siswa sudah mampu untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, bukan pada
pemahanan utuh siswa pada materi yang di ajarkan, sehingga bisa saja materi
yang sulit tidak di pahami siswa.
 Kekurangan bahan ajar Four Steps Teaching Material Development (4S TMD)
dibandingkan dengan teori pengembangan bahan ajar lainnya, antara lain:
a. Dibandingkan dengan model pengembangan ASSURE dan ADDIE,
pengembangan 4S TMD memerlukan waktu yang lebih lama dalam proses
pembuatannya serta pada tahap reviewnya.
b. Dibandingkan dengan model pengembangan ASSURE dan ADDIE dengan 4S
TMD kita harus menyeleksi sekian banyak informasi yang berhubungan dengan
dengan bahan ajar yang harus di sampaikan.
c. Proses pengembangan bahan ajar dengan 4S TMD lebih menekankan pada
uraian materi. Sedangkan pada bahan ajar juga harus terdapat soal-soal untuk
menguji kompetensi siswa. Dan ini tidak diuraikan dalam tahapan 4S TMD

3. Apa perbedaan tujuan dibuatnya peta konsep, struktur makro, dan multipel
representasi, gunakan beberapa dasar teori untuk menjelaskannya
Jawaban:
 Menurut teori Ausubel, salah satu faktor yang paling penting yang mampu
mempengaruhi pembelajaran adalah apa yang telah diketahui siswa
(pengetahuan awal). Sehingga untuk membuat pembelajar menjadi lebih
bermakna, maka konsep baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang ada
dalam struktur kognitif siswa. Ausubel belum menyediakan suatu alat atau cara
yang sesuai yang digunakan guru untuk mengetahui apa yang telah diketahui
oleh para siswa. Berkenaan dengan itu Novak dan Gowin
mengemukakan bahwa cara untuk mengetahui konsep-konsep yang telah
dimiliki siswa, supaya belajar bermakna berlangsung dapat dilakukan dengan
pertolongan Peta Konsep.
Peta konsep menurut Novack (1983), adalah teknik visual untuk
menunjukkan struktur informasi bagaimana konsep-konsep dalam suatu domain
tertentu saling berhubungan. Peta konsep dibuat berdasarkan teori Ausable
tentang belajar yang bermakna yang menekankan belajar hasil belajar tentang
suatu pengetahuan yang baru dipengaruhi oleh pengetahuan yang telah ada
sebelumnya. Menurut Dahar (19890, tujuan dibuatnya peta konsep untuk
memperlihatkan konsep-konsep dalam suatu topik pada bidang studi. Selain itu
peta konsep juga dibuat sebagai petunjuk bagi guru, untuk menunjukkan
hubungan antar ide-ide yang penting dengan rencana pembelajaran (Martin
dalam Basuku 2000). Selanjutnya Menurut hudojo, et al (2002), Peta konsep
dibuat untuk membuat keterkaitan antara konsep dan prinsip. Sedangkan
menurut Suparno, Peta konsep merupakan suatu bagan yang skematik untuk
mengambarkan suatu pengertian konseprtual dalam suatu rangkai pernyataan.
Dalam pembelajarn tujuan dibuatnya peta konsep dalam pembelajaran
adalah:
a. Membantu siswa membangun sturuktur kognitif, dimana dengan adanya peta
konsep siswa akan menghubungkan (mengintegrasikan) pengetahuan baru
dengan pengetahuan yang relevan yang telah miliki (pengetahuan dasar)
b. Mengajarkan cara belajar, dimana peta konsep membuat siswa tertarik
belajar karena peta konsep memudahkan mereka untuk menemukan konsep-
konsep dasar materi tersebut. Sehingga mudah diingat oleh siswa aspek-
aspek penting dalam materi.
c. Mengungkapkan konsepsi yang salah dan menjaga topik bahasan supaya
tetap berada pada jalur materi yang sedang dikejar.
d. Alat evaluasi, dimana peta konsep dapat digunakan guru unutk melatih siswa
memaparkan/ mempresentasi hasil peta konsep karyanya dengan
menjelaskan rinci tentang detail materi yang sedang ia pelajari.
 Sedangkan Struktur makro, menurut teori van dijk adalah tema yang
menggambarkan topik umum dari suatu teks. Struktur makro merupakan makna
global/ umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari
suatu teks. Tema wacana ini bukan hanya isi, tetapi juga sisi tertentu dari suatu
peristiwa. Struktur makro sebenarnya mirip dengan outline, tetapi bentuknya
lebih rinci karena melibatkan proposisi. Hal-hal penting yang harus diperhatikan
dalam membuat struktur makro tersebut adalah “proposisi sebagai dasar unit
informasi dan penerapan argumen”. Van Dijk dan Kintsch menyebutkan
proposisi sebagai unit wacana yang bertugas untuk mengkonstruksi ilmu.
“Proposisi adalah sebagai unit dasar informasi dalam sistem pemrosesan
informasi manusia. Proposisi dapat disamakan dengan gagasan”. Suatu proposisi
selalu terdiri atas dua unsur, yaitu suatu hubungan dan sekumpulan argumen.
Hubungan dari suatu proposisi dapat berupa kata sifat, kata kerja, dan kata
keterangan. Argumen merupakan topik dari proposisi yang dapat berupa kata
benda, kata ganti kadang-kadang jugaberupa kata kerja dan sifat.
Pandangan Pedagogik Materi Subyek (PMS) menggunakan analisis
wacana untuk mengungkap totalitas dan logika internal yang terjadi selama
PBM. PMS melalui analisis wacananya, memberikan sebuah alat atau metoda
(tool) untuk menggali apa dan bagaimana cara pengajaran serta kedalaman
pengetahuan seorang pengajar, ketika ia mengajarkan konten dengan cara
tertentu sesuai pengalamannya. Analisis wacana digunakan untuk mengetahui
kedalaman dan keluasan materi subyek. Hasil analisis wacana ini adalah
tampilan berupa model representasi suatu teks. Model representasi teks
menampilkan struktur makro teks.
Berdasakan teori diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembuatan
struktur mikro yaitu membuat argumentasi secara terpadu untuk menunjukkan
keabsahan suatu materi subyek serta sebagai pedoman urutan mengajar guru,
sehingga nantinya pembelajaran akan berlangsung sistematis. Dari stukrur
makro ini kemudian didapatkan gambaran materi apa yang akan disajikan dalam
bahan ajar
 Sedangkan multiple representasi, menurut The Australian Concise Oxford
Dictionary (dalam Chittleborough, 2004), representasi adalah sesuatu yang dapat
menggambarkan yang lain. McKendree dkk. (dalam Nakhleh, 2008),
representasi adalah struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu
benda, suatu kalimat untuk suatu keadaan hal, suatu diagram untuk suatu
susunan hal-hal, suatu gambar untuk suatu pemandangan. Representasi
dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu representasi internal dan eksternal.
Representasi internal diartikan sebagai konfigurasi kognitif individu yang diduga
berasal dari perilaku yang menggambarkan beberapa aspek dari proses fisik dan
pemecahan masalah, sedangkan representasi eksternal dapat digambarkan
sebagai situasi fisik yang terstruktur yang dapat dilihat sebagai perwujudan ide-
ide fisik (Haveleun & Zou, 2001).
Multipel Representasi berarti merepresentasikan ulang konsep yang sama
dengan format yang berbeda, termasuk verbal, gambar, grafik dan matematika
(Prain & Waldrip, 2007). Representasi dalam bentuk gambar dan teks harus
dipadukan dalam pembuatan buku teks agar tercipta komunikasi yang efektif
(Vinisha & Ramadas, 2013). Multipel Representasi terdiri dari tampilan makro
(fenomena, gejala dan peristiwa), mikro (teori dan hukum) dan simbol
(persamaan kimia dan rumus).
Dalam pembelajaran kimia dengan multipel representasi, kita akan dapat
mengukur dan melakukan analisis kemampuan siswa yang dikaitkan dengan
Taksonomi Bloom (Krathwohl, 2002). Johnstone (dalam Chittleborough, 2004)
membagi fenomena kimia ke dalam tiga level, yaitu: (1) Level makroskopik
yaitu diperoleh melalui fenomena nyata yang mungkin langsung atau tidak
langsung menjadi bagian pengalaman siswa sehari-hari, yang dapat dilihat atau
dipersepsi panca indra. Contohnya perubahan warna, 10 suhu, pH larutan,
pembentukan gas dan endapan yang dapat diobservasi keti-ka suatu reaksi kimia
berlangsung. (2) Level sub mikroskopik terdiri dari fenomena kimia yang nyata,
yang menunjukkan tingkat partikular sehingga tidak bisa dilihat. Representasi
sub-mikroskopik sangat terkait erat dengan model teoritis yang melandasi
penjelasan level partikel. Model representasi pada level ini diekspresikan secara
simbolik mulai dari yang sederhana hingga menggunakan teknologi komputer,
yaitu dengan kata-kata, gambar dua dimensi, dan gambar tiga dimensi baik diam
maupun bergerak (animasi) atau simulasi. (3). Level simbolik terdiri dari macam
gambar representasi, aljabar dan bentuk komputerisasi. Ketiga level tersebut
saling berhubungan dan berkontribusi pada siswa untuk dapat paham dan
mengerti materi kimia yang abstrak.
Berdasarkan teori-teori diatas dapat simpulkan bahwa tujuan dibuatnya
multiple representasi, yaitu sebagai instrumen yang memberikan dukungan dan
memfasilitasi terjadinya belajar bermakna (meaningful learning) dan/atau belajar
yang mendalam (deep learning) pada pembelajar. Multiple representasi juga dijadikan tools yang memiliki kekuatan untuk
menolong pebelajar mengembangkan pengetahuan ilmiahnya. Oleh karena itu dengan menggunakan representasi yang berbeda dan
model pembelajaran yang berbeda akan membuat konsep-konsep menjadi lebih mudah dipahami dan menyenangkan bagi
pembelajar. Hal ini, karena setiap mode representasi memiliki makna komunikasi yang berbeda.

4. Buatlah contoh satu konsep kimia yang dianggap sulit oleh siswa, kemudian bagaimana melakukan tindakan reduksi
didaktiknya.
Jawaban:
Berikut merupakan contoh reduksi dedaktif pada konsep kimia yang dianggap sulit:

Penjelasan Konsep (Teks) Karakterisasi Jenis reduksi Penjelasan konsep setelah direduksi
Abstrak Kompleks Rumit
Polimer buatan dibuat di √ Pengabaian Polimer buatan dibuat di laboratorium
laboratorium kimia dengan cara (bagian yang kimia
mencampurkan beberapa zat kimia diabaikan: dengan
dengan perlakuan khusus. cara mencampurkan
beberapa zat kimia
dengan perlakuan
khusus.
Reaksi adisi adalah reaksi √ Penggunaan gambar, Reaksi adisi adalah reaksi pemecahan
pemecahan ikatan rangkap menjadi simbol (reaksi yang ikatan rangkap menjadi ikatan tunggal.
ikatan tunggal sehingga ada atom terjadi), dan Secara umum, reaksi polimerisasi adisi
Penjelasan Konsep (Teks) Karakterisasi Jenis reduksi Penjelasan konsep setelah direduksi
Abstrak Kompleks Rumit
yang bertambah di dalam senyawa pengaturan kalimat. dapat dirumuskan sebagai berikut.
yang terbentuk.

Polimer termosting memiliki ikatan √ Penggunaan gambar Polimer termosting memiliki ikatan
silang yang sangat kuat dan memadat dan pengaturan silang yang memadat. Ikatan silang
menjadi keras serta tak larut saat kalimat. pada polimet termosting ditunjukkan
dipanaskan. (McMurry, 2008: 1216). pada gambar 1.
Hal ini membuat polimer menjadi
kaku dan keras. Semakin banyak
ikatan silang pada polimer ini, maka
semakin kaku dan mudah patah. Bila
polimer ini dipanaskan untuk kedua
kalinya, maka akan menyebabkan Gambar 1. Struktur Bakelit
rusak atau lepasnya ikatan silang Semakin banyak ikatan silang pada
antar rantai polimer polimer ini, maka semakin kaku dan
mudah patah. Bila polimer ini
dipanaskan untuk kedua kalinya, maka
Penjelasan Konsep (Teks) Karakterisasi Jenis reduksi Penjelasan konsep setelah direduksi
Abstrak Kompleks Rumit
akan menyebabkan rusak atau
lepasnya ikatan silang antar rantai
polimer.
Kopolimer dapat digolongkan √ Pengunaan gambar Kopolimer dapat digolongkan kembali
kembali berdasarkan pada cara dan pengaturan berdasarkan pada cara monomer
monomer disusun sepanjang rantai kalimat disusun sepanjang rantai polimer,
polimer. Ada kopolimer blok, ada yaitu:
juga kopolimer cangkok baik random a) Kopolimer random mengandung
maupun teratur. Kopolimer random satuan berulang secara acak.
mengandung satuan berulang secara
acak. Kopolimer teratur mengandung
satuan berulang yang bergantian
b) Kopolimer teratur mengandung
secara teratur. Kopolimer blok terjadi
satuan berulang yang bergantian
dalam blok-blok tertentu dengan
secara teratur
panjang berbeda. Kopolimer
cangkok mempunyai rantai satu
satuan berulang yang dicangkokkan c) Kopolimer blok terjadi dalam
pada rantai utama polimer lain. blok-blok tertentu dengan panjang
yang berbeda
Penjelasan Konsep (Teks) Karakterisasi Jenis reduksi Penjelasan konsep setelah direduksi
Abstrak Kompleks Rumit

d) Kopolimer cangkok mempunyai


rantai satu satuan berulang yang
dicangkokkan pada rantai utama
polimer lain.

Reaksi pembuatan sabun atau √ Penggunaan gambar, Reaksi pembuatan sabun atau
saponifikasi menghasilkan sabun
saponifikasi menghasilkan sabun simbol (reaksi yang sebagai produk utama dan gliserin
sebagai produk utama dan gliserin terjadi), dan video sebagai produk samping. Pada reaksi
saponifikasi ester diuraikan menjadi
sebagai produk samping. Pada reaksi alkohol dan asam karboksilat.
Kemudian asam karboksilat bereaksi
saponifikasi ester diuraikan menjadi dengan basa membentuk
alkohol dan asam karboksilat. sabun. Berikut merupakan
mekanisme reaski pembuatan sabun:
Kemudian asam karboksilat bereaksi
dengan basa membentuk
sabun.

Video pembuatan sabun dan


Penjelasan Konsep (Teks) Karakterisasi Jenis reduksi Penjelasan konsep setelah direduksi
Abstrak Kompleks Rumit
mekanismenya dapat dilihat pada
video-video berikut ini:
https://www.youtube.com/watch?
v=Tu_sWoHULtY
https://www.youtube.com/watch?
v=kG8dlCUd8oc

Anda mungkin juga menyukai